reformasi peraturan pengadaan tanah bagi

advertisement
REFORMASI PERATURAN PENGADAAN TANAH BAGI
PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
(Disampaikan Dalam Peningkatan Kemampuan SDM Bidang Pengadaan
Tanah, Biro Hukum Kementerian Pekerjaan Umum)
Jakarta , 10 September 2014
32 A
Reformasi Peraturan Pengadaan Tanah
Untuk Kepentingan Umum
1. Pengadaan tanah merupakan kewajiban pemerintah untuk mewujudkan ketersediaan
tanah untuk berbagai pembangunan bagi kepentingan umum. Prinsip dasar dalam
pengadaan tanah, demokratis, adil, transparan, menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia,
memberikan manfaat serta mengedepankan asas musyawarah. Peradilan adalah Pintu
terakhir dalam menghadapi kebuntuan dalam musyawarah antara pemerintah yang
memerlukan tanah dengan masyarakat selaku pemilik tanah (pemilik aset).
2. Pembangunan untuk kepentingan umum menjadi salah satu dasar bagi pemerintah untuk
melegitimasi dalam rangka melaksanakan pengadaan tanah, karena pemerintah
memerlukan tanah untuk mewujudkan pembangunan di segala bidang dan ternyata
dalam praktek di lapangan ketersediaan tanah semakin terbatas, dengan demikian
pengadaan tanah menjadi terhambat, dan berdampak pada pelaksanaan pembangunan
sehingga tidak dapat dilakukan tepat waktu sesuai jadwal yang telah di tetapkan, dengan
demikian berakibat terjadinya potensi kerugian yang sangat besar bagi pemerintah karena
proyek yang akan dibangun tertunda pengoperasiannya.
2
3. Keterbatasan ketersediaan tanah dimaksud janganlah dimaknai bahwa tanah
sudah tidak tersedia, tetapi fakta di lapangan tanah-tanah yang dibutuhkan oleh
pemerintah ternyata telah dikuasai atau dimiliki oleh berbagai badan hukum, baik
privat maupun publik seperti, tanah aset pemerintah, tanah kawasan hutan, dan
tanah-tanah yang telah dimiliki atau dikuasai oleh masyarakat.
4. Dalam pemahaman masyarakat Indonesia tanah mempunyai kedudukan tertinggi
dalam kehidupan masyarakat indonesia, karena tanah
adalah sebagai modal
kehidupan dan penghidupan mereka dan tanah adalah sandaran hidup mereka,
sehingga apabila tanah diperlukan untuk pembangunan maka akan menimbulkan
reaksi cepat dari masyarakat berupa penolakan, perlawanan bahkan tindakan
anarkis dan tidak jarang timbul perkara di pengadilan. Kondisi ini sering terjadi
disaat pemerintah memerlukan tanah untuk kepentingan umum, kondisi
semacam ini sangat disadari oleh pemerintah, namun di sisi lain pemerintah
selalu membutuhkan tanah dalam rangka menyelenggarakan pembangunan guna
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
3
5. Kurang harmonisnya hubungan masyarakat pemilik tanah dengan pemerintah yang
memerlukan tanah disaat akan merealisasikan kesepakatan dalam musyawarah disebabkan
berbagai faktor yaitu sebagai berikut :
1)
Pengadaan tanah selalu identik dengan penggusuran serta pemaksaan;
2)
Peraturan perundangan yang ada belum bisa mengatasi persoalan yang terjadi dalam
praktek di lapangan;
3)
Aparat pemerintah yang mendapat mandat negara untuk melaksanakan pengadaan tanah
belum memahami secara maksimal terkait dengan regulasi mengenai pengadaan tanah;
4)
Rencana lokasi pembangunan tidak melibatkan masyarakat pemilik tanah;
5)
Masyarakat pemilik tanah dan masyarakat yang terkena dampak pembangunan belum
dilibatkan pada saat menetapkan lokasi pembangunan;
6)
Penilai Publik/Penilai Pertanahan ditunjuk oleh Pemerintah;
7)
Variabel-variabel untuk menentukan besarnya nilai ganti rugi ditetapkan oleh pemerintah;
8)
Apabila ada keberatan dari masyarakat atas hasil penilaian, pengajuan bandingnya
kepada pemerintah;
9)
Konsinyasi/penitipan ganti rugi bersifat subjektifitas pemerintah;
10) Penetapan ganti rugi dirasakan masyarakat kurang adil dan layak;
11) Pelaksanaan pengadaan tanah belum dilakukan secara transparan;
4
12)
Ganti rugi yang dibayarkan kepada masyarakat tidak menjamin kelangsungan hidup bagi
masyarakat pemilik tanah;
13)
Pelaksanaan pembayaran ganti rugi dilakukan tidak tepat waktu sehingga nilai harga
tanah sudah berubah;
14)
Pelaksanaan pembangunan belum memberikan manfaat bagi masyarakat pemilik tanah
dan wilayah lokasi pembangunan.
15)
Kelemahan pemahaman masyarakat di dalam memaknai asas hukum pertanahan yaitu
hak atas tanah bersifat mutlak, kuat dan abadi, sehingga pemikiran mereka hak atas tanah
tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk pemerintah, dan mereka mempunyai
kebebasan dalam memanfaatkan tanah tanpa memikirkan kepentingan orang lain, mereka
kurang mendapatkan sosialisasi bahwa tanah juga berfungsi sosial, sehingga tanah juga
dapat dibebaskan oleh pemerintah apabila ada keperluan pemerintah yang lebih besar
untuk meningkatkan hajat hidup orang banyak, akan tetapi asas fungsi sosial bukanlah
sebagai tindakan pembenaran untuk menggusur atau mengambil hak masyarakat dengan
dalih untuk kepentingan umum, karena pada dasarnya pengadaan tanah harus
didasarkan musyawarah dan hak masyarakat harus dihormati dan diberikan ganti rugi
yang adil dan layak serta ganti rugi harus menjamin kelangsungan hidup bagi
masyarakat bekas pemilik tanah.
5
6. Dalam
pelaksanaan
pengadaan
tanah
selama
ini
potretnya
sangat
memprihatinkan, disamping pengadaan tanah banyak terkendala, pemerintah
sebagai penyelenggara pengadaan tanah cukup banyak yang harus berhadapan
dengan penegak hukum sampai akhirnya terjadi tindak pidana, hal ini
disebabkan karena peraturan yang ada tidak mampu lagi dapat mengatasi
dinamisnya persoalan yang timbul dalam praktek di lapangan, disamping itu
juga kurangnya aparat pelaksana pengadaan tanah dalam memahami aturan
mengenai pengadaan tanah. Guna mengatasi barbagai persoalan yang terjadi
dalam pelaksanaan pengadaan tanah, sekaligus menyamakan persepsi atas
perbedaan antara masyarakat pemilik tanah dengan pemerintah yang
memerlukan tanah, dan mengatasi dampak sosial yang sering terjadi dalam
pengadaan tanah serta membangun partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pengadaan tanah, pemerintah telah memformulasikan suatu kebijakan
pengadaan tanah yang dapat meminimalisir resistensi atau dampak dari
praktek pengadaan tanah yang dilaksanakan oleh pemerintah.
6
7. Mengenai landasan konstitusional dalam merumuskan regulasi pelaksanaan
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum adalah
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 yang berbunyi sebagai berikut :
1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan
2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
4) Perekonomian
ekonomi
nasional
dengan
diselenggarakan
prinsip
berdasar
kebersamaan,
atas
efisiensi
demokrasi
berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.
7
8. Disamping itu fungsi sosial atas tanah yaitu tanah haruslah
dimanfaatkan untuk kepentingan yang lebih besar bagi bangsa
Indonesia sebagaimana mandat negara kepada pemerintah yaitu
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mewujudkan
berbagai fungsi sosial atas tanah maka pemerintah membentuk
berbagai badan publik dan berbagai peraturan perundang-undangan
guna mewujudkan berbagai fungsi sosial atas tanah di Indonesia.
Kondisi terkini pemerintah telah mereformasi peraturan perundangundangan terkait pengadaan tanah berupa Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum, termasuk peraturan pendukungnya yaitu :
8
1) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 jo. Peraturan Presiden
Nomor 40 Tahun 2014 ;
2) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2012;
3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2012;
4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.02/2013.
Diharapkan undang-undang ini dapat menjadi solusi atas berbagai
persoalan yang timbul selama ini dalam pengadaan tanah yang
dilaksanakan pemerintah dan sekaligus menjadi jembatan emas titik
temu antara masyarakat pemilik tanah dengan pemerintah yang
memerlukan tanah, yang pada akhirnya terbangunnya partisipasi
masyarakat dalam mewujudkan pembangunan untuk kepentingan
umum serta kesejahteraan bagi masyarakat semakin meningkat.
9
9. Bahwa dalam pelaksanaan undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
dilakukan melalui 4 (empat) tahapan yaitu :
1) Perencanaan;
3) Pelaksanaan;
2) Persiapan;
4) Penyerahan Hasil.
Tahapan yang diatur dalam Undang-undang ini tidak diatur dalam
peraturan-peraturan sebelumnya.
10. Reformasi pada peraturan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan umum
Bahwa dalam undang-undang pengadaan tanah telah terjadi reformasi
yang sangat fundamental dalam kegiatan pengadaan tanah dan
diharapkan undang-undang ini mampu mengatasi dampak sosial yang
terjadi selama ini, hal ini dapat dimaknai dan dilihat dari aspek substansi
dari undang-undang nomor 2 tahun 2012 diantaranya :
10
1) Bahwa undang-undang No. 2 Tahun 2012 menetapkan 4 (empat) tahapan,
sehingga memberikan kejelasan pihak yang bertanggung jawab dalam
setiap tahapan, kegiatan-kegiatan dalam setiap tahapan outputnya
terukur, waktu pelaksanaannya jelas, dengan demikian
kegiatan
pengadaan tanah akan lebih terarah, terukur dan memberikan kepastian
yang lebih jelas dalam pelaksanaan pengadaan tanah.
2) Prinsip dasar pengadaan tanah adalah musyawarah.
3) Keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan dijamin keberadaannya.
4) Masyarakat dijamin untuk mendapatkan akses informasi rencana
pembangunan yang dilakukan Pemerintah.
5) Adanya kesetaraan hukum bagi masyarakat pemilik tanah dengan
Pemerintah yang memerlukan tanah untuk pembangunan.
6) Pembangunan harus memberikan manfaat bagi pemik tanah dan bagi
wilayah lokasi pembangunan.
11
7) Penentuan lokasi pembangunan didasarkan atas kesepakatan
masyarakat pemilik tanah.
8) Objek dan Subjek pengadaan tanah ada kepastian hukum yang
jelas.
9) Pemerintah tidak dapat campur tangan dalam menetapkan
besarnya nilai ganti rugi.
10) Hak keberatan pada tataran penetapan lokasi pembangunan dan
penentuan besaran ganti rugi dijamin undang-undang.
11) Putusan akhir lokasi pembangunan dan besaran nilai ganti rugi
berada pada badan peradilan.
12) Pengadaan tanah dilakukan pemerintah dan dimiliki pemerintah,
pembangunannya dapat dilakukan oleh pihak swasta (KPS).
12
11. Titik Rawan Penyimpangan pada tataran Implementasi Pengadaan Tanah,
meliputi :
1. Potensi terjadinya mark up besaran nilai ganti rugi yang akan
dibayarkan;
2. Potensi penyimpangan pada saat menentukan luas atas tanah yang
akan diganti rugi;
3. Potensi penyimpangan pada saat menentukan status hak atas tanah
yang akan diganti rugi;
4. Potensi penyimpangan penggunaan tanah terkait tata ruang wilayah;
5. Potensi penyimpangan terkait bangunan sebagai objek ganti rugi;
6. Potensi penyimpangan terkait tanam tumbuh sebagai objek ganti rugi;
7. Potensi penyimpangan terkait ketidakjelasan ruang atas tanah, ruang
bawah tanah dan benda yang berkaitan dengan tanah serta hal-hal lain
yang dapat dinilai.
8. Potensi penyimpangan terkait biaya pelaksanaan pengadaan tanah;
13
Kebijakan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum
Sistem
UU 2 / 2012 tentang Pengadaan
Tanah
Perpres 71 /2012
(Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum)
(Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum)
4 Tahapan Pelaksanaan
Pengadaan Tanah
I Pendahuluan
1) Tujuan Pengadaan Tanah
2) Skema Umum Pengadaan
Tanah
3) Prinsip-prinsip Perumusan
UU 2/2012
II Pokok-Pokok Pengadaan Tanah
1) Jaminan Pemerintah dan
Pemda terhadap Tersedianya
Tanah dan Pendanaan
2) Pihak yang Berhak melepas
tanahnya
III Jenis Kepentingan Umum
IV Penyelenggaraan
Tanah
Pengadaan
I
Perencanaan
1. Dasar Perencanaan
2. Kelembagaan
3. Substansi Perencanaan
4. Dokumen Perencanaan
II Persiapan
1. Tim Persiapan
2. Tim Kajian
3. Tahap Kegiatan
4. Penetapan Lokasi
III Pelaksanaan
1. Sosialisasi Pengadaan
Tanah Kepada Masyarakat
2. Inventarisasi dan
identifikasi
3. Penetapan Penilai
4. Musyawarah
IV Penyerahan Hasil
1. Serah Terima Dokumen
Pengadaan Tanah
2. Kegiatan Pembangunan
3. Kegiatan
Pendaftaran
(Sertipikasi)
PERKABPN 5/2012
1) Susunan Anggota Pelaksanaan
Pengadaan Tanah
2) Pemberitahuan kpd masyarakat
3) Identifikasi
&
Inventarisasi
Objek dan Subjek
4) Penunjukan Penilai (Appraisal)
5) Musyawarah bentuk Ganti Rugi
6) Penyerahan hasil
PERMENDAGRI 72/2012
Biaya Operasional dan Pendukung
Pelaksanaan Pengadaan Tanah
yang bersumber dari APBD
Penetapan Harga pelaksanaan
pengadaan tanah bersumber dari
APBD
PMK 13 / 2013
Biaya Operasional dan Pendukung
Pelaksanaan Pengadaan Tanah
yang bersumber dari APBN
Pembentukan Tim & Honorarium
Tim
1. PERENCANAAN PENGADAAN TANAH
(DOKUMEN PERENCANAAN)
Kelembagaan
Substansi Perencanaan
1. Instansi Yang Memerlukan Tanah 1. Dasar, RTRW, RPJM, Renstra,
RKP dan Renja
2. Instansi Teknis Terkait
2. Maksud dan Tujuan Rencana
3. Lembaga Profesional
Pembangunan
Perencanaan
3. Data Awal (Objek dan Subjek)
1. Dasar Perencanaan
4. Perkiraan Nilai Tanah dan
Kebutuhan Anggaran
2. Materi Perencanaan
3. Study Kelayakan Perencanaan
Hasilnya
5. Perkiraan Waktu Pengadaan
Tanah dan Pembangunannya
6. Kelayakan Lokasi (P4T)
1. Dokumen Perencanaan Instansi
7. Aspek Manfaat bagi Wilayah dan
Masyarakat
2. Diserahkan Kepada Gubernur
8. Study dan Survei yang Diperlukan
15
2. PERSIAPAN PENGADAAN TANAH
(PENETAPAN LOKASI)
Pembentukan TIM
Tahap Kegiatan
1. TIM Persiapan
1) Instansi terkait
2) Bupati/walikota
3) Instansi yg Perlu Tanah
4) Satuan kerja perangkat Daerah
Provinsi terkait
2. TIM Kajian
1) Sekretaris Daerah Provinsi
2) Kepala Kantor Wilayah
BPN Provinsi
3) Instansi di Bidang Perencanaan
Pembangunan Daerah
4) Kakanwil KUMHAM
5) Bupati/Walikota /yang ditunjuk
6) Akademisi
3. Sekretariat Provinsi
4. Pendelegasian Persiapan Pengadaan
Tanah kepada Bupati / Walikota
1. Pemberitahuan Rencana Pembangunan
2. Pedataan Awal Lokasi
3. Konsultasi Publik / Konsultasi Publik
Ulang
4. SK Penetapan Lokasi
5. Pengumuman penetapan Lokasi
6. Keberatan Pihak Yang Berhak
7. Kajian TIM
8. Diterima/Ditolak Gubernur
9. Keberatan Melalui PTUN
10. Kasasi melalui MA
11. Penetapan Lokasi
12. Pemindahan Lokasi
13. Penetapan Lokasi Berlaku 2 Tahun Dapat
Diperpanjang 1 Tahun
16
14. Durasi Maksimal 207 Hari
3. PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH
(PEMUTUSAN HUBUNGAN HUKUM DAN PEMBAYARAN GANTI RUGI)
1. Tim Pelaksana Kanwil BPN
1) Kakanwil BPN Provinsi (Ketua)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Kabid HTPT (Pejabat Eselon III)
Kakantah BPN Setempat
SKPD Provinsi
SKPD Kab/Kota
Camat
Lurah/Kepala Desa
Kasi Pengaturan Tanah Pemerintah
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Kakantah BPN (Ketua)
Kasi HTPT (Pejabat Eselon IV)
SKPD Kab/Kota (Eselon IV)
Camat
Lurah/Kepala Desa
Kasubsi Pengaturan Tanah Pemerintah
2. Tim Pelaksana Kantah BPN
3. Sekretariat
4. Satuan Tugas yang Membidangi
Inventarisaasi dan Identifikasi
1) Data Fisik (Satgas A)
2) Data Pihak yang Berhak (Satgas B)
5. Tahapan Pelaksanaan Pengadaan
Tanah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Peyiapan Pelaksanaan
Inventarisasi Fisik dan Identifikasi Yuridis
Penetapan Penilai
Musyawarah Penetapan Bentuk Ganti
Kerugian
Pemberian Ganti Kerugian
Pemberian Ganti Kerugaian Dalam
Keadaan Khusus
Penitipan Ganti Kerugian
Pelepasan Objek Pengadaan Tanah
Pemutusan Hubungan Hukum Antara
Pihak yang Berhak dengan Objek
Pengadaan Tanah
Pendokumentasian Peta Bidang, Daftar
Nominatif dan Data Administarasi
Pengadaan tanah
11. Durasi Maksimal 382 Hari
17
4. PENYERAHAN HASIL PENGADAAN TANAH
(PEMENUHAN HAK KEPADA INSTANSI YANG MEMERLUKAN TANAH)
1. Serah Terima Dokumen Pengadaan Tanah Dari
Pelaksana Pengadaan Tanah Kepada Instansi yang
Memerlukan Tanah
2. Dimulainya Kegiatan Pembangunan Infrastruktur
3. Pembangunan Dilaksanakan Pemerintah, Pemerintah
Daerah, BUMN Serta Swasta Dengan Skema KPS (PPP)
4. Kegiatan Pendaftaran Tanah (Sertipikasi)
18
PEMANTAUAN, SUMBER DANA
DAN KETENTUN PERALIHAN
Pemantauan dan Evaluasi
Upaya Pengendalian Atas Penggunaan dan Pemanfaatan
Tanah Dilakukan BPN RI
Sumber Dana
1. APBN
2. APBD
3. BUMN/BUMD
4. Sumber-Sumber Lain Sesuai Ketentuan
19
KETENTUAN PERALIHAN
1. Pengadaan Tanah yang sedang dilaksanakan sebelum berlakunya
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia ini
diselesaikan berdasarkan ketentuan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005
2. Proses Pengadaan Tanah yang sedang dilaksanakan dimaksud meliputi :
1) Telah
dituangkan
dalam
dokumen
perencanaan/proposal
pembangunan;
2) Telah dianggarkan pada tahun anggaran yang sedang berjalan;
3) Telah diterbitkan penetapan lokasi;
4) Telah terlaksana pelepasan hak;
5) Ganti kerugian telah dititipkan di pengadilan negeri.
3. Proses Pengadaan tanah diselesaikan paling lama sampai dengan
31 Desember 2014.
20
PEMANTAUAN, SUMBER DANA
DAN KETENTUN PERALIHAN
Pemantauan dan Evaluasi
Upaya Pengendalian Atas Penggunaan dan Pemanfaatan
Tanah Dilakukan BPN RI
Sumber Dana
1. APBN
2. APBD
3. BUMN/BUMD
4. Sumber-Sumber Lain Sesuai Ketentuan
Ketentuan Peralihan
Sisa Pengadaan Tanah Tetap Berlaku Peraturan Lama Sampai
Dengan 31 Desember 2014
21
PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH
UNTUK KEPENTINGAN UMUM
(DILAKSANAKAN DAN DIMILIKI PEMERINTAH
UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT)
1.
Pertahanan dan Keamanan Nasional.
2.
Jalan Umum, Jalan Tol, Terowongan, Jalur Kereta Api, dan Fasilitas
Operasi Kereta Api.
3.
Waduk, Bendungan, Bendung, Irigasi, Saluran Air Minum, Saluran
Pembuangan Air dan Sanitasi, dan Bangunan Pengairan Lainnya.
4.
Pelabuhan, Bandar Udara, dan Terminal.
5.
Infrastruktur Minyak, Gas, dan Panas Bumi.
6.
Pembangkit, Transmisi, Gardu, Jaringan, dan Distribusi Tenaga Listrik.
7.
Jaringan Telekomunikasi dan Informatika Pemerintah.
8.
Tempat Pembuangan dan Pengolahan Sampah.
9.
Rumah Sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah.
22
10. Fasilitas Keselamatan Umum.
11. Tempat Pemakaman Umum Pemerintah/Pemerintah Daerah.
12. Fasilitas Sosial, Fasilitas Umum, dan Ruang Terbuka Hijau
Publik.
13. Cagar Alam dan Cagar Budaya.
14. Kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah.
15. Penataan Pemukiman Kumuh Perkotaan dan/atau Konsolidasi
Tanah, Serta Perumahan Untuk Masyarakat Berpenghasilan
Rendah Dengan Status Sewa.
16. Prasarana Pendidikan atau Sekolah Pemerintah dan Pemerintah
daerah.
17. Prasarana Olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah.
18. Pasar Umum dan Lapangan Parkir Umum.
23
PERMENDAGRI NOMOR 72 TAHUN 2012
- Tentang Biaya Operasional Dan Biaya Pendukung
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah
SUMBER PENDANAAN BIAYA
OPERASIONAL DAN PENDUKUNG
1. Biaya bersumber dari APBD.
2. Dana APBD digunakan untuk :
1) Tahapan Perencanaan;
2) Tahapan Persiapan;
3) Tahapan Pelaksanaan;
4) Tahapan Penyerahan Hasil.
25
PENGGUNAAN BIAYA OPERASIONAL DAN
BIAYA PENDUKUNG PENGADAAN TANAH
1. Perencanaan;
2. Persiapan;
3. Pelaksanaan;
4. Penyerahan hasil;
5. Administrasi dan pengelolaan;
6. Sosialisasi.
26
Biaya Kegiatan Perencanaan
1. Penelitian dan analisa terhadap rencana pembangunan dengan tata ruang,
prioritas pembangunan, rencana pembangunan jangka menengah, rencana
strategis, dan rencana kerja pemerintah;
2. Koordinasi dengan instansi teknis terkait;
3. Membuat analisa rencana pembangunan;
4. Melakukan kajian teknis dengan instansi terkait;
5. Melakukan kajian oleh lembaga profesional;
6. Merumuskan rencana pengadaan tanah;
7. Melakukan
dan
menganalisa
maksud
dan
tujuan
serta
rencana
pembangunan;
8. Merumuskan hasil kajian yang menguraikan maksud dan tujuan rencana
pembangunan;
9. Mendata objek dan subjek atas rencana lokasi pengadaan tanah;
10. Menentukan kepastian letak, status tanah dan luas tanah yang diperlukan; 27
11. Memperhitungkan jangka waktu yang diperlukan untuk proses pengadaan tanah;
12. Melakukan analisa, waktu yang diperlukan meliputi:
1)
Persiapan pelaksanaan pengadaan tanah;
2)
Pelaksanaan pengadaan tanah;
3)
Penyerahan hasil pengadaan tanah;
4)
Pelaksanaan pembangunan;
13. Melakukan kegiatan survei/sosial, kelayakan lokasi, termasuk kemampuan pengadaan
tanah dan dampak yang akan terkena rencana pembangunan;
14. Melakukan studi budaya masyarakat, politik, keagamaan, budaya, dan kajian amdal;
15. Melakukan analisa kesesuaian fisik lokasi terutama kemampuan tanah dituangkan dalam
peta rencana lokasi pembangunan;
16. Melakukan perhitungan ganti rugi ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman,
dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah;
17. Menyusun rencana kebutuhan biaya dan sumber;
18. Melakukan perhitungan alokasi anggaran meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
penyerahan hasil, administrasi, pengelolaan, sosialisasi;
19. Melakukan perhitungan dan analisis biaya yang diperlukan;
20. Melakukan analisa dan manfaat pembangunan.
28
Biaya Kegiatan Persiapan
1. Pemberitahuan rencana pembangunan;
2. Pendataan awal lokasi;
3. Konsultasi publik/konsultasi publik ulang;
4. Penetapan lokasi;
5. Pengumuman penetapan lokasi;
6. Menerima Keberatan pihak yang berhak;
7. Melakukan Kajian atas keberatan pihak yang berhak;
8. Menerima/menolak keberatan pihak yang berhak;
9. Proses beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara;
10. Proses beracara di Mahkamah Agung atas keberatan dari
pihak yang berhak.
29
Biaya Kegiatan Pelaksanaan
1. Penyiapan pelaksanaan pengadaan tanah;
2. Pemberitahuan kepada pihak yang berhak;
3. Inventarisasi aspek fisik;
4. Identifikasi aspek yuridis;
5. Publikasi hasil inventarisasi dan identifikasi serta daftar nominatif;
6. Keberatan dari pihak yang berhak dilakukan verifikasi ulang oleh satuan
tugas;
7. Penunjukan jasa penilai atau penilai publik oleh BPN dan pengumuman
penilai;
8. Menilai dan membuat berita acara penilaian;
9. Musyawarah dengan masyarakat;
10. Persetujuan dan pelepasan hak serta pembayaran;
11. Proses beracara di Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung;
12. Pemberian ganti rugi atau penitipan uang.
30
Biaya Kegiatan Penyerahan Hasil
1. Penyerahan hasil pengadaan tanah;
2. Pemantauan dan evaluasi;
3. Sertifikasi.
31
Biaya Administrasi dan Pengelolaan
1. Biaya administrasi dan pengelolaan untuk mendukung
tertib
administrasi
dan
tertib
pengelolaan
dalam
pelaksanaan pengadaan tanah.
2. Pelaksanaan sosialisasi atau tatap muka mengenai
rencana
pembangunan
yang
dilakukan
oleh
Tim
Persiapan baik secara langsung maupun tidak langsung
baik melalui media cetak maupun media elektronik.
32
3. Besarnya biaya operasional dan biaya pendukung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ditetapkan oleh Gubernur untuk provinsi dan
kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan dengan Keputusan
Gubernur mempedomani standar harga satuan yang berlaku.
4. Penetapan standar harga satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk biaya operasional dan biaya pendukung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) dan ayat (4) huruf a dan b memperhatikan
satuan biaya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
5. Penetapan standar harga satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk biaya operasional dan biaya pendukung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (4) huruf c mempedomani biaya tarif penerimaan
negara bukan pajak sesuai peraturan perundang-undangan di bidang
pertanahan.
33
PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL DAN
BIAYA PENDUKUNG PENGADAAN TANAH
1. Biaya operasional dan biaya pendukung dikelola secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis,
transparan dan akuntabel.
2. Biaya operasional dan biaya pendukung dianggarkan ke dalam
program dan kegiatan, kelompok belanja langsung yang diuraikan
sesuai jenis, obyek dan rincian obyek belanja berkenaan.
3. Kode
rekening
penganggaran
biaya
operasional
dan
biaya
pendukung tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
4. Pertanggungjawaban biaya operasional dan biaya pendukung
berpedoman
pada
peraturan
perundang-undangan
di
bidang
pengelolaan keuangan daerah.
34
KODE REKENING PENGANGGARAN
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG
1. Kegiatan Perencanaan Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx Program ………
x.xx.x.xx.xx.xx.xxKegiatanPerencanaanPengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1 Belanja Pegawai
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.01 Honorarium PNS
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.01.02 Honorarium Tim Perencanaan Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.02 Honorarium Non PNS
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.02.01 Honorarium Tenaga Ahli
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2 Belanja Barang dan Jasa
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.01Belanja Bahan Pakai Habis
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.01.01 Belanja ATK
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.07Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.07.02BelanjaSewaGedung/Kantor/Tempat
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.11 Belanja Makanan dan Minuman
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.11.02 Belanja Makan dan Minum Rapat
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.15 Belanja Perjalanan Dinas
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.15.01 Belanja Perjalanan Dalam Daerah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.15.02 Belanja Perjalanan Dinas Luar Daerah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.21 Belanja Jasa Konsultansi
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.21.01 Belanja Jasa Konsultansi Penelitian
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.21.02 Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan
35
KODE REKENING PENGANGGARAN
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG
2. Kegiatan Persiapan Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx Program ………
x.xx.x.xx.xx.xx.xxKegiatanPersiapanPengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1 Belanja Pegawai
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.01 Honorarium PNS
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.01.02Honorarium Tim Persiapan Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.02 Honorarium Non PNS
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.1.02.01 Honorarium Tenaga Ahli
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2BelanjaBarangdanJasa
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.01Belanja Bahan Pakai Habis
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.01.01 Belanja ATK
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.06Belanja Cetak dan Pengadaan
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.06.03BelanjaPublikasi Proses Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.07Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.07.02BelanjaSewaGedung/Kantor/Tempat
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.11 Belanja Makanan dan Minuman
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.11.02 Belanja Makan dan Minum Rapat
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.15 Belanja Perjalanan Dinas
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.15.01 Belanja Perjalanan Dalam Daerah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.2.15.02 Belanja Perjalanan Dinas Luar Daerah
36
KODE REKENING PENGANGGARAN
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG
3. Kegiatan Pelaksanaan Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx Program ………
x.xx.x.xx.xx.xx.xxKegiatan Pelaksanaan Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.3 Belanja Modal
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.3.01Belanja Modal Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.3.01.01BelanjaModal Pengadaan Tanah ………(DPA-SKPD
dilengkapidengan RAB)
37
KODE REKENING PENGANGGARAN
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG
4.
Kegiatan Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx Program ………
x.xx.x.xx.xx.xx.xxKegiatanPenyerahanHasilPengadaan Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.3BelanjaModal
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.3.01BelanjaModal Sertifikasi Tanah
x.xx.x.xx.xx.xx.xx.5.2.3.01.01 BelanjaModal Sertifikasi Tanah ...... (DPA-SKPD
dilengkapidengan RAB)
38
PERMENKEU NOMOR 13/PMK.02/2013
- Tentang Biaya Operasional Dan Biaya Pendukung
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA
PENDUKUNG SUMBER DANA ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
1. Biaya operasional dan biaya pendukung meliputi:
1) perencanaan;
2) persiapan;
3) pelaksanaan;
4) penyerahan hasil;
5) biaya administrasi;
6) biaya pengelolaan;
7) biaya sosialisasi;
8) tidak termasuk biaya ganti kerugian dan jasa penilai.
40
2. Besaran satuan biaya, Biaya Operasional dan Pendukung
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai standar
biaya.
3. Satuan
biaya
tidak
tercantum
dalam
Peraturan
Menteri
Keuangan mengenai standar biaya, penggunaan biayanya harus
dilampiri dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak.
4. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak dikecualikan untuk
honorarium dan/atau fasilitas yang menambah penghasilan.
5. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak tercantum format
Lampiran I.
6. Besaran paling tinggi Biaya Operasional dan Biaya Pendukung
untuk kegiatan tahapan pelaksanaan dan penyerahan hasil
tercantum dalam Lampiran II.
41
Biaya Inventarisasi dan Identifikasi
1. pengukuran dan pemetaan batas keliling lokasi;
2. pengukuran dan pemetaan bidang per bidang tanah;
3. identifikasi inventarisasi data pihak yang berhak dan
objek pengadaan tanah.
4. Biaya inventarisasi dan identifikasi mengacu Peraturan
Pemerintah
mengenai
jenis
dan
tarif
atas
jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada
Badan Pertanahan Nasional.
42
Biaya Operasional dan Biaya Pendukung
(Tahapan Perencanaan)
1. Penelitian dan analisa terhadap rencana pembangunan dengan tata ruang,
prioritas pembangunan, rencana pembangunan jangka menengah, rencana
strategis, dan rencana kerja pemerintah;
2. Koordinasi dengan instansi teknis terkait;
3. Membuat analisa rencana pembangunan;
4. Melakukan kajian teknis dengan instansi terkait;
5. Melakukan kajian oleh lembaga profesional;
6. Merumuskan rencana pengadaan tanah;
7. Melakukan dan menganalisa maksud dan tujuan serta rencana pembangunan;
8. Merumuskan hasil kajian yang menguraikan maksud dan tujuan rencana
pembangunan;
9. Mendata objek dan subjek atas rencana lokasi pengadaan tanah;
10. Menentukan kepastian letak, status tanah dan luas tanah yang diperlukan;
43
11. Memperhitungkan jangka waktu yang diperlukan untuk proses pengadaan tanah;
12. Melakukan analisa waktu yang diperlukan termasuk tahapan pengadaan tanah yang meliputi:
1)
Persiapan pelaksanaan pengadaan tanah;
2)
Pelaksanaan pengadaan tanah;
3)
Penyerahan hasil pengadaan tanah;
4)
Pelaksanaan pembangunan;
13. Melakukan kegiatan survei/sosial, kelayakan lokasi, termasuk kemampuan pengadaan tanah
dan dampak yang akan terkena rencana pembangunan;
14. Melakukan studi budaya masyarakat, politik, keagamaan, budaya, dan kajian analisa mengenai
dampak lingkungan;
15. Melakukan analisa kesesuaian fisik lokasi terutama kemampuan tanah dituangkan dalam peta
rencana lokasi pembangunan;
16. Melakukan perhitungan ganti kerugian ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman,
dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah;
17. Menyusun rencana kebutuhan biaya dan sumber;
18. Melakukan perhitungan alokasi anggaran yang meliputi perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
penyerahan hasil, administrasi, pengelolaan, dan sosialisasi;
19. Melakukan perhitungan dan analisis biaya yang diperlukan;
20. Melakukan analisa dan manfaat pembangunan.
44
Biaya Operasional dan Biaya Pendukung
(Tahapan Persiapan)
1. Pemberitahuan rencana pembangunan;
2. Pendataan awal lokasi;
3. Konsultasi publik/konsultasi publik ulang;
4. Penetapan lokasi;
5. Pengumuman penetapan lokasi;
6. Menerima keberatan pihak yang berhak;
7. Melakukan kajian atas keberatan pihak yang berhak;
8. Menerima/menolak keberatan pihak yang berhak;
9. Proses beracara di pengadilan tata usaha;
10. Proses beracara di mahkamah.
45
Biaya Operasional dan Biaya Pendukung
(Tahapan Pelaksanaan)
1.
Penyiapan pelaksanaan pengadaan tanah;
2.
Pemberitahuan kepada pihak yang berhak;
3.
Inventarisasi aspek fisik;
4.
Identifikasi aspek yuridis;
5.
Publikasi hasil inventarisasi dan identifikasi serta daftar nominatif;
6.
Verifikasi ulang oleh satuan tugas;
7.
Penunjukan jasa penilai atau penilai publik;
8.
Menilai dan membuat berita acara penilaian;
9.
Musyawarah dengan masyarakat;
10. Persetujuan dan pelepasan hak serta pembayaran;
11. Proses beracara di pengadilan negeri dan mahkamah agung;
12. Penyerahan pemberian ganti kerugian atau penitipan uang.
46
Biaya Operasional dan Biaya Pendukung
(Tahapan Penyerahan Hasil)
1. Tahapan penyerahan hasil :
1) penyerahan hasil pengadaan tanah;
2) pemantauan dan evaluasi;
3) sertifikasi.
47
Tim Pengadaan Tanah
1. Tim pengadaan tanah :
1) tim persiapan pengadaan tanah;
2) tim kajian keberatan;
3) pelaksana pengadaan tanah;
4) satuan tugas.
48
Pembentukan Tim dan Honorarium
1.
Tim persiapan dan tim kajian dibentuk oleh Gubernur.
2.
Pelaksana pengadaan tanah dibentuk oleh Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional atau Kepala Kantor Pertanahan.
3.
Satuan tugas dibentuk oleh Badan Pertanahan Nasional.
4.
Kepada tim persiapan, tim kajian, pelaksana pengadaan tanah,
dan satuan tugas diberikan honorarium.
5.
Struktur dan besaran honorarium tercantum dalam Lampiran.
6.
Struktur dan besaran honorarium merupakan batas tertinggi.
7.
Honorarium untuk tim persiapan diberikan sejak pelaksanaan
pemberitahuan
rencana
pembangunan
sampai
dengan
pengumuman penetapan lokasi.
49
8.
Honorarium untuk tim kajian keberatan diberikan sejak penginventarisasian
masalah sampai dengan hasil kajian diserahkan kepada Gubernur.
9.
Honorarium untuk pelaksana pengadaan tanah diberikan sejak penyiapan
pelaksanaan sampai dengan penyerahan pemberian ganti kerugian atau
penitipan uang.
10. Honorarium untuk satuan tugas diberikan sejak penyusunan rencana jadwal
kegiatan sampai dengan penyerahan hasil inventarisasi dan identifikasi.
11. Biaya Operasional dan Biaya Pendukung dibebankan dalam (DIPA) satuan
kerja yang memerlukan pengadaan tanah.
12. Biaya Operasional dan Biaya Pendukung dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan
akuntabel.
13. Pelaksanaan pembayaran dan pertanggungjawaban Biaya Operasional dan
Biaya Pendukung sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri
Keuangan mengenai tata cara pembayaran dalam rangka pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
50
14. Proses pengadaan tanah yang sedang dilaksanakan sebelum Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 mengikuti Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 58/PMK.02/2008 sampai dengan paling lama tanggal 31 Desember
2014.
15. Pengadaan tanah yang dilaksanakan setelah Peraturan Presiden Nomor 71
Tahun 2012 mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor
58/PMK.02/2008
sampai
dengan
Peraturan
Menteri
proses
pengadaan
tanah
ini
diundangkan.
16. ketentuan
mengenai
biaya
dalam
yang
dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 setelah
Peraturan Menteri ini diundangkan, mengikuti ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini.
17. Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 58/PMK.02/2008 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
51
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
NOMOR : .........................................................
Kode dan Nama Satuan Kerja : ..................................................................
Lokasi Pengadaan Tanah
: ..................................................................
Tahun Anggaran
: ..................................................................
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya selaku Pengguna Anggaran / Kuasa
Pengguna Anggaran, menyatakan bahwa saya bertanggung jawab penuh atas
penggunaan jenis satuan biaya di luar standar biaya yang ditetapkan / disetujui oleh
Menteri Keuangan dalam Biaya Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum pada lokasi tersebut di
atas.
Penghitungan satuan biaya tersebut telah dilakukan secara profesional, efisien,
dan efektif.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
.............................., ..............................
Pengguna / Kuasa Pengguna Anggaran
..............................................................
NIP / NRP. ........................................... 52
BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG
UNTUK KEGIATAN PADA TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PENYERAHAN HASIL
Biaya Operasional dan Biaya Pendukung untuk kegiatan pada tahapan pelaksanaan dan penyerahan
hasil ditentukan berdasarkan perhitungan dimulai dari 4% (empat persen) untuk nilai ganti kerugian
tanah sampai dengan atau setara dengan Rp. 10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah) pertama dan
selanjutnya dengan persentase menurun sebagai berikut :
s.d Rp 10 miliar
=
(4 % X 10 miliar)
=
paling tinggi
Rp 400 juta
di atas
Rp 10 miliar s.d
Rp 15 miliar
=
(biaya s.d Rp 10 milyar sebelumnya)
+ (3% X 5 miliar)
=
paling tinggi
Rp 450 juta
di atas
Rp 15 miliar s.d
Rp 30 miliar
=
(biaya s.d Rp 10 milyar sebelumnya)
+ (2% X 15 miliar)
=
paling tinggi
Rp 850 juta
di atas
Rp 30 miliar s.d
Rp 55 miliar
=
(biaya s.d Rp 10 milyar sebelumnya)
+ (1% X 25 miliar)
=
paling tinggi
Rp 1,100 miliar
di atas
Rp 55 miliar s.d
Rp 105 miliar
=
(biaya s.d Rp 10 milyar sebelumnya)
+ (0,50% X 50 miliar)
=
paling tinggi
Rp 1,350 miliar
di atas
Rp 105 miliar
=
(biaya s.d Rp 10 milyar sebelumnya)
+ (0,25% X 100 miliar)
=
paling tinggi
Rp 1,600 miliar
53
Download