strategi - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik

advertisement
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Tinjauan Ekonomi & Keuangan
VOLUME
NOMOR 12
EDISI DESEMBER 2015
www.ekon.go.id
S
TRATEGI
PENGENDALIAN INFLASI NASIONAL
http://www.philosophyofmoney.net/
DAFTAR ISI
Editorial
03
Ekonomi Internasional
04
Liberalisasi Suku Bunga Tiongkok
Keuangan
Carry Trade dan Instabilitas Keuangan
06
Koordinasi Kebijakan Ekonomi
PEMBINA:
Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
PENGARAH:
10
Update Perkembangan Deregulasi
Masyarakat Ekonomi ASEAN
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan
Menjelang Implementasi Penuh MEA
KOORDINATOR:
12
Infrastruktur
Bobby Hamzar Rafinus
14
EDITOR:
Membangun Dari Desa
Edi Prio Pambudi
Laporan Utama
Puji Gunawan
Roadmap Pengendalian Inflasi
Ratih Purbasari Kania
21
ANALIS:
Puji Gunawan, Thasya Pauline, Benito Rio Avianto,
Sri Purwanti, Hesti Wahyudi Surasmono, Susiyanti,
Trias Melia, Desi Maola Ayu Saputri
18
Urgensi Penambahan Jumlah TPID
Fiskal dan Regulasi Ekonomi
KONTRIBUTOR:
APBN 2016
Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor
Ekonomi Domestik
25
02
08
Tol Laut
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
23
EDITORIAL
The Fed terakhir kali menurunkan suku bunga sebesar 0,25 persen 7 tahun yang lalu. FOMC berpotensi
menaikan suku bunga Fed Fund pada bulan Desember 2015. Jika melihat perbaikan perekonomian
Amerika dan meningkatnya penyerapan tenaga kerja, maka secara teori hal ini akan berpotensi
meningkatkan ekspektasi inflasi yang pada akhirnya bisa dijadikan justifikasi utama kenaikan suku
bunga. Walaupun tingkat inflasi saat ini masih di bawah target inflasi yang ditargetkan oleh the Fed,
yaitu sebesar 2%, membaiknya kondisi perekonomian dapat mendorong terjadinya inflasi yang lebih
tinggi dengan ekspektasi melebihi 2% dalam jangka menengah.
TABEL TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN AS (BLOOMBERG, 2015)
3%
7%
6%
2%
5%
2%
4%
1%
3%
2%
1%
Sep-15
Jul-15
Aug-15
Jun-15
Apr-15
May-15
Mar-15
Jan-15
Feb-15
Dec-14
Oct-14
Nov-14
Sep-14
Jul-14
Aug-14
Apr-14
Mar-14
5
5
15
-1
No
v-
Se
p
Ju
l- 1
5
15
ay
-
M
15
n-
ar
-1
M
Ja
-1
4
Ju
l- 1
4
Se
p14
No
v14
4
ay
M
ar
-1
nJa
-1%
M
14
0%
Jun-14
0%
May-14
1%
Membaiknya perekonomian Amerika di tahun 2015 juga dapat dilihat dari kegiatan ekonomi Amerika
yang terus berkembang cukup baik dengan kecepatan yang moderat. Selain itu belanja rumah tangga
dan investasi mengalami peningkatan dalam beberapa bulan terakhir, dan sektor perumahan terus
mengalami peningkatan. Bagusnya kondisi pasar tenaga kerja AS dan rendahnya suku bunga saat ini
mendorong peningkatan permintaan perumahan di AS. Jika tidak diantisipasi dengan kenaikan suku
bunga saat ini maka tingkat inflasi ke depan yang terjadi bisa jauh lebih tinggi dari target inflasi.
Masih relatif rendahnya inflasi Amerika saat ini dipicu oleh rendahnya harga minyak mentah dunia
sehingga membuat harga bahan bakar minyak dan biaya transportasi AS turun. Namun sejak awal tahun
2015, inflasi Amerika kembali menunjukan trend peningkatan setelah mengalami trend penurunan sejak
pertengahan tahun 2014.
Dari kondisi ketenagakerjaan, tingkat pengangguran mengalami tren penurunan. Pengangguran pada
November 2015 sebesar 5% atau lebih rendah 0,8 persen dibandingkan November 2014. Sejak
berakhirnya krisis keuangan global, pengangguran Amerika terus mengalami penurunan mencapai 5
persen. Dalam perkembangannya, penurunan tingkat pengangguran ternyata lebih besar dibandingkan
dengan perkiraan. Penurunan tingkat pengangguran juga diikuti dengan peningkatan upah
memperlihatkan bahwa perekonomian Amerika terus mengalami perbaikan.
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
03
EKONOMI INTERNASIONAL
Liberalisasi suku bunga merupakan upaya untuk
membuat
pasar
keuangan
lebih
efisien
dan
berorientasi pasar. Dengan adanya liberalisasi
tingkat
suku
bunga
menggeser
KEBIJAKAN
paradigma
kebijakan dari sistem yang dikontrol ketat oleh
LIBERALISASI
bank sentral berubah menjadi sistem pasar di
mana kebijakan suku bunga ditentukan oleh
SUKU
kekuatan pasar.
Bank Sentral Tiongkok atau dikenal juga dengan
People's Bank of China (PBOC) telah melakukan
BUNGA
beberapa kebijakan liberalisasi suku bunga dalam
beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2013, PBOC
melakukan kebijakan liberarlisasi suku bunga
berupa penghapusan batas bawah suku bunga
pinjaman
(lending
interest
rate
floor).
PBOC
berharap kebijakan ini dapat menekan beban
pengeluaran
pinjaman
perusahaan
dari
untuk
perbankan.
DI TIONGKOK
mendapatkan
Dengan
adanya
kebijakan ini, bank-bank di Tiongkok memiliki
kebebasan untuk memberi pinjaman dengan suku
bunga di bawah level yang ditentukan. Walaupun
begitu dalam penerapannya hanya sedikit bank
yang melakukan hal tersebut.
Baru-baru ini di bulan Oktober tahun 2015, PBOC
kembali melakukan liberalisasi suku bunga yaitu
penghapusan aturan batas atas suku bunga
deposito (deposit interest rate ceiling) dengan
tujuan
untuk
Penghapusan
mendorong
suku
bunga
perekonomian.
deposito
akan
mendorong kompetisi antara institusi keuangan.
Bank-Bank kecil dapat melakukan peningkatan
sumber dana dari dana pihak ketiga (DPK) dengan
cara memberikan suku bunga yang lebih tinggi.
Hal ini tidak akan diikuti oleh bank besar
dikarenakan bank besar sudah memiliki DPK
dengan jumlah yang cukup besar dan karena
menaikan suku bunga hanya akan menyebabkan
naik nya biaya untuk bank tersebut. Dengan
kebijakan ini diharapkan industri perbankan di
Tiongkok menjadi semakin kompetitif
sehingga
dapat mengatasi masalah monopoli dalam industri
perbankan.
04
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
Ilwa Nuzul Rahma
Tidak
semua
negara
melakukan
kebijakan
liberalisasi suku bunga karena dapat menimbulkan
efek negatif yaitu terjadinya persaingan suku
bunga yang membuat suku bunga menjadi sangat
tinggi dan tidak wajar. Tingginya suku bunga ini
pada gilirannya akan berdampak pada high cost
economy, perlambatan
ekspansi
kredit,
peningkatan risiko kredit, penurunan aktivitas
perekonomian, dan terhambatnya pertumbuhan
ekonomi. Namun
ini
bukan
hal
yang
perlu
dikhawatirkan oleh PBOC karena dilihat dari Chart
1, ketika PBOC meningkatkan batas atas suku
bunga
deposito,
bank-bank
di
Tiongkok
meresponnya dengan wajar masih dibawah batas
atas yang ditetapkan. Bank-Bank kecil melakukan
peningkatan sumber dana dari dana pihak ketiga
(DPK). Sedangkan bank besar cenderung menurun
jumlah
DPK
dikarenakan
bank
besar
sudah
memiliki DPK dengan jumlah cukup besar seperti
terlihat pada Chart 2.
Meskipun bank-bank di Tiongkok telah memiliki
kebebasan
dalam menentukan suku bunga
pinjaman dan suku bunga tabungan, sebenarnya
masih ada kontrol tidak langsung terhadap suku
bunga yaitu masih adanya tingkat suku bunga
acuan.
Salah
satu
alasannya
dikarenakan
pemerintah China masih meminjam pada tingkat
suku bunga acuan. Pemerintah Tiongkok memiliki
komposisi terbesar dalam investasi domestik di
Tiongkok yaitu sebesar 90 persen. Jadi secara tidak
langsung walaupun dilakukan liberarlisasi suku
bunga, pemerintah sebagai investor domestik
terbesar punya peran dalam menggerakan suku
bunga kearah suku bunga acuan.
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
05
KEUANGAN
Foto: www.wsj.com
CARRY TRADE
&
Carry trade merupakan salah satu strategi yang digunakan
oleh
investor
untuk
menghasilkan
keuntungan
dari
perdagangan aset keuangan. Strategi carry trade diterapkan
dengan cara meminjam uang pada negara dengan tingkat
suku bunga yang rendah untuk kemudian diinvestasikan
INSTABILITAS
pada instrumen keuangan di negara lain yang memberikan
suku bunga atau imbal hasil yang tinggi. Sehingga
keuntungan diperoleh dari perbedaan tingkat suku bunga
tersebut.
KEUANGAN
Ilwa Nuzul Rahma
06
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
Salah satu negara yang memiliki tingkat suku bunga yang
Resiko
relatif rendah yaitu Jepang dengan suku bunga berkisar
ketidakpastian nilai tukar. Jika nilai tukar negara sumber
1%, sehingga Jepang menjadi salah satu sumber dana
dana terus menguat terhadap rupiah atau dengan kata
bagi investor untuk kemudian diinvestasikan pada
lain nilai tukar rupiah semakin melemah maka investor
instrumen keuangan di negara berkembang termasuk di
carry trade akan lari dari Indonesia karena dapat
Indonesia. Aksi ini memberikan keuntungan yang cukup
menyebabkan kerugian dan akan membuat nilai tukar
besar, investor meminjam dana dari bank di Jepang
rupiah semakin mengalami keterpurukan. Besarnya carry
dengan suku bunga hanya sebesar 1%, kemudian
trade tersebut dapat menimbulkan instabilitas keuangan
dibelikan surat berharga yang ada di Indonesia dengan
karena proses berakhirnya carry trade (exit) bisa terjadi
tingkat suku bunga berkisar 8%. Selain Jepang, suku
secara besar-besaran sehingga dapat mempengaruhi nilai
bunga Amerika Serikat juga relatif rendah dan bisa
tukar rupiah. Selain pengaruh nilai tukar, berakhirnya
menjadi sumber dana bagi investor untuk melakukan
carry trade akan dipicu oleh kenaikan suku bunga oleh
carry trade
negara sumber dana seperti rencana kenaikan suku
besar
dari
carry
trade
adalah
adanya
bunga Fed. Oleh karena itu Otoritas Jasa Keuangan harus
Ada beberapa faktor yang diperhatikan oleh investor
memperhatikan darimana sumber pendanaan berasal,
untuk memperoleh profit maksimum dari carry trade
sehingga dapat mempersiapkan diri untuk proses exit
yaitu (1) Suku bunga rendah pada negara sumber dana;
yang akan terjadi mengingat cukup besarnya investor
(2) Suku bunga tinggi di negara tujuan investasi; (3)
asing yang membeli instrumen keuangan di Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang kuat di negara tujuan
investasi; dan (4) nilai tukar negara sumber dana
melemah. Jika faktor-faktor tersebut berubah menjadi
sebaliknya,
maka
carry
trade
dapat
menyebabkan
kerugian pada investor sehingga mendorong adanya
jibor
US prime rates
Sep-15
Aug-15
Jul-15
Jun-15
May-15
Apr-15
Mar-15
Feb-15
Jan-15
Dec-14
Nov-14
Oct-14
Sep-14
Aug-14
Jul-14
Jun-14
May-14
Apr-14
Mar-14
Feb-14
9%
8%
7%
6%
5%
4%
3%
2%
1%
0%
Jan-14
instabilitas keuangan.
Japan prime rates
Sumber: Bloomberg
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
07
KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI JILID VI:
SUMBER DAYA LOKAL YANG MENARIK
Desi Maola Ayu Saputri
Dengan pengakuan masyarakat internasional adanya paket kebijakan ekonomi yang telah dirilis
oleh pemerintah, maka pemerintah kembali merilis paket kebijakan ekonomi jilid VI, dimana
paket kebijakan ekonomi tersebut diharapkan mampu menjadikan Indonesia sebagai peluang
usaha yang semakin baik. Terdapat 3 (tiga) kebijakan deregulasi yang dikeluarkan pada paket
kebijakan ekonomi jilid VI, yaitu : 1. Upaya Menggerakan Perekonomian Di Wilayah Pinggiran
Melalui Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK); 2. Penyediaan Air Untuk Masyarakat
Secara Berkelanjutan dan Berkeadilan; 3. Proses Cepat (paperless) Perizinan Impor Bahan Baku
Obat.
Pengembangan KEK dirasakan belum memenuhi harapan seperti yang dituangkan dalam UU
Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yakni menciptakan kawasankawasan yang menarik sebagai tujuan investasi dan sebagai penggerak perekonomian di
wilayah-wilayah yang selama ini belum berkembang. Antara lain akibat belum ditetapkannya
insentif dan kemudahan investasi di KEK. Terdapat 8 (delapan) KEK yang ditetapkan melalui
peraturan pemerintah, yaitu Tanjung Lesung (Banten), Sei Mangkei (Sumatera Utara), Palu
(Sulawesi Tengah), Bitung (Sulawesi Utara), Mandalika (NTB), Morotai (Maluku Utara), Tanjung
Api-Api (Sumatera Selatan), dan Maloi Batuta Trans Kalimantan/MBTK (Kalimantan Timur).
Pemberian insentif yang telah disampaikan oleh pemerintah diharapkan mampu mendorong
pengembangan dan pendalaman klaster industri berbasis sumber daya lokal yang dimiliki
masing-masing lokasi KEK. Selain itu peraturan pemerintah ini juga akan mendorong
keterpaduan upaya menciptakan iklim investasi yang baik antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Karena itu pelaksanaan peraturan pemerintah ini akan efektif apabila Pemda
setempat berkomitmen untuk memberikan fasilitas daerah yang diperlukan. Berikut fasilitas dan
kemudahan yang akan diberikan di KEK meliputi :
1. Pajak Penghasilan (PPh);
2. PPN dan PPnBM;
3. Kepabeanan;
4. Pemilikan Properti Bagi Orang Asing;
5. Kegiatan Utama Pariwisata;
6. Ketenagakerjaan;
7. Keimigrasian;
8. Pertanahan; dan
9. Perizinan.
08
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
Mahkamah Konstitusi (MK) melalui putusan No. 85/PUU-XI/2013 memutuskan Undang-Undang
Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. Untuk
mengisi kekosongan hukum sebagai dampak pembatalan undang-undang tersebut, UndangUndang No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan diberlakukan kembali. Dalam putusan MK tersebut,
ada 6 prinsip yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Setiap pengusahaan atas air tidak boleh
mengganggu, mengesampingkan, dan menghilangkan hak rakyat atas air; 2. Negara harus
memenuhi hak rakyat atas air; 3. Kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu hak asasi
manusia; 4. Pengawasan dan pengendalian atas air sifatnya mutlak; 5. Prioritas utama
pengusahaan air diberikan kepada BUMN/BUMD sebagai kelanjutan hak menguasai dari negara;
6. Apabila semua pembatasan tersebut sudah dipenuhi dan ternyata masih ada ketersediaan air,
Pemerintah masih dimungkinkan untuk memberikan izin kepada usaha swasta untuk melakukan
pengusahaan atas air dengan syarat-syarat tertentu dan ketat.
Pemberian izin pengusahaan SDA kepada usaha swasta dapat dilakukan dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip yang tertuang dalam putusan MK dan sepanjang masih terdapat
ketersediaan air. Dengan tetap menghormati putusan MK, peran swasta didalam
penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) diatur dengan menggunakan norma: 1.
Investasi Pengembangan SPAM oleh badan usaha swasta mencakup kegiatan di Unit Air Baku,
Unit Produksi, dan Unit Distribusi; dan 2. Pengelolaan SPAM oleh badan usaha swasta mencakup
kegiatan Unit Air Baku dan Unit Produksi.
Dalam peraturan pemerintah ini juga dimungkinkan badan usaha swasta melakukan penyediaan
air minum untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Badan usaha swasta juga bisa bekerjasama
dengan BUMN/BUMD dengan prinsip tertentu. Misalnya Surat Izin Pengambilan Air (SIPA) yang
dimiliki badan usaha swasta dipegang oleh BUMN/BUMD sebagai bukti kehadiran negara.
Kebijakan deregulasi yang terakhir adalah Proses Cepat (Paperless) Perizinan Impor Bahan Baku
Obat, dimana Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) selama ini sudah melakukan
penyederhanaan dalam proses impor bahan baku obat dan makanan. Proses penyederhanaan
perizinan ini sudah masuk dalam Paket Kebijakan Ekonomi JIlid I, meski prosesnya belum
sepenuhnya paperless (tanpa kertas). Tapi penyederhaan proses perizinan ini sudah berhasil
memperpendek waktu hingga 5,7 jam. Dalam waktu yang cepat, BPOM terus meningkatkan
pelayanannya secara online hingga berhasil mencapai target 100% paperless. Yang disebut
sistem online di sini adalah proses impor-ekspor melalui sistem Indonesia National Single
Window (INSW). INSW adalah loket elektronik tunggal untuk penyelesaian perizinan impor
ekspor serta pengurusan dokumen kepabeanan dan kepelabuhanan, yang merupakan wujud
reformasi birokrasi dengan sistim pelayanan publik yang cerdas. INSW memberikan efisiensi
pelayanan sekaligus efektivitas pengawasan, karena semua kegiatan dan informasi terdata secara
akurat, transparan, terpan
in i m
h
p
n murah jika dihitung per unit cost-
nya.
Sumber : ekon.go.id, 2015,
Kemenkeu, 2015
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
09
PERKEMBANGAN
DEREGULASI
BIDANG PEREKONOMIAN
TAHUN
2015
KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI
Ratih Purbasari Kania
Menjelang
akhir
tahun
2015,
telah
banyak
deregulasi yang selesai prosesnya sejak paket
kebijakan ekonomi digulirkan pertama kali pada
tanggal 9 September 2015. Kebijakan deregulasi
tidak berarti menghilangkan peraturan, serta tidak
juga menghilangkan peran dari birokrasi dalam
kegiatan pembangunan dan aktivitas masyarakat.
Regulasi dan birokrasi diperlukan dalam rangka
mengamankan
kepentingan
nasional
dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam era
globalisasi.
Banyaknya
peraturan-peraturan
yang
telah
dikeluarkan oleh berbagai Kementerian /Lembaga
sehingga terjadi overlapping serta terdapat pula
yang
menghambat kelancaran proses aktivitas
bisnis dimasyarakat merupakan salah satu alasan
dibuatnya deregulasi saat ini. Sementara itu, Paket
kebijakan ekonomi saat ini juga diperlukan untuk
mempersiapkan
Indonesia
dalam
kompetisi
menghadapi perdagangan bebas baik tingkat global
maupun
regional,
salah
satunya
maupun
regional,
salah
satunya
adalah
menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN yang
sudah didepan mata.
Perkembangan dan tindak lanjut deregulasi Paket I
s.d VI sampai awal Desember senantiasa
dikoordinasikan dengan Kementerian dan Lembaga
yang terkait. Untuk deregulasi Tahap I, sudah selesai
dan sudah ditandatangani sebanyak 78 Regulasi
sedangkan 34 lainnya belum ditandatangani,
sehingga total yang sudah selesai sebanyak 112
regulasi. Sementara itu sebanyak 12 peraturan
masih dalam proses pembahasan , adapun 10
peraturan dikeluarkan. Sebanyak 29 peraturan dari
Kementerian KUKM telah selesai dan sudah
ditandatangani dari sebanyak 29 regulasi yang
direncanakan. Sementara itu, progres deregulasi
tahap II, dari sebanyak 15 regulasi, semuanya sudah
selesai dilaksanakan yang melibatkan BKPM yakni
dalam layanan cepat investasi 3(tiga) jam.
Sedangkan untuk 7(tujuh) regulasi
terkait
penyederhanaan izin sektor kehutanan difasilitasi
oleh
Kementerian
Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan.
adalah
menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN yang
10
sudah didepan mata.
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
Deregulasi tahap ketiga, berfokus pada menekan
biaya melalui kemudahan usaha jasa keuangan,
pembiayaan ekspor, dan pengurangan beban biaya.
Kebijakan
yang
mendukung
hal
tersebut
diantaranya adalah paket kebijakan OJK, penurunan
harga BBM, listrik dan gas, serta penyederhanaan
ijin pertanahan. Sampai saat ini, Dari 8 regulasi yang
dibahas, baru satu regulasi yang telah selesai yakni
terkait penyederhanaan izin pertanahan untuk
kegiatan penanaman modal, sedangkan tujuh
regulasi lainnya masih dalam tahap pembahasan.
Deregulasi tahap keempat, dalam kebijakan
penetapan UMP mempunyai tujuan utama
membuka lapangan kerja seluas-luasnya untuk
meningkatkan
kesejahteaan
buruh.
Melalui
kebijakan ini, upah buruh diharapkan naik setiap
tahun dengan besaran yang terukur, hal ini juga
memberikan kepastian kepada pengusaha. Untuk
kebijakan terkait KUR, bunga KUR akan diturunkan
dari 22% menjadi 12%. Selain itu, penerima KUR
akan diperluas. Hingga saat ini, dari 10 regulasi
tinggal dua regulasi lagi yang masih dalam proses
pembahasan yakni yang terkait pengupahan.
Deregulasi tahap kelima, hingga saat ini dari tiga
regulasi, satu regulasi telah selesai terkait revaluasi
asset, dan dua lainnya masih dalam proses
pembahasan, yakni terkait perbankan syariah. Pada
paket kebijakan ekonomi tahap V, kebijakan ini
memberikan insentif keringanan pajak, revaluasi
aset yang akan meningkatkan kapasitas dan kinerja
keuangan yang akan meningkat secara signifikan.
Diharapkan pada tahun-tahun berikutnya akan
memberikan profit yang lebih besar.
Deregulasi tahap ke enam, semuanya telah selesai
dilakukan
yang
melibatkan
Kementerian
Koordinator bidang Perekonomian, Kementerian
PUPR
dan
BPOM.
Kebijakan
deregulasi
menjadi daya tarik bagi penanam modal. Selain itu
deregulasi ini juga dapat memberikan penghasilan
para
pekerja
diwilayah
Sedangkan dua Rancangan Inpres yang siap
diundangkan adalah Rancangan Inpres tentang
Kebijakan Fasilitas Perdagangan Bebas di Dalam
Negeri (Inland Free Trade Arrangement), dan
Rancangan Inpres tentang Deregulasi untuk
meningkatkan Daya Saing Industri, Kemandirian
Industri, dan Kepastian Usaha. Rancangan Inpres
tentang Kebijakan Fasilitas Perdagangan Bebas di
Dalam Negeri (Inland Free Trade Arrangement),
sangat penting khususnya menghadapi hadirnya
Masyarakat Ekonomi ASEAN yang sudah didepan
mata.
ini
diharapkan dapat memberikan kepastian serta
bagi
Sementara itu, dalam siaran pers Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian pada awal bulan
Desember 2015 disebutkan bahwa 11 RPP dan 2
rancangan
Inpres
Paket
Deregulasi
siap
diundangkan akhir tahun ini. Ke 11 Rancangan
Peraturan Pemerintah yang menjadi bagian dari
Paket Kebijakan Ekonomi I-VI itu adalah RPP
tentang kawasan industri RPP tentang pembiayaan
holtikultura, RPP tentang usaha wisata agro
holtikultura, RPP tentang Penyerahan Barang Kena
Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Tidak
Dipungut Pajak Pertambahan Nilai, RPP tentang
Fasilias dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi
Khusus, RPP tentang Perubahan Atas PP No.131
Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga
Deosito dan Tabungan serta Diskonto sertifikat Bank
Indonesia, RPP tentang Tata cara perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan, RPP tentang
Perubahan Kedua Atas PP Nomor 24 Tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan, RPP tentang
Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, RPP
tentang
Pelaksanaan
Pembangunan
dan
Pengembangan Kilang Minyak di Dalam Negeri.
(Sumber: Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi,
Kemeneterian Koordinator Bidang Perekonomian RI)
masing-masing.
Pemberian berbagai insentif ini diharapkan mampu
mendorong
pengembangan
dan
pendalaman
klaster industri berbasis sumber daya lokal yang
dimiliki masing-masing lokasi Kawasan Ekonomi
Khusus(KEK).
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
11
MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
MENJELANG
IMPLEMENTASI
PENUH
MASYARAKAT
EKONOMI ASEAN
DAN TANTANGAN
INDONESIA UNTUK
MENJADI PEMENANGNYA
Benito Rio Avianto
Tanggal 31 Desember 2015 adalah saat Deklarasi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan pada tanggal 1
Januari 2016 merupakan tonggak implementasi penuh Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah kesepakatan para Pemimpin ASEAN yang dideklarasikan pada
saat KTT ke-9, Oktober 2003, di Bali, Indonesia, deklarasi itu dikenal dengan Bali Concord II. Bali
Concord II merupakan dasar pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang terdiri atas Pasar
Tunggal dan Basis produksi, Kawasan Berdaya-saing Tinggi, Kawasan dengan Pembangunan
Ekonomi yang Merata, dan Integrasi dengan Perekonomian Dunia
Indonesia sebagai salah satu negara anggota ASEAN adalah main stream dan dominator ASEAN,
tanpa Indonesia ASEAN menjadi tidak berarti. Postur Indonesia di ASEAN adalah negara terbesar dari
sisi Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Perekonomian dan Panjang garis Pantai. Dari sisi luas wilayah,
Wilayah Indonesia mendominasi 42% wilayah ASEAN, 2600 x lebih besar dari Singapura, 6x lebih
besar dari Malaysia dan 4x lebih luas dari Thailand. Dari sisi jumlah penduduk, Indonesia
mendominasi 40% jumlah penduduk ASEAN, 46x lebih banyak dari Singapura, 8x lebih banyak dari
Malaysia dan 4x lebih banyak dibandingkan Thailand.
Dari sisi GDP, Indonesia mendominasi 36% GDP ASEAN, 3x lebih besar di bandingkan Singapura dan
Malaysia, dan 2x lebih besar dibandingkan Thailand. Dari sisi panjang garis pantai, dengan memiliki
2
garis pantai 81.497 Km , Indonesia bukan hanya menjadi negara yang memiliki garis pantai terpanjang
di ASEAN, tetapi juga di dunia, yang menguasai 14% dari garis pantai dunia
12
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
Posisi Indonesia di ASEAN, the biggest and the Largest
Luas Wilayah
ASEAN,
58%
Fakta Postur Indonesia
terbesar di ASEAN
(data 2014):
 42% Wilayah ASEAN
 40% Jumlah
Penduduk ASEAN
 37% GDP ASEAN;
 Pemilik garis pantai
terpanjang ASEAN
Indonesia hendaklah menjadikan ASEAN sebagai prioritas utama memposisikan dirinya menjadi pemain
global sekaligus untuk meningkatkan daya saingnya sebagai bagian dari perekonomian dunia. Indonesia
tidak perlu takut menghadapi pasar bebas ASEAN, karena Indonesia memiliki begitu banyak potensi barang
dan jasa yang siap menyerbu pasar ASEAN. Ada 376 juta penduduk ASEAN yang dapat menjadi sasaran
produk Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%, maka kebutuhan sektor jasa di
ASEAN dapat menjadi pasar yang sangat besar bagi para sarjana/tenaga profesional Indonesia untuk go
internasional.
Beberapa Universitas di Indonesia yang masuk dalam katagori universitas berkelas dunia seperti Universitas
Gadjah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI) dan Insititut Teknologi Bandung (ITB) memiliki jumlah
mahasiswa sebanyak 163.946 (data tahun 2013), merupakan tenaga profesional potensial yang siap
memasuki pasar ASEAN, disamping tentu saja para sarjana universitas lainnya. Hal ini tentu saja menjadi
penyemangat bagi kita untuk memasuki implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Berdasarkan hasil sosialisasi MEA ke beberapa daerah, kita dapat menangkap bahwa sesungguhnya
daerahpun sangat bergairah untuk menjadi bagian dari MEA tersebut. Daerah juga ingin wilayah dan
potensinya ikut mengglobal dengan semakin dikenal, produknya dapat diekspor serta makin banyaknya
wisatawan asing yang datang.
Dari data dan informasi di atas, Indonesia seyogyanya menjadi dominator di ASEAN. Indonesia harus menjadi
pemain utama atas integrasi ekonomi ASEAN yang dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Kesepakatan-kesepakatan dalam MEA 2015, hendaklah disikapi dengan positif dan menjadikannya sebagai
suatu peluang dan tantangan bagi perekonomian Indonesia. Peluang untuk mencari akses pasar yang lebih
besar bagi produk Indonesia sekaligus tantangan untuk memperbaiki performance perekonomian Indonesia
mempunyai standard kualitas ASEAN.
Jadi mari kita masuki Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dengan rasa optimisme dan kegembiraan. Optimis
untuk menjadi pemain utama di ASEAN, optimis dengan melihat ASEAN sebagai ujian menuju pemain global
dalam skala lebih luas. Perlu kita ketahui, tujuan pembentukan MEA 2015 adalah untuk menciptakan
kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif, dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan
mengurangi kemiskinan di kawasan. Jadi harus kita pahami bahwa tujuan pembentukan MEA bukan untuk
menyengsarakan para anggotanya. Kita (Indonesia) adalah bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN dan
sebagai bagian dari MEA, kita siap untuk berkompetisi maupun bekerjasama dengan Negara Anggota ASEAN
lainnya. Karena ASEAN memiliki spirit one vision, one identity, one community, yang tentunya menjadi spirit
kita juga.
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
13
INFRASTRUKTUR
Membangun
dari Desa
Susiyanti
Kehadiran dana desa diharapkan menjadi penggerak perekonomian desa. Salah satunya melalui
pembangunan infrastruktur desa seperti jalan desa, saluran irigrasi, dan lain sebagainya. Singkatnya, inilah
momentum bagi desa untuk membangun dan mensejahterakan desanya. Kini setelah hampir setahun
dana desa bergurlir, seperti apakah wajah-wajah desa-desa di Indonesia ?
Tak bisa dipungkiri, infrastruktur menjadi salah satu katalisator dalam pertumbuhan ekonomi. Sayangnya,
pengembangan infrastruktur terutama di daerah pedesaan
justru menjadi persoalan klasik yang
berkontribusi pada disparitas pertumbuhan ekonomi antara desa dan kota menjadi sangat besar. Padahal
pengembangan perekonomian desa merupakan pondasi kuat bagi perkembangan atau pertumbuhan
perekonomian nasional serta menjadi salah satu solusi persoalan urbanisasi.
Pemerintah melalui Peraturan Menteri nomor 5 Tahun 2015 secara jelas telah mengatur prioritas
penggunaan dana desa yang ditransfer langsung dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke kas desa
melalui rekening Kas umum Daerah (RKUD). Pembangunan infrastruktur desa menjadi salah satu prioritas
selain pemberdayaan masyarakat dan juga pembiayaan pemerintahaan desa.
Di banyak kesempatan, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar
juga menekankan para kepala desa memprioritaskan pembangunan infrastruktur dalam pengelolaan
dana desa yang ditransfer secara bertahap tersebut. Terutama menyangkut pada inftrastruktur padat
karya sehingga mampu menampung banyak tenaga kerja serta infrastruktur lain yang mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi desa.
Adapun infrastruktur yang dimaksudkan antara lain pembangunan jalan desa, jalan pemukiman maupun
pembangunan sarana kesehatan seperti penyediaan air bersih, sarana pendidikan ataupun sarana
ekonomi seperti membangun lumbung padi ataupun pembukaan lahan pertanian dan pengembangan
usaha ternak dan lain sebagainya
14
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
Salah satunya seperti yang dilakukan desa-desa di kecamatan Cangkringan, kabupaten Sleman,
Yogyakarta. Sejumlah desa di wilayah tersebut dinilai berhasil dalam mengelola dana desa untuk
meningkatkan kesejahteraan warganya. Kemampuan sumber daya manusia sebagai kota pelajar dan
partsisipaai masyarakat yang aktif membuat program-program yang dirancang bisa terlaksana sesuai
sasaran yang diinginkan.
Desa Wukirsari salah satunya. Desa Wukirsari berhasil mengelola dana desa untuk berbagai kegiatan
produktif. Mulai dari membangun jalan tembus antar desa, membangun irigasi serta memperkuat Badan
Usaha Milik Desa (BUMdes) serta pemberdayaan masyarakat di bidang peternakan.
Pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh Desa Wukirsari ini justru mendapatkan apresiasi dari Mentri
Marwan Jafar saat melakukan kunjungan kerja ke Yogyakarta Oktober lalu. "Budaya gotong royong
sangat kuat sehingga penyerapan dana desa lebih mudah dan warga juga sangat antusias dengan
program-p og m y ng
ij l nk n ” k
k p l
W ki
i sebagaimana dikutip dari portal berita
lokal (www.jogjadaily.com)
Tahun ini, kabupaten Sleman memperoleh anggaran sebesar 28 milyar untuk program dana desa. Dana
desa tersebut diperuntukan untuk 86 desa. Rata-rata setiap desa mendapatkan jatah sekitar 300 juta.
Pemerintah sendiri berencana untuk menaikkan besaran alokasi dana desa kabupaten Sleman menjadi
63,1 milyar atau meningkat 225 persen pada tahun 2016 mendatang. (republika.com)
Desa lain yang dinilai berhasil dalam mengelola dana desa adalah Nagari Pakandangan di kabupaten
Padang Parimanan, Sumatra Barat. Alokasi dana desa di Kabupaten Padang Pariaman tahun ini mencapai
46 milyar, dimana 18 milyar berasal dari pusat dan sisanya merupakan dana pendampingan dari APBD.
Desa atau Nagari Pakandangan mengelola dana desa sebayak 756 juta rupiah. Dana tersebut digunakan
untuk membiayai sejumlah program-program desa termasuk pembangunan akses jalan desa ke sawahsawah penduduk. Setidaknya ada 80 hektar sawah di desa tersebut dan rata-rata menghasilkan tujuh ton
padi kering. Pembangunan akses jalan desa ke sawah-sawah dan perkembunan ini diharapkan mampu
memobilisasi produk-produk hasil pertanian warga.
Baik desa Wukirsari maupun Nagari Pakandangan, tidak hanya dinilai berhasil dalam mengalokasikan
dana desa untuk pembangunan infrastruktur desa. Desa-desa ini juga dinilai baik dalam pola
pertanggung jawaban atau pelaporan alokasi dana desa.
Mekanisme pertanggung jawabannya dalam penggunaan dana desa sendiri telah diatur sedemikian rupa
dimana Tata cara pelaporan penggunaan dana diatur sesuai dengan ketentuan pengelolaan keuangan
daerah dan keuangan desa. Khusus pelaporan Dana Desa untuk semester I dilakukan paling lambat
minggu keempat bulan Juli, Sedangkan untuk semester II paling lambat minggu keempat bulan Januari
tahun berikutnya. Adapun Kepala daerah menyampaikan laporan konsolidasi penyaluran Dana Desa
dengan tembusan ke kementerian paling lambat minggu keempat bulan Maret tahun anggaran
berikutnya. Keterlambatan penyampaian laporan akan mengakibatkan penundaan penyaluran Dana Desa
ke RKUD
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
15
Menilik Dampak
Program pemerintah berbasis desa memang bukan kali pertama ini dilakukan. Sebelumnya pemerintah
telah menggulirkan program pengembangan kecamatan (PPK) ataupun program nasional pemberdayaan
masyarakat mandiri (PNPM mandiri). Secara umum, roh dari program tersebut adalah pelibatan aktif
masyarakat dalam merancang persoalan kebutuhan desa dan menyelesaikan persoalan mereka sendiri.
Dalam hal ekonomi sejatinya desa memiliki posisi strategis sebagai penyanggah ekonomi nasional. Hal
tersebut setidaknya dibuktikan dari ketahanan desa dalam menghadapi tekanan krisis ekonomi. Misalnya
saat kisis ekonomi 97-98, dimana ekonomi makro mengalami perlambatan, namun ekonomi desa yang
digerakan masyarakat justru tetap berdiri.
Meskipun porsi alokasi penggunaan dana desa dibatasi oleh peraturan perundang-perundangan, namun
desa dan warganya diberikan kewenangan dalam mengelola dan membelanjakan dana desa untuk
mengatasi persoalan desa selama ini. Sehingga keberadaan dana desa yang mengalir secara langsung
dinyakini mampu menimbulkan geliat perekonomian di desa-desa.
Menteri
Marwan
menyatakan
optimis
dana
desa
berperan
strategis
dalam
pemulihan kondisi perekonominan nasional. Dana desa yang sudah diterima desa langsung digunakan
untuk membangun berbagai infrastruktur desa seperti jalan desa, irigasi, jalan usaha tani, sanitasi,
embung, dan lainnya, hal ini besar sekali dampaknya terhadap pemulihan ekonomi desa yang tadinya ikut
terkena imbas melambatnya perekonomian nasional.
Pembangunan proyek-proyek infrastruktur desa langsung bisa dirasakan oleh masyarakat. Berbagai
aktifitas perekonomian di desapun muncul dan berkembang seperti usaha kuliner, jasa transportasi,
usaha material dan lain sebagainya. Pada akhirnya, perekonomian desapun langsung pulih dan bergerak
cepat.
Tahun 2015 sendiri secara keseluruhan alokasi dana desa mencapai 20.7 triliun rupiah yang disebar untuk
74.093 desa di seluruh Indonesia. Penyalurannya dilakukan secara bertahap. Yakni tahap pertama 40
persen pada minggu ke 2 April, tahap ke dua, sebayak 40 persen yang diberikan pada minggu ke dua
Agustus dan terakhir, sebayak 20 persen, ditransfer pada mingu ke 2 di bulan Oktober lalu. Diharapkan
hingga tutup tahun, penyerapan dana desa bisa mencapai 100 persen.
Meski diyakini akan berhasil mengembalikan perekonomian nasional, namun Apung Widadi dari forum
transparansi Indonesia Untuk Anggaran (FITRA) mencatat adanya potensi-potensi kecurangan yang
harus diwaspadai dan menjadi bahan kajian untuk penyaluran, pengelolaan dana desa di tahun
mendatang. Yakni mulai penggunaan dana desa yang tidak sesuai peruntukan, aset desa yang tidak
terinvetarisir dengan baik serta peyalahgunaan wewenang hingga minimnya pola pengawasan dari
masyarakat dan pendamping.
16
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
LAPORAN UTAMA
ROADMAP PENGENDALIAN INFLASI
URGENSI PENAMBAHAN JUMLAH TIM PENGENDALI INFLASI DAERAH
(TPID)
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
LAPORAN UTAMA
ROADMAP
PENGENDALIAN
INFLASI
Susiyanti
Inflasi adalah fenomena ekonomi yang menjadi pembahasan krusial karena mempunyai dampak yang amat luas
dalam perekonomian makro. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan memburuknya distribusi pendapatan,
menambah angka kemiskinan, mengurangi tabungan domestik, menyebabkan defisit neraca perdagangan,
menggelembungkan besaran utang luar negeri serta menimbulkan ketidakstabilan politik.
Secara umum disagregasi inflasi mengalami trend menurun namun masih tinggi, rata-rata historis nasional (20102012) inflasi IHK sebesar 4,9%, inflasi inti sebesar 4,3%, Volatile food sebesar 8,6%, dan administered prices sebesar
3,6%. Sementara secara spasial tanpa shock BBM inflasi masih tinggi terutama wilayah-wilayah di luar Jawa.
Pemerintah telah menetapkan target inflasi yang cukup rendah dan menurun (challenging), yaitu pada kisaran
4%±1% untuk tahun 2016 dan 2017 dan ke level 3,5± 1% tahun 2018. Untuk mencapai target inflasi rendah tersebut
maka perlu extra effort dari semua pihak.
18
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
Pencapaian sasaran inflasi ini penting untuk kredibilitas kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah. Kenyataan di
lapangan menunjukan bahwa kewenangan dan pengendalian inflasi nasional berada di beberapa instansi baik pusat
maupun daerah, maka diperlukan suatu acuan berupa roadmap dalam upaya pencapaian sasaran inflasi nasional.
Roadmap pengendalian inflasi nasional diperlukan sebagai guideline dalam program pengendalian inflasi secara
terstruktur dan terintegrasi baik antara pusat dan daerah. Hal ini mengingat, daerah juga mengambil peran penting
dalam pengendalin inflasi secara nasional. Terlebih target inflasi
yang ditetapkan
pemerintah cukup rendah
dengan waktu pencapaian yang cukup singkat.
Meredam gejolak
Seperti halnya negara berkembang lainnya, inflasi di Indonesia tak semata fenomena moneter, inflasi di Indonesia
juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hingga saat ini, Indonesia masih menghadapi
sejumlah tantangan struktural di antaranya terbatasnya peningkatan kapasitas perekonomian domestik,
ketergantungan yang tinggi pada ekspor berbasis sumber daya alam dan bahan baku impor, produksi pangan yang
rentan terhadap gangguan pasokan (Cuaca, El nino, musim dan lain sebagainya). Belum lagi persoalan terkait
inefisiensi struktur mikro pasar dan pemenuhan kebutuhan energi nasional yang tergantung dari impor BBM dan
LPG, masih lemahnya koneksitas antar daerah dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Sebagai contoh adalah penyediaan beras mapun produk holtikultura (Cabai dan bawang merah). Selama ini kedua
komoditas tersebut merupakan faktor pemicu inflasi yang terjadi di banyak daerah dan juga dalam skala nasional.
Namun, komoditas tersebut juga menghadapi banyak rentanan gejolak harga akibat el nino serta biaya transportasi
yang tinggi karena faktor infrastruktur .
Secara umum, gelojak inflasi di Indonesia dipicu oleh tekanan dari tiga kelompok komoditas dengan berbagai
persoalan yang meliputinya. Yakni kelompok bahan makanan (volatile food), komoditas yang harganya diatur oleh
pemerintah (administered priced) seperti BBM, tarif listrik dan elpiji serta inflasi inti yakni komponen inflasi yang
cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, antara
lain interaksi permintaan-penawaran.
Ketiga komponen tersebut di atas memiliki karakter persoalan masing-masing yang sangat khas. Misalnya saja
permasalahan pada komoditas volatile food, dimana komponen ini menhadapi persoalan terkait dengan
produktifitas yang rendah, rantai distribusi yang panjang, struktur pasar yang terkonsentarsi pada sejumlah pelaku,
asimetri informasi, akurasi data produksi hingga persoalan konsumsi dan stok.
Sementara pada administered prices, persoalan yang dihadapi lebih pada ketergantungan pada impor,
ketergantungan tranportasi darat pada BBM, usaha angkutan darat yang belum tertata dengan baik, terbatasnya
transportasi publik yang disubsidi pemerintah. Sementara inflasi inti, pemerintah menghadapi persoalan
pertumbuhan ekonomi yang melambat, terjadinya deindustrialisasi di berbagai sektor dan juga konversi lahan
pertanian menjadi lahan komersil, terkanan depresiasi rupiah yang cukup besar, struktur ekpor yang berbasis
sumber daya alam dan impor content tinggi dan lain sebagainya.
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
19
Jangka pendek vs jangka menengah
Pengendalian inflasi nasional akan diarahkan pada tiga faktor yang selama ini menjadi tekanan pada gejolak inflasi
di Indonesia yakni berupa roadmap pengendalian inflasi volatile food, inflasi inti dan administered prices. Roadmap
pengendalian inflasi nasional mengagendakan sejumlah
program termasuk kebijakan-kebijakan strategis baik
dalam jangka pendek maupun dalam jangka menengah untuk bisa mencapai target inflasi yang telah ditetapkan
dalam periode 2016, 2017 dan 2018. Termasuk pelibatan daerah dalam pengendalian inflasi secara nasional.
Dalam jangka pendek, secara umum Tim Pengendalian Inflasi Nasional akan memastikan kelanjutan reformasi
subsidi energi untuk LPG 3 kg,TTL golongan 450 dan 900 volt, memperkuat kesepahaman tentang roadmap dengan
kementrian maupun lembaga dan pemerintah daerah serta komitmen stakeholders sehinga roadmap masuk dalam
pembahasan RAPBN, RAPBD dan memperkuat koordinasi antar lembaga terkait untuk mewujudkan target inflasi.
Sebagai contoh langkah nyata misalnya dalam pengendalian gejolak harga beras pada kelompok inflasi volatile
food jangka pendek. Yakni dengan operasi pasar, penyelengaraan pasar murah/penyeimbang dan lain sebagainya.
Pemerintah juga memastikan berbagai progam infrastruktur selesai sesuai dengan tenggat waktu serta mendorong
kebijakan yang lebih ekpansif melalui penyederhaan perizinan dan memberikan insentif untuk mendorong investasi
khususnya terkait dengan infrastruktur sebagai roadmap jangka pendek terkait dengan pengendalian inflasi inti.
Dalam jangka menengah, langkah strategis yang akan dilakukan secara umum adalah dengan mengendalikan
inflasi inti dengan membangun kredibilitas moneter dengan peningkatan efektivitas pengendalian permintaan
agregat dan strategi komunikasi efektif, memastikan program infrastruktur berjalan sesuai jadwal agar peningkatan
kapasitas perekonomian domestik dapat mengimbangi peningkatan permintaan, mendorong kelancaran distribusi
dan konektivitas antar daerah serta meningkatkan efisiensi perekonomian.
Sementara menurunkan inflasi volatile food secara bertahap pada level 2-3% di 2018 dilakukan dengan mendorong
produksi agar tersedia setiap saat dan diseluruh daerah dengan melibatkan peran aktif pemerintah daerah misalnya
melalui perbaikan infrastruktur ataupun teknologi pertanian, mengefisiensikan struktur pasar dan distribusi
termasuk rencana program penyaluran beras untuk rakyat miskin dengan melibatkan kementrian atau lembaga
terkait serta meningkatkan akurasi data dan informasi pangan.
Sedangkan terkait dengan pengendalian inflasi administered prices akan dilakukan dengan mendorong
implementasi program diversifikasi energi dan secara bertahap mengurangi impor minyak mentah BBM dan LPG
serta memastikan berlanjutnya program reformasi subsidi energi yang dilakukan secara terencana.
Roadmap pengendalian inflasi ini difokuskan untuk menjawab berbagai tantangan dalam pengendalian inflasi. Di
dalam roadmap pengendalian inflasi ini juga telah mencakup langkah-langkah spesifik terkait koordinasi dalam
pengendalian inflasi oleh pihak-pihak yang terlibat. Roadmap juga telah disusun berdasarkan kewilayahan (pulau)
sesuai karakteristik masing-masing dan mencakup langkah-langkah identifikasi, rekomendasi (jangka pendek dan
menengah) serta dukungan dari Bank Indonesia, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Sebagai agenda tindak lanjut, TPI dan pokjanas TPID mengagendakan penyusunan konsep pedoman standar terkait
pelaksanaan operasi pasar dimana pembiayaanya bersumber dari APBD dan APBN, menyusun roadmap revitaliasi
peran bulog sehingga lebih optimal serta melengkapi konsep padoman pengembangan pasar komoditas pangan di
berbagai daerah.
20
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
LAPORAN UTAMA
URGENSI
PENAMBAHAN
JUMLAH TPID
Bronson Marpaung
Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan yang memberikan
manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pentingnya pengendalian inflasi berdasarkan pertimbangan
bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan
dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat
(Bank Indonesia). Inflasi yang tinggi akan menyebabkan
pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga
standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya
menjadikan semua orang, terutama orang miskin,
bertambah miskin. Inflasi yang tidak stabil akan
menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku
ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris
menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan
menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan
konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi. Tingkat inflasi
domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi
di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil
menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan
tekanan pada nilai rupiah
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
21
Inisiatif pembentukan TPID dimulai sejak 2008 dengan
dukungan dari berbagai kalangan, khususnya di daerah.
Keberadaan TPID menekankan pentingnya kerangka
kerjasama yang lebih bersinergi antar daerah sejalan dengan
implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2010-2014. Besarnya komitmen daerah
untuk turut berpartisipasi menjaga stabilitas harga tertuang
dalam Agenda Jakarta 2011 yang merupakan hasil Rapat
Koordinasi Nasional (Rakornas) II TPID yang diselenggarakan
pada 16 April 2011. Pada Rakornas II TPID juga disepakati
pembentukan Kelompok Kerja Nasional (Pokjanas) TPID
yang beranggotakan Bank Indonesia (BI), Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko), dan
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Pokjanas TPID
berperan dalam mengkoordinasikan sekaligus mengarahkan
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh TPID dalam menjaga
stabilitas harga di daerah. Selain itu, Pokjanas TPID dibangun
sebagai sarana untuk memperkuat sinergi pusat-daerah
dalam mengatasi berbagai persoalan di daerah yang
memerlukan kebijakan pemerintah pusat.
Inflasi di sebagian besar daerah berada pada level yang
cukup rendah. Upaya TPID dalam menjaga stabilitas harga di
daerah antara lain untuk mendorong peningkatan produksi;
pertanian; intervensi pasar berbasis
komoditi daerah;
pemberian subsidi biaya angkutan distribusi; penindakan
praktek penimbunan dan mengoptimalkan komunikasi
dengan masyarakat. Peran TPID untuk menjaga stabilitas di
perlukan penguatan koordinasi dan kerja sama. Penguatan
TPID melibatkan aparat penegak hukum dalam melakukan
pengawasan di lapangan, menjaga kerja sama perdagangan
antar daerah dan memperkuat koordinasi antar TPID sewilayah. Capaian yang telah dilakukan oleh TPID untuk
melakukan penguatan diantara lain dengan mendorong
pembentukan TPID di daerah, saat ini telah terbenttuk 442
TPID per Desember 2015 dan memperkuat sekretariat TPID.
Ada beberapa tantangan yang harus di perhatikan dalam
stabilisasi harga diantaranya perlu adanya penjabaran
roadmap pengendalian inflasi agar dapat diimplementasikan
dan
intergrasi
dengan
RKP
dan
RKPD.
TPID
telah
mengintegrasikan data harga konsumen daerah di tingkat
pasar, dan sedang dalam penyiapan feature SMS dan mobile
application.
Pada
Rakornas
VI
TPID
2015
Presiden
memberikan arahan agar setiap daerah wajib membentuk
TPID.
November 2015, terungkap beberapa tantangan dalam
pembentukan TPID. Pertama, masih perlunya sosialisasi serta
capacity building mengenai pentingnya pembentukan TPID
kepada kepala daerah. Hal ini penting agar terdapat
pemahaman mengenai pentingnya koordinasi pengendalian
inflasi melalui forum TPID di daerah. Kedua,walaupun sudah
ada inisiatif untuk membentuk TPID, namun beberapa
daerah masih belum memahami mekanisme kerja TPID
dalam menjaga stabilitas harga. Terkait hal ini, Kelompok
Kerja Nasional (Pokjanas) TPID telah memiliki buku petunjuk
TPID
yang
jumlah
TPID
yang
telah
terbentuk
cukup
signifikan, masih terdapat daerah-daerah yang belum
membentuk TPID. Dalam Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah
yang
dilaksanakan
di
wilayah
Sumatera,
Jawa,
dapat
daerah
sebagai
acuan
itu, Pemerintah Daerah juga dapat melakukan studi banding
ke
daerah-daerah
yang
sudah
memiliki
koordinasi
pengendalian inflasi yang baik melalui forum TPID.
Tantangan pengendalian inflasi masih cukup berat pada
masa mendatang. Dalam kaitan ini, tersedianya pedoman
pelaksanaan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menjadi
sangat penting. Pedoman ini antara lain akan memberikan
gambaran tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan
dalam pembentukan TPID; tugas, fungsi, dan mekanisme
kerja TPID; dan koordinasi antara TPI dan TPID atau antar
TPID. Dengan demikian, TPID diharapkan akan dapat
meningkatkan
kemampuannya
dalam
membantu
pencapaian sasaran inflasi nasional. Dalam rangka
mengakomodasi kebutuhan tersebut, maka pada tanggal 2
April 2013, Kementerian Dalam Negeri telah menerbitkan
Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor
027/1696/SJ tentang Menjaga Keterjangkauan Barang dan
Jasa Di Daerah sebagai pedoman bagi daerah dalam
pelaksanaan koordinasi TPID dalam menjaga stabilitas harga,
serta untuk penyeragaman struktur organisasi/kelembagaan
TPID.
Kebijakan yang lebih tepat untuk ditempuh adalah melalui
kebijakan di sektor riil yang berada dalam kewenangan
pemerintahan daerah, sehingga diperlukan koordinasi dan
kerjasama yang erat antara Satuan SKPD atau lembaga
terkait
lainnya
(termasuk
Bank
Indonesia
di
daerah
setempat). Hal ini mengingat permasalahan inflasi yang
terjadi umumnya bersifat multi sektor dan lintas lembaga,
misalnya terkait dengan
Perhubungan),
aspek perhubungan/distribusi
perdagangan/tata
niaga
(Dinas
Perdagangan), produksi/pasokan barang-barang manufaktur
(Dinas Perindustrian) dan pertanian (Dinas Pertanian dan
Badan
Ketahanan
Pangan)
serta
praktek
spekulasi
penimbunan komoditas strategis (aparat penegak hukum).
Kalimantan
22
digunakan
mekanisme koordinasi pengendalian inflasi di daerah. Selain
(Dinas
Walaupun
TPID
Kalimantan, dan Kawasan Timur Indonesia pada bulan
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
FISKAL & REGULASI EKONOMI
HARAPAN APBN 2016 YANG LEBIH PRODUKTIF
Desi Maola Ayu Saputri
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun anggaran 2016 disusun berdasarkan pokok-pokok
kebijakan fiskal. Oleh karena itu diperlukan upaya strategis yang ditempuh antara lain : 1. Memperkuat stimulus yang
diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan penguatan daya saing; 2. Meningkatkan ketahanan fiskal dan
menjaga terlaksananya program-program prioritas di tengah tantangan perekonomian global; dan 3. Mengendalikan
risiko dan menjaga kesinambungan fiskal dalam jangka menengah dan panjang.
Berdasarkan World Economic Outlook Juli 2015 yang dikelurakan oleh IMF, perekonomian global tahun 2015
diperkirakan tumbuh 3,3 persen, sedikit lebih rendah dari tahun 2014. Pertumbuhan tersebut lebih ditopang oleh
perbaikan kinerja perekonomian negara maju, sedangkan perekonomian negara berkembang masih mengalami
perlambatan. Perbaikan kinerja negara maju tersebut, antara lain, ditopang oleh kebijakan dalam memicu konsumsi dan
investasi yang menopang pertumbuhan di Jepang. Perlambatan ekonomi di negara berkembang sebagai dampak dari
lebih rendahnya harga komoditas dan kondisi keuangan eksternal yang mengalami pengetatan.
Di tahun 2016, pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan menguat menjadi 3,8 persen, sedangkan pertumbuhan
ekonomi di negara berkembang diharapkan meningkat menjadi 4,7 persen. Peningkatan ini bergantung dari perbaikan
kondisi ekonomi di sejumlah negara yang tengah mengalami krisis. Kinerja perekonomian dunia tersebut diperkirakan
masih akan mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang di tahun 2016, termasuk
Indonesia.
Indikator Asumsi Dasar Ekonomi Makro RAPBN 2016 :
Indikator
Asumsi Dasar
RAPBN
Pertumbuhan ekonomi (yoy)
5,5
Inflasi (%, yoy)
4,7
Rupiah (Rp/US$)
13.400
Tingkat Bunga SPN 3 bulan (%)
5,5
Harga minyak mentah Indonesia
( US$/barel)
60
Lifting minyak (barel/hari)
830
Lifting gas (ribu barel setara
minyak per hari)
1.155
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
23
Postur RAPBN tahun 2016 disusun dengan menggunakan kaidah ekonomi publik yang terdiri atas pendapatan negara,
belanja negara, dan pembiayaan anggaran. Dalam struktur APBN yang berlaku saat ini, belanja pemerintah pusat
menurut klasifikasi fungsi dikelompokkan menjadi 11 fungsi. Dalam RAPBN 2016 tahun 2016, belanja pemerintah pusat
masih didominasi oleh pelayanan umum.
Ringkasan Postur APBN 2016 (dalam triliun)
Uraian
Pendapatan Negara
- Penerimaan Perpajakan
- Penerimaan Negara Bukan
Pajak
- Penerimaan Hibah
Belanja negara
- Belanja Pemerintah Pusat
- Transfer ke Daerah dan Dana
Desa
Keseimbangan Primer
Surplus/Defisit
- % defisit terhadap PDB
Pembiayaan Neto
RAPBN
1.848,1
1.565,1
280,3
2,0
2.121,3
1.339,1
782,2
(89,8)
(273,2)
2,1%
273,2
Sumber : kemenkeu, 2015
Alokasi anggaran untuk transfer ke daerah dan dana desa lebih besar dari K/L sebagai bentuk komitmen pemerintah
dalam kerangka desentralisasi fiskal. Penyumbang presentase kenaikan terbesar dalam transfer ke daerah dan dana desa
adalah alokasi anggaran untuk transfer khusus dan dana desa, antara lain dengan dialokasikannya Dana Alokasi Khusus
(DAK) infrastruktur publik daerah, realokasi dana dekonsentrasi/tugas pembantuan ke DAK, dan pemenuhan roadmap
dana desa yang dalam tahun 2016 dialokasikan paling sedikit 6 persen. Anggaran dana desa dihitung berdasarkan
jumlah desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat
kesulitan geografis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa.
Dengan besaran pendapatan dan belanja negara tersebut, RAPBN 2016 mengalami defisit anggaran sebesar Rp273,2
triliun atau 2,1 persen terhadap PDB, yang berarti naik dari defisit pada APBNP tahun 2015 sebesar 1,9 persen. Defisit
RAPBN tahun 2016 tersebut direncanakan akan dibiayai dengan pembiayaan yang bersumber dari dalam negeri dan
pembiayaan yang bersumber dari luar negeri (neto).
Pada RAPBN tahun 2016, Pemerintah diharapkan dapat menghemat anggaran dari perubahan nomenklatur mata
anggaran yang dilakukan seluruh kementerian dan lembaga tinggi negara. Dengan adanya APBN 2016 bisa menjadi
motivasi lebih baik dengan ruang fiskal yang lebih besar, sehingga pengampunan pajak (tax amnesty) menjadi salah
satu yang dapat menciptakan perbaikan APBN sekaligus dapat mencapai tujuan pemerintah yaitu salah satunya dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sumber : Kementerian Keuangan, 2015
24
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
EKONOMI DOMESTIK
TOL LAUT
dan
POTENSI MARITIM INDONESIA
Desi Maola Ayu Saputri
Indonesia merupakan Negara maritim atau kepulauan terbesar di dunia, antara pulau satu dengan pulau
lainnya dipisahkan oleh laut, Hal tersebut bukanlah penghalang bagi setiap masyarakat di Indonesia untuk
saling berhubungan diberbagai pulau. Melihat kejayaan maritim masa lampau diperoleh karena
mengoptimalkan potensi laut sebagai sarana dalam suksesnya perekonomian dan ketahanan politik suatu
negara.
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
25
Tol laut merupakan program nasional yang dilatarbelakangi karena adanya disparitas harga yang cukup
tinggi antara wilayah barat dan timur. Pertumbuhan ekonomi yang terpusat di Pulau Jawa mengakibatkan
transportasi laut di Indonesia tidak efisien dan mahal karena tidak adanya muatan balik dari wilayahwilayah yang pertumbuhan ekonominya rendah, khususnya di Kawasan Timur Indonesia.
Pada prinsipnya tol laut merupakan penyelenggaraan angkutan laut secara tetap dan teratur yang
menghubungkan pelabuhan-pelabuhan hub disertai feeder dari Sumatera hingga Papua dengan
menggunakan kapal-kapal berukuran besar sehingga diperoleh manfaat ekonomisnya.
Kerangka regulasi Tol laut antara lain, (1) penyediaan fasilitas kredit lunak untuk pengadaan kapal
nasional, (2) pembiayaan melalui DAK untuk pengadaan kapal pelayaran rakyat, (3) penyesuaian peraturan
bebas bea masuk, PPN, PPh industri galangan kapal dan industri penunjangnya, (4) aturan yang lebih
fleksibel tentang jaminan penjaminan bank dengan menggunakan kapal, (5) penyesuaian Permenhub
7/2013 tentang kewajiban klasifikasi untuk menekan biaya pembangunan kapal, dan (6) peningkatan
tingkat kandungan dalam negara (TKDN) industri kapal nasional sebesar (kapal baru) 40%.
Pembangunan TOL LAUT
Sumber : Kemenhub, 2015
Salah satu strategi membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan
adalah mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri nasional untuk
mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung
kerjasama regional dan global, dan untuk menunjang pengembangan sistem logistik nasional dibutuhkan
strategi penguatan infrastruktur logistik salah satunya adalah rencana pengembangan konsep Tol laut
dimana penempatan transportasi laut sebagai tulang punggung sistem logistik nasional.
Kebijakan pemerintah di bidang maritim terkait Tol laut termasuk penghapusan pajak pertambahan nilai
(PPN) atas impor komponen kapal menyebabkan industri galangan kapal nasional mengalami
peningkatan order hingga Rp17,7 triliun, stimulus tersebut juga memangkas biaya produksi kapal hingga
6% sehingga diharapkan mampu mendongkrak daya saing industri kapal nasional. Untuk menjamin
keberlangsungan pengoperasian kapal-kapal tersebut, pemerintah telah memberikan dana bantuan
kewajiban pelayanan publik (PSO) kepada operator tol laut, yakni PT Pelni sebesar Rp257.907.959.000
dengan enam unit kapal.
26
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
Strategi dan upaya implementasi pengembangan tol laut antara lain :
a.
Mendorong para operator kapal untuk mengoperasikan kapal-kapal yang lebih besar kapasitasnya
melalui penyederhanaan regulasi dan penyediaan fasilitas kredit lunak;
b.
Penggunaan kontainer untuk mengangkut pasar angkutan petikemas pada pelayaran domestik di
sepanjang lintas utama;
c.
Revitalisasi infrastruktur pelabuhan untuk pengembangan sistem packaging dan canal-way serta
menjamin kelancaran pengangkutan barang keluar masuk pelabuhan;
d.
Pengembangan dry port atau pelabuhan darat sebagai buffer atau penyangga logistik dari pelabuhan
laut (sea-port);
e.
Pembangunan kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan terutama wilayah timur
Indonesia;
f.
Subsidi Angkutan Laut Tetap dan teratur untuk kapal barang dalam rangka menunjang Tol Laut.
Pada tahun 2015 ini telah ditetapkan 6 (enam) trayek yang diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut Nomor AL.108/6/2/DJPL-15 tentang Jaringan Trayek Penyelenggaraan Kewajiban
Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang Dalam Rangka Pelaksanaan Tol Laut Tahun Anggaran 2015.
Besaran Kewajiban Pelayanan Publik Untuk Angkutan Barang Dalam Rangka Pelaksanaan Tol Laut tersebut
sebesar Rp. 257,907,959,000,- (Dua ratus lima puluh tujuh milyar Sembilan ratus tujuh juta Sembilan ratus
lima puluh Sembilan ribu rupiah) dengan 6 unit kapal. Namun sehubungan dengan keterbatasan waktu
yang tinggal 2 (dua) bulan dan ketersediaan armada PT. Pelni, maka untuk hal ini baru dioperasikan 3
(tiga) unit kapal untuk 3 (tiga) ruas trayek dengan nilai subsidi sebesar 30 Milyar.
Ketiga susunan jaringan trayek tersebut, adalah:
1.
Kode Trayek T–1 : Tg. Perak – Tual – Fak fak – Kaimana – Timika – Kaimana – Fak fak – Tual –Tg Perak.
(Dioperasikan oleh KM. Caraka Jaya Niaga III - 32);
2.
Kode Trayek T–4 : Tg. Priok – Biak – Serui – Nabire –Wasior – Manokwari – Wasior- Nabire – Serui –
Biak – Tg Priok. (Dioperasikan oleh KM. Caraka Jaya Niaga III – 22);
3.
Kode Trayek T–6 : Tg. Priok – Kijang – Natuna – Kijang – Tg Priok. (Dioperasikan oleh KM. Caraka Jaya
Niaga III - 4).
Apabila rute tersebut telah dilalui oleh kapal swasta, maka pemerintah akan mengalihkan kapal perintis ke
l in y ng b l m il l i
liner”
b
n k n il k k n
n k n il k k n v l
v i n k m ng k
f k ivi
p ngop
i n “freight-
i.
Sumber : Kementerian Perhubungan, 2015
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
PT Pelni, 2015
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
27
Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
REDAKSI TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK II) Lantai 4
Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2 – 4 Jakarta, 10710
Telp. 021-3521843, Fax. 021-3521836
Email: [email protected]
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat diunduh pada website www.ekon.go.id
Download