BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan reproduksi menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 36
tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 71 mencakup kesehatan saat sebelum
hamil, ketika dan sesudah melahirkan, pengaturan kehamilan, alat kontrasepsi,
kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi
membahas proses, fungsi dan sistem reproduksi pada semua tahap kehidupan.
Kesehatan reproduksi pada wanita terdiri dari kesehatan reproduksi ibu dan anak,
remaja, dan usia lanjut (Kemenkes RI, 2012).
Kesehatan reproduksi pada usia lanjut yaitu pada masa pramenopause, perimenopause, menopause dan pascamenopause. Menopause merupakan salah satu
ruang lingkup kesehatan reproduksi pada usia lanjut. Menopause didefinisikan
sebagai suatu kondisi wanita yang tidak mengalami menstruasi 1 tahun penuh
(Ginzburg et al., 2011). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2005
menopause didefinisikan sebagai berhentinya menstruasi secara permanen yang
dihasilkan dari hilangnya aktivitas folikel ovarium. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa menopause terjadi pada wanita setengah baya yang diakibatkan oleh
penurunan aktivitas folikel ovarium yang menimbulkan gejala berhentinya
menstruasi selama 1 tahun penuh.
Wanita menopause mengalami penurunan estrogen yang menyebabkan
penurunan kualitas tidur sehingga terjadi penurunan kualitas hidup (Bhattacharya
1
2
dan Jha, 2010). Kualitas hidup secara global mengacu pada keseluruhan rasa
terhadap kesejahteraan dan kepuasan diri baik ada ataupun tidak adanya gejala
gangguan fisik, mental dan sosial. Kualitas hidup pada wanita menopause
ditentukan ketika wanita pascamenopause merasakan minat dalam hidup, merasa
mampu dan puas untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari, pemeliharaan
hubungan interpersonal dan seksualitas yang baik serta kondisi kesehatan secara
umum (Utian, 2007).
Kualitas tidur mempengaruhi kualitas hidup pada wanita menopause.
Kualitas tidur terdiri dari beberapa komponen diantaranya durasi tidur, latensi
tidur, intensitas tidur, penggunaan obat-obatan, dan gangguan tidur. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Rostiana & Kurniati (2009) didapatkan
bahwa perempuan sulit menghadapi masa menopause yang terlihat dari adanya
gejala mudah letih, cemas, gelisah dan mengalami gangguan tidur.
Gangguan tidur menurut Hsu et al. (2009) diidentifikasi sebagai kondisi
anteseden yang termasuk subkategori: mudah terbangun, sulit tidur, ada
kekhawatiran, ketidaknyamanan fisik dan masalah kesehatan tubuh. Beberapa
masalah pada wanita menopause dapat menyebabkan memburuknya status
kesehatan fisik, kelelahan, gangguan interaksi sosial, perubahan emosional dan
penurunan kinerja serta daya tahan tubuh juga akan menurun. Wanita yang
mengalami gangguan tidur mengalami bangun tidur lebih awal, sulit
mempertahankan tidur yang dalam dan merasa tidak nyaman atau mengalami
kegelisahan.
3
Kejadian gangguan tidur pada wanita pascamenopause 3 kali lebih tinggi
daripada wanita menopause (Freeman et al., 2014). Gangguan tidur yang tertinggi
dan terjadi pada wanita pascamenopause yaitu mendengkur. Menurut AYRIM et
al.(2014) kejadian mendengkur pada wanita pascamenopause meningkat dari
3,4% menjadi 13,2%. Menurut Chae et al. (2014) wanita menopause banyak
mengalami gangguan tidur dan membutuhkan perhatian untuk mengatasi
gangguan tidur sedangkan menurut Singh dan Pradhan (2014) pada wanita
pascamenopause paling banyak mengalami gangguan tidur (62,7%) kemudian
gangguan sendi (59,1%), hot flashes (46,4%) dan berkeringat pada malam hari
(45,6%).
Penatalaksanaan gangguan tidur pada wanita pascamenopause yaitu terapi
obat, terapi komplementer, dukungan sosial dan latihan. Pada penelitian
Mansikkamäki et al. (2012) terapi latihan seringkali digunakan oleh peneliti
dalam meningkatkan kualitas tidur pada wanita menopause dan pascamenopause.
Terapi latihan pada penelitian Yang et al. (2012) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan gangguan tidur pada wanita menopause. Menurut
Stojanovska et al. (2014) menyebutkan bahwa latihan pada wanita menopause
dapat menurunkan gangguan gejala vasomotor yang meliputi hot flushes,
berkeringat di malam hari dan gangguan tidur.
Bentuk latihan yang digunakan dalam penatalaksanaan gangguan tidur yaitu
aerobic, latihan fisik dan yoga. Menurut Reed et al. (2014) yoga memberikan
pengaruh yang signifikan pada kualitas hidup wanita menopause yang mengalami
gangguan tidur. Reed et al. (2014) juga menyebutkan bahwa pada wanita
4
menopause yang mengalami gejala vasomotor salah satunya yaitu gangguan tidur.
Yoga dapat menurunkan gangguan tidur sebesar 40,5% sedangkan aerobic hanya
sebesar 12,9%. Menurut Booth-LaForce et al. (2007) yoga merupakan suatu
penatalaksanaan yang memberikan pengaruh terhadap wanita menopause dengan
masalah hot flushes, gangguan tidur, gangguan efisiensi tidur dan kualitas tidur.
Yoga merupakan latihan yang menggabungkan pikiran, tubuh, dan jiwa,
bentuk fisik, latihan pernapasan dan meditasi untuk menenangkan pikiran,
meningkatkan kesadaran serta meningkatkan kesehatan mental dan fisik (Sindhu,
2013). Yoga berpengaruh untuk meningkatkan kualitas hidup wanita yang
menopause. Yoga menurut penelitian yang dilakukan oleh Sharma (2014)
merupakan terapi modalitas yang dapat dijadikan alternatif pilihan bagi tenaga
kesehatan dalam mengatasi stres dan gangguan tidur pada wanita menopause.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Unit Budi Luhur pada tanggal 27 Januari 2015 di Kasongan
Bantul dan pada tanggal 4 Februari 2015 di Unit Abiyoso Pakem Sleman,
didapatkan data bahwa jumlah penghuni panti di Unit Budi Luhur adalah 88 klien
yang terdiri dari 57 orang perempuan dan 31 orang laki-laki dengan rata-rata usia
di atas 60 tahun, sedangkan di Unit Abiyoso berjumlah 126 orang 86 orang wanita
dan 40 orang laki-laki dengan rata-rata usia di atas 70 tahun. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara dengan petugas kesehatan di PSTW, di unit Budi Luhur
rata rata klien dalam kondisi sejahtera sedangkan di Unit Abiyoso banyak
memerlukan bantuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
5
Klien yang tinggal di PSTW Unit Budi Luhur dan Abiyoso dilakukan
wawancara dan skrening awal tentang kualitas tidur wanita pascamenopause,
didapatkan hasil bahwa rata-rata kualitas tidur pada wanita pascamenopause
dalam kategori sedang dan buruk. Penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh
Khasanah dan Hidayati (2012) menyatakan bahwa seseorang yang tinggal di
PSTW lebih sering mengalami gangguan tidur, dimana dari 97 responden yang
diteliti 68 (70,1%) diantaranya mengalami gangguan tidur. Selain itu, menurut
Sun et al. (2014) kualitas tidur pada wanita pascamenopause lebih buruk
dibandingkan pada wanita pramenopause dan perimenopause. Rata-rata skor
penilaian kualitas tidur pada wanita pascamenopause yaitu kualitas tidur subyektif
1,22, latensi tidur 1,06, durasi tidur 1,28, efisiensi kebiasaan tidur 1,33, gangguan
tidur 1,12, kebutuhan akan obat 0,09, dan disfungsi kegiatan sehari hari sebesar
1,34. Nilai tersebut pada wanita pascamenopause lebih tinggi daripada nilai rata2
skor pada wanita pramenopause dan perimenopause.
Tindakan yang sering dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur pada
wanita pascamenopause di PSTW Dinas Sosial DIY adalah menggunakan obatobatan sedangkan intervensi keperawatan masih jarang diaplikasikan. Selain itu,
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Majid et al. (2014) menyatakan
bahwa penelitian kualitas tidur pada klien yang tinggal di panti memiliki
karakteristik yang seragam, aktivitas yang cenderung sama, dan pola diet yang
sama.
Wanita pascamenopause dilaporkan sebesar 25% menderita masalah tidur
dan 15% mengalami gangguan tidur yang berat (Polo-Kantola, 2011). Dari survey
6
pada 1000 orang, 90% mengalami kelelahan akibat dari kualitas tidur yang buruk,
dan 80% mengalami insomnia. Ketika wanita pascamenopause mengalami
kualitas tidur yang buruk maka yang dirasakan adalah kelelahan saat bangun pada
pagi hari, gangguan mood, meningkatnya gangguan vasomotor, gangguan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari dan terjadinya depresi. Saat ini penatalaksanaan
masalah tidur pada wanita pascamenopause hanya terapi hormon, masih sedikit
tenaga kesehatan ataupun wanita pascamenopause yang menggunakan terapi
komplementer ataupun terapi alternatif untuk mengatasi akibat dari kualitas tidur
yang buruk.
Dari permasalahan dan alasan ini menjadi penting untuk meneliti pengaruh
senam yoga sebagai terapi alternatif sebagai upaya terapi latihan untuk
meningkatkan kualitas tidur wanita pascamenopause di PSTW.
B. Rumusan Masalah
Kejadian gangguan tidur pada wanita yang mengalami pascamenopause
meningkat. Berbagai studi yang berbasiskan populasi telah dilakukan untuk
mengidentifikasi penatalaksanaan yang tepat untuk wanita pascamenopause yang
mengalami gangguan tidur. Penelitian yang meneliti tentang penatalaksanaan
gangguan
tidur
yang
dilakukan
oleh
perawat
masih
sedikit
padahal
penatalaksanaan yang tepat untuk wanita pascamenopause sangat penting. Dengan
demikian, permasalahan penelitian ini yaitu apakah ada pengaruh senam yoga
terhadap kualitas tidur pada wanita pascamenopause di PSTW Dinas Sosial DIY?
7
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
senam
yoga
untuk
meningkatkan
kualitas
tidur
pada
wanita
pascamenopause.
2.
Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi
kualitas tidur wanita
pascamenopause sebelum
dilakukan intervensi senam yoga
b. Mengidentifikasi kualitas tidur wanita pascamenopause setelah dilakukan
intervensi senam yoga
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup wanita menopause
dengan gangguan tidur dan gejala menopause yang lain. Selain itu penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan acuan dalam studi selanjutnya dalam upaya
pengembangan ilmu pengetahuan.
2.
Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
masyarakat, khususnya permasalahan pada wanita pascamenopause dengan
8
gangguan tidur. Disamping itu diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
PSTW Dinas Sosial DIY
a.
Sebagai masukan bagi petugas pelayanan kesehatan khususnya perawat
yang bertugas di PSTW dapat memberikan asuhan keperawatan dengan
terapi
komplementer
untuk
meningkatkan
kesehatan
wanita
pascamenopause
b.
Sebagai acuan bagi petugas PSTW tentang kualitas tidur wanita
pascamenopause
c.
Sebagai masukan alternatif terapi dalam memberikan latihan fisik kepada
wanita pascamenopause
E. Keaslian Penelitian
Penelusuran kepustakaan yang telah penulis lakukan ada beberapa penelitian
yang terkait dengan penelitian penulis, diantaranya dapat dilihat pada tabel
8
Tabel 1. Keaslian Penelitian
No
Peneliti
Judul
Metode
Subyek
Hasil
Persamaan
Perbedaan
1
Booth-LaForce Pilot
study: Prospective
Hatha
yoga within-group
et al. (2007)
sebagai
pilot study
penatalaksanaan
gejala
menopause
Wanita dengan
status
perimenopausal
dan
postmenopausal
Sebelum
dan
sesudah Intervensi yang Desain penelitian,
diberikan perlakuan Hatha dilakukan
sampel, lokasi, dan
yoga memberikan pengaruh
variabel
yang
yang signifikan terhadap
diukur
gejala menopause.
2
Timur dan
Sahin (2009)
Pengaruh
Studi cross
gangguan tidur sectional
terhadap kualitas
hidup
wanita
menopausal di
Turki: Penelitian
berbasis populasi
Wanita
menopause yang
tinggal
di
masyarakat
Prevalensi wanita menopause
dengan
gangguan
tidur
sebesar
54%,
risiko
gangguan tidur adalah 2,4
kali lebih tinggi pada wanita
perimenopause, dan kualitas
hidup
wanita
dengan
gangguan tidur menurun
pada wanita menopause.
3
Mansikkamaki
et al. (2012)
Kualitas
tidur
dan
latihan
aerobic
pada
wanita
menopause:
RCT
Wanita dengan Kualitas tidur meningkat Variabel yang Desain penelitian,
yaitu intervensi
usia 40-63 tahun signifikan pada grup yang diteliti
diberikan
intervensi kualitas tidur
penelitian, sampel,
dan
lokasi
dibandingkan grup kontrol.
penelitian
Desain
penelitian
adalah
Randomized
Controlled
Trial
Penelitian ini Desain penelitian,
sama
sama sampel, dan status
menginvestigas menopause
i
gangguan
tidur
yang
terjadi
pada
wanita
menopause
9
Tabel 1. Lanjutan
No
Peneliti
Judul
4
Sun et al.
(2014)
5
Patel et al.
(2014)
Metode
Subyek
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Gangguan tidur Cross
dan
sectional
hubungannya
descriptive
dengan wanita
menopause
di
Shanghai
Wanita
menopause yang
memeriksakan
dirinya secara
rutin di Rumah
Sakit Shanghai
Tjio
Tong
University
Prevalensi gangguan tidur
pada wanita menopause
33,2%. Prevalensi meningkat
pada wanita menopause
hingga ke postmenopausal
(40,9%).
Topik tentang
gangguan tidur
dan
status
menopause
Desain penelitian,
lokasi, sampel, dan
penatalaksanaan
pada
wanita
menopause dengan
gangguan tidur
Pengaruh yoga Preterhadap
experimental
insomnia pada design
wanita
pascamenopause
di
daerah
pedesaan
Vadodara
Wanita dengan
status
postmenopausal
yang terdiri dari
30 orang dan
tinggal di daerah
pedesaan
Vadodara
Pada hasil pre-test level
insomnia adalah 55,83%
sedangkan pada post-test
level
insomnia
sebesar
35,28%.
Dengan
dilakukannya terapi yoga
secara
signifikan
menurunkan
tingkat
insomnia pada wanita yang
tinggal di pedesaan
Desain,
intervensi
senam
yoga
dan
sampel
penelitian yaitu
wanita
postmenopaus
Patel et al. (2014)
meneliti
tentang
pengaruh
yoga
pada
insomnia
sedangkan peneliti
akan
meneliti
pengaruh
yoga
pada
gangguan
tidur
10
Tabel 1. Lanjutan
No
Peneliti
Judul
Metode
6.
Elmiyana, D.P
(2011)
Kualitas
tidur Cross
pada
wanita sectional
menopause
di
Pedukuhan
Tegallayang
Kelurahan Catur
Harjo
Pandak
Bantul
Subyek
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Wanita
menopause dari
pra menopause,
perimenopause,
pascamenopause
Terdapat perbedaan gejala
kualitas tidur pada gejala
domain psikologi, somatik,
dan urogenital. Dengan nilai
signifikansi p:0,000
Topik
penelitian
tentang
kualitas tidur
pada
wanita
menopause
Desain penelitian,
tempat penelitian,
dan
sampel
penelitian
yang
memfokuskan pada
wanita
pascamenopause
Download