Beberapa definisi

advertisement
Beberapa definisi;
1.
Pernyataan formal tertulis mengenai rencana pimpinan perusahaan untuk waktu
yang akan datang, yang dinyatakan dalam satuan uang.
2.
Rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan
perusahaan, yang dinyatakan dalam satuan moneter dan berlaku untuk jangka
waktu tertentu yang akan datang.
3.
Rencana tertulis mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh suatu
organisasi selama jangka waktu tertentu.
`
4.
Pendekatan secara sistematis dan formal tentang fungsi perencanaan dan
pengawasan dari manajemen. Terdiri dari:
a.
Penetapan tujuan organisasi secara luas.
b.
Penetapan tujuan organisasi secara spesifik per bagian yang ada
dalam organisasi.
c.
Rencana keuntungan jangka panjang dan jangka pendek secara rinci.
d.
Penyusunan laporan secara periodik tentang unjuk kerja masingmasing bagian dalam organisasi
e.
Penyusunan prosedur tindak lanjut dari hasil pengawasan/evaluasi.
FUNGSI MANAJEMEN:
1.
Planning
2.
Organizing
3.
Staffing & HRM
4.
Leading & Interpersonal Influence
5.
Controlling
Planning & Controlling
(Perencanaan dan Pengawasan)
PROSES MANAJEMEN:
Planning
Organizing
Controlling
Staffing & HRM
Leading &
Interpersonal Influence
arah proses manajemen
arah feedback ketahap sebelumnya
arah feedback langsung terhadap planning
Modul Anggaran hal 1
Esesnsi dari Perencanaan Manajerial (The Essence of Managerial Planning).
1.
Menghilangkan ketidak efisien-an
2.
Menyiapkan jawaban yang tepat bagi perkembangan/perubahan situasi
(antisipasi).
3.
Meraih keuntungan dari perkembangan/perubahan situasi.
Esesnsi dari Pengawasan Manajerial (The Essence of Managerial Control)
Proses evaluasi dan penilaian dari unjuk kerja setiap bagian dalam organisasi, dan
melakukan koreksi seperlunya untuk meningkatkan efisiensi dalam pencapaian tujuan
organisasi.
Tahapan Pengawasan:: 1.
2.
3.
Preliminary Control
Concurent Control
Feedback Control
COMPREHENSIVE BUDGET (BUDGET LENGKAP):
Budget Penjualan
XXXXXXXX
Budget Produksi:
Budget Biaya Bahan Mentah
Budget Biaya Tenaga Kerja Langsung
Budget Biaya Overhead
Budget Harga Pokok Produksi
XXXXXXXX
XXXXXXXX
XXXXXXXX (+)
XXXXXXXX
Budget Biaya Administrasi dan Distribusi
Budget Harga Pokok Penjualan
Budget Laba Operasi Perusahaan
XXXXXXXX (+)
XXXXXXXX (+)
XXXXXXXX
Rencana Laporan Laba Rugi
Budget Kas Lengkap
Rencana Neraca Akhir
Modul Anggaran hal 2
BUDGET PENJUALAN
Budget Penjualan (Sales Budget) disusun berdasarkan Rencana Penjualan (Sales
Planning). Tujuan Sales Planning:
1.
Mengurangi ketidakpastian pendapatan di masa yang akan datang.
2.
Memberikan bahan/dasar pemikiran bagi manajemen untuk mengambil keputusan
tentang pemasaran, dengan memasukkan unsur pengalaman, keahlian, intuisi,
instink, dan menghasilkan suatu kebijakan (judgment).
3.
Memberi informasi bagi penyusunan perencanaan bagian-bagian lain dalam
organisasi.
4.
Memberikan pedoman bagi kegiatan pengawasan dari manajemen.
Tahapan penyusunan Sales Budget:
Sales Forecasting (1): bukan perencanaan.
Suatu pernyataan dan atau taksiran
secara kuantitatif tentang keadaan
dimasa yang akan berdasarkan data historis
Tentative Sales Budget (3): Usulan
Budget Penjualan lengkap yang
harus disahkan dalam rapat direksi.
Sales Planning (2): Didasarkan pada
forecasting, dengan memasukkan
unsur judgment, pertimbangan, naluri,
pengalaman, dsb.
Sales Budget (4): Budget penjualan
yang sudah disetujui oleh direksi
untuk bahan penyusunan Budget
Lengkap, dan kemudian
dioperasionalkan
Metode Forecasting: Banyak cara, tetapi yang akan dibahas hanya metode least square
dan regresi tunggal.
Modul Anggaran hal 3
METODE LEAST SQUARE
A. Data Genap
A. Data Ganjil
Modul Anggaran hal 4
METODE REGRESI TUNGGAL
Tingkat penjualan padi diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat penjualan jagung. Apabila
harga padi naik maka orang akan beralih untuk membeli jagung, dan sebaliknya apabila
harga padi turun, maka orang akan membeli kembali padi. Di bawah ini adalah data
historis penjualan padi dan jagung dalam ribuan ton:
Kuat tidaknya pengaruh penjualan jagung terhadap penjualan padi dapat diukur dengan
koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus:
r
n  XY -  X Y
n  Y 2   (Y) 2 n  X 2   (X) 2
hasilnya r = .................... kesimpulannya lihat penjelasan di bawah ini.
Apabila r mendekati +1, maka variabel X (jagung) mempunyai pengaruh yang kuat dan
positip terhadap variabel Y (padi).
Apabila r mendekati -1, maka variabel X (jagung) mempunyai pengaruh yang kuat dan
negatif terhadap variabel Y (padi).
Apabila r mendekati 0, maka variabel X (jagung) tidak/kurang berpengaruh terhadap
variabel Y (padi).
Modul Anggaran hal 5
PERTIMBANGAN MARKET SHARE
Berikut ini adalah data penjualan 5 jenis mobil hasil rakitan Indonesia:
Jika pada tahun 2013 Honda akan meningkatkan pangsa pasarnya dengan 1,5% dibanding
pangsa pasar tahun 2012, berapa unit mobil yang harus dijual oleh Honda?
Forecasting harus dilakukan untuk penjualan industri sbb:
Modul Anggaran hal 6
6. PERTIMBANGAN HARGA-BIAYA-VOLUME
Direksi sebuah perusahaan dagang SEDERHANA telah menerima usulan anggaran
penjualan (tentative sales budget) sebagai berikut:
Penjualan (2.000 unit a Rp1.750,00)
Biaya Variabel (Rp525,00 per unit)
Rp
Rp
3,500,000.00
1,050,000.00
Contribution Margin
Biaya Tetap
Rp
Rp
2,450,000.00
600,000.00
Laba Operasi
Rp
1,850,000.00
Direksi Memandang bahwa tentative budget tersebut belum optimal. Setelah melalui
diskusi yang panjang akhirnya diperoleh 3 alternatif pemecahan sbb:
A.
B.
C.
Harga dinaikkan 10%
Volume penjualan dinaikkan 10%, harga dan biaya tidak berubah
Harga dinaikkan 10%, volume penjualan dinaikkan 5%, dengan akibat biaya tetap
naik dengan Rp65.000,00.
Alternatif mana yang akan dipilih?
A. Harga dinaikkan 10%
Penjualan =
……….
X
……….
……………….…
Biaya Variabel (Rp525,00 per unit)
………………….
………………….
………………….
Contribution Margin
Biaya Tetap
Modul Anggaran hal 7
Catatan:
1.
Hukum penawaran dan permintaan tidak berlaku.
2.
Biaya tetap bertambah dengan Rp65.000,00 ditujukan untuk menambah anggaran
pemasaran.
Seandainya dalam contoh kasus di atas, dewan direksi tetap memutuskan untuk
mempergunakan tentative budget yang disahkan sebagai budget penjualan, dan biaya
tetap telah teralokasikan seluruhnya. Perusahaan pada tahun ini akan mendapat
pesanan dari luar negeri (yang harus diserahkan pada tahun ini juga) sebesar 1.000 unit
dengan harga Rp1.500,00 per unit. Apakah pesanan ini akan diterima?
Tentative
Perhitungan
Budget
Volume
2000 unit
Revenue
……X…….
………………..
Variabel Cost ……X…….
………………..
CM
………………..
Fixed Cost
………………..
Profit
………………..
Pesanan
Perhitungan
Baru
1500 unit
……X…….
………………..
……X…….
………………..
………………..
………………..
………………..
Total
3500 unit
………………..
………………..
………………..
………………..
………………..
Kesimpulan: ......................................................................................................................
............................................................................................................................................
Catatan:
1. Biaya Tetap telah teralokasikan seluruhnya
2. Pasar pesanan baru benar-benar terpisah dari pasar reguler.
Modul Anggaran hal 8
Contoh Budget Penjualan:
PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUPER
Ringkasan Tactical Sales Plan - Unit dan Rupiah
Per Propinsi, Per Produk
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2009
Produk X
Produk Y
Ref.
Unit
Rupiah
Unit
Rupiah
Daerah
Pemasaran
Jawa Barat
X-Rp5,00;Y-Rp2,00
Jawa Tengah
X-Rp5,10;Y-Rp2,10
Jawa Timur
X-Rp5,10;Y-Rp2,10
Total
Total
Rupiah
(input)
340000 1700000
210000
420000 2120000
(input)
500000 2550000
170000
357000 2907000
(input)
160000 816000
1000000 5066000
120000 252000 1068000
500000 1029000 6095000
ANALISIS VARIAN BUDGET PENJUALAN
Budget penjualan adalah rencana. Setelah rencana tersebut dilaksanakan, seringkali
muncul perbedaan antara yang direncanakan dengan realisasinya. Perbedaan atau
penyimpangan ini harus diketahui dengan pasti penyebabnya. Oleh karena itu, perbedaan
tersebut perlu dianalisis untuk diketahui penyebab utamanya. Perbedaan yang terjadi dan
sejak awal sudah diketahui secara pasti mengenai penyebabnya, tidak perlu dianalisis,
misalnya:
1.
2.
3.
4.
Perbedaan yang terjadi tidak materiil
Perbedaan yang terjadi karena kesalahan penyusunan laporan.
Perbedaan yang terjadi disebabkan oleh keputusan manajemen.
Perbedaan yang terjadi disebabkan oleh faktor-faktor diluar kendali manajemen
(uncontrollable factor)
Sehingga yang perlu dianalsis adalah perbedaan yang terjadi cukup besar dan tidak
diketahui secara jelas penyebab utamanya, serta tidak jelas pula tentang siapa yang harus
bertanggung jawab (untuk penilaian prestasi).
Contoh kasus:
Tabel 1. Ringkasan Laporan Hasil Penjualan untuk Bulan Januari 2010
Modul Anggaran hal 9
Dari laporan di atas, diketahui terjadi perbedaan secara total sebesar Rp....................., dan
perbedaan tersebut adalah perbedaan yang merugikan (pendapatan sesungguhnya lebih
kecil dari yang direncanakan). Laporan tersebut memberi petunjuk kepada manajer
untuk mengarahkan analisis lebih fokus kepada daerah pemasaran yang menghasilkan
perbedaan (selisih) paling besar, yaitu daerah pemasaran JAWA BARAT.
Tabel 2. Laporan Hasil Penjualan - JABAR untuk Bulan Januari 2010
Dari Tabel 2. tersebut dapat dilihat bahwa total selisih merugikan sebesar
Rp860496.tersebut disebabkan oleh 2 hal yaitu (baik produk A maupun produk B):
1.
2.
Selisih kuantitas (Q)
Selisih harga (P)
Seberapa besar kontribusi selisih kuantitas dan selisih harga tersebut terhadap total
selisih? Hal ini dapat dihitung dengan cara:
Kontribusi Selisish Kuantitas (Q) = (Q realisasi - Q budget) x P budget
Kontribusi Selisih Harga (P) = (P realisasi - P budget) x Q realisasi
Pedoman: 1.
Menghitung kontribusi selisih Q terhadap total selisih pedomannya
adalah P budget
2. Menghitung kontribusi selisih P terhadap total selisih pedomannya
adalah Q realisasi
Sehingga analisis varian untuk contoh kasus di atas:
Modul Anggaran hal 10
Kesimpulan: Total selisih merugikan sebesar Rp......................terutama disebabkan oleh
selisih kuantitas penjualan produk A senilai Rp.......................dan selisih kuantitas
penjualan produk B senilai Rp......................(terdapat selisih menguntungkan karena
harga senilai Rp.....................). ………………………………………………TUGAS 1
BUDGET PRODUKSI
Budget Penjualan digunakan sebagai dasar penyusunan Budget Produksi. Perusahaan
manufaktur akan membuat budget produksi berdasarkan budget penjualan yang telah dibuat.
Untuk perusahaan dagang dan jasa, budget penjualan digunakan untuk menyusun budget
pembelian dan budget kebutuhan kapasitas pelayanan jasa.
Perusahaan
Manufaktur
Perusahaan
Perusahaan
Jasa
Budget Penjualan
Budget Penjualan
Budget Penjualan
+
Budget Persediaan
Akhir Barang Jadi
+
Budget Persediaan
Akhir Barang Dagangan
Budget Kebuituhan
Pelayanan Jasa
Dagang
=
Total Kebutuhan
Barang Jadi
-
=
Total Kebutuhan
Barang Dagangan
-
Budget
Persediaan Awal
Barang Jadi
=
Budget Persediaan
Awal Barang Jadi
Budget Produksi
Budget Pembelian
Barang Dagangan
=
-
Budget Bahan Lansung
Budget Tenaga Kerja Lansung
Budget Biaya Overhead
Untuk perusahaan Manufaktur dan Dagang, dalam menyusun budget produksi pembelian)
termasuk didalamnya menyusun budget persediaan. Pembahasan selanjutnya akan
difokuskan pada penyusunan budget produksi dan budget pembelian barang dagangan.
(perusahaan manufaktur dan dagang).
Modul Anggaran hal 11
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Contoh Kasus:
Budget Penjualan per bulan untuk tahun 2013 sbb:
Berdasarkan budget penjualan tersebut, kalau rencana persediaan akhir tahun 2013 adalah
1.500 unit, dan pada awal Januari di gudang terdapat sisa produksi tahun lalu sebesar
1.200, maka Budget Produksi untuk tahun 2013 dapat disusun sebagai berikut:
Budget Produksi tahun 2013
Untuk menjabarkan Budget Produksi tahunan ke dalam bulanan ada 2 kebijakan yang
dapat digunakan:
1.
Stabilitas Produksi
2.
Stabilitas Persediaan
1.
Stabilitas Produksi
Kebijakan ini mengatakan bahwa manajer menginginkan tingkat produksi per bulan
relatif tetap, tidak berfluktuasi. Apabila manajer memutuskan untuk menggunakan
kebijakan stabilitas produksi, maka perhitungannya sbb:
Rencana Produksi per tahun = 140.300 unit
Rata-rata produksi per bulan = ................. unit/..... bulan = 11.691,67 unit.
Karena angka yang diperoleh tidak bulat (pecahan), maka perlu dilakukan pembulatan.
Pembulatan (bila perlu) yang dilakukan tidak harus mengikuti kaidah matematik. Budget
adalah perencanaan, sehingga pembulatan yang dilakukan diusahakan menghasilkan
angka bulat yang mempermudah perhitungan selanjutnya. Misalnya rata-rata produksi
tersebut dibulatkan menjadi 11.700 unit.
Rencana Produksi per tahun
140.300 unit
Hasil pembulatan Budget Produksi utk. 1 tahun = 11.700 unit x 12 bulan 140.400 unit
Selisih lebih (kurang)
100 unit
Judgment: Selisih lebih 100 unit di alokasikan ke dua bulan pertama masing masing 50
unit
Modul Anggaran hal 12
Sehingga Budget Produksi per bulan menjadi:
Budget Produksi secara lengkap sebagai berikut:
1.
Stabilitas Persediaan
Apabila manajer memutuskan untuk menggunakan kebijakan stabilitas persediaan, maka
perhitungannya sebagai berikut:
Persediaan Awal
Persediaan Akhir
.............unit
............ unit
Selisih
............ unit
Judgment*): .........................................................................................................................
..............................................................................................................................................
*) tergantung keputusan manajer.
Modul Anggaran hal 13
Sehingga Budget Persediaan Awal sbb::
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
……….
……….
……….
……….
……….
……….
unit
unit
unit
unit
unit
unit
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
……….
……….
……….
……….
……….
……….
unit
unit
unit
unit
unit
unit
Budget Produksi secara lengkap sebagai berikut:
Total
1 thn
Jan
Feb
Maret
Sales Budget
Persd. Akhir
Kebutuhan
Pesd. Awal
Bdgt. Prod.
Juli
Agst
Sept
Oktb
Sales Budget
Persd. Akhir
Kebutuhan
Pesd. Awal
Bdgt. Prod.
Modul Anggaran hal 14
April
Mei
Nov
Des
Juni
Faktor Barang Setengah Jadi (WIP)
Budget Penjualan Thn 2010
Barang X
Barang Y
Rencana Persediaan
Barang Jadi
Barang X
Barang Y
Awal
5,000
12,500
Akhir
6,000
14,000
50,000 unit
40,000 unit
Barang Setengah Jadi
Awal
Akhir
Unit
%Selesai
Unit
%Selesai
0
0
0
0
4,500
80%
4,000
80%
Budget Produksi:
Budget Penjualan
Budget Persediaan Akhir
Barang Jadi
Barang 1/2 Jadi
Total Kebutuhan
Budget Persediaan Awal
Barang Jadi
Barang 1/2 Jadi
Budget Produksi
Barang X
(unit)
………….
Barang Y
Perhitungan
(unit)
……….
………….
……….
………….. …….. x ……. unit ……….
………….
……….
………….
……….
………….. …….. x ……. unit ……….
………..
……….
Analisis varian di Bagian Produksi akan dibahas bersama-sama dengan analisis
varian di Bagian Pembelian Bahan. Karena penyimpangan di Bagian Produksi
merupakan ikutan dari penyimpangan di Bagian Pembelian Bahan.
PERUSAHAAN DAGANG
Budget Penjualan yang sudah disusun, digunakan untuk membuat budget persediaan dan
budget pembelian barang dagangan. Pada dasarnya ada 3 budget yang harus disusun,
yaitu: 1.
Budget Persediaan Awal/Akhir Barang Dagangan
2.
Budget Pembelian Barang Dagangan pada harga jual
3.
Budget Pembelian Barang dagangan pada harga pokok (beli)
Contoh:
Budget Penjualan
Budget Persediaan Akhir
Kebutuhan Barang Dagangan
Budget Persediaan Awal
Budget Pembelian Barang Dagangan
Rp1.000.000,00
150.000,00
1.150.000,00
250.000,00
Rp 900.000,00
(harga jual)
(harga jual)
Perusahaan membeli barang dagangan dengan ukuran harga beli, padahal budget
pembelian dalam contoh di atas diperoleh dari penjabaran budget penjualan yang
perhitungannya menggunakan dasar harga jual. Oleh karena itu, budget pembelian
bersdasarkan harga jual tersebut (Rp900.000,00) harus di konversi ke dalam harga beli
(pokok)
Modul Anggaran hal 15
Tahap penyusunan budget pembelian:
1.
Setelah budget penjualan tersusun, budget persediaan akhir ditentukan lebih
dahulu, sehingga diperoleh seluruh kebutuhan barang dagangan.
2.
Langkah berikutnya menentukan budget persediaan awal dengan metode stocksales ratio.
3.
Kemudian menyusun budget pembelian barang dagangan (masih berdasarkan
harga jual) dengan memperhitungkan faktor reduksi.
4.
Mengkonversi budget pembelian barang dagangan ke dalam harga beli, dengan
menggunakan kebijakan mark up yang ditentukan.
Stock-Sales Ratio dapat ditentukan berdasarkan harga jual (at retail) atau berdasarkan
harga beli (at cost).
1. Stock-Sales Ratio at Retail (harga jual)
Rata - rata persediaan awal pada harga jual
 Stock Sales Ratio at Retail
Penjualan bersih
2. Stock-Sales Ratio at Cost (harga beli)
Rata - rata persediaan awal pada harga beli
 Stock Sales Ratio at Cost
Harga pokok Penjualan
Contoh perhitungan Stock Sales Ratio:
Rencana penjualan 100.000 unit dengan harga jual Rp100,00 per unit. Harga poko
pembelian adalah Rp80,00 per unit. Rencana persediaan awal berdasarkan harga jual
adalah Rp7.500.000,00. Berapa Stock-Sales Ratio baik at retail maupun at cost?
Budget Penjualan = ……….. x …………… = ……………….
HP Penjualan
= ……….. x …………… = ……………….
Nilai Persediaan Awal pada harga jual =
……………………
Nilai Persediaan Awal pada harga beli = (Rp…………./Rp…….) x Rp……………
= ………………..
Stock-Sales Ratio at Retail = Rp…….………./Rp…………….. =
…………...
Stock-Sales Ratio at Cost = Rp……….……./Rp……………. =
…………...
Contoh kasus penyusunan budget pembelian barang dagangan secara lengkap:
Rencana Stock-Sales Ratio, penjualan, dan persediaan akhir untuk beberapa macam
barang dari toko MELIA sbb:
Modul Anggaran hal 16
Jenis
Stock-Sales
Barang
Ratio at Retail
Sabun mandi
0.10
Bedak Bayi
0.15
Rokok
0.20
Buku Tulis
0.05
Kain Batik
0.15
Budget
Penjualan
Rp 3,000,000.00
Rp 2,500,000.00
Rp 5,000,000.00
Rp 4,000,000.00
Rp 3,500,000.00
Rencana
Persediaan Akhir
Rp 500,000.00
Rp 100,000.00
Rp 200,000.00
Rp 100,000.00
Rp 600,000.00
Dari data tersebut di atas, dapat dihitung rencana persediaan awal barang dagangan sbb:
Jenis
Stock-Sales
Budget
Rencana Persediaan
Barang
Ratio at Retail
Penjualan
Awal (harga jual)
Sabun mandi
Bedak Bayi
Rokok
Buku Tulis
Kain Batik
Jumlah
Setelah budget persediaan awal tersusun, langkah berikutnya adalah menyusun budget
pembelian barang dagangan dengan memperhitungkan faktor reduksi yang mungkin
terjadi, yaitu penurunan harga, diskon, kerusakan barang, kehilangan, dsb. Faktor reduksi
ditentukan berdasarkan data historis (pengalaman periode sebelumnya). Toko MELIA
memperkirakan reduksi untuk masing-masing barang sbb:
Jenis Barang
Sabun mandi
Bedak Bayi
Rokok
Buku Tulis
Kain Batik
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Reduksi
62,500.00
12,500.00
25,000.00
12,500.00
75,000.00
Budget Pembelian berdasarkan harga jual dapat disusun sbb:
Jenis
Barang
Budget
Penjualan
(1)
Budget
Reduksi
(2)
Budget
Budget
Persediaan Persediaan
Akhir (3)
Awal (4)
Sbn Mnd
Bedak By
Rokok
Buku Tls
Kain Btk
Jumlah
Modul Anggaran hal 17
Budget
Pembelian
= (1+2+3)-4
Budget pembelian barang dagangan tersebut adalah berdasarkan harga jual, oleh karena
itu harus dikonversi ke dalam harga beli (harga pokok). Diketahui bahwa rencana initial
markup sales price:
Sabun Mandi
Bedak Bayi
Rokok
Buku Tulis
Kain Batik
30% atau 0,30
20% atau 0,20
10% atau 0,10
25% atau 0,25
30% atau 0,30
Budget Pembelian Barang Dagangan berdasarkan harga beli sbb:
Jenis
Barang
Budget
Rencana Cost Multiplier
Budget
Pembelian
Markup (1-Markup)
Pembelian
(pada harga jual)
(pada harga beli)
Sabun Mandi
Bedak Bayi
Rokok
Buku Tulis
Kain Batik
Jumlah
…………………TUGAS 2……….
BUDGET BAHAN MENTAH (MATERIAL)
Pembahasan selanjutnya adalah budget-budget yang harus disusun oleh perusahaan
manufaktur. Setelah budget produksi selesai disusun, budget berikutnya yang harus
dibuat adalah budget kebutuhan bahan mentah (lihat skema hal 11). Tahap penyusunan
budget bahan mentah ini mencakup penyusunan beberap budget, yaitu:
1.
Budget kebutuhan bahan mentah.
2.
Budget pembelian bahan mentah.
3.
Budget persediaan bahan mentah
4.
Budget biaya bahan yang habis digunakan.
Contoh kasus:
Budget Produksi untuk bulan Januari s/d Juni 2013:
Modul Anggaran hal 18
Budget Kebutuhan Bahan dapat disusun sbb:
Departemen I
Bahan Y
Bln Ba Budget Bahan X
rang Produksi Std Kbth Std Kbth
Jan A
B
Sub Total
Feb A
B
Sub Total
Mrt A
B
Sub Total
Apr A
B
Sub Total
Mei A
B
Sub Total
Jun A
B
Sub Total
Total
Departemen II
Bahan X
Bahan Y
Std Kbth Std Kbth
Dari Budget kebutuhan Bahan tersebut dapat disusun Budget Pembelian Bahan.
Budget Kebutuhan Bahan
Budget Persediaan Akhir Bahan
Total Bahan yang dibutuhkan
Budget Persediaan Awal Bahan
Budget Pembelian Bahan
xxxxxx
xxxxxx (+)
xxxxxx
xxxxxx (-)
xxxxxx
Informasi tambahan yang diperlukan adalah
Bahan X
Budget Persediaan Awal
Januari
500 kg
Budget Persediaan Akhir
Januari
200 kg
Februari
300 kg
Maret
400 kg
April
200 kg
Mei
100 kg
Juni
300 kg
Harga beli per unit bahan: X = Rp10,00 per kg
Y = Rp15,00 per lt
Modul Anggaran hal 19
Bahan Y
300 Lt
400 Lt
600 Lt
500 Lt
300 Lt
400 Lt
600 Lt
.
Total Kebutuhan
Bahan X Bahan Y
Ringkasan Budget Pembelian Bahan Januari s/d Juni (per 6 bulan):
Budget Kebutuhan Bahan
Budget Persediaan Akhir
Total Kebutuhan
Buget Persedian Awal
Budget Pembelian
Bahan X
kg
kg
kg
kg
kg
Bahan Y
lt
lt
lt
lt
lt
Budget Pembelian Bahan per bulan:
Bulan
Budget Budget Total Budget Budget Harga
Budget
dan Bahan
Kbthn Persd. Kbthn Persd. Pemb. Bahan Pemb. Bahan
Bahan Akhir Bahan Awal (Satuan) /satuan
(Rp)
Bahan X (kg)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Sub Total
Bahan Y (Lt)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Sub Total
Grand Total
ANALISIS VARIAN PRODUKSI & PEMBELIAN BAHAN
Laporan Kegiatan Bagian Pembelian Bahan
Pembelian Bahan X - Bulan Januari
Pembelian Bahan X
Budget
Realisasi
Varian
Kuantitas (kg)
13,200
13,000
200
Rata-rata harga
Rp10.00
Rp10.50
-Rp0.50
Total Biaya
Rp132,000.00 Rp136,500.00 -Rp4,500.00
Modul Anggaran hal 20
Laporan Kegiatan Bagian Produksi
Departemen I - Barang A - Bulan Januari
Produksi
Budget
Barang A
Unit
Rupiah
Volume Produksi 2,000
Bahan X (kg)
Bahan Y (Lt)
HPP/Unit A
Realisasi
Unit
Rupiah
1,800
Varian
Unit
Rupiah
-200
4,000 Rp 40,000.00 4,000 Rp 42,000.00
0 Rp (2,000.00)
8,000 Rp 120,000.00 8,120 Rp 121,800.00 -120 Rp (1,800.00)
Rp 160,000.00
Rp 163,800.00
Rp (3,800.00)
Rp
80.00
Rp
91.00
Rp (11.00)
Analisis Varian Bagian Produksi
Untuk mengetahui berapa sesungguhnya selisih yang terjadi, analisis varian harus
dilakukan dengan membandingkan antara realisasi produksi dengan yang
seharusnya (budgeted adjusted/disesuaikan dengan tarip budget)
BUDGET PERSEDIAAN BAHAN MENTAH
Nilai persediaan bahan mentah dapat berbeda karena perbedaan metode yang digunakan.
Ada 3 metode pengelolaan persediaan:
1.
FIFO (first in first out/masuk pertama keluar pertama)
MPKP
2.
Rata-rata
Kedua metode tersebut bukan untuk mengelola fisik bahan mentah, tetapi untuk
perlakuan harga bahan mentah.
Contoh: Persediaan awal Januari 2013 adalah 1.000 unit dengan harga Rp10,00 per unit
Modul Anggaran hal 21
Realisasi Pembelian dan Pemakaian Bahan dari segi kuantitas sesuai dengan budget,
tetapi dari segi harga berbeda sebagai berikut:
Pembelian bahan tahun 2012 seluruhnya dengan harga Rp10,00 per kg
Pembelian 1 Januari 2013 sebesar 13.200 kg dengan harga Rp9,00 per kg
Pembelian 1 Februari 2013 sebesar 15.800 kg dengan harga Rp12,00 per kg
Pemakaian Bahan: s/d 31 Januari 2013 sebesar 13.000 kg; s/d 28 Februari 2013 sebesar
15.700 kg. Berapakah nilai persediaan pada tanggal 28 Februari 2013?
Metode MPKP (FIFO):
Metode Rata-rata:
Modul Anggaran hal 22
BUDGET BIAYA BAHAN YANG HABIS DIGUNAKAN
Budget lain yang harus disusun sebagai ikutan dari Budget Bahan Mentah adalah Budget Biaya Bahan Yang Habis Digunakan. Budget ini
disusun untuk mempermudah manajer mengetahui rencana Harga Pokok Produksi, sebab biaya bahan yang habis digunakan untuk
memproduksi barang akan menjadi salah satu unsur pembentuk Harga Pokok Produksi. Budget Biaya Bahan Yang Habis Digunakan
disusun sebagai berikut:
Barang A
Barang B
Bulan
Kbthn Utk Harga/
Jumlah
Kbthn Utk Harga/
Jumlah
TOTAL
dan Bahan
Produksi
Unit
(Rp)
Produksi
Unit
(Rp)
UNIT
RUPIAH
Januari
Jumlah
Februari
Jumlah
Maret
Jumlah
April
Jumlah
Mei
Jumlah
Juni
X(kg)
Y(lt)
X(kg)
Y(lt)
X(kg)
Y(lt)
X(kg)
Y(lt)
X(kg)
Y(lt)
X(kg)
Y(lt)
Jumlah
TOTAL
Rp
………………………………..TUGAS 3………….
-
Modul Anggaran hal 23
Rp
-
Rp
-
BUDGET TENAGA KERJA LANGSUNG
Budget Tenaga Kerja Lansung termasuk budget yang harus disusun setelah Budget
Produksi selesai dibuat. Dalam praktek, budget ini meliputi perencanaan yang cukup luas
dan kompleks, yaitu:
1.
Rencana kebutuhan tenaga kerja lansung
2.
Deskripsi dan spesifikasi jabatan
3.
Rencana Rekrutmen
4.
Rencana Pelatihan (Training)
5.
Pengukuran unjuk kerja
6
Biaya Upah dan Gaji
Secara ringkas, manajer harus membuat perencanaan mulai dari kebutuhan TKL s/d
besarnya biaya yang harus dikeluarkan. Misalnya diketahui rencana produksi sbb:
Bulan
Barang A Barang B
(unit)
(unit)
Januari
2000
1500
Februari
2500
1600
Maret
2200
1500
April
2750
1300
Mei
2500
1800
Juni
3000
1800
Standar Jam Tenaga Kerja Langsung:
Departemen Barang A Barang B Tari Upah
Produksi
(Jam/unit) (Jam/unit) Per Jam
I
0,5
0,8
Rp20.00
II
0,4
0,2
Rp10.00
Maka Budget Biaya Tenaga kerja Langsung dapat disusun sbb:
Ba
Budget
Bln rang Produksi
Jan
A
B Y
Sub Total
Feb
A
B Y
Sub Total
Mrt
A
B Y
Sub Total
Apr A
B Y
Sub Total
Mei A X
B Y
Sub Total
Jun
A
B Y
Sub Total
TOTAL
Std
Departemen I
Total
Upah
Total
Jam Prdk
/jam
Biaya TKL Std
Analisis Varian untuk Tenaga Kerja Langsung
Modul Anggaran hal 24
Departemen II
Total
Upah
Total
Jam Prdk
/jam
Biaya TKL
Grand Total
Biaya TKL
Laporan Kegiatan Bagian Produksi
Departemen I - Barang A - Bulan Januari
Produksi
Barang A
Budget
Realisasi
Varian
Volume Produksi
2,000 unit
1,900 unit
-100 unit
Std Jam TKL/unit
0.50 jam
0.60 jam
-0.10 jam
Total Jam TKL
1,000 jam
1,140 jam
-140 jam
Upah/jam
Rp
20.00
Rp
22.00
Rp
(2.00)
Total Biaya TKL
Rp 20,000.00
Rp 25,080.00
Rp (5,080.00)
Hal penting yang harus diperhatikan adalah bahwa selisih jam kerja TKL juga disebabkan
oleh 2 hal, yaitu karena volume produksi lebih kecil dari budget dan standar jam kerja per
unit juga berbeda (lebih boros dari budget). Oleh karena itu, untuk mengetahui berapa
sesungguhnya selisih yang terjadi, analisis varian harus membandingkan antara realisasi
dengan yang seharusnya terjadi menurut tarip budget (budgeted adjusted/disesuaikan
dengan tarip budget), sbb:
Produksi
Barang A
Realisasi
Seharusnya
Varian
Volume Produksi
unit
unit
unit
Std Jam TKL/unit
jam
jam
jam
Total Jam TKL
jam
jam
jam
Upah/jam
Total Biaya TKL
Selisih efisiensi TKL (Q) = (……. jam -…... jam) x Rp….... = ……………
Selisih tingkat upah (P) = (Rp…….. -Rp…….) x ….. jam = ……………
Total selisih
=
……………
Catatan: Pedoman tetap sama dengan hal 10, hanya kolom budget diganti dengan yang
seharusnya terjadi.
.........................................................................................................................TUGAS 4
BUDGET BIAYA PABRIK TIDAK LANGSUNG
Manufacturing Overhead Budget
Budget Biaya Overhead
Biaya overhead/biaya pabrik tidak langsung adalah biaya-biaya yang terdapat dan terjadi
di lingkungan Departemen Produksi tetapi tidak berhubungan langsung dengan barang
yang diproduksi.
Modul Anggaran hal 25
Departeman
Produksi
Departemen
Pembantu
(overhead cost)
1. Biaya Bahan (liter, meter, kg)
2. Biaya TKL (jam/DLH)
3. Biaya Tak Langsung (DMH)
(overhead cost)
1. Biaya Listrik (watt/KWH)
2. Biaya Reparasi dan
Pemeliharaan (DRH)
Harga
Pokok
Produksi
(Rp)
Dari diagram di atas terlihat bahwa budget biaya overhead terkait dengan:
1. Penentuan Harga Pokok Produksi
2. Dua Departemen (pada umumnya), yaitu: Dept. Produksi dan Dept. Pembantu
3. Satuan yang digunakan masing-masing Departemen (activity base)
Contoh kasus:
Budget Produksi untuk tahun 2001: Produk A
14.000 liter
Produk B
8.000 kg
Proses produksi produk A melalui Dept. Produksi I dan Dept. Produksi 2, sedang produk
B hanya diproses di Dept. Produksi 2. Ke 2 Dept. Produksi tersebut di dukung oleh Dept
Repair dan Maintenance (R&M). Satuan tingkat kegiatan (activity base) dan budget biaya
overhead yang telah ditetapkan adalah sbb:
Departemen
1
2
R&M
Satuan
Unit
Direct Machine Hours (DMH)
Direct Repair Hours (DRH)
Budget Biaya Overhead
Rp520.000,00
Rp320.000,00
Rp120.000,00
Standar penggunaan masing-masing Departemen Produksi
1 Lt. Produk A
1 kg Produk B
Dept. R&M
Dept. 1
1 unit
0,2 DRH/Unit
Dept. 2
4 DMH
3 DMH
0,07 DRH/DMH
Untuk membuat budget biaya overhead hingga diperoleh Harga Pokok Produksi, ada 3
langkah perhitungan sebagai berikut:
Modul Anggaran hal 26
1. Menghitung Beban per Departemen dihubungkan dengan budget biayanya.
Departemen
Perhitungan
Beban/Satuan Budget Biaya
Dept. 1
Total Beban
………. Unit ……………
Dept. 2
A:
………. Lt
X ….. DMH = ……….. DMH
B:
………. Kg
X ….. DMH = ………… DMH
Total Beban
………. DMH ……………..
Dept. R&M Dept. 1: ………. Unit X …… DRH = ………. DRH
Dept. 2: ………. DMH X …… DRH = ………. DRH
Total Beban
………. DRH ……………..
2. Menghitung tarip biaya overhead per Departemen Produksi (Overhead Rates)
Perhitungan
Dept. 1
……………
Budget Biaya Overhead =
Alokasi Biaya Dept. R&M:
Ke Dept. 1: ( ….. DRH / ….. DRH) X ……….
Ke Dept. 2: ( ….. DRH / ….. DRH) X ………..
Total Biaya Overhead/Dept.
=
=
……………
……………
……….
Rencana Output
Tarip Biaya Overhead/Dept. Produksi
Dept. 2
……………
……….
…………….
…………..
unit ………. DMH
/unit ……….. /DMH
3. Menghitung Harga Pokok Produksi per jenis produk:
Produk A =
14000 Lt Produk A =
Biaya
Biaya
Total
per Lt.
Total
Rp 140,000.00 Rp 10.00 Rp 120,000.00
Rp
70,000.00 Rp 5.00 Rp 28,000.00
Biaya Bahan Langsung (given)
Biaya TKL (given)
Biaya Overhead:
Produk A:
Dept. 1 = …….
Dept. 2 = …….
unit X …….
DMH X ……..
Produk B:
Dept. 2 = ……. DMH X …….
Harga Pokok Produksi
= ……………
= ……………
…….
…….
=
……………
……. ……………
……………
Modul Anggaran hal 27
8000 Kg
per Kg
Rp 15.00
Rp 3.50
………
…….
Analisis Varian Biaya Overhead Pabrik
Analisis varian untuk biaya overhead pabrik lebih kompleks dibanding dengan analisis
varian untuk penjualan, produksi, bahan mentah, dan tenaga kerja langsung. Untuk biaya
overhead pabrik, analisis varian dipengaruhi oleh 2 hal sbb:
1. Data Feleksibel Budget. Apabila data ini tersedia, maka analisis dapat dilakukan
dengan lengkap dan informatif.
2. Apabila data Fleksibel Budget tidak tersedia, artinya komponen biaya tetap dan
biaya variabel untuk biaya overhead pabrik tidak tersedia secara rinci, maka analisis
yang dilakukan akan sangat terbatas.
Contoh Kasus:
Budget tahunan untuk tahun 2001 untuk Dept. X sbb:
Budget Biaya
Budget Tingkat Budget Tarip
Overhead Pabrik
Kegiatan
Biaya Overhead
Biaya Tetap
Rp 192.000,00 480.000 DLH
Rp
0,40
Biaya Variabel
Rp 120.000,00 480.000 DLH
Rp
0,25
Total
Rp 312.000,00
Rp
0,65
Fleksibel Budget Bulanan di Dept. X:
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Per Bulan
per DLH
Biaya Gaji
Rp
10.000,00
Bahan Tak Langsung
Rp
1.000,00 Rp
0,08
TK Tak Langsung
Rp
2.000,00 Rp
0,15
Lain-lain
Rp
300,00 Rp
0,02
Depresiasi
Rp
2.000,00
Asuransi
Rp
500,00
Pajak
Rp
200,00
Total
Rp
16.000,00 Rp
0,25
Laporan Realisasi Dept. X untuk Bulan Januari 2001:
Budget
Realisasi
Varian
Produksi
100,000 unit
87,500 unit
-12,500 unit
Standar Jam TKL (DLH)
0.40 DLH/unit
0.42 DLH/unit
-0.02 DLH/unit
Total Jam TKL
40,000 DLH
36,750 DLH
3,250 DLH
Standar Biaya Overhead
Rp0.65 /DLH
Rp0.70 /DLH
Rp0.05 /DLH
Rp26,000.00
Rp25,725.00
Rp275.00
Dari data di atas perlu diteliti dahulu konsistensi antara tarip budget bulanan dengan
tarip budget tahunan. Menurut budget tahunan, tarip biaya overhead secara total (tidak
dipisahkan antara biaya tetap dengan biaya variabel) adalah Rp0,65 per DLH. Tarip ini
harus sesuai (konsisten) dengan tarip yang dihitung berdasarkan budget bulan. Tarip
berdasarkan budget bulanan dapat dihitung sebagai berikut:
Misalnya perusahaan memproduksi 100.000 unit, maka biaya overhead berdasarkan data
budget bulanan adalah:
Modul Anggaran hal 28
Jam TKL yang digunakan =
Total Biaya Overhead
=
Tarip Biaya Overhead
=
…………… unit X ……. DLH
=
…………… + ( ……..
X …….
…………….
/ ……. DLH
=
…….. DLH
DLH) = …………..
……. /DLH
Terbukti bahwa tarip biaya overhead tahunan sama dengan tarip biaya overhead bulanan,
sehingga tarip tersebut dapat digunakan sebagai tarip budget untuk keperluan analisis
varian.Analisis varian dilakukan dengan membandingkan realisasi dengan yang
seharusnya terjadi (adjusted budgeted) sbb:
Realisasi
Seharusnya
Varian
Produksi
………….
unit
………….
unit
………….
unit
Standar Jam TKL (DLH) ………….
DLH/unit ………….
DLH/unit ………….
DLH/unit
Total Jam TKL
………….
DLH
………….
DLH
………….
DLH
Standar Biaya Overhead ………….
/DLH
………….
/DLH
………….
/DLH
………….
………….
………….
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa selisih yang sesungguhnya terjadi berbeda
dengan laporan dari Dept. X
Selisih efisiensi TKL (Q) = (……... DLH - ……….DLH) X Rp……. =
Selisih Tarip BOP-TKL (P) = (Rp…... - Rp…….) X ………. DLH
=
…………..
…………..
………….
..............................................................................................................................TUGAS 5
FLEKSIBEL BUDGET
Fleksibel Budget (Flexible Budget) adalah budget biaya yang melengkapi perencanaan
tahunan (tactical budget). Fleksibel budget kadang-kadang disebut sebagai Variabel
Budget, Dynamic Budget, Activity Budget, dan sebagainya. Istilah Fleksibel Budget akan
digunakan dalam pembahasan selanjutnya karena fleksibel budget berbicara tentang
biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semi variabel, tidak hanya biaya variabel.
Penyusunan fleksibel budget mempunyai 3 tujuan:
1.
Menyusun perencanaan biaya jangka pendek (tahunan)
2.
Menyusun perencanaan biaya yang digunakan sebagai pembanding bagi biaya
yang sesungguhnya terjadi
3.
Menyederhanakan proses perencanaan biaya jangka pendek..
Konsep dari fleksibel budget adalah: semua pengeluaran (biaya) terjadi karena 3 hal:
1.
Berjalannya waktu
2.
Jumlah produksi atau aktivitas
3.
Kombinasi dari keduanya.
Berdasarkan ke 3 hal tersebut di atas, maka biaya dapat di ekspresikan secara mathematis
dengan formula: Y = a + bX. Konstanta a adalah biaya tetap, dan kontanta b adalah tarip
biaya variabel. Berdasarkan ekspresi mathematis tersebut, berarti:
1.
Biaya harus dapat dipisahkan mejadi Biaya Tetap dan Biaya Variabel.
2.
Ekspresi mathematis tersebut hanya berlaku untuk range tertentu (relevant
range).
Modul Anggaran hal 29
KARAKTERISTIK BIAYA
Biaya Tetap:
1.
2.
3.
4.
Hubungannya dengan output/aktivitas: Perubahan biaya tetap lebih banyak
dipengaruhi oleh berjalannya waktu, bukan oleh perubahan output/aktivitas.
Sehingga disebut sebagai Time Cost, dan biasanya besarnya biaya per bulan sama
untuk jangka waktu 1 tahun. Berarti, dalam jangka panjang biaya tetap tidak
secara absolut fixed.
Relevant Range: Tarip Biaya tetap hanya berlaku untuk batas batas kapasitas
tertentu. Apabila kapasitas produksi berubah, melebihi batas-batas tertentu, maka
biaya tetap akan berubah.
Keputusan Manajemen: Besarnya biaya tetap tergantung kepada keputusan
manajemen. Biaya tetap akan berubah bila keputusan manajemen berubah
(contoh: gaji).
Tetap secara total, tapi tidak tetap secara per unit.
Biaya Variabel:
1.
2.
3.
4.
Hubungannya dengan output/aktivitas: Perubahan biaya variabel proporsional
dengan perubahan output/aktivitas. Sehingga disebut sebagai Activity Cost.
Biaya variabel per unit dalam jangka pendek tidak akan berubah, tetapi dalam
jangka panjang akan berubah, sehingga dalam jangka panjang tidak secara absolut
variable.
Relevant Range: Tarip Biaya variabel hanya berlaku untuk batas batas kapasitas
tertentu. Apabila kapasitas produksi berubah, melebihi batas-batas tertentu, maka
tarip biaya variabel akan berubah.
Keputusan Manajemen: Besarnya tarip biaya variabel tergantung kepada
keputusan manajemen. Biaya variabel akan berubah bila keputusan manajemen
berubah (contoh: menggunakan bahan langsung yang lebih murah).
Variabel secara total, tetapi tetap secara per unit.
relevant range
relevant range
Rp
Rp
Q
0
1
2
3
Biaya Tetap
4
Q
0
1
2
3
Biaya Variabel
4
Dalam praktik, kadang-kadang ditemui biaya yang karakteristiknya tidak dapat
diidentifikasi sebagai biaya tetap atau biaya variabel. Secara grafis, biaya tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Modul Anggaran hal 30
Rp
Biaya dengan karakteristik
seperti grafik tersebut disebut
dengan biaya semi variabel.
Bagaimanapun juga, agar
ekspresi mathematis dapat dibuat, maka biaya semi
variabel tersebut harus dapat
dipisahkan menjadi biaya
tetap dan biaya variabel.
0
Q
Biaya Semi Variabel
Ada 3 methode untuk mengidentifikasi biaya tetap dan biaya variabel bagi biaya yang
mempunyai karakteristik semi varibel, yaitu:
1.
Metode Perkiraan Langsung (Direct Estimate Method)
2.
Metode Titik Tertinggi dan Terendah (Budgeted High and Low Point Method)
3.
Metode Korelasi (Correlation Method)
1.
Metode Perkiraan Langsung (Direct Estimate Method)
Metode ini sangat sederhana, sehingga dari segi ketepatan juga kurang baik. Dari data
historis, di buat grafik yang diperkirakan mewakili data historis tersebut.
Rp
Total Biaya
*
*
*
*
Biaya Variabel
*
*
*
*
Biaya Tetap
Q
0
1
2
3
4
5
6
7 dst
2.
Metode Titik Tertinggi dan Terendah (Budgeted High and Low Point Method)
Metode ini menggunakan titik tertinggi dan terendah dalam range tertentu sebagai
penentu variabilitas biaya. Contoh: Data historis menunjukkan biaya yang terjadi untuk
tenaga kerja tak langsung sebagai berikut:
Modul Anggaran hal 31
Jam Kerja
Biaya
Titik Tertinggi (maksimum)
6000 jam Rp 360,000.00
Titik Terendah (Minimum)
4000 jam Rp 250,000.00
Perhitungan untuk menentukan Biaya Tetap dan Biaya Variabel sebagai berikut:
Jam Kerja
Biaya
Titik Tertinggi (maksimum)
…………… jam …………………
Titik Terendah (Minimum)
…………… jam ………………..
Selisih
…………… jam …………………
Tarip Biaya Variabel = …………../……. jam = …………………/jam
Penentuan Biaya Tetap: (Apabila berproduksi dengan aktivitas 6000 jam)
Total Biaya
=
…………………
Biaya Variabel = .……..jam X ………. =
…………………
Biaya Tetap
=
………………….
Bukti: (seandainya berproduksi dengan aktivitas 4000 jam)
Biaya Tetap
=
………………..
Biaya Variabel = ……..jam X ……….. =
…………………
Total Biaya
=
………………….
Contoh soal:
Dari data historis sebuah perusahaan diketahui sebagai berikut:
Jenis Biaya
TKL
Bahan
Gaji
Lain-lain
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
10000 unit
100,000.00
80,000.00
120,000.00
150,000.00
450,000.00
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
12000 unit
120,000.00
96,000.00
120,000.00
160,000.00
496,000.00
Pertanyaan:
1.
Tentukan karakter masing-masing jenis biaya tersebut!
2.
Bila perusahaan memutuskan untuk berproduksi pada tingkat 11.800 unit,
berapakah anggaran biaya yang harus disediakan?
Jawab:
Modul Anggaran hal 32
1. Identifikasi karakteristik biaya.
a. Biaya TKL:
Maksimum ………. unit
Minimum ………. unit
Selisih
………. unit
……………………
……………………
……………………
Biaya Variabel = ………………../…….. unit =
………….. /unit
Biaya Tetap:
Maksimum ………. unit
……………………
VC = ………. unit X ………. = ……………………
Biaya Tetap
……………...…
Kesimpulan: Biaya TKL adalah Biaya ……………………….
b. Biaya Bahan
Maksimum ………. unit
Minimum ………. unit
Selisih
………. unit
…………………..
…………………..
…………………..
Biaya Variabel = …………………../……….. unit = ………….. /unit
Biaya Tetap:
Maksimum ……….. unit
…………………..
VC = ………. unit X…………. = …………………..
Biaya Tetap
…………………..
Kesimpulan: Biaya Bahan adalah Biaya ……………………….
c. Biaya Gaji:
Maksimum ………. unit
Minimum ………. unit
Selisih
………. unit
………………..
………………..
………………..
Biaya Variabel = …………….../…………..unit =
………… /unit
Biaya Tetap:
Maksimum ………. unit
………………..
VC = ……………. unit X ……….…………………
=
Biaya Tetap
………………..
Kesimpulan: Biaya Gaji adalah Biaya ……………………
d. Biaya Lain :
Maksimum
Minimum
Selisih
……… unit
……… unit
……… unit
………………..
………………..
………………..
Biaya Variabel = ……………../………….. unit =
Biaya Tetap:
Maksimum ……… unit
………………..
VC = …………. unit X ………... =………………..
Biaya Tetap
……………….
Kesimpulan: Biaya Lain-lain adalah Biaya …………………..
Modul Anggaran hal 33
……….
/unit
Fleksibel Budget tersusun sebgai berikut
Jenis Biaya Krkt
TKL
VC
Bahan
VC
Gaji
FC
Lain-lain
SVC
FC
…………………
………………..
………………..
……………….
…………….
VC
………………
………………
………………
……………..
…………….
Dalam bentuk rumus:
Y = Rp…………….. + Rp…….. X
2. Anggaran Biaya apabila berproduksi pada tingkat 11.750 unit
Y = ……………….. + ……... (……...) =
3.
……………..
Metode Korelasi (Correlation Method)
Formula yang digunakan Y = a + b X
 X  Y -  X  XY
a
n  X -  X 
2
b
a = …………………..
2
2
n  XY -  X  Y
b = ………………….
n  X 2 -  X 
2
Sehingga Y = Rp…………….. + Rp……..X
Apabila bulan Januari tahun berikutnya perusahaan merencanakan untuk
berproduksi dengan aktivitas 235 jam kerja, maka biaya yang harus
dianggarkan adalah:
Y = ………………. + Rp………. (……...) =
………………….….
.........................................................................................................TUGAS 6
Modul Anggaran hal 34
BUDGET KAS
Proses pembuatan budget kas dapat digambarkan sebagai berikut:
1.
Budget Aliran Kas Masuk
Budget Aliran Kas Keluar (-)
Surplus (defisit)
Apabila terjadi defisit
2. Menghitung "pinjaman"
untuk menutup defisit
3. Membuat skedul rencana
pinjaman, pelunasan dan
pembayaran bunga
4. Budget Kas
Lengkap
1. Budget Aliran Kas Masuk & Aliran Kas Keluar
Langkah pertama adalah menentukan saat penerimaan dan pengeluaran kas benar-benar
akan terjadi (menjadi tunai). Penerimaan biasanya dari penjualan tunai dan kredit. Sedang
pengeluaran dari pembelian bahan secara tunai maupun kredit, dan biaya-biaya yang lain.
Baik penerimaan maupun pengeluaran dibuat skedul waktunya dengan cara yang sama
(dengan logika yang sama).
Modul Anggaran hal 35
Skedul Pengumpulan Piutang (Rp):
Bulan Penjualan
Piutang
Sebelum Oktober 20X1
Oktober 20X1
November 20X1
Desember 20X1
Budget Penjualan 20X2
Januari
Februari
Maret
KW I
KW II
KW III
KW IV
TOTAL
CKP
Piutang
Bersih
Januari
Februari
Maret
KW II
10,000.00
20,000.00
57,000.00
97,800.00
184,800.00
500,400.00
540,000.00
574,100.00
1,614,500.00
1,595,000.00
1,158,000.00
1,727,500.00
6,095,000.00
6,279,800.00
Untuk skedul pengeluaran (pembelian kredit, biaya gaji, pajak, dsb) juga dibuat dengan cara yang sama.
Contoh Skedul Pembayaran Utang:
Utang Dagang:
Januari
Rp
500,000.00
Februari
Rp
540,000.00
Maret
Rp
600,000.00
April
Rp
610,000.00
Mei
Rp
570,000.00
Juni
Rp
600,000.00
Jumlah
Rp
3,420,000.00
Supplier memberi syarat kredit 2/15 net 60
Kebijakan pembayaran utang dari perusahaan sbb:
50% memanfaatkan periode potongan
40 % dibayar pada bulan yg sama setelah periode potongan
10% dibayar bulan berikutnya
Modul Anggaran hal 36
KW III
KW IV
Belum
Tertagih
Skedul Pembayaran Utang:
Utang Dagang:
Januari
500,000.00
Februari
540,000.00
Maret
600,000.00
April
610,000.00
Mei
570,000.00
Juni
Jumlah
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Belum Terbayar
600,000.00
3,420,000.00
Potongan
Utang Bersih
Setelah seluruh skedul penerimaan dan pengeluaran selesai dibuat, maka akan dapat diketahui bahwa pada bulan-bulan tertentu ada
kemungkinan perusahaan akan mengalami defisit.
Artnya, pada bulan tersebut penerimaan uang lebih kecil dari pada pengeluaran, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan likuiditas.
Apabila ini terjadi, maka pda bulan tersebut perusahaan harus mencari tambahan dana segar, agar tidak mengalami kekurangan uang tunai.
Masalah ini akan dijelaskan pada langkah ke 2 di bawah ini.
Modul Anggaran hal 37
2.
Menghitung "Pinjaman" untuk Menutup Defisit
Contoh:
PENYUSUNAN BUDGET KAS: (dalam ribuan rupiah)
Jan
Februari
Maret
April
Mei
Rencana Penerimaan
Penjualan Tunai
Rp
500.00 Rp
500.00 Rp
600.00 Rp
800.00 Rp
750.00
Piutang
Rp
450.00 Rp
600.00 Rp
700.00 Rp
800.00 Rp
650.00
Lain-lain
Rp
300.00 Rp
300.00 Rp
300.00 Rp
200.00 Rp
250.00
Total
Rp 1,250.00 Rp 1,400.00 Rp 1,600.00 Rp 1,800.00 Rp 1,650.00
Rencana Pengeluaran
Pembelian Bahan
Rp
400.00 Rp
600.00 Rp
400.00 Rp
600.00 Rp
600.00
Pembayaran Upah
Rp
300.00 Rp
300.00 Rp
250.00 Rp
200.00 Rp
300.00
Biaya Pemasaran
Rp
300.00 Rp
300.00 Rp
300.00 Rp
300.00 Rp
200.00
Biaya Lain-lain
Rp
400.00 Rp
400.00 Rp
300.00 Rp
300.00 Rp
300.00
Pajak
Rp
100.00
Total
Rp 1,400.00 Rp 1,600.00 Rp 1,350.00 Rp 1,400.00 Rp 1,400.00
Iformasi lain:
1 Saldo kas awal Januari Rp100.000,00
2 Saldo kas harian minimal Rp50.000,00
3 Pinjaman Bank dan pelunasan pinjaman dilakukan pada awal bulan , dan pembayaran bunga
dilakukan pada akhir bulan. Bunga pinjaman 2% per bulan.
Skedul Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Jan
Februari
Rencana Penerimaan
Penjualan Tunai
Piutang
Lain-lain
Total
Rencana Pengeluaran
Pembelian Bahan
Pembayaran Upah
Biaya Pemasaran
Biaya Lain-lain
Pajak
Total
Surplus(Defisit)
Maret
April
Terjadi defisit pada bulan Januari dan Februari. Untuk menutup defisit tersebut,
perusahaan harus pinjam dari Bank. Menentukan besarnya pinjaman dilakukan sbb:
Modul Anggaran hal 38
Mei
Juni
Rp
Rp
Rp
Rp
900.00
700.00
200.00
1,800.00
Rp
Rp
Rp
Rp
600.00
300.00
250.00
400.00
Rp
1,550.00
Juni
Misal pinjaman bulan Januari sebesar RpX,Saldo kas minimal
Defisit
Bunga
Kebutuhan dana
Saldo awal kas
Pinjaman
Sehingga:
X=
atau
Untuk bulan Februari, harus ditentukan lebih dahulu saldo kas awal Februari sbb:
Saldo Awal kas Januari
Penerimaan tunai
Pinjaman
+
Pengeluaran tunai
Pembayaran Bunga
Saldo kas akhir Januari
-
Misal Pinjaman Bulan Februari sebesar RpX,Saldo kas minimal
Defisit
Bunga pinjaman 1
Bunga pinjaman 2
Kebutuhan dana
Saldo awal kas
Pinjaman
Sehingga:
X=
atau
Skedul Pinjaman, Pembayaran Bunga, dan Pelunasan
Jan
Februari
Maret
Saldo Kas Awal
Pinjaman
Pelunasan
Kas Tersedia
Rencana Pengeluaran
Surplus(Defisist)
Pembayaran Bunga
Saldo Kas Akhir
Pinjaman Kumulatif
Modul Anggaran hal 39
April
Mei
Juni
3. Skedul Rencana pinjaman, pelunasan dan pembayaran bunga.
4. Budget Kas Lengkap
Jan
Februari
Maret
April
Mei
Saldo Awal Kas
Penjualan Tunai
Piutang
Lain-lain
Pinjaman
Total
Pembelian Bahan
Pembayaran Upah
Biaya Pemasaran
Biaya Lain-lain
Pajak
Pmbayaran Bunga
Pelunasan
Total
Saldo Akhir Kas
...............................................................................................................................TUGAS 7
CONTRIBUTIN MARGIN ANALYSIS & COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS
CONTRIBUTIN MARGIN ANALYSIS
Analisis Sensitivitas, analsis untuk mengetahui penagaruh perubahan kebijakan biaya,
volume, dan harga terhadap keuntungan. Contoh:
Budget
Unit
Rp
Rencana Penjualan
10,000 Rp 100,000.00
Biaya Variabel
Rp 60,000.00
Contribution Margin
Rp 40,000.00
Biaya Tetap
Rp 30,000.00
Laba Operasi
Rp 10,000.00
Kasus A: Volume penjualan diturunkan dengan 5%, menjadi 95.000 unit
Budget
Q turun 5%
Unit
Rp
Unit
Rp
Rencana Penjualan
10,000 Rp 100,000.00
Biaya Variabel
Rp 60,000.00
Contribution Margin
Rp 40,000.00
Biaya Tetap
Rp 30,000.00
Laba Operasi
Rp 10,000.00
Q turun dengan
=
Laba turun dengan =
………%
………%
Modul Anggaran hal 40
Juni
Kasus B: Harga dinaikkan 5% menjadi Rp10,50
Budget
P naik 5%
Unit
Rp
Unit
Rp
Rencana Penjualan
10,000 Rp 100,000.00
Biaya Variabel
Rp 60,000.00
Contribution Margin
Rp 40,000.00
Biaya Tetap
Rp 30,000.00
Laba Operasi
Rp 10,000.00
P naik dengan
= ………%
Laba naik dengan = ………%
Kasus C: Biaya tetap dinaikkan dengan 10%, menjadi Rp33.000,00
Budget
FC naik 10%
Unit
Rp
Unit
Rp
Rencana Penjualan
10,000 Rp 100,000.00
Biaya Variabel
Rp 60,000.00
Contribution Margin
Rp 40,000.00
Biaya Tetap
Rp 30,000.00
Laba Operasi
Rp 10,000.00
Biaya Tetap naik = ……….%
Laba turun dengan = ……….%
Kasus D: Tarip Biaya Variabel diturunkan dengan 5%, manjadi Rp5,70 per unit
Budget
VC turun 5%
Unit
Rp
Unit
Rp
Rencana Penjualan
10,000 Rp 100,000.00
Biaya Variabel
Rp 60,000.00
Contribution Margin
Rp 40,000.00
Biaya Tetap
Rp 30,000.00
Laba Operasi
Rp 10,000.00
Biaya Tetap naik =
Laba naik dengan =
………%
………%
Kasus E: Seluruh perubahan di atas diberlakukan,
Volume penjualan diturunkan dengan 5%, menjadi 95.000 unit
Harga dinaikkan 5% menjadi Rp10,50
Biaya tetap dinaikkan dengan 10%, menjadi Rp33.000,00
Tarip Biaya Variabel diturunkan dengan 5%, manjadi Rp5,70 per unit
Modul Anggaran hal 41
Rencana Penjualan
Biaya Variabel
Contribution Margin
Biaya Tetap
Laba Operasi
Laba naik dengan =
Budget
Unit
Rp
10,000 Rp 100,000.00
Rp 60,000.00
Rp 40,000.00
Rp 30,000.00
Rp 10,000.00
Seluruh perubahan
Unit
Rp
…………%
Kasus F: Dengan mengabaikan perubahan dari A s/d E, berapa unit yang harus
dijual sehingga total Contribution Margin sama dengan total biaya tetap?
Budget
Laba per unit
Unit
Rp
Unit
Rp
Rencana Penjualan
10,000 Rp 100,000.00
1
Biaya Variabel
Rp 60,000.00
Contribution Margin
Rp 40,000.00
Biaya Tetap
Rp 30,000.00
Laba Operasi
Rp 10,000.00
Agar supaya Total CM = FC (Rp30.000,00) maka unit yang harus dijual:
Total FC
…………….
Q = ------------- = ---------------------- = ……….. unit
CM/unit
……..
Perhitungan tersebut menunjukkan kondisi total pendapatan sama dengan total biaya, sbb
Unit
Budget
Rp
Rencana Penjualan
Biaya Variabel
Contribution Margin
Biaya Tetap
Laba Operasi
Sehingga Laba Operasi = Rp0,00, hal ini disebut dengan Breakeven Point.
COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS
Analisis titik impas (Breakeven Point/BEP)
Kuantitas penjualan (Q) yang menghasilkan Total Pendapatan = Total Biaya. Tujuan
analisis ini adalah untuk perencanaan Laba Operasi. Perhitungan pada Kasus F di atas,
adalah salah satu rumus BEP sebagai berikut:
Modul Anggaran hal 42
Total FC
FC
BEP (Q) = ------------- atau BEP = -----------------  hasilnya dalam unit
CM/unit
P/u - VC/u
Rumus yang lain:
FC
BEP = --------------------------  hasilnya dalam satuan moneter
1 – (VC / Sales)
Laporan Laba Rugi (200.000 unit)
Metode Akuntansi
Metode Contribution Margin
Pendapatan Penjualan
Rp 5,000,000 Pendapatan Penjualan
Rp
Harga Pokok Penjualan
Rp 2,900,000 Biaya Variabel:
Laba Kotor
Rp 2,100,000
Biaya Bahan
Rp 900,000
Biaya Operasi:
Biaya TKL
Rp 1,000,000
Biaya Overhead Pabrik Rp 1,000,000
Biaya Overhead
Rp 300,000
Biaya Administrasi
Rp 700,000
Biaya Administrasi
Rp 100,000
Biaya Distribusi
Rp 800,000 Rp 1,500,000
Biaya Distribusi
Rp 300,000 Rp
Laba Operasi
Rp 600,000 Contribution Margin
Rp
Biaya Tetap:
Biaya Overhead
Rp 700,000
Biaya Administrasi
Rp 600,000
Biaya Distribusi
Rp 500,000 Rp
Laba Operasi
Rp
Untuk perhitungan analisis BEP menggunakan Laporan Laba Rugi yang disusun dengan
pendekatan Contribution Margin (Biaya Variabel dan Biaya Tetap dipisahkan)
………………
BEP = --------------------------------------------- = Rp………………..atau …………… unit
… – (……………. / ………………)
Grafik BEP
Rp
BEP
Relevant Range
Rp…….
TR
TC
Rp…….
VC
FC
0
Rp……..
Modul Anggaran hal 43
Rp…….
Rp
5,000,000
2,600,000
2,400,000
1,800,000
600,000
Asumsi dalam Analisis BEP
1. Biaya dapat dipisahkan kedalam Biaya Variabel dan Biaya Tetap
2. Berlaku untuk range tertentu (Relevant Range)
3. Harga tetap meskipun jumlah penjualan berubah (hukum penawaran dan permintaan
tidak berlaku)
4. Hanya ada satu produk, bila terdapat 2 produk penerapan analisis BEP harus dengan
perbandingan penjualan dua produk (sales mix) yang konstan.
5. Dalam jangka pendek kebijakan manajemen tentang operasi perusahaan tidak berubah.
6. Tingkat harga umum (inflasi) dalam jangka pendek tidak berubah.
7. Tingkat penjualan dan produksi sinkron (tidak ada perubahan tingkat persediaan).
8. Efisiensi dan produktivitas per individu dalam jangka pendek tidak berubah.
BEP 2 Produk
Kasus 1
Produk A
Unit
Budget Penjualan
10000
Biaya Variabel
BiayaTetap
Laba Operasi
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
10,000
6,000
2,000
2,000
Produk B
Unit
Rp
7500 Rp 10,000
Rp 3,000
Rp 5,500
Rp 1,500
Unit produk A naik 20%
Produk A
Produk B
Unit
Rp
Unit
Rp
Budget Penjualan
12000 Rp 12,000 7500 Rp 10,000
Biaya Variabel
Rp 7,200
Rp 3,000
BiayaTetap
Rp 2,000
Rp 5,500
Laba Operasi
Rp 2,800
Rp 1,500
Total
Rp 20,000
Rp 9,000
Rp 7,500
Rp 3,500
Kasus 2
Unit produk B naik 20%
Produk A
Produk B
Unit
Rp
Unit
Rp
Budget Penjualan
10000 Rp 10,000 9000 Rp 12,000
Biaya Variabel
Rp 6,000
Rp 3,600
BiayaTetap
Rp 2,000
Rp 5,500
Laba Operasi
Rp 2,000
Rp 2,900
Total
Rp 22,000
Rp 10,200
Rp 7,500
Rp 4,300
Kasus 3
Modul Anggaran hal 44
Total
Rp 22,000
Rp 9,600
Rp 7,500
Rp 4,900
BEP Kasus 1
Produk A
Produk B
Unit
Rp
Unit
Rp
Budget Penjualan
10000 Rp 10,000.00
7500 Rp 10,000.00
Biaya Variabel
Rp 6,000.00
Rp
3,000.00
BiayaTetap
Rp 2,000.00
Rp
5,500.00
Laba Operasi
Rp 2,000.00
Rp
1,500.00
…………………
BEP =
---------------------------------- = Rp…………………………
... - (………... / …………..)
Total
Rp 20,000.00
Rp 9,000.00
Rp 7,500.00
Rp 3,500.00
BEP, berarti Total Pendapatan = Total Biaya
Total Biaya
=
……………………..…
FC
=
………………………..
Total VC
=
………………………..
VCA : VCB = .... : …., total jumlah perbandingan =…….., sehingga:
VCA =
…………………………..
VCB =
Bukti:
…………………………… sehingga QB = …….…………unit
Produk A
Unit
sehingga ……………………….unit
QA =
Produk B
Rp
Budget Penjualan
Biaya Variabel
BiayaTetap
Laba Operasi
Modul Anggaran hal 45
Unit
Rp
Total
BEP Kasus 2
Produk A
Produk B
Unit
Rp
Unit
Rp
Budget Penjualan
12000 Rp 12,000.00
7500 Rp 10,000.00
Biaya Variabel
Rp 7,200.00
Rp
3,000.00
BiayaTetap
Rp 2,000.00
Rp
5,500.00
Laba Operasi
Rp 2,800.00
Rp
1,500.00
…………………
BEP =
---------------------------------- = Rp…………………………
... - (………... / …………..)
Total
Rp 22,000.00
Rp 10,200.00
Rp 7,500.00
Rp 4,300.00
BEP, berarti Total Pendapatan = Total Biaya
Total Biaya
=
……………………..…
FC
=
………………………..
Total VC
=
………………………..
VCA : VCB = .... : …., total jumlah perbandingan =…….., sehingga:
VCA =
…………………………..
VCB =
Bukti:
…………………………… sehingga QB = …….…………unit
Produk A
Unit
sehingga ……………………….unit
QA =
Produk B
Rp
Budget Penjualan
Biaya Variabel
BiayaTetap
Laba Operasi
Modul Anggaran hal 46
Unit
Rp
Total
BEP Kasus 3
Produk A
Produk B
Unit
Rp
Unit
Rp
Budget Penjualan
10000 Rp 10,000.00
9000 Rp 12,000.00
Biaya Variabel
Rp 6,000.00
Rp
3,600.00
BiayaTetap
Rp 2,000.00
Rp
5,500.00
Laba Operasi
Rp 2,000.00
Rp
2,900.00
…………………
BEP =
---------------------------------- = Rp…………………………
... - (………... / …………..)
Total
Rp 22,000.00
Rp 9,600.00
Rp 7,500.00
Rp 4,900.00
BEP, berarti Total Pendapatan = Total Biaya
Total Biaya
=
……………………..…
FC
=
………………………..
Total VC
=
………………………..
VCA : VCB = .... : …., total jumlah perbandingan =…….., sehingga:
VCA =
…………………………..
sehingga ……………………….unit
QA =
VCB =
Bukti:
…………………………… sehingga QB = …….…………unit
Produk A
Unit
Produk B
Rp
Unit
Rp
Budget Penjualan
Biaya Variabel
BiayaTetap
Laba Operasi
Kesimpulan:
Kasus 1
Kasus 2
Kasus 3
BEP
Laba
MoS*)
*) Perhitungan dihalaman 48
Seandainya kasus 1. 2. dan 3 merupakan alternatif, maka yang dipilih ……………………….
Modul Anggaran hal 47
Total
Margin of Safety (MoS)
Merupakan batas maksimum perubahan/penurunan laba yang dapat ditoleransi, semakin
besar (lebar) batas toleransinya berarti semakin aman.
Penjualan - BEP
MoS = ----------------------- x 100%
Penjualan
……………. – …………….
MoS1 = ----------------------------------- x 100% = ……..%
……………..
……………. – …………….
MoS2 = ----------------------------------- x 100% = ……..%
……………..
……………. – …………….
MoS3 = ----------------------------------- x 100% = ……..%
……………..
Rp
Relevant Range
Penjualan
TR
TC
Margin of safety
BEP
VC
FC
0
Rp3,75 jt
Modul Anggaran hal 48
Rp5 jt
Rp
Perubahan tingkat persediaan (Penjualan dgn Produksi tidak sama/sinkron)
Rencana Penjualan
Rencana Persediaan Akhir
Total Kebutuhan
Rencana Persediaan Awal
Rencana Produksi
90.000 unit
20.000 unit
110.000 unit
10.000 unit
100.000 unit
Rencana Penjualan (90.000 unit)
Rencana Produksi (100.000 unit):
VC
Rp 60,000.00
FC
Rp 80,000.00
Totyal Biaya
Rp 140,000.00
Kenaikan Persediaan (10%)
Rp 14,000.00
Laba Kotor
Biaya Pemasaran:
VC
Rp
9,000.00
FC
Rp 10,000.00
Laba Operasi
Rp 180,000.00
Rp 126,000.00
Rp 54,000.00
Rp
Rp
19,000.00
35,000.00
BEP dengan Direct Costing:
BEP =
……………. + ………………
------------------------------------------------------ = Rp……………..atau ………….. unit
……….. + …………… – ……………
1 - ------------------------------------------------…………………
Pembuktian:
Penjualan BEP …………….X………….. =
Produksi:
VC
……………….
FC
………………..
Laba Kotor
Biaya Pemasaran:
VC
………………..
FC
……………….
Lab Operasi
………………..
…………………
………………..
………………….
…………………
Modul Anggaran hal 49
BEP dengan Full Costing:
BEP =
……………. + …………… –…………..
------------------------------------------------------ = Rp……………...atau …………..unit
………… + …………… – …………..
1 - ------------------------------------------------………………..
Pembuktian:
Penjualan BEP……………..x………………=
Produksi (..../….)x ………….. = ………….
VC
………………
FC
……………..
Totyal Biaya
………………
Kenaikan Persediaan (10%)
……………..
Laba Kotor
Biaya Pemasaran:
VC
………………..
FC
………………
Laba Operasi
……………….
………………..
…………………
……………….
………………
Jika yang terjadi sebaliknya:
Rencana Penjualan
Rencana Persediaan Akhir
Total Kebutuhan
Rencana Persediaan Awal
Rencana Produksi
100.000 unit
10.000 unit
110.000 unit
20.000 unit
90.000 unit
Rencana Penjualan (100.000 unit)
Rencana Produksi (90.000 unit):
VC
………….…..
FC
………………
Totyal Biaya
………………
…………………
Penurunan Persed (11.11%)*) ………………
……………..
Laba Kotor
……………….
Biaya Pemasaran:
VC
………………
FC
……………..
………………
Laba Operasi
……………….
*) Produksi 90.000 unit, persediaan turun 10.000 unit sehingga prosentase penurunan
persediaan = 10.0000 unit/90.000 unit = 11.111111111111%
Modul Anggaran hal 50
BEP dengan Direct Costing:
BEP =
……………. + ………………
------------------------------------------------------ = Rp……………..atau ………….. unit
……….. + …………… – ……………
1 - ------------------------------------------------…………………
Pembuktian:
Penjualan BEP …………….X………….. =
Produksi:
VC
……………….
FC
………………..
Laba Kotor
Biaya Pemasaran:
VC
………………..
FC
……………….
Lab Operasi
………………..
…………………
………………..
………………….
…………………
BEP dengan Full Costing:
BEP =
……………. + …………… –…………..
------------------------------------------------------ = Rp……………...atau …………..unit
………… + …………… – …………..
1 - ------------------------------------------------………………..
Pembuktian:
Penjualan BEP……………..x………………=
Produksi (..../….)x ………….. = ………….
VC
………………
FC
……………..
Totyal Biaya
………………
Kenaikan Persediaan (10%)
……………..
Laba Kotor
Biaya Pemasaran:
VC
………………..
FC
………………
Laba Operasi
……………….
………………..
…………………
……………….
………………
Modul Anggaran hal 51
Faktor Lain-lain
Rencana Penjualan (10.000 unit)
VC
Rp
FC
Rp
Laba Operasi
Faktor Non Operasi:
Pendapatan
Rp
Biaya
Rp
Rencana Keuntungan
9,000.00
18,000.00
3,000.00
1,000.00
Rp
30,000.00
Rp
Rp
27,000.00
3,000.00
Rp
Rp
2,000.00
5,000.00
Mengabaikan factor lain-lain:
BEP =
………………
---------------------------- = Rp……………….atau …………………. unit
………….
1 - -------------------…………….
Bukti:
Penjualan BEP
VC
FC
Laba Operasi
……………
unit x……….=
………………
……………..
……………….
……………….
………………
Memperhitungkan factor lain-lain:
BEP =
…………….. – …………..
------------------------------------- = Rp………………atau ……………… unit
…………….
1 - -------------------……………...
Bukti:
Penjualan BEP
……………
VC
FC
Laba Operasi
Faktor Non Operasi:
Pendapatan
Biaya
Rencana Keuntungan
unit x ………
………………
……………….
……………...
………………
Jika yang terjadi sebaliknya:
Modul Anggaran hal 52
………………
……………….
………………..
……………….
………………..
Rencana Penjualan (10.000 unit)
VC
Rp
FC
Rp
Laba Operasi
Faktor Non Operasi:
Pendapatan
Rp
Biaya
Rp
Rencana Keuntungan
BEP =
9,000.00
18,000.00
1,000.00
3,000.00
Rp
30,000.00
Rp
Rp
27,000.00
3,000.00
Rp
Rp
(2,000.00)
1,000.00
…………… + ……………
------------------------------------- = Rp………………..atau ………………. unit
…………….
1 - -------------------……………
Bukti:
Penjualan BEP
…………… unit x ……..
……………….
VC
……………..
FC
………………
……………….
Laba Operasi
………………..
Faktor Non Operasi:
Pendapatan
………….…..
Biaya
………………. ……………….
Rencana Keuntungan
……………….
…………………………………..……………………………………………TUGAS 8
Modul Anggaran hal 53
Download