aspek kebahasaan artikel ilmiah

advertisement
Anwar Efendi
FBS Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected]
PENGANTAR
 Kualitas artikel ilmiah ditentukan oleh tiga hal, yaitu




(a) isi, (b) sistematika, dan (c) bahasa
Kadar keilmuan (isi) menjadi penentu kualitas sebuah
artikel
Sistematika penulisan yang runtut dan konsisten
mempermudah pembaca memahami isi teks
Kadar keilmuan (isi) yang telah ditata dalam sistematika tertentu harus diungkapkan melalui bahasa yang
baik
Bahasa menjadi media pengungkapan gagasan secara
tepat sehingga gagasan dapat ditangkap oleh pembaca
secara tepat pula
PRINSIP BAHASA ILMIAH
 Bahasa artikel ilmiah merupakan perpaduan ragam bahasa
tulis dan ragam ilmiah
 Prinsip bahasa tulis ilmiah, yaitu:
1. Kosa kata yang digunakan dipilih secara cermat
2. Pembentukan kata dilakukan secara sempurna
3. Kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap
4. Paragraf dikembangkan secara lengkap dan padu
(kohesif dan koheren)
5. Hubungan antargagasan jelas, runtut, dan sistematis
6. Ditulis dalam format esai atau pemaparan (ekspositoris), bukan numerik
7. Menggunakan titik pandang orang ketiga dan ragam
pasif
Pentingnya Format Esai
 Bertujuan menjaga kelancaran pembacaan dan men



jamin keutuhan ide yang ingin disampaikan
Pembaca memperoleh kesan seoalah-olah berkomunikasi langsung dengan penulis
Pembaca aktif berdialog dengan penulis
Dalam hal tertentu format enumeratif dapat digunakan bila benar-benar fungsional dalam menyatakan
urutan atau tahapan
Format esai tetap dapat digunakan ‘penandaan’
sejumlah elemen, seperti (1) …………… (2) …….. (3) …….
CIRI RAGAM BAHASA
TULIS ILMIAH








Logis
Lugas
Jelas
Bertolak dari gagasan
Formal
Objektif
Ringkas dan padat
Konsisten
Ciri 1: Logis
 Bersifat logis artinya bahasa ilmiah mampu digunakan




secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir
Bahasa yang logis mampu membentuk pernyataan
dengan tepat dan saksama sehingga gagasan dapat
sampai kepada pembaca secara utuh
Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan
ketelitian dan objektivitas
Unsur-unsur kalimat identik dengan proposisi logika
Jika ada dua buah gagasan yang memiliki hubungan
kausalitas harus diwadahi dalam kalimat yang logis
 Contoh:
(1) Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral
bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat
tang masuk ke negara Indonesia yang dimungkinkan
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral
bangsa.
(2) Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan
terjadi pergeseran nilai-nilai moral bangsa Indonesia
terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk
ke Indonesia.
Contoh (2) di atas secara jelas mampu menunjukkan
hubungan kausalitas
Ciri 2: Lugas
 Bahasa tulis ilmiah menggunakan kata dan kalimat
yang bermakna lugas dan menghindari makna ambigu
(taksa makna)
 Paparan yang lugas dapat mengurangi kesalahpahaman dan kesalahan penafsiran
 Penulisan bernada sastra perlu dihindari
Contoh: Para pendidik yang kadangkala atau bahkan
sering kena getahnya oleh ulah sebagian anak-anak
mempunyai tugas yang tidak bisa dikatakan ringan.
Ciri 3: Jelas
 Kejelasan gagasan mudah dipahami apabila hubungan
antargagasan disajikan dengan jelas.
 Ketidakjelasan gagasan umumnya dikarenakan penggunaan kalimat yang panjang dan idenya bertumpuktumpuk
(1) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan
kelanjutan dari penanaman moral di rumah yang
dilakukan melalui mata pelajaran Pendididkan Moral
Pancasila yang merupakan mata pelajaran penting
strategis karena langsung menyangkut tentang moral
Pancasila, juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaranmata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB, dan Kesenian
 Perbaikan
(2) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan
kelanjutan dari penanaman moral di rumah.
Penanaman moral di sekolah dilaksanakan melalui
mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang
merupakan mata pelajaran paling strategis karena
langusng menyangkut moral Pancasila. Di samping
itu, penanaman moral Pan casila juga diintegrasikan
ke dalam mata pelajaran Agama, IPS, Sejarah, PSPB,
dan Kesenian
Ciri 4: Bertolak dari Gagasan
 Bahasa ilmiah berorientasi pada gagasan, sehingga pe-
nonjolan diarahkan pada gagasan bukan pada penulis
 Kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku harus
dihindari dengan menyajikan bentuk kalimat pasif
 Orientasi pelaku bukan penulis yang tidak berorientasi pada gagasan juga perlu dihindari
 Paparan yang melibatkan pembaca dalam konteks
tertentu perlu dihindari
Contoh:
(1) Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa
dalam menumbuhkan dan membina anak berbakat
sangat penting.
Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa dalam
menumbuhkan dan membina anak berbakat sangat
penting.
(2) Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga
sangat penting dalam penanaman moral Pancasila.
Perlu diketahui bahwa pendidikan di lingkungan
keluarga sangat penting dalam penanaman moral
Pancasila.
Ciri 5: Formal
 Bahasa dalam komunikasi ilmiah bersifat formal
 Tingkat koformalan bahasa dapat dilihat pada aspek kosa
kata, bentukan kata, pilihan istilah, dan tatanan kalimat
 Artikel ilmiah termasuk kategori paparan yang bersifat
teknis, sehingga kosa katanya cenderung ke arah kosa kata
ilmiah teknis
 Bentukan kata formal adalah bentukan kata lengkap dan
utuh sesuai pedoman pembentukan kata BI
 Keformalan kalimat ditandai: (a) kelengkapan unsur utama
(SP), (b) ketetapan penggunaan kata tugas, (c)
kebernalaran isi
 Kata Formal
berkata
membuat
hanya
bagi
memberi
 Kata Ilmiah Teknis
anarki
antipati
antisipasi
argumen
Kata Informal
bilang
bikin
cuma
buat
kasih
Kata Ilmiah Populer
kekacauan, kekerasan
rasa benci
perhitungan ke depan
bukti pendukung
 Bentuk kata formal
membaca
menulis
tertabrak
legalisasi
koordinasi
Bentukan kata Informal
mbaca
nulis
ketabrak
legalisir
koordinir
(1) Menurut Valenda (2004) menyatakan bahwa milenium …
Valendika (2004) menyatakan bahwa milenium ….
(2) Berbagai temuan baru berhasil diungkapkan dalam
penelitian ini…
Penelitian ini berhasil mengungkapkan berbagai temuan
Ciri 6: Objektif
 Sifat objektif bahasa ilmiah ditunjukkan dengan
penggunaan kata-kata objektif
 Kata-kata objektif ditandai dengan makna kata yang
bersifat terukur dan bukan kata-kata modalitas
(penyangatan: antusias sekali, sangat meningkat)
 Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrem dapat
menampilkan kesan subjektif dan emosional
 Contoh kata subjektif: betapa, kiranya, harus, wajib,
tidak mungkin tidak, pasti selalu, tampaknya,
Contoh kurang baik
1) Contoh-contoh itu telah membuktikan betapa
besarnya peran orang tua ….
2) Dari paparan tersebut kiranya dapat disimpulkan …
3) Abstrak artikel harus ditulis dalam satu paragraf.
4) Penelitian pasti diawali adanya masalah.
5) Melalui model pembelajaran ini siswa tampaknya
sangat antusias sekali mengikuti pelajaran menulis …
Ciri 7: Ringkas dan Padat
 Ciri ringkas direalisasikan dengan tidak adanya unsur-
unsur bahasa yang tidak diperlukan
 Ciri padat menunjuk pada kandungan gagasan yang
diungkapkan
 Jika gagasan-gagasan sudah dapat diungkapkan
dengan bahasa yang efisien, ciri kepadatan dapat
terpenuhi
 Keringkasan dan kepadatan juga ditandai dengan
tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan
dalam artikel ilmiah
1) Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas
menjadi pedoman dan dasar pegangan hidup dan
kehidupan bagi setiap warga negara Indonesia
2) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) terungkap
bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Jadi, tidak ada pelaksanaan
proyek yang menyalahi aturan. Artinya, pelaksanaan
proyek itu sudah benar dan sudah mengikuti aturan
yang telah ditetapkan. Isu negatif yang selama ini
berkembang tidak benar.
3) Hasil penelitian ini dapat dipilah menjadi lima
kelompok. Kelima kelompok tersebut adalah sebagai
berikut.
Ciri 8: Konsisten
 Konsistensi ditampakkan pada penggunaan prinsip
secara konsisten
 Pengklasifikasian dan pembagian silang akibat penggunaan dua prinsip yang berbeda harus dihindari
 Penerapan prinsip konsistensi juga mencakup
penerapan kaidah bahasa
 Kesalahan penerapan kaidah bahasa akan dapat
mengganggu konsistensi pengungkapan gagasan
Konsisten
1)
2)
Pertimbangan memilih jodoh, yaitu (a) keturunan, (b)
ketaqwaan, (c) keberadaban, dan (d) kondisi fisik
Penyusunan instrumen meliputi (a) penentuan spesifikasi
kemampuan, (b) penentuan kisi-kisi, (c) penentuan jenis
instrumen, (d) penyusunan instrumen, (e) pengujicobaaan,
dan (f) perbaikan instrumen.
Tidak konsisten
1)
2)
Pertimbangan memilih jodoh, yaitu (a) keturunan, (b) Jawa,
(c) Agama, dan (d) sabar
Penyusunan instrumen meliputi (a) penentuan spesifikasi
kemampuan, (b) menentukan kisi-kisi, (c) menentukan
jenis instrumen, (d) menysusun instrumen, (e)
pengujicobaaan, dan (f) memperbaiki instrumen.
ASPEK BAHASA
ARTIKEL ILMIAH
 Pemilihan Kata
 Penataan Kalimat
 Pengembangan paragraf
 Kaidah pengejaan (EYD)
PEMILIHAN KATA
 Pilihan kata adalah kata-kata yang dipakai seorang pembi



cara atau penulis
Fungsi kata melambangkan gagasan, baik pelambangan
yang bersifat denotatif, konotatif, maupun figuratif
Dalam sifatnya yang denotatif, hubungan antara kata dan
hal yang dirujuk bersifat langsung dan satu berbanding
satu.
Dalam sifatnya yang konotatif, hubungan antara makna
dan acuan berkenaan dengan nilai rasa.
Dalam sifatnya yang figuratif, suatu kata dipakai untuk
melambangkan acuan lain. Pemakaian kata seperti itu
disebut bahasa bermajas (figurative language).
 Adanya potensi konotatif yang terkandung dalam
kata-kata tertentu menyebabkan seorang penulis tidak
dapat menggunakan kata secara serampangan dalam
berbagai situasi.
 Dalam kaitan inilah pentingnya pilihan kata.
 Apalagi terdapat pula sejumlah kata yang pemakaiannya ditentukan oleh struktur kalimat, sehingga pembicara atau penulis juga tidak dapat memilih secara
asal-asalan.
 Pilihan kata pada hakikatnya merupakan salah satu
unsur kebahasaan yang membentuk gaya, di samping
struktur kalimat
 Tulisan yang baik juga memerlukan pilihan kata yang
cermat dan tepat. Suatu
 Suatu pilihan kata dinyatakan tepat apabila kata itu
mengungkapkan maksud penulis dengan secermatcermatnya.
 Pilihan tersebut menunjukkan jangkauan makna
dengan batas-batas yang jelas, sehingga kegandaan
tafsir terhadapnya dapat dihindari.
Prinsip Pemilihan Kata
 Kekhasan, makin khas suatu kata, makin cermat dan
tepat maknanya, dan sebaliknya makin umum
coraknya, makin samar maknanya
 Kekonkretan, kata yang konkret cenderung lebih
cermat daripada kata yang abstrak
 Keringkasan, penggunaan kata tunggal atau bentuk
ringkas sebagai pengganti ungkapan yang berunsur
dua atau lebih dapat juga dimanfaatkan untuk
memperkuat pilihan kata dalam tulisan
 Idiomatik, yakni ungkapan khas dalam bahasa yang
penjabaran maknanya tidak dapat dilakukan secara
langsung dari makna unsur-unsurnya
 Ekonomis, pemakaian penjelas/ pembatas yang
berlebihan hendaknya dihindari karena dapat
mengurangi kekuatan dan kecermatan pilihan kata
 Kebaruan, ungkapan yang sudah terlalu sering
digunakan yang menandai bahwa penulis yang
bersangkutan tidak kreatif atau malas berpikir
hendaknya dihindari
Kecermatan Pemilihan Kata
1) membedakan secara cermat makna kata yang
2)
3)
4)
5)
6)
denotatif dan konotatif
menghindarkan penggunaan kelompok kata yang
panjang jika ada padanan yang pendek/singkat
menghindarkan pemakaian kata-kata klise
menghindarkan pemakaian kata-kata yang abstrak
memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada
kata-kata yang sudah dikenal
menghindarkan percampuran ragam yang tidak baku
dan yang baku
PENATAAN KALIMAT
 Hakikat kalimat adalah satuan pikiran atau perasaan




yang dinyatakan melalui susunan subjek dan predikat
secara logis.
Tata kalimat merupakan seperangkat kaidah yang
mendeskripsikan pemakaian kalimat.
Dalam sebuah tulisan (karangan), kalimat merupakan
satuan yang terkecil.
Secara umum, fungsi kalimat untuk menjelaskan
pikiran dan perasaan penulis.
Jenis kalimat dapat dibeda-bedakan atau digolongkan
berdasarkan fungsi, struktur tata bahasa, dan bentuk
retoriknya.
 Dalam bahasa Indonesia terdapat enam pola dasar
kalimat.
 Pola-pola ini harus dikuasai oleh penulis agar
tulisannya terpelihara, terutama sekali dalam
kaitannya dengan pengembangan gagasan
(1) KB1 + KB2 (Ani + guru)
(2) KB + KS (Ani + cantik)
(3) KB + KK (Ani + mengajar)
(4) KB1 + KK + KB2 (Ani + menulis + puisi)
(5) KB1 + KK + KB2 + KB3 (Ani + membelikan + saya +
celana)
(6) KB1 + KD + KB2 (Ani + (di, ke, dari) + kelas)
 Menurut fungsinya, terdapat dua jenis kalimat yang
sering dipakai dalam menulis karangan, yakni kalimat
deklaratif dan kalimat interogatif.
 Kalimat deklaratif memiliki frekuensi pemakaian
tertinggi dalam karangan ilmiah.
 Kalimat deklaratif “menyatakan” sesuatu dengan
lengkap pada waktu penulis menyampaikan informasi
kepada sidang pembaca.
 Kalimat interogatif dalam suatu karangan ilmiah
biasanya dipakai untuk merumuskan permasalahan
yang akan dibahas.
 Kalimat yang secara gramatikal sudah baik belum
tentu memuaskan jika dipertimbangkan dari sudut
retorik.
 Untuk itu, unsur kalimat harus dikendalikan dan
dikelompokkan; kata-kata harus dipilih secara tepat
dan ditata, sehingga menunjukkan keserasian.
 Tujuannya ialah agar kalimat itu benar-benar efektif.
 Menurut bentuk retoriknya, kalimat dapat digolongkan menjadi kalimat yang berbangun induk-anak,
kalimat yang berbangun anak-induk, dan kalimat yang
berimbang.
Keefektifan Kalimat
 Keefektifan kalimat diukur dari sudut pandangan
banyak sedikitnya kalimat itu berhasil mencapai
tujuan komunikasinya.
 Kalimat yang efektif dapat meyakinkan dan menarik
perhatian pembaca karena:
1) keutuhan,
2) pertautan,
3) penegasan,
4) ekonomi, dan
5) variasinya.
 Keutuhan:
Kalimat yang baik mempunyai kesatuan struktur dan
kesatuan logika yang jalin-menjalin.
Kesatuan struktur diperoleh melalui pemakaian
subjek dan predikat.
Jika salah satu di antaranya tidak ada, kita berhadapan
dengan penggalan yang bukan kalimat.
Kesatuan logika akan nyata jika unsur kalimatnya jelas
bertalian.
Unsur yang tidak relevan yang dimasukkan akan
merusak kesatuan itu.
Pertautan
Pertautan dalam kalimat berkenaan dengan masalah
pertalian di antara unsur-unsurnya.
Pertalian itu dapat dijelaskan melalui tepat tidaknya
penataan kata, frase, dan suku kalimat.
Pertautan itu akan lebih nyata jika (1) pemakaian kata
ganti diperhatikan; (2) gagasan yang sejajar
dituangkan ke dalam bangun yang sejajar; dan (3) jika
sudut pandang tetap dipertahankan.
Penegasan
Penegasan ialah ciri yang berupa pemusatan pikiran
pada bagian kalimat yang terpenting.
Penegasan dapat dicapai melalui pengubahan urutan
kata yang lazim, dengan pengulangan, dengan
pemilihan ragam tertentu (pasif, aktif), atau dengan
menggunakan pungtuasi khusus.
Prinsip ekonomi
Prinsip ekonomi dalam pemakaian kalimat berarti
penghematan dalam hal pemakaian kata.
Artinya, kata-kata yang tidak perlu, yang hanya
berfungsi sebagai “bunga-bunga,” atau hanya untuk
menambahkan nilai artistik, boleh dihilangkan.
Variasi bentuk kalimat
Kelincahan pikiran dan bahasa dinyatakan juga oleh
variasi bentuk kalimat yang berurutan.
Cara membuat variasi kalimat yaitu:
1) pemakaian berbagai jenis kalimat menurut struktur
gramatikal dan bentuk retorik;
2) pemakaian kalimat yang panjangnya berbedabeda;
3) pemakaian urutan unsur kalimat yang berselangseling.
KEEFEKTIFAN PARAGRAF
 Secara visual paragraf ditandi dengan ditulis
mulai baris baru dengan sistem menjorok, lurus,
atau campuran
 Dilihat dari segi makna, paragraf merupakan
satuan informasi yang memiliki ide pokok
sebagai dasarnya
 Paragraf adalah bagian karangan yang
berpotensi terdiri dari beberapa kalimat yang
berkaitan secara utuh dan membentuk satu
kesatuan pikiran
Unsur Paragraf:
1. kalimat topik atau kalimat utama
2. kalimat pengembang atau kalimat
penjelas
3. kalimat penegas
4. kalimat, frasa, atau kata transisi
Syarat Paragraf
yang Baik
1. Kesatuan (kohesi),
2. Keselarasan (koherensi), dan
3. Kelengkapan (pengembangan)
Kesatuan (Kohesi)
 Tiap paragraf hanya mengandung satu
pikiran pokok.
 Fungsi paragraf adalah mengembangkan
pikiran pokok tersebut.
 Oleh sebab itu, kalimat-kalimat pengembangnya harus mendukung pikiran pokok
dan tidak boleh menyimpang dari pikiran
pokok tersebut
Keselarasan (Koherensi)
 Paragraf bukanlah kumpulan kalimat yang
masing-masing berdiri sendiri atau lepas,
melainkan bangunan beberapa kalimat yang
memiliki hubungan timbal balik dan
mendukung satu pokok pikiran tertentu
 Ada hubungan yang serasi antara kalimat
pembentuknya
Pembangun Koherensi
Paragraf:
1. Unsur kebahasaan : repetisi atau
pengulangan, kata ganti yang berupa
deiksis, dan kata transisi yang berupa
ungkapan penghubung
2. Pemerincian dan urutan isi paragraf
Kelengkapan
(Pengembangan)
Paragraf dikatakan lengkap apabila terdapat kalimat-kalimat pengembang/
penjelas secara lengkap untuk menunjang pikiran pokoknya
2. Paragraf dinyatakan tidak lengkap jika
pikiran pokoknya belum dikembangkan
ke dalam kalimat-kalimat penjelas atau
pikiran pokoknya baru diperluas dengan
pengulangan-pengulangan kata
1.
PENGEJAAN (EYD)
 Bahasa Indonesia telah memiliki kaidah penulisan
(ejaan) yang telah dibakukan
 Kaidah ejaan tersebut tertuang dalam buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
 Aturan EYD berlaku pula dalam penulisan hal-hal
yang bersifat formal, termasuk dalam hal penulisan
artikel ilmiah
 Kecermatan dan kerapian pengejaan dapat menjadi
penanda kecendikaan penulis
Cakupan EYD
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Penggunaan huruf, meliputi: huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, dan gabungan huruf konsonan
Penggunaan huruf kapital dan huruf miring
Penulisan kata, meliputi: kata dasar, kata turunan,
bentuk ulang, gabungan kata, kata sandang, partikel,
singkatan dan akronim
Penulisan angka dan lambang bilangan
Penulisan unsur serapan
Pemakaian tanda baca, mencakup: tanda titik, koma,
titik koma, titik dua, tanda hubung, tanda elipsis, tanda
tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku,
tanda petik, tanda petik tunggal, garis miring, tanda
penyingkat (apostrof)
Download