Psikologi Forensik: Banyak Anak yang Menunggu Bantuan Psikolog

advertisement
Psikologi Forensik: Banyak Anak yang Menunggu Bantuan Psikolog
PsychoNews - Studium generale yang diadakan oleh Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang (Maliki) kemarin (19/11) berlangsung meriah. Pasalnya, tak kurang dari 500 peserta berkumpul
dalam acara yang digelar di Auditorium Rektorat UIN Maliki Malang. Studium generale yang mengusung
tema Mengungkap Fakta Kekerasan pada Anak “Peran Psikologi Forensik dalam Penegakan Hukum”
menghadirkan beberapa pemateri yang ahli dalam bidangnya masing-masing. Sedikitnya empat pemateri
hadir untuk mengupas tentang masalah kekerasan pada anak serta peran psikologi forensik dalam
penegakan hukum, diantaranya seorang praktisi hukum yaitu Dr. Lucky Hermawati, SH, M.Hum; seorang
dokter forensik, dr. Bambang Widiatmoko; seorang polisi, AKBP Cucuk Trihono, S.Psi, Psikolog, dan
seorang doktor psikolog hukum, Dr. Fathul Lubabin Nuqul, M.Si juga turut andil dalam acara ini.
Secara umum, kekerasan yang terjadi pada anak dapat digolongkan menjadi empat macam, yaitu
ditelantarkan, kekerasan fisik, kekerasan psikis, dan kekerasan seksual. Sementara kasus yang dapat
dibantu oleh bidang kedokteran adalah kekerasan fisik dan seksual. “Kekerasan pada anak ada empat,
ditelantarkan, kekerasan fisik, psikis dan seksual. Kalau ilmu kedokteran meliputi kekerasan fisik dan
seksual,” jelas Bambang, salah satu dokter yang menjadi pemateri. Sebenarnya, semua ilmu pengetahuan
dapat digunakan dalam proses peradilan. Begitupula dengan ilmu psikologi, keilmuan ini juga dapat
memberikan sumbangsihnya dalam proses hukum. “Semua ilmu pegetahuan dapat digunakan dalam
proses peradilan,” lanjut Bambang. Sama halnya dengan ilmu psikologi, ilmu kedokteran, utamanya dokter
forensik, juga dapat digunakan dalam menangani sebuah kasus. Kedokteran forensik memiliki klinik untuk
korban yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, laboraturium forensik, dan psikiatri untuk
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id
menangani sebuah kasus. “Kita (dokter) punya klinik untuk korban yang masih hidup atau yang sudah
meninggal, laboraturium forensik, dan psikiatri,” tambahnya.
Sementara dalam dunia kepolisian, peran psikolog dibedakan menjadi dua, yaitu psikolog personil dan
psikolog kepolisian. Psikolog personil bertugas secara internal seperti melakukan seleksi pegawai
sedangkan psikolog kepolisian menjalankan tugas untuk membantu penyelesaian berbagai kasus. “Dalam
psikologi ada sub bagian, psikolog personil ini lebih ke internal dan seleksi dan psikolog kepolisian, nah, di
psikolog kepolisian ini ada psikolog forensik,” ujar AKBP Cucuk Trihono. Banyak sekali peran seorang
psikolog forensik dalam proses penanganan kasus diantaranya menganalisis korban, tersangka dan saksi,
memberi pendampingan, menjadi saksi ahli, dan melakukan criminal profiling.. “Peran psikolog forensik
banyak, bisa menganalisis korban, tersangka atau saksi, mana yang paling perlu sentuhan psikologis, bisa
melakukan pendampingan, melakukan criminal profiling. Kalau dalam proses pidananya sendiri bisa
sebagai saksi ahli,” jelas Cucuk.
Sebanarnya banyak teori-teori psikologi yang dapat digunakan dalam proses peradilan. Teori-teori
psikologi dapat membantu untuk menjelaskan tentang bagaimana dan mengapa manusia berperilaku. “Kita
dapat mengaplikasikan teori psikologi dalam proses peradilan. Misalnya, adanya pemerkosaan yang terjadi
di kamar, maka kemungkinan pelakunya adalah orang-orang terdekat karena hanya orang-orang tertentu
saja yang dapat masuk area privat seperti kamar, misalnya orang tua, saudara, dan lain-lain,” papar
Lubab, salah satu pemateri semanar tersebut. Psikologi forensik itu sendiri adalah segala layanan yang
dilakuakan untuk membantu proeses hukum, baik hukum pidana maupun perdata. Klien dari seorang
psikolog forensik bukan orang yang membayar, tetapi adalah keadilan itu sendiri. “Psikologi forensik
sebenarnya adalah segala layanan yang dilakuakan untuk membantu proeses hukum baik hukum pidana
maupun perdata. Kliennya bukan orang yang membayar kita, tapi kliennya adalah keadilan itu sendiri,”
jelas Lubab, salah satu pemateri seminar tersebut.
Lubab berharap dengan adanya gebrakan psikologi forensik ini dapat mengubah mindset bahwa lulusan
psikologi tidak hanya dapat bekerja di bidang industri dan pendidikan melainkan lulusan psikologi juga
dapat bekerja dibidang forensik. “Semoga dengan ini dapat mengubah mindset bahwa lulusan psikologi
tidak hanya bekerja bekerja di industri dan pendidikan. Tapi lulusan psikologi juga bisa bekerja di bidang
hukum karena banyak anak-anak yang menunggu bantuan Anda (psikolog),” harapnya. Selain itu, ia juga
berharap pada mahasiswa yang berminat untuk masuk ke dalam dunia psikologi forensik untuk dapat open
mind dan mau mempelajari segala hal termasuk istilah-istilah yang ada di dunia hukum. “Kita sebagai
seorang psikologi yang mau fokus pada psikologi forensik maka kita harus open mind dan mau
mempelajari apa yang harus dipelajari untuk masuk di dunia hukum. Misalnya istilah-istilah hukum,”
tuturnya. (Red. Ms)
Reportase
Editor
: Setyani Alfinuha
: Nur Jihan
Publish by http://psikologi.uin-malang.ac.id
Download