public expenditure management

advertisement
PUBLIC
EXPENDITURE
MANAGEMENT
RVS
Kebijakan Ekonomi Makro

Pertumbuhan (Growth)

Keadilan (Equity)

Stabilitas (Stability)
Pengertian Public
Expenditure Management
Public Expenditure Management
(PEM) adalah:
Suatu pendekatan baru dalam alokasi
sumber daya publik secara responsif,
ekonomis, efisien dan efektif.
Elemen Utama Dalam PEM
1. Aggregate Fiscal Discipline
(disiplin fiskal secara menyeluruh)
2. Allocative Efficiency
(Efisiensi Alokasi)
3. Operational Efficiency
(Efisiensi operasional)
Aggregate Fiscal Discipline



Total anggaran harus hasil dari
keputusan yang eksplisit dan harus
dilaksanakan, bukan sekedar daftar
keinginan/belanja.
Jumlah keseluruhan ditetapkan terlebih
dahulu sebelum penetapan rinciannya.
Anggaran harus berkesinambungan
pada jangka menengah.
Allocative Efficiency


Pengeluaran harus didasarkan pada
prioritas dan keberhasilan program.
Sistem penganggaran harus mendorong
realokasi dana dari program yang
kurang mendapat prioritas pada
program yang berprioritas tinggi, dan
dari program yang kurang berhasil pada
program yang lebih berhasil
Vision
Mission
Goals
Objectives
Policy-Program
Review
Strategic Management
Evaluation &
Reporting
Results
Commitments
Performance
Management
Program &
Service
Delivery
Resource
Planning
Human, Capital, IT
Budgeting &
PEM
Leadership & Change Management
BASIC STRATEGIC PLANNING FRAMEWORK
Environment
Scann ing
EXTERNAL
Social
Environment
Str ate gy Formulation
Str ate gy Implementation
Evaluation &
Con trol
Mission
Core
bu siness
Goals
Tas k
Environment
Sector
Analysis
INTERNAL
Structure
Culture
Learning
Res ources
What
res ults
to attain
Strategies
by wh en
Plan to
achieve
the
mission
and goals
Policies
Broad
guides
for
decis ion
making
Programs
Activities
needed to
accomp lis h
plan
Resources
Cos t of
programs
Rules
Knowledge
Performance
Actual resu lts
Feedb ack
Learning
Operational Efficiency

Unit organisasi haruslah
memproduksi barang dan jasa
pada tingkat biaya (cost) yang
mendorong tercapainya efisiensi
dan pada tingkat biaya yang
kompetitif dengan pasar.
Perbedaan PEM dan Sistem
Tradisional
PEM


Tidak hanya menekankan
prosedur yang baik tetapi
juga menekankan efisiensi
untuk mencapai outcome
Sangat berkaitan dengan
reformasi dan
pengembangan
manajemen dan institusi
sektor publik.
Tradisional


Sangat menekankan pada
norma dan prosedur (lebih
berorientasi pada
peraturan)
Berkaitan hanya pada
manajemen /administrasi
yang berkaitan dengan
penganggaran
Pengaturan Kelembagaan bagi AFD
1. Rules (Aturan Main):
a. Penetapan (pembatasan) pengeluaran
total dan sektoral ditetapkan sebelum
rinciannya
b. Pengeluaran Total harus konsisten dengan
limit yang telah ditentukan.
c. Penetapan dibuat untuk jangka menengah
(3 tahun dan keputusan-keputusan rencana
anggaran dibuat dalam kerangka jangka
menengah)
(Medium Term Framework/MTF)
Pengaturan Kelembagaan Bagi AFD
2. Roles (Peran)
a. Peran Departemen Keuangan Harus
dominan dalam penetapan total
anggaran dan dalam negosiasi dengan
departemen teknis dan dalam rapat
kabinet.
b. Dalam implementasi anggaran,
Dep. Keuangan dapat melakukan suatu
tindakan tegas jika ternyata terjadi
pelanggaran batas total.
Pengaturan Kelembagaan Bagi AFD
3. Information (Informasi)
a. Medium Term Expenditure Framework
(MTF) memberikan suatu ‘baseline’
untuk mengukur dampak anggaran dari
adanya perubahan kebijakan.
b. Pada tahap pelaksanaan anggaran,
pengeluaran dimonitor untuk
memastikan bahwa AFD dipenuhi.
Pengaturan kelembagaan Bagi
Allocative Efficiency
1. Rules (Aturan Main)
a. Penetapan batas pengeluaran bagi
sektor/dinas dan kepala dinas
didorong untuk merealokasi dananya
pada batas yang telah ditetapkan.
b. Proses Realokasi harus didasarkan pada
temuan yang telah dievaluasi terhadap
keberhasilan program.
Pengaturan Kelembagaan Bagi
Allocative Efficiency
2. Roles (Peran)
a. Pemerintah (Daerah) harus
mempunyai kapasitas untuk
mendefinisikan tujuan dan prioritasnya
(daerah) , dan melakukan alokasi antar
sektor (bidang) konsisten dengan ‘mediumterm expenditure framework’.
Roles (Peran)
b. Menteri (Kepala Dinas) dengan
otoritas yang memadai untuk
merealokasi dana pada ‘area of
responsibility’-nya melalui review
dalam rapat anggaran dan/atau
dalam rapat dengan DPR/D
Menteri
3. Informasi
a. Menteri dan manajer menyiapkan
informasi atau menerima informasi
mengenai keberhasilan program yang
direncanakan dan yang sesungguhnya
dicapai.
b. Menerima informasi tentang dampak
dari pembiayaan yang dilakukan dalam
perspektif jangka menengah.
Pengaturan Kelembagaan Bagi
Operational Efficiency
1. Rules (Aturan Main)
a. Biaya operasional sangat terbatas,
karena itu para manajer diberi
diskresi untuk menggunakannya.
b. Biaya operasional secara progresif
harus dikurangi untuk meningkatkan efisiensi.
Pengaturan Kelembagaan Bagi
Operational Efficiency
2. Roles (Peran)
Manajer tingkat menengah berperan
menetapkan bagaimana berbagai
sumberdaya yang terbatas digunakan. Untuk itu kepada mereka harus
diberikan diskresi untuk hal di atas.
Pengaturan Kelembagaan Bagi
Operational Efficiency
3. Informasi
a. Output yang dianggarkan harus
dirinci dari awal, dan output yang
dicapai harus dibandingkan
dengan yang ditargetkan.
b. Informasi tentang kinerja
keuangan dan organisasi
dipublikasikan pada berbagai
dokumen yang relevan.
4 Pilar Good Governance Bagi
Keberhasilan PEM

Accountability
Suatu mekanisme untuk mendorong
pemerintah/pegawai pemerintah
bertanggungjawab terhadap kegiatan
yang dilakukannya.

Transparency
Free atau low cost access kepada
informasi yang dibutuhkan
4 Pilar Good Governance Bagi
Keberhasilan PEM

Predictability
Peraturan perundangan yang jelas dan
diterapkan sama untuk semua pihak.

Participation
Menyediakan informasi yang diperlukan
untuk ikut mencek kegiatan-kegiatan
pemerintah.
Pola Pengeluaran
Pemerintah





Di Negara Maju
Pengeluaran Pemerintah
semakin besar terhadap
GDP/GNP
Pengeluaran Pemerintah
membesar untuk membiayai
pelayanan sosial dan income
transfer/social transfer
Pengeluaran BUMN tidak
menonjol
Pengeluaran Pemerintah
Daerah jumlahnya cukup
significant dibandingkan
dengan Pemerintah Pusat





Di Negara Berkembang
Pengeluaran Pemerintah semakin
besar terhadap GDP, tetapi
belum sebesar di negara maju
Pengeluaran Pemerintah pada
tahap awal pembangunan
diarahkan pada pembangunan
infrastruktur
Pengeluaran BUMN sangat
menonjol
Pengeluaran Pemerintah Daerah
tidak significant dibandingkan
dengan Pemerintah Pusat
Public Expenditure Growth
Paling tidak ada 4 teori yang dapat
menjelaskan mengapa pengeluaran
pemerintah cendrung meningkat:
1.
2.
3.
4.
Development Hypothesys View
Peacock & Wiseman Model
Wagner’s Law
Public Choice Theory
Development Hypothesys View




Pada awal pembangunan pemerintah mencurahkan
dananya untuk pembangunan infrastruktur agar
terbangun dasar yang kuat untuk lepas landas
Pada tahap berikutnya pemerintah memfokuskan
pengeluarannya untuk membangun layanan sosial
seperti layanan kesehatan, layanan pendidikan dan
perumahan
Pada tahap selanjutnya pemerintah memperluas dan
memperkuat bidang layanan sosialnya
Pada tahap akhir pemerintah banyak melakukan
income transfer dan social benefit
Peacock & Wiseman Model



Pada awalnya peningkatan pengeluaran
pemerintah muncul akibat adanya biaya
perang
Setelah perang usai pengeluaran
pemerintah tetap tinggi untuk
rehabilitasi ekonomi dan infrastruktur
akibat perang
selanjutnya pengeluaran tetap tinggi
untuk pengembangan layanan sosialnya
Wagner’s Law



Pengeluaran Pemerintah akan meningkat terus
sejalan dengan peningkatan income per capita
masyarakat
Peningkatan income per capita diikuti oleh
semakin kompleksnya tatanan ekonomi, sosial
dan politik yang ada, yang menimbulkan
konflik antar individu dan institusi. Untuk itu
keterlibatan pemerintah dalamberbagai aspek
masyarakatnyapun semakin tinggi
Karena itu pengeluaran pemerintahpun
semakin lama semakin besar
Public Choice Theory
Utility Maximizer
Profit Maximizer
S
IG
G
P
Budget Maximizer
Vote Maximizer
Download