laporan cacing tanah - Blog UB

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH
CACING TANAH
YUDHISTIRA WHARTA WAHYUDI
105040204111013
KELOMPOK : RABU 07.00 LAB. LINGKUNGAN
ASISTEN : TIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
2010
I.
1.1
TINJAUAN PUSTAKA
Jenis-Jenis Cacing Tanah
Cacing tanah dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

Cacing epigeik
Cacing epigeik adalah cacing yang hidup pada bahan organic yang sedang
membusuk, pada permukaan tanah. Aktif dipermukaan tanah, berwarna gelap,
pemyamaran efektif, tidak membuat lubang, kotaoran tidak tampak jelas dan
tidak mencerna tanah.

Cacing endogeik
Cacing endogeik adalah cacing yang jarang muncul ke permukan tanah.
Beberapa cacing endogeik menghni rhizosfir, daerah yang dekat dengan akar
tanaman, tempat di mana cacing tersebut makan tanah yang diperkaya dengan
akar tanaman yang membusuk, bateri dan jamur. Hidup di dalam tanah dekat
permukaan,membuat lubang yang dalam dan kadang meluas.kotoran berada
di dalam lubang, tidak berwarna, tanpa penyamaran dan mencerna tanah.

Cacing anesik
Cacing anesik adalah cacing yang biasanya lebih besar yang membangun
lubang-lubang permanen dalam tanah dan muncul di permukaan tanah hanya
untuk menarik seresah yang berupa daun-daunan atau bahan organic lain ke
dalam lubangnya. Mencerna sebagian tanah, warna sedang pada bagian
punggung, penyamaran rendah dan kotoran berada di permukaan tanah atau
terselip di antara seresah. Cacing anesik aktif bergerak dari permkaan tanah
ke bawah permukaan tanah. Sehingga dapat mempengaruhi struktur dan
konduktifitas hidrolik tanah.
Selain yang disebut di atas, terdapat pula cacing dengan jenis:

Coprophagic, yaitu cacing yang hidup di pupuk kandang

Arboricolous, yaitu cacing yang hidup dalam suspense tanah pada hutan
tropic basah.
1.2
Gambar Organ Tubuh Cacing Tanah
Bagian mulut cacing disebut juga prostomium. Funsi dari prostomium adalah
untuk makan dan menghancurkan seresah. Bagian atas cacing atau disebut
sebagai peristomium adalah bagian ujung depan cacing sampai batas lambung
cacing. Fungsi dari peristomium adalah untuk membuat lubang pada tanah.
Bagian cacing yang menebal disebut clitellum. Clitellum adalah batas bagian
depan dengan bagian belakang tubuh cacing. Fungsi dari clitellum adalah untuk
memperbesar lubang tanah. Selain itu, clitellum juga berkaitan dengan
pembentukan cocoon atau telur cacing. Bagian belakang cacing yang dekat
dengan anus disebut periproct. Periproct berfungsi sebagai organ pembuangan
cast atau kotoran. Cacing juga memiliki seta atau bulu-bulu kecil yang
membantu pergerakan cacing dalam tanah.
1.3
Syarat Hidup Optimum Cacing Tanah

Tanah sebagai tempat hidup cacing harus mengandung bahan organic dalam
jumlah yang banyak, bahan organic tersebut dapat berasal dari sereah,
kotoran ternak dan sisa-sisa hewan atau tumbuhan.

Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah membutuhkan pH yang sedikit
asam sampai netral, yaitu antara 6-7,2. Dengan kondisi tersebut, bakteri
dalam tubuh cacing dapat bekerja secara optimal untuk melakukan
pembusukan atau fermentasi

Kelembaban optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing
adalah antara 15%-30%.

Suhu optimum untuk pertumbuhan cacing dan penetasan kokon adalah antara
15°-25° C. Suhu yang lebih tinggi dari suhu di atas masih dapat ditoleransi
asalkan ada naungan yang cukup baik dan kelembaban optimal.

Tempat yang baik untuk pertumbuhan cacing yang optimum adalah di tempat
yang tidak terkena sinar matahari secara langsung
1.4
Peran Cacing Tanah bagi Kesuburan Tanah
Cacing tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah. Aktivitas cacing
yang memankan dan mengeluarkannya dalam bentuk cast sangant bermanfaat
bagi sifat fisik maupun sifat kimia tanah. Cacing tanah mampu mempengaruhi
struktu tanah melalui pencernaan, pemilihan partikel berukuran kecil dan
membentk struktur yang lebuh spesifik, sehingga cacing tanah disebut sebagai
biofabrik. Cacing tanah juga dapat mempengaruhi laju dekomposisi bahan
organic, sehingga dapat meningkatkan kadar unsure hara dalam tanah. Pengaruh
tersebut tergantung pada jenis cacing, jenis tanah dan kualitas bahan organic
(Subler et al, 1998).
Selain itu, cacing tanah juga berperan dalam memperbaiki tata ruang tanah,
memperbaiki pori tanah, memperbaiki infiltrasi tanah, sebagai pengurai seresah
dan sebagai agen bioturbasi atau agen yang membantu pembalikan tanah untuk
distribusi bahan organic, sehingga bahan organic merata dalam tanah (Sarwono,
2007).
II.
2.1
METODE PENGAMATAN
Alat dan Bahan
Alat:
Planimeter untuk mengukur panjang jalur cacing
Spidol merah untuk menandai jalur cacing pada planar cage
Palanar cage sebagai tempatr menempatkan cacing tanah
Bahan:
Cacing tanh sebagai obyek pengamatan
Tanah Ultisol 100% untuk planar B, sebagai tempat cacing tanah
Tanah Inceptisol 100% untuk planar A, sebagai tempat cacing tanah
Seresah sebagai bahan organic, makanan cacing tanah
2.2
Komposisi Masing-Masing Planar Cage

Planar cage A:
Seresah A
Tanah Inceptisol 100%

Planar cage B:
Seresah A
Tanah Ultisol 100%

Planar cage C:
Seresah A
Tanah Inceptisol 50%
Tanah Ultisol 50%

Planar cage D:
Seresah A
Tanah Inceptisol 50%
Tanah Ultisol 50%

Planar cage E:
Seresah A
Tanah Inceptisol 40%
Tanah Ultisol 60%

Planar cage F:
Seresah A
Tanah Inceptisol 60%
Tanah Ultisol 40%
2.3
Metode Pengamatan Pergerakan Cacing Tanah
Letakkan planar cage pada tempat ynag diterangi cahaya
Amati planar cage
Beri tanda lintasan yang dibuat cacing tanah dengan garis putus-putus
menggunakan spidol merah.
Lakukan langkah di atas pada kedua sisi planar cage.
Ukur panjang lintasan cacing tanah menggunakan planimeter.
Dokumentasikan hasil pengamatan.
2.4
Analisis Perlakuan Planar Cage
Tiap planar cage diisi dengan jenis tanah yang berbeda dan seresah sebagai
bahan organic. Planar cage A diisi dengan tanah jenis Inceptisol 100% dan
seresah. Planar B diisi dengan jenis tanah Ultisol 100% dan seresah. Planar cage
C dan D diisi dengan campuran tanah jenis Inceptisol 50% dan Ultisol 50% serta
seresah. Planar cage E diisi dengan campuran tanah Inceptisol 40% dengan
tanah Ultisol 50% serta seresah. Planar cage F diisi dengan campuran tanah
Inceptisol 60% dengan tanah Ultisol 40% serta seresah. Masing-masing planar
cage diisi cacing sebanyak 5 ekor, kemudian dibiarkan selama tiga minggu
sebelum dilakukan pengamatan agar cacing bias beradaptasi dengan planar cage.
Planar cage ditempatkan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari secara
langsung agar tidak mengganggu pertumbuhan cacing tanah. Pengamatan
palanar cage dilakukan di tempat yang diterangi cahaya, namun tidak terlalu
tinggi intensitasnya agar tidak mengganggu cacing tanah.
III.
3.1
Tabel Hasil Pengamatan
HASIL PENGAMATAN
Inceptisol 50%
C
F
E
D
Ultisol 100%
B
Ultisol 40%
Inceptisol 60%
Ultisol 60%
Inceptisol 40%
Ultisol 50%
Inceptisol 50%
Ultisol 50%
Inceptisol 100%
A
Planar Cage
A
A
A
A
A
A
Seresah
Jenis
F2
F1
E2
E1
D2
D1
C2
260
185
340
325
43
120
71
89
46
B2
C1
49
22.9
A2
B1
93
H1
72
37
99
45
66
38
70
37
123
148
20
18.5
H2
81
85
17
19
198
288
46
40
72
98
98
75
H3
Panjang Liang (cm)
A1
Ulangan
35
56
77.5
37
144
130
36
48
138
95
16
30
H4
448
363
533.5
426
451
576
223
214
379
390
156.9
216.5
(cm)
Total
5
5
5
5
5
5
∑ ekor
11.53
10.58
11.80
10.31
12.24
11.7
Berat (gr)
Cacing Awal
9
11
5
4
13
7
∑ ekor
8.77
8.56
10.35
7.28
8.54
9.05
Berat (gr)
Cacing Akhir
4
8
0
2
2
1
Cocoon
3.2
Dokumentasi Hasil Planar Cage
IV.
4.1
PEMBAHASAN
Analisa Pergerakan Cacing Tanah pada Masing-Masing Planar Cage

Planar Cage A
Pada planar cage A1 total pergerakan cacing adalah sepanjang 216.5 cm.
Pada H1 cacing bergerak sepanjang 93 cm. Pada H2 cacing bergerak
sepanjang 18.5 cm, H3 cacing bergerak sepanjang 75 cm dan pada H4
cacing bergerak sepanjang 30 cm.
Pada planar cage A2 total pergerakan cacing adalah sepanjang 156.9 cm.
Pada H1 cacing bergerak sepanjang 22.9 cm, pada H2 cacing bergerak
sepanjang 20 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 98 cm dan pada H4
cacing berderak sepanjang 18 cm.

Planar Cage B
Pada planar cage B1 total pergerakan cacing adalah sepanjang 390 cm. Pada
H1 cacing bergerak sepanjang 49 cm, pada H2 bergerak sepanjang 149,
pada H3 sepanjang 98 cm dan pada H4 cacing bergerak sepanjang 95 cm.
Pada planar cage B2 total pergerakan cacing tanah adalah sepanjang 379
cm. Pada H1 cacing bergerak sepanjang 46 cm, pada H2 cacing bergerak
sepanjang 123 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 72 cm dan pada H3
cacing bergerak sepanjang 138 cm.

Planar Cage C
Pada planar cage C1 total pergerakan cacing adalah sepanjang 390 cm. Pada
H1 cacing bergerak sepanjang 89 cm, pada H2 bergerak sepanjang 37 cm,
pada H3 cacing bergerak sepanjang 40 cm dan pada H4 cacing bergerak
sepanjang 48 cm.
Pada planar cage C2 total pergerakan cacing adalah sepanjang 223 cm. Pada
H1 cacing bergerak sepanjang 71 cm, pada H2 cacing bergerak sepanjang
70cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 46 cm dan pada H4 cacing
bergerak sepanjang 36 cm.

Planar Cage D
Total pergerakan cacing tanah pada planar cage D1 adalah sepanjang 576
cm. Pada H1 cacing bergerak sepanjang 130 cm, pada H2 cacing bergerak
sepanjang 28 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 338 cm dan pada H3
cacing bergerak sepanjang 130 cm.
Total pergerakan cacing tanah pada planar cage D2 adalah sepanjang 451
cm. Pada H1 cacing bergerak sepanjang 43 cm, pada H2 cacing bergerak
sepanjang 66 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 198 cm dan pada H4
cacing bergerak sepanjang 144 cm.

Planar Cage E
Total pergerakan cacing tanah pada planar cage E1 adalah sepanjang 426
cm. Pada H1 cacing bergerak sepanjang 325 cm, pada H2 cacing bergerak
sepanjang 45 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 19 cm dan pada H4
cacing bergerak sepanjang 37 cm.
Total pergerakan cacing tanah pada planar cage E2 adalah sepanjang 533,5
cm. Pada H1 cacing bergerak sepanjang 340 cm, pada H2 cacing bergerak
sepanjang 99 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 17 cm dan pada H4
cacing bergerak sepanjang 77,5 cm.

Planar Cage F
Total pergerakan cacing tanah pada planar cage F1 adalah sepanjang 363
cm. Pada H1 cacing bergerak sepanjang 185 cm, pada H2 cacing bergerak
sepanjang 37 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 85 cm dan pada H4
cacing bergerak sepanjang 56 cm.
Total pergerakan cacing tanah pada planar cage F2 adalah sepanjang 448
cm. Pada H1 cacing bergerak sepanjang 260 cm, pada H2 cacing bergerak
sepanjang 72 cm dan pada H3 cacing bergerak sepanjang 81 cm dan pada
H4 cacing bergerak sepanjang 35 cm
.
4.2
Keadaan Populasi Cacing Tanah pada Masing-Masing Planar Cage
Pada planar cage A, cacing yang dimasukkan adalah 5 ekor dan setelah berada
dalam planar cage selama tiga minggu, cacing berkembang biak menjadi 7 ekor.
Pada planar cage B, cacing yang dimasukkan dalam planar cage adalah 5 ekor.
Setelah tiga minggu, cacing berkembang biak menjadi 13 ekor.
Pada planar cage C, cacing yang dimasukkan dalam planar cage adalah sebanyak
5 ekor. Setelah tiga minggu, jumlah cacing berkurang menjadi hanya 4 ekor.
Pada planar cage D, cacing yang dimasukkan dalam planar cage adalah
sebanyak 5 ekor. Setelah tiga minggu, cacing tidak bertambah maupun
berkurang, namun tetap 5 ekor.
Pada planar cage E, cacing yang dimasukkan adalah sebanyak 5 ekor. Setelah
tiga minggu cacing berkembang biak menjadi 11 ekor.
Pada planar cage F, cacing yang dimasukkan dalam planar cage adalah sebanyak
5 ekor. Setelah tiga minggu, cacing berkembang biak menjadi 9 ekor.
4.3
Peran Cacing Tanah yang Dapat Diamati pada Planar Cage
Berdasarkan pengamatan terhadap cacing dalam planar cage, maka dapat
diketahui bahwa peran cacing adalah untuk memperbaiki pori tanah. Selain itu
cacing juga berperan dalam perbaikan tata ruang tanah, sebagai pengurai,
memperbaiki infiltrasi dan sebagai agen bioturbasi (pembalikan tanah oleh
cacing untuk distribusi bahan organic, agar bahan organic merata dalam tanah).
V.
5.1
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

Berat basah dan berat kering cacing berbeda-beda.

Cacing yang telah ditampatkan pada planar cage dapat berkembang biak,
namun dapat pula berkurang jumlahnya.

Total panjang lintasan cacing tanah pada tiap planar cage tidak sama.

Peran cacing tanah adalah untuk memperbaiki tata ruang dalam tanah.
Memperbaiki pori tanah serta memperbaiki infiltrasi, sebagai pengurai
dan agen bioturbasi.
5.2
Saran dan Kritik
Praktikum ‘Cacing Tanah’ yang dilakukan di laboratorium lingkungan dilakukan
oleh dua kelompok. Hal tersebut menyebabkan laboratorium terlalu penuh dan
praktikum menjad ikurang efisien.
Sebaiknya tidak menggabungkan dua kelompok saat praktikum, karena akan
menyebabkan praktikum kurang efisien.
DAFTAR PUSTAKA

Ansyori. 2004. Potensi Cacing Tanah Sebagai Alternatif Bio-Indikator Pertanian
Berkelanjutan. Makalah pribadi

Anonymous. 2010. http://verosiga.wordpress.com. 27 November 2010

Anonymous. 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah) Pupuk Organik
Berkualitas dan Ramah Lingkungan. http://www.pdfchaser.com. 27 November
2010

Anonymous. 2005. Budidaya Ccaing Tanah. http://www.iptek.net. 27 November
2010

Anonymous. 2003. http://suharjawanasuria.tripod.com. 27 November 2010
Download