vi. analisis fungsi biaya produksi

advertisement
VI. ANALISIS FUNGSI BIAYA PRODUKSI
6.1.Karakteristik Petani
Karakteristik petani ikan merupakan salah hal yang penting untuk
diketahui dan merupakan salah satu keberhasilan usaha budidaya ikan KJA.
Pengelolaan usaha KJA memerlukan pengalaman yang cukup untuk keberhasilan
usahanya. Tingkat pendidikan dan umur merupakan faktor yang menentukan
ketahanan mental dan fisik petani ikan. Status usaha menentukan prioritas mata
pencaharian.
Berdasarkan hasil wawancara 55 responden diperoleh sebagian besar
sebanyak 22,81% berada pada kisaran umur 25-30 tahun dan 36-40 tahun
sebanyak 26,32%. Kelompok umur terbanyak kedua berada pada kisaran umur
41-45 tahun sebanyak 21,02%.
Menurut tingkat pendidikan, sebagian besar
responden 75,44% lulusan SD. Lulusan SLTP menempati urutan kedua sebesar
19,30%. Responden dengan tingkat pendidikan SLTA hanya 5,26%.
Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha KJA adalah pengalaman
usaha.
Sebagian besar responden 36,847% memiliki pengalaman 1-5 tahun.
Kelompok terbanyak kedua yaitu kelompok petani ikan dengan pengalaman usaha
6-10 tahun dan 11-14 tahun masing-masing sebanyak 19,3%. Selebihnya adalah
kelompok responden dengan lama pengalaman lebih dari 15 tahun. Tabel 25
menyajikan pengelompokan responden berdasarkan umur, pendidikan dan
pengalaman usaha.
98
Tabel 25. Karakteristik Responden Petani Ikan KJA
No.
1.
2.
3.
Keterangan
Responden
Jumlah
Presentase (%)
Kelompok Umur
a. <25
b. 25-30
c. 31-35
d. 36-40
e. 41-45
f. 46-50
g. >50
Kelompok Pendidikan
a. SD
b. SLTP
c. SLTA
3
13
8
15
12
3
3
5,26
22,81
14,04
26,32
21,02
5,26
5,26
43
11
2
75,44
19,30
5,26
Pengalaman Usaha (Tahun)
a. 1 - 5
b. 6 -10
c. 11-14
d.15-18
d.19-22
21
11
11
6
8
36,84
19,3
19,3
10,53
14,04
Sumber: Data Primer, 2011.
Petani ikan yang merupakan penduduk sekitar pada umumnya hanya
memiliki 4-12 petak atau 1-3 unit. Petani yang memiliki 16 unit ke atas berasal
dari luar wilayah sekitar wilayah penelitian, seperti dari Kota Cianjur, Kota
Bandung, Kota Jakarta, bahkan ada yang berasal dari luar Pulau Jawa. Mereka
yang berasal dari luar wilayah, pada umumnya dapat masuk berinvestasi di
Waduk Cirata disebabkan tidak adanya aturan yang menetapkan siapa saja yang
dapat berinvestasi di sini. Selain itu, kemudahan persyaratan dalam berinvestasi
tidak melibatkan pemda setempat. Mereka cukup ijin kepada salah satu tokoh
masyarakat dan menyatakan untuk berinvestasi tanpa perijinan dari Badan
Pengelola Waduk Cirata (BPWC). Perijinan hanya berkisar di desa dan
kecamatan.
99
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 55 orang yang menjadi subyek
penelitian
semuanya
menggambarkan
keberadaan
populasi
penelitian
sebagaimana disebut di atas. Sampel penelitian tergambarkan distribusinya pada
Gambar 15.
16
14
12
10
8
6
4
2
0
a. <25 b. 25- c. 31- d. 36- e. 41- f. 4630
35
40
45
50
Sumber: Data Primer, 2011
Gambar 15. Grafik Jumlah Petak KJA Responden
6.2. Aspek Teknis Budidaya Ikan KJA
Pola budidaya ikan di Waduk Cirata adalah sistem karamba jaring apung
berlapis atau bertingkat terdiri dari dua lapis jaring yaitu jaring lapis dalam dan
jaring lapis luar. Ada dua pemeliharaan ikan yang dipelihara pada masing-masing
jaring tersebut. Umumnya ikan yang dipelihara pada jaring lapis atas adalah ikan
mas (Cyprinus carpio), sedangkan pada jaring lapis bawah dipelihara ikan nila
(Oreochromis niloticus). Pemberian pakan hanya dilakukan pada ikan mas yang
dipelihara dalam jaring lapis atas, sedangkan untuk ikan nila, pada bagian jaring
lapis bawah tidak diberi pakan. Ikan nila hanya memanfaatkan pakan yang tersisa
yang tidak dimakan oleh ikan mas.
100
Sistem ini dikembangkan bertujuan untuk mengurangi beban sisa pakan,
yang dapat mencemari perairan. Dengan sistem ini sisa pakan untuk ikan mas atau
ikan yang dipelihara pada lapis dalam dapat dimanfaatkan oleh ikan nila yang
dipelihara dalam jaring lapis luar. Dengan demikian selain bertujuan untuk
mengurangi sisa pakan, KJA berlapis ini dapat menghasilkan hasil tambahan dari
produksi ikan nila yang dipelihara pada jaring lapis luar.
6.2.1. Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi pada budidaya KJA merupakan salah satu faktor yang
penting. Pada umunya petani ikan lebih memilih lokasi yang berdekatan dengan
daratan. Walaupun sebenarnya dalam penentuan lokasi ini seharusnya ditentukan
oleh BPWC dalam bentuk Surat Penempatan Lokasi (SPL) pada waktu petani
ikan akan memulai usaha. Namun kenyataanya petani bebas menentukan lokasi
KJA dan tidak mengurus SPL.
6.2.2. Pembuatan KJA
Karamba yang digunakan untuk budidaya 1 unit KJA memiliki ukuran 14
m x 14 m yang terdiri dari 4 petak/kolam yang berukuran 7 m x 7 m. Pembuatan
KJA dilakukan oleh masyarakat setempat.
Bagi para investor yang ingin
melakukan budidaya ikan dengan cara pesan kepada masyarakat yang khusus
membuat KJA.
Pada saat penelitian dilakukan, rata-rata harga 1 unit KJA
berkisar antara Rp 25 .000.000. Bahan yang digunakan utnuk pembuatan KJA
terdiri atas bambu, besi, drum plastik/kaleng, styrofoam, kayu, jangkar,
pelampung dan jaring.
Jaring karamba menggunakan bahan nylon atau
polyethlene terdiri dari 2 lapis jaring, jaring lapisan atas terdiri dari 4 jaring
sebanyak 4 x 20 kg dengan ukuran mata jaring 1 – 1,5 cm.
101
Saat ini penggunaan bahan styrofoam sudah tidak diperbolehkan lagi
dikarenakan berpengaruh buruk terhadap lingkungan. Petani yang memiliki KJA
dekat dengan daratan pada umumnya lebih memiliki bahan yang terbuat dari
styrofoam dikarenakan harganya lebih murah.
Konstruksi keramba jaring apung
Konstruksi KJA merupakan salah satu faktor penting dalam memulai suatu
usaha budidaya keramba jaring apung. Konstruksi jaring apung umumnya
menggunakan kerangka besi memiliki daya tahan yang lebih lama dibandingkan
dengan bambu atau kayu. Dalam 1 unit jaring apung terdiri dari 4 petak.
Konstruksi jaring apung yang ada di daerah penelitian, meliputi:
1) Besi
Kerangka KJA menggunakan besi. KJA berbentuk pesegi dengan ukuran
15,5 mx 15,5 m untuk 1 unit. Panjang besi yang biasa digunakan berukuran 6 m.
Panjang 1 kolam sebesar 7 m, berarti jumlah besi yang dibutuhkan 1 batang
ditambah 1 m dipotong dari besi kedua. Untuk 1 unit keramba dengan luas 15,5 m
x 15,5 m, besi yang dibutuhkan sekitar 40 batang. Harga 1 batang besi Rp
100.000.
2) Bambu
Bambu digunakan sebagai tempat berjalan atau disebut geladak. Bambu
ini disusun secara teratur di sela-sela besi, untuk 1 geladak diperlukan 5 buah
batang bambu, sedangkan untuk 1 unit jaring apung terdapat 12 geladak, sehingga
jumlah bambu yang diperlukan sebanyak 60 batang. Bambu diperoleh dari daerah
sekitar dan dikirim sampai ke tempat pembuatan. Harga bambu Rp 7.000 per
batang.
102
3) Kayu / Kaso
Kayu/kaso digunakan sebagai penyangga geladak. Kayu disusun
berlawanan dengan susunan bambu. Kayu yang digunakan berukuran 5 cm x 7
cm, dengan panjang 50 cm untuk 1 geladak, sehingga jumlah kayu yang
diperlukan sebanyak 60 batang. Harga rata-rata kayu dengan ukuran 50 cm yaitu
Rp 3.000 per batang.
4) Pelampung
Sebagai pelampung umumnya digunakan drum besi, drum plastik atau
busa/styrofoam. Pelampung berfungsi untuk mengapungkan konstruksi keramba
agar tetap berada di permukaan serta untuk mengaitkan jaring. Banyaknya
pelampung yang digunakan dalam 1 unit sebanyak 37 buah. Harga drum besi Rp
100.000. Harga drum plastik Rp 160.000 per buah.
Sebagian pembudidaya
menggunakan pelampung dari busa/styrofoam karena harganya lebih murah.
Setiap 1 pelampung membutuhkan 2 lembar busa. Harga per dua lembar Rp
60.000.
5) Jaring
Jaring yang digunakan yaitu jaring yang terbuat dari nylon dan
polyethylene. Jaring ini dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Ukuran
mata jaring yang digunakan oleh pembudidaya berukuran 1-1,25 cm jaring untuk
lapisan atas berukuran 7 m x 7 m x 2 m.
6) Pemberat Jaring
Sebagai pemberat jaring dibuat dari batu seberat 2 kg yang diikatkan pada
seutas tali sepanjang 5-7 m. Biaya untuk membuat 1 buah pemberat jaring sebesar
103
Rp 5.000. Pemberat jaring ini diperoleh dari kios-kios yang ada di sekitar waduk
atau dibuat sendiri oleh pembudidaya.
7) Jangkar Kolam
Jangkar kolam terbuat dari batu yang dimasukkan ke dalam karung dengan
berat 75 kg per karung. Masing-masing pemberat menggunakan 2 karung jadi
beratnya sekitar 150 kg. Pemberat kolam diikatkan pada seutas tali unitnya yang
dipasang di antara sudut-sudut keramba. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat
1 buah jangkar beserta talinya menghabiskan biaya sebesar Rp 200.000. Pada 1
unit KJA terdapat 4 buah jangkar.
8) Rumah Jaga
Fungsi rumah jaga digunakan sebagai tempat tinggal tenaga kerja. Jumlah
rumah sebanyak 1 buah untuk 1 - 4 unit jaring apung. Rumah jaga ini terbuat dari
bahan kayu atau triplek dengan atap terbuat dari seng. Pada umumnya
pembudidaya tidak membuat rumah jaga sendiri, tetapi memesan dalam bentuk
sudah jadi rumah jaga. Harga rumah jaga berkisar antara Rp 10.000.000 – Rp
12.000.000 per unit
9) Rumah Pakan/Supa
Rumah pakan yang disebut juga supa digunakan sebagai tempat
menyimpan pakan. Jumlah rumah pakan sebanyak 1 buah untuk 1 unit jaring
apung. Rumah jaga ini terbuat dari bahan kayu atau triplek dengan atap terbuat
dari seng. Sebagian besar pembudidaya responden tidak membuat rumah jaga
sendiri, tetapi memesan dalam bentuk sudah jadi rumah jaga. Harga rumah pakan
berkisar antara Rp 1.250.000 – Rp 2.000.000 per unit
104
6.2.3. Proses Budidaya
(1)
Penebaran Benih
Pada umumnya petani memperoleh benih untuk usahanya dari Cianjur dan
Bandung. Menurut petani benih ikan yang berasal dari kedua lokasi tersebut
memiliki kualitas yang baik.
Benih ikan mas yang ditebar per musim tanam pada budidaya KJA sebanyak
40 – 50 kg per petak (49 m2) dengan ukuran 80-100 ekor per kg. Panjang benih
berukuran “sangkal korek’ (finger link). Berat benih berkisar antara 10-12,5 gram.
Padat penebaran per petak adalah sebesar 340 gram/m2. Harga benih ikan mas
berkisar antara Rp 27.000 – Rp 28.000 per kg. Benih dan pakan ikan tersedia di
lokasi sekitar. Petani tidak perlu mendatangi penjual benih. Benih akan dikirim
oleh penjual pakan yang berperan sebagai bandar ikan melalui perahu sesuai
dengan permintaan.
(2)
Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan pada usaha ini adalah pakan buatan (komersial)
berupa pellet. Pemberian pakan diberikan sekenyangnya tergantung pada kondisi
cuaca. Apabila cuaca baik (panas), pemberian pakan berulang-ulang sampai ikan
kenyang. Akan tetapi bila cuaca kurang baik, misalnya mendung atau hujan, maka
pakan yang diberikan sedikit saja atau tidak diberikan sama sekali.
Pemberian pakan dilakukan oleh petani dengan cara ditebar sedikit demi
sedikit. Hal ini untuk menghindari jumlah pakan terbuang ke perairan. Pakan
yang terbuang dimakan oleh ikan nila. Banyaknya pakan yang diberikan pada satu
musim tanam sekitar 2.000 kg per petak. Harga pakan bervariasi tergantung
merek pakan antara Rp 5.250 – Rp 6.000 per kg. Jenis pakan yang digunakan
105
adalah Comfeed, Ekstra M, Jatra, Turbo, Cargill, Malindo. Pakan dan benih
diperoleh petani dari penjual pakan di lokasi yang disebut dengan ”gudang” atau
”bandar”.
(3)
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang diperlukan bagi budidaya ikan KJA ini bergantung pada
jumlah unit yang dimiliki petani. Jumlah unit 1 - 4, diperlukan 1 orang tenaga
kerja, dan yang unitnya lebih dari 4 pada umumnya mempekerjakan 2 orang
dengan tambahan tenaga kerja pada saat tertentu, yakni pada waktu ikan diberi
pakan. Pada saat panen tenaga kerja yang diperlukan untuk mempercepat proses
masuknya ikan ke dalam kantong yang telah disiapkan, disediakan oleh pembeli
ikan.
(4)
Pemanenan
Satu siklus musim tanam pembesaran ikan mas rata-rata 3 bulan. Dalam
satu tahun petani melakukan produksi 3 kali untuk ikan mas. Besarnya panen
yang dihasilkan sekitar 800-1000 kg per petak. Harga jual panen ikan mas antara
Rp 12.000 – 17.000 per kg.
Biasanya untuk satu kali panen ikan mas
membutuhkan 1 – 2 ton pakan ikan. Hasil yang diperoleh dengan nilai efisiensi
antara 45% - 58% atau nilai FCR 1,8. Panen dilakukan oleh pembeli ikan yang
datang langsung ke kolam. Tidak terdapat biaya pemanenan karena biaya panen
ditanggung oleh pembeli ikan. Pembeli ikan pada umumnya adalah ”gudang”
atau ”bandar” yang sekaligus juga tempat petani ikan mengambil pakan dan
benih. Dengan demikian ada keterikatan antara petani ikan dengan ”gudang” atau
”bandar”.
106
6.3. Fungsi Biaya Produksi Budidaya Ikan KJA
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam metode penelitian di Bab IV dan
ditunjang dengan uraian tentang keadaan umum daerah penelitian, populasi
penelitian relatif homogen yang diperlihatkan oleh beberapa hal berikut ini:
a. Ukuran unit KJA di Waduk Cirata ditetapkan oleh aturan BPWC sebesar 4
petak dimana setiap petak berukuran 7m x 7m x 2 m dan secara keseluruhan
berukuran 15,5 m x 15,5 m
b. Benih ikan yang ditanam homogen yaitu ikan mas.
Keseragaman di atas, menyebabkan pemilihan wilayah penelitian dilakukan
di Cianjur. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada sisi geografis, yaitu kemudahan
akses.
Dalam kegiatan produksi selama setahun, petani KJA melaksanakannya 3
kali. Waktu panen yang dibutuhkan sekitar 3 bulan. Input yang digunakan pada
usaha pembesaran ikan di KJA ini adalah benih ikan mas, pakan dan tenaga kerja.
Dalam perhitungan usaha nanti akan dibandingkan dengan dan tanpa biaya
lingkungan.
Produksi ikan mas per musim tanam rata-rata 967 kg/petak. Produktivitas
usaha pembesaran ikan mas rata-rata adalah 19,74 kg/m2. Penggunaan input
produksi rata-rata untuk menghasilkan satu kg ikan mas untuk setiap input yaitu
benih ikan mas 49 kg, pakan 1.787 kg, dan tenaga kerja 8,31 HOK. Untuk lebih
jelasnya produksi dan tingkat penggunaan input produksi rata-rata per musim
tanam di Waduk Cirata disajikan pada Tabel 26.
107
Tabel 26. Produksi dan tingkat Penggunaan Input Produksi Ikan Rata-rata per
Petak per Musim Tanam
Komponen
Satuan
A. Produksi ikan Mas
B. Penggunaan Input Produksi :
 Benih ikan mas/produksi ikan mas
 Pakan /produksi ikan mas
 Tenaga kerja/produksi ikan mas
C. Produktivitas
 Ikan Mas (Luas 49 m2)
kg
Rataan
967
Kg
Kg
HOK
48,27
1.825,89
132,48
Kg/m2
19,74
Sumber: Data primer diolah dari Lampiran
Keterangan: HOK= Hari Orang Kerja
Tabel 27. Harga Input dan Harga Output Rata-rata per Tahun
Komponen
A.
B.
C.
D.
Satuan
Produksi ikan mas
Benih ikan mas
Pakan
Tenaga Kerja
Rataan
Rp/kg
Rp/kg
Rp/kg
Rp/HOK
12.284,85
24.643,11
5.692,71
23.912,02
Sumber: Data primer diolah dari Lampiran
Berdasarkan Tabel
27 di atas tingkat harga rata-rata ikan mas yang
diterima oleh petani KJA adalah Rp 12.284,84 per kg.
Tabel 28. Biaya Produksi Ikan Mas Rata-rata per Musim Tanam Tahun 2011
Komponen
Satuan
Rataan
A. Biaya benih ikan mas /kg produksi ikan mas
Rp
1.119,04
B. Biaya Pakan / kg produksi ikan mas
Rp
10.387,33
C. Biaya Tenaga Kerja / kg produksi ikan mas
Rp
185,66
D. Total Biaya / kg produksi ikan mas
Rp
11.785,20
Sumber: Data primer diolah dari Lampiran
Keterangan: Angka dalam kurung menunjukkan persentase dari total biaya
Persentase
9,5
88,1
1,6
108
6.4. Fungsi Biaya Budidaya Ikan KJA Tanpa Biaya Eksternalitas
6.4.1. Hasil Analisis Regresi Fungsi Biaya Produksi Ikan Mas Budidaya
KJA
Pendugaan koefisien fungsi biaya usaha pembesaran ikan mas menggunakan
model OrdinaryLeast Square(OLS). Hasil pendugaan koefisien dari pendekatan
OLS disajikan pada Tabel 29. Berdasarkan Tabel 29 diperoleh bilai R2 adalah
0,99 dengan nilai Fhitung sebesar 10683,01 (Lampiran 6). Nilai R2 yang tinggi ini
merupakan indikasi yang cukup kuat bahwa peubah bebas (independent variable)
yang dipakai (harga input) dalam model dapat menerangkan keragaman peubah
tidak bebas (independent variable).
Tabel 29. Koefisien Penduga Fungsi Biaya Tanpa Biaya Eksternalitas
Peubah
Koefisen Penduga
Tingkat Signifikansi
Konstanta, ln K
Harga Benih ikan mas, W1
Harga Pakan, W2
Tenaga kerja, W3
Produksi ikan mas, 1
R2
0,350
0,102
0,878
0,027
0,00066
0,804
0,000
0,000*
0,000*
0,000*
0,380
Sunber: Data primer diolah dari Lampiran
Selanjutnya model fungsi biaya dapat ditulis sebagai berikut:
C  1,419W10,102W20,878W30,027 Q 0, 00066
Dari fungsi biaya yang berkendala jumlah produksi di atas, tampak bahwa
sekalipun secara keseluruhan variabel penduga berpengaruh nyata terhadap biaya,
akan tetapi terdapat variabel produksi Q yang hanya nyata pada selang
kepercayaan 62%, sedangkan variabel lainnya sangat nyata pada selang
kepercayaan 95%. Nilai konstanta K=1,419 mengisyaratkan bahwa perairan
109
Waduk Cirata masih cukup kondusif sebagai sumberdaya perairan bagi budidaya
ikan KJA sekalipun harus ditentukan oleh adanya faktor variabel lain.
Nilai koefisien Q memperlihatkan bahwa apabila jumlah produksi dijadikan
sebagai kendala, maka keinginan petani untuk menaikan produksi akan
berimplikasi kepada naiknya biaya produksi. Sebaliknya apabila ingin
menurunkan produksi, maka biaya total akan menurun pula. Selain itu, nilai
koefisien Q yang bernilai lebih kecil dari 1 memperlihatkan bahwa produksi ikan
mas berada dalam kondisi decreasing return scale dimana produksi akan terus
menurun dari tahun ke tahun. Dalam kenyataannya, produksi perikanan KJA
perairan Wasuk Cirata dari tahun ke tahun senantiasa menurun. Pada sisi lain,
jumlah petak KJA makin bertambah melebihi laporan BPWC pada tahun 2007
yang menyebutkan 51.148 buah petak.
Nilai koefisien variabel benih ikan mas, pakan ikan mas dan variabel tenaga
kerja semuanya bernilai positip, dan sangat signifikan. Nilai-nilai ini sesuai
dengan harapan. Selanjutnya dapat disebut bahwa biaya total produksi ikan mas
dipengaruhi oleh harga input variabel ikan mas, pakan ikan mas dan tenaga kerja.
6.4.2. Fungsi Permintaan Input Produksi Ikan Mas Budidaya KJA Tanpa
Eksternalitas
Fungsi permintaan faktor input produksi ikan mas budidaya KJA dapat
diperoleh dengan melakukan proses derivasi parsial terhadap variabel yang
diinginkan. Dengan demikian, fungsi permintaan atas variabel benih ikan mas,
pakan ikan mas dan tenaga kerja untuk produksi ikan mas budidaya KJA dapat
ditentukan. Selanjutnya dengan memasukkan harga normal dari masing-masing
110
variabel dapat diperoleh input optimal masing-masing variabel input produksi
(Tabel 30).
Tabel 30. Tabel Permintaan Input Optimal Tanpa Eksternalitas
Input Optimal
Rumus
Benih
ikan 0,145.W10,8972 .W20,878 .W30, 027 .Q 0,00066
mas, X1*
Pakan
ikan 1,2468.W10,1028 .W20,1215 .W30, 027 .Q 0, 00066
*
mas, X2
Tenaga kerja, 0,0384.W10,81028 .W20,878 .W30,9729 .Q 0, 00066
X3*
Produk ikan 0,00088.W10,1028 .W20,878 .W30, 027 .Q 0,9994
mas, Q*
Nilai
46,28
Satuan
kg/petak
1685,02
kg/petak
122,09
HOK/Musim
tanam
kg/petak
938,16
6.4.2.1. Input Optimal Benih Ikan Mas
Besar input optimal benih ikan mas per petak untuk produksi ikan mas
budidaya KJA 46,28 kg. Relatif tidak berbeda dengan rata-rata benih per petak
dari 55 responden, yakni sebesar 48,27 kg. Diagram berikut ini memperlihatkan
dua jenis pemakaian benih, yang pertama berdasarkan data pakan dan kedua
berdasarkan input optimal. Dari diagram ini terlihat apabila digunakan input
optimal per petak, maka akan terjadi penghematan biaya bagi pengadaan benih
ikan mas.
111
14.000
12.000
Benih (kg)
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
72
60
40
36
32
28
24
20
20
16
12
8
8
4
-
Jumlah Petak KJA
Benih Optimal
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
4
8
8
12
16
20
20
24
28
32
36
40
60
72
R u p i a h (d a l a m J u ta R u p i a h )
Benih
Jumlah Petak KJA
Biaya Benih Optimal
Biaya benih
Gambar 16. Grafik Penggunaan Benih dan Biaya
112
6.4.2.2. Input Optimal Pakan Ikan Mas
Input optimal pakan ikan mas dalam produksinya tidak jauh berbeda dengan
rata-rata pemakaian pakan ikan dari 55 responden yang diamati. Input optimal
mencapai 1.685,02 kg/petak, sedangkan rata-rata pakan yang digunakan untuk
pembesaran ikan mas 1.825,89/petak.
Apabila petani menggunakan pola pakan optimal dalam jumlah sebagaimana
hasil penelitian ini, akan terjadi penghematan penggunaan pakan, walaupun belum
ada biaya eksternalitas yang ditanggung petani. Grafik pada Gambar 16 berikut
memperlihatkan penggunaan pakan secara biasa, dan penggunaan pakan secara
optimal dikaitkan dengan biayanya.
113
Biaya Pakan x 1000.000
(Rp)
124,77
101,63
69,10
57,28
53,00
55,48
46,62
38,33
38,93
31,67
22,95
14,35
14,20
7,80
900,00
800,00
700,00
600,00
500,00
400,00
300,00
200,00
100,00
0,00
Jumlah Pakan x 1000 (kg)
900,00
Biaya Pakan Optimal (Rp)
800,00
700,00
600,00
500,00
400,00
300,00
200,00
100,00
121,32
101,10
67,40
60,66
53,92
47,18
40,44
33,70
33,70
26,96
20,22
13,48
13,48
6,74
0,00
Jumlah Pakan Optimal (kg)
Gambar 17. Grafik Penggunaan Pakan dan Biaya
6.4.2.3. Input Optimal Tenaga Kerja
Input optimal tenaga kerja dihitung berdasarkan unit. Besar input tenaga
kerja yang optimal untuk produksi ikan mas budidaya KJA adalah sebesar 122,09
hari orang kerja yang apabila dikonversikan dalam jumlah jam kerja akan menjadi
854,63 jam. Selanjutnya apabila dikonversikan satuan hari menjadi 35,6 hari.
Sedangkan rata-rata hari orang kerja dari 55 responden yang diamati adalah
sebesar 33,271 HOK/petak atau 132,948 HOK/unit/MT atau 398,844 HOK/tahun.
114
6.4.2.4. Produksi Optimal
Produksi optimal berdasarkan model fungsi biaya tanpa eksternalitas
mencapai 938,16 kg/petak/MT atau 3.752,64 kg/unit/MT atau 11.257,92 kg/tahun,
sementara rata-rata produksi per petak per musim tanam adalah sebesar 967,62,
72
60
44
40
36
32
28
24
24
20
20
16
16
12
8
8
4
240000
225000
210000
195000
180000
165000
150000
135000
120000
105000
90000
75000
60000
45000
30000
15000
0
4
Jumlah Produksi (Kg)
dan sebesar 3870,48/unit/musim tanam dan sebesar 11.611,443 kg/tahun.
Jumlah Petak
Prod Opt
Prod
Gambar 18. Grafik Produksi Optimal Berdasarkan Petak KJA
6.5.Fungsi Biaya Produksi Ikan Mas Budidaya KJA Dengan Eksternalitas
6.5.1. Hasil Analisis Regresi Fungsi Biaya Produksi Ikan Mas Budidaya
KJA Dengan Eksternalitas
Data yang sama untuk analisis regresi fungsi biaya tanpa eksternalitas
digunakan untuk menemukan model pendugaan bagi fungsi biaya dengan
eksternalitas, namun dengan menambahkan biaya eksternalitas dalam modelnya.
Dengan menggunakan OLS, diperoleh hasil pendugaan koefisien dari model yang
diajukan. Berdasarkan Tabel 31 di bawah yang memperlihatkan ringkasan hasil
analisis regresi, terlihat nilai Fhitung dari analisis regresi sangat signifikan pada taraf
115
= 1% yaitu sebesar 3.501,70. Hal ini mengindikasikan bahwa model yang
diajukan sangat signifikan. Hasil regresi juga memperlihatkan besaran nilai R2
yang mencapai 99,7%, sehingga dapat disimpulkan semua variabel, yakni variabel
benih ikan mas, pakan, tenaga kerja dan biaya lingkungan, dan variabel kendala
produksi, secara bersama-sama memberikan pengaruh nyata terhadap biaya
produksi budidaya KJA.
Tabel 31. Koefisien Penduga Fungsi Biaya dengan Biaya Eksternalitas
Peubah
Konstanta, ln K
Harga Benih ikan mas, W1
Harga Pakan, W2
Harga Tenaga kerja, W3
Harga Eksternalitas, W4
Produksi ikan mas, 1+)
Fhitung*)
R2
Koefisen Penduga
1,8681
-0,0537
0,8866
0,0874
0,05091
0,01268
3501,70
0,608
Tingkat signifikansi
0,016
0,311**
0,000**)
0,009*
0,000*
0,114*)
0,000**)
Sumber: Data primer diolah dari Lampiran
Keterangan: * Sangat Nyata pada  = 5%;** Nyata = 38,19%;*) Nyata pada = 11,4%
**) Sangat nyata pada = 1%
Dari semua nilai koefisien penduga tidak semuanya bertanda positif. Tanda
positif pada koefisien regresi input menerangkan suatu hubungan positif antara
tingkat biaya dengan harga input produksi. Jika harga input produksi meningkat
maka biaya akan meningkat pula dan sebaliknya biaya menurun dengan
menurunnya harga input produksi. Sebaliknya jika bertanda negatif maka biaya
akan mengalami penurunan apabila terjadi kenaikan input produksi.
Selanjutnya dari Tabel di atas, model fungsi biaya produksi ikan mas dengan
menyertakan biaya eksternalitas dapat ditulis sebagai berikut:
C  6,673.W10, 0537 .W20,887 .W30,0874 .W40, 0509 .Q 0, 0127
116
Dari fungsi biaya di atas, bila dibandingkan dengan fungsi biaya produksi
ikan mas tanpa eksternalitas, ternyata mengalami keberubahan mendasar.
Perubahan yang paling terlihat adalah besaran konstanta yang meningkat, nilai
koefisien variabel benih ikan mas yang negatif, dan nilai koefisien produksi yang
negatif.
a. Nilai Konstanta Fungsi Biaya
Nilai konstanta model berubah dari 1,419 menjadi 6,673 setelah variabel
biaya
recovery
(pengerukan)
sebagai
biaya
perbaikan
lingkungan
diinternalisasikan dalam model. Naiknya nilai konstanta K ini sesuai dengan
harapan peneliti, dimana apabila pengerukan dilakukan, maka kualitas air akan
meningkat. Simulasi ini memperlihatkan, sekalipun dalam angka statistik, bahwa
adanya upaya mengatasi eksternalitas memberikan dampak pada peningkatan
kualitas perairan Waduk Cirata.
b. Variabel Harga Benih Ikan Mas (W1)
Nilai t-hitung untuk harga benih ikan mas adalah lebih kecil daripada nilai ttabel
untuk  = 5%, sehingga tidak signifikan sebagai variabel penjelas bagi biaya total
produksi ikan mas yang menyertakan biaya eksternalitas. Untuk membuang
variabel ini dari model yang diajukan disebabkan tingkat signifikansi perlu
pertimbangan lanjut, disebabkan variabel ini merupakan variabel penting bagi
keseluruhan produksi ikan mas. Tanpa variabel benih, maka tidak akan ada
produksi dalam petak KJA.
Nilai koefisien negatif variabel harga benih ikan mas memberikan isyarat
bahwa, sekalipun harga benih ikan mas naik, tidak akan menaikkan jumlah biaya
produksi total bahkan akan menurunkan biaya produksi. Naiknya biaya benih ikan
117
mas, tidak akan menyebabkan petani membeli benih untuk mengejar target
produksi, malah mungkin akan menurunkan jumlah benih ikan yang ditanam,
disebabkan merasa mantap dengan kondisi kualitas air yang sudah baik akan
memberikan produksi yang juga baik dalam hal berat produksi. Hal ini sejalan
dengan melihat elastisitas harga benih ikan mas yang bernilai -1,0537, yang
mengindikasikan meningkatnya harga benih ikan mas akan menyebabkan jumlah
input benih ikan mas akan dikurangi.
c. Variabel Harga Pakan Ikan Mas (W2)
Koefisien variabel harga pakan ikan mas bernilai positif dan kurang dari 1
dan sangat signifikan. Hal ini memperlihatkan bahwa variabel harga pakan ikan
akan memberikan pengaruh terhadap jumlah biaya total produksi ikan mas. Hal
ini sesuai dengan harapan peneliti. Tanda positip memperlihatkan naiknya harga
akan memberikan indikasi pada naiknya biaya total produksi. Produksi ikan mas
budidaya KJA, kecuali mungkin kolam, mutlak membutuhkan pakan ikan. Dalam
budidaya KJA, pakan yang diberikan apabila tidak termakan, akan tenggelam ke
dasar perairan, dimana ikan mas tidak akan dapat mencapai ke dasar untuk
mencari makan disebabkan adanya jaring. Pada sisi lain, elastisitas harga pakan
ikan mas ternyata bernilai negatif yaitu, -0,113. Nilai elastisitas ini menyebabkan
petani akan mengurangi jumlah input pakan ikan apabila harganya naik, dan
sebaliknya apabila harga input turun akan menyebabkan petani meningkatkan
jumlah pakan ikan.
d. Variabel Harga Tenaga Kerja (W3)
Sama seperti koefisien variabel harga pakan ikan, koefisien variabel harga
tenaga kerja memiliki nilai positif dan sangat signifikan. Oleh sebab itu, bersama
118
dengan variabel harga benih dan pakan ikan layak untuk menjadi variabel penjelas
bagi biaya total produksi ikan mas yang menyertakan biaya eksternalitas.
e. Variabel Harga Recovery (biaya eksternalitas/lingkungan; W4)
Koefisien variabel harga recovery sangat signifikan, sehingga dapat menjadi
variabel penjelas bagi biaya total produksi ikan mas. Apabila variabel ini
meningkat harganya, maka biaya total juga akan naik. Sejalan dengan ini,
elastisitas harga variabel recovery ternyata bernilai negatif, yakni -0,995, sehingga
apabila terjadi kenaikan harga, maka akan menyebabkan petani akan menurunkan
input eksternalitas yang timbul dalam produksinya.
Petani dalam hal ini akan terangsang untuk mengurangi jumlah sedimentasi
dengan berbagai cara. Cara yang ada adalah dengan memanajemen ulang pola
pemberian pakan ikan, memilih pakan yang lebih ramah terhadap lingkungan atau
meningkatkan jumlah ikan yang berperan sebagai feeder-plankton.
f. Variabel Produksi Ikan Mas (Q)
Koefisien variabel produksi ikan mas sebagai variabel kendala dari fungsi
biaya bernilai positif dengan tingkat signifikansi tidak sesuai harapan. Disebabkan
variabel ini merupakan variabel kunci dari fungsi biaya, maka rendahnya tingkat
signifikansi tidak menjadi masalah krusial bagi peneliti. Nilai positif koefisien ini
lebih tinggi dibanding dengan koefisen produksi untuk model tanpa menyertakan
biaya recovery.
Keberadaan
koefisien Q
yang bernilai lebih kecil dari 1
juga
memperlihatkan bahwa kondisi skala usaha secara total sebagai decreasing return
scale. Sekalipun demikian, kondisi ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
119
model biaya tanpa menyertakan biaya recovery eksternalitas. Peneliti dalam hal
ini tidak akan mengeksplore keberadaan fungsi produksi ikan mas budidaya KJA.
6.5.2. Fungsi Permintaan Faktor Input
Fungsi permintaan masing-masing faktor input untuk model fungsi biaya
yang menginternalisasi biaya eksternalitas, diperoleh dari hasil derivasi model
fungsi biaya ke variabel harga faktor input yang bersangkutan. Masing-masing
fungsi permintaan input produksi ikan mas menyertakan biaya eksternalitas dalam
biaya total produksi, beserta nilai optimalnya.
Hasil proses minimisasi biaya total akan didapatkan nilai-nilai optimal
pemakaian faktor-faktor input. Nilai optimal ini merupakan permintaan (demand)
dari petani terhadap faktor-faktor input tersebut. Nilai-nilai optimal permintaan
faktor input ini dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Permintaan Faktor Input per per Musim Tanam Dengan Eksternalitas
Berdasarkan Sheppard’s lemma di Waduk Cirata
Komponen
Benih Ikan
Mas
Pakan
Rumus
6,4762.  0,054.W1
6,4762.0,884.W1
Tenaga kerja
6,4762.0,087.W1
Eksternalitas
6,4762.0,051.W1
0 , 054 1
0 , 054
0 , 054
0 , 054
.W2
.W2
0 ,886
0 ,886 1
.W3
.W3
.W2
0 ,886
.W3
.W2
0 ,886
.W3
0 , 087
0 , 087
0 , 087 1
0 , 087
.W4
0 , 051
.Q
0 , 0127
Nilai
31,66
Satuan
kg
.W4
0 , 051
.Q 0, 0127
756,24
kg
.W4
0 , 051
.Q 0, 0127
50,92
HOK
0 , 0511
.Q 0, 0127
15,22
m2
644,6
kg
.W4
Produksi
Optimal
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2011.
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan input benih ikan
mas yang optimal adalah sebanyak 31,66 kg per musim tanam. Sedangkan pakan
adalah sebanyak 756,24 kg per musim tanam, tenaga kerja 50,92 HOK.
Input optimal benih ikan mas model fungsi biaya dengan eksternalitas lebih
kecil dibandingkan dengan input optimal fungsi biaya tanpa eksternalitas. Selisih
120
antar keduanya adalah -15,52 kg/petak atau mencapai kurang lebih 33%.
Demikian pula selisih jumlah pakan ikan mas yang mencapai 829,78 kg/petak.
Untuk tenaga kerja selisihnya mencapai 71,19 HOK/unit.
Secara grafis, apabila keberadaan input optimal dari fungsi biaya dengan
eksternalitas digunakan sebagai input produksi ikan mas budidaya KJA
dibandingkan dengan penggunaan input produksi tanpa eksternalitas, akan
memberikan gambaran utuh keberadaan penghematan input produksi dan
penghematan biaya secara parsial maupun keseluruhan.
14.000
80,00
R u p ia h (d ala m J u ta R u p ia h )
13.000
64
44
36
32
24
20
20
8
16
8
4
-
Jumlah Petak KJA
10,00
0,00
64
1.000
20,00
44
2.000
30,00
36
3.000
32
4.000
40,00
24
5.000
50,00
20
7.000
6.000
20
8.000
60,00
8
Benih (kg)
9.000
16
10.000
70,00
8
11.000
4
12.000
Jumlah Petak
Benih Tanpa Eksternalitas
Benih Dengan Eksternalitas
Biaya Benih Tanpa Eksternalitas
Biaya Benih Dengan Eksternalitas
Gambar 19. Grafik Penggunaan Benih dan Penggunaan Biaya dari Model Tanpa
dan Dengan Eksternalitas
Rata-rata penggunaan benih selama setahun (3 kali musim tanam) untuk
model dengan eksternalitas adalah 379,92 kg/unit dan untuk model tanpa
eksternalitas 592,41 kg/unit dengan
rata-rata biaya masing-masing
digunakan untuk Rp.2.178.346 dan Rp.3.396.243.
yang
121
Untuk input optimal bagi jumlah pakan yang diberikan, grafik berikut
memperlihatkan penghematan penggunaan pakan dan biaya dari dua model yang
dibandingkan.
84
72
60
44
40
36
32
28
24
24
20
20
16
16
12
8
8
4
4
Pakan (kg)
500.000,00
450.000,00
400.000,00
350.000,00
300.000,00
250.000,00
200.000,00
150.000,00
100.000,00
50.000,00
-
Jum lah Petak KJA
Pakan
Pakan Optimal
Rupiah (dalam ratus juta)
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
72
60
40
36
32
28
24
20
20
16
12
8
8
4
-
Jum lah Petak KJA
Biaya Pakan Optimal
Biaya Pakan
Gambar 20. Penggunaan Pakan dan Biaya Pakan dari Model Tanpa dan Dengan
Eksternalitas
Rata-rata penggunaan pakan dengan model tanpa eksternalitas 21.574,9/unit/
kg/tahun, sedangkan dengan menggunakan eksternalitas 9.074,88 kg/unit/tahun,
sedangkan jumlah dana rata-rata Rp122.889.840/unit/tahun dan Rp 52.032.604
per tahun .
122
Input tenaga kerja yang dilihat dari besaran HOK dalam model fungsi biaya
tanpa eksternalitas mencapai 122,09/unit. Sedangkan input optimal tenaga kerja
dengan eksternalitas sebesar 50,92 HOK/unit atau 356,44 jam kerja atau 14,85
hari. Nilai input optimal ini memiliki perbedaan besar, sehingga akan memberikan
ruang gerak bagi petani untuk dapat menggunakan dananya lebih efisien. Hal ini
akan memberikan pilihan baik bagi petani untuk tetap memperhatikan
eksternalitas dari kegiatan budidaya KJA yang akan dijalani pada tahun-tahun
mendatang dan meningkatkan insentif bagi para tenaga kerja yang terlibat selama
ini.
1.800,00
1.600,00
1.200,00
1.000,00
800,00
600,00
400,00
200,00
Jumlah Petak KJA
HOK
HOK Optimal
64
44
36
32
24
20
20
16
8
8
-
4
Jumlah HOK
1.400,00
72
60
40
36
32
28
24
20
20
16
8
12
8
4,50
4,00
3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
4
R upia h
123
Jumlah Petak
Biaya TK
Biaya TK Optimal
Gambar 21. Penggunaan Tenaga Kerja dan Biayanya
Input optimal untuk eksternalitas yang ditimbulkan dari produksi ikan mas
budidaya KJA sebesar 15,22 kg/unit
6.6. Elastisitas Permintaan dari Harga Input
Elastisitas permintaan dari harga input untuk mengetahui persentase jumlah
input yang dipakai per unit waktu karena adanya persentase perubahan harga
input.
Elastisitas pemintaan dari harga input dapat dilihat pada Tabel 33.
Elastisitas permintaan dari harga input bernilai negatif. Elastisitas permintaan dari
harga input dapat dihitung dari parameter persamaan fungsi biaya.
Tabel 33. Elastisitas Permintaan dari harga Input tanpa Eksternalitas
Komponen
Benih Ikan Mas
Pakan
Tenaga kerja
Elastisitas Permintaan dari Harga Input
-0,892
-0,973
-0,999
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2011.
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai elastisitas permintaan
dari harga input untuk masing-masing input adalah -0,892 (benih ikan mas), -
124
0,973 (pakan), -0,999 (tenaga kerja). Tanda negatif ini menunjukkan adanya
hubungan terbalik antara harga input dengan penggunaan jumlah input. Jika
harga input naik, maka akan mengurangi jumlah faktor produksi yang digunakan.
Tabel 34. Elastisitas Permintaan dari harga Input dengan Eksternalitas
Komponen
Elastisitas Permintaan dari Harga Input
Benih Ikan Mas
Pakan
Tenaga kerja
Lingkungan
-1,054
-0,114
-0,913
-0,995
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2011.
Berdasarkan Tabel 33 terlihat bahwa nilai elastisitas permintaan dari harga
input untuk masing-msing input adalah -1,054 (benih ikan mas), -0,114 (pakan), 0,913 (tenaga kerja), lingkungan 0,995. Tanda negatif ini menunjukkan adanya
hubungan terbalik antara harga input dengan penggunaan jumlah input. Jika
harga input naik, maka akan mengurangi jumlah faktor produksi yang digunakan.
Semua elastisitas permintaan dari harga input bersifat inelastis. Hal ini
berarti meskipun ada kenaikan harga, input tersebut akan tetap dibeli dan
digunakan oeleh pembudidaya ikan.
Hal ini dikarenakan input tersebut
merupakan input pokok atau penting dalam proses budidaya ikan KJA.
6.7. Daya Dukung Lingkungan
Luas perairan Waduk Cirata yang digunakan untuk kepentingan budidaya
KJA telah mencapai 19,82% dari 62.000.000 m2 luas total perairan. Padahal
idealnya, kegiatan budidaya KJA tidak melebihi 2% dari luas total waduk. Oleh
sebab itu, padatnyanya KJA di kawasan ini mengakibatkan sedimentasi yang akan
makin bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini pada akan menurunkan daya dukung
perairan bagi kegiatan budidaya ikan KJA.
125
Dengan menggunakan data laporan pemantauan kualitas perairan Waduk
Cirata yang dilakukan oleh BPWC setiap 4 bulan sekali, akan dihitung daya
dukung perairan Waduk Cirata bagi kegiatan budidaya ikan KJA untuk kurun
waktu tahun 2011. Software untuk menghitung daya dukung telah dikembangkan
oleh ACIAR dan Universitas Hasanudin Makasar dalam bentuk siap pakai. Input
data dilakukan secara interaktif dengan memasukkan semua unsur yang
diperlukan oleh software yang dinamakan CAD_S TOOL (Lampiran 7). Hasil
analisis daya dukung perairan diperlihatkan pada Tabel 35.
Tabel 35. Penghitungan Daya Dukung Perairan Waduk Cirata
No.
1.
2.
3.
4.
5.
7.
8.
9.
Uraian
Luas (A)
Volume (V)
Kedalaman air rata-rata (Ž)
Debit air keluar
Jumlah debit keluar
Laju aliran (p)
Waktu Tinggal (Tw)
Daya dukung (carrying capacity)
Satuan
Ha
Juta m3
m
3
m /sec
Juta m3/tahun
Tahun
Tahun
Ton
Nilai
6.200
2.165
34,92
100
3.110,40
1,437
0,696
43.678,96
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2011.
Daya dukung lingkungan perairan Waduk Cirata untuk budidaya KJA
adalah sebanyak 43.678,96 ton per tahun atau 14.558,67 ton per musim tanam.
Dengan demikian untuk kegiatan budidaya KJA tanpa biaya lingkungan, jumlah
KJA yang optimal adalah 15.586 petak yang arealnya 1,23% dari luas waduk.
Kegiatan usaha budidaya KJA yang menyertakan biaya lingkungan, jumlah KJA
nya mencapai 22.587 petak yang menempati 1,78 % bagian waduk. Besarnya
jumlah petak KJA dan luasannya di perairan Waduk Cirata untuk model fungsi
biaya dengan eksternalitas, dibandingkan dengan model tanpa eksternalitas, bukan
berarti bahwa model fungsi biaya dengan eksternalitas lebih buruk bagi kualitas
perairan. Bahkan sebaliknya, lebih baik dibandingkan dengan model fungsi biaya
126
tanpa eksternalitas. Hal ini dapat dilihat pada sisi jumlah pakan yang akan masuk
ke perairan menjadi lebih sedikit, ada biaya lingkungan/eksternalitas yang harus
ditanggung petani untuk memulihkan lingkungan. Sedangkan untuk fungsi biaya
produksi tanpa eksternalitas akan meningkatkan jumlah pakan, jumlah benih,
jumlah tenaga kerja untuk mengejar target produksi.
6.8. Instrumen Ekonomi
Instrumen ekonomi pada dasarnya adalah instrumen yang dirancang untuk
mempengaruhi proses produksi dan konsumsi melalui mekanisme harga atau
dengan cara mengubah ketertarikan ekonomi terhadap tindakan-tindakan tertentu.
Instrumen
ekonomi
berfungsi
untuk
mengukuhkan,
memperbaiki
dan
memperjelas hak pemilikan, menjamin pengguna sumberdaya membayar sesuai
yang dikonsumsi dan dapat menjadi subsidi bagi alternatif teknologi yang ramah
lingkungan serta dapat membangkitkan penerimaan keuangan daerah.
Pengelolaan lingkungan di Waduk Cirata sangat diperlukan untuk
keberlanjutan waduk dan usaha perikanan. Pengelola Waduk Cirata dilakukan
oleh BPWC. Hal yang menyebabkan jumlah KJA yang ada telah melebihi daya
dukungnya dikarenakan rendahnya pengawasan.
Selama ini instrumen pengendalian lingkungan terdiri dari command and
control, moral suasion dan insentif berbasis finansial maupun pasar atau sering
disebut sebagai instrumen ekonomi. Pengendalian lingkungan yang dilakukan
melalui command and control (CaC) dinilai sering kurang efektif manakala
enforcement masih kurang. Instrumen berbasis CaC juga cenderung akan terjebak
pada complex legislatif web (jaringan perundang-undangan yang kompleks) serta
mahalnya biaya penegakan hukum. Di sisi lain pendekatan pengendalian melalui
127
moral suasion seperti pendidikan, tindakan sukarela untuk mengadopsi teknologi
yang terbaik yang ramah lingkungan juga sering tidak efektif karena memerlukan
tingkat kepatuhan yang tinggi dari para pengguna.
Instrumen ekonomi di sisi lain, bekerja melalui reward and punisment serta
melalui mekanisme pasar sehingga mendorong produsen dan konsumen untuk
menyesuaikan perilaku mereka terhadap dampak lingkungan melalui mekanisme
insentif dan disinsentif.
Instrumen ekonomi akan berhasil apabila petani mendatangkan insentif bagi
mereka.
CaC kurang berhasil karena luasnya area waduk yang meliputi 3
kabupaten dan terbatasnya aparat dan kewenangan yang ada pada provinsi (karena
lintas kabupaten).
Berdasar hasil perhitungan minimisasi biaya dengan menginternalisasi biaya
lingkungan diperoleh input optimal untuk produksi. Dengan internalisasi ini
diharapkan kualitas lingkungan akan terjaga dan produksi akan lebih optimum.
Instrumen ekonomi bagi upaya pemulihan dan pemeliharaan kelestarian
lingkungan perairan Waduk Cirata dapat ditetapkan sebagai berikut:
1. Command and Control (CaC). Instrumen yang paling sering dilakukan oleh
para pembuat kebijakan publik. Instrumen akan efektif apabila para pihak,
yakni BPWC, PemProv dan Pemkab dari 3 kabupaten di sekitar Waduk Cirata
merancang bentuk CaC,, yang didalamnya memuat berbagai aturan atau
tatacara bagi upaya terciptanya:
a. Tertib usaha kegiatan budidaya ikan KJA baik dari sisi administrasi, teknis
dan lingkungan.
128
b. Sosialisasi yang berkelanjutan tentang perlunya menjaga keberlangsungan
usaha budidaya ikan KJA, agar muncul kebijakan kontraproduktif yang
menutup peluang budidaya KJA diteruskan.
Untuk itu, parsialisasi tugas CaC kepada masing-masing pihak harusnya
bersifat saling melengkapi dalam bentuk penugasan yang bersifat linier dan
berkesinambungan, siklik, dalam arti harus mereview hasil tugas pihak lain
atau bentuk lainnya. Insentif dan disinsentif merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam CaC, sehingga terancang secara matang, dan bukan hanya
hak para petugas yang berprestasi, namun juga hak para petani ikan, kelompok
petani ikan, kelompok pengawas ikan, pedagang ataupun penduduk sekitar.
2. Kuota Produksi. Carrying capacity perairan Waduk Cirata berdasarkan hasil
penelitian ini hanya 43.679 ton per tahun untuk dapat berproduksi secara
optimal dan dibagi atas 22.587 petak. Sementara jumlah petak yang aktif
mencapai 43.350 petak. Untuk itu kuota produksi ikan perlu diciptakan dalam
rangka keberlangsungan produksi ikan sampai 20-30 tahun mendatang. Kuota
produksi diciptakan sebagai kebijakan Pemprov, Pemkab 3 kabupaten, dan
ditawarkan kepada petani ikan. Jumlah petak KJA dari jumlah akumulasi
petani yang mendaftar tidak boleh melebihi 22.587 petak. Kuota yang dimiliki
petani dapat diperjualbelikan dengan mekanisme administrasi yang disepakati
bersama.
3. Pajak Lingkungan. Pajak lingkungan, yang dalam hal ini adalah biaya
lingkungan dimaksudkan sebagai biaya yang harus dibayar petani sesuai
dengan jumlah dan jenis pakan ikan yang diberikan petani. Petani yang
menggunakan pakan ikan yang menurut pihak Dinas Perikanan kurang ramah
129
terhadap perairan akan dikenakan pajak tinggi, sementara yang ramah
pajaknya lebih rendah. Informasi tentang jenis dan jumlah pakan yang dipakai
disinergikan dengan ‘gudang’ dan/atau ‘bandar’ dan/atau kelompok pengawas
lalu lintas pakan dan benih. Selain itu, pajak lingkungan dikenakan atas
jumlah produksi ikan yang dihasilkan petani, dimana untuk setiap ton ikan
akan dihasilkan sedimen sebesar 6,35 kg. Besaran pajak lingkungan bagi
sedimentasi yang tercipta disebabkan budidaya KJA dapat disepakati bersama,
dan pajak ini digunakan untuk memperbaiki lingkungan.
Download