analisis laporan keuangan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari serangkaian siklus akuntansi. Menurut Accounting
Terminology Buletin No 1, akuntansi didefinisikan sebagai seni mencatat, mengklasifikasikan, dan
mengikhtisarkan transaksi dan kejadian yang paling tidak sebagian, bersifat keuangan dan dengan
cara yang bermakna dan dalam satuan uang, serta menginterpretasikan hasil-hasilnya (Hendriksen
dan Van Breda, 2000). Sementara definisi akuntansi menurut Jusup (1994) akuntansi pada
dasarnya merupakan serangkaian kegiatan mencatat, menggolongkan, meringkas, melaporkan
dan menganalisis data keuangan suatu organisasi. Secara skematis kegiatan akuntansi dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar I.1
Transaksi
Jurnal
Buku Besar
Neraca Lajur
Laporan Keuangan
Transaksi merupakan kejadian yang mempunyai nilai ekonomis bagi perusahaan. Kejadian ini
dicatat dalam jurnal dan secara periodik dicatat dalam buku besar. Pada akhir periode, saldo-saldo
dari semua rekening-rekening di buku besar dihitung dan dicantumkan dalam neraca lajur. Neraca
lajur merupakan alat bantu untuk menyusun laporan keuangan.
Perusahaan membuat laporan keuangan dengan tujuan:
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan , kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
2. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa
yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka
dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan
untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk
mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
3. FASB (dalam Warsidi-Kartin.tripod.com) menyatakan “financial reporting is not an end in itself
but is intende to provide information that is useful in making business and economic decisions
for making reasonde choises among altiernative uses of scarce resourses in the conduct of
economic activities, … Accordingly, the objectives of this statement are affected by the
economic, legal, political, and social environment in United States”
4. Smith dan Skousen (1987, dalam Warsidi-Kartin.tripod.com) menyatakan bahwa tujuan
pelaporan keuangan diupayakan mempunyai cakupan yang luas agar memenuhi berbagai
kebutuhan para pemakai dan melayani kepentingan umum dari berbagai pemakai yang
1
potensial, bukan hanya untuk kebutuhan khusus kelompok tertentu saja. Selanjutnya Smith
dan Skousen menyatakan juga tujuan khusus pelaporan keuangan, yaitu, pelaporan keuangan
harus menyediakan informasi yang bermanfaat untuk menaksir arus kas di masa yang akan
datang.
5. Hendriksen (1982, dalam Warsidi-Kartin.tripod.com) mengungkapkan bahwa pelaporan
keuangan harus mendorong keefektifan pasar modal dan pasar uang dalam mengalokasikan
sumber daya yang langka di antara berbagai penggunaan yang kompetitif sehingga tercipta
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Agar laporan keuangan dapat memenuhi tujuannya maka laporan keuangan tersebut
harus memenuhi karakteristik kualitatif. Adapun karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut
Standar Laporan Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002) adalah sebagai berikut:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan
untuk mempelajari informsi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi
kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan
hanya ats dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit dapat dipahami oleh
pemakai tertentu
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi masa
lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di
masa lalu
Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan
satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aktiva yang dimiliki bermanfaat bagi
pemakai ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan
dalam memberikanpenegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya,
tetntang bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil
dari operasi yang direncanakan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar
untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang lasung
menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekurits
dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk
memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun
demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan
menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya nilai prediktif
2
laporan laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yang tidak biasa,
abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.
3. Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam beberapa kasus,
hakikat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya, pelaporan
suatu segmen baru dapat mempengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi
perusahaan tanpa mempertimbangkan materialitasnya dari hasil yang dicapai segmen baru
tersebut dalam periode pelaporan. Dalam kasus lain, baik hakekat maupun materialitas
dipandang penting, misalnya jumlah serta kategori persediaan yang sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil
atas dasar laporan keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang
dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau
kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya materialitas lebih merupakan suatu
ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus
dimiliki agar informasi dipandang berguna.
4. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal
jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan
pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan
maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika
keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukummasih
dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh
tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan
dari tuntutan tersebut.
5. Penyajian Jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan. Jadi, misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lainnya dalam bentuk aktiva, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang
memenuhi kriteria pengakuan.
Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari risiko penyajian yang dianggap kurang
jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena
kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam
mengidentifikasi transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau
menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi danperistiwa
tersebut. Dalam kasusu tertentu, pengukuran dampak keuangan dari suatu pos sangat tidak
3
6.
7.
8.
9.
pasti sehingga perusahaan pada umumnya tidak mengakuinya dalam laporan keuangan.
Misalnya, meskipun dalam kegiatan usahanya perusahaan dapat menghasilkan goodwill,
tetapi lazimnya sulit untuk mengidentifikasi atau mengukur goodwill secara andal. Namun,
dalam kasus lain, pengakuan suatu pos tertentu tetap dianggap relevan dengan
mengungkapkan risiko kesalahan sehubungan dengan pengakuan dan pengukurannya.
Substansi Mengungguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang
seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau
peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. Misalnya,
suatu perusahaan mungkin menjual suatu aktiva kepada pihak lain dengan cara sedemikian
rupa sehingga dokumentsi dimasksudkan untuk memindahkan kepemilikan menurut hukum
ke pihak tersebut; namun demikian, mungkin terdapat persetujuan yang memastikan bajwa
perusahaan dapat terus menikmati manfaat ekonomi masa depan yang diwujudkan dalam
bentuk aktiva. Dalam keadaan seperti itu, pelaporan penjualan tidak menyajikan dengan jujur
transaksi yang dicatat (jika sesungguhnya memang ada transaksi)
Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada
kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi
yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
mempunyai kepentingan yang berlawanan.
Pertimbangan Sehat
Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan
tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik serta
peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Ketidakpastian semacan
itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dan dengan menggunakan
pertimbangan sehat (prudence) dalam menyusun laporan keuangan. Pertimbangan sehat
mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi
ketidakpastian, sehingga aktiva atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban
atau beban tidak tinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, menggunakan pertimbangan
sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan
(provision) berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan yang lebih rendah
atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi
tak netral, dan karena itu, tidak memiliki kualitas andal.
Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan
informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan
tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.
4
10.
Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laproan keuangan perusahaan antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga
harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi
posisi keuangan, kenerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa
harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang
sama dan untukperusahaan yang berbeda.
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandikan adalah bahwa pemakai
harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporankeuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pemakai
harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang
diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah perusahaan dari
satu periode ke periode dan dalamperusahaan yang berbeda. Ketaatan pada standar
akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebujakan akuntansi yang digunakan oleh
perusahaan, membantu pencapaian daya banding.
Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman semata-mata
dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan
yang lebih baik. Perusahaan tidak perlu meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak lagi
selaras dengan karakteristik kualitatif relevansi dan keandalan. Perusahaan juga tidak perlu
mempertahankan suatu kebujakan akuntansi kalau ada alternatif lain yang lebih relevan dan
lebih andal.
Berhubung pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan antar periode, maka perusahaan perlu menyajikan informasi periode sebelumnya
dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan idealnya meliputi laporan neraca, laba
rugi, perubahan modal, arus kas, laporan investasi oleh dan distribusi kepada pemilik, dan catatan
atas laporan keuangan (Hendriksen dan Breda, 2000). Hal ini dimaksudkan agar laporan keuangan
tersebut dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang kinerja dan kekayaan suatu
perusahaan. Namun biasanya perusahaan membuat laporan keuangan yang terdiri dari laporan
neraca, dan laporan laba rugi. Laporan keuangan dibuat dengan dasar kejujuran, dan netral
(artinya, laporan keuangan dibuat tidak berdasarkan atas “pesanan” dari pemilik atau
manajemen).
Ada banyak pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002), pihak-pihak
tersebut antaran lain Investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya,
pelanggan, pemerintah, dan masyarakat.
1. Investor, penanam modal dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat
serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan
informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual
5
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka
untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Karyawan, karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi
mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa,
manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.
Pemberi pinjaman, pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar
pada saat jatuh tempo.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya, pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan
informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam
tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali sebagai pelanggan
utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
Pelanggan, para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau
tergantung pada perusahaan.
Pemerintah, pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas
perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional
dan statistik lainnya.
Masyarakat, perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya,
perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasipnal, termasuk
jumlah orang yang dipekerjakan danperlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan
keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Belkaoui (2000) menyebutkan pihak-pihak pemakai keuangan adalah
Pemegang saham (sekarang dan potensial)
Kreditor jangka panjang (sekarang dan potensial)
Kreditor jangka pendek (sekarang dan potensial)
Analis dan konsultan (sekarang)
Karyawan (sekarang dan potensial)
Direktur non eksekutif (sekarang dan potensial)
Pelanggan (masa lalu, sekarang dan potensial)
Pemasok (sekarang dan potensial)
Kelompok industri (sekarang)
Serikat pekerja (sekarang
Departemen pemerintah dan menteri (sekarang)
Masyarakat (sekarang)
6
13. Agen pembuat kebijakan (sekarang)
14. Perusahaan lain, baik domestik maupun asing (sekarang)
15. Pembuat standar dan peneliti akademisi
Walaupun ada banyak pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, namun perusahaan
hanya membuat satu laporan keuangan. Perusahaan tidak membuat laporan keuangan secara
parsial untuk masing-masing pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Dengan kata lain
laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan bersifat umum, oleh karena itu laporan keuangan
tersebut digunakan oleh semua pihak. Dengan demikian pihak-pihak yang berkepentingan dengan
perusahaan harus dapat memilih dan mengambil informasi yang dibutuhkan.
Lebih lanjut Belkaoui (2000) mengkatagorikan kebutuhan pemakai menjadi tiga belas
katagori, yaitu:
1. Menilai kinerja
2. Menilai kualitas manajemen
3. Mengestimasi prospek di masa mendatang
4. Menilai kekuatan dan stabilitas keuangan
5. Menilai kesanggupan melunasi utangnya
6. Menilai tentang likuiditas
7. Menilai risiko dan ketidakpastian
8. Menambah alokasi sumber daya
9. Membuat perbandingan
10. Membuat penilaian keputusan
11. Menilai kemampuan beradaptasi
12. Menentukan kesesuaian dengan hukum atau peraturan
13. Menilai kontribusi terhadap masyarakat.
Laporan keuangan tidak bermanfaat apabila pihak-pihak pengguna laporan keuangan tidak
dapat mengintepretasikan laporan keuangan tersebut. Hal ini mengingat bahwa laporan keuangan
yang dibuat perusahaan merupakan laporan yang umum, bukan khusus. Hal ini mengakibatkan
informasi yang tersedia adalah informasi yang bersifat umum. Apabila laporan keuangan tidak
diinterpretasikan lebih lanjut maka laporan keuangan hanyalah angka belaka. Laporan keuangan
bukan informasi melainkan sekumpulan angka-angka yang tersusun rapi yang tidak bermakna.
Oleh karena itu pengguna harus dapat menginterpretasikan laporan keuangan, walaupun yang
dibutuhkan tidak semuanya tersedia dalam laporan keuangan tersebut.
Perlu disadari juga bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan mempunyai
kelemahan. Kelemahan laporan keuangan adalah adalah sebagai berikut:
1. Laporan keuangan dibuat secara periodik. Laporan keuangan bukan merupakan laporan akhir.
Dengan demikian pengguna laporan keuangan tidak memperoleh laporan final. Hal ini dapat
mengakibatkan hasil analisis yang dibuat oleh pengguna laporan keuangan bias. Aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh perusahaan setelah laporan keuangan perusahaan terus berjalan
sehingga mengakibatkan nilai rupiah yang ada di dalam laporan keuangan tidak dapat
menunjukkan angka yang pasti.
7
2. Laporan keuangan dibuat dalam satuan mata uang tertentu. Hal ini mengakibatkan dasar
penjumlahan berbeda. Kelemahan ini dapat diilustrasikan dengan penjumlahan lima buah apel
ditambah tiga buah jeruk sama dengan delapan buah. Penjumlahan tersebut seharusnya lima
buah apel dan tiga buah jeruk bukannya delapan buah.
3. Laporan keuangan dibuat pada akhir tahun sementara transaksi perusahaan dilakukan dari
awal tahun sampai dengan akhir tahun. Hal ini mengabaikan nilai mata uang termasuk
kenaikan harga-harga.
4. Tidak semua faktor-faktor yang mempengaruhi posisi keuangan dapat tercermin dalam
laporan keuangan.
Terlepas dari keterbatasan yang dimiliki, laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan
harus menganut asas kejujuran. Selama ini tidak ada detektor yang dapat digunakan untuk
menguji kejujuran manajer keuangan (baca: yang membuat laporan keuangan). Seringkali
pembuatan laporan keuangan dipengaruhi oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Tidak jarang pula sering terjadi bahwa laporan keuangan tersebut adalah hasil rekayasa manajer.
Sementara di pihak lain, masyarakat sering mempertanyakan independensi auditor yang
mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan, apakah auditor tersebut benar-benar independen
ataukah auditor tersebut tidak (kurang) independen. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi
auditor untuk meyakinkan masyarakat bahwa laporan keuangan auditan adalah laporan keuangan
yang benar-benar dapat dipercaya, bukan merupakan hasil rekayasa pihak manajer.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana cara menginterpretasikan laporan
keuangan? Bagaimana laporan keuangan dapat memberikan informasi seperti kebutuhan
pemakai? Reader ini disusun dengan struktur sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, Bab II
membicarakan tentang laporan keuangan. Bab III membicarakan alat-alat analisis yang digunakan
dalam menganalisis laporan keuangan. Bab IV membicarakan analisis fundamental. Bab V
menyajikan peraturan-peraturan yang terkait dengan analisis laporan keuangan. Bab VI
membicarakan analisis leverage. Bab VII membicarakan analisis Kredit.
8
Latihan
1. Jelaskan siklus akuntansi!
2. Apakah ada perbedaan antara siklus akuntansi untuk perusahaan jasa, perusahaan
manufaktur, dan perusahaan dagang? Jelaskan jawaban saudara!
3. Jelaskan perbedaan perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur!
4. Jelaskan manfaat laporan keuangan!
5. Jelaskan karakteristik laporan keuangan
6. Sebutkan pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan menurut Belkauoi dan
menurut Standar Akuntansi Keuangan!
7. Menurut saudara apakah laporan keuangan memiliki kelemahan? Jelaskan jawaban saudara!
9
Download