TENTIR KEEMPAT + ULANGAN TENTIR GANGGUAN

advertisement
TENTIR KEEMPAT + ULANGAN TENTIR GANGGUAN KESEIMBANGAN
MODUL PENGINDERAAN UNTUK SUMATIF 2
SIEPEND TENTIR 2007
Gangguan keseimbangan
Dr Widayat alviandi SpTHT


Keseimbangan diatur oleh sistem, antara lain: aferen dari mata, telinga (sistem
vestibuler), dan propioseptif dari otot-otot rangka tubuh & pressoseptif. Informasi
aferen itu kemudian diolah di korteks serebri, batang otak, dan serebellum, dan
kemudian dikirim ke sistem muskuloskletal untuk menjaga pusat gravitasi tubuh
kita.
Aferen (mata,telinga,propiosepsi,pressoseptif)  korteks, batang otak, &
serebellum  otot rangka.
Proses kerja aferen eferen keseimbangan
 Vestibuler
 Reseptor gravitasi
 Tekanan telapak kaki
 Somatosensori
 Visual
 pendengaran
CNS
Intepretasi
Belajar
Adaptasi
Kompensasi
 Stabilisasi image
 Kontrol
keseimbangan
 Ritme sirkardian
 Orientasi ruangan
(aferen)
(diolah di)
(hasil olahan)
SSP membutuhkan pembelajaran untuk keseimbangan, misalnya:
o Pelayan RM makan padang membawa piring bertumpuk di daratan bisa, namun
untuk membawa piring bertumpuk di kapal yang sedang berjalan, butuh
pembelajaran
o Pemain akrobat yang belajar mempertahankan keseimbangan.
 SSP membutuhkan adaptasi, misalnya: bayi belajar berjalan 12 bulan, dimulai dari
merangkak  berjalan: ada proses.
 SSP dapat melakukan kompesasi, misalnya: pada awal orang buta,
keseimbangannya terganggu, tapi akhirnya dapat dikompensasi.

Anatomi dan fisiologi telinga sebagai organ keseimbangan
 Dibaca sendiri dari yang dulu2 yaa..
 Telinga dipersarafi: nervus koklear (pendengaran) & n. Vertibular (keseimbangan).
 Telinga diperdarahi: keseimbangan  arteri vestibuler anterior; pendengaran 
arteri koklear komunis. Keduanya adalah cabang dari arteri labirinthine dari cabang
arteri basilaris di batang otak.
 Alat keseimbangan telinga: sakulus, utrikulus, kanalis semisirkularis.
o Pada sakulus & utrikulus terdapat makula yang mempunyai krista otolith.
Sakulus mengatur gerak vertikal, utrikulus mengatur gerak horizontal.
o Pada k.semisirkularis terdapat pelebaran: ampula yang di dalamnya ada kupula
dengan kino & stereosilianya. K.semisirkularis mengatur gerak angular. Bila
terjadi akselerasi anguler, momentum endolimf yang mengisi kanalis
menggerakkan kupula. Silia dalam kupula dapat ‘tergerak’ dan menimbulkan
firing n.vestibuler (n.VIII).
 Kanalis semisirkularis
 Kanalis terdiri atas: lateral (horizontal), posterior, dan anterior (superior).
Ampula dan kinosilia pada k.semisirkularis lateral tersusun sedemikian rupa
sehingga bila terjadi rotasi kepala yang menyebabkan aliran ampulopetal
endolimf, akan meningkatkan firing n.vestibuler; ampulofugal endolimf akan
menurunkan firing n.VIII.
 Berbeda dengan k.semisirkularis anterior & posterior. Susunan mereka
menyebabkan bila rotasi kepala menyebabkan aliran ampulopetal akan
menurunkan firing n.VIII dan aliran ampulofugal akan meningkatkan firing
n.VIII. (lihat slide 17)
 Arah ketiga kanalis berbeda dan membentuk sudut yang berbeda terhadap
horizontal bumi dan bidang vertikal. Fungsi kerjanya akan paling maksimal bila
terletak pada sudut 0o pada bidang horizontal dan vertikal, misalnya: kanalis
horizontal akan membentuk sudut 0o bila leher ditekuk ke dada 30o  fungsi
maksimal.
(untuk sudut-sudut kanalis, lihat slide 20 – 22)
 Pada slide 23 dapat dilihat arah rotasi kepala dan kanalis yang teraktivasi. Misalnya:
bila kepala diputar ke kiri  k.horizontal kiri terangsang & k.horizontal kanan
dihambat; bila kepala diputar ke depan kiri  k.anterior kiri dirangsang &
k.posterior (kebalikannya) dihambat.
PERAN TELINGA, MATA, PROPIOSEPTIF
 Telinga (bagian vestibuler) berperan penting dalam kontrol postural, yaitu:
o Mengatur tonus otot terhadap gravitasi
o Mengatur keseimbangan COM
o Mengatur keseimbangan pada kecepatan rendah (tandem walk test – tes
melangkah dengan kaki yang satu tepat di depan kaki lain, secara perlahan).
 Mata berperan memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap
lingkungan bedasarkan sudut dan jarak dengan objek sekitarnya. Contoh: A melihat
X pada jarak 1,5 m, dapat menentukan bahwa A tidak dapat menyentuh X dari jarak
itu.
semuanya itu akan menggerakkan bola mata ke arah kiri sebagai respon rotasi kepala
ke arah kanan.
 Refleks ini dapat digunakan untuk melihat adanya nistagmus vestibuler = gerak
ritmik & involunter mata yang sering dikaitkan dengan kelainan vestibuler.
 Apabila kepala rotasi kanan  gerakan cairan endolimf ke kiri  terjadi
nistagmus fisiologis: fase cepat ke arah kanan, fase lambat ke arah kiri
 Slide 31 – 32 saling menjelaskan, tolong dibaca dan dipahami ya 
 Sistem propioseptif tubuh berperan terhadap keseimbangan, yaitu:
o Sebagai mekanoreseptor  informasi posisi tubuh
o Memberi informasi titik tumpu beban tubuh
REFLEKS KESEIMBANGAN
Refleks Vestibulookuler (VOR)  berfungsi menstabilkan objek di retina pada saat
terjadi pergerakan kepala.
 Jaras pada VOR ((lihat slide 31!!!!!!)
Saat terjadi rotasi kepala searah jarum jam (kanan), kanalis semisirkularis kanan
diaktifkan dan cairan endolimf bergerak berlawanan arah rotasi kepala  kanalis
semisirkularis lateral telinga kanan diaktifkan  n.VIII fire  korteks sensorik otak 
korteks motorik:
 menuju nukleus abducens  n.VI (abdusens)  m.rectus lateral
 nukleus okulomotori  n.III m.rectus medial, superior, inferior, & oblik inferior.
nukleus troklearis  n.IV  m.oblik superior
 Contoh refleks vestibulo-okuler: mata menghadap depan lurus, tangan di depan
mata dan kepala digerak-gerakkan terhadap tangan  pusing, beda dengan mata
statis dan tangan yang digerakkan; orang baca di dalam mobil. Dalam hal ini, yang
menjadi masalah adalah keseimbangan, bukan matanya.
Bedasarkan gambar slide: karena yang diaktifkan k.semisirkularis kanan, maka
rangsangan menuju nukleus n.VI kiri yang langsung menuju m.rectus lateralis mata kiri
dan nukleus n.III kanan yang mempersarafi m.rectus medial mata kanan  sehingga
Refleks vestibulospinal (VSR)  fungsi utama mencegah agar tubuh tidak jatuh,
dengan cara mempertahankan posisi tubuh dan titik tumpu beban.
 Refleks VSR dapat terjadi volunter atau involunter.
o Volunter  memindahkan tumpuan dari pusat gravitasi & meraih objek
o Involunter ankle strategy (tumit), hip strategy (menggerakkan panggul),
suspensatory strategy (gerakan suspense – naik turun/ membengkokkan lutut),
stepping strategy (melangkahkan kaki).
 Jaras VSR
Rangsang propioseptif dari otot rangka masuk ke medulla spinalis  naik melalui jaras
fasikulus gracilis/ cuneatus, traktus spinosereberal dorsal dan ventral  masuk
serebellum  pedunculus serebral  korteks
GANGGUAN KESEIMBANGAN
 Gangguan keseimbangan sangat berpengaruh terhadap fungsi tubuh lain. Misalnya
bila terjadi gangguan kanalis semisirkularis (KSS), dapat terjadi pusing berputar,
nitagmus, mual (efek otonom), bahkan gemetar.
 Gangguan keseimbangan 80% terjadi di perifer (vestibuler) & 20% terjadi di sentral.
 Secara umum terdiri dari vertigo, kontrol keseimbangan, orientasi ruangan,
kestabilan image pada retina.
 Gejala gangguan keseimbangan:
o Rasa melayang (lightheadness)
o Pusing/ pening (dizziness)
o Rasa tidak menapak (unfootedness)
o Rasa masih bergerak (meski sudah diam/ after motion)
o Rasa goyang (unsteadiness)
o Postur tidak stabil (postural instability)
o Pusing berputar (vertigo)
o Gejala otonom (cth: rasa berdebar-debar, keringat dingin, rasa tidak nyaman di
perut, mual, muntah, cemas, takut, tidak nyaman)
Ada 2 tabel penting di slide, harap dibaca!! Slide 47 + 51
 Etiologi gangguan keseimbangan:
 Sentral (daerah otak)
 Perifer (terdapat pada daerah telinga dalam)
 Pada sentral:
o Nukleus vestibularis  batang otak: TIA, stroke vertebrobasilaris, tumor, trauma,
migren basilaris, multipel sklerosis (degeneratif)
o Serebellum: stroke, tumor, kelainan degeneratif
o Korteks serebri: epilepsi, kelainan degeneratif
 Pada perifer:
o BPPV (Benigne Paroxysmal Positional Vertigo)
o Menier’s disease
o Infeksi (neuritis vestibuler, OMSK)
o Ototoksik (obat yang menyebabkan toksik/racun pada telinga dalam)
o Penyumbatan pembuluh darah (oklusi a. labirin)
o Trauma
o Tumor (neuroma akustik)
o Kelainan degeneratif (presbiastasia)
 Pemeriksaan gangguan keseimbangan:
o Tanya jawab antara dokter dan penderita (anamnesis)
 ungkapkan dengan jelas dan lengkap
 persepsi dokter dan penderita sama
o Pemeriksaan fungsi keseimbangan dari yang sederhana sampai yang canggih
o Pemeriksaan penunjang : foto Ro”, CT Scan, MRI
 Teknik pemeriksaan keseimbangan:
o Romberg pasien berdiri tegak dengan kaki rapat, mata tertutup. Dilihat
apakah pasien dapat mempertahankan keseimbangannya, terkadang diberi
gangguan dari pemeriksa. Tes romberg mempunyai variasi banyak, bisa dengan
berjalan dll. Biasanya pasien akan jatuh atau miring ke arah lesi (ipsilateral).
 Tes ini berguna untuk mengecek gangguan propiosepsi dan keseimbangan
pusat atau perifer.
o Unterberger  pasien berjalan di tempat dengan mata tertutup + tanpa bantuan
suara apapun. Lesi perifer ditandai dengan berputarnya aksis tubuh ke
ipsilateral lesi. Lesi sentral ditandai dengan deviasi iregular (deviasi bermakna=
> 40o)
o Babinski-Weil  pasien berjalan ke depan dan ke belakang dengan mata
tertutup; bila ada gangguan labirin akan terlihat deviasi ketika berjalan.
 Alat untuk pemeriksaan keseimbangan:
o Kacamata Frenzel  kacamata 20 dioptri untuk melihat nistagmus. Biasanya
pada nistagmus vestibuler gerak mata berputar, pada nistagmus perifer gerak
mata linier.
o Elektronistagmografi (ENG)  tes baterai yang menggunakan prinsip VOR, yaitu
merekam pergerakan bola mata sebagai respon keseimbangan.
o Posturografi statik & dinamik  pasien diminta berdiri pada platform statis
(forceplate) pada posturografi statis; pada dinamis, pasien berdiri pada platform
horizontal yang bergerak. Platform terhubung dengan detektor untuk menilai
gerak pasien.
 Penanganan gangguan keseimbangan:
o Tergantung dari fungsi yang terganggu dan penyebabnya
o Konseling
o Obat-obatan
o Fisioterapi
o Perasat/manuver dan Latihan Vestibuler
o Kerjasama dokter-penderita
 Salah 1 penyakit kompetensi dokter umum adalah BPPV (Benign Paroxysmal
Positional Vertigo)
 Benign: meski sakit sekali, namun tidak mengancam nyawa, karena sifatnya
perifer; kalau sentral, tidak sakit sekali, tapi mengancam.
 Paroksismal: sewaktu-waktu, tidak terus menerus
 Positional: pada posisi-posisi (kepala) tertentu saja
 Terjadi gejala otonom  mual, muntah, berdebar-debar, berkeringat dingin,
rasa cemas.
 Biasanya pasien sembuh spontan.
 BPPV terjadi oleh karena kanalolitiasis dan kupulolitiasis  ada debris berupa
kristal kalsium karbonat – batu otolith – yang terlepas dari sakulus/ utrikulus
menuju KSS. Debris yang ‘terdampar’ di kupula disebut kupulolitiasis dan yang di
saluran KSS disebut kanalolitiasis.
Kupulolitiasis lebih sering terjadi.
 Pada pemeriksaan BPPV, timbulnya nistagmus dapat dilihat dengan tes DixHallpike (paling sering), side lying (untuk menilai BPPV kanal anterior dan
posterior), dan Roll (untuk menilai kanal horizontal). Lihat slide!!!
 Untuk tatalaksana BPPV dilakukan dengan Canalith Repositioning Treatment (CRT)
dan vibrasi (vibrator diletakkan di prosesus mastoid, diharapkan akan melepaskan
debri di kupula) Lihat slide caranya!!
Penyakit lainnya adalah Meniere’s disease.
 Terdapat trias sindrom meniere: vertigo, tinitus, dan tuli sensorineural terutama
pada nada rendah.
o Serangan pertama biasanya berat, vertigo + muntah, namun makin lama makin
baik (vertigo periodik makin lama membaik)
o Tinitus: kadang menetap, bahkan di luar serangan.
o Tuli sensorineural: hanya bila ada serangan.
 Pada meniere, terjadi kelebihan endolimf baik oleh karena sumbatan pengeluaran
atau kelebihan dalam produksi; penyebab pastinya belum diketahui.
Selamat belajar =)
adeline
TENTIR PA TELINGA
ANATOMI DAN HISTOLOGI
Telinga terdiri atas
3 bagian, yaitu telinga luar,
telinga tengah, dan telinga
dalam.
Bagian
terluar
telinga yaitu pinna (daun
telinga),
kemudian
berlanjut ke liang telinga
(meatus
acusticus
externus). Dinding dari
liang telinga ini terdiri atas
bagian
kartilago
dan
bagian tulang. Selain itu,
dinding ini juga tersusun
atas
epidermis
yang
dilengkapi dengan adneksa
(rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa yang memiliki 2 lapis sel, yaitu sel
kuboid sekretorik dan sel mioepitel).
Berlanjut ke arah dalam, terdapat membran tympani. Pada membran ini
terdapat pars tensa dan pars flaccida. Permukaan luar dari membran timpani dilapisi
oleh epitel skuamosa tanpa rete ridges, sedangkan permukaan dalam dilapisi oleh epitel
kuboid selapis. Di antara 2 lapisan ini terdapat lamina propia yang terdiri atas jaringan
ikat.
Membran tympani membatasi saluran telinga dengan telinga tengah. Di bagian
anterior dari telinga tengah terdapat tuba eustachius yang dilapisi epitel torak
bertingkat di bagian muaranya, dan epitel gepeng atau kuboid selapis di bagian lainnya.
INFEKSI TELINGA TENGAH
Otitis Media
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Infeksi pada telinga tengah
merupakan penyebab terpenting dari perforasi membran tympani, terutama pada anakanak. Penyebab yang jarang, misalnya trauma atau adanya benda asing yang
menyebabkan perforasi. Kebanyakan perforasi sentral membran tympani akan sembuh
dengan sendirinya. Komplikasi terpenting dari perforasi sentral yaitu predisposisi
infeksi telinga tengah (otitis media), yang disertai berkurangnya pendengaran.
Pada beberapa perforasi dapat sembuh dalam beberapa hari, yaitu dengan
adanya fibrosis. Namun, pada perforasi yang lebih besar, membutuhkan penutupan
melalui operasi yaitu menggunakan fascial graft. Perforasi yang telah sembuh, kadangkadang terlihat sebagai parut berwarna putih atau adanya area tipis pada membran
tympani.
Ingat!! Ciri khas radang: terjadi vaskularisasi (dilatasi pembuluh darah) dan
banyak sel radang (PMN neutrofil)
Ada 3 bentuk otitis media, yaitu:
1. Otitis media tanpa efusi atau perforasi
2. Otitis media dengan perfusi, tanpa perforasi
3. Otitis media dengan perforasi membran timpani
Sifat infeksi pada otitis ada 3, yaitu:
1. Akut
2. Sub Akut : umumnya prosesnya berlangsung kurang dari 2 bulan.
3. Kronik : lebih dari 2 bulan
Otitis Media Akut
- Biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, H.influenzae, virus respiratorik.
- Fase akut ini ditandai dengan kongestif mukosa telinga tengah yang parah. Cairan
yang berasal dari darah dan plasma akan meninggalkan deposit fibrin pada jaringan.
Adanya eksudat ini menandakan adanya reaksi inflamasi yang sering menjadi
penanda dari otitis media dengan efusi. Pada kasus ini, mukus disekresikan oleh
kelenjar-kelenjar baru yang dibentuk pada mukosa telinga tengah. Pada inflamasi
akut, neutrofil sering muncul.
- Jika terdapat perdarahan bisa menyebabkan granuloma. Pada fase ini dapat
ditemukan nekrosis dan perforasi membran tympani.
- Otitis media akut banyak dialami oleh anak-anak.
- Gejala yang timbul berupa: nyeri telinga, pembengkakan, dan membran tympani
yang hiperemis (menonjol, suram, perforasi), adanya pus dalam kavum tympani,
dbila berlanjut dapat menyebabkan osteomyelitis temporal.
- Rasa nyeri pada telinga disebabkan pelepasan sitokin oleh sel-sel PMN, sedangkan
pembengkakan terjadi karena adanya ekstravasasi.
Otitis Media Kronik
-
-
-
Bakteri yang sering menyebabkan otitis media kronik, antara lain Proteus,
Pseudomonas, Streptococcus beta-hemolitik, Staphylococcus pyogenes, M.tuberculosis.
Pada potongan histologi otitis media fase inflamasi akut atau kronik biasanya
organisme2 tersebut jarang terlihat.
Peradangan kronik ini dapat menimbulkan komplikasi serius dan berakhir pada
kematian
Pada inflamasi kronik, dapat kita lihat infiltrat khas yang terdiri atas histiosit (yang
berasal dari monosit), limfosit, dan sel plasma (berasal dari limfosit).
Pada bayi yang baru lahir, reaksi inflamasi yang terjadi mungkin sebagai hasil
kontaminasi telinga tengah oleh skuama amnion yang terhirup. Pada kasus ini,
histiosit bereaksi dengan benda asing dan berfusi membentuk giant cells.
Penyakit ini bisa berawal dari tuli konduktif atau akibat episode akut yang berulang.
Gejala klinis, yaitu keluarnya cairan dari liang telinga (Otitis Media Supuratif KronikOMSK), dapat juga terjadi perforasi membran tympani pars tensa (Otitis Media
Perforata sebutan lama OMSK)
Otitis Media Supuratif Kronik
- Biasanya disebabkan oleh Proteus, Pseudomonas, Streptococcus beta-hemolitik,
Staphylococcus pyogenes, M.tuberculosis. Pada fase kronik dapat ditemukan jaringan
granulasi, kolesteatoma, dan tympanosklerosis.
- Paling sering mengenai daerah tubo-tympanic, selain sel mastoid. Biasanya daerah
ini terisi dengan mukopus.
- Mukosa akan menebal, kongestif, terbentuk jaringan granulasi, dapat menonjol
keluar membran berupa polip.
- Tulang pendengaran, terutama incus akan rusak.
- Nekrosis dapat terjadi sebagai karakteristik adanya perforasi membran tympani
atau osteitis dari ossicles (maleus, incus, stapes)
- Beberapa proses dapat menyebabkan nekrosis, seperti ruptur membran tympani
yang terjadi sebagai hasil dari nekrosis iskemik akibat penekanan di focal points.
- Di sisi lain substansi seperti kolagenase yang bersifat merusak diproduksi oleh
jaringan ikat yang mengalami inflamasi di permukaan ossicles.
- Transformasi kelenjar pada mukosa telinga tengah mungkin terlihat pada beberapa
celah, termasuk pada sel-sel mastoid. Sekresi dari kelenjar ini menyebabkan adanya
eksudat pada otitis media dengan efusi. Proliferasi jaringan fibrosa mungkin terjadi
bersamaan dengan transformasi kelenjar, prosesnya disebut sebagai fibrocystic
sclerosi.
- Adapun sel epitel skuamosa dalam telinga tengah akan berproliferasi dan prosesnya
disebut cholesteatoma. Cholestetoma ini biasanya berwarna putih mutiara.
- Bentuk spesifik dari reaksi penyembuhan meliputi pembentukan jaringan granulasi.
Pada proses ini, endotel pembuluh darah dan sel fibroblas baru akan terbentuk. Selsel inflamasi mononuklear akan menyertai kemudian.
- Bentuk peculiar jaringan parut akan muncul di telinga tengah, di mana kolagen yang
ada kurang seluleritasnya dan mengalami hialinisasi. Kondisi ini disebut
-
-
tympanosklerosis, yang ditandai oleh deposisi garam kalsium pada jaringan fibrosa
hialin.
Dinding tulang telinga tengah kadang-kadang bereaksi dengan proses inflamasi
menyebabkan terbentuknya tulang baru.
OMSK ini disebabkan inflamasi kronik pada telinga tengah, biasanya disebabkan oleh
perforasi membran tympani yang tidak sembuh. Penyakit Otitis Media Supuratif
Kronik ini biasanya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Penyakit Tubotympanic
2. Penyakit Atticoantral
Cholesterol granuloma, jaringan granulasi pada inflamasi kronik, destruksi, dan
tympanoscletotic adalah semua gambaran penting dari otitis media, termasuk
adanya perubahan membran itu sendiri menjadi “atelectatic” (terjadi perlekatan
membran ke dinding medial telinga tengah) yang membentuk retraksi.
CHOLESTEROL GRANULOMA
Cholesterol granuloma adalah lesi yang sering ditemukan pada penyakit telinga
tengah yang kronik, biasanya berwarna kuning.
Pembentukan cholesterol granuloma adalah hasil reaksi benda asing dengan kristal
kolesterol dalam jaringan.
Terjadinya granuloma ini bisa disebabkan oleh perdarahan, dengan faktor utama
yaitu adanya eksudat dan darah yang berada pada kavum yang tertutup. Kurangnya
drainase menyebabkan degradasi komponen darah, yang berlanjut pada produksi
hemosiderin dan kristal kolesterol. Di sisi lain, kolesterol ini akan mengalami
degenerasi lemak. Meskipun kolesterol ini diperkirakan berasal dari serum, sel
darah merah, atau jaringan yang terdegenerasi, belum ada kepastian dari mana
sumber yang pasti.
Makroskopik : Berupa nodul kekuningan dalam kavum tympani dan mastoid.
Mikroskopik: terdapat kristal-kristal kolesterol dalam celah-celah kosong,
dikelilingi sel datia benda asing dan sel radang kronik. Sel datia benda asing
terbentuk oleh banyak inti sel. Biasanya juga terdapat hemosiderofag  sel2
makrofag yang memakan debris-debris pembuluh darah yang pecah.
Kristal kolesterol yang terbentuk berisi lipid berupa kolesterol bebas, bukan
kolesterol ester.
TYMPANOSCLEROSIS
Plak tympanisclerotic yang terlihat pada telinga tengah dan plak pada membran
tympani sebagai sekuel dari otitis media memilki karakterisitik yang berbeda.
Konsistensi plak tympanoscletotic menunjukkan range yang luas dari yang lembek
hingga keras.
Eksisi jarinan yang mengalami tympanosclerosis menunjukkan adanya beberapa
jenis plak, yaitu:
Tipe I : lembek, tipe II: agak keras, tipe III: sangat keras
Tipe I: terdapat banyak serat-serat kolagen dan fibroblas pada jaringan ikat
longgar. Beberapa kristal kalsium juga terlihat
-
Tipe II: terdapat beberapa berkas serat kolagen, proliferasi fibroblas, dan kalsifikasi
fokal
Tipe III: terdapat kondroblas berbentuk bulat yang terletak dalam lakuna dan
menunjukkan kalsifikasi
Untuk melihat gambaran histopatologi dilakukan pewarnaan hematoxilin-eosin,
Mallory-Azan dan von Kossa
Terdapat deposit jaringan putih padat di membran tympani, crura stapes, dinding
kavum tympani, dan mastoid.
Mikroskopik : terdapat kolagen berlapis-lapis disertai perkapuran, dan penulangan.
Patogenesisnya belum jelas, diduga akibat autoimun
CHOLESTEATOMA
Cholesteatoma biasanya terbentuk pada 1/3 – ½ kasus OMSK. Cholesteatoma dapat
berkembang di belakang membran tympani yang masih intact atau dengan
pembentukan perforasi kecil pada pars flaccida. Cholestetoma ini dapat keluar
lewat perforasi pars flaccida atau meluas ke mastoid, merusak ossicles.
Orang awam menyebutnya congekan
Ada 2 macam cholesteatoma:
Primer (kongenital) : tanpa perforasi
Sekunder (acquisita) : pada OMSK
Pada tipe sekunder terdapat kista kavum tympani yang dilapisi oleh sel epitel
gepeng berlapis.
-
-
-
Mikroskopik : bahan keratin yang dibatasi oleh kapsul (matriks) berupa epitel
gepeng berlapis. Terdapat jaringan granulasi dan peradangan yang menyebabkan
erosi tulang. Keratin tersebut membentuk lamel2.
Cholesteatoma meskipun jinak tapi sering rekuren.
Patogenesis:
1. Invasi epitel liang telinga ke dalam
2. Invaginasi membran Tympani
3. Metaplasia epitel kavum tympani
4. Sisa epitel skuamosa sewaktu perkembangan kavum tympani
Faktor penyebab resorpsi tulang
1. Kolagenase dalam jaringan ikat (matriks)
2. Endotoksin kuman gram negatif
KOMPLIKASI OMSK
Terjadi infeksi dan inflamasi yang meluas ke labirin, tulang petrosa temporal, dan
saraf kranial. Infeksi ini dapat menyebabkan meningitis, tromboflebitis sinus
(vena), abses ekstradura, bahkan abses otak.
NEOPLASMA JINAK PADA TELINGA DAN TULANG TEMPORAL
1. Adenoma Seruminosa
o Tumor yang jarang ini berasal dari kelenjar seruminosa di liang telinga
o Istilah lama : seruminoma, adenoma seruminal, syringocystadenoma
papilliferum, apocrine adenoma, dll
o Mikroskopik : gambaran tumor berbentuk kelenjar, terlihat proliferasi glandular
dengan ukuran sel bertambah besar, sitoplasma eosinofilik. Jika inti masih di
basal  menandakan masih jinak.
2. Schwannoma (Pheripheral nerve sheath tumor)
 Nama lain : neuroma atau neurilemmoma
 Merupakan tumor tersering pada tulang temporal yang berasal dari sel
schwann.
 Sering tumbuh pada cerebropontine angle.
 95% unilateral dan sporadik.
 Mikroskopik : terdapat antoni A (daerah selular dengan gambaran verocay
bodies) dan antoni B (daerah hiposeluler dengan retikular yang longgar dan
degenerasi mikrokista)
3. Meningioma
o Tumor yang berasal dari sel meningothelial ini sering ditemukan pada meatus
akustikus interna, foramen jugularis, dan telinga tengah.
o Insiden : > 10% merupakan tumor pada telinga dan tulang temporal
o Patologi : infiltrasi ke tulang, mukosa atau kulit biasanya berukuran < 1,5 cm.
o Mikroskopik : meningotelial dan arsitektur seperti pusaran air (whorled
architecture). Sel berbatas tidak jelas dengan inti bulat.
NEOPLASMA GANAS PADA TELINGA DAN TULANG TEMPORAL
1. Karsinoma sel skuamosa (KSS)
 Tumor ganas epitelial dengan diferensiasi skuamosa
 Lokasi : pinna, teliga luar dan telinga tengah
 Usia : biasa ditemukan pada orang tua, dengan insiden laki-laki > perempuan
 Prognosis : tergantung stadium, sering rekuren. Penentuan stadium, tentukan:
uk
 uran, metastasis, dan keterlibatan KGB (kelenjar getah bening)
 Patologi : karsinoma sel skuamosa dengan invasi, berdiferensiasi baik atau
buruk, berkeratin atau tidak berkeratin, pola pertumbuhan bervariasi, respons
stroma berupa reaksi desmoplastik dan sebukan sel radang
 Mikroskopik: ada pulau-pulau tumor yang terbentuk dari KSS yang menginvasi
stroma. Ada mutiara keratin juga.
2. Adenokarsinoma seruminosa
 Berasal dari kelenjar apokrin (kelenjar seruminosa) pada daerah tulang rawan
dari kanalis akustikus eksterna
 Insidensi jarang, laki-laki > perempuan
 Mikroskopik : solid, kistik, glandular, kribiformis. Sel : berinti pleomorfik,
nukleoli nyata, mitosis.
3. Rhabdomyosarcoma
 Berasal dari otot lurik (kalau dari otot polos, namanya Leomiosarkoma)
 Rhabdomyosarcoma telinga dan mastoid merupakan tumor yang sering
dijumpai pada usia anak-anak ( 2- 3 tahun).
 Klasifikasi : embryonal, alveolar, pleomorphic dan subtipe campuran.
 Mikroskopik : sel berbentuk bulat, spindel, pleomorfik, rhabdomyoblast
(primitive round to spindle mesenchymal cell).
 Rhabdomyoblast sitoplasmanya berwarna merah karena mengandung banyak
mitokondria.
4. Basal cell carcinoma
 Mirip dengan KSS tapi berasal dari sel basal epidermis.
 Invasi bersifat lokal dan ke arah dalam bukan meluas; jarang bermetastasis
 Mikroskopik : terbentuk kelompok2 sel tumor dengan dikelilingi pagar
(palisade).
5. Karsinoma Nasofaring
 Asal : epitel nasofaring
 Gejala : nasal (nasal post drip, discharge, bleeding, obstruction), aural (tinnitus,
tuli), diplopia, sakit kepala,BB menurun
 Gejala yang paling sering membawa pasien berobat  pembesaran kelenjar
getah bening leher (STADIUM LANJUT)
 Deteksi dini sulit dilakukan
 Laki-laki > perempuan, di Indonesia merupakan tumor tersering pada laki-laki,
trend meningkat
 Etiologi :
EBV (Epstein –Barr virus)
Faktor genetik
Faktor lingkungan : makanan (nitrosamin), biasanya makanan yang dibakar
atau dipanggang
 Diagnosis :  biopsi  pemeriksaan PA ( baku emas)
 Klasifikasi WHO:
1. Keratinizing Cell Carcinoma
2. Non-keratinizing Cell Carcinoma  banyak infiltrasi limfosit
3. Differentiated  mirip dengan bentuk sel aslinya
4. Undifferentiated (hampir 100% berhubungan dengan EBV)  bentuk sel
tumor berbeda dengan sel asli; mampu menginvasi epitel traktus
respiratorius melalui reseptor C21.
 Terapi : Radioterapi & kemoterapi

Radioterapi biasanya digunakan untuk tumor anaplastik
Jika terdapat pembesaran kelenjar getah bening (KGB) gunakan FNAB (fine
needle aspiration biopsy), karena pembesaran KGB menjadi kontraindikasi
dilakukan biopsi.
TENTIR Masalah Telinga
Infeksi organ pendengaran ingat anatomi dan fisiologi yang berkaitan dengan klinik
Terdapat kelenjar-kelenjar serumen dan keringat di telinga luarbisa terkena infeksi
sehingga timbul otitis eksterna
Di telinga terdapat nervus VI, X (vagus, hati-hati timbul reflex vagus dalam intervensi),
IX, VIII, VII
Pada telinga tengah terdapat tulang-tulang yang merupakan tulang terkecil pada tubuh
manusia
Pada telinga dalam terdapat organ pendengaran dan keseimbangan yang memiliki selsel rambut.
Reseptor bunyi tersebut dapat menerima bunyi maksimal dengan intensitas sebesar:
 85 dB selama 8 jam
 88 dB selama 4 jam
 110 dB selama beberapa menit saja
Bila melebihi kapasitas tersebut, sel rambut akan mengalami kerusakan.
Fungsi pendengaran sangat mempengaruhi komunikasi. Jadi, apabila seorang bayi
belum dapat berbicara sampai ia berusia 12 bulan, orang tua perlu memeriksakan
pendengarannya.
Fisiologi proses mendengar:
1. Pada telinga luar sampai telinga tengah terjadi proses konduksi. Apabila
tersumbat serumen, fungsi pendengaran akan berkurang
2. Terjadi proses transduksi (pengubahan energi) dimulai dari telinga tengah.
3. Terjadi proses transmisi (penerusan sinyal) melalui system saraf.
4. Terjadi processing di otak
Pada koklea, nada tinggi (frekuensi tinggi) akan menggetarkan daerah basal.
TELINGA LUAR
Memiliki panjang 2.5-3 cm
Range resonansinya 3-4000Hz
Pada konka 1-7000 Hz
Resonansi pada pemeditasi (hmmmm.. di goa) akan meningkatkan gelombang alfa di
otak
Otitis eksterna—radang telinga akut maupun kronik yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, jamur, dan virus. Factor yang mempermudah radang telinga luar yakni
perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa,
proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab,
kuman dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yakni trauma ringan
ketika mengorek telinga.
TELINGA TENGAH
Hati-hati ada sumbatan tuba.
Tuba lebih mendatar ketika usia seseorang masih muda. Hal tersebut mengakibatkan
anak-anak lebih mudah terserang otitis media akut.
Kalau sedang infeksi, pasien tidak anjurkan melalukan maneuver valsava.
Nyeri telinga pada bayi yang naik pesawat dapat diatasi dengan memberikan air susu.
Ada tulang-tulang, ada juga otot-otot stapedius, tensor tympani (ada reflex
stapedius)sebagai proteksi terhadap tekanan yang kuat.
Fungsi tuba: untuk proteksi, drainase, dan menyamakan tekanan.
Yang penting:
 OMSK karena infeksi
 Tuli kongenital
 Tuli karena bising (tuli sensorineural koklea dan umumnya terjadi pada kedua
telinga karena pajanan bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang
cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja)
 Presbiakusis (tuli sensorineural frekuensi tinggi umumnya terjadi mulai usia
65 tahun, simetris pada telinga kiri dan kanan, dapat dimulai pada frekuensi
100 Hz atau lebih akibat proses degenerasi)
Patologi:
 Gangguan fungsi tuba, misalnya tubanya datar
 Otosklerosis (kekakuan tulang misalnya stapes kaku diterapi dengan
mengganti tulang stapes)
o Dapat terjadi karena infeksi atau proses penyembuhan yang
berlebihan
 Timpanosklerosis (sklerosis pada membrane timpani)
 Otitis media efusi (terdapat efusi atau cairan di dalam telinga tengahefusi
terjadi karena ada proses transudasi dari pembuluh darah karena tekanan
negative, ditambah sekresi dari kelenjar mukoid dapat menjadi lengket
sehingga menyebabkan glue ear)
o Cairan dari telinga tengah berbentuk mukoid sampai mukopurulen
(dari sekresi membrane mukosa bersel goblet)
o Cairan dari telinga luar berbentuk purulen tetapi tidak mukoid (karena
telinga luar tidak dilapisi membrane mukosa bersel goblet)
 Otitits media akut
o Biasanya pada anak-anak
o Bisa disertai demam kejang
o Gendang telinga hiperemis (pada pemeriksaan otoskopi)
 Otitis media supuratif kronik/congekan (infeksi telinga tengah dan mastoid
dengan perforasi membrane timpani, secret hilang timbul)
o Dapat menyebabkan komplikasi abses otak
o Biasanya berluma dari otitis media kut, kemudian membrane timpani
perforasi (sakit dan demam hilang/reda karena perforasi)biasanya
orang membiarkannya, tetapi infeksi berjalan terus sehingga
menyebabkan OMSK (biasanya proses berlangsung selama lebih dari 2
bulan)
o Dapat menimbulkan fistula
o Dapat menimbulkan kolesteatoma yang dapat mengerosi tulang
sehingga dapat menyebarkan infeksi ke otak (bila tegmen timpani
hancur)
o Kolesteatoma dapat dibedakan menjadi tipe berbahaya (karena
komplikasinya berbahaya) dan tipe tidak berbahaya. Tanda klinik yang
menjadi pedoman adanya OMSK tipe bahya yakni perforasi pada
marginal atau pada atik (dapat menyebar ke otak).
o Faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit:
 Obat yang tidak adekuat
 Obat yang terlambat diberikan
 Virulensi yang tinggi
 Daya tahan tubuh yang lemah
 Gizi yang buruk
o Jadi, harus berhati-hati apabila gendang telinga pecah di pars flasida
(atik) atau di daerah marginal, annulus timpanikus rusak, ada jaringan
granulasi dari telinga tengahtanda kolesteatoma maligna. Apabila
pecah pada bagian sentral, kolesteatoma tersebut tidak terlalu
berbahaya.
o Diagnosis: gejala klinis, otoskopi, tes penala, radiologi mastoid, uji
kultur dan resistensi secret liang telinga.
o Tanda klinisperforasi marginal/atik
o Tanda lanjutabses/fistula retroaurikuler, polip/jaringan granulasi
telinga luar, gambaran kolesteatoma.
o Terapi kolesteatoma:
 Tipe bahaya harus diangkat
 Tipe aman diberikan antibiotic, dicuci dengan H2O2 3%,
operasi sederhana
o Kalau ada cairan keluar dari telinga
Tentir Kuliah IKK: Penginderaan dalam perspektif kedokteran komunitas
Berdasarkan prevalensinya, masalah gangguan penginderaan yang paling sering adalah
gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran.
Prevalensi kebutaan di Indonesia adalah 1,5%. Gangguan penglihatan tersering adalah
katarak(0,78%), diikuti dengan glaucoma(0,20%), kelainan refraksi(0,14%), kelainan
retina(0,10-0,13%).
Prevalensi ketulian di Indonesia adalah 0,4%, sedangkan yang menderita gangguan
pendengharan sebanyak 16,8%. Gangguan pendengaran tersering adalah infeksi(3,1%),
diikuti dengan presbiakusis(2,6%), kebisingan(0,3%), dan ototoksik (0,1%)
Salah satu aspek yang menjadi pertimbangan untuk menemtukan keparahan suatu
penyakit adalah ireversibilitasnya,,,contoh gangguan yang ireversibel adalah tuli
sensorineural. Aspek lainnya adalah konsekuensi, baik medis maupun social, yang harus
diterima akibat penyakit tersebut
Health field model adalah suatu model yang digunakan untuk melihat dan
menyelesaikan suatu
permasalahan
perilaku dan
lingkungan
merupakan
komponen yang
memiliki peranan
besar dalam
mempengaruhi
gangguan
penginderaan
contoh faktor
lingkungannya
adalah pajanan
toluene yang dapat
menyebabkan tuli
sensorineural
contoh perilaku yang dapat mempengaruhi fungsi penginderaan adalah
mendengarkan music keras-keras
contoh perilaku yang lain adalah apabila kita menggunakan computer lebih
dari 1,5 jam maka mata akan mengalami pemanjangan punctum proximum,
mengalami kelelahan (astenopia), penglihatan menjadi kabur
-
-
kalau seseorang terpajan bising  akan terjadi temporary midline shift 
kalau pajanan berulang  akan terjadi kerusakan saraf  tuli sensorineural
(noise induced hearing lost)
untuk radiasi optic, makin panjang gelombangnya makin dalam penetrasinya
LASER (light amplification by stimulated emission radiation) memiliki panjang
gelombang yang koheren  dapat difokuskan dalam area yang sangat kecil 
energi sangat besar  untuk terapi bedah. Tapi kalau kena mata  dapat
menyebabkan kerusakan fovea
2. faktor kimia … bahan ototoksik dan bahan penyebab buta warna
3. faktor biologis … bakteri, virus, parasit penyebab gangguan indera
-
Pendekatan Epidemiologis
Penyakit dapat terjadi karena adanya interaksi 3 faktor yaitu antara host, agent,
dan environment
-
Host
Agent
Disease agent
substansi yang mencetuskan
atau menyebabkan berkembangnya
Environment penyakit
Environment faktor eksternal yang mempengaruhi individu atau kelompok
Host (Pejamu); faktor pada individu yang dapat berhubungan dengan
terjadinya penyakit, seperti:
o karakteristik individu
o adat dan kebiasaan / perilaku
o mekanisme pertahanan tubuh
o reaksi dan sifat psikobiologik
Prinsip pencegahan adalah memutuskan hubungan antara ketiga faktor
tersebut, yakni dengan meningkatkan kondisi pejamu serta mengintervensi
keadaan lingkungan/agen
Yang dapat dilakukan pada host :
o Peningkatan pengetahuan kesehatan
o Menanamkan perilaku sehat, termasuk menjaga higiene perorangan
o Penggunaan alat pelindung diri  co. menggunakan earplug untuk
pekerja di lingkungan bising
o Kecukupan nutrisi
o Pemeriksaan kesehatan  co. pemeriksaan audiometric, dapat
membedakan antara tuli konduktif atau tuli perseptif
o Dalam hal pemeriksaan kesehatan termasuk juga pemeriksaan
kehamilan/ ante natal care, pemantauan kesehatan bayi dan balita
(cth; posyandu) dan pemeriksaan kesehatan berkala
Bahaya Potensial/Faktor Risiko Gangguan Penginderaan dapat dikelompokkan
menjadi
1. faktor fisik, contohnya radiasi optic, seperti sinar inframerah, UV, sinar tampak
(pada mata) ,serta kebisingan (pada telinga)
-
Ditujukan pada agen penyebab:
-
o Identifikasi bahaya  co. pengkukuran intensitas kebisingan (alat ukurnya:
sound level meter, satuannya : dB)
o Penilaian tingkat bahaya
 disesuaikan dengan target group,,,
pada ibu hamil,,intensitas 45 dB  dapat menimbulkan gangguan pada
janin
o Pengendalian bahaya potensial
Intervensi pada lingkungan kerja dan pemukiman:
o Perencanaan tata-ruang dan peruntukan
o Isolasi (penanaman pohon di airport, double glazes pada pintu/jendela)
o Pentabiran (Shielding, pemasangan krei)
o Penanganan limbah
Kebanyakan kebutaan yang diderita masyarakat Asia Tenggara adalah kebutaan yang
dapat dihindari: katarak dan glaukoma. Tetapi jangan lupa pula bahwa ada tren ke arah
penyakit degeneratif (Age-related Macular Degeneration/AMD) yang kini jumlah
kasusnya semakin banyak. Oleh karena itu, inti dari kuliah RM kali ini adalah mengenai
bagaimana meningkatkan fungsi kehidupan penderita gangguan penglihatan (dan
pendengaran) mulai dari aktivitas dasar, aktivitas bertujuan, hingga performanya
sebagai manusia sosial secara utuh.
Kebutaan pada anak dapat menimbulkan gangguan yang relatif lebih kompleks
daripada kebutaan pada dewasa. Hal ini meliputi antara lain:
Gangguan motorik
Gangguan sensorik
Gangguan kognitif
Gangguan interpersonal dan intrapersonal
Intervensi pada bahan dan substansi bahaya:
Gangguan dalam merawat diri sendiri
o Eliminasi
Gangguan produktivitas
o Segregasi
Gangguan dalam aktivitas rekreasi
o ventilasi
Gangguan
motorik pada anak yang buta secara umum dapat dikatakan:
o supresi
 Tidak menggunakan tangan untuk eksplorasi lingkungan
 Tidak menyukai posisi duduk karena tidak ada stimulasi visual sebagai
Pendekatan administratif :
stimulator
o Pembatasan waktu pajanan (diwaktu kerja maupun di rumah)
 Keterlambatan perkembangan motorik (tidur-duduk-merayap-merangkakUpaya pencegahan ditujukan agar tingkat pajanan tidak berbahaya.
berdiri-berjalan)
 Perkembangan motorik halus yang melibatkan manipulasi objek dan
 Di tempat kerja dikenal dengan Nilai Ambang Batas,, 85 dB
keterampilan tertahan di satu titik
 Di pemukiman dikenal dengan Baku Mutu Lingkungan ,,70dB
 Menghindari aktivitas motorik kasar karena ketiadaan feedback visual; hal ini
mengakibatkan koordinasi dan integrasi gerakan menjadi buruk
Baku mutu lingkungan harus lebih tidak berbahaya, karena lebih banyak waktu dihabiskan

Perkembangan refleks dan keseimbangan terhambat
di pemukiman.
Gangguan sensorik pada anak yang buta secara umum dapat dikatakan:
 Sikap defensif ketika disentuh untuk dimandikan, digendong, atau diganti
Kuliah 15 – Rehabilitation of Sensory Disorders
popoknya

Blindism (untuk stimulasi diri sendiri) --> menelengkan kepala, menggosok
Catatan: malang tak dapat ditolak, untung sepupunya Donal Bebek, sang dosen
mata, menyentuh tangan, mengayunkan tubuh, melambaikan tangan di depan
lebih banyak bercerita daripada menambahkan isi slide dengan materi yang
mata, menyentuhkan dagu ke dada, dsb
berguna untuk ilmu pengetahuan kita. Jadi, tentier kali ini akan lebih banyak

Kesulitan dengan aktivitas yang bersifat spasial (berkaitan dengan tempat,
menyamakan persepsi tentang isi slide belaka.
seperti berjalan) dan temporal (berkaitan dengan waktu, seperti menunggu)

Kesadaran proprioseptif, lateralisasi, dan arah yang buruk
Yang dimaksud dengan gangguan sensorik (sensory disorders) dalam hal ini adalah

Hiper/hiporesponsif terhadap stimulasi vestibular
gangguan yang terjadi khususnya pada indera penglihatan (meliputi buta anak/dewasa,
 Kecemasan akan bunyi/suara yang tidak familiar
penglihatan buruk) dan indera pendengaran. Hal ini disebabkan karena kedua indera
 Hiperresponsif terhadap bau
tersebut memgang peranan terbesar dalam menerima informasi: orientasi-mobilitas,
Gangguan kognitif pada anak yang buta secara umum dapat dikatakan:
aksesibilitas, dan komunikasi serta korespondensi dari lingkungan.
 Kelakuan dan kesadaran lingkungan yang buruk
BAGIAN PERTAMA: INDERA PENGLIHATAN
 Kecenderungan
untuk
menggunakan
memori
sentuhan
daripada
spasial/auditori

Tidak memiliki konsep “objek yang permanen”
Adapun gangguan intrapersonal dan interpersonal meliputi:
 Bahasa nonverbal (senyum, ekspresi wajah) terhambat
 Ansietas parsial (suatu bentuk ansietas yang umum dialami anak pada tahap
perkembangan psikologis tertentu) lebih parah dan lebih lama dari anak
normal
 Kekurangan feedback visual terhadap kelakuan dan komunikasi nonverbal
dalam masyarakat
 Kecenderungan untuk bersikap pasif dalam lingkungan
 Menarik diri dari pergaulan
Demi orientasi-mobilitasnya (kemampuan navigasi secara aman, tidak tergantung, dan
percaya diri) perlu dilakukan suatu rehabilitasi medik yang bergantung pada
kebutuhan/kemampuan/tuntutan lingkungan tiap orang. Model untuk terapi tentu saja
berputar di sekitar konsep: integrasi sensorik, tahap perkembangan, dan terapi
perkembangan pikiran.
Rehabilitasi ini meliputi: latihan sensorik (sensitivitas sensorik dll), pengembangan
konsep (pembelajaran spasial dan struktur stereometri) dan kemampuan motorik
(penggunaan tangan untuk eksplorasi), keahlian tongkat panjang (penting!), dan
komunikasi-korespondensi (huruf Braille dll).
2.
BAGIAN KEDUA: REHABILITASI INDERA PENDENGARAN
Penjelasan yang ga tercantum di slide kuliahnya, bisa dibilang sedikit, soalnya bagian
kedua ini 15 menit terakhir ^^
Rehabilitasi pendengaran, tujuannya untuk mengurangi kesulitan komunikasi
seseorang, membantu seseorang menghadapi kehilangan pendengarannya.
Ada 3 macam perlakuan:
1.
Amplifikasi
a. Konvensional hearing aid, biasanya tempatnya di sini: di liang telinga,
di lubang telinga, dan di belakang telinga
b. Untuk mengamplifikasi sinyal suara dan menyampaikannya di level
yang tepat di atas range dari threshold yang lemah.
c. Digunakan jika derajat kerusakan pendengaran pasien cukup banyak
sehingga mengganggu komunikasi dengan sekitarnya.
d. Hearing aid: komponennya ada 3, yaitu mikrofon (mengambil suara
lingkungan, mengubah sinyal suara menjadi sinyal listrik, dan
terhubung ke amplifier), amplifier (meningkatkan amplitudo signal
elektrik dan mengirim ke receiver), dan receiver (mengubah sinyal
3.
listrik yang telah diamplifikasi kembali ke sinyal suara dan
mengeluarkannya di liang telinga)
Perhatikan ketiga komponen ini, pertimbangkan apakah membantu
pendengaran pasien, jangan tergiur harga murah atau tertipu harga
mahal.
Letaknya ada yang di telinga luar, tengah, dan dalam.
e. Untuk amplifikasi, jika pasien yang tuli parah atau mendalam dan tidak
terobati dengan amplifikasi konvensional, maka dapat menggunakan
cochlear impant. Cochlear implant digunakan untuk yang
kerusakannya di fungsi dari sel rambut di koklea. Jika sel rambut
rusak, impuls saraf tidak dihasilkan dan aktivitas listrik saraf
pendengaran tidak dimulai.
f. Elektroda yang digunakan pada cochlear implant ditanam di tulang
temporal.
Training auditori
a. Yang penting : identifikasi dan intervensi secepatnya
b. Alasannya, untuk membuka jalur komunikasi yang dibutuhkan untuk
perkembangan kebahasaan
c. Setelah perangkat amplifikasi yang tepat diperoleh, pasien perlu
diajarkan bagaimana menggunakan residu atau sisa pendengaran
d. Tujuan: untuk memaksimalkan penggunaan bahasa lisan atau isyarat
dari pasien
e. Pendekatan Lisan: untuk membantu anak mengembangkan
keterampilan lisan yang akan memungkinkan untuk mendapatkan
pendidikan dan gaya hidup
f. Pendekatan manual: untuk membantu anak mengembangkan bahasa
melalui sistem indra yang tidak terganggu. Anak belajar bahasa isyarat
sebagai metode komunikasi
g. Menggabungkan komunikasi lisan dan manual yang menekankan
pengembangan bahasa tanpa memperhatikan sistem sensorik.
Pendekatan ini berusaha untuk memaksimalkan pembelajaran bahasa
dan komunikasi lisan.
h. Untuk pendekatan carhart dan penjelasannya, bisa dilihat di slide
kuliah ya
Metode komunikasi aural/oral dan manual
a. Penggunaan dari sisa pendengaran untuk menerima bahasa dan kata
yang diucapkan untuk mengekspresikan bahasa.
b. Salah satu masalah yang paling sulit, terutama anak-anak adalah
bagaimana menentukan cara komunikasi yang terbaik bagi klien.
c. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, seperti jumlah sisa
pendengaran, bahasa dan kemampuan kognitif, manual ketangkasan,
dan preferensi klien
ASPEK MEDIKOLEGAL PENGINDERAAN



Istilah medikolegal behubungan dengan kedokteran dan hukum, menyangkut aspek
hukum praktik kedokteran (seperti malapraktik atau persetujuan pasien untuk
operasi atau informasi pasien).
Dari ke-5 sistem indera, hanya penglihatan dan pendengaran yang tampaknya
menjadi isu utama yang berhubungan dengan aspek medikolegal.
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di Indonesia, terdapat 5 indera
khusus:
a. Penglihatan
b. Pendengaran
c. Penghiduan
d. Pengecapan
e. Perabaan

Aspek Medikolegal Pendengaran

Gangguan Pendengaran
 Ringan (mild)
- dewasa: 25 – 40 dB
- anak: 15 – 40 dB
 Sedang (moderate): 41 – 55 dB
 Moderately severe: 56 – 70 dB
 Berat (severe): 71 – 90 dB
 Profound: ≥ 90 dB

Permasalahan Medikolegal timbul apabila gangguan pada indera merupakan akibat
dari trauma, berhubungan dengan pekerjaan, atau penganiayaan.
a. Keparahan cedera
 kehilangan salah satu indera = luka berat, sesuai pasal 90 KUHP:
Aspek Medikolegal Penglihatan

Level kelayakan tajam penglihatan (visus) ditentukan berdasarkan kebijakan.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat ditentukan batas minimum visus sbb:
- lisensi pilot = 20/20
- lisensi mengemudi (SIM) = 20/40
- special educational assistance (bantuan pendidikan khusus) = 20/80
 visus 20/200 (dengan koreksi terbaik, atau dengan lapang pandang kurang dari 20°)
didefinisikan sebagai legal blindness (buta menurut hukum)





Menurut WHO ICD (International Classification of Disease) edisi 10:
- Low vision (penglihatan buruk): ketajaman penglihatan (visus) < 6/18 tapi ≥
3/60, atau penurunan lapang pandang hingga < 20° pada mata dengan koreksi
terbaik yang dapat dilakukan
- Blindness (kebutaan): tajam penglihatan (visus) < 3/60 atau penurunan lapang
pandang < 10° pada mata dengan koreksi terbaik yang dapat dilakukan
Visual impairment (gangguan penglihatan): penglihatan dengan bantuan kacamata
≤ 20/60; keterbatasan side vision; buta warna; penglihatan ganda.
Visual disability: ketidakmampuan seseorang untuk melakukan suatu hal terkait
fungsi penglihatan. Penilaian terhadap ketidakmampuan ini penting untuk
memperoleh kompensasi bagi pekerja, asuransi cacat, dan bentuk-bentuk bantuan
dari pemerintah lainnya.
Gangguan penglihatan tertinggi (menurut WHO, 2002) terdapat di Asia Tenggara.
(table perbandingan dapat dilihat di slide )
Buta warna:
a. Total
b. Parsial (sebagian)
merah-hijau  dikromat (protanopia dan deuteranopia), trikromat
anomali (protanomali dan deuteranomali)
 biru-kuning  dikromat (tritanopia), trikromat anomaly (tritanomali)
Tidak ada alasan untuk melarang seseorang yang buta warna untuk belajar
kedokteran  di negara-negara barat tidak ada screening khusus bagi calon
mahasiswa kedokteran, yang perlu diperhatikan adalah saat memilih spesialisasi.
Sebaliknya, beberapa negara timur tidak mengizinkan seseorang dengan buta
warna untuk belajar kedokteran.

Luka berat berarti:
– jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
– tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
– kehilangan salah satu pancaindera;
– mendapat cacat berat;
– menderita sakit lumpuh;
– terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
– gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
 sementar itu
b.

Kompensasi pekerja (workman compensation)
Pedoman IDI 2004:
Untuk Calon Presiden / Calon Kepala Daerah, diharapkan tidak memiliki kriteria di
bawah ini:
Catatan: pengaturan hukum masih punya banyak kekurangan. Contoh  definisi
perkosaan yang hanya berlaku bagi seorang wanita yang disetubuhi secara paksa (lalu
bagaimana dengan bentuk-bentuk pelecehan seksual lainnya)
– Disabilitas bidang penglihatan sbb:
• Tajam penglihatan jauh dengan koreksi masih lebih buruk dari 6/18 dan/atau
tajam penglihatan dekat dengan koreksi masih lebih buruk dari Jaeger 2 pada
mata terbaik;
• Lapang pandangan kurang dari 50 % yang tidak dapat dikoreksi;
• Diplopia pada posisi sentral 30° yang tidak dapat dikoreksi;
– Disabilitas bidang pendengaran:
• Tuli yang tidak dapat dikoreksi dengan alat bantu dengar;
Anosmia dan Masalah Pengecapan
 Hilangnya kemampuan untuk menghidu (gangguan olfaktorius) dapat
disebabkan oleh trauma kepala, pengobatan, dan infeksi.
Permasalahan Medikolegal lainnya



Transplantasi Kornea  PP 18/1981 tentang bedah mayat anatomis, bedah ayat
klinis dan transplantasi jaringan tubuh manusia
Gangguan penglihatan dapat menyebabkan seseorang dilarang untuk
berkesempatan dalam suatu pekerjaan atau pendidikan.
Pasal-pasal lainnya:
a. Pasal 89 KUHP
Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan
kekerasan.
b. Pasal 352 KUHP
Penganiayaan ringan adalah penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit dan
atau halangan melakukan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian sehari-hari.
-
SELAMAT BELAJAR YAH TEMAN-TEMAN-
Download