Amebiasis - hmpd untad

advertisement
2 JUNI – 1 JULI 2015
AMEBIASIS
BULETIN DISEASE EDISI IX
EPIDEMIOLOGI
Amebiasis adalah penyakit infeksi usus besar yang disebabkan
oleh parasit usus E. histolytica [1].
Prevalensi E. histolytica diIndonesia sekitar 10-18%. Di RRC,
Mesir, India, dan Belanda sekitar 10,1-11,5%; Eropa Utara 5-20%,
Eropa Selatan 20-51 dan USA 4-21%. Amebiasis ditularkan oleh
pengandung kista yang biasanya sehat, tetapi memiliki peran penting
untuk penyebaran penyakit karena tinjanya sumber infeksi [2].
ETIOLOGI
E. histolytica hanya dijumpai dalam lumen kolon dan feses yang
terbentuk baik atau seperti bubur. Ukuran kista beragam mulai dari 10
hingga 20 µm. Kista mengandung vakuola glikogen dan badan
kromatoid dengan ciri khas ujung yang bulat [3].
Di rongga terminal usus halus, dinding kista dicerna dan keluarlah
stadium tropozoit yang masuk ke rongga usus besar. Dari satu kista
mengandung 4 inti dan akan terbentuk 8 buah tropozoit yang berukuran 10-18 µm. Stadium tropozoit
dapat bersifat patogen dan menginvasi jaringan usus besar [2].
PATOGENESIS
Tropozoit yang semula hidup sebagai komensal dapat berubah menjadi pathogen, menembus
mukosa usus dan menimbulkan ulkus. Factor penyebab perubahan sifat ini belum diketahui namun
diduga oleh kerentanan tubuh, virulensi ameba, maupun lingkungan [1].
Ameba yang Ganas dapat memproduksi enzim Fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat
mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk ulkus ameba khas yaitu
dilapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi sub mukosa dan muskularis melebar menghasilkan bentuk
“seperti botol labu”. Ulkus dapat menimbulkan perdarahan dan bila menembus lapisan muskular
terjadi perforasi dan peritonitis. Ulkus dapat terjadi di semua bagian usus besar, tetapi berdasarkan
frekuensi dan urutan tempatnya sekum, kolon ascendens, rektum, sigmoid, appendix, dan ileum
terminal. Dari Ulkus didalam dinding usus besar, ameba dapat ber-metastasis kehati lewat cabang
vena porta dan menimbulkan abses pada hati [1].
MANIFESTASI KLINIK
1. Carier. pasien tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali,
2. Amebiasis intestinal ringan. penderita biasanya mengeluh kembung, kadang nyeri perut ringan
bersifat kejang, dapat timbul diare ringan 4-5 kali kali sehari, dengan tinja busuk. Kadang tinja
bercampur darah, lendir, dan nyeri tekan sigmoid,
3. Amebiasis intestinal se dang. Gejala lebih berat tapi mampu melakukan aktivitas, tinja disertai
lendir dan darah. Keluhan perut kram, demam dan lemah serta hepatomegali,
4. Disentri ameba berat. Diare dengan banyak darah, >15 kali/hari. Demam tinggi serta mual dan
amenia,
5. Disentri ameba kronik. Gejalanya serupa disentri ameba
ringan.
Keadaan dapat Terjadi
berbulan-bulan, atau bertahun-tahun. Diare biasanya karena kelelahan, demam, atau makanan sukar
dicerna [1].
PENATALAKSANAAN
1. Carier. Iodoquinol, dosis 650 mg 3 kali sehari. Paramomycin dosis 500 mg 3 kali sehari,
2. Disentri ameba ringan-sedang. Metronidazol dosis 3 x 750 mg sehari. Dapat pula tinidazol atau
ornidazol dengan dosis yang sama,
3. Disentri ameba berat. Memerlukan infuse dan transfuse darah. Emetin 1 mg/kgBB, dehidroemetin
11,5 mg/kgBB [1].
PROGNOSIS
Prognosis tergantung berat ringannya penyakit, diagnosis, dan pengobatan dini yang tepat.
umumnya prognosis baik terutama yang tanpa komplikasi [1].
PENCEGAHAN
Makanan, minuman, dan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana
pencegahan penyakit yang penting. Air minum dimasak dulu, karena kista akan mati bila dipanaskan
50oC selama 5 menit. Penting adanya jamban keluarga, isolasi, dan pengobatan carier. Pengobatan
massal berkala dengan metronidazol hanya dalam keadaan tertentu [1].
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiati S, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6. InternaPublishing, Jakarta.
2. Staf Pengajar Departemen Parasitologi. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, Edisi 4. FKUI,
Jakarta.
3. Nugroho AW, dkk. 2012. Mikrobiologi Kedokteran, edisi 25. EGC, Jakarta.
Download