1.1 LATAR BELAKANG Untuk meningkatkan pembangunan dan

advertisement
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
1.1
LATAR BELAKANG
Untuk meningkatkan pembangunan dan layanan sanitasi di Indonesia
sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional
(RPJMN)
2010-2014, Pemerintah mencanangkan pelaksanaan
program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2010-2014.
PPSP merupakan program pembangunan sanitasi yang menyeluruh dan
terintegrasi dari tingkat pusat hingga daerah, di mana pembangunan dan
peningkatan layanan sanitasi dilakukan secara sinergi oleh seluruh stakeholder
sanitasi, baik dari pihak pemerintah maupun non-pemerintah di seluruh
tingkatan pemerintahan.
Sesungguhnya, Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004
tentang
Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa penyelenggaran layanan dasar
termasuk sanitasi di dalamnya, merupakan salah satu urusan wajib Pemerintah
Daerah. Hal ini secara eksplisit juga dituangkan dalam PP Nomor 38 Tahun
2007
tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan
antara
Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
Namun demikian, Pemerintah memandang penting untuk bergandengan tangan
serta bahu membahu dengan Pemerintah Daerah, yakni memberikan fasilitasi
agar urusan wajib Pemerintah Daerah dimaksud dapat berlangsung dengan
optimal.
Oleh karena itulah pelaksanaan program PPSP berada di bawah
tanggung jawab 8 (delapan) kementerian terkait, meliputi Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian
Perumahan
Rakyat,
Kementerian
Keuangan,
Kementerian
Perindustrian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup, dan
PENDAHULUAN
I-1
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
Kementerian Pekerjaan Umum. Adapun yang merupakan Tim Pengarah
pelaksanaan program adalah Tim Pengarah Pembangunan Air Minum dan
Sanitasi
(TPPAMS), dan
Tim
Teknis
Pembangunan
Sanitasi
(TTPS).
Sedangkan sebagai Pengelola Harian Program telah pula dibentuk organisasi
yang terdiri dari Program Management Unit (PMU), dan 3 (tiga) unit pelaksana
program atau disebut Program Implementation Unit (PIU), yaitu PIU Advokasi,
PIU Kelembagaan dan Pendanaan, serta PIU Teknis.
Salah satu
Memorandum
tahap
dalam
pelaksanaan
PPSP
adalah
Penyiapan
Program. Tahap ini dipandang sebagai tahap verifikasi,
sinkronisasi dan konsolidasi sebelum Strategi Sanitasi Kota (SSK) ditindaklanjuti
pada tahap berikutnya, yaitu implementasi. Bentuk fasilitasi yang diberikan
kepada Pemerintah Kabupaten/Kota pada tahap penyiapan Memorandum
Program adalah Bantuan Teknis melalui penyediaan jasa Konsultan Perencana,
untuk bekerja bersama-sama dengan Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi yang
secara khusus dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai aktor utama
(leading actor) dalam pembangunan dan peningkatan layanan sanitasi di tingkat
kabupaten/kota.
Bantuan Teknis
berupa fasilitasi diberikan agar Kelompok Kerja
Sanitasi/AMPL kabupaten/kota dapat melakukan review, pemutakhiran dan
penyempurnaan Draft SSK tersebut untuk selanjutnya menterjemahkan isi dari
SSK dan dokumen perencanaan terkait sanitasi lainnya ke dalam Draft
Memorandum Program Sektor Sanitasi (Draft MPSS) yang jelas dan terperinci
yang menjadi dasar dalam
persiapan pelaksanaan pembangunan dan
peningkatan layanan sanitasi. Tantangan selanjutnya bagi kabupaten/kota
tersebut adalah memastikan bahwa SSK dapat diimplementasikan secara
optimal sehingga visi dan misi pembangunan dan peningkatan layanan sanitasi
sebagaimana dituangkan dalam SSK dapat tercapai.
PENDAHULUAN
I-2
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
Komponen penting implementasi strategi dalam penyusunan Draft MPSS
adalah: (1) Penyusunan rencana tindak, (2) Pendanaan/penganggaran, dan (3)
Penyusunan prosedur dan rencana kerja.
1.2
MAKS UD DAN TUJUAN
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) merupakan terminal
seluruh program dan kegiatan pembangunan sector sanitasi kabupaten/kota
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi, Pusat dan
masyarakat setempat dalam kurun waktu 5 tahun, yang pendanaannya berasal
dari berbagai sumber: APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, Bantuan
Luar Negeri (pinjaman maupun hibah), swasta maupun masyarakat, dan
sebagainya.
Sebagai suatu terminal, Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS)
akan merangkum masukan dari Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK),
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM), jika memang dokumen
ini telah disusunsebelumnya, dan dokumen perencanaan lainnya seperti
RTRWK, RPJMD, Renstra Kabupaten/Kota, RKA KL, dan lain-lain.
Memorandum Program merupakan justifikasi dan komitmen pendanaan
dari Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi, Pusat, atau dari lembaga lainnya
untuk program/kegiatan yang telah teridentifikasi. Memorandum Program
merupakan landasan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
strategi pembangunan sektor sanitasi dalam jangka menengah (5 tahun).
Tujuan pekerjaan ini adalah agar sasaran percepatan pembangunan
sanitasi permukiman dapat tercapai melalui optimalisasi penerapan Strategi
Sanitasi Kota.
1.3
LANDAS AN HUKUM
Landasan Hukum
yang berkaitan dengan kegiatan Memorandum
Program Sektor Sanitasi Kabupaten Banjar, antara lain:
PENDAHULUAN
I-3
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
1. Undang-undang R.I. Nomor: 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman.
2. Undang-undang R.I. Nomor: 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung.
3. Undang-undang R.I. Nomor: 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
4. Undang-undang R.I. Nomor: 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah.
5. Peraturan
Pemerintah
R.I. Nomor: 16
Tahun
2005
tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2008 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP).
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 21/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan Strategi Nasional Pengelolaan Persampahan.
8. Peraturan Daerah no 19 Tahun 2007 tentang Kebersihan Lingkungan.
9. Surat Keputusan Bupati Banjar Nomor 246 Tahun 2010 Tanggal 22
April 2010.tentang pembentukan Pokja Sanitasi Kabupaten
1.4
KEDUDUKA N M EMORA NDUM PROGRAM
Memorandum program sector sanitasi/MPSS, adalah tahap ke empat dari
alur proses dalam kegiatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman/PPSP, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam alur/bagan di
bawah ini.
PENDAHULUAN
I-4
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
GAMBAR 1.1. TAHAPAN PELAKSANAAN
PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN/PPSP
Dalam tahap ke 4 atau tahap penyusunan memorandum program secara
garis besar meliputi :
Konsolidasi dan integrasi keluaran proses perencanaan, tidak hanya SSK
tetapi juga rencana investasi dalam RPIJM dan dokumen perencanaan
lainnya dari berbagai kementerian ke dalam suatu dokumen perencanaan
dan program yang regular dan legal.
komitmen dalam hal pendanaan, isu kelembagaan, O&P, dan pelibatan
masyarakat,
baik dari Pemerintah Kota, Provinsi, dan Pusat maupun
pemangku kepentingan lainnya, untuk kegiatan yang telah diidentifikasi.
yang akan menjadi dasar bagi Pemerintah Kota dalam implementasi strategi
pembangunan sektor sanitasi.
GAMBAR 1.2. DIFINISI PENYUSUNAN MEMORANDUM PROGRAM
PENDAHULUAN
I-5
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
1.5
METODE PENYUS UNAN
1.5.1
PEND EKATAN PELAKS ANAAN PEKERJAAN
Dalam upaya untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka
diperlukan suatu strategi pelaksanaan yang tepat dan terpadu dari beberapa
aspek yang berkaitan dengan berbagai masalah dan tingkat kepentingannya.
Pendekatan program pengembangan untuk proyek ini diharapkan lebih
mampu menerapkan konsep penyelenggaraan yang bertumpu pada keperluan/
kebutuhan
masyarakat
(community
b ased)
sehingga
dapat mengatasi
permasalahan jangka pendek (mendesak), jangka menengah, jangka panjang.
Konsep ini diharapkan dapat secara lebih mendalam menjangkau langsung ke
sektor-sektor yang benar-benar tepat untuk didukung, dan untuk itu perlu
kiranya ditunjang secara sinerjik oleh berbagai pihak yang terlibat, sehingga
pengelolaan program dapat berlangsung secara proporsonal.
Pendekatan
yang
digunakan
Penyusunan Memorandum Program
dalam
pelaksanaan
Pemantapan
Sektor Sanitasi Kabupaten Banjar ini
adalah :
Identifikasi kondisi eksisting dari aspek Teknis dengan ditunjang aspek
manajemen dan keuangan. Tahapan ini juga memfasilitasi arah kebijakan
pihak-pihak
terkait
yang
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
pelaksanaan program.
Keluaran yang dihasilkan da ri pekerjaan ini berupa usulan kegia tan
program dan pro yek un tuk membantu upa ya pen yediaan sanitasi dari
segi
teknis
teknolog is
dengan
memperhatikan
kondisi
sekto r
manajemen dan ke uangan .
PENDAHULUAN
I-6
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
Terciptan ya
suatu
kondisi
sistem
penyediaan
air
minum
yang
mengalami peningkatan dalam kinerja tekn is, dan dapa t memenuhi
keperluan mas yara kat akan air minum sesuai dengan targ et dan
kebijakan pemerin tah di sekto r te rsebut.
Berdasarkan pendekatan di atas, maka pelaksanaan program hendaknya
ditekankan pada aspek:
Ketepatan sasaran (targeting)
Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis
maupun administratif (accountib ility)
Program disusun secara bersama, disepakati bersama dan dilaksanakan
secara bersama oleh instansi yang terkait.
Program penanganan dilaksanakan dengan konsep peningkatan atau
rehabilitasi sarana/prasarana.
Penyusunan hasil pekerjaan ini akan dilakukan melalui kajian yang
bersifat mempertimbangkan kondisi dari kabupaten yang bersangkutan dan
dianalisis
berdasarkan
kepentingan
teknis
teknologis
dan
tetap
mempertimbangkan aspek manajemen serta keuangan. Adapun langkah
kegiatan yang dilakukan dapat dijabarkan sebagai berikut:
Pengumpulan data
Konsultansi/fasilitasi kepada Pemerintah Daerah
Analisis
Workshop
Penyempurnaan usulan program
PENDAHULUAN
I-7
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
1.5.2 PENGUMPULAN DATA
Dalam pengumpulan data yang dijabarkan di atas digunakan beberapa
teknik sesuai dengan jenis data yang diinginkan. Secara garis besar jenis data
tersebut terdiri atas data langsung dari sumbernya (Data Primer), dan data dari
tangan kedua/tidak langsung (Data Sekunder).
Data primer
Data primer yang dikumpulkan dari masyarakat digali melalui pendekatan
Participatory
Rural
Appraisal
(PRA)
yang
dikembangkan
Robert
Chambers. Pendekatan ini menempatkan masyarakat sebagai suatu
komuniti yang aktif, mengetahui kebutuhannya, dan memiliki kearifan dalam
memanfaatkan sumber daya alam. Dengan demikian, teknik pengumpulan
data dengan pendekatan PRA ini melibatkan masyarakat secara langsung
sebagai sumber informasi yang sangat berharga.
Teknik pengumpulan data, menampung pendapat stekholder wilayah
rencana tentang keadaan wilayah mereka dan saran dari mereka terhadap
sanitasi diwilayahnya, yang didapat terutama melalui metoda informal, dan
dalam keadaan tertentu dapat dilakukan melalui metoda formal (misal:
pertemuan resmi).
Untuk mendapatkan data primer ini, konsultan melakukan dengan cara
pengamatan langsung di lapangan dan wawancara. Data-data yang diharapkan
didapat antara lain adalah:
a. Pengamatan lapangan
Teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan diolah untuk
mendapatkan data tentang:
Sumber daya lahan (tanah dan kesesuaian lahan)
PENDAHULUAN
I-8
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
Sumber daya air
Keadaan perekonomian
Keadaan sosial budaya
Kondisi kelembagaan
Survai lapangan dilakukan untuk pengambilan data fisik lingkungan,
prasarana (fisik), dan kelembagaan (fungsi). Data fisik lahan mencakup
keadaan tanah/kesesuaian lahan (sumberdaya lahan), sumberdaya air.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada suatu daftar pertanyaan.
Subjek pertanyaan adalah penduduk (di lokasi studi) dan pejabat berwenang
(desa, kecamatan, dan kabupaten).
Pedoman wawancara dibuat dalam dua kelompok pertanyaan yang terpisah.
Satu kelompok pertanyaan ditujukan kepada masyarakat umum di lokasi
studi dan yang satunya lagi ditujukan kepada pejabat yang berwenang di
tingkat desa, kecamatan, sampai tingkat kabupaten.
Penduduk
Penduduk yang menjadi responden (termasuk tetuha-tetuha/tokoh
masyarakat)
dipilih
dengan
teknik
“purposive
sampling”. Jumlah
responden untuk masing-masing kecamatan akan diambil sekitar 1-5
persen, tergantung jumlah populasinya.
Pertanyaan akan diarahkan pada : Kegiatan perekonomian, metoda yang
dilakukan dalam bekerja, hasil yang didapat, kenaikan/penurunan hasil,
penyediaan sarana dan prasarana, kelembagaan yang ada, tingkat
pengetahuan dan kesadaran akan lingkungan yang baik, kegiatan sosial
budaya,
PENDAHULUAN
I-9
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
Jenis pertanyaan juga meliputi potensi (kendala dan prospek) serta untuk
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi
masyarakat dalam menjalankan usahanya.
Pejabat/Tokoh Masyarakat (Pimpinan instansi terkait Kabupaten, Camat ,
Desa/kel dan jajarannya, Kepala Desa, dan Tokoh Masyarakat)
Pertanyaan kepada pejabat lebih diarahkan kepada kebijaksanaan dan
program-program yang sebaiknya dilakukan di lokasi studi dalam rangka
pengembangan
kawasan
rencana,
disamping
itu
dimintakan
pendapatnya mengenai prospek dan kendalanya.
c. Data Survei & Quesioner
Survey data sanitasi dilakukan bersama-sama antara pihak proyek dengan
konsultan dan dibantu dengan pihak daerah.
Metoda pelaksanaan survei atau observasi lapangan dilakukan dengan 2
cara, yaitu pengamatan/observasi langsung di lapangan dan wawancara
berpedoman dengan responden yang sudah ditentukan sebelumnya untuk
mencapai tujuan perencanaan.
Pelaksanaan survey dilakukan dengan acuan sebagai berikut : Pengisian
chek list dan form survey yang dilakukan oleh surveyor. Dalam chek list
tersebut disajikan bagaimana sebenarnya kondisi eksisting dari sistem dan
menyampaikan
usulan
untuk memecahkan
berbagai masalah
yang
disampaikan. Dalam chek list tersebut selain identifikasi kondisi fisik juga
diinginkan adanya pengusulan kegiatan dan atau komponen kegiatan yang
bersifat non fisik, yang seyogyanya dapat menunjang atau mendukung
tercapainya hasil yang diinginkan.
PENDAHULUAN
I - 10
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
Data ini meliputi:
Survey pelayanan sarana dan prasarana sanitasi perkotaan. Survey ini
mencakup penilaian mengenai kondisi fisik dari sarana/prasarana yang
dimiliki kabupaten Banjar. Data ini diperlukan untuk mendapatkan data
lengkap berkaitan dengan prioritas penanganan optimalisasi sanitasi.
Data sekunder yang dimaksud disini adalah data-data yang sudah dalam
bentuk laporan-laporan dan lain-lain yang berkaitan dengan kegiatan yang
sedang dilakukan. Data-data ini meliputi :
Buku putih sanitasi kabupaten Banjar
Draft Strategi Sanitasi Kabupaten Banjar (SSK)
RTRW, RDTRK dan Produk Tata Ruang yang lainnya
Rencana Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
1.5.3 KONSULTASI
KEPADA
KABUPATEN/KOTA
INS TANS I
BERWENANG
DI
Kegiatan ini perlu dilakukan oleh Pemimpin Proyek dan konsultan kepada
instansi berwenang di Kabupaten / Kota yang akan bersama-sama menyusun
Pemantapan Penyusunan Memorandum Program & Memorandum Proyek agar
maksud, tujuan dan sasaran dari kegiatan ini dapat tercapai.
1.5.4
WORKS HOP
Data yang telah dianalisis kemudian akan dijadikan bahan identifikasi
awal sehubungan dengan kondisi sarana dan prasarana Sistem sanitasi yang
ada (eksisting). Data-data tersebut disertai dengan hasil analisis
diperlukan, disampaikan dalam suatu forum
workshop.
yang
Workshop ini
menghadirkan pejabat dari instansi terkait sehingga memudahkan bagi
pelaksana dalam melakukan koordinasi dan diharapkan juga dapat memberikan
masukan bagi penyempurnaan penyusunan prioritas program.
PENDAHULUAN
I - 11
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
1.5.5
PEN YEMPURNAAN US ULAN PROGRAM
Setelah terlihat gambaran kegiatan yang dilakukan disertai beberapa
masukan dari instansi terkait, maka dilakukan penyempurnaan terhadap usulanusulan dan program yang disampaikan. Penyempurnaan dilakukan berdasarkan
kesepakatan dengan pihak-pihak terkait melalui forum workshop.
1.5.6
ANALIS IS WILAYAH S TUDI DAN WILAYAH PELAYANAN
Analisis wilayah studi dan wilayah pelayanan diharapkan mendapatkan
batasan wilayah studi, wilayah proyek dan wilayah pelayanan. komponenkomponen yang terdapat didalam wilayah studi dan wilayah pelayanan secara
terinci dengan baik kondisi pada saat ini maupun kondisi yang akan datang.
Penetapan wilayah pelayanan suatu daerah tergantung pada fungsi
strategis kota atau kawasan, tingkat kepadatan penduduk dan kondisi geografis
Wilayah pelayanan tidak terbatas pada wilayah administrasi yang bersangkutan
sesuai hasil kesepakatan dan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam
rangka menunjang pembangunan sanitasi.
Kondisi wilayah pelayanan yang akan menjadi sasaran pelayanan
mengacu pada pertimbangan teknis dalam standar spesifikasi teknis berikut:
bentuk wilayah pelayanan mengikuti arah perkembangan kota dan kawasan
didalamnya; luas wilayah pelayanan ditentukan berdasarkan survey dan
pengkajian sehingga memenuhi persyaratan teknis; pertimbangan teknis dalam
menentukan wilayah pelayanan antara lain namun tidak dibatasi oleh kepadatan
pendudukan, tingkat kesulitan dalam memperoleh air yang ada, tata ruang kota,
tingkat perkebangan daerah, dana investasi dan kelayakan operasi; komponen
wilayah pelayanan antara lain adalah kawasan permukiman, perdagangan,
pemerintah dan pendidikan, industri, pariwisata dan kawasan khusus.
PENDAHULUAN
I - 12
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
GAMBAR 1.3 VISUALISASI PROSES DAN PRODUK
GAMBAR 1.4 ALUR MEMORANDUM PROGRAM
1.5.7
PEND EKATAN TERHADAP KONDIS I YANG DIINGINKAN
Pendekatan terhadap kondisi yang diinginkan pada hakekatnya adalah
merupakan
pendekatan
terhadap
pencapaian
tujuan
dan
sasaran
Pembangunan Perkotaan. Hasil tinjauan terhadap hal ini, skenarionya harus
dijabarkan dan disepakati oleh pihak-pihak terkait, serta perlu diupayakan untuk
ditetapkan bilamana memungkinkan. Skenario tersebut harus dimuat di dalam
Rencana Pembangunan Perkotaan (RPP). Dalam penjabarannya, skenario
PENDAHULUAN
I - 13
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
tersebut pada hakekatnya harus disusun berdasarkan Kebijakan dan Strategi
Pembangunan yang berlaku, baik yang bersifat Nasional maupun yang bersifat
Regional Daerah dan Lokal. Hal ini berarti bahwa di dalam suatu Rencana
Pembangunan Perkotaan paling tidak harus mengandung: i) Formulasi Arah
dan Kebijakan Pembangunan Perkotaan, ii) Penetapan Arah Pengembangan
dan
Pembangunan
baik
yang
menyangkut
Pembangunan
Kawasan
(Development Need), maupun yang menyangkut Kebutuhan Prasarana dan
Sarana Dasar (Basic Needs).
1. Formulasi Arah dan Kebijakan Pembangunan
Berdasarkan Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Rencana Tata
Ruang yang berlaku, baik yang bersifat Nasional ataupun Daerah
(Kabupaten Banjar), maka harus dikenali: Kemanakah Arah Pengembangan
Perkotaan Tersebut Akan Menuju? Hal ini tekait dengan Misi dan Tujuan
yang dikehendaki oleh Kabupaten Banjar. Oleh karena hal ini sangat
penting, maka pendekatan yang dilakukan harus secara holistik.
Dalam hal ini, Misi dan Strategi Pembangunan Nasional perlu dijamin
kesinambungannya di dalam Strategi Pembangunan Perkotaan di Daerah,
Namur demikian dalam hal-hal tertentu, dapat dilakukan suatu penanganan
secara khusus dalam suatu kebijakan dan strategi yang dikembangkan
(Mixed Strategy). Sedangkan terhadap hal-hal yang sifatnya lokal (kurang
memberikan dampak secara Nasional), maka dapat mengikuti Kebijakan dan
Strategi Pembangunan Daerah yang tidak bertentangan dengan Kebijakan
dan Strategi Nasional.
Kebijakan dan Strategi yang digunakan dalam hal ini, pada prinsipnya yang
mengacu pada ketentuan umum di atas. Selanjutnya, beberapa hal penting
Andalan dan Sektor Unggulan, iii) Sistem Perkotaan, iv) Rencana Tata
Ruang, v) Kondisi Eksisting serta Dinamika Perkembangan Kota.
PENDAHULUAN
I - 14
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
2. Skenario Pengembangan dan Pembangunan Kabupaten/Kota
Dengan melihat peran dan fungsi perkotaannya, kebutuhan pengembangan
ataupun pembangunan perkotaan dapat dibedakan dalam bentuk: i)
kebutuhan untuk kepentingan pertumbuhan dan pengembangan kawasan
ataupun wilayah (Develpment Needs), dan ii) kebutuhan untuk memenuhi
pelayanan prasarana dan sarana dasar (Basic), baik pelayanan kepada
masyarakat/Community (Basic Need), maupun pelayanan Sistem Kota
(Basic Services/City Wide).
Penentuan Development Needs didasarkan pada konsep pengembangan
sektor yang menjadi unggulan setempat. Dengan demikian dapat dikenali
pelayanan infrastruktur apa yang terutama dibutuhkan dan pelayanan
prasarana dan sarana apa yang sebenarnya hanya dibutuhkan sebagai
penunjang dalam rangka pengembangan kawasan tersebut agar tumbuh
dan berfungsi baik. Sebagai contoh: Suatu Kawasan Pengembangan
Permukiman
Baru
Kabupaten/Kota
akan
sebagai
lebih
membutuhkan
kebutuhan
utama,
infrastruktur
sedangkan
jalan
Infrastruktur
Drainase ataupun lainnya mungkin hanya diperlukan sebagai infrastruktur
penunjang saja. Di lain pihak, suatu kawasan kota yang berkembang cepat
dan menjadi kumuh terutama akan lebih membutuhkan peremajaan kota
dibandingkan infrastruktur lainnya seperti persampahan yang dalam hal ini,
sifatnya hanya dibutuhkan sebagai penunjang saja. Demikian pula, suatu
kawasan
industri
mungkin
akan
lebih
mengutamakan
infrastruktur Air Bersih, dan Pengelolaan Air Limbah
penyediaan
d a n infrastruktur
lainnya yang bersifat sebagai penunjang.
Jadi, prioritas kebutuhan suatu kawasan akan sangat tergantung dari situasi
dan kondisi setempat, bahkan mungkin ada yang hanya memerlukan
PENDAHULUAN
I - 15
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
penataan lingkungan saja. Dengan demikian, pemenuhan Development
Needs akan lebih kepada Tailor Mode dan menurut efisiensi dan efektifitas
yang tinggi. Sedangkan penentuan Basic Needs, pada dasarnya perlu
melihat pada kebutuhan dasar masyarakat (kebutuhan orang/manusia) yang
biasanya relatif tidak berubah banyak (tetap).
1.5.8
PEND EKATAN TERHADAP KONDIS I YANG AD A
Dalam meninjau kondisi yang ada (saat ini), perlu memperhatikan hal-hal
seperti: i) Kondisi Alam Kota (Geografis) ataupun karakteristik kawasan
perkotaan yang dianalisis, ii) Keadaan sistem pelayanan prasarana yang ada,
iii) Situasi dan Kemampuan Pembiayaan, dan iv) Keadaan Kelembagaan
Terkait.
1. Kondisi Kabupaten/Kota
Tinjauan terhadap Kondisi Fisik Kabupaten/Kota yang ada tersebut perlu
mengenali klasifikasi kota atas dasar letak geografinya seperti adanya: i)
Kota Pantai, ii) Kota Dataran Rendah, iii) Kota Dataran Tinggi, iv) Kota
Pegunungan, dimana hal tersebut secara cepat akan mencerminkan
permasalahan
utama
PU/Ciptakaryaan
pelayanan
prasarana
dan
sarana
dasar
ke
yang ada. Gambaran permasalahan, tuntutan, dan
persoalan infrastruktur yang akan diperoleh antara jenis Kabupaten/Kota
yang satu dengan yang lainnya tersebut hampir pasti berbeda.
2. Sistem Pelayanan Infrastruktur
Adapun
tinjauan
yang
perlu
dilakukan
terhadap sistem
pelayanan
infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang ada adalah perlu melihat Tingkat
Efisiensi Sistem Pelayanan (berapa persen fungsional), Efektivitas Sistem
Pelayanan yang ada. Apabila sistem yang ada dipandang kurang efektif,
maka perlu dipelajari lebih jauh, apakah sistem yang ada dapat diperbaiki
PENDAHULUAN
I - 16
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
dan termasuk digunakan, ataukah harus diganti bilamana memang sulit
diupayakan perbaikannya atau menjadi investasi yang sangat mahal
dibandingkan bila diganti sistem yang bam, dalam rangka memenuhi target
pelayanan
yang
ditetapkan sesuai
dengan Rencana
Pembangunan
Perkotaannya.
3. Tinjauan Pengaturan Keuangan
Tinjauan masalah keuangan pada prinsipnya adalah untuk melihat
kemampuan pendanaan untuk mengelola sistem yang ada serta meninjau
kemungkinan perkembangan pada masa mendatang temtama dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan.
4. Tinjauan Pengaturan Kelembagaan
Tinjauan masalah kelembagaan pada prinsipnya adalah untuk melihat
kemampuan kelembagaan yang ada dalam mengelola sistem serta meninjau
kemungkinan perkembangan pada masa mendatang terutama dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan.
1.5.9
PEND EKATAN PEMROGRAMAN INVES TAS I UNTUK MENDUKUNG
PERWUJUD AN KONDIS I YANG DIINGINKAN
Pendekatan pemrograman investasi untuk mendukung perwujudan
kondisi yang diinginkan pada prinsipnya adalah melakukan justifikasi suatu
investasi atas dasar prinsip Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan
Sinkronsasi Program (KIS), pada Skala Prioritas tertentu. Dengan melakukan: i)
Assesment terhadap kebutuahan (Demand), dan ii) Assesment terhadap
Kemampuan atau Kapasitas (Supply), serta iii) Penetapan Spesifikasi dan
Justifikasi Program/Proyek Investasi berdasarkan skala prioritas.
PENDAHULUAN
I - 17
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
1. Demand Asses ment
Assesment mengenai hal ini pada prinsipnya adalah merupakan bagian yang
tidak terpisahkan di dalam melakukan analisis terhadap kondisi yang
diinginkan
2. Supply Asses ment
Assesment mengenai hal ini pada prinsipnya adalah merupakan bagian yang
tidak terpisahkan didalam melakukan analisis terhadap kondisi yang ada.
Selain itu perlu dilihat kemungkinan adanya potensi, peluang, serta
kecenderungan pertumbuhan ekonomi dan kemampuan keuangan. Dalam
hal ini hendaknya tidak dibatasi hanya pada kemampuan Pemerintah saja,
namun juga hendaknya melihat potensi pasar, swasta, dan masyarakat serta
pihak-pihak lainnya yang terlibat dalam pembangunan.
3. Spesifikasi dan Justifikasi Program/Proyek
Dalam hal ini perlu membandingkan antara kondisi yang diinginkan dan
kondisi saat ini, sehingga akan terlihat suatu gap atau kesenjangan yang
memerlukan dukungan atau dorongan dalam bentuk apapun. Dalam konteks
pembangunan kota terpadu maka dukungan atau dorongan yang akan
diprogramkan untuk mewujudkan kondisi yang diinginkan tersebut adalah
justru menyangkut permasalahan yang sangat mendasar terutama berkaitan
dengan penyediaan Infrastruktur bidang PU/Cipta Karya serta menyangkut
permasalahan yang berkaitan dengan pengendalian fungsi kawasan.
Mengingat kemampuan pemerintah dalam mewujudkan hal ini sangat
terbatas, maka didalam melakukan analisis demand dan supply perlu melihat
kemungkinan kemitraan dengan Badan Usaha, Swasta dan Masyarakat
ataupun aktor pembangunan lainnya termasuk pendayagunaan sumber daya
dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, informasi ataupun rencana
pembangunan yang akan dilakukan oleh pihak-pihak terkait sangat
diperlukan dan seyogyanya dapat diperoleh. Untuk mengurangi kesenjangan
PENDAHULUAN
I - 18
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
tersebut, biasanya diperlukan suatu investasi yang terprogram secara efektif
dan efisien. Tepat sasaran, tepat cara, tepat lokasi, tepat waktu, dan tepat
fungsi.
Program investasi yang diusulkan pada prinsipnya harus justified dan
rekomendasinya dapat memuat beberapa alternatif (maksimal 3 alternatif)
dan mengungkapkan secara jelas:
Lokasi;
Besaran, volume, harga satuan, dan biayanya;
Sumber dana;
Skala prioritas;
Keterpaduan Rencana dan Sinkronisasi Program, secara fungsional, baik
dari segi fisik maupun non fisik antar kegiatan, antar komponen dan dari
segi pendanaan.
Paling tidak, dalam pemrograman investasi ini, tahun pertama harus betulbetul akurat sehingga tidak mengalami kesulitan dalam appraisalnya
(terutama untuk kegiatan yang akan disusulkan pendanaannya melalui
APBN), dapat segera diprogramkan tahun pertamanya dan dianggarkan.
Dari segi pendanaan, program investasi yang diusulkan tersebut dapat
melibatkan atau memerlukan sumber dana, baik dari: i) Pemerintah Pusat, ii)
Pemerintah Kabupaten/Kota, iii) Badan Usaha, Swasta, atau Masyarakat.
Program investasi yang didanai/dengan bantuan pemerintah pusat dibagi
dalam tiga (3) jenis bantuan program:
Bantuan Program Strategis/Khusus, dimaksudkan untuk membangkitkan
pertumbuhan ekonomi, Kabupaten/Kota yang mempunyai fungsi khusus,
baik ditinjau secara nasional maupun regional;
Bantuan Program Biasa, misalnya untuk pemerataan, adanya bencana
alam;
PENDAHULUAN
I - 19
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
Bantuan Program Stimulan, dimaksudkan untuk menstimulan atau
memancing Pemerintah Kabupaten/Kota dan Masyarakat bertanggung j
awab terhadap pembangunan kotanya.
Bilamana diperlukan, untuk mengembangkan kemitraan dengan swasta,
maka dapat diusulkan kegiatan untuk mengkaji lebih lanjut kemungkinan dan
follow-up yang lebih jelas mengenai peran serta swasta ini. Demikian pula,
untuk kegiatan yang berkaitan dengan Pengembangan Teknologi, Rekayasa
dan Rancang Bangun bilamana diperlukan harus dikaji lebih dalam untuk
meningkatkan efisiensi maupun efektivitas program/proyek. Untuk kegiatankegiatan yang memerlukan AMD AL, maka perlu di konsolidasikan dalam
laporan yang terpisah.
1.5.10 MEKAN IS ME DAN FRAMEWORK PEN YUS UNAN MPS S
Mekanisme dan Framework penyusunan MPSS pada prinsipnya akan
selalu diawali dari formulasi tujuan dan sasaran pembangunan perkotaan yang
diinginkan dan mencari upaya bagaimana dapat mencapai tujuan tersebut
dengan melihat kondisi, ataupun potensi dan peluang yang dapat dimanfaatkan
dengan maupun tanpa suatu rekayasa.
Lebih jauh, yang perlu ditekankan didalam
cara berpikir dalam
penyusunan MPSS adalah bagaimana dapat mengenali permasalahan dan
tantangan pembangunan perkotaan, terutama dalam rangka untuk bisa
merencanakan dan memprogramkan kegiatan investasi secara efektif, sehingga
diharapkan
MPSS
yang
disusun
pembangunan, namun masih
adalah
dalam
dapat menjawab
batas-batas
efisiensi
tantangan
kemampuan
penyelenggaraan. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisis antara kondisi saat ini
dengan kondisi yang ingin dicapai dalam waktu mendatang sesuai dengan
PENDAHULUAN
I - 20
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
tujuan dan sasaran pembangunan serta kebijakan dan strategi penanganannya
berdasarkan skala prioritas yang ditetapkan.
GAMBAR 1.5. LOGICAL FRAMEWORK : ALUR KEGIATAN MEMORANDUM PROGRAM
SEKTOR SANITASI
PENDAHULUAN
I - 21
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
GAMBAR 1.6. DIAGRAM ALIR PROSES PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN MPSS
1.6
S IS TEMATIKA DOKUMEN
Untuk mempermudah pembahasan dan penguraian materi laporan,
uraian materi disajikan berdasarkan tahapan-tahapan pembahasan sebagai
berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab pendahuluan membahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan,
sasaran, Landasan Hukum, Kedudukan Memorandum Program, dan
sistematika Dokumen.
PENDAHULUAN
I - 22
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
BAB II KERANGKA KERJA LOGIS PEMBANGUN AN S ANITAS I KAB
BANJAR
Secara umum pada bab ini akan membahas pembangunan empat Sub
Sektor Sanitasi yakni; Sub sektor Air Limbah, Sub sektor Persampahan,
Sub sektor Drainase dan Higiene.
BAB III
KONSOLIDAS I PROGRAM DAN KEGIATAN
Dalam pembahasan di bab tiga meliputi; Metode konsolidasi , Proses dan
Hasil Konsolidasi dan Program Prioritas
BAB IV
S TUDI DAN DES AIN TEKN IS
Studi-studi desain teknis yang akan dilaksanakan dalam Memorandum
Program akan termuat di bab ini meliputi; Master Plan, Studi Kelayakan,
Detailed Engineering Desain dan Perlindungan Sosial dan Lingkungan
BAB V RENCANA IMPLEMENTAS I JANGKA MEN ENGAH
Bab ini berisikan Uraian dan tabel-tabel mengenai Program/Kegiatan
Jangka
Menengah
(5
tahunan)
yang
dilengkapi
dengan
uraian
mengenai;Rencana Jadual Perlaksanaan (Skedul), Rencana Pendanaan
dan Sumbernya, dan Manajemen dan 0rganisasi Pelaksana
BAB VI RENCANA IMPLEMENTAS I TAHUNAN
Uraian dan tabel-tabel mengenai Program/Kegiatan Jangka Menengah (5
tahunan):
Nama Program dan Kegiatan (untuk setiap subsektor sanitasi), Lokasi
kegiatan,
Volume
kegiatan,
Jumlah
Kebutuhan
Biaya,
Sumber
Pembiayaan, Dinas/Instansi Pelaksana dan Informasi dan keterangan
lainnya
PENDAHULUAN
I - 23
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kabupaten Banjar – Kalimantan Selatan
Dilengkapi dengan uraian mengenai; Rencana Jadual Perlaksanaan
(Skedul), Rencana Pendanaan dan Sumbernya dan Manajemen dan
0rganisasi Pelaksana
Bab
ini
berisikan
tenatang
uraian
dan
Program/Kegiatan Tahunan (n+1, n+2 dst)
tabel-tabel
mengenai
yang dilengkapi dengan
uraian tentang kesiapan implementasi:
Ketersediaan Studi dan Disain Teknis, Ketersediaan dan komitmen
Anggaran, Kesiapan lahan dan Kesiapan masyarakat setempat.
BAB VII RENCAN A PENGELOLAAN PROGRAM
Bab inimeliputi Manajemen dan Organisasi Program Sanirtasi, Rencana
Pendanaan, Rencana Jadual Pelaksanaan dan Rencana Pengadaan
Barang dan Jasa
Dilengkapi dengan uraian tentang kesiapan implementasi:
Ketersediaan Studi dan Disain Teknis, Ketersediaan dan komitmen
Anggaran, Kesiapan lahan dan Kesiapan masyarakat setempat
BAB VIII REKOMENDAS I DAN TINDAK LANJUT
Bab ini Rekomendasi kegiatan sanitasi dan Tindak lanjut pelaksanaan.
LAMPIRAN
Dalam lampiran laporan ini akan memuat: A. Program dan Kegiatan
Tahun n+1 sampai dengan Tahun n+5, Ruang Lingkup Pekerjaan Studi
dan Desain Teknis dan Data dan informasi pendukung lainnya sesuai
kebutuhan
PENDAHULUAN
I - 24
Download