395 GAMBARAN PERTUMBUHAN PANJANG BENIH IKAN BOTIA

advertisement
395
Gambaran pertumbuhan panjang benih ikan botia ... (Darti Satyani)
GAMBARAN PERTUMBUHAN PANJANG BENIH IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus)
HASIL BUDIDAYA PADA PEMELIHARAAN DALAM SISTEM HAPA DENGAN PADAT
PENEBARAN 5 EKOR PER LITER
Darti Satyani, Nina Meilisza, dan Lili Solichah
Balai Riset Budidaya Ikan Hias
Jl. Perikanan No. 13, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pertumbuhan panjang pada benih ikan botia hasil
budidaya hingga ukuran ekspor 1 inci (2,5 cm) telah dilakukan di Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok.
Panjang rata-rata benih ikan botia di awal penelitian berukuran 1,0 cm dan bobot rata-rata 0,009 g. Ikan
ditempatkan dalam bak fiber berkapasitas 200 L diisi dengan hapa berupa etabol berwarna coklat yang
berukuran 0,5 m x 0,5 m x 0,5 m dan tinggi air 40 cm. Hapa diisi ikan dengan padat tebar 5 ekor per liter
(500 ekor per hapa). Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan berupa cacing darah dan ditambahkan pelet
sesudah ikan berukuran panjang rata-rata 2,0 cm. Penelitian menggunakan 4 (empat) kali ulangan dengan
melakukan pengamatan pada hari ke–0, 20, 35, 55, 70, dan 105 dan dianalisis secara deskriptif. Lama
pemeliharaan mengikuti target pasar untuk ukuran panjang ikan yaitu 2,5 cm (ukuran ekspor). Pengamatan
dilakukan terhadap panjang total rata-rata benih ikan botia dan digunakan untuk menghitung laju
pertumbuhan panjang harian benih ikan botia. Berdasarkan grafik hasil penelitian diketahui bahwa target
panjang rata-rata ukuran ekspor 1 inci (2,5 cm) dari seluruh total populasi pada setiap ulangan tercapai
pada lama pemeliharaan sekitar 80 hari. Pada akhir penelitian (hari ke–105), lebih dari 90% total populasi
ikan botia yang dipelihara telah mencapai ukuran >2,5 cm dan panjang tertinggi sebesar 3,6 cm dengan
laju pertumbuhan panjang harian benih ikan botia adalah 1% per hari.
KATA KUNCI:
benih botia, pertumbuhan panjang, ukuran ekspor 1 inci (2,5 cm).
PENDAHULUAN
Budidaya ikan hias air tawar mempunyai prospek yang cerah karena permintaan pasar yang cukup
besar sedangkan pemenuhannya belum mencukupi (Lingga & Susanto, 2003). Ikan hias botia
(Chromobotia macracanthus) yang merupakan ikan hias asli dari perairan Sumatera dan Kalimantan ini
sudah puluhan tahun menjadi komoditas ekspor primadona ikan hias air tawar (Axelrod et al.,1995;
Sakurai et al., 1990). Ikan botia diklasifikasikan dalam kelas Actinopterygii, ordo Cypriniformes, famili
Cobitidae, genus Chromobotia, dan spesies Chromobotia macracanthus (Kottelat, 2004). Spesies ini
dalam dunia perdagangan dikenal dengan sebutan clown loach atau tiger botia. Nama lokal ikan ini
adalah ikan macan (Sumatera), gecubang (Lampung), biju bana (Jambi), Languli (Mahakam) (Suseno
& Subandiah, 2000).
Pembenihan ikan hias botia sudah dapat dikerjakan. Teknologinya yang sudah berhasil dilakukan
sejak tahun 2004 di Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok saat ini telah dikuasai sehingga produksi
dalam jumlah yang diinginkan sudah dapat dikerjakan (Satyani et al., 2006; Satyani et al., 2007). Di
Indonesia, setiap tahunnya ikan botia diperjualbelikan atau diekspor dalam jumlah jutaan ekor ke
mancanegara. Ukuran siap ekspor paling kecil adalah sekitar 1–2 inci atau 2,5–5,0 cm.
Target panjang total yang diharapkan pada pemeliharaan benih ikan botia hingga mencapai ukuran
yang diinginkan oleh pasar lokal maupun ekspor menjadi tantangan dalam memecahkan kendalakendala yang dihadapi. Padat tebar yang optimum dan efisien dari segi biaya produksi mengharuskan
diterapkannya teknologi pemeliharaan yang intensif namun mencapai target yang diinginkan. Teknik
yang tepat untuk memelihara botia dalam jumlah yang besar sudah seharusnya dilakukan agar tingkat
kematiannya dapat ditekan, dengan mengadaptasikan tempat sesuai sifat-sifatnya.
Hal-hal yang mengacu pada kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat ikan botia salah satunya adalah
pengurangan sinar memungkinkan dilakukannya pemeliharaan dalam sistem hapa dengan padat
396
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
tebar yang tinggi. Menurut Axelrod et al., 1995, sinar merupakan faktor yang mempengaruhi benih
terutama sinar yang kuat harus dihindari karena ikan botia termasuk ikan yang tidak senang sinar.
Oleh karenanya penggunaan hapa berwarna gelap dengan tutup untuk mengurangi sinar yang masuk
merupakan salah satu teknik alternatif dalam pemeliharaan botia.
Penerapan pemeliharaan dalam sistem hapa pada padat tebar yang tinggi, diharapkan menjadi
teknik yang tepat dan dapat digunakan oleh para pembudidaya, sehingga beragam informasi hasil
budidaya termasuk pertumbuhan dan lama pemeliharaan dalam mencapai target ukuran ekspor
dapat tercapai. Dengan diketahuinya gambaran pertumbuhan panjang tersebut diharapkan
pembudidaya dapat mengetahui lama pemeliharaan yang tepat dan persentase jumlah ikan yang
diinginkan dalam mencapai target panjang yang sesuai permintaan pasar.
BAHAN DAN METODE
Ikan yang diuji adalah benih ikan botia hasil budidaya yang dihasilkan oleh Balai Riset Budidaya
Ikan Hias Depok yang bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Perancis untuk Pembangunan (IRD).
Ukuran ikan yang digunakan pada saat awal penelitian dengan panjang rata-rata berkisar 1,0 cm dan
bobot rata-rata 0,009 g.
Ikan ditempatkan dalam bak fiber berkapasitas 200 L diisi dengan hapa berupa etabol berwarna
coklat yang berukuran 0,5 m x 0,5 m x 0,5 m dan tinggi air 40 cm. Hapa diisi ikan dengan padat
tebar 5 ekor per liter (500 ekor per hapa). Pompa sebagai pemutar air akan dipasang pada setiap bak.
Tutup bak dibuat untuk mempertahankan keadaan setengah gelap.
Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan berupa cacing darah dan ditambahkan pelet sesudah
ikan berukuran sekitar 2,0 cm. Penelitian ini menggunakan 4 (empat) kali ulangan dengan melakukan
pengamatan pada hari ke-0, 20, 35, 55, 70, dan 105. Lama pemeliharaan mengikuti target pasar
untuk ukuran panjang ikan yaitu 2,5 cm (ukuran ekspor).
Pengamatan dilakukan terhadap panjang total dengan kertas milimeter blok dan bobot badan
dengan timbangan elektrik ketepatan 0,001 g. Data panjang total setiap kali sampling digunakan
untuk menghitung laju pertumbuhan panjang harian benih ikan botia.
Perhitungan laju pertumbuhan panjang harian sebagai berikut:
Laju pertumbuha n panjang harian =
ln Lt - ln Lo
x 100
t
di mana:
lt
=panjang total rata-rata pada hari ke–t
lo
=panjang total rata-rata pada hari ke–0
t
=jumlah hari pengamatan
Pada saat pengamatan berlangsung, sebelum diukur ikan dibius dengan Phenoxyaethanol 3 mg/L
sampai tidur agar tidak stres dan berontak. Jumlah ikan yang diamati adalah 25 ekor setiap ulangan.
Pengamatan lain adalah kualitas air standar (O2, CO2, NH3, NO2, pH, dan kesadahan). Suhu diamati
setiap 3 hari dengan membaca termometer maksimum dan minimum yang dipasang di tempat atau
di bak. Analisis data dilakukan secara deskriptif.
HASIL DAN BAHASAN
Pertumbuhan adalah perubahan ikan, baik bobot badan maupun panjang, dalam jangka waktu
tertentu. Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi setelah energi yang tersedia digunakan
untuk metabolisme standar, untuk pencernaan, serta untuk beraktivitas (Yandes et al., 2003).
Menurut Effendie (1997), pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik panjang, bobot, maupun
volume dalam kurun waktu tertentu, atau dapat juga diartikan dengan pertambahan jaringan akibat
dari pembelahan sel secara mitosis, yang terjadi apabila ada kelebihan pasokan energi dan protein.
Dalam badan ikan, energi dan protein yang berasal dari makanan berperan untuk pemeliharaan
hidupnya, yaitu untuk tumbuh, berkembang, dan bereproduksi (Wilson, 1984 dalam Yuliana, 2001).
397
Gambaran pertumbuhan panjang benih ikan botia ... (Darti Satyani)
Mudjiman (2004) menyatakan bahwa laju pertumbuhan adalah perbedaan pertumbuhan mutlak
yang terukur berdasarkan urutan waktu. Pertumbuhan dapat dibagi dua, yaitu pertumbuhan mutlak
dan pertumbuhan relatif. Pertumbuhan mutlak adalah rata-rata ukuran total tiap umur, sedangkan
pertumbuhan relatif adalah persentase pertambahan pertumbuhan tiap selang waktu.
Pertumbuhan biasanya di mulai perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat dan akhirnya perlahanlahan lagi atau sama sekali berhenti. Pola tersebut menghasilkan kurva pertumbuhan yang berbentuk
sigmoid (berbentuk S) (Anggorodi, 1994).
Pertumbuhan ikan botia cenderung lambat. Di Sungai Batanghari, Riau, yang merupakan habitat
alaminya panjang botia bisa mencapai 15–20 cm saja (Axelrod & Vordenwinkler, 1972). Ada dua
faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal
antara lain kondisi lingkungan dan kualitas pakan. Faktor internal antara lain keturunan, umur,
ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan memanfaatkan pakan (Huet, 1994).
mm
Pertumbuhan panjang rata-rata dan laju pertumbuhan panjang harian benih botia hasil budidaya
yang dipelihara dalam sistem hapa pada padat penebaran 5 ekor per liter dapat dilihat dari grafik
yang disajikan pada Gambar 1.
35
1.60
30
1.40
25
1.20
1.00
20
0.80
15
0.60
10
0.40
5
0.20
0
0.00
0
20
35
55
70
105
hari ke
panjang rata-rata (mm)
laju pertumbuhan panjang harian (%)
Gambar 1. Panjang rata-rata (cm) dan laju pertumbuhan panjang harian (%)
benih ikan botia selama penelitian
Panjang rata-rata individu ikan botia selama penelitian meningkat setiap harinya, sedangkan laju
pertumbuhan panjang harian meningkat hingga hari ke–60 penelitian kemudian menurun hingga
akhir penelitian. Panjang rata-rata ikan botia yang ditebar adalah 1,0 cm kemudian menjadi 1,2 cm
di hari ke–20, selanjutnya 1,4 cm di hari ke–55, pada hari ke–55 panjang rata-rata 2,1 cm menjadi
2,4 cm di hari ke–70 dan pada akhir penelitian di hari ke–105 panjang rata-rata ikan botia telah
mencapai 2,9 cm. Hal ini menunjukkan bahwa benih botia mencapai target ekspor pada ukuran
>2,5 cm lebih dari 70 hari pemeliharaan pada kondisi panjang awal rata-rata 1,0 cm. Dari data
tersebut dengan lama pemeliharaan 105 hari pertambahan panjang rata-rata ikan botia sebesar 1,9
cm (Gambar 1).
Laju pertambahan panjang harian benih botia di hari ke–20 pemeliharaan adalah sebesar 0,62%,
hari ke–35 sebesar 0,89%, hari ke–55 sebesar 1,36%, hari ke–70 sebesar 1,22% dan diakhir penelitian
di hari ke–105 laju pertumbuhan panjang harian benih botia sebesar 1,00%.
Pertambahan panjang rata-rata individu menunjukkan adanya pertumbuhan benih ikan botia
yang dipelihara. Laju pertumbuhan panjang harian yang terus meningkat hingga hari ke–55 penelitian
diduga adalah masa-masa usia tumbuh cepat benih ikan botia dibandingkan hari-hari setelahnya.
398
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
Berbeda dengan pertumbuhan bobot yang dapat positif maupun negatif, pertumbuhan panjang
adalah pertumbuhan positif yang berarti panjang suatu makhluk hidup tidak akan pernah menurun
seiring usia makhluk hidup tersebut. Pendugaan panjang melalui gambaran pertumbuhan panjang
setiap harinya dapat digunakan untuk menduga lama pemeliharaan benih ikan botia pada panjang
awal tertentu dengan target panjang yang diinginkan.
Persentase jumlah ikan
(%)
Dari Gambar 2 diketahui bahwa saat awal penelitian dimulai sebaran panjang benih ikan botia
yang dilakukan dalam penelitian adalah 0,8–1,2 cm. Persentase sebaran panjang tersebut menunjukkan
bahwa panjang ikan botia pada ukuran di atas 1,1 cm memiliki persentase yang sangat rendah
(kurang dari 5%). Persentase tertinggi panjang ikan botia adalah pada ukuran panjang 1,0 cm dengan
nilai berkisar lebih dari 30%.
35
30
25
20
hari ke-0
15
10
5
0
8
9
9.5
10
10.5
11
11.5
12
Panjang (mm)
Gambar 2. Persentase ukuran ikan botia (cm) pada hari ke–0
Persentase jumlah ikan
(%)
Persentase sebaran panjang ikan botia pada hari ke–20 pasca penelitian menunjukkan sebaran
ukuran panjang yang luas yaitu 0,8–1,5 cm. Pada hari ke–20, ukuran panjang 0,8 cm masih ditemukan
meskipun dalam jumlah sangat sedikit (kurang dari 5%). Pada usia pemeliharaan ini, persentase
tertinggi dari ukuran panjang adalah 1,1 cm (sekitar 30%) dan 1,2 cm (lebih dari 25%) serta diketahui
juga bahwa beberapa ikan botia sudah mencapai ukuran panjang 1,3–1,5 cm. Berdasarkan persentase
tertinggi ukuran panjang ikan botia yang teramati di hari ke–20 pemeliharaan telah terjadi
pertumbuhan panjang sekitar 0,1–0,2 cm dengan laju pertumbuhan panjang harian 0,62% per hari
(Gambar 3).
35
30
25
20
hari ke-20
15
10
5
0
8
9 9.5 10 10.5 11 11.5 12 13 14 15
Panjang (mm)
Gambar 3. Persentase ukuran ikan botia (cm) pada hari ke–20
399
Gambaran pertumbuhan panjang benih ikan botia ... (Darti Satyani)
Persentase jumlah ikan (%)
Pada hari ke–35 penelitian, persentase jumlah ikan tertinggi terhadap panjang terjadi pada ukuran
panjang 1,3 cm yaitu sebesar lebih dari 30% (Gambar 4). Sebaran persentase panjang berkisar 1,1–
2,0 cm. Di hari ke–55 penelitian, persentase jumlah ikan tertinggi panjang terjadi pada ukuran
panjang 1,8 cm yaitu sebesar 20%. Sebaran persentase panjang sangat bervariasi berkisar 1,5–2,9
cm, persentase jumlah ikan yang telah mencapai panjang 2 inci hanya kurang dari 10%. Pada masa
pemeliharaan ini, ikan botia belum siap untuk dipanen (Gambar 5).
35
hari ke-35
30
25
20
15
10
5
0
11 11.5 12
13
14
15
17
18
19
20
Panjang (mm)
Persentase jumlah ikan (%)
Gambar 4. Persentase ukuran ikan botia (cm) pada hari ke–35
25
hari ke-55
20
15
10
5
0
15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Panjang (mm)
Gambar 5. Persentase ukuran ikan botia (cm) pada hari ke–55
Pada hari ke–70 pemeliharaan, benih botia memiliki sebaran persentase panjang antara 1,9–3,2
cm dengan variasi yang tinggi. Panjang dominan dicapai pada ukuran 2,2 cm sebanyak 28%. Persentase
benih botia yang telah mencapai ukuran ekspor dengan panjang > 2,5 cm hanya sebesar 22%,
sedangkan sisanya 78% belum mencapai ukuran target ekspor yang diharapkan (1,9–2,4 cm). Pada
masa pemeliharaan ini, benih botia belum dapat dipanen untuk diperdagangkan (Gambar 6).
Pada hari ke–105 pemeliharaan meskipun sebaran ukuran panjang benih botia masih bervariasi
dengan kisaran 2,1–3,6 cm namun ukuran panjang yang tidak layak panen hanya kurang dari 10%.
Sebaran panjang benih botia yang berukuran 2,5–3,1 cm terlihat lebih homogen yaitu 10%–15%. Hal
ini berarti lebih dari 90% benih botia telah mencapai ukuran panjang yang ditargetkan untuk ekspor
yang berarti bahwa pada masa pemeliharaan ini ikan botia siap dipanen dan diperdagangkan (Gambar
7).
400
Persentase jumlah ikan (%)
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
30
hari ke-70
25
20
15
10
5
0
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Panjang (mm)
Persentase jumlah ikan (%)
Gambar 6. Persentase ukuran ikan botia (cm) pada hari ke–70
16
14
12
10
8
6
4
2
0
hari ke-105
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Panjang (mm)
Gambar 7. Persentase ukuran ikan botia (cm) pada hari ke–105
Data hasil persentase benih botia dari hari ke–0 hingga hari ke–105 pemeliharaan menunjukkan
sebaran panjang yang luas dari 0,8 cm hingga 3,6 cm. Sebaran ukuran panjang yang ditunjukkan
pada Gambar 8 memperlihatkan dominansi ukuran pada panjang 1,1 cm selama 35 hari pemeliharaan.
Ukuran panjang ini sering muncul tumpang tindih pada 35 hari pemeliharaan ini. Dari Gambar 8 ini
terlihat pula bahwa hingga ukuran 3,0 cm, panjang ikan botia tidak pernah dominan di satu masa
pemeliharaan, variasi ukuran selalu terlihat dalam setiap masa pemeliharaan.
Berdasarkan Gambar 8, dapat ditekankan pula bahwa variasi ukuran ikan semakin lebar seiring
lamanya masa pemeliharaan. Semakin lama masa pemeliharaan maka semakin lebar variasi ukuran
panjang yang dihasilkan. Hal ini dapat terlihat dari kisaran variasi sebaran panjang dari hari ke–0
sebesar 0,4 cm, hari ke–20 sebesar 0,7 cm, hari ke–55 sebesar 0,9 cm, hari ke–70 sebesar 1,3 cm dan
pada hari ke–105 sebesar 1,5 cm.
Selain data pada Gambar 8, sebagai data penunjang diketahui juga kualitas air selama penelitian.
Kualitas air yang dihasilkan selama penelitian menunjukkan nilai suhu sebesar 25°C–27°C, pH 4,5–
7,5, CO2 sebesar 1–10 Mg/L, O2 sebesar 6–11 mg/L, alkalinitas 11–69 mg/L, kesadahan 30–70 mg/L,
NH3 0–0,03 mg/L, NO2 0–0,09 mg/L.
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa parameter kualitas air yang dihasilkan berada pada
kisaran normal. Hal ini mengacu pada pendapat Lingga & Susanto (2003), bahwa kandungan oksigen
401
Gambaran pertumbuhan panjang benih ikan botia ... (Darti Satyani)
70
Distribusi ukuran ikan pada hari ke-105
persentase jumlah ikan (%)
60
Distribusi ukuran ikan pada hari ke-70
Distribusi ukuran ikan pada hari ke-55
Distribusi ukuran ikan pada hari ke-35
50
Distribusi ukuran ikan pada hari ke-20
Distribusi ukuran ikan pada hari ke-0
40
30
20
10
8
9
9.5
10
10.5
11
11.5
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
0
panjang (mm)
Gambar 8. Pertumbuhan panjang benih ikan botia hasil budidaya pada pemeliharaan dalam bak
berhapa dengan padat penebaran 5 ekor per liter
terlarut untuk pertumbuhan yang optimal bagi sintasan ikan botia harus selalu lebih dari 5 mg/L.
Karbondioksida bebas dalam air berasal dari proses pernafasan organisme air, proses difusi dari
udara bebas serta hasil dekomposisi bahan organik, kadar CO2 yang mencapai lebih dari 10 mg/L
sudah bersifat racun bagi ikan (Boyd, 1979). Kadar ammonia tidak lebih dari 1 mg/L sedangkan nitrit
yang baik bagi sintasan ikan nilainya harus kurang dari 0,1 mg/L (Satyani, 2005).
KESIMPULAN
Target panjang rata-rata ukuran ekspor 1 inci (2,5 cm) dengan panjang awal rata-rata 1,0 cm
tercapai pada lama pemeliharaan sekitar 80 hari. Pada akhir penelitian (hari ke–105) benih botia
siap panen, lebih dari 90% total populasi ikan botia yang dipelihara telah mencapai ukuran >2,5 cm
dan panjang tertinggi sebesar 3,6 cm dengan laju pertumbuhan panjang harian benih ikan botia
adalah 1% per hari.
DAFTAR ACUAN
Anggorodi, R. 1994. Ilmu makanan ternak dasar. PT Gramedia, Jakarta.
Axelrod, H.R. & Vordenwinkler, W. 1965. Encyclopaedia of tropical fishes. T.F.H. Publications, Inc. New
York.
Boyd, C.E. 1979. Water quality in warmwater fish pond. Auburn University Agriculture Experiment
Station, Alabama.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.
Huet, M. 1994. Textbook of fish culture: breeding and cultivation of fish (2nd edition). Fishing News
Books, Cambridge.
Kottelat, M. 2004. Botia kubotai, a new species of loach (teleostei: cobitidae) from the Ataran River
Basin (Myanmar), with comment on botiine nomenclature and diagnosis of a new genus. National
University of Singapore, Singapore.
Lingga, P. & Susanto, H. 2003. Ikan hias air tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
402
Mudjiman, A. 2004. Makanan ikan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sakurai, A., Sakamoto, Y., & Mori, F. 1990. Aquarium fish of the world. Chronicle Books. San Fransisco.
Satyani, D. 2005. Kualitas air untuk ikan air tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.
Satyani, D., Slembrouck, J., Subandiyah, S., & Legendre, M. 2007. Peningkatan teknik pembenihan
buatan ikan hias botia, Chromobotia macracanthus Bleeker. J. Ris. Akuakultur, 2(3):135–142.
Satyani D., Mundriyanto, H., Subandiyah, S., Chumaidi, Sudarto, Slembrouck, J., Legendre, M., &
Pouyaud, L. 2006. Teknologi pembenihan botia ( Chromobotia macracanthus Bleeker ) skala
Laboratorium. Petunjuk Teknis. Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok, 21 hlm.
Suseno, D., dan Siti Subandiah. 2000. Ciri morfologis jenis ikan macan atau botia strain Batanghari,
Musi, dan Kapuas. Prosiding Seminar Nasional Keanekaragaman Hayati Ikan, 6 Juni 2000.
Yandes, Z.R., Affandi, R., & Mokoginta, I. 2003. Pengaruh pemberian sellulosa dalam pakan terhadap
kondisi biologis ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac). J. Ikhtiologi Indonesia, 3(1): 27–32.
Yuliana. 2001. Pengaruh kadar á-starch pakan yang berbeda terhadap efisiensi pakan dan pertumbuhan
juvenile ikan gurame (Osphronemus gouramy, Lac.). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Download