948 KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR SUMUR

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR SUMUR BERDASARKAN TOTAL
KOLIFORM DI KABUPATEN TRENGGALEK
Microbiological Quality of Well Water based Total Coliforms in village Trenggalek
Regency
Nur Fitri Rahmawati 1), Rr Eko Susetyorini, 2), Lud Waluyo, 3)
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Tlogomas 246 Malang Telf 464318; email : [email protected]
Abstrak
Bakteri koliform yang keberadaannya merupakan salah satu indikator pencemaran
kualitas air. Bakteri ini bisa menular melalui air yang sudah terkontaminasi. Air sumur
merupakan salah satu sumber air minum yang sering kali menjadi perantara
mikroorganisme patogen berbahaya. Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis kualitas
mikrobiologi air sumur yang dikonsumsi masyarakat di Kabupaten Trenggalek
berdasarkan standar PERMENKES RI/492/MENKES/Per/IV tahun 2010. Analisis kualitas
air dengan metode MPN (Most Probable Number).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dimana lokasi yang dipilih
berdasarkan pada pertimbangan tertentu oleh peneliti itu sendiri. Populasi dalam penelitian
ini adalah 3 sumur gali yang diambil pada Kabupaten Trenggalek di daerah dekat
persawahan, dekat kandang ternak, dan dekat saptic tank. Sampel yang diambil sebanyak ±
100 ml/ sampel air dengan 2 kali ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan pada sampel persawahan, kandang ternak dan saptic
tank memperoleh nilai rata-rata MPN (Most Probable Number) secara berturut-turut
sedangkan (30,1), (>2400), dan (>2400), untuk total bakteri koliform. Berdasarkan data
pada sampel tersebut dapat disimpulkan bahwa semua air sumur gali tanpa pompa tersebut
tidak layak konsumsi berdasarkan PERMENKES RI/492/MENKES/Per/IV tahun 2010.
Kata kunci : Total koliform, air sumur, MPN
Abstract
Coliform bacteria which its indicator of water quality pollution. These bacteria can be
transmitted through contaminated water. The well water is one source of drinking water is
often the intermediary harmful pathogenic microorganisms. This study aims to analyze
microbiological quality of well water consumed by the people in Trenggalek popularity
PERMENKES standard RI / 492 / Menkes / Per / IV in 2010. Analysis of water quality by
the method of MPN (Most Probable Number.
This type of research used in this research is descriptive qualitative. The sampling
technique used purposive sampling, where the locations are chosen based on certain
considerations by the researchers themselves. The population in this study was 3 wells
taken in Trenggalek in areas near rice fields, near the livestock barns, and close saptic tank.
Samples taken as much as ± 100 ml / sample water with 2 replications.
The results showed the samples of rice fields, cattle sheds and tank saptic obtain the
value of the average MPN (Most Probable Number) respectively whereas (30.1), (> 2400),
and (> 2400), for total coliform bacteria. Based on a sample of data, we can conclude that
all water wells without the pump is not suitable for consumption by PERMENKES RI /
492 / Menkes / Per / IV in 2010.
Key words: Total coliforms, water wells, MPN
948
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
PENDAHULUAN
Air memegang peranan penting bagi kehidupan manusia karena dapat digunakan
oleh manusia untuk keperluan sehari-hari, namun Air yang digunakan penduduk tidak
selalu sesuai dengan syarat kesehatan. Banyak faktor-faktor penyebab pencemaran
diantaranya lokasi sumber air dan model kontruksi yang tidak sesuai standar dan seringkali
menjadi perantara berbagai penyakit yang membahayakan kelangsungan hidup manusia.
Begitu juga dengan keadaan air sumur di Wilayah Kabupaten Trenggalek, sumber air yang
ada pada daerah tersebut sering kali keruh dan bau. Dari kenyataan yang ada air sumur
tersebut berdekatan dengan sumber pencemar sehingga diduga tercemar bakteri koliform
berbahaya. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Sirait (2010), pencemaran air
yang mengakibatkan masalah kesehatan manusia melalui perantara air sumur dipengharuhi
oleh beberapa faktor diantaranya kondisi geografis, arah aliran air tanah maupun kontruksi
bangunan fisik sumur.
Bambang (2014), mengungkapkan syarat air minum harus aman, artinya bebas dari
mikroba patogen dan zat yang berbahaya, terutama oleh kontaminasi mikroba yang
berbahaya seperti bakteri koliform. Bakteri koliform adalah salah satu bakteri yang
keberadaannya merupakan indikator keberadaan bakteri patogenik yang lazim digunakan,
dimana keberadaan bakteri ini menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi patogen
atau tidak. Letak sumber pencemar juga mempengaruhi kualitas air yang dikonsumsi,
contoh sumber pencemar adalah jamban, air kotor atau comberan, tempat pembuangan
sampah, kandang ternak dan saluran peresapan.
Tujuan dari penelitian ini adalah Menganalisis kualitas mikrobiologi air sumur di
Kabupaten Trenggalek berdasarkan standar PERMENKES RI/492/MENKES/Per/IV tahun
2010. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat tentang
kelayakan air sumur di lingkungannya dan memberikan informasi sanitasi kontruksi yang
harus diperhatikan karena sanitasi yang buruk akan berdampak negatif bagi lingkungan
kesehatan sehingga dapat mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat sehingga
dapat mengenali dan memahami kondisi sarana air bersihnya dalam upaya melindungi dan
memanfaatkan air bersih.
Kualitas mikrobiologi adalah tingkat standar keberadaan jumlah suatu organisme
hidup yang berukuran mikroskopis yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang seperti
mikroorganisme, mikroba dan protista. Biasanya mikrorganisme tertentu dapat dijadikan
indikator kualitas air yang kehadirannya merupakan bukti bahwa air tersebut tercemar,
seperti bakteri koliform dan bakteri tinja. Bakteri koliform merupakan suatu kelompok
bakteri yang digunakan sebagai salah satu indikator kualitas air adanya cemaran mikroba,
biasanya bisa melalui kotoran yang kondisinya tidak baik terhadap kualitas air, makanan,
maupun minuman. koliform sebagai suatu kelompok bakteri dicirikan sebagai bakteri
berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif
yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam yang ditandai dengan
terbentuknya gas pada tabung yang telah diinkubasi pada media yang sesuai (Waluyo,
2012).
Bakteri koliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air
minum. Kelompok bakteri koliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes
dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara
949
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
langsung, keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh
karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis koliform. Bambang (2014), salah satu
contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air yang telah terkontaminasi
kotoran manusia atau hewan adalah Shigella sp, dan Escherichia coli yaitu mikroba
penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah. Konsentrasi berlebihan
dari mikroorganisme biasanya merupakan akibat dari kontaminasi. Sehingga, air yang akan
digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit
infeksius
Sumur gali tanpa pompa merupakan bangunan penyadap air atau pengumpul air
tanah dengan cara menggali. Kedalaman sumur bervariasi antara 5m–20 m dari permukaan
tanah tergantung pada kedudukan muka air tanah setempat dan juga morfologi daerah.
Air tanah dari sumur gali dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga. Keadaan model
konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat menjadi sumber kontaminasi dan
bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, misalnya sumur dengan konstruksi
atau model terbuka dan pengambilan air dengan timba. Pada segi kesehatan sebenarnya
penggunaan sumur gali ini kurang baik jika airnya langsung dikonsumsi, tetapi untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air yang disebut sebagai air minum adalah air
yang melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan yang meliputi syarat-syarat fisika, kimia,
mikrobiologi, radioaktif dan dapat diminum apabila telah dimasak (Waluyo, 2009).
METEDOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, Sampling atau teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada
pertimbangan tertentu. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei. Data
hasil pemeriksaan kualitas air di Labolatorium diolah secara manual disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi. Hasilnya dibandingkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air bersih. Angka yang
diperoleh dicocokkan dengan table Most Probable Number (MPN).
Cara Kerja :
Tahap Pengenceran Air meliputi: (a) mengambil sampel sebanyak 1 ml dimasukkan
dalam tabung reaksi, kemudian ditambah aquades sebanyak 9 ml sehingga diperoleh
konsentrasi pengenceran 10-1, (b) mengambil sampel sebanyak 1ml dari pengenceran 10-1
dimasukkan dalam tabung reaksi , kemudian ditambah aquades sebanyak 9 ml sehingga
diperoleh konsentrasi pengenceran 10-2. (c) mengambil sampel sebanyak 1ml dari
pengenceran 10-2 dimasukkan dalam tabung reaksi , kemudian ditambah aquades sebanyak
9 ml sehingga diperoleh konsentrasi pengenceran 10-3 (Utami, 2012).
Prosedur Tes Pendugaan (presumtive test) meliputi: (a) menyiapkan 9 tabung reaksi
berisi Kaldu Laktose , member kode A1, A2, A3, B1, B2, B3, C1, C2, dan C3.Memasukkan 1
ml sampel denan pengenceran 10-1 ke dalam tabung A1, A2, A3,. Memasukkan 1 ml sampel
950
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
denan pengenceran 10-2 ke dalam tabung B1, B2, B3. Memasukkan 1 ml sampel dengan
pengenceran 10-3 ke dalam tabung C1, C2, dan C3. (b) menginkubasikan semua tabung
reaksi pada suhu 370 C selama 1 X 24 jam. Jika timbul gas dalam tabung Durham pada
bagian dasar, melakukan Tes Penegasan. Jika tidak ada gas, menunggu sampai 1X 24 jam
berikutnya. Jika tetap tidak ada gas, maka sampel air minum isi ulang tersebut tidak perlu
diperiksa lebih lanjut.
Tes Penegasan (comfirmed test ) meliputi: (a) melakukan inokulasi air minum isi
ulang yang menghasilkan gas pada Tes Pendugaan. Perlakuan seperti Tes Pendugaan,
tetapi medium yang digunakan ialah BGLB ( Brilliant Green Lactose Bile Broth )
sebanyak 9 tabung reaksi , masing-masing diberikan 3 ml. (b) memasukkan semua tabung
reaksi ini dalam inkunbator pada suhu 440 C selama 1 X 24 jam. Jika terdapat pada bagian
dasar tabung Durham, berarti dalam sampel air minum isi ulang terdapat bakteri koliform
fekal.
Test Kesempurnaan (complete test) meliputi: (a) menginokulasikan 0,1 ml sampel
air isi ulang pada masing masing – masing tingkat pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3 pada
medium Mac Conkey Agar ( MCA ), kemudian menginkubasikan pada suhu 440C selama 1
X 24 jam atau 2 X 24 jam, kemudian mengamati koloni bakteri yang tumbuh pada
permukaan medium. Koloni yang berwarna merah merupakan koloni bakteri yang
memfermentasikan lactose, sedang koloni yang tidak berwarna merah merupakan koloni
bakteri yang tidak memfermentasikan lactose. Menghitung jumlah koloni kedua kelompok
bakteri ini, berdasarkan tingkat pengenceran, lalu menghitung reratanya.
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten Trenggalek, dapat
diketahui melalui nilai rata-rata MPN (Most Probable Number) dan hasil penghitungan
pada media MAC (Mac Conkey agar) yang mendapatkan hasil bahwa air sumur pada
sampel yang ada di kabupaten Trenggalek dikatakan tercemar karena nilai total koliform
melebihi ambang batas yang sudah ditentukan Menteri Kesehatan Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa total koliform dalam air harus 0.
951
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Tabel 1.Hasil olah Data Tes Pendugaan dan Tes Penegasan Bakteri Koliform berdasarkan
Standar PermenkesNo.492/Menkes/Per/1V/2010.
N Tempat
Ulang- Kombinasi
Nilai
MPN
Standar
o. Pengam an ke
Tabung Positif
Koliform Tabel
Permenkes
bilan
No.492/Menkes/Pe
sampel
r/1V/2010
dekat
dengan
NF F
NF
F
NF
F
NF
F
sumber
pencema
r
1
1-0-0
1-0-1
0,36
0,072
0
0
1. Persawa 1
han
2
2
0-0-0
2-3-3
<0,03
0,53
0
0
1
3-2-0
3-3-3
0,93
>24.00
0
0
2. Kandan 1
g
2
2
3-3-1
1-3-1
0,46
0,20
0
0
Ternak
1
1
3-3-3
3-3-3
>24,00
>24,00
0
0
3. Saptic
tank
2
2
3-3-3
3-3-3
>24,00
>24,00
0
0
Sumber: Data diolah
Keterangan :
 MPN (Most Probable Number)
 MPN (NF)
= Tes Pendugaan
 MPN (F)
= Tes Penegasan
Tabel diatas pada tahap uji pendugaan dan kepastian menunjukkan bahwa sampel
air yang diamati mengandung bakteri yang mampu memfermentasikan laktosa dan
menghasilkan gas, namun tidak semua bakteri yang dapat mampu memfermentasikan
laktosa dan menghasilkana gas termasuk dalam kelompok bakteri koliform. Misalnya,
bakteri Clostridium perferingens yang tidak termasuk dalam kelompok koliform tapi
mampu menghasilkan gas apabila ditumbuhkan pada media LB (Dwijoseputro, 1998).
Bakteri koliform total merupakan golongan bakteri yang merupakan campuran antara
bakteri fekal, misalnya Escherichia coli dan bakteri non fekal misalnya Enterobacter
aerogenes. Bakteri koliform termasuk dalam bakteri yang membahayakan kesehatan
karena bakteri koliform bersifat toksigenik. Bakteri koliform digunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran tinja dan kondisi yang tidak baik pada air dan makanan. Apabila
terdapat bakteri koliform dalam makanan atau minuman, maka terdapat mikroba yang
bersifat membahayakan bagi kesehatan. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri
koliform pada makanan atau minuman, maka akan semakin tinggi pula risiko kehadiran
bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan pada makanan
atau minuman tersebut sehingga, air yang digunakan untuk keperliuan sehari-hari
berbahaya dan dapat menyebabkan penyakit infeksius (Sirait, 2010).
Kualitas air minum dapat dilihat juga dari banyak tidaknya bakteri patogen yang
terkandung, karena umumnya bakteri patogen ini jika terkonsumsi maka akan
menyebabkan masalah bagi kesehatan manusia seperti diare, muntaber dan masalah
pencernaan lainnya. Menurut Efendi (2003), situasi dan kondisi kualitas air bersih yang
952
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
tidak memenuhi persyaratan akan sangat berbahaya bagi makluk hidup yang bergantung
pada sumber daya air.
Daerah sampel air dekat kandang ternak memiliki nilai rata-rata jumlah koliform total
tertinggi. Hal tersebut terlihat dari keadaan sumur yang digunakan untuk mandi,minum dan
mencuci. Lokasi dekat dengan kandang ternak dengan jarak ± 5 meter dari sumber
pencemar dan sumur dipakai untuk umum. Kontruksi sumur yang memiliki lantai tidak
kedap air dan tidak memiliki tutup sumur dengan standar dan kondisi sanitasi lingkungan
sangat rendah maka, tidak heran jika banyak tercemar oleh bakteri, sehingga dengan
melihat hasil penelitian dan sumber pencemarnya dapat dipastikan ada hubungan antara
jarak dan kontruksi pencemar dari saluran pencernaan hewan maupun manusia sehingga
keberadaanya menandakan bahwa air tersebut telah terkontaminasi feses yang
mengandung patogen usus.
Daerah yang berdekatan dengan saptic tank memiliki jumlah nilai bakteri koliform
terbesar setelah air sumur dibawah kandang ternak. Jarak antara sumber pencemar dan
sumber air 7 meter dan kondisi di sekitar sumber air tersebut memiliki lingkungan yang
sedikit padat penduduk dan adanya saluran air yang tersumbat karena sampah, fasilitas
MCK (mandi, cuci, kakus) yang tidak berfungsi secara optimal baik karena usang, salah
konstruksi, tidak terawat. Adanya bakteri golongan Escherichia coli pada Dusun Karang
tuo ini kemungkinan banyak disebabkan jarak antara tempat pembuangan kotoran manusia
(septic tank) yang letaknya berdekatan dengan bangunan sumur. Rahayu (2013),
mengatakan kondisi perumahan dan lingkungan yang padat dengan kondisi septic tank
yang tidak baik menjadi salah satu faktor penyebab pencemaran air.
Daerah terendah jumlah bakteri koliformnya adalah daerah dekat persawahan.
Daerah ini memang memiliki kontruksi sumur yang memenuhi standar fisik yang bagus,
lokasi ini memiliki lantai yang kedap air, tinggi bibir sumur kurang lebih 80 cm dari
permukaan dan memiliki jenis tanah yang berbeda dari lokasi daerah yang lain. Jarak
dengan sumber pencemar adalah lebih kurang dari 10,5 meter, dengan jenis tanah liat yang
berbeda ini memiliki daya dukung air dan daya resap yang berbeda pula, karena jenis tanah
ini dapat memfiltrasi atau menyaring limbah yang ada di sekitar sumber air sumur tersebut,
meskipun bukan berarti dapat dipastikan terbebas dari kontaminasi bakteri, karena pada uji
total koliform didapatkan nilai <2400/100ml air.
Menurut Dwidjoseputro (1986), air tanah mengandung zat anorganik maupun zatzat organik yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme. Parameter mikrobiologi total koliform dapat dikatakan layak dikonsumsi
apabila jumlah bakteri Escherichia coli dan total koliform adalah (0) dan memenuhi
persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/
Menkes/ Per/IV/2010. Faktor geologis, geografis, dan juga faktor konstruksi pembatas
TPA, saluran air lindi dan sumur itu sendiri dapat mempengaruhi kualitas air sumur.
Sumber air apabila berdekatan dengan sumber pencemaran tinggi dan tidak memiliki
sistem pengendalian pencemaran air maka, bakteri akan merembes dan berpindah secara
horizontal dan vertikal ke bawah bersama dengan air, air seni, atau air hujan yang meresap.
Jarak perpindahan bakteri akan sangat bervariasi tergantung pada berbagai faktor
diantaranya porositas tanah (Bambang, 2014).
953
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Model kontruksi dan cara pengambilan air sumur juga dapat menjadi sumber
kontaminasi, misalnya sumur dengan kontruksi atau model terbuka dan meletakkan timba
di lantai sumur. Dilihat dari segi kesehatan sebenarnya sumur gali ini kurang baik jika
langsung dikonsumsi karena masih mengandung mikroorganisme yang berbahaya.
Menurut Dwidjoseputro (1986), air tanah mengandung zat-zat anorganik maupun zat-zat
organik yang merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme, namun untuk mencegah hal tersebut sebaiknya air sumur dimasak
terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Menurut Bambang (2014),
Faktor
geologis,geografis, dan juga faktor konstruksi pembatas TPA, saluran air lindi dan sumur
itu sendiri dapat mempengaruhi kualitas air sumur, sedangkan menurut Riza (2012), ada
hubungan antara jarak sumur gali dari sumber pencemar.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang tercantum pada olah data diatas didapatkan kualitas
air secara mikrobiologik air sumur didapatkan nilai yang melebihi standar
PERMENKES RI/492/MENKES/ Per/IV tahun 2010. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, menunjukkan bahwa
kualitas mikrobiologik air sumur di Kabupaten Trenggalek rata-rata kualitasnya tidak
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan tidak layak
konsumsi.
2. Kontruksi dan jarak dari sumber pencemar pada sumber air sangat mempengaruhi
banyak atau tidaknya total bakteri koliform yang ada pada air sumur.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap kualitas air sumur gali tanpa pompa
dengan jenis parameter yang berbeda dan tempat dekat pencemaran yang berbeda.
2. Masyarakat dan pemerintah seharusnya ikut serta dalam menanggulangi penyakit
yang dapat ditularkan melalui air melalui pola hidup sehat dan meningkatkan
kesadaran akan kebersihan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, adrian. G. 2014. Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi
Escherichia coli pada Air isi Ulang dari depot di Kota Manado.Jurnal llmiah
Farmasi no.3 vol 3Agustus 2014. ISSN Hal 325-334
Depkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta.
Dwidjoseputro. D, 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Jakarta.
Dwidjoseputro. D, 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan, Jakarta
Efendi, 2003. Peranan air Bagi kehidupan. Penerbit Gramedia, jakarta.
Sirait, R. 2010. Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Merkuri pada Air Sumur Gali di
Area Penambangan Emas Tanpa Izin di Desa Selogiri Kabupaten Wonogiri
Propinsi Jawa Tengah.Tesis, UNDIP, Semarang (Skripsi).
954
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
Rahayu, C. S., Setiadi, O., & Nurjazuli. (2013). Faktor Risiko Pencemaran Mikrobiologi
pada AIr Minum Isi Ulang di Kabupaten Tegal. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Indonesia Vol. 12 No. 1
Riza, Rafikhul. 2012. Hubungan Antara Kondisi Fisik Sumur Gali Dengan Keadaan Nitrit
Air Sumur Gali Di Sekitar Sungai Tempat Pembuangan Limbah Cair Batik. Jurusan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Semarang. Semarang (Skripsi).
Utami, Sri Hastuti. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. UMM Press, Malang.
Waluyo, L., 2012. Mikrobiologi Umum. UMM Press, Malang
Waluyo, L., 2009. Mikrobiologi Lingkungan. UMM Press, Malang
955
Download