analisis pengaruh ekuitas merek, harga, dan

advertisement
ANALISIS PENGARUH EKUITAS MEREK, HARGA, DAN
LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN
(Studi Kasus Konsumen IM3 Pada Mahasiswa UIN Jakarta)
Oleh
Utsman Afandy
NIM. 204081002283
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
ANALISIS PENGARUH EKUITAS MEREK, HARGA, DAN
LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN
(Studi Kasus Konsumen IM3 Pada Mahasiswa UIN Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat- Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
UTSMAN AFANDY
NIM: 204081002283
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP. 131 474 891
Pembimbing II
Heryanto SE, Msi
NIP. 131 56 9931
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/ 2008 M
Hari ini Kamis Tanggal 20 November Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama Utsman Afandy NIM: 204081002283 dengan judul
skripsi ” ANALISIS PENGARUH EKUITAS MEREK, HARGA, DAN
LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 November 2008
Tim Penguji Ujian Skripsi
Ketua
Sekretaris
Prof.Dr.Abdul Hamid, MS
NIP. 131 474 891
Heryanto SE, Msi
NIP. 131 56 9931
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
NIP. 150 317 955
Hari ini Rabu Tanggal 13 Agustus Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Utsman Afandy NIM: 204081002283 dengan
judul skripsi ” ANALISIS PENGARUH EKUITAS MEREK, HARGA, DAN
LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Agustus 2008
Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Ketua
Drs. Herni Ali HT, MM
Sekretaris
Prof.Dr.Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
Daftar Riwayat Hidup
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Utsman Afandy
2. Tempat & Tgl. Lahir : Sukabumi, 06 Juli 1986
3. Tinggal di
: Jl. Jati No. 25 Rt 001/09 Kelurahan Cirendeu
kecamatan Ciputat Tanggerang Banten.
4. Alamat Tetap
: Jl. Pasir Mulus No.54 Rt 03/06 Naggeleng
Citamiang Sukabumi.
5. Telepon
: 021 9196 9496
0857 2171 6001
II. PENDIDIKAN
1. Tahun 1992-1998
SDN Cisuda I Kotamadya Sukabumi
2. Tahun 1998-2001
MTs Daaruttaqwa Cibinong Bogor
3. Tahun 2001-2004
SMA Yasti Cisaat Sukabumi
4. Tahun 2004-2008
FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota KOPMA (Koperasi Mahasiswa) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2005 – 2007.
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Tahun 2005
Staff Outshorsing Dompet Dhuafa Republika
2. Tahun 2007
Support Project KARIM Business Consulting
ABSTRACT
ANALYSIS THE INFLUENCE OF BRAND EQUITY, PRICE, AND
SOCIAL ENVIRONMENT TO PURCHASING DECISION
( Case Study on IM3’s Costumer at UIN Jakarta Student’s )
This research is intended to analysis brand equity, price and social
environment to the purchasing decision by UIN Jakarta Students. By knowing the
influence of the tree variables, we can detect or establish the huge influence to the
purchasing decision.
In this research, we used non-probability sampling with purposive
sampling method. We got the data by spreading one hundred questionnaires to
some of UIN Jakarta Students. And I Also used multiple linier regression analisis
in it.
By applying multiple linier regression analysis, we have detected that the
huge variable to the purchasing decision is social environment, with coefficient
regression value 0,275. in the other hand, its value is higher than that of the other
independent variables. Test result (F) summarized that the tree variables
simultaneously influenced the purchasing decision. And the value of adjusted R
square is 0,397 or 39,7 % and it showed that brand equity, price and social
environment are able to influence the purchasing decision. And the rest, namely
60,3% is influenced by other factors that are unknown.
Keywords : brand equity, price, social environment, and purchasing decision
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH EKUITAS MEREK, HARGA, DAN
LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
(Studi Kasus Konsumen IM3 pada Mahasiswa UIN Jakarta)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ekuitas merek,
harga, dan lingkungan sosial terhadap keputusan pembelian IM3 pada mahasiswa
UIN Jakarta. Setelah diketahui besarnya pengaruh ketiga variabel tersebut, akan
ditentukan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan
pembelian.
Untuk penelitian ini digunakan non probability sampling dengan cara
purposive sampling. Data diperoleh dengan penyebaran angket kepada mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 100 responden. Dan metode yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda diketahui bahwa variabel yang
paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah variabel lingkungan
sosial yang memiliki koefisien regresi sebesar 0.275 atau yang pakling besar
dibandingkan dengan variabel bebas lainnya. Hasil Uji (F) menyimpulkan bahwa
ketiga variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan
pembelian. Nilai Adjusted R Square adalah 0.397 yang berarti 39,7%.
Menunjukkan bahwa ekuitas merek, harga, dan lingkungan sosial dapat
mempengaruhi keputusan pembelian. Sedangkan sisanya sebesar 60.3%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui.
Kata kunci : ekuitas merek, harga, lingkungan sosial, keputusan pembelian
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang
telah melimpahkan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis
panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan
sahabatnya yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih disampaikan kepada:
1. Allah SWT atas berkah, rizki, rahmat, ridha dan kemudahan-Nya yang
membuat penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan segenap jiwa raganya
untuk mengajarkan kebenaran kepada umat manusia, sehingga terhindar dari
zaman kebodohan.
3. Ayahanda Asep M Nasir dan ibunda Sulfaidah, serta semua saudara-saudara
(keluarga) yang telah memberikan dorongan moril dan materil kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof.Dr.Ahmad Rodhoni,MM selaku ketua jurusan manajemen FEIS
UIN Jakarta. Terima kasih atas segala bimbingan, pendapat dan waktu yang
diberikan kepada penulis.
5. Bapak Prof.Dr.Abdul Hamid,Msi selaku pembimbing utama penulis. Terima
kasih atas segala bimbingan, pendapat dan waktu yang diberikan kepada
penulis.
6. Bapak Heryanto SE,Msi selaku pembimbing kedua penulis, terima kasih atas
segala bimbingan, pendapat, dan waktu yang diberikan kepada penulis.
7. Bapak Dr.Herni Ali, MM selaku korteks FEIS Non Reguler dan juga dosen
dari penulis, terima kasih atas segala kelapangan hati dan pengorbanan waktu
yang diberikan untuk mengajar dan membimbing penulis dan kawan-kawan
mahasiswa FEIS Non Reguler.
8. Dosen-Dosen UIN Jakarta FEIS Non Reguler yang telah mengajar dan
mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di FEIS Non Reguler UIN
Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang diberikan kepada
penulis dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah SWT mencatat
semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga akhir
zaman.Amin.
9. Teman-teman
jurusan
Manajemen
angkatan
2004
yang
senantiasa
memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
10. Kawan-kawan Seperjuangan Manajemen B angkatan 2004 yang berjumlah
kurang lebih 30 orang yang senantiasa kompak selalu. Tetap jaga kekompakan
dan persahabatan kita, terus berjuang untuk perubahan yang lebih baik.
thank’s for all ya.
11. Sobat-sobat
yang
telah
membantu
dan
mendukung
penulis
dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini, Abdul Khoir, Armel Elyonsa,
Burhanuddin, Dadi Supriadi, Fery Wijaya Kusuma, Lutfi Haerumma, Rama
Imandani, Rani Siswati, Syafik Wajdil Anam, Siti Hasanah Mereka adalah
orang-orang yang hebat mempunyai mimpi yang tinggi, tetap semangat dan
teruslah berjuang. Thank’s for all bro.
12. Kawan-Kawan dikosan Anih Robbani, Pak Aam Aminudin, Hanifudin
Mahfudz, Irfan Ali Fauzi yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah semua itu diserahkan. Semoga amal baik
mereka diterima oleh Allah SWT., Amin.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Jakarta, Oktober 2008
Utsman Afandy
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Dalam ............................................................................. i
Halaman Pengesahan Skripsi ..................................................................... ii
Halaman Pengesahan Ujian Skripsi ........................................................... iii
Halaman Pengesahan Ujian Komprehensif ............................................... iv
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ v
Abstract ....................................................................................................... vi
Abstrak ........................................................................................................ vii
Kata Pengantar ........................................................................................... viii
Daftar Isi ..................................................................................................... xi
Daftar Tabel ................................................................................................ xiii
Daftar Gambar ............................................................................................ xvi
Daftar Lampiran ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11
A. Pengertian Manajemen Pemasaran .......................................................... 11
B. Definisi Merek ......................................................................................... 11
C. Ekuitas Merek .......................................................................................... 13
D. Ekuitas Merek Berdasarkan Pelanggan ..................................................... 16
E. Dimensi Pembentuk Ekuitas Merek ......................................................... 18
F. Membangun Ekuitas Merek ..................................................................... 24
G. Lingkungan Sosial ................................................................................... 25
H. Harga ...................................................................................................... 38
I. Perilaku Konsumen ................................................................................. 44
J. Karakteristik pembeli (Buyer’scharacteristic)........................................... 47
K. Keputusan Pembelian ............................................................................... 48
L. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 56
M. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 59
N. Hipotesis Penelitian.................................................................................. 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 62
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 62
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................... 62
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 63
D. Metode Analisis ...................................................................................... 64
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................... 74
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 77
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 77
B. Karakteristik Responden ......................................................................... 83
C. Hasil dan Pembahasan ............................................................................. 84
1. Validitas dan Reliabilitas ................................................................... 84
2. Penemuan dan Pembasan ................................................................... 86
a.
Ekuitas Merek (X1) ................................................... 86
b.
Harga (X2) ................................................................ ...
91
c.
Lingkungan Sosial .................................................... 94
d.
Keputusan Pembelian ............................................... 99
3.......................................................................................................Hasil
Analisis ............................................................................................. 104
a..................................................................................................Uji
Normalitas ................................................................................... 104
b. ................................................................................................Uji
Asumsi Klasik Regresi Berganda ................................................. 106
c..................................................................................................Anal
isis Regresi Linier Berganda ........................................................ 109
d. ................................................................................................Peng
ujian Hipotesis ............................................................................. 113
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................... 120
A. Kesimpulan ............................................................................................. 120
B. Implikasi ................................................................................................. 121
C. Saran........................................................................................................ 123
Daftar Pustaka ............................................................................................ 124
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang penelitian
Pada zaman modern seperti sekarang ini, dengan kemajuan teknologi
proses komunikasi jarak dekat dan jarak jauh menjadi lebih mudah dilakukan.
Selain mudah, biayanya pun relatif murah. Pengguna telepon seluler di
Indonesia semakin menjamur mulai dari kalangan bawah sampai pada
kalangan atas. Keadaan ini disebabkan oleh faktor harga pesawat telepon
seluler yang kian terjangkau dan tarif telepon yang semakin kompetitif.
Pada kuartal pertama di tahun 2008, industri telekomunikasi sedang
berada dalam persaingan yang sengit, terlihat dari persaingan harga atau yang
lebih tepat disebut perang tarif, hampir semua operator menurunkan tarif
telopon dan smsnya. Para operator telekomunikasi sangat gencar beriklan
diberbagai media untuk mengklaim dirinya sebagai operator termurah. Pasar
telekomunikasi di Indonesia adalah oligopolistik. Hampir 90 persen pasar
telekomunikasi dikuasai oleh tiga pemain besar, yaitu Telkom (melalui anak
perusahaan Telkomsel), Indosat, dan XL.
Para perusahaan yang menghasilkan kategori produk yang relatif sama
memiliki kesadaran tentang pentingnya merek dan usaha-usaha untuk
meningkatkan nilai merek. Hal ini menjadikan peta persaingan menjadi ketat.
Merek dari masing-masing perusahaan tidak hanya bersaing dalam harga.
Tetapi juga bersaing dalam hal promosi, kekuatan sinyal, jaringan, kemudahan
menggunakan produk, pelayanan purna jual dan fitur-fitur yang melengkapi
produk.
Dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat saat ini
perusahaan perlu memanfaatkan sumberdayanya dengan optimal, termasuk
berusaha menciptakan atau melakukan rekayasa yang dapat mempengaruhi
perilaku konsumen misalnya melalui citra merek produknya. Perusahaan yang
memiliki citra merek yang kuat mempunyai alternatif untuk bersaing pada
tingkat harga dan spesifikasi produk (Aaker, 1992b). dengan memiliki citra
merek yang kuat perusahaan dapat tetap bersaing, merebut dan bahkan
memenangkan persaingan pasar.
Menurut Kotler (2003) merek sebenarnya merupakan janji penjual
untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu
kepada pembeli, dan karena itu keahlian paling utama dari pemasar adalah
kemampuannya
untuk
menciptakan,
memelihara,
melindungi
dan
meningkatkan merek. Citra merek adalah persepsi tentang suatu merek
sebagai refleksi asosiasi merek yang terbentuk dalam ingatan konsumen (Low
and Lamb Jr, 2000).
Persaingan yang didasarkan pada fungsi merek dapat menghasilkan
citra merek yang positif serta menciptakan keunggulan kinerja dan
profitabilitas perusahaan, laba jangka panjang dan potensi pertumbuhan (Del
Rio et al, 2001) untuk mencapai hasil tersebut, menurut keller (1993) strategi
yang efektif untuk menciptakan asosiasi merek yang kuat adalah dengan
memadukan bauran komunikasi (promosi), yaitu dengan periklanan, promosi
penjualan, publisitas, pemasaran langsung dan kemasan yang didesain secara
khusus.
Pada kuartal pertama ditahun 2008 masing-masing perusahaan
telekomunikasi terlihat gencar melakukan advertising di berbagai media,
seperti pada media cetak, (spanduk, dan baliho) dan media lainya seperti TV
dan Radio. Kemudian selain terlihat gencar melakukan advertising, terlihat
juga gencar melakukan promosi penjualan, publisitas dan pemasaran
langsung.
Apabila dikaitkan dengan teori Keller (1993) yang telah dituliskan di
atas, itu semua merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan asosiasi
merek yang kuat. Adapun asosiasi merek, selain sebagai refleksi dari citra
merek, seperti yang dinyatakan Keller (1998) serta Low dan Lamb Jr(2000),
juga mempunyai peran penting membentuk ekuitas merek. Merek dengan
jumlah asosiasi yang banyak cenderung menimbulkan ekuitas merek yang
tinggi pula (Wasburn at al, 2001).
Para pemain besar pada industri telekomunikasi yaitu : Telkomsel,
Indosat, dan XL, masing-masing memiliki ekuitas merek yang berbeda.
Perbedaan ekuitas merek tersebut didasari oleh berbagai macam factor,
diantaranya yaitu berdasarkan kredibilitas perusahaan dalam mengeluarkan
produk yang kompetitif, memberikan pelayanan, dan mempromosikan
produknya.
Ekuitas merek terbentuk berdasarkan beberapa faktor diantaranya citra
merek, asosiasi merek, dan kesadaran merek, tiga unsur tersebut sangat
mempengaruhi kuatnya ekuitas merek. Kesadaran merek memberikan
pengaruh penting terhadap pengambilan keputusan, karena berkaitan dengan
kategori produk, pertimbangan kelompok, serta bentuk dan kekuatan asosiasi
merek pada citra merek.
Sekarang ini, menurut Johnny Swandi Sjam (Direktur utama Indosat),
ada 10 operator telepon yang beroperasi di Indonesia, baik yang berbasis
teknologi GSM maupun CDMA. Setiap tahun tingkat persaingan di antara
operator itu semakin ketat. “Tapi, karena persaingan itulah industri
telekomunikasi semakin bergairah”. Jumlah pelanggan telepon seluler
berbasis GSM di Indonesia saat ini mencapai 87,9 juta pelanggan. Sebanyak
27,9 persen diantaranya adalah pelanggan Indosat. Sisanya sebanyak 54,5
persen merupakan pelanggan Telkomsel dan 17,6 persen pelanggan
Exelcomindo.
Dari kondisi tersebut di atas, yang menjabarkan bahwa setiap tahun
tingkat persaingan industri telokomunikasi semakin bergairah, yang secara
tidak langsung menunjukan pula bahwa setiap tahunnya tingkat kebutuhan dan
kesadaran masyarakat untuk menggunakan jasa telekomunikasi semakin
meningkat. Terlihat dari jumlah pelanggan telepon seluler berbasis GSM yang
begitu besar, belum lagi ditambah dengan jumlah pelanggan seluler berbasis
CDMA.
Di tengah-tengah persaingan yang sangat ketat dalam dunia
telekomunikasi, dimana masing – masing perusahaan gencar melakukan
promosi. Secara keseluruhan pesan inti yang disampaikan dari promosi yang
dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi adalah tarif telepon dan sms yang
murah.
Keadaan
seperti
ini
akan
menyebabkan
konsumen
untuk
membandingkan produk mana yang paling bagus, murah dan berkualitas,
dimana harga dan kualitas merupakan faktor yang sangat dominan dalam
mempengaruhi keputusan pembelian. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Ahmad Raka Andana, (2007). Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Pengaruh Sikap Konsumen dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian
Produk Simpati Jitu dan As”, yang menyimpulkan bahwa faktor harga sangat
dominan mempengaruhi keputusan pembelian. Jadi dapat disimpulkan bahwa
persaingan pada industri telekomunikasi sekarang ini, yaitu persaingan tarif
yang bertujuan untuk menambah jumlah pelanggan barunya dan tetap
mempertahankan pelanggan setianya atau pelanggan lamanya.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan,
Menurut Essael (1987: 11) ada tiga faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan konsumen yaitu: (1) faktor individual konsumen yang meliputi
pendidikan dan penghasilan konsumen; (2) pengaruh lingkungan; (3) strategi
pemasaran. Strategi pemasaran merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh
pemasar dalam usaha memberi informasi dan mempengaruhi konsumen.
Variabel ini adalah produk, harga, distribusi dan promosi.
Perubahan sosial ekonomi mempengaruhi perilaku konsumen dalam
membeli, baik untuk kebutuhan primer maupun sekunder. Perubahan sosial
ekonomi meliputi pendapatan dan tingkat pendidikan yang merupakan
karakteristik pembeli. Terdapat korelasi langsung antara tingkat pendidikan,
pendapatan dan kemampuan membeli seseorang. Pendidikan secara langsung
berkaitan dengan kemampuan membeli karena terdapat korelasi yang kuat
antara pendidikan dan pendapatan. Pendidikan mempengaruhi konsumen
dalam membuat keputusan, konsumen yang pendidikannya tinggi mempunyai
pandangan yang berbeda terhadap alternatife merek dan harga dibandingkan
dengan konsumen yang berpendidikan lebih rendah.
Untuk
melakukan
pembelian,
konsumen
tidak
terlepas
dari
karakteristik produk baik mengenai penampilan, gaya, mutu dan harga dari
produk tersebut. Penetapan harga oleh penjual akan berpengaruh terhadap
perilaku pembelian konsumen, sebab harga yang dapat dijangkau oleh
konsumen akan cenderung membuat konsumen melakukan pembelian
terhadap produk tersebut.
Karakteristik penjual akan mempengaruhi keputusan membeli. Dalam
hal ini konsumen akan menilai mengenai penjual, baik mengenai pelayanan,
mudahnya memperoleh produk dan sikap ramah dari penjual.
Apabila manajer telah memiliki informasi sejauh mana variabelvariabel perilaku tersebut berpengaruh terhadap pembelian, maka manajer
dapat memilih bauran pemasaran yang tepat. Perusahaan harus berupaya untuk
mengembangkan berbagai variabel bauran pemasaran. Pertama: dari segi
produk manajer terus menerus mencari dan mengembangkan produk yang
sesuai dengan keinginan konsumen. Kedua: dari segi harga, manajer berusaha
menentukan harga yang bisa terjangkau oleh konsumen yang menjadi target
pasar. Ketiga: dari segi distribusi, manajer memberikan pelayanan sebaik
mungkin, sehingga mudah diperoleh konsumen. Keempat: dari segi promosi,
manajer bisa menyampaikan informasi melalui iklan maupun promosi
penjualan.
Strategi pemasaran yang meliputi berbagai variabel yaitu produk,
harga, distribusi dan promosi, yang dilakukan perusahaan akan membentuk
ekuitas merek yang bersangkutan. Selanjutnya ekuitas merek yang terbentuk
berdasarkan kesadaran merek akan memberi pengaruh penting dalam
pengambilan
keputusan.
Karena
berkaitan
dengan
kategori
produk,
pertimbangan kelompok, serta bentuk dan kekuatan asosiasi merek pada citra
merek.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa
pentingnya dilakukan analisis pengaruh ekuitas merek, harga, dan lingkungan
sosial
terhadap
keputusan
pembelian
suatu
produk.
Untuk
dapat
mengantisipasi pesatnya persaingan yang dihadapi perusahaan telekomunikasi
di Indonesia. Agar dapat mempertahankan eksistensinya, dan terus
mengembangkan bisnisnya, maka dipandang perlu diadakan penelitian tentang
ekuitas merek, harga, dan lingkungan sosial berpengaruh terhadap keputusan
pembelian kartu GSM.
Dalam industri telekomunikasi pada penguasaan pasarnya, Indosat
berada dalam posisi kedua, yaitu sebagai penantang pasar. Dimana penantang
pasar ini selalu berusaha untuk mengejar pemimpin pasarnya, dengan cara
meningkatkan pangsa pasarnya. Upaya Indosat untuk mengejar pemimpin
pasarnya yaitu Telkomsel terlihat jelas dari tarif yang ditetapkan serta
gencarnya promosi yang dilakukan.
Target pasar dari IM3 ini adalah para pelajar, yang pada umumnya
belum berpenghasilan yang masih mengandalkan pemberian uang dari
orangtuanya untuk melakukan konsumsi. Penjelasan tersebut menjadi alasan
mengapa peneliti menjadikan IM3 sebagai objek penelitian, dan sesuai dengan
target pasarnya IM3, saya menjadikan mahasiswa UIN dalam studi kasusnya.
Berdasarkan pemaparan mengenai permasalahan di
atas
dan
pertimbangan penulis maka skripsi ini berjudul :
ANALISIS
PENGARUH
EKUITAS
MEREK,
HARGA,
DAN
LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN (
Studi kasus konsumen IM3 pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan
permasalah yaitu sebagai berikut :
1. Apakah ekuitas merek, harga, dan lingkungan sosial secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian
IM3 ?
2. Apakah ekuitas merek, harga, dan lingkungan sosial secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian
IM3 ?
3. Dari ketiga variabel bebas tersebut, variabel bebas manakah yang
sangat dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian IM3 ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis apakah ekuitas merek, harga, dan lingkuangan
sosial secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keputusan pembelian IM3.
b. Untuk menganalisis apakah ekuitas merek, harga, dan lingkuangan
sosial secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
keputusan pembelian IM3.
c. Untuk menganalisis variabel bebas manakah yang sangat dominan
berpengaruh terhadap keputusan pembelian IM3.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka
manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti
Menambah
pengetahuan,
pengalaman
dan
dapat
langsung
mempraktekan ilmu yang telah didapatkan di lapangan.
b. Bagi Akademik
Dapat digunakan sebagai informasi yang berguna terhadap dunia ilmu
pendidikan khususnya pengetahuan di bidang pemasaran, dan
diharapkan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
c. Bagi Perusahaan
Adanya input informasi bagi perusahaan yang dapat di jadikan sebagai
bahan pertimbangan. Dan jika memungkinkan dapat di jadikan
pedoman untuk melakukan perbaikan dalam mengambil keputusan
saat ini maupun masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
O. Pengertian Manajemen Pemasaran
Dari sudut pandang manajerial, pemasaran adalah proses perencanaan
dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan,
barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan
individu dan organisasi. Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu
menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang
unggul (Kotler dan Keller, 2007:38).
Sementara itu menurut Basu Swastha (1984:7) mendefinisikan konsep
pemasaran sebagai suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa: “Pemuasan
kebutuhan
konsumen
merupakan
syarat
ekonomi
dan
sosial
bagi
kelangsungan hidup perusahaan”.
P. Definisi Merek
Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai
“nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya,
yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa pesaing.” Dengan
demikian sebuah merek adalah produk atau jasa penambah dimensi yang
dengan cara tertentu mendiferensiasikan dari produk dan jasa lain yang
dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Perbedaan ini bisa
fungsional, rasional, atau berwujud yang dikaitkan dengan kinerja produk dari
merek. (Kotler dan Keller, 2007:332).
Menurut John Willey (1992) penetapan merek sudah hampir berabadabad sebagai sarana untuk membedakan barang-barang dari satu produser
dengan produser lain.
1. Peran Merek
Menurut Kotler dan Keller (2007:332) merek mengidentifikasi sumber
atau pembuat produk dan memungkinkan konsumen entah individual atau
organisasi untuk menetapkan tanggung jawab pada pembuat atau
distributor tertentu. Konsumen bisa mengevaluasi produk identik secara
berbeda tegantung bagaimana produk diberi merek. Konsumen belajar
tentang merek melalui pengalaman masa lampau dengan produk dan
program
pemasarannya.
Mereka
menemukan
merek
mana
yang
memuaskan kebutuhan mereka dan mana yang tidak.
2. Fungsi Merek
Merek juga menunjukkan fungsi-fungsi yang bernilai bagi perusahaan
yaitu, merek menyederhanakan penanganan atau penulusuran produk.
Merek membantu untuk mengorganisasikan catatan inventori dan catatan
akunting. Sebuah merek juga menawarkan perlindungan hukum yang kuat
untuk fitur atau aspek produk yang unik (Constance E. Bagley, 1995).
Merek dapat menandakan satu tingkat mutu tertentu, sehigga pembeli yang
puas dapat lebih mudah memilih produk (Tulin Erdem, 1998). Kesetian
merek memberikan kemampuan untuk diramal dan keamanan permintaan
bagi perusahaan sekaligus menciptakan hambatan perusahaan lain
memasuki pasar. Loyalitas juga dapat berubah menjadi keinginan untuk
membayar harga lebih tinggi sering 20 sampai 25 persen lebih banyak
(Scott Davis, 2000).
Q. Ekuitas Merek
Menurut Kotler dan Keller (2007:332) ekuitas merek adalah nilai
tambah yang diberikan pada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam
cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak terhadap merek, harga, pangsa,
dan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Ekuitas merek merupakan aset tak
berwujud yang penting, yang memiliki nilai psikologis dan keuangan bagi
perusahaan.
Ekuitas merek muncul sebagai prioritas bisnis dan pemasaran yang
sangat penting (Grace dan O’cass, 2002) nama merek misalnya secara
eksplisit membawa manfaat suatu produk lebih tinggi dari manfaat suatu
pesan iklan yang konsisten (keller et al, 1998), karena mampu mempengaruhi
pemahaman merek melalui tanggapan konsumen tentang merek (Washburn et
al 2002). Di samping itu Mackay (2001) menemukan bahwa pengukuran
ekuitas juga dipercaya manajer, karena dapat mengumpulkan banyak data
empiris dengan mudah dan dengan biaya murah. Data tersebut misalnya
berupa katagorisasi produk dan atribut produk, pilihan merek tertentu, minat
pembelian dan kulitas merek.
Sementara untuk menghadapi lingkungan digital, pemasar perlu
memperhatikan
fleksibilitas
nama
merek,
pemasaran
yang
terpadu,
keunggulan yang berbeda, keterlibatan konsumen yang maksimum, dan
proaktif dalam pelayanan pelanggan (Upshaw, 2001).
Keller (1993) berpendapat bahwa pemahaman terhadap isi dan struktur
merek penting dilakukan, karena mereka mempengaruhi munculnya ingatan
ketika konsumen berpikir tentang suatu merek. Dimensi yang dapat
membedakan pemahaman merek dan mempengaruhi tanggapan konsumen
adalah kesadaran merek (dalam hubungannya dengan pesan dan pengenalan
merek), kebaikan, kekuatan, dan keunikan asosiasi merek di dalam ingatan
konsumen. Sementara kesadaran merek memberi pengaruh penting dalam
pengambilan
keputusan,
karena
berkaitan
dengan
kategori
produk,
pertimbangan kelompok, serta bentuk dan kekuatan asosiasi merek pada citra
merek.
Aaker dalam Kotler (2000) menyebutkan bahwa ekuitas merek adalah
‘brand asset’ dan ‘liability’ yang berhubungan dengan sebuah merek tertentu.
Hal ini berkaitan dengan tingkat pengakuan merek, mutu merek yang diyakini,
asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta aktiva lain seperti hak paten,
merek dagang, dan hubungan saluran distribusi. Ada lima level sikap
pelanggan terhadap merek dari yang terendah sampai yang tertinggi :
1. Pelanggan akan mengganti merek,terutama untuk alasan harga,
tidak ada kesetiaan merek.
2. Pelanggan puas, tidak ada alasan untuk berganti merek.
3. Pelanggan puas dan merasa rugi bila berganti merek.
4. Pelanggan menghargai merek itu dan menganggapnya sebagai
teman.
5. Pelanggan terikat kepada merek itu.
Ekuitas merek akan sangat berkaitan dengan seberapa banyak
pelanggan berada dalam level 3, 4, dan 5. Dalam Kotler (2000) keuntungan
kompetitif yang dapat diperoleh dari tingginya ekuitas merek adalah:
1. Merek tersebut memberikan pertahanan terhadap persaingan harga
yang kompetitif.
2. Lebih mudah meluncurkan perluasan merek karena kredibilitasnya
yang tinggi.
3. Mampu menetapkan harga yang lebih tinggi dari pesaing karena
terdapat keyakinan konsumen terhadap kredibilitas barang tersebut.
4. Posisi yang lebih kuat dalam negosiasi dengan distributor dan
pengecer sebab pelanggan mengharapkan mereka memiliki merek
tersebut.
5. Menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil karena tingkat
kesadaran dan kesetiaan merek konsumen tinggi.
David Aaker dalam Kotler edisi 12,(2007:339) memandang ekuitas
merek sebagai satu perangkat dari lima kategori aset dan liabilitas merek yang
berkaitan dengan merek yang menambah atau mengurangi nilai yang
diberikan sebuah produk atau layanan kepada sebuah perusahaan atau kepada
pelanggan perusahaan. Kategori-kategori aset merek ini yaitu :
1. Kesetiaan merek
2. Kesadaran merek
3. Mutu yang dirasakan
4. Asosiasi merek, dan
5. Aset kepemilikan lainnya, seperti pola merek dagang dan
hubungan saluran.
Menurut Aaker konsep terpenting untuk membangun ekuitas merek
adalah identitas merek – perangkat unik asosiasi merek yang menggambarkan
apa yang didukung dan dijanjikan merek kepada pelanggan. Aaker melihat
identitas merek terdiri dari 12 dimensi yang terorganisasikan di sekitar 4
perspektif : merek - sebagai – produk ( lingkup produk, atribut produk,
mutu/nilai manfaat, pengguna, negara asal); merek – sebagai – organisasi
(atribut organisasi, local versus global); merek – sebagai – pribadi
(kepribadian merek, hubungan merek – pelanggan); dan merek – sebagai –
symbol (citra atau metaphor visual dan warisan merek).
R. Ekuitas merek berdasarkan pelanggan
Pengelolaan ekuitas merek perlu dilakukan dengan cermat mengingat
para pelanggan akan sangat terikat dengan hal tersebut pada waktu akan
melakukan relationship dengan perusahaan. Oleh karenanya pemahaman
pelanggan berdasar ekuitas merek menjadi critical view bagi pemasar. Keller
(1999) mendefinisikan pelanggan berdasar ekuitas merek sebagai suatu
pemahaman yang dimiliki konsumen terhadap suatu merek sebagai bentuk
respon dari aktivitas pemasaran.
Pelanggan berdasar ekuitas merek yang baik akan mempengaruhi
tanggapan mereka secara positif terhadap suatu produk, harga, atau
komunikasi ketika merek tersebut diidentifikasi. Pemahaman akan merek
tersebut dapat dilihat dari dimensi ‘brand awareness’ dan ‘brand image’.
Brand image oleh Paul Temporal dalam Plummer (2002) didefinisikan
sebagai persepsi konsumen terhadap sebuah merek yang dibangun oleh
pengalaman mereka terhadap merek tertentu sehingga membentuk asosiasiasosiasi. Untuk menuju ekuitas merek yang tinggi hanya terjadi saat
konsumen menyadari keberadaan merek (aware of the brand) dan konsumen
memiliki image / asosiasi kuat, menguntungkan, dan menyadari keunikan /
keunggulan merek tertentu. Konsep ekuitas merek mempengaruhi secara
langsung efektifitas pengelolaan merek dalam jangka panjang yang
diterjemahkan dalam keputusan-keputusan pemasaran.
Aktivitas perusahaan dalam program pemasaran secara potensial dapat
mengubah pemahaman konsumen mengenai merek tertentu baik sisi ‘brand
awareness’ dan ‘brand image’. Oleh karenanya perspektif pelanggan
berdasarkan ekuitas merek menjadi sangat penting ketika membuat keputusan
pemasaran untuk mempertimbangkan bagaimana perubahan-perubahan kedua
aspek tersebut apakah berpengaruh positif atau malah sebaliknya terhadap
keputusan-keputusan pemasaran berikutnya.
Dasar pemikiran ekuitas merek berbasis pelanggan menetapkan
kekuatan merek terletak pada apa yang dilihat, dibaca, didengar, dipelajari,
dipikirkan, dan dirasakan konsumen tentang merek selama ini. Dengan kata
lain, kekuatan merek terletak pada pikiran pelanggan yang ada atau calon
pelanggan dan apa yang mereka alami secara langsung dan tidak langsung
tentang merek (Jean – Noel Kapferer, 2003).
Tabel. 2.1
Keunggulan pemasaran pada merek yang kuat
Manfaat penting dari ekuitas merek
Peningkatan persepsi kinerja produk
Loyalitas lebih besar
Lebih sedikit kerentanan terhadap aksi pemasaran pesaing
Lebih sedikit kerentanan terhadap krisis pemasaran
Margin lebih besar
Lebih kakunya tanggapan konsumen terhadap kenaikan harga
Lebih elastisnya tanggapan konsumen terhadap penurunan harga
Lebih besarnya kerja sama dan dukungan perdagangan
Meningkatnya efektivitas komunikasi pemasaran
Kemungkinan adanya peluang memberi lisensi
Peluang untuk memperluas merek tambahan
(Sumber Kotler dan Keller 2007)
S. Dimensi Pembentuk Ekuitas Merek
1. Citra Merek
Hubungan antara ekuitas merek dengan citra merek ditunjukan
oleh Keller, (1998), yang menyatakan bahwa citra merek merupakan
komponen penting untuk meningkatkan ekuitas merek. Menurut Keller
(1998) citra merek adalah persepsi tentang suatu merek sebagai refleksi
asosiasi merek yang terbentuk dalam ingatan konsumen.
Keunggulan persaingan yang didasarkan pada fungsi merek dapat
menghasilkan citra merek yang positif serta menciptakan keunggulan
kinerja dan profitabilitas perusahaan, laba jangka panjang dan potensi
pertumbuhan. (Del Rio et al, 2001). Selain itu perusahaan yang
mempunyai citra merek yang kuat mempunyai alternatif untuk bersaing
pada tingkat harga dan spesifikasi produk (Aaker, 1992). Pada tingkatan
produk inti juga dapat menjadi pertimbangan utama konsumen (Grace dan
O’cass,2002)
Sedangkan citra merek atau brand image oleh Paul Temporal
dalam Plummer (2002) didefinisikan sebagai persepsi konsumen terhadap
sebuah merek yang dibangun oleh pengalaman mereka terhadap merek
tertentu sehingga membentuk asosiasi-asosiasi. Untuk menuju ekuitas
merek yang tinggi hanya terjadi saat konsumen menyadari keberadaan
merek (aware of the brand) dan konsumen memiliki image / asosiasi kuat,
menguntungkan, dan menyadari keunikan / keunggulan merek tertentu
2. Asosiasi Merek
Asosiasi Merek, selain sebagai refleksi dari citra merek, seperti
yang dinyatakan Keller (1998) serta Low dan Lamb Jr(2000), juga
mempunyai peran penting membentuk ekuitas merek. Merek dengan
jumlah asosiasi yang banyak cenderung menimbulkan ekuitas merek yang
tinggi pula (Wasburn at al, 2001). Demikian juga asosiasi nama merek
sebagai unsur merek privat produk dapat berpengaruh positif terhadap
penilaian konsumen terhadap produk yang tidak familier dengan mereka
(Vaidyanthan dan Aggarwal, 2002).
Asosiasi merek yang terkait dengan suatu merek umumnya
dihubungkan dengan berbagai hal berikut, yaitu :
a. Atribut produk
Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk
merupakan strategi positioning yang paling sering digunakan.
Mengembangkan asosiasi ini efektif karena jika atribut tersebut
bermakana, asosiasi dapat secara langsung diterjemahkan dalam alasan
pembelian suatu merek.
b. Atribut tak berwujud
Atribut umum, seperti halnya persepsi kualitas, kemajuan
teknologi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian atribut
yang obyektif.
c. Manfaat bagi pelanggan
Manfaat ini dibagi dua, yaitu manfaat rasional dan manfaat
psikologis. Manfaat rasional berkaitan erat dengan atribut dari produk
yang dapat menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang
rasional. Manfaat psikologis sering kali merupakan konsekuensi
ekstrim dalam proses pembentukan sikap, berkaitan dengan perasaan
yang ditimbulkan ketika membeli atau menggunakan merek tersebut.
d. Harga relatif
Evalusi terhadap suatu merek disebagian kelas produk ini akan
diawalai dengan penentuan posisi merek tersebut dala satu atau dua
dari tingkat harga.
e. Penggunaan
Dengan
mengasosiasikan
merek tersebut dengan
suatu
pengguna atau aplikasi tertentu.
f. Orang terkenal
Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek
dapat mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal
kemerek tersebut.
g. Pengguna/pelanggan
Dengan mengasosiasikan sebuah merek dengan sebuah tipe
pengguna atau pelanggan dari produk tersebut.
h. Gaya hidup dan kepribadian
Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami
oleh asosiasi para pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian
dan karakteristik gaya hidup yang hampir sama.
i. Kelas produk
Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya,
misalnya Volvo mencerminkan nilai berupa prestise, performa tinggi,
keamanan, dan lain-lain.
j. Para pesaing
Mengetahui pesaing dan berusaha menyamai atau bahkan
mengungguli pesaing.
k. Negara dan wilayah geografis
Sebuah Negara dapat menjadi symbol yang kuat asalkan
mempunyai hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan
kemampuan.
Disamping beberapa acuan yang telah disebutkan, beberapa merek juga
memiliki asosiasi dengan berbagai hal lain yang belum disebutkan di atas.
Dalam kenyataannya, tidak semua merek produk memiliki semua asosiasi di
atas. Merek tertentu berasosiasi dengan beberapa hal di atas dan merek lainnya
berasosiasi dengan beberapa hal yang lain.
3. Brand Awarness
Brand Awarness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian
dari kategori produk tertentu. Sedangkan Aaker (1999) mendefinisikan
brand awareness sebagai suatu penerimaan konsumen terhadap sebuah
merek dalam benak mereka dimana ditunjukkan dari kemampuan mereka
mengingat dan mengenali kembali sebuah merek ke dalam kategori
tertentu.
Ada
beberapa
variabel
yang
memberi
informasi
tingkat
kemampuan responden dalam mengenal dan mengingat nama merek.
Variabel-variabel ini dibagi menjadi beberapa sub-variabel yang urutannya
sebagai berikut :
a. Top Of Mind ( puncak pikiran ) menggambarkan merek yang pertama
kali diingat responden / pertama kali disebut ketika yang bersangkutan
ditanya tentang suatu kategori produk.
b. Brand recall ( pengingatan kembali ) pengingatan kembali merek
mencerminkan merek-merek apa yang diingat respnden setelah
menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Brand Recall
merupakan Multi Respons Questions yang menghasilkan jawaban
tanpa dibantu.
c. Brand Recognition ( pengenalan merek ) pengukuran Brand Awarness
responden dimana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan.
Pertanyaan yang diajukan dibantu dengan menyebut
ciri-ciri dari
produk merek tersebut (aided question). Pertanyaan diajukan untuk
mengetahui seberapa banyak responden yang perlu diingatkan akan
keberadaan merek tersebut.
d. Unaware of brand (tidak menyadari keberadan merek.).
Pengenalan maupun pegingatan merek akan melibatkan upaya
mendapatkan identitas nama dan menguhubungkanya ke kategori produk.
Agar brand awarness dapat dicapai dan diperbaiki dapat ditempuh beberapa
cara berikut :
a. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda
dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungan antara merek
dengan kategori produknya.
b. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu
konsumen untuk mengingat merek.
c. Jika produk memiliki symbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat
dihubungkan dengan mereknya.
d. Perluasan nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak
diingat pelanggan.
e. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena
membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan.
F. Membangun Ekuitas Merek
Menurut Kotler dan Keller (2007:341) pemasar membangun ekuitas
merek dengan menciptakan struktur pengetahuan merek yang tepat dan
konsumen yang tepat. Proses ini tergantung pada semua kontak yang berkaitan
dengan merek – apakah diprakarsai oleh pemasar atau tidak. Akan tetapi, dari
sudut pandang manajemen pemasaran, ada tiga perangkat utama pendorong
ekuitas merek :
1. Pilihan awal atas unsur-unsur merek atau identitas membentuk merek
(misalnya, nama merek, URL, logo, symbol, karakter juru bicara, slogan,
lagu, kemasan, dan tanda)
2. Produk dan layanan serta semua aktifitas pemasaran yang menyertai
program pemasaran yang mendukung.
3. Asosiasi lain yang secara tidak langsung dialihkan ke merek dengan
menautkannya dengan beberapa entitas lain (misalnya pribadi, tempat,
atau barang.
Sedangkan Aaker (1992) mengusulkan bahwa untuk membangun
merek yang kuat, 5 (lima) hal dapat dilakukan untuk membantu strategi
perusahaan, yaitu identitas merek yang jelas, adanya merek perusahaan,
memadukan komunikasi yang konsisten, hubungan dengan pelanggan serta
adanya simbol dan slogan.
G. Lingkungan Sosial
Menurut J. Paul dan Jerry (2000:5) yang termasuk dalam lingkungan
sosial adalah semua interaksi sosial antara dan di antara masyarakat.
Konsumen dapat berinteraksi dengan orang lain baik secara langsung (Anda
dapat berdiskusi tentang peralatan olah raga atau tentang pakaian dengan
seorang teman, berbicara dengan pramuniaga) atau secara vicarious
(mengamati bapak sedang menawar mobil, mengamati pakaian yang
dikenakan orang lain). Seseorang dapat belajar dari kedua jenis interaksi sosial
tersebut, yaitu secara langsung maupun vicarious.
Kemudian J.Paul dan Jerry membedakan lingkungan sosial menjadi
dua bagian yaitu sebagai berikut :
1. Lingkungan Sosial Makro
Adalah interaksi sosial tak langsung dan vicarious di antara
kelompok-kelompok masyarakat manusia yang sangat besar. Selannjutnya
lingkungan sosial makro ini terbagi lagi menjadi tiga bagian yaitu :
a. Budaya
b. Subbudaya
c. Kelas sosial
Para peneliti telah melakukan studi terhadap tiga lingkungan sosial
makro – budaya, subbudaya, dan kelas sosial – yang memiliki pengaruh
yang kuat dan luas pada tata nilai, kepercayaan, sikap emosi, dan perilaku
individu konsumen dalam grup tersebut. Misalnya seorang pemasar dapat
menjumpai bahwa konsumen dalam subbudaya atau kelas sosial berbeda
memiliki rantai arti-akhir yang berbeda dalam kaitanya dengan suatu
produk, yang menyiratkan bahwa kelompok orang tersebut cenderung
menanggapi suatu strategi pemasaran secara berbeda. Perbedaan tersebut
membuat
lingkungan
sosial
makro
jadi
sangat
berguna
dalam
mensegmentasi pasar.
2. Lingkungan Sosial Mikro
Menurut J. Paul dan Jerry (2000:6) Adalah interaksi sosial
langsung di antara kelompok-kelompok masyarakat yang lebih kecil,
secara sebuah keluarga dan kelompok-kelompok referensi. Interaksi
langsung sosial ini dapat memiliki pengaruh yang kuat pada pengetahuan
dan perasaan konsumen tentang produk, toko, atau iklan dan pada perilaku
konsumen mereka. Misalnya, seseorang dapat belajar tentang perilaku
yang dapat diterima dan tepat serta membangun tata nilai kepercayaan, dan
sikap mereka melalui interaksi sosial langsung dengan keluarganya
ataupun dengan kelompok-kelompok referensi. Pengaruh kelurga, terlebih
lagi, dapat terus berjalan bertahun –tahun seperti yang oleh sebagian orang
dewasa yang selalu membeli merek yang sama, menjadi pelanggan tetap
suatu toko, dan berbelanja sama seperti yang dilakukan oleh orang tuanya
dulu.
Keluarga dan kelompok-kelompok referensi dipengaruhi oleh
budaya, subbudaya, dan kelas sosial dari lingkungan sosial makro. Gambar
2.1 menggambarkan aliran pengaruh sosial dari budaya, subbudaya, dan
kelas sosial suatu lingkungan makro terhadap kelompok-kelompok
referensi dan keluarga dari lingkungan sosial mikro, dan kemudian pada
konsumen individu.
Budaya
Subbudaya
Kelas Sosial
Organisasi
Grup referensi
Keluarga
Media
Individu Konsumen
Gambar. 2.1
Aliran Pengaruh Dalam Lingkungan Sosial (Sumber J. Paul dan Jerry 2000:7)
Hubungan hierarkis yang digambarkan pada gambar di atas dapat
membantu memahami bagaimana tingkatan lingkungan sosial dapat
mempengaruhi konsumen. Misalnya, konsumen dengan subbudaya yang
berbeda di kelas pengungkapannya dengan cara yang berbeda dapat
memiliki nilai budaya yang sama namun pengungkapannya dengan cara
yang berbeda, sama seperti konsumen yang berada di kelas sosial yang
berbeda mencoba memuaskan suatu nilai subbudaya dengan cara yang
berbeda (Sumber J. Paul dan Jerry, 2000:8).
Perhatikan bagaimana seseorang dapat memuaskan nilai umum
orang Amerika tentang pencapaian (achievment). Seseorang yang tinggal
di lingkungan subbudaya pedesaan mungkin akan memenuhi nilai tersebut
dengan masuk sekolah pertanian, mendapatkan gelar, dan menjadi petani
yang berhasil. Di subbudaya perkotaan, seseorang dengan nilai pencapaian
yang sama mungkin akan pergi ke sekolah hukum, mendapatkan gelar, dan
menjadi seorang jaksa penuntut yang berhasil. Demikian pula halnya
dengan kelas sosial seseorang dapat mempengaruhi sekolah tinggi mana
yang akan dipilih (perguruan tinggi lokal, perguruan tinggi besar milik
negara, atau perguruan tinggi yang terkenal di seluruh dunia).
Selanjutnya, pengaruh lingkungan sosial makro ini akan disaring
oleh situasi keluarga seseorang (harapan orang tua dan dukungan
keuangan) dan kelompok referensi (kemana teman-temannya pergi
melanjutkan sekolah). Pada ahkirnya, sementara sebagian individu dapat
memiliki nilai budaya yang sama, metode mereka untuk mencapai nilai
tersebut dapat berbeda-beda, tergantung pada lingkungan sosial makro dan
mikronya. Hal ini menunjukan bahwa orang-orang dalam lingkungan
sosial yang berbeda cenderung menggunakan cara yang berbeda untuk
mencapai tujuan yang sama.
Gambar 2.1 juga mengidentifikasi aspek-aspek sosial lain yang
terlibat dalam pemindahan makna, nilai, dan norma-norma perilaku dari
lingkungan sosial makro ke individu konsumen. Aspek-aspek tersebut
antara lain seperti program TV, koran, majalah, film, buku bacaan, dan
musik disamping bentuk-bentuk organisasi seperti institusi-institusi agama
dan pendidikan, polisi dan pengadilan, dan pemerintah. Termasuk ke
dalam
bentuk-bentuk
organisasi
adalah
suatu
perusahaan
yang
mengembangkan strategi pemasaran untuk mempengaruhi individu
konsumen (J. Paul dan Jerry, 2000:8).
a. Grup Referensi
Seorang individu dapat terlibat dalam berbagai jenis grup yang
berbeda. Sebuah grup terdiri dari dua atau lebih orang yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang sama. Bentuk
grup yang penting antara lain keluarga, teman dekat, mitra kerja, grup
sosial formal, grup hobi, dan tetangga. Sebagian dari grup tersebut
dapat menjadi grup referensi.
J. Paul dan Jerry (2000:104) grup referensi melibatkan satu atau
lebih orang yang dijadikan sebagai dasar pembanding atau titik
referensi dalam membentuk tanggapan afeksi dan kognisi serta
menyatakan perilaku seseorang. Grup referensi ukurannya beragam
(dari satu hingga ratusan orang), dapat memiliki bentuk nyata, atau tak
nyata dan simbolik (eksekutif yang berhasil atau bintang olahraga).
Grup refensi seseorang (dan seseorang yang menjadi referensi) dapat
berasal dari kelas sosial, subbudaya, atau bahkan budaya yang sama
atau berbeda.
Itulah yang disebut dengan grup referensi atau komunitas menurut
J. Paul & Jerry. Menurut Hermawan Kartajaya (2008:53) dalam era
New Wave Marketing ini langkah pertama untuk melakukan strategi
marketing bukanlagi segmentasi, melainkan communitization (it’s Not
Segmentation anymore, it’s communitization ). Menurutnya para new
wave marketer harus bisa membentuk suatu komunitas atau
memanfaatkan komunitas yang ada.
Definisi komunitas sendiri ada macam-macam salah satunya
seperti definisi menurut J. Paul & Jerry di atas. Namun definisi yang
paling tepat menurut Hermawan Kartajaya adalah definisi yang
terdapat dalam buku The Cluetrain Manifesto.
Didalam buku ini, komunitas didefinisikan sebagai sekelompok
orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya.
Jadi, dalam komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para
anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau
values. Beda dengan segmentasi yang anggota segmennya bisa tidak
peduli satu sama lain. Inilah salah satu perbedaan yang jelas antara
segmentasi dengan communitization.
Kemudian dalam segmentasi, pembentukanya dilakukan oleh
perusahaan sehingga sifatnya vertikal. Prosesnya berlangsung dari atas
ke bawah pelanggan dan calon pelanggan dianggap dibawah produsen.
Sementara dalam communitization, pembentukanya dilakukan oleh
orang per orang yang setara sehingga bersifat horizontal. Juga kalau
dalam segmentasi yang terjadi adalah high-budget high-impact
marketing, maka dalam communitization yang terjadi adalah lowbudget high impact marketing.
Komunitas ini sendiri dapat berbentuk komunitas online,
komunitas offline, atau hibrida dari keduanya. Dalam komunitas
online, karena memang berbasis internet, orang-orang yang ada di
komunitas tersebut bisa lintas demografis, lintas geografis, lintas
agama, dan seterusnya. Yang penting sekali lagi, adalah adanya
kesamaan
interest
diantara
para
anggota
komunitas
tersebut
(Hermawan Kartajaya, 2008;53).
Ada tiga hukum yang terkait dengan communitization, yang
pertama adalah Sarnoff’s Broadcast Law atau Sarnoff Law, yang
kedua adalah Metcalfe’s Network Law alias Metcaflfe’s Law, dan
yang terakhir adalah Reed’s Community Law atau Reed’s Law. Secara
sederhana ilustrasi masing-masing hukum tersebut seperti dibawah ini.
Dalam siaran radio atau televisi, arus informasinya berlangsung
searah, tidak ada interaksi yang terjadi di antara pemirsanya. Maka
informasi yang ada hanya bermanfaat untuk orang yang mendengarkan
radio atau menonton televisi itu saja inilah Sarnoff’s Law. Sementara,
kalau kita mengirim e-mail misalnya, akan terjadi interaksi diantara
orang-orang yang berada dalam jaringan kita. Maka, informasi yang
tersebar bisa berlipat ganda karena adanya interaksi di dalam jaringan
ini. Tiap-tiap orang yang kita kirim e-mail itu bisa menanggapi, lalu
tanggapan ini ditanggapai lagi, dan seterusnya inilah. Inilah Metcalfe’s
Law. Kemudian, kalau sudah terjadi interaksi antar jaringan, nilai
informasitersebut akan semakin jauh berlipat ganda.
Taruhlah dalam Facebook misalnya, kita menjadi anggota
komunitas (group) penggemar The Beatles. Dalam komunitas The
Beatles ini, kebetulan ada juga yang menjadi anggota komunitas
penggemar jazz. Nah informasi yang kita sampaikan dalam komunitas
The Beatles bisa turut tersebar di dalam komunitas penggemar jazz,
walaupun kita tidak turut bergabung dalam komunitas jazz tersebut.
Iniilah Red’s law.
Cara kita melakukan communitization ala Reed’s Law ini. Bisa
dengan cara memanfaatkan situs social network seperti Facebook,
Friendster, atau lainya. Kita juga bisa menggabungkan antara
komunitas online dan komunitas offline. Jangan lupa bahwa New
Wave Marketing bukan online melulu, namun juga menyangkut
aktifitas offline. Seperti itulah tentang communitization menurut
Hermawan Kartajaya yang dimuat oleh kompas pada kolom klasika.
Tabel 2.2 menggambarkan beberapa jenis grup referensi dan sifatsifat penting yang membedakanya.
Jenis Grup Referensi
Formal / informal
Primer / sekunder
Keanggotaan
Aspirasional
Disosiatif
Tabel. 2.2
Jenis grup referensi
Perbedaan dan Ciri Utama
Grup referensi formal memiliki struktur yang dirinci
dengan jelas; sedangkan grup informal tidak.
Grup referensi primer melibatkan interaksi langsung,
tatap muka; sementara grup sekunder tidak.
Seseorang menjadi anggota formal dari keanggotaan
grup referensi
Seseorang bercita-cita bergabung atau menandingi grup
referensi aspirasional
Seseorang berupaya menghindari atau menolak grup
referensi disosiatif.
(Sumber J. Paul & Jerry 2000:104)
1) Jenis Pengaruh Grup Referensi
Pada dasarnya, seseorang memihak atau bergabung dengan
sebuah grup referensi untuk tiga alasan: untuk mendapatkan
pengetahuan yang berharga, untuk mendapatkan penghargaan atau
menghindari hukuman, dan untuk mendapatkan makna yang
digunakan untuk membangun, memodifikasi, atau memelihara
konsep pribadi. Sasaran tersebut di atas mencerminkan tiga jenis
pengaruh yang diberikan grup referensi – informasional, utilitarian,
dan ekspresi nilai.
(a) Pengaruh informasional grup referensi
Mengirimkan informasi yang berguna kepada konsumen
tentang diri mereka sendiri, orang lain, atau aspek lingkungan
fisik seperti produk, jasa, dan toko. Informasi ini dapat
disajikan secara langsung baik secara verbal atau melalui
demonstrasi langsung.
Konsumen cenderung lebih terpengaruh oleh grup referensi
jika informasi yang diberikan dianggap sahih dan relevan pada
permasalahan yang dihadapi, dan sumber yang memberikan
informasi tersebut dapat dipercaya William dan Richard,
1989;473).
(b) Pengaruh utilitarian grup referensi
Pada perilaku konsumen (afeksi dan kognisi) muncul ketika
grup referensi memiliki kontrol atas imbalan atau hukuman
yang penting. Konsumen biasanya menyesuaikan diri dengan
keinginan grup referensi jika (1) mereka percaya bahwa grup
tersebut dapat mengontrol imbalan dan hukuman, (2)
perilakunya nyata atau dapat diketahui oleh grup, dan (3)
mereka
dimotivasi
untuk
mendapatkan
imbalan
atau
menghindari hukuman.
(c) Pengaruh ekspresi nilai grup referensi
Dapat mempengaruhi konsep pribadi seseorang. Sebagai
suatu unit budaya, grup referensi sekaligus memiliki dan
menciptakan makna budaya (kepercayaan, nilai, sasaran, norma
perilaku, gaya hidup). Masyarakat terus melakukan pencarian
makna
budaya
untuk
digunakan
dalam
membangun,
memperkuat, atau memelihara konsep pribadi mereka.
Ringkasannya, ketiga jenis pengaruh referensi dapat diberikan
oleh satu macam grup referensi. Misalnya, sebagai grup referensi
bagi pengendara motor ahkir pekan, pengendara aliran keras dapat
menjadi sumber informasi (melalui majalah dan pengamatan),
imbalan dan hukuman (melambaikan tangan atau dengan angkuh
mengabaikan
para
RUBS),
dan
makna
subbudaya
yang
mengekspresikan nilai seseorang.
2) Pengaruh Grup Referensi Pada Produk Dan Merek
Grup referensi tidak mempengaruhi pembelian semua produk
dan merek pada tingkat yang sama. Berdasarkan pada penelitian
sebelumnya, Bearden dan Etzel mengajukan bahwa pengaruh grup
referensi pada keputusan produk dan merek beragam paling tidak
dalam dua dimensi.
Dimensi pertama sejauh mana suatu produk atau merek adalah
sesuatu yang dibutuhkan atau benda yang mewah. Suatu kebutuhan
dimiliki hampir semua orang (lampu kilat), sementara barang
mewah hanya dimiliki oleh konsumen dalam grup-grup khusus
(perahu motor).
Dimensi kedua adalah sejauh mana objek yang sedang
dipertanyakan menarik atau dikenal orang lain. Barang publik
adalah sesuatu yang kepemilikan dan penggunaanya oleh seseorang
diketahui orang lain, dan yang dapat diketahui mereknya tanpa
mengalami kesulitan (mobil). Barang pribadi digunakan di rumah
atau secara pribadi sehingga orang lian (di luar keluarga langsung)
tidak mengetahui kepemilikan atau penggunaannya (pengering
rambut).
Pengkombinasian kedua dimensi ini menghasilkan matriks
yang ditunjukkan pada tabel 2.3. Tabel tersebut menyatakan bahwa
pengaruh grup referensi akan beragam tergantung pada apakah
suatu produk dan merek merupakan kebutuhan publik, kebutuhan
pribadi, barang mewah publik, atau tidak, pemilihan mereknya
mungkin mudah terkena pengaruh grup referensi. Namun
demikian, karena kelas produk tersebut dimiliki dan dikenakan
oleh sebagian besar masyarakat, ada kecenderungan bahwa tidak
banyak pengaruh grup referensi atas apakah seseorang akan
membeli jam tangan atau tidak.
Tabel. 2.3
Efek Dari Dimensi Publik-Pribadi Dan Mewah-Kebutuhan Pada Pengaruh Grup
Referensi Untuk Pilihan Produk Dan Merek
Kebutuhan
Barang Mewah
Kebutuhan publik
Publik
Barang Mewah Publik
Pengaruh grup referensi
Pengaruh Grup Referensi
Produk : lemah
Produk : Kuat
Merek : Kuat
Merek : Kuat
Contoh: Jam tangan, Mobil, Contoh ; Klub golf, alat ski
Baju.
salju, perahu motor
Kebutuhan Pribadi
Barang mewah pribadi
Pengaruh grup referensi
Pengaruh grup referensi
Produk : kuat
Pribadi Produk : Lemah
Merek : Lemah
Merek : lemah
Contoh : Kasur, lampu lantai, Contoh : Game TV, Pemadat
lemari es
sampah, Mesin pembuat es
(Sumber J. Paul & Jerry 2000:108)
b. Keluarga
Sebagian besar penelitian perilaku konsumen mengambil individu
konsumen sebagai unit yang dianalisis. Tujuan umumnya adalah untuk
menjelaskan dan memahami bagaimana individu membuat keputusan
pembelian sehingga strategi pemasaran dapat dikembangkan untuk
dapat mempengaruhi proses tersebut dengan lebih efektif.
Biro sensus Amerika mendefinisikan suatu unit rumah adalah yang
memiliki pintu masuk sendiri (baik di dalam maupun diluar) dan
fasilitas dasar. Jika sebuah unit rumah ternyata ada orang yang tinggal
di dalamnya, mereka disebut sebagai rumah tangga. Kecuali bagi orang
yang tak bertempat tinggal, sebagian besar orang Amerika tinggal
dalam rumah tangga dengan pola bertempat tinggal yang berbeda-beda
seperti dalam sebuah rumah, sekelompok rumah dalam satu halaman,
apartemen, ruang asrama mahasiswa, rumah fraterniti, barak militer,
dan rumah perawatan. Setiap rumah tangga memiliki seorang tuan
rumah – orang yang menyewakan atau memiliki rumah tangga.
Termasuk dalam rumah tangga bukan keluarga (Nonfamily
households) adalah orang yang tidak memiliki hubungan yang tinggal
bersama – sama seperti teman sekolah atau pasangan yang hidup
bersama. Perbedaan antara keluarga inti dan keluarga perpanjangan
adalah suatu hal yang penting. Termasuk dalam keluarga inti (nuclear
family) adalah satu atau lebih orang tua dan satu atau lebih anak yang
hidup bersama dalam sebuah rumah tangga. Keluarga luas (extended
family) adalah sebuah keluarga inti ditambah dengan keluarga lainnya,
biasannya kakek atau nenek, yang tinggal dalam suatu rumah tangga.
(J. Paul dan Jerry, 2000:111).
H. Harga
Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, maka
setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Harga merupakan
satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau
pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk,
distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran).
Disamping itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat
fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat. Berbeda halnya dengan
karakteristik produk atau komitmen terhadap saluran distribusi. Kedua hal
terakhir tidak dapat diubah dengan mudah dan cepat, karena bisanya
menyangkut keputusan jangka panjang. (Fandy Tjiptono, 1995:118).
Harga bisa diungkapkan dengan berbagai istilah, misalnya tarif, sewa,
bunga, premium, komisi, upah, gaji, dan sebagainya. Dari sudut pandang
pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk
barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan
atau penggunaan suatu barang atau jasa. Pengertian ini sejalan dengan konsep
pertukaran dalam pemasaran.
Dari sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan sebagai
indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang
dirasakan atas suatu barang atau jasa. Nilai (value) dapat didefinisikan sebagai
rasio antara manfaat yang dirasakan terhadap harga. (Fandy Tjiptono,
1995:119).
1. Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan
Metode ini lebih menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi
selera dan preferensi pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba,
dan persaingan. Ada beberapa metode penetapan harga yang termasuk
dalam metode permintaan harga berbasis permintaan, yaitu sebagai berikut
:
a. Skimming Pricing
Strategi ini diterapkan dengan jalan menetapakan harga tinggi
bagi suatu produk baru atau inovatif selama tahap perkenalan,
kemudian menurunkan harga tersebut pada saat persaingan mulai ketat.
Strategi ini baru bisa berjalan baik jika konsumen tidak sensitif
terhadap harga, tetapi lebih menekankan pertimbangan-pertimbangan
kualitas, inovasi, dan kemampuan produk tersebut dalam memuaskan
kebutuhannya.
b. Penetration Pricing
Dalam strategi ini perusahaan berusaha memperkenalakan
suatu produk baru dengan harga rendah dengan harapan akan dapat
memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu relatif singkat.
Selain itu strategi ini bertujuan untuk mencapai skala ekonomis dan
mengurangi biaya perunit.
c. Prestige Pricing
Harga dapat digunakan oleh pelanggan sebagai ukuran kualitas
atau prestise suatu barang/jasa. Dengan demikian bila harga diturunkan
sampai tingkat tertentu, maka permintaan terhadap barang atau jasa
tersebut turun. Prestige pricing merupakan strategi menetapkan harga
yang tinggi sehingga konsumen yang sangat peduli dengan statusnya
akan tertarik dengan statusnya akan tertarik dengan produk, dan
kemudian membelinya.
d. Odd-Even Pricing
Yaitu strategi yang menetapakan besarnya harga mendekati
jumlah genap tertentu. Misalnya : Rp.1.595,00 dan Rp. 9.975,00.
pertanyaan yang bisa muncul adalah bukankah harga-harga tersebut
sebenarnya sama sama dengan Rp. 1.600,00 dan Rp. 10.000,00 ?
apalagi saat ini sulit mencari kembalian Rp. 5,00 dan Rp. 25,00 bahkan
seringkali malah diganti dengan permen.
2. Strategi Penetapan Harga Produk yang Sudah Mapan
Menurut Fandy Tjiptono (1995:146) ada beberapa faktor yang
menyebabkan suatu perusahaan harus selalu meninjau kembali strategi
penetapan harga produk yang sudah ada di pasar, diantaranya yaitu : (a)
adanya perubahan dalam lingkungan pemasaran, misalnya ada pesaing
yang menurunkan harganya. (b) adanya pergeseran permintaan, misalnya
terjadi perubahan selera konsumen. Untuk penilaian kembali terhadap
strategi penetapan harga yang telah dilakukan, perusahaan memiliki tiga
alternatif strategi, yaitu :
a. Mempertahankan harga
Strategi dilakukan dengan tujuan mempertahankan posisi
dalam pasar (misalnya pangsa pasar dan profitabilitas perusahaan) dan
untuk meningkatkan citra yang baik dimasyarakat. Melalui strategi
perusahaan berharap akan memperoleh hasil berupa status quo posisi
perusahaan di pasar dan semakin baiknya image masyarakat terhadap
perusahaan. Pada gilirannya kedua hal ini akan bermanfaat bagi
perkembangan perusahaan di masa mendatang..
b. Menurunkan harga
Ada tiga penyebab perusahaan menurunkan harga produkproduknya yang sudah mapan ketiga alasan tersebut adalah ;
1) Strategi defensif, dimana perusahaan memotong harga guna
menghadapi persaingan yang semakin ketat.
2) Strategi ofensif, dimana perusahaan berusahaa memenangkan
persaingan. Hal ini erat hubungannya dengan konsep kurva
pengalaman yang intinya menyatakan bahwa biaya perusahaan
akan menurun dalam persentase tertentu setiap kali pengalamannya
berlipat ganda.
3) Respon terhadap kebutuhan pelanggan yang disebabkan oleh
perubahan lingkungan. Adanya infalasi yang berkelanjutan dan
tingkat harga yang semakin melonjak dapat menyebabkan
konsumen menjadi sensitif terhadap harga dan setiap alternatif
produk yang ada. Mereka menjadi semakin selektif dalam
berbelanja.
Dalam penerapan strategi ini perusahaan harus memiliki
kemampuan financial yang besar dan sanggup menghadapi setiap
kemungkinan persaingan yang timbul, terutama dalam aspek harga.
Dalam praktiknya keberhasilan strategi ini sangat ditentukan oleh
persaingan harga antar perusahaan dan elastisitas harga.
c. Menaikkan Harga
Menaikkan harga produk biasanya dilakukan dengan tujuan
untuk mempertahankan profitabilitas dalam periode inflasi, mengambil
keuntungan dari diferensiasi produk (baik diferensiasi rill atau
diferensiasi persepsi) atau untuk melakukan segmentasi pasar yang
dilayani. Hasil dari strategi menaikkan harga ini adalah margin
penjualan yang lebih besar, pasar yang tersegmentasi (berdasarkan
kesadaran akan harga, kualitas, dan lain-lain), serta unit penjualan
yang lebih besar apabila diferensiasinya efektif.
3. Penyesuaian Khusus Terhadap Harga
a. Diskon
Diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual
kepada pembeli sebagai penghargaan atas aktifitas tertentu dari
pembeli yang menyenangkan penjual. (Fandy Tjiptono, 1995:138).
1) Diskon Kuantitas
Diskon
kuantitas
merupakan
potongan
harga
yang
diberikan guna mendorong konsumen agar membeli dalam jumlah
yang lebih banyak. Sehingga meningkatkan volume penjualan
secara keseluruhan. Diskon kuantitas bisa diterapkan berdasarkan
berbagai ukuran, misalnya (nilai dalam rupiah) barang yang dibeli,
jumlah unit barang yang dibeli, dan sebagainya.
Diskon kuantitas terdiri atas dua jenis :
(a) Diskon kuantitas kumulatif, diskon ini diberikan kepada
pelanggan yang membeli barang selama periode tertentu.
(b) Diskon kuantitas non kumulatif, didasarkan pada pesanan
pembelian secara individual. Jadi hanya diberikan pada satu
pembelian dan tidak dikaitkan dengan pembelian-pembelian
sebelumnya.
2) Diskon Musiman
Adalah potongan harga yang diberikan hanya pada masamasa tertentu saja. Diskon musiman digunakan untuk mendorong
konsumen agar membeli barang-barang yang sebenarnya baru akan
dibutuhkan beberapa waktu mendatang. Potongan semacam ini
acapkali diberikan menjelang hari raya Lebaran, Natal, dan Tahun
baru.
3) Cash Discount
Merupakan potongan yang diberikan apabila pembeli
membayar dengan tunai barang-barang yang dibelinya atau
membayarnya dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan
perjanjian transaksi.
4) Trade (Fungcional) Discount
Merupakan diskon yang diberikan oleh produsen kepada
para penyalur (wholesaler dan retailer) yang terlibat dalam
pendistribusian barang. Misalnya produsen memberikan potongan
sebesar 25% dari list price kepada retailer dan begitu pula kepada
wholesaler.
I. Perilaku Konsumen
Menurut Kotler (2005:202) titik tolak untuk memahami perilaku
pembeli adalah model rangsangan – tanggapan (stimulus – respond model).
Rangsangan pemasaran dan lingkungan masuk ke kesadaran pembeli.
Karakteristik
pembeli
dan
proses
menimbulkan
keputusan pembelian
pengambilan
tertentu.
keputusannya
Tugas pemasar
akan
adalah
memahami apa yang terjadi pada kesadaran pembeli sejak masuknya
rangsangan dari luar hingga munculnya keputusan pembelian. berikut gambar
Model of Buyer Behavior :
Rangsangan
Pemasaran
Produk
Harga
Saluran
pemasaran
Promosi
Rangsanga
n lain
Ekonomi
Teknologi
Politik
Budaya
Ciri-ciri
pembeli
Budaya
Sosial
Pribadi
Psikologi
Proses Keputusan
pembeli
Pemahaman masalah
Pencarian Informasi
Pemilihan Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku pasca
Pembelian
Keputusan
pembeli
Pemilihan produk
Pemilihan merek
Pemilihan saluran
pembelian
Penentuan waktu
pembelian
Jumlah pembelian
Gambar. 2.2
Model perilaku pembeli (sumber Kotler 2005:203)
Pada gambar Model of Buyer Behavior menjelaskan proses terjadinya
pengambilan keputusan oleh pelanggan untuk membeli, diawali dari
rangsangan pemasaran (marketing stimuli), yang terdiri dari :
1. Produk (Product) yaitu produk apa yang secara tepat diminati oleh
konsumen, baik kualitas maupun kuantitasnya.
2. Harga (Price) yaitu seberapa besar harga sebagai pengorbanan
konsumen dalam memperoleh manfaat produk yang diinginkan.
3. Distribusi (Place) yaitu bagaimana pendistribusian barang sehingga
produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan mudah.
4. Promosi (Promotion) yaitu pesan-pesan yang dikomunikasikan
sehingga keunggulan produk dapat disampaikan kepada konsumen.
Rangsangan
marketing
tersebut
diatas
dilengkapi
dengan
rangsangan lain-lain:
1. Ekonomi : Daya beli yang tersedia dalam suatu perekonomian
bergantung pada pendapatan, yang tingkat dan distribusinya berbedabeda.
2. Teknologi : Yang paling kuat dalam membentuk hidup manusia dan
dapat memberikan dampak positif dan negatif, termasuk dalam proses
pemasaran .
3. Politik dan hukum dapat mempengaruhi kondisi dan stabilitas
masyarakat yang mempunyai dampak terhadap rangsangan keputusan
pembelian.
4. Budaya : Keyakinan, nilai-nilai dan norma dibentuk oleh masyarakat
dimana mereka dibesarkan yang dapat bergeser mengikuti model atau
tren baru.
Rangsangan-rangsangan
tadi
kemudian
membentuk
buyer
characteristic, yaitu cultural (kebudayaan), social (sosial), personal (pribadi)
dan psychology (psikologi) yang merupakan karakteristik pembeli, yang dapat
mendorong konsumen untuk melakukan proses pengambilan keputusan
membeli barang sehingga konsumen mendapatkan manfaat. Dari pemilihan
produk yang dibeli. Budaya merupakan unsur yang sangat penting, yang
mempengaruhi keinginan (wants) dan perilaku (behavior) seseorang.
J. Karakteristik Pembeli (Buyer’s characteristic)
Ada banyak_jenis yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan
keputusan, selain _jenis budaya dan sub budaya, kelas sosial juga memiliki
pengaruh penting pada perilaku konsumen, yang biasanya merupakan strata
sosial. Kelas sosial mencerminkan penghasilannya, yang sekaligus sebagai
jenis pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal. Tiap-tiap kelas sosial memiliki
jenis yang berbeda-beda.
Keputusan membeli dipengaruhi pula oleh karakteristik pribadi, yaitu
usia, dan tahap hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta
kepribadian dan konsep diri pembeli Selera terhadap konsumsi barang-barang
jasa yang dibeli berhubungan dengan usia seseorang.
Stanford Research Institute, yang membuat definisi daripada segmen
yang berbeda-beda. Dikemukakannya ada 8 group segmen dengan definisi
masing-masing group sebagai berikut : Actualizers, Fulfilleds, Believers,
Achievers, Strivers, Experiencers, Makers and Strugglers (Assael, 1996:326).
Group Believers adalah kelompok yang mempunyai orientasi prinsip
yang kurang dalam memiliki harta kekayaan. Orientasi mereka lebih
tradisional dibandingkan dengan kelompok fulfilleds. Kehidupan mereka
terpusat pada keluarga, gereja (rumah ibadat/masjid), komunitas dan bangsa.
Mereka menghargai aturan dan percaya pada otoritas figure.
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam
aktivitas, minat dan opininya, yang menggambarkan “keseluruhan diri
seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup seorang
pegawai negeri umumnya adalah mencari status dirinya dalam lingkungan
birokrasi, sedangkan gaya hidup seorang kyai adalah menggambarkan seorang
yang moralis.
Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan jenis-ciri
seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan bersosialisasi, daya
tahan dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian yang diklasifikasikan dengan
akurat dan terdapat korelasi yang kuat antara jenis kepribadian tertentu dengan
pilihan produk atau merek.
Faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang untuk membeli
terdiri dari empat faktor yaitu : motivasi (dorongan seseorang untuk bertindak
guna memuaskan kebutuhannya sehingga dapat mengurangi ketegangan yang
dimilikinya), persepsi (proses seseorang individu memilih, mengorganisasi
dan mengintepretasi masukan-masukan untuk menciptakan gambaran yang
bermakna), pengetahuan (pembelajaran yang meliputi perubahan dalam
perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman). Serta keyakinan dan
pendirian yang dapat diperoleh seseorang melalui bertindak dan belajar.
K. Keputusan Pembelian
1. Peran Pembelian
Dalam pengambilan keputusan membeli barang konsumen ada
lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau
pembeliannya. Umumnya ada enam peranan yang dapat dilakukan
seseorang. Ada kalanya keenam peran ini dipegang oleh satu orang,
namun seringkali pula peranan tersebut dilakukan beberapa orang.
Menurut Fandy Tpictono (1995 : 23) keenam peran tersebut meliputi :
a. Pemrakarsa (initiator), yaitu orang yang pertama kali menyadari
adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi dan
menyarankan untuk membeli sesuatu barang atau jasa.
b. Pembawa pengaruh (influencer), yaitu orang yang pandangan atau
nasihatnya mempengaruhi keputusan pembelian.
c. Pengambil keputusan (decider), yaitu orang yang menentukan
keputusan pembelian, misalnya apakah jadi membeli, apa yang
dibeli, bagaimana cara membeli, atau dimana membelinya.
d. Pembeli (buyer), yakni orang yang melakukan pembelian _ennis.
e. Pemakai
(user),
yaitu
orang
yang
mengkonsumsi
atau
menggunakan barang atau jasa yang dibeli.
f. Penilai (evaluator), yaitu orang yang memberikan umpan balik
tentang kemampuan produk yang dipilih dalam memberikan
kepuasan.
2. Perilaku Pembelian
Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, bergantung pada
jenis keputusan pembelian. Keputusan untuk membeli pasta gigi, raket
tenis, computer pribadi, dan mobil baru akan sangat berbeda. Pembelian
yang rumit dan mahal mungkin melibatkan lebih banyak pertimbangan
pembeli dan lebih banyak peserta. Henry Assael membedakan empat jenis
perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli
dan tingkat perbedaan antar merek. Empat jenis perilaku pembelian
menurut Henry Assael ini dapat dilihat pada tabel. 2.4, yaitu sebagai
berikut :
Tabel. 2.4
Empat jenis perilaku pembelian
Keterlibatan Tinggi
Perbedaan Besar
Antar Merek
Perbedaan Kecil
Antar Merek
Keterlibatan Rendah
Perilaku pembelian yang
rumit
Perilaku pembelian yang
mencari variasi
Perilaku pembelian yang
mengurangi
ketidaknyamanan
Perilaku pembelian yang
rutin / biasa
(Sumber Kotler, 2005:221)
a. Perilaku pembelian yang rumit.
Perilaku pembelian ini terdiri dari proses tiga langkah. Pertama,
pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tertentu. Kedua, ia
membangun sikap tentang produk tersebut. Ketiga, ia membuat pilihan
pembelian yang cermat. Konsumen terlibat dalam pebelian yang rumit
bila mereka sangat terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya
perbedaan besar antarmerek. Perilaku pembelian yang rumit itu lazim
terjadi bila produknya mahal, jarang dibeli, berisiko, dan sangat
mengekspresikan diri seperti mobil.
b. Perilaku pembelian yang mengurangi ketidaknyamanan.
Dalam perilaku pembelian ini kadang-kadang konsumen sangat
terlibat dalam pembelian namun melihat sedikit perbedaan antarmerek.
Keterlibatan yang tinggi didasari oleh fakta bahwa pembelian tersebut
mahal, jarang dilakukan, dan berisiko. Dalam kasus itu, pembeli akan
berbelanja dengan berkeliling untuk mempelajari merek yang tersedia.
Jika konsumen menemukan perbedaan mutu antar merek tersebut, dia
mungkin akan lebih memilih harga yang lebih tinggi. Jika konsumen
menemukan perbedaan kecil dia mungkin akan membeli semata-mata
berdasarkan harga dan kenyamanan.
Setelah pembelian tersebut, konsumen mungkin mengalami
disonansi/ ketidaknyamanan yang muncul setelah merasakan adanya
fitur
yang
tidak
mengenakan
atau
mendengar
kabar
yang
menyenangkan mengenai merek lain, dan akan siaga terhadap
informasi yang mendukung keputusannya. Dalam contoh itu,
konsumen pertama-tama bertindak, kemudian mendapatkan keyakinan
baru, dan berakhir dengan mendapatkan serangkaian sikap. Konsumen
pemasaran harus memasok keyakinan dan evaluasi yang membantu
konsumen merasa puas terhadap pilihannya.
c. Perilaku pembelian yang mencari variasi.
Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen
yang rendah tetapi perbedaan antarmerek signifikan. Dalam situasi itu
konsumen sering melakukan peralihan merek. Misalnya kue kering.
Konsumen memiliki beberapa keyakinan tentang kue kering, memilih
kue kering tanpa melakukan banyak evaluasi, dan mengevaluasi
produk selama konsumsi. Namun, pada kesempatan berikutnya,
konsumen mungkin mengambil merek lain karena ingin mencari rasa
yang berbeda. Peralihan merek terjadi karena mencari variasi dan
bukannya karena ketidakpuasan.
d. Perilaku pembelian karena kebiasaan
Banyak produk yang dibeli pada kondisi rendahnya keterlibatan
konsumen dan tidak adanya perbedaan antarmerek yang signifikan.
Misalnya garam. Para konsumen memiliki sedikit keterlibatan pada
jenis produk itu. Mereka pergi ke toko dan mengambil merek tertentu.
Jika mereka tetap mengambil merek yang sama, hal itu karena
kebiasaan, bukan karena kesetiaan yang kuat terhadap merek. Terdapat
bukti yang cukup bahwa konsumen memiliki keterlibatan yang rendah
dalam pembelian sebagian besar produk yang murah dan sering dibeli.
3. Tahap –Tahap Proses Pengambilan Keputusan
Para sarjana pemasaran telah menyusun “model urutan tahap”
keputusan pembelian. Para konsumen melewati lima tahap : pengenalan
masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan
perilaku pasca pembelian. Jelaslah bahwa proses pembelian dimulai jauh
sebelum pembelian aktual dilakukan dan memiliki dampak yang lama
setelah itu.
Model dalam gambar 2.3 menunjukan bahwa para konsumen harus
melalui seluruh lima urutan tahap ketika membeli produk, namun tidak
selalu begitu. Para konsumen dapat melewati atau membalik beberapa
tahap. Seorang wanita yang membeli merek pasta gigi yang biasa
digunakannya akan langsung bertindak dari kebutuhan akan pasta gigi ke
keputusan pembelian, dengan melewati pencarian informasi serta evaluasi
alternatif. Berikut ini adalah gambar model urutan tahap pembelian.
Pengenalan
masalah
Pencarian
informasi
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pemblian
Perilaku
pasca
pembelian
Gambar. 2.3
Proses pembelian konsumen lima tahap (sumber Kotler,2005:224)
Untuk sampai ketahap pembelian, terdapat langkah-langkah dalam
proses pembelian dengan tahapan sebagai berikut :
a. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal
atau eksternal. Dalam kasus pertama, salah satu kebutuhan umum
seseorang lapar, haus, seks - mencapai ambang batas tertentu dan menjadi
pendorong. Dalam kasus kedua, kebutuhan ditimbulkan oleh rangsangan
eksternal. Seseorang melewati toko kue dan melihat roti yang segar serta
hangat sehingga terangsang rasa laparnya ; orang tersebut mengagumi
mobil baru tetangganya; atau ia menonton iklan televisi tentang liburan di
Hawaii.
b. Pencarian informasi
Yaitu tahap konsumen mencari informasi untuk memperoleh
pengetahuan tentang barang yang dibutuhkan dari sumber-sumber yang
mungkin didapatkan. Sumber informasi konsumen digolongkan ke dalam
empat kelompok :
•
Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan.
•
Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan
ditoko.
•
Sumber public: media massa, organisasi penentu peringkat
konsumen
•
Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian, dan pemakaian
produk.
c. Evaluasi alternatif
Pada tahap ini konsumen mengolah informasi merek yang bersaing
dan membuat penilaian akhir. Terdapat beberapa proses evaluasi
keputusan pembelian, dan model-model yang terbaru memandang proses
evaluasi konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu, model
tersebut menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan
sangat sadar dan rasional.
Konsumen mengembangkan sekumpulan keyakinan merek tentang
posisi tiap-tiap merek berdasarkan masing-masing atribut. Kumpulan
keyakinan atas merek tertentu membentuk citra merek. Citra merek
konsumen akan berbeda-beda menurut perbedaaan pengalaman mereka
yang disaring melalui dampak persepsi selektif, distorsi selektif, dan
ingatan selektif.
d. Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas
merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut
juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai.
Namun dua faktor berikut yang digambarkan pada gambar 2.4 dapat
berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian.
Sikap orang
lain
Evaluasi
alternatif
Niat
pembelian
Keputusan
pembelian
Faktor situasi
yang tidak
terantisipasi
Gambar. 2.4
Tahapan antara evaluasi alternaltif dan keputusan pembelian (sumber
Kotler, 2005:228)
Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang
lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada
dua hal : (1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang
disukai konsumen dan (2) motivasi konsumen untuk menuruti keiinginan
orang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan semakin dekat
orang lain tersebut dengan konsumen, konsumen akan semakin mengubah
niat pembeliannya. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak
terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.
e. Perilaku pasca pembelian
Setelah melakukan pembelian produk, konsumen akan mengalami
level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu, yang selanjutnya akan
menimbulkan tindakan pasca pembelian entah itu dipakai atau tidak
digunakan bahkan kemungkinan dilakukan pembuangan. Karena mungkin
produk yang telah dibeli tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
L. Penelitian Terdahulu
Ahmad Raka Andana, (2007). Dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Sikap Konsumen dan Harga Terhadap Keputusan
Pembelian Produk Simpati Jitu dan As”. Sifat penelitiannya adalah
penelitian kausal, yaitu penelitian untuk menjelaskan kedudukan variabel yang
diteliti serta pengaruh atau hubungan variabel tersebut. Tiga variabel dalam
penelitian ini yaitu sikap konsumen (X1), dan harga (X2) sebagai variabel
bebas dan keputusan pembeliaan (Y) adalah variabel terikat.
Populasi dari penelitian ini adalah konsumen simpati Jitu dan As di
kecamatan Beji. Sampel yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah
konsumen produk simpati Jitu dan As yang berada di kecamatan beji dengan
jumlah 100 responden. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
simple random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode
angket (kuisioner), wawancara, riset perpustakaan, dan riset lapangan.
Skala yang digunakan dalam pengukuran datanya adalah skala likert,
dengan gradasi jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat
tidak setuju. Data yang diperoleh pada skala likert ini adalah data interval
(Sugiyono, 2000). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitiannya menujukkan bahwa untuk variabel sikap konsumen
dan harga terhadap keputusan pembelian dengan nilai signifikansinya 0,000 <
0,05 yang berarti bahwa sikap konsumen dan harga mempengaruhi keputusan
pembelian. dengan nilai koefisien (16,6%) yang berarti bahwa perubahan
variabel keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabel sikap konsumen dan
harga. Hasil uji hipotesis korelasi (Uji t) menunjukan nilai t hitung (2.430)
untuk variabel sikap konsumen lebih besar dari pada t tabel (1.980) yang
berarti menolak Ho dan menerima Ha, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan
adalah sikap konsumen terhadap pembelian produk Simpati Jitu dan As di
kecamatan Beji.
Sedangkan untuk harga nilai t hitung (3.297) lebih besar daripada t
tabel (1.980) yang berarti menolak Ho dan menerima Ha, yaitu terdapat
pengaruh yang signifikan adalah harga terhadap pembelian produk Simpati
Jitu dan As.
Nurjannah, (2007). Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Ekuitas Merek dan Keputusan Pembelian”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh secara simultan maupun parsial dari beberapa dimensi
ekuitas merek, yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan
loyalitas merek terhadap keputusan pembelian. Pada penelitian ini kesadaran
merek dan asosiasi merek hanya sebagai analisis deskriptif, sedangkan
persepsi kualitas dan loyalitas merek merupakan dimensi yang mempengaruhi
keputusan pembelian.
Populasi dari penelitian ini adalah responden adalah yang pernah
makan di Mc Donald’s Bintaro. Teknik pengambilan sample menggunakan
teknik random secara accidental sampling. Jumlah responden dalam penelitian
ini sebanyak 100 orang. Teknik pengumpulan datanya menggunakan kuisioner
dan menggunakan studi kepustakaan.
Metode analisis yang digunakan yaitu metode asosiatif. Skala yang
digunakan dalam pengukuran data adalah skala likert. Kesimpulan yang
dihasilkan yaitu berdasarkan perhitungan analisis regresi linier berganda,
diketahui bahwa variabel persepsi kualitas dan loyalitas merek secara simultan
maupun parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pembelian. Dengan R square (R2) sebesar 47.4% menunjukan bahwa persepsi
kualitas dan loyalitas merek dapat mempengaruhi keputusan pembelian,
sedangkan sisanya sebesar 52,6% ditentukan oleh variabel lain yang tidak
diketahui & tidak termasuk dalam analisisnya.
M. Kerangka Pemikiran
Untuk dapat memenangkan persaingan, maka perusahaan harus
memiliki ekuitas merek yang kuat. Ekuitas merek terbentuk berdasarkan citra
merek, asosiasi merek, dan kesadaran merek yang terbentuk pada konsumen.
Keberadaan merek mampu menarik minat konsumen untuk menggunakan
produk, bahkan, keberadaan merek dianggap sebagai pilar bisnis yang
menunjang keberhasilan bisnis. Untuk mempertahankan sebuah merek juga
tidak mudah, munculnya pesaing baru dapat mengancam popularitas merek
yang sudah ada.
Upaya promosi dan diferensiasi yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan ekuitas merek masing-masing perusahaan. Selain itu masingmasing perusahaan menggunakan strategi pemasaran yang mereka anggap
handal. Karena mereka yakin upaya itu semua merupakan kunci sukses sebuah
merek di pasaran. Akan tetapi, sukses merek di pasaran tidak hanya ditentukan
oleh iklan dan promosi lainnya seperti menurunkan tarif, melainkan juga oleh
manajemen ekuitas merek, sehingga merek yang dimiliki perusahaan dapat
memiliki nilai dan liabilitas yang tinggi, yang akan memberikan keuntungan
bagi perusahaan dalam jangka panjang.
Selain stimulus dari perusahaan yang akan mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen. Keputusan pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh
orang lain dalam lingkungan sosial mereka, termasuk di dalamnya adalah
keluarga, dan grup referensi.
Berdasarkan beberapa alasan yang telah penulis paparkan pada
bahasan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis memberikan
gambaran mengenai konseptualisasi berfikir yaitu sebagai berikut :
Ekuitas Merek (X1)
Lingkungan sosial (X2)
Brand Awarness
Grup referensi
Asosiasi Merek
Keluarga
Harga (X3)
KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y)
Uji Reliabilitas & Validitas
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Uji Regresi Linier Berganda
Gambar. 2.5
Kerangka Berfikir Penelitian
N. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan pertanyaan belum teruji yang
menjelaskan suatu fakta atau fenomena jawaban masalah penelitian,
berdasarkan telaah konsep teorotis yang perlu diuji secara empiris (Indrianto
dan Bambang, 2002:250).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ekuitas
merek terhadap keputusan pembelian.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel ekuitas merek
terhadap keputusan pembelian.
2. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel harga
terhadap keputusan pembelian.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel harga terhadap
keputusan pembelian.
3. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
lingkungan sosial terhadap keputusan pembelian.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel lingkungan sosial
terhadap keputusan pembelian.
4. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel ekuitas
merek, harga, dan lingkungan sosial terhadap keputusan pembelian.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel ekuitas merek,
harga, dan lingkungan sosial terhadap keputusan pembelian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
F. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang manajemen pemasaran,
yang memfokuskan tentang merek, harga, dan lingkungan sosial sebagai
variabel bebas, dan keputusan pembelian sebagai variabel terikat. Penelitian
ini dilakukan terhadap 100 orang konsumen IM3 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang dijadikan sebagai sample penelitian.
G. METODE PENENTUAN SAMPEL
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik suatu kesimpulan
(sugiyono, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah para konsumen
(mahasiswa UIN Jakarta) yang menggunakan produk IM3.
Metode penentuan sampel yang akan dipilih dalam penelitian ini
adalah teknik non probability sampling dengan metode purposive sampling
yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Dalam
hal ini objek penelitian adalah mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sedangkan jumlah sampel yang dipilih sebanyak 100
orang responden.
Adapun karakteristik yang dijadikan sebagai dasar pertimbangan
dalam penentuan sampel adalah :
1. Mahasiswa UIN Jakarta yang masih terdaftar secara resmi sebagai
mahasiswa UIN Jakarta tahun 2008.
2. Mahasiswa UIN Jakarta yang pernah menggunakan produk IM3.
3. Mahasiswa UIN Jakarta yang bersedia mengisi lembar kuisioner.
H. METODE PENGUMPULAN DATA
Metode yang digunakan dalam memperoleh serta mengumpulkan data
dalam penelitian ini adalah :
1. Data Primer
Dalam memperoleh data primer ini penulis melakukan
penelitian secara langsung di lapangan dengan teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Kuisioner atau Angket
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan membuat pertanyaan
tertulis yang ditujukan kepada objek penelitian. Penggunaan
kuisioner dilakukan dengan skala likert.
b. Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan data melalui Tanya jawab dengan
pihak tertentu
yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan melakukan penelitian kepustakaan
(library research), yaitu data diperoleh dengan cara membaca buku,
literatur, catatan, surat kabar, majalah, jurnal, dan bacaan. Lainnya
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Peneliti juga menggunakan media atau pun mendatangi lembaga
tertentu untuk memperoleh data yang diperlukan.
I. METODE ANALISIS
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument dianggap
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain,
mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti. Dalam
penyusunan kuisioner, pertanyaan
yang ingin diajukan perlu
dipastikan. Untuk menentukannya, sebelumnya harus sudah jelas
variabel apa yang diukur.
Variabel masih bisa dipecah menjadi sub variabel atau
indikator
apabila
penyusunannya
dilakukan
sesuai
prosedur
sebenarnya kuisioner telah memenuhi validitas logis. Oleh karena itu,
validitas logis sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam
memahami masalah penelitian serta menyusun kuisioner. Untuk
menguji tingkat validitas instrument peneliti dapat melakukan try out
dengan memakai responden terbatas terlebih dahulu.
Uji Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel, Dengan membandingkan nilai r hitung dari hasil output
(Corrected Item- Total Correlation) dengan r tabel, jika r hitung lebih
besar dari r tabel maka butir pertanyaan tersebut adalah valid, tetapi
jika r hitung lebih kecil dari pada r tabel maka butir pertanyaan
tersebut tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat keandalan kuisioner. Kuisioner yang
reliable adalah kuisioner yang apabila dicobakan secara berulang-ulang
kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama
asumsinya, tidak terdapat perubahan psikologis pada responden.
Apabila data yang diperoleh sesuai dengan kenyataan, berapakali pun
pengambilan data dilakukan, hasilnya tetap sama.
Rumus varians :
(∑ x )
2
∑
σ =
x
2
n
n
Keterangan :
n = jumlah sampel
x = nilai skor yang dipilih
Reliabilitas suatu instrument dapat diterima jika memilki
koefisien alpha cronbach minimal 0.60 yang berarti bahwa instrument
tersebut dapat digunakan sebagai pengumpul data yang handal, yaitu
hasil pengukuran relatif konsisten jika dilakukan pengukuran ulang.
2. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas data bertujuan untuk mengetahui distribusi data
dalam variable yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik
dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki
distribusi normal atau mendekati normal. Suatu variabel dikatakan
normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang menyebar
disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah
mengikuti garis diagonal (Bhuono, 2005:24).
Selain menggunakan teori diatas sebagai landasan uji normalitas
yang digunakan dalam penelitian ini juga menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov untuk menguji sesuai (goodness of fit). Dalam
hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi
nilai sampel (observasi) dengan distribusi teoritis tertentu (normal,
uniform, eksponensial atau poisson). Jadi hipotesis statistiknya adalah
bahwa distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan
distribusi
frekuensi
harapan
(teoritis)
(Tim
penelitian
dan
pengembangan Wahana Komputer, 2006). Berikut adalah hipotesisnya
:
H0 :
F(x) = F0(x), dengan F(x) adalah fungsi distribusi frekuensi
hasil pengamatan, dan F0(x) adalah distribusi frekuensi
harapan (teoritis) dalam artian populasi berdistribusi normal.
H1 :
F(x) ≠ F0(x) atau distribusi populasi tidak normal
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan α = 0,05
:
Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 , maka H1 ditolak
3. Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda
Model regresi berganda dapat dikatakan sebagai model yang
baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan
terbebas dari asumsi klasik statistic, baik itu multikoliniearitas dan
heteroskedastisitas.
a.
Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas (independen).
Adanya hubungan linear yang sempurna atau eksak diantara
variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika
variabel bebas saling berkorelasi diantara variabel bebas, maka
variabel-variabel ini tidak othogonal. Variabel orthogonal adalah
variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama
dengan nol.
Menurut
Bhuono
(2005:59)
untuk
mendeteksi
multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa
variabel dependen.
1) Jika nilai Varians Inflation Faktor (VIF) tidak lebih dari 10 dan
tolerande tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan
terbebas dari multikolinieritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF =
10 maka tolerance = 1/10 = 0,1 semakin tinggi VIF maka
semakin rendah tolerance.
2) Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel
independent kurang dari 0.70. Maka model dinyatakan bebas
dari asumsi klasik multikolinearitas.
3) Jika nilai koefisien determinan (R-Square) di atas 0.6 namun
tak ada variabel independent yang berpengaruh terhadap
variabel dependen maka model terkena multikolinearitas.
b. Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain.
Asumsi heteroskedastisitas ialah apabila variasi dari faktor
pengganggu selalu sama pada data pengamatan yang satu ke data
pengamatan yang lain. Jika ciri ini terpengaruhi, berarti variasi
faktor
pengganggu
pada
kelompok data
tersebut bersifat
homoskedastik. Jika asumsi itu tidak dapat dipenuhi, maka dapat
dikatakan terjadi penyimpangan. Penyimpangan terhadap faktor
pengganggu sedemikian itu disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastis dan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Menurut bhuono (2005,63-63) untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas ada beberapa cara yaitu :
1) Melihara grafik polt antara nila prediksi variabel terikat
(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada
tidaknya
heteroskedastisitas
dengan
melihat
antara
SPRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang
diprediksi dan sumbu x adala residual.
2) Dasar analisis jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang
membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar,
kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas secara
titik-titik menyebar di atas dan dibawah titik origin pada
sumbu y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda yaitu suatu analisis yang
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antara variable
bebas dan variable terikat. Teknik analisis ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh dari ekuitas merek, harga, dan
lingkungan sosial terhadap keputusan pembelian.
Untuk mengetahui bagaimana ekuitas merek, harga, dan
lingkungan sosial dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian
dilakukan dengan menggunakan skala likert (R.A, 1932) dengan
mengembangkan prosedur penskalaan yang mewakili suatu kontinum
bipolar. Pada ujung sebelah kiri (angka yang rendah) menunjukan
suatu jawaban yang negatif, sedangkan ujung sebelah kanan (anngkan
besar) menunjukan suatu jawaban yang positif . dengan keterangan
sebagai berikut :
Sangat Tidak Setuju
Tabel. 3.1
Skala Likert
Tidak Setuju
Ragu
Setuju
Sangat Setuju
(STS)
(TS)
(R)
(S)
(SS)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Selanjutnya data diperoleh dengan menggunakan kuisioner dan
hasilnya akan dipresentasikan dalam bentuk tabel. Hasil dalam tabel
dianalisis berdasarkan variabel ekuitas merek, harga, dan lingkungan
sosial yang selanjutnya dapat dilihat pengaruhnya terhadap keputusan
pembelian.
Setelah dilakukan perhitungan dengan kuisioner pengolahan
data kuantitatif. Selanjutnya dilakukan pengujian analisis regresi linier
berganda dengan menggunakan SPSS 11.5 for windows dan dengan
menggunakan metode Backward. Analisis ini dianggap tepat sebagai
metode analisis penelitian karena dapat diketahui hubungan yang
terjadi antara dua variable, yaitu variable independent dan variable
dependen.
Regresi linier berganda ini didasarkan pada 3 variabel
independen yaitu ; ekuitas merek (X1), harga (X2), dan lingkungan
social (X3) sedangkan untuk variable dependen dari analisis ini adalah
keputusan pembelian. Dimana persamaan umum dari regresi linier
berganda adalah :
Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε
Ŷ = Subjek dalam variable dependen (keputusan pembelian)
a = Konstanta (nilai tetap) pada saat nilai variable bebas X = 0
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka
peningkatan ataupun penurunan variable dependen yang
didasarkan pada variable independent . bila b (+) maka naik,
dan bila (-) maka terjadi penuruanan.
5. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen (ekuitas merek, harga,
dan lingkungan sosial) menjelaskan variabel dependen (keputusan
pembelian).
Namun untuk regresi
linier
berganda
sebaiknya
menggunakan R square yang telah disesuaikan atau tertulis Adjusted R
Square, karena telah disesuaikan dengan jumlah variabel independent
yang digunakan dalam penelitian (Bhuono, 2005: 51).
6. Pengujian Hipotesis
a. UJi Simultan (F-test)
Uji simultan atau F-test bertujuan untuk mengetahui pengaruh
secara bersama-sama variabel bebas (independen) terhadap
variabel terikat (dependen). Hipotesis yang digunakan adalah :
1) Menentukan Ho dan Ha :
Ho : a = 0 , berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel independen dengan variabel
dependen.
Ha : a ≠ 0 , berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
2) Menentukan F hitung dengan Rumus :
F hitung =
R2/K
(1 – R)2/ (n – K – 1)
Diamana : R2 = Koefisien determinasi
N = Jumlah pengamatan atau sampel
K = Jumlah variabel independen
3) Dasar pengambilan keputusan
(a) Dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel :
Apabila F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Apabila F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
(b) Dengan menggunakan angka signifikansi :
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Uji Parsial (T-test)
Uji parsial atau T-test bertujuan untuk mengetahui besarnya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
(parsial) terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan
adalah :
(a) Menentukan Ho dan Ha :
Ho : a = 0 , berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel independen dengan variabel
dependen.
Ha : a ≠ 0 , berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
(b) Menentukan nilai t hitung dengan rumus :
t hitung = bi – βi
Sb
Dimana βi = 0 dengan rumus t hitung = bi
Sb
(c) Dasar pengambilan keputusan :
(1) Dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel :
•
Apabila t
hitung
> t
tabel
atau –t
hitung
< -t
tabel,
maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Yang berarti variabel
independen secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
•
Apabila t
hitung
<t
tabel
atau –t
hitung
> -t
tabel,
maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Yang berarti variabel
independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen.
J. OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi
variebel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu
yang digunakan peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga
memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran
dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct lebih
baik. (Bambang Supomo dan Nur Indriantoro, 2002:69).
Dalam
penelitian
ini
menggunakan
metode
dependen
yaitu
menggunakan dua set variabel (bebas dan terikat), yang bertujuan untuk
menentukan apakah variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara
individual atau bersamaan.
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekuitas merek, harga, dan
lingkungan sosial yang dikonotasikan (X1,X2, dan X3).
2.
Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian dimana
dimensi ekuitas merek, harga, dan lingkungan sosial akan mempengaruhi
keputusan pembelian. Variabel terikat dikonotasikan dengan huruf (Y).
Tabel. 3.2
Operasional Variabel Penelitian
No
1.
Variabel
Ekuitas
Merek (X1)
Sub Variabel
1. Brand
Awarness
Indikator
Skala
1.1 Merasa tidak asing dengan merek
Ordinal
1.2 Merasa mengenal merek
1.3 Tahu tentang merek
1.4 Merek mudah diingat
1.5 Dapat dengan cepat mengingat
merek
2. Asosiasi
Merek
2.1 Beberapa karakteristik merek
mudah dibayangkan
2.2 Mempunyai kualitas dan
pelayanan yang berbeda
2.3 Merek tampil berbeda dan
menarik
2.4 Merek menimbulkan kesan anak
muda
2.5 Kemasan produk dirasa cukup
menarik
2.
Harga (X2)
1. Strategi
penetapan
1.1 Menurunkan harga
Ordinal
1.2 Promotional price
harga
2.1 Diskon kuantitas
2. Adaptasi
harga
3.
Lingkungan
Sosial (X3)
1. Grup-grup
referensi
2.2 Diskon musiman
2.3 Penyesuain geografis
1.1 Informasional grup referensi
1.2 Utilitarian grup referensi
1.3 Ekspresi nilai grup referensi
Ordinal
4.
Keputusan
Pembelian
1. Pengenalan 1.1 Kebutuhan akan produk
masalah
(Y)
2. Pencarian
informasi
2.1 Sumber pribadi
2.2 Sumber komersial
2.3 Sumber umum
3. Evaluasi
3.1 Atribut produk
alternatif
4. Pembelian
4.1 Faktor situasional
produk
4.2 Kelengkapan fitur
(Sumber : Kotler, keller, J Paul, dan Jerry)
Ordinal
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
D. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam penelitian ini, objek yang digunakan adalah mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Karena itulah penulis mencoba memaparkan
gambaran umum UIN Jakarta sebagai institusi yang menaungi para
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi berubah menjadi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan terbitnya keputusan Presiden RI Nomor 31
tahun 2002 Tanggal 20 Mei 2002. Peresmian ini dilakukan oleh wakil
presiden H. Hamzah Haz pada tanggal 8 Juni 2002 bersamaan dengan
upacara Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9 serta pemancangan tiang
pertama pembangunan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Meski nama dan pembangunan berubah total, namun visi UIN tidaklah
berubah, yakni menjadikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai
lembaga pendidikan tinggi terkemuka dalam mengintegrasikan aspek
keilmuan, keislaman dan keindonesiaan. Begitu pula misinya pun tidak
berubah. Pada prinsipnya, misi UIN Jakarta sejalan dengan tugas Tridarma
Perguruan Tinggi, yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran,
penelitian. Dan pengabdian masyarakat dalam rangka ikut seta membentuk
masyarakat Indonesia yang bermoral Islami dan berkepribadian Indonesia
serta mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kepentingan bangsa Indonesia khususnya dan kemaslahatan umat manusia
umumnya. Berdasarkan pada prinsip tersebut, maka misi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut :
a. Melakukan reintegrasi epistimologi keilmuan, sehingga tidak ada lagi
dikotomi antara ilmu umum dan ilmu agama.
b. Memberikan landasan moral terhadap pengembangan IPTEK dan
melakukan pencerahan dalam pembinaan IMTAQ, sehingga IPTEK
dan IMTAQ data sejalan.
c. Mengartikulasikan ajaran Islam secara professional ke dalam konteks
kehidupan masyarakat, sehingga tidak ada lagi jarak antara norma
agama dan sofistifikasi masyarakat.
d. Mempertahankan nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilainilai baru yang lebih positif.
e. Mengembangkan riset dan penelitian, baik yang bersifat kuantitatif
maupun kualitatif, sehingga tidak ada lagi kesan deduktifikasi ilmuilmu keislaman.
f. Memberikan
masyarakat
professional.
kontribusi
melalui
pola
terhadap
peningkatan
pengabdian
kualitas
masyarakat
yang
hidup
lebih
g. Memberikan landasan moral dan spiritual terhadap pembangunan
nasional, sehingga konsep pembangunan manusia seutuhnya dapat
tercapai.
h. Memberikan kontribusi dalam mewujudkan perdamaian dunia dan
kesejahteraan umat manusia.
2. PT. Indosat Tbk
a. Profil PT. Indosat Tbk
PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. adalah sebuah
perusahaan penyelenggara jasa telekomunikasi internasional di
Indonesia.
Indosat merupakan perusahaan telekomunikasi dan
multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa seluler (Satelindo,
IM3, StarOne). Saat ini, komposisi kepemilikan saham Indosat adalah:
publik (45,19%), ST Telemedia melalui Indonesia Communications
Limited (40,37%), serta pemerintah republik Indonesia (14,44%),
termasuk saham Seri A. Indosat juga mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Jakarta, Bursa Saham Singapura, serta Bursa Saham New York.
Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal
Asing, dan memulakan operasinya pada tahun 1969. Pada tahun 1980
Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara yang seluruh sahamnya
dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Hingga sekarang, Indosat
menyediakan layanan telekomunikasi internasional seperti SLI dan
layanan transmisi televisi antarbangsa.
PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada tahun
1993 di bawah pengawasan PT Indosat. Ia mulai beroperasi pada tahun
1994 sebagai operator GSM. Pendirian Satelindo sebagai anak
perusahaan Indosat menjadikan ia sebagai operator GSM pertama di
Indonesia yang mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pascabayar
Matrix.
Pada tahun 1994 Indosat memperdagangkan sahamnya di
Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan New York Stock
Exchange. Indosat merupakan perusahaan pertama yang menerapkan
obligasi dengan konsep syariah pada tahun 2002. Setelah itu,
pengimplementasian obligasi syariah Indosat mendapat peringkat
AA+. Nilai emisi pada tahun 2002 sebesar Rp 175.000.000.000,00.
dalam tenor lima tahun. Pada tahun 2005 nilai emisi obligasi syariah
Indosat IV sebesar Rp 285.000.000.000,00. Setelah tahun 2002
penerapan obligasi syariah tersebut diikuti oleh perusahaan-perusahaan
lainnya.
Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia melakukan
deregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar
bebas.
Dengan
demikian,
Telkom
tidak
lagi
memonopoli
telekomunikasi Indonesia. Pada tahun 2001 Indosat mendirikan PT
Indosat Multi Media Mobile (IM3) dan ia menjadi pelopor GPRS dan
multimedia di Indonesia, dan pada tahun yang sama Indosat
memegang kendali penuh PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo).
Pada akhir tahun 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94%
saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd..
Dengan demikian, Indosat kembali menjadi PMA. Pada bulan
November 2003 Indosat mengakuisisi PT Satelindo, PT IM3, dan
Bimagraha.
Penjualan 41,94% saham Indosat tersebut menimbulkan
banyak kontroversi. Pemerintah RI terus berupaya untuk membeli
kembali (buyback) saham Indosat tersebut agar pemerintah menjadi
pemegang saham yang mayoritas dan menjadikan kembali Indosat
sebagai BUMN, namun hingga kini upaya pemerintah tersebut belum
terealisasi akibat banyaknya kendala.
Layanan seluler bagi Indosat merupakan jenis layanan yang
memberikan penerimaan paling besar, yakni hingga mencapai 75%
dari seluruh penerimaan pada tahun 2006. Berdasarkan data tahun
2006, Indosat menguasai 26,9% pasar operator telepon seluler GSM
(yakni melalui Mentari dan IM3) dan 3,7% pasar operator CDMA
(melalui StarOne).
b. Produk PT. Indosat dan Target Pasarnya
Tabel. 4.1
Produk GSM Satelindo dan Indosat-M3
No.
1.
Nama Produk
Matrix
Target Pasar
• Kartu pascabayar GSM untuk
pengguna eksekutif dan umum.
2.
Matrix Auto
• Kartu prabayar-pascabayar GSM
untuk pengguna eksekutif dan
umum.
3.
Mentari
• Kartu
prabayar
GSM
untuk
pengguna umum.
4.
IM3
• Kartu prabayar dan pascabayar
GSM untuk pengguna mudamudi dan umum.
(Sumber : Profil PT. Indosat Tbk)
c. Anak Perusahaan PT. Indosat Tbk
1) PT. Indosat Mega Media (IndosatM2)
2) PT. Aplikanusa Lintasarta
3) Indosat Finance Company, B. V. (IFB)
4) Indosat International Finance Company, B. V. (IIFB)
5) Indosat Singapore, Pte. Ltd. (ISP)
6) Acasia Communications, Sdn. Bhd. (Acasia)
7) ASEAN Cableship, Pte. Ltd. (ACPL)
8) ASEAN Telecom Holdings, Sdn. Bhd. (ATH)
9) StarOne Mitra Telekomunikasi (SMT)
d. Anak Perusahaan yang Telah dimerger dengan Indosat.
1) PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) - telah diakuisisi oleh PT.
Indosat Tbk..
2) PT. Indosat Multimedia Mobile (Indosat-M3) - telah diakuisisi oleh
PT. Indosat Tbk.
3) Bimagraha - telah diakuisisi oleh PT. Indosat Tbk
E. Karakteristik Responden
Populasi
menggunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
para
konsumen
yang
pada produk IM3. Dalam hal ini objek penelitian adalah
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dipilih berdasarkan
pertimbangan terntentu yaitu dengan metode purposive sampling untuk
mewakili menjadi responden. Sample yang dipilih sebanyak 100 orang
responden. Hal ini dikarenakan peneliti mengalami beberapa hambatan dalam
penelitian seperti ; keterbatasan biaya, waktu dan tenaga. Adapun karakteristik
responden dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel. 4.2
Karakteristik Responden
Tahun Angkatan
Kategori
2003 / 2004
2004 / 2005
2005 / 2006
2006 / 2007
Res
11
50
20
19
Usia
Kategori
< 18 thn
18 – 20 thn
20 – 23 thn
23 – 25 thn
Total
100
Keterangan : Res = Responden
Jenis Kelamin
Res Kategori
5
Laki- laki
18 perempuan
51
26
100
Pengeluaran pulsa
perbulannya
Res Kategori
Res
64 < Rp. 25 rb
25
36 Rp. 25rb – 50rb
42
Rp. 50rb – 75rb
18
Rp. 75rb – 100rb 5
> Rp. 100 rb
10
100
100
Tabel 4.2 di atas, dapat dijelaskan bahwa karakteristik responden
berdasarkan tahun angkatan didominasi oleh mahasiswa angkatan tahun
2004/2005 yaitu sebanyak 50 responden. Kemudian karakteristik berdasarkan
usia didominasi oleh responden yang berusia antara 20 – 23 tahun, yaitu
sebanyak 51 responden. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin terlihat
bahwa responden laki-laki sebanyak 64 responden dan responden perempuan
sebanyak 36 responden. Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran
pulsa perbulanya didominasi oleh responden yang mengeluarkan uangnya
sebesar Rp 25.000 – 50.000 yaitu sebanyak 42 orang.
F. Hasil dan Pembasan
2. Validitas dan Reliabilitas
Instrumen yang valid adalah alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data yang valid dan dapat digunakan mengukur apa yang
hendak diukur. Instrumen yang realibel berarti instrument tersebut bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama.
Untuk mendapatkan data primer, penulis melakukan penyebaran
kuisioner pada konsumen IM3, yang dijadikan responden yaitu mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 100 responden yang dianggap
dapat mewakili.
Sebelum kuisioner diberikan kepada 100 responden, penulis
melakukan try out terhadap 10 responden dengan memberikan 31 butir
pertanyaan untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari seluruh
pernyataan tersebut. Kuisioner dibagi menjadi empat variabel utama, yaitu
ekuitas merek, harga, lingkungan sosial, dan keputusan pembelian.
Kuisioner dilakukan setelah penulis melakukan try out
terhadap 10
responden.
Tabel. 4.3
Hasil try out Item Instrumen Pengaruh Ekuitas Merek, Harga, dan
Lingkungan Sosial terhadap Keputusan Pembelian
Alpha if
Item
Deleted
Ekuitas Merek (X1)
X1-1
0.8393
X1-2
0.8561
X1-3
0.8446
X1-4
0.8519
X1-5
0.8446
X1-6
0.8534
X1-7
0.8350
X1-8
0.8560
X1-9
0.8736
X1-10
0.8437
Harga (X2)
0.6596
X2-1
X2-2
0.7238
X2-3
0.6573
X2-4
0.6989
X2-5
0.7262
Lingkungan Sosial (X3)
X3-1
0.8350
X3-2
0.8508
X3-3
0.8231
X3-4
0.7967
X3-5
0.8450
X3-6
0.8347
X3-7
0.8170
Keputusan Pembelian (Y)
Y-1
0.6484
Y-2
0.6654
Y-3
0.7702
Y-4
0.7238
Item
Pertanyaan
Keterangan
Alpha
Cronbach’s
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
0.8633
0.8633
0.8633
0.8633
0.8633
0.8633
0.8633
0.8633
0.8633
0.8633
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.7401
0.7401
0.7401
0.7401
0.7401
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.8513
0.8513
0.8513
0.8513
0.8513
0.8513
0.8513
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Valid
Valid
Tidak Valid
Valid
0.7247
0.7247
0.7247
0.7247
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Y-5
Y-6
Y-7
Y-8
Y-9
0.7092
0.6899
0.6493
0.6812
0.7221
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.7247
0.7247
0.7247
0.7247
0.7247
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber : Data primer yang telah diolah
Dari hasil try out tersebut, diperoleh data yang menyatakan bahwa
dari 31 item pertanyaan yang diberikan kepada 10 responden terdapat 2
item pertanyaan yang memiliki nilai alpha if item deleted lebih besar dari
nilai alpha cronbach’s yang berarti tidak valid. Berdasarkan arahan dari
dosen pembimbing item pertanyaan yang tidak valid ini akan dihilangkan
dan tidak digunakan sebagai item pertanyaan pada kuisioner. Kemudian
dari hasil try out tersebut, diperoleh juga data yang menyatakan bahwa
semua item pertanyaan nilai alpha if item deleted lebih besar dari 0.60
yang berarti semua item pertanyaan dinyatakan reliable. Selanjutnya
setelah merubah kuisioner dengan menghilangkan dua item pertanyaan
yang tidak valid, peneliti membagikannya kepada 100 responden.
3. Penemuan dan Pembasan
Pengaruh ekuitas merek, harga, dan lingkungan sosial terhadap
keputusan pembelian IM3 akan dilihat dari indikator masing-masing
variabel. Berikut adalah hasil output kuisioner yang diberikan kepada
responden mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
a. Ekuitas Merek (X1)
Adapun dalam variabel ekuitas merek pada kuisioner penulis
memasukan sepuluh pertanyaan pertanyaan,
karena
ada satu
pertanyaan yang tidak valid maka hanya sembilan pertanyaan yang
menjadi indikator, dan hasil outputnya sebagai berikut :.
Tabel. 4.4
Saya merasa tidak asing dengan merek IM3
Valid
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Frequency
6
41
53
100
Percent
6.0
41.0
53.0
100.0
Valid Percent
6.0
41.0
53.0
100.0
Percent
Percent
6.0
47.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel tersebut terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, tidak setuju, 6 responden menjawab
ragu-ragu, 41 responden menjawab setuju, dan 53 rensponden
menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini menunjukkan bahwa
merek sudah tidak asing lagi dikalangan responden. Terlihat dari
jumlah responden yang menjawab sangat setuju berjumlah 53
responden dan yang menjawab setuju berjumlah 41 responden..
Tabel. 4.5
Saya merasa mengenal merek IM3
Valid
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Frequency
10
Percent
10.0
Valid Percent
10.0
Cumulative
Percent
10.0
57
57.0
57.0
67.0
33
100
33.0
100.0
33.0
100.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat tidak satupun responden yang menjawab
sangat tidak setuju, tidak setuju, 10 responden menjawab ragu-ragu, 57
responden menjawab setuju, dan 33 responden menjawab sangat
setuju. Dari pertanyaan ini sebagian besar menyatakan setuju bahwa
responden merasa mengenal merek IM3.
Tabel. 4.6
Saya tahu tentang merek IM3
Valid
Ragu-ragu
Frequency
18
Setuju
Sangat Setuju
Total
Percent
18.0
Valid Percent
18.0
Cumulative
Percent
18.0
56
56.0
56.0
74.0
26
100
26.0
100.0
26.0
100.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, tidak setuju, 18 responden menjawab
ragu-ragu, 56 responden menjawab setuju dan 26 responden menjawab
sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian besar responden
menyatakan setuju dan sangat setuju, ini menunjukkan bahwa mereka
tahu tentang merek IM3.
Tabel. 4.7
Merek IM3 mudah saya ingat
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Frequency
1
Percent
1.0
Valid Percent
1.0
Cumulative
Percent
1.0
15
49
15.0
49.0
15.0
49.0
16.0
65.0
35
35.0
35.0
100.0
100
100.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat tidak satupun responden menjawab sangat
tidak setuju, 1 responden menjawa tidak setuju, 15 responden
menjawab ragu-ragu, 49 responden menjawab setuju, dan 35
responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini kebanyakan
responden menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa merek IM3
mudah mereka ingat. Terlihat dari 49 responden menjawab setuju dan
35 responden menjawab sangat setuju.
Tabel. 4.8
Saya dapat dengan cepat mengingat merek IM3
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Ragu-ragu
15
15.0
15.0
15.0
Setuju
54
54.0
54.0
69.0
Sangat Setuju
31
31.0
31.0
100.0
Total
Dari
100
100.0
tabel di atas terlihat
tidak
ada satupun100.0
responden
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel diatas terlihat tidak satupun responden menjawab sangat
tidak setuju, tidak setuju, 15 responden menjawab ragu-ragu, 54
responden menjawab setuju, dan 31 responden menjawab sangat
setuju. Dari hasil output tersebut dapat diketahui bahwa merek IM3
dapat dengan cepat diingat oleh responden. Terlihat dari banyaknya
responden yang menjawab setuju dan sangat setuju.
Tabel. 4.9
Beberapa karakteristik merek IM3 mudah dibayangkan
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Cumulative
Percent
3.0
22.0
19
Percent
3.0
19.0
Valid Percent
3.0
19.0
54
54.0
54.0
76.0
24
100
24.0
100.0
24.0
100.0
100.0
Frequency
3
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel 4.9 diatas terlihat tidak ada satupun responden menjawab
sangat tidak setuju, 3 responden menjawab tidak setuju, 19 responden
menjawab ragu-ragu, 54 responden menjawab setuju, dan 24
responden menjawab sangat setuju. Secara rata-rata dari pertanyaan ini
responden menyatakan setuju bahwa beberapa karakteristik merek IM3
mudah dibayangkan.
Tabel. 4.10
IM3 mempunyai kualitas dan pelayanan yang berbeda
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Frequency
3
31
43
23
100
Percent
3.0
31.0
43.0
23.0
100.0
Valid Percent
3.0
31.0
43.0
23.0
100.0
Cumulative
Percent
3.0
34.0
77.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel 4.10 di atas terlihat tidak satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 3 responden menjawab tidak setuju, 31
responden menjawab ragu-ragu, 43 responden menjawab setuju, dan
23 responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian
besar menyatakan setuju, ini menunjukkan bahwa IM3 mempunyai
kualitas dan pelayanan yang berbeda.
Tabel. 4.11
Merek IM3 tampil berbeda dan menarik
Valid
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Frequency
25
54
21
Percent
25.0
54.0
21.0
Valid Percent
25.0
54.0
21.0
100
100.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Cumulative
Percent
25.0
79.0
100.0
Tabel di atas terlihat tidak ada satupun responden menjawab
sangat tidak setuju, tidak setuju, 25 responden menjawab ragu-ragu, 54
responden menjawab setuju, dan 21 responden menjawab sangat
setuju. Dari pertanyaan ini sebaian besar responden menyatakan setuju
bahwa merek IM3 tampil berbeda dan menarik. Terlihat dari 54
responden yang menjawab setuju.
Tabel. 4.12
Kemasan produk IM3 dirasa cukup menarik
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Frequency
3
Percent
3.0
Valid Percent
3.0
Cumulative
Percent
3.0
14
14.0
14.0
17.0
72
11
72.0
11.0
72.0
11.0
89.0
100.0
100
100.0
100.0
Setuju
Sangat Setuju
Total
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat ada satu responden menjawab sangat tidak
setuju, 3 responden menjawab tidak setuju, 14 responden menjawab
ragu-ragu, 72 responden menjawab setuju, dan 11 responden
menjawab sangat setuju. Sebagian besar responden dari pertanyaan ini
menyatakan setuju bahwa kemasan produk IM3 dirasa cukup menarik.
Terlihat dari 72 responden yang menjawab setuju.
b. Harga (X2)
Adapun dalam
variabel harga
pada kuisioner
penulis
memasukkan lima pertanyaan, yang hasil outputnya sebagai berikut :
Tabel. 4.13
IM3 Menurunkan tarif telepon dan tarif sms untuk beberapa waktu tertentu
Valid
Frequency
1
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
6
Ragu-ragu
21
Setuju
50
Sangat Setuju
22
Total
100
Percent
1.0
6.0
21.0
50.0
22.0
100.0
Valid Percent
1.0
6.0
21.0
50.0
22.0
100.0
Cumulative
Percent
1.0
7.0
28.0
78.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat ada satu responden menjawab sangat tidak
setuju, 6 responden menjawab tidak setuju, 21 responden menjawab
ragu-ragu, 50 responden menjawab setuju, dan 22 responden
menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini kebanyakan responden
menyatakan setuju dan sangat setuju, ini menunjukkan bahwa IM3
menurunkan tarif telepon dan sms untuk beberapa waktu tertentu.
Tabel. 4.14
IM3 Memberikan harga promosi untuk program dan layanan baru
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Frequency
4
Percent
4.0
Valid Percent
4.0
Cumulative
Percent
4.0
20
20.0
20.0
24.0
50
26
50.0
26.0
50.0
26.0
74.0
100.0
100
100.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 4 responden menjawab tidak setuju, 20
responden menjawab ragu-ragu, 50 responden menjawab setuju, dan
26 responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian
besar responden menyatakan setuju bahwa IM3 memberikan harga
promosi untuk program dan layanan baru.
Tabel. 4.15
Saya mendapatkan gratis sms sepuasnya ke sesama anggota Ceesan, setelah menelpon sebesar Rp. 2000
Frequency
Valid
Tidak Setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
5
5.0
5.0
5.0
Ragu-ragu
26
26.0
26.0
31.0
Setuju
32
32.0
32.0
63.0
100.0
Sangat Setuju
Total
37
37.0
37.0
100
100.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel 4.15 di atas terlihat tidak satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 5 responden menjawad tidak setuju, 26
responden menjawab ragu-ragu, 32 responden menjawab setuju, dan
37 responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian
besar responden menyatakan setuju mereka mendapatkan gratis sms
sepuasnya kesesama anggota Ce-esan setelah menelpon sebesar
Rp.2000.
Tabel. 4.16
Saya mendapatkan gratis 10 sms, setelah mengirim 10 sms
Valid
Tidak Setuju
Frequency
2
Percent
2.0
Valid Percent
2.0
Cumulative
Percent
2.0
Ragu-ragu
23
23.0
23.0
25.0
Setuju
32
32.0
32.0
57.0
43
100
43.0
100.0
43.0
100.0
100.0
Sangat Setuju
Total
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel 4.16 di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 2 responden menjawab tidak setuju, 23
responden menjawab ragu-ragu, 32 responden menjawab setuju, dan
43 responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian
besar menyatakan setuju bahwa mereka mendapatkan gratis 10 sms
setelah mengirim 10 sms.
Tabel. 4.17
IM3 memberikan potongan tarif pada waktu-waktu tertentu
(hari raya lebaran, natal, tahun baru dan liburan
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
26
Percent
3.0
26.0
Valid Percent
3.0
26.0
Cumulative
Percent
3.0
29.0
46
25
46.0
25.0
46.0
25.0
75.0
100.0
100
100.0
100.0
Frequency
3
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat tidak satupun responden yang menjawab
sangat tidak setuju, 3 responden menjawad tidak setuju, 26 responden
menjawab ragu-ragu, 46 responden menjawab setuju, dan 25
responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian besar
menyatakan setuju bahwa IM3 memberikan potongan tarif pada
waktu-waktu tertentu (hari raya lebaran, natal, tahun baru, dan
liburan).
c. Lingkungan Sosial
Adapun dalam variabel lingkungan sosial penulis memasukkan
tujuh pertanyaan, yang hasil outputnya adalah sebagai berikut :
Tabel. 4.18
Teman anda memberikan informasi tentang produk IM3
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Percent
5.0
Valid Percent
5.0
Cumulative
Percent
5.0
29
60
6
29.0
60.0
29.0
60.0
34.0
94.0
6.0
6.0
100.0
100
100.0
100.0
Frequency
5
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat ada satu responden yang menjawab sangat
tidak setuju, 5 responden menjawab tidak setuju, 29 responden
menjawab ragu-ragu, 60 responden menjawab setuju, dan 6 responden
menjawab sangat setuju. Pertanyaan ini menunjukkan bahwa
kebanyakan responden mendapatkan informasi tentang IM3 dari teman
mereka.
Tabel. 4.19
Teman dekat anda mengajak anda untuk menggunakan IM3
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Frequency
9
Percent
9.0
Valid Percent
9.0
Cumulative
Percent
9.0
40
40.0
40.0
49.0
44
7
44.0
44.0
93.0
7.0
100.0
7.0
100.0
100.0
100
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel 4.19 di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 9 responden menjawad tidak setuju, 40
responden menjawab ragu-ragu, 44 responden menjawab setuju, dan 7
responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian besar
menyatakan setuju bahwa teman dekat mereka mengajak untuk
menggunakan IM3. Ini menunjukkan bahwa lingkungan (temanteman) memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian IM3.
Tabel. 4.20
Teman-teman anda banyak yang menggunakan IM3 sehingga anda
termotivasi untuk menggunakannya
Valid
Frequency
8
Tidak Setuju
Ragu-ragu
39
Data
Primer yang telah diolah
Setuju
45
Sangat Setuju
8
Total
100
Percent
8.0
39.0
Valid Percent
8.0
39.0
45.0
8.0
100.0
45.0
8.0
100.0
Cumulative
Percent
8.0
47.0
92.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel 4.20 di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 8 responden menjawad tidak setuju, 39
responden menjawab ragu-ragu, 45 responden menjawab setuju, dan 8
responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian besar
responden menyatakan setuju bahwa teman-teman mereka banyak
yang menggunakan IM3 sehingga mereka merasa termotivasi untuk
menggunakannya. Terlihat dari 45 responden menjawab setuju.
Tabel. 4.21
IM3 mencerminkan gaya hidup mahasiswa / anak muda
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Frequency
10
Percent
10.0
Valid Percent
10.0
Cumulative
Percent
10.0
39
37
39.0
37.0
39.0
37.0
49.0
86.0
14
100
14.0
100.0
14.0
100.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Dari tabel di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 10 responden menjawad tidak setuju, 39
responden menjawab ragu-ragu, 37 responden menjawab setuju, dan
14 responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian
besar responden menyatakan setuju bahwa IM3 mencerminkan gaya
hidup mahasiswa / anak muda. Ini sesuai dengan target pasar Indosat
yaitu kartu seluler yang diperuntukkan untuk muda-mudi.
Tabel. 4.22
Keluarga anda memberikan informasi tentang produk IM3
Valid
Frequency
Sangat Tidak Setuju
1
Tidak Setuju
34
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
43
18
4
100
Percent
1.0
Valid Percent
1.0
Cumulative
Percent
1.0
34.0
34.0
35.0
43.0
18.0
43.0
18.0
78.0
96.0
4.0
100.0
4.0
100.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat ada 1 responden yang menjawab sangat
tidak setuju, 34 responden menjawab tidak setuju, 43 responden
menjawab ragu-ragu, 18 responden menjawab setuju, dan 4 responden
menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian besar responden
menyatakan tidak setuju bahwa keluarga mereka memberikan
informasi tenang IM3. Ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden
tidak
mendapatkan
keluarganya.
informasi
tentang
IM3
dari
lingkungan
Tabel. 4.23
Keluarga anda menyuruh anda untuk menggunakan IM3
Valid
Frequency
Sangat Tidak Setuju
3
Tidak Setuju
30
Valid Percent
3.0
Cumulative
Percent
3.0
48
30.0
48.0
30.0
48.0
33.0
81.0
18
1
18.0
1.0
18.0
1.0
99.0
100.0
100
100.0
100.0
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Percent
3.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat ada 3 responden menjawab sangat tidak
setuju, 30 responden menjawab tidak setuju, 48 responden menjawab
ragu-ragu, 18 responden menjawab setuju, dan satu responden
menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini kebanyakan responden
menyatakan tidak setuju bahwa keluarga mereka menyuruh unutuk
menggunakan produk IM3. ini menunjukkan bahwa lingkungan
keluarga tidak memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan
IM3.
Tabel. 4.24
Anggota keluarga banyak yang menggunakan IM3 sehingga anda
termotivasi untuk menggunakannya
Valid
Frequency
Sangat Tidak Setuju
4
Tidak Setuju
21
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Percent
4.0
21.0
Valid Percent
4.0
21.0
Cumulative
Percent
4.0
25.0
49
21
49.0
21.0
49.0
21.0
74.0
95.0
5
5.0
100.0
5.0
100.0
100.0
100
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel 4.24 di atas terlihat ada 4 responden menjawab sangat
tidak setuju,
21 responden menjawab tidak setuju, 49 responden
menjawab ragu-ragu, 21 responden menjawab setuju, dan 5 responden
menjawab sangat setuju. Sebagian besar dari pertanyaan ini responden
menyatakan ragu-ragu bahwa anggota keluarga mereka banyak yang
menggunakan IM3 sehingga mereka merasa termotivasi untuk
menggunakannya. Terlihat dari 49 responden menjawab ragu-ragu.
d. Keputusan Pembelian
Adapun dalam variabel keputusan pembelian pada kuisioner
penulis memasukkan sembilan pertanyaan, karena ada satu pertanyaan
yang tidak valid maka hanya delapan pertanyaan yang menjadi
indikator, dan hasil outputnya adalah sebagai berikut :
Tabel. 4.25
Produk sesuai dengan kebutuhan
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Frequency
1
11
71
17
100
Percent
1.0
11.0
71.0
17.0
100.0
Valid Percent
1.0
11.0
71.0
17.0
100.0
Cumulative
Percent
1.0
12.0
83.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 1 responden menjawab tidak setuju, 11
responden menjawab ragu-ragu, 71 responden menjawab setuju, dan
17 responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian
besar menyatakan setuju bahwa produk sesuai dengan kebutuhan
mereka.
Tabel. 4.26
Anda mendapatkan informasi tentang IM3 dari keluarga, teman,
dan tetangga.
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Frequency
7
Percent
7.0
Valid Percent
7.0
Cumulative
Percent
7.0
14
69
14.0
69.0
14.0
69.0
21.0
90.0
100.0
10
10.0
10.0
100
100.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel 4.26 di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 7 responden menjawab tidak setuju, 14
responden menjawab ragu-ragu, 69 responden menjawab setuju, dan
10 responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian
besar
menyatakan
setuju,
ini
menunjukkan
bahwa
mereka
mendapatkan informasi tentang IM3 dari keluarga, teman, dan
tetangga. Terlihat dari 69 responden menjawab setuju.
Tabel. 4.27
Anda mendapatkan Informasi tentang IM3 dari media reklame
(baliho, spanduk)
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Percent
3.0
Valid Percent
3.0
Cumulative
Percent
3.0
16
16.0
16.0
19.0
65
16
65.0
16.0
65.0
16.0
84.0
100.0
100
100.0
100.0
Frequency
3
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 3 responden menjawab tidak setuju, 16
responden menjawab ragu-ragu, 65 responden menjawab setuju, dan
16 responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian
besar menyatakan setuju bahwa mereka mendapatkan informasi
tentang IM3 dari media reklame (baliho/spanduk).
Tabel. 4.28
Sebelum membeli, anda membandingkan IM3 dengan merek lainnya
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Frequency
2
11
Percent
2.0
11.0
51
36
51.0
36.0
51.0
36.0
100
100.0
100.0
Setuju
Sangat Setuju
Total
Valid Percent
2.0
11.0
Cumulative
Percent
2.0
13.0
64.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel 4.28 di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 2 responden menjawab tidak setuju, 11
responden menjawab ragu-ragu, 51 responden menjawab setuju, dan
36 responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian
besar
menyatakan
setuju
bahwa
sebelum
membeli
mereka
membandingkan dengan merek lainnya.
Tabel. 4.29
Sebelum membeli IM3, anda memiliki pertimbangan tertentu,
misalnya insentif promosi yang ditawarkan dan harga
Valid
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Frequency
23
45
Percent
23.0
45.0
Valid Percent
23.0
45.0
32
100
32.0
100.0
32.0
100.0
Cumulative
Percent
23.0
68.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju, 23 responden
menjawab ragu-ragu, 45 responden menjawab setuju, dan 32
responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian besar
menyatakan setuju bahwa sebelum membeli IM3 mereka memiliki
pertimbangan tertentu misalnya insentif promosi yang ditawarkan dan
harga. Terlihat dari 45 responden yang menjawab setuju dan 32
responden menjawab sangat setuju.
Tabel. 4.30
Anda memutuskan membeli IM3, karena kualitas dan
pelayananya sesuai dengan apa yang anda inginkan
Valid
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Frequency
20
48
Percent
20.0
48.0
Valid Percent
20.0
48.0
Cumulative
Percent
20.0
68.0
100.0
32
32.0
32.0
100
100.0
100.0
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel 4.30 di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju, 20 responden
menjawab ragu-ragu, 48 responden menjawab setuju, dan 32
responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian besar
jawaban responden menyatakan setuju bahwa mereka membeli IM3
karena kualitas dan pelayanannya sesuai dengan apa yang mereka
inginkan.
Tabel. 4.31
Anda memutuskan membeli IM3, karena fitur-fitur dan layanan
yang disediakan sesuai dengan apa yang anda inginkan
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Percent
1.0
Valid Percent
1.0
Cumulative
Percent
1.0
25
40
25.0
40.0
25.0
40.0
26.0
66.0
34
100
34.0
100.0
34.0
100.0
100.0
Frequency
1
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 1 responden menjawab tidak setuju, 25
responden menjawab ragu-ragu, 40 responden menjawab setuju, dan
34 responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian
besar menyatakan setuju bahwa mereka memutuskan membeli IM3,
karena fitur-fitur dan layanan yang disediakan sesuai dengan apa yang
mereka inginkan.
Tabel. 4.32
Anda memutuskan membeli IM3 karena harganya relatif lebih murah
Valid
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju
Total
Percent
1.0
Valid Percent
1.0
Cumulative
Percent
1.0
15
15.0
15.0
16.0
49
35
49.0
35.0
49.0
35.0
65.0
100.0
100
100.0
100.0
Frequency
1
Sumber : data primer yang telah diolah
Tabel di atas terlihat tidak ada satupun responden yang
menjawab sangat tidak setuju, 1 responden menjawab tidak setuju, 15
responden menjawab ragu-ragu, 49 responden menjawab setuju, dan
35 responden menjawab sangat setuju. Dari pertanyaan ini sebagian
besar menyatakan setuju, ini menunjukkan bahwa mereka memutuskan
membeli IM3 karena harganya relatif lebih murah.
4. Hasil Analisis
a. Uji Normalitas
Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti
asumsi distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak
mengikuti asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran
data yang diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang
bersangkutan (Nurgiyantoro dkk, 2000). Dengan demikian, analisis
statistika yang pertama harus digunakan dalam rangka analisis data
adalah analisis statistik berupa uji normalitas.
Tabel. 4.33
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Asymp. Sig. (2tailed)
Ekuitas
Merk
(X1)
100
.473
100
Faktor
Lingkungan
(X3)
100
Keputusan
Pembelian
(Y)
100
.091
.094
.087
Harga
(X2)
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data
1) Uji Normalitas Ekuitas Merk (X1)
Hasil uji normalitas pada data Ekuitas Merk (X1),
berdasarkan uji kolmogorov-Smirnov diperoleh angka probabilitas
sebesar 0.473 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5 %
atau (0.05), maka diketahui nilai probabilitas 0.473 lebih besar dari
0.05, maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
2) Uji Normalitas Harga (X2)
Hasil uji normalitas pada data Harga (X2), berdasarkan uji
kolmogorov-Smirnov diperoleh angka probabilitas sebesar 0.091
dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5 % atau (0.05),
maka diketahui nilai probabilitas 0.091 lebih besar dari 0.05, maka
H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal.
3) Uji Normalitas Lingkungan Sosial (X3)
Hasil uji normalitas pada data Lingkungan Sosial (X3),
berdasarkan uji kolmogorov-Smirnov diperoleh angka probabilitas
sebesar 0.94 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5 % atau
(0.05), maka diketahui nilai probabilitas 0.94 lebih besar dari 0.05,
maka
H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
4) Uji Normalitas Keputusan Pembelian (Y)
Hasil uji normalitas pada data Keputusan Pembelian (Y),
berdasarkan uji kolmogorov-Smirnov diperoleh angka probabilitas
sebesar 0.087 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5 %
atau (0.05), maka diketahui nilai probabilitas 0.087 lebih besar dari
0.05, maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
1.00
.75
Expected Cum Prob
.50
.25
0.00
0.00
.25
.50
.75
1.00
Observed Cum Prob
Gambar 4.1
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)
Dan apabila dilihat secara keseluruhan, dari gambar P-P plot of
regression standardized residual diatas dapat terlihat bahwa sebaran
data regresi antara Ekuitas Merk (X1), Harga (X2), Faktor Lingkungan
(X3) dengan Keputusan Pembelian (Y) berada disekitar garis regresi
yang mengarah ke kanan sehingga data tersebut berdistribusi normal.
b. Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda
1) Multikolinearitas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya variabel independent yang memiliki kemiripan dengan
variabel independent lain dalam satu model. Dalam penelitian ini,
ada tidaknya gejala multikolinieritas dilihat dari nilai tolerance dan
Variance Inflation Faktor (VIF). Berikut hasil uji multikolinieritas
:
Tabel. 4.34
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Ekuitas Merk (X1)
Harga (X2)
Faktor Lingkungan (X3)
Tolerance
.939
VIF
1.065
.914
1.094
.972
1.029
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)
Berdasarkan pada tabel 4.34 di atas, dapat dijelaskan bahwa
model regresi pada penelitian ini tidak mengalami gangguan
multikolinieritas atau tidak terdapat korelasi antar variabel bebas.
Hal ini dilihat pada nilai tolerance untuk kelima variabel bebas
yang tidak kurang dari 0,1 dan nilai Variance Inflation Factor
(VIF) tidak lebih dari 10.
2) Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukan bahwa variasi variabel
tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas
kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukan
hubungan yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih
variabel. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot
dapat dilihat pada gambar berikut :
Regression Studentized Deleted (Press) Residual
Scatterplot
Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)
2
1
0
-1
-2
-3
-3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4.2
Scatterplot
Gambar 4.2 yaitu grafik scatterplots terlihat bahwa titiktitik dari data menyebar secara acak serta tersebar baik di atas
maupun di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk
suatu pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi
layak digunakan untuk memprediksi Keputusan Pembelian.
c. Analisis Regresi Linier Berganda
1) Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.35
Model Summaryb
Model
1
R
.644a
R Square
.415
Adjusted
R Square
.397
Std. Error of
the Estimate
1.44532
a. Predictors: (Constant), Faktor Lingkungan (X3),
Ekuitas Merk (X1), Harga (X2)
b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan variabel independen (ekuitas merek, harga,
dan lingkungan sosial) menjelaskan variabel dependen (keputusan
pembelian).
Tabel diatas didapat nilai Adjusted R Square sebesar 0.397
(39.7%), Ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi
yang didapatkan dimana variabel independen yaitu faktor lingkungan
(X3) dan harga (X2) dan Ekuitas Merk (X1), memiliki pengaruh
terhadap perubahan variabel keputusan pembelian sebesar 39.7%.
Sedangkan sisanya 60.3% dijelaskan dengan faktor atau variabel lain
yang tidak diketahui dan tidak termasuk dalam analisis regresi ini.
Karena pada dasarnya keputusan pembelian dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor, seperti periklanan, sales promotion, public relation,
direct marketing. Tidak menutup kemungkinan faktor-faktor tersebut
memiliki pengaruh yang besar terhadap keputusan pembelian IM3.
2) Persamaan Regresi Berganda
Tabel 4. 36
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
Model
1
(Constant)
12.519
2.451
Ekuitas Merk (X1)
.262
.055
.387
Harga (X2)
.200
.059
.275
Faktor Lingkungan (X3) .275
.051
.429
t
5.107
4.800
3.367
5.420
Sig.
.000
.000
.001
.000
a. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)
Pada output ini, dikemukakan nilai koefisien dari persamaan
regresi. Dalam kasus ini, persamaan regresi berganda yang digunakan
adalah :
Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ε
dimana :
Y
= Keputusan Pembelian
X1 = Ekuitas Merk
X2 = Harga
X3 = Faktor Lingkungan
Dari output didapatkan model persamaan regresi :
Persamaan Model 1 : Y = 12.519 + 0.262 X1 + 0.200 X2 + 0.275 X3
Persamaan regresi berganda ini merupakan model terbaik, karena
variabel independen yang dimasukkan dalam persamaan regresi
merupakan variabel yang memberikan pengaruh terhadap variabel
dependennya.
Dari model regresi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
(a) Konstanta sebesar 12.519 menyatakan bahwa jika tidak ada nilai
Harga dan Faktor Lingkungan, maka besarnya Keputusan
Pembelian adalah sebesar 12.519.
(b) Koefisien regresi X1 (Ekuitas Merk) sebesar 0.262 menyatakan
bahwa setiap penambahan 1 (karena tanda +) dari variabel Ekuitas
Merk, maka nilai Y (Keputusan Pembelian) akan bertambah
sebesar 0.262.
(c) Koefisien regresi X2 (Harga) sebesar 0.200 menyatakan bahwa
setiap penambahan 1 (karena tanda +) dari Harga, maka nilai Y
(Keputusan Pembelian) akan bertambah sebesar 0.200.
(d) Koefisien
regresi X3
(Faktor
Lingkungan)
sebesar
0.275
menyatakan bahwa setiap penambahan 1 (karena tanda +) dari
Faktor Lingkungan, maka nilai Y (Keputusan Pembelian) akan
bertambah sebesar 0.275.
Persamaan model ini, menunjukkan bahwa pengaruh variabel
ekuitas merek (X1), harga (X2), dan Lingkungan Sosial (X3)
berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian IM3 mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dan berdasarkan nilai koefisien regresi pada setiap variabel, jika
variabel bebas diurutkan dari pengaruh terbesar sampai pengaruh
terkecil, maka pertama adalah lingkungan sosial (X3), kedua adalah
ekuitas merek (X1), dan ketiga adalah harga (X1). Jadi berdasarkan
nilai koefisien regresi variabel yang paling berpengaruh terhadap
keputusan pembelian IM3 adalah variabel lingkungan sosial.
Menurut William dan Richard (1989 : 473), Konsumen cenderung
lebih terpengaruh oleh grup referensi (lingkungan sosial) jika
informasi
yang diberikan dianggap
sahih dan relevan pada
permasalahan yang dihadapi, dan sumber yang memberikan informasi
tersebut dapat dipercaya. Selain itu konsumen biasanya menyesuaikan
diri dengan keinginan grup referensi jika (1) mereka percaya bahwa
grup tersebut dapat mengontrol imbalan dan hukuman, (2) perilakunya
nyata atau dapat diketahui oleh grup, dan (3) mereka dimotivasi untuk
mendapatkan imbalan atau menghindari hukuman.
Pada umumnya mahasiswa banyak berinteraksi sosial langsung di
lingkungan kampus dan tempat tinggal. Dimana interaksi ini dilakukan
dengan keluarga, teman-teman, kelompok referensi, atau oraganisasi.
Interaksi langsung sosial ini dapat memiliki pengaruh yang kuat pada
perilaku konsumen yaitu pengetahuan dan perasaan konsumen tentang
produk, toko, atau iklan dan pada perilaku konsumen mereka.
Dalam melakukan interaksi sudah pasti adanya komunikasi, dan
interaksi yang efektif itu membutuhkan komunikasi dua arah atau
secara timbal balik. Sehingga mereka yang biasa berkomunikasi
dengan menggunakan telepon seluler, akan menyesuaikan dengan
lingkungannya. Produk kartu seluler apa yang banyak digunakan.
Karena dengan menggunakan kartu seluler yang sama (sesama
operator) biayanya relatif lebih murah.
Keadaan ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan strategi
pemasarannya
dan
strategi
komunikasinya.
Bagaimana
cara
membangun sebuah komunitas pelanggan yang dapat memberikan
pengaruh terhadap konsumen lain yang belum bergabung dan
bagaimana mempertahankan konsumen lamanya.
Menurut Hermawan Kartajaya pun pada era new wave marketing
sekarang ini langkah awal yang harus dilakukan dalam menyusun
strategi pemasaran bukan lagi mensegmentasikan pasar, melainkan
communitization. Menurutnya, new wave marketer harus bisa
membentuk suatu komunitas atau memanfaatkan komunitas yang
sudah ada. Karena dengan adanya komunitas dapat terjadi relasi
pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut, dan karena
adanya kesamaan interest.
d. Pengujian Hipotesis
1) Uji Simultan (uji F)
Pengujian hipotesis secara simultan bertujuan untuk mengukur
besarnya pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel terikatnya. Hasil hipotesis yang dalam pengujian ini adalah :
Tabel 4.37
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
142.370
200.540
342.910
df
3
96
99
Mean Square
47.457
2.089
F
22.718
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), Faktor Lingkungan (X3), Ekuitas Merk (X1), Harga (X2)
b. Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)
Pada tabel analisis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F yang
dapat dipergunakan untuk memprediksi kontribusi aspek-aspek
variabel Ekuitas Merk, Harga, Faktor Lingkungan terhadap variable
Keputusan Pembelian. Dari penghitungan didapat nilai F hitung pada
model 1 didapat sebesar 22.718. Dengan tingkat signifikansi sebesar
5% dan df1 = 3 dan df2 = 96, didapat nilai Ftabel = 2.70. Karena nilai
Fhitung (22.718) > nilai Ftabel (2.70) maka dapat disimpulkan bahwa
ketiga variabel independen yaitu Ekuitas Merk, Harga dan Faktor
Lingkungan sosial dengan signifikan memberikan kontribusi yang
besar terhadap variabel Keputusan Pembelian IM3. Sehingga model
regresi yang didapatkan layak digunakan untuk memprediksi.
2) Uji Parsial (uji t)
Pengujian
hipotesis
secara
parsial
dimaksudkan
untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas secara parsial
terhadap variabel terikat. Hasil hipotesis yang dalam pengujian ini
adalah :
Tabel 4.38
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
Std. Error
B
Beta
1
(Constant)
12.519
2.451
Ekuitas Merk (X1)
.262
.055
.387
Harga (X2)
.200
.059
.275
Faktor Lingkungan (X3)
.275
.051
.429
t
5.107
4.800
3.367
5.420
Sig.
.000
.000
.001
.000
a.Dependent Variable: Keputusan Pembelian (Y)
Berdasarkan pada tabel di atas, pengujian hipotesis secara
parsial pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
(a) Menguji signifiknasi koefisien variabel ekuitas merek (X1)
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Ekuitas Merk adalah
4.8, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0.05,
karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α
dibagi dua menjadi 0.025, dan df = 98 (didapat dari rumus n-2,
dimana n adalah jumlah data, 100-2=98). Didapat ttabel adalah 1.98.
Oleh karena thitung > ttabel, (4.8 > 2.276), maka H 0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien ekuitas merek
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil
penelitian ini serupa dengan yang dilakukan oleh Nurjannah
(2007), yang menunjukkan bahwa ekuitas merek berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
ekuitas
merek
IM3
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian IM3.
Apabila ekuitas merek tersebut dilihat dari dimensi kesadaran
merek, dapat disimpulkan bahwa responden telah mencapai
kesadaran akan merek IM3 didalam benaknya. Sehingga responden
mampu mengenali dan mengingat keberadaan merek IM3 didalam
benaknya. Sehingga responden mampu mengenali dan mengingat
keberadaan merek IM3 diantara merek lainnya yang merupakan
bagian dari kategori produk yang sama. Seperti yang telah
dikemukakan oleh Prakas Nedungadi (1990) yang membuktikan
pengingatan terhadap merek mempengaruhi keputusan pembelian
yang dilakukan oleh pelanggan (dalam jurnal usahawan NO. 5, Th
XXXI, Mei 2002).
Dan apabila ekuitas merek dilihat dari dimensi asosiasi
merek, responden sudah memiliki kesan yang berkaitan dengan
ingatan mengenai merek IM3. seperti yang diungkapkan Aaker
(1997:160), suatu asosiasi merek adalah segala sesuatu atau kesan
yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah merek. Citra
merek IM3 yang spesifik dan persepsi yang telah terbentuk
didalam benak responden mengenai karakteristik atau atribut yang
terkait dengan merek IM3, membuat responden menjadikannya
sebagai salah
satu
bahan pertimbangan dalam
keputusan
pembeliannya.
(b) Menguji signifiknasi koefisien variabel harga (X2)
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Harga adalah 3.367,
Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0.05, karena
digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi
dua menjadi 0.025, dan df = 98 (didapat dari rumus n-2, dimana n
adalah jumlah data, 100-2=98). Didapat ttabel adalah 1.98.
Oleh karena thitung > ttabel, (3.367 > 2.276), maka H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien Harga berpengaruh
signifikan terhadap Keputusan Pembelian. Hasil penelitian ini
serupa dengan yang dilakukan oleh Ahmad Raka Andanya (2007),
yang menunjukkan bahwa variabel Harga berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian.
Hal ini menunjukan bahwa keputusan pembelian produk
kartu seluler IM3 dipengaruhi oleh faktor harga. Apabila dilihat
dari perilaku konsumen, perilaku pembelian atau pengambilan
keputusan konsumen memang berbeda-beda, bergantung pada jenis
keputusan pembelian. Keputusan untuk membeli pasta gigi, raket
tenis, komputer pribadi, dan mobil baru akan sangat berbeda.
Apabila dikaitkan dengan kondisi persaingan operator
seluler sekarang ini, dimana persaingannya lebih kepada arah
perang tarif. Kondisi ini menunjukkan bahwa tidak banyak
perbedaan dari masing-masing produk sehingga persaingan lebih
kepada tingkat harga. Sebagian konsumen memang sensitif
terhadap harga, apalagi untuk konsumen yang berpenghasilan
rendah. Dan terbukti dalam penelitian ini faktor harga berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan pembelian IM3.
(c) Menguji signifiknasi koefisien variabel lingkungan sosial (X3)
Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Faktor Lingkungan
adalah 5.420, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α
= 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel,
nilai α dibagi dua menjadi 0.025, dan df = 98 (didapat dari rumus
n-2, dimana n adalah jumlah data, 100-2 = 98). Didapat ttabel adalah
1.98.
Oleh karena thitung > ttabel, (5.420 > 1.98), maka H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien Faktor Lingkungan
berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian.
Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan sosial berpengaruh
terhadap keputusan pembelian IM3 pada mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Lingkungan sosial ini diantaranya keluarga,
taman dekat, grup sosial formal, grup hobi, dan tetangga. Hasil
penelitian ini serupa dengan yang dilakukan oleh Abdurachman
Ujianto (2004), yang menunjukkan bahwa variabel acuan atau
lingkungan sosial berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian.
Menurut J. Paul dan Jerry (2000:105) ada tiga jenis
pengaruh yang diberikan oleh grup referensi yaitu informasional,
utilitarian, dan ekspresi nilai. Ketiga jenis pengaruh inilah yang
mempengaruhi respoden dalam keputusan pembelian IM3.
Misalnya, sebagai grup referensi pengguna kartu IM3, pengguna
kartu dapat menjadi sumber informasi bagi teman-temannya
(melalui
perbincangan
langsung),
imbalan
dan
hukuman
(membalas pesan singkat yang diterima, atau dengan cuek
membiarkan pesan singkat tidak dibalas), dan makna subbudaya
yang mengekspresikan nilai atau gaya hidup mahasiswa. Hal ini
juga dapat dilihat pada tabel 4.18, 4.19, 4.20, 4.21, yaitu dari
banyaknya responden yang menyatakan setuju bahwa teman
mereka memberikan informasi tentang produk IM3, teman dekat
mereka
mengajak
untuk
menggunakan
IM3,
termotivasi
menggunakan IM3 karena banyak teman-teman mereka yang
menggunakan IM3, dan kebanyakan mereka setuju bahwa IM3
mencerminkan gaya hidup mahasiswa atau anak muda. Jadi
terbukti bahwa lingkungan sosial berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian.
Download