satuan acara perkuliahan

advertisement
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)/
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)
Nama Mata Kuliah
Dosen Pengampu
Kode / SKS
Mata Kuliah Prasyarat
Kelompok Mata Kuliah
:
:
:
:
:
Investasi dan Pengembangan Ekonomi Lokal
Drs. Krishno Hadi
010-023407/ 3 SKS
Tidak Ada
Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MKPB)
A. Deskripsi Mata Kuliah
Salah satu tujuan penerapan sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan pembangunan di segala bidang khususnya
bidang ekonomi. Kebijakan Pemerintah Daerah di bidang ekonomi hendaknya
diarahkan pada upaya peningkatan kapasitas masyarakat melalui pemberdayaan
ekonomi masyarakat (local economy). Pemberdayaan ekonomi masyarakat akan
terwujud jika pembangunan ekonomi diarahkan pada pengembangan potensi riel dari
masyarakat setempat. Hal ini sejalan dengan amanat TAP MPR RI No. XVI Tahun
1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, yang menyatakan
adanya keterkaitan pembangunan ekonomi dengan pelaku ekonomi kerakyatan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pelaku ekonomi kerakyatan terdiri dari
koperasi, usaha mikro, kecil, menengah (UMKM). Oleh karena itu pembangunan
ekonomi daerah diarahkan untuk memperkuat kapasitas UMKM dan koperasi yang
ada di wilayahnya. Salah satu upaya peningkatan kapasitas ekonomi kerakyatan atau
ekonomi lokal adalah dengan membuka kesempatan seluas-luasnya bagi masuknya
penanam modal (investor), baik dari luar negeri, dalam negeri, maupun investor lokal.
Adalah menjadi tugas Pemerintah daerah untuk menciptakan iklim investasi
yang kondusif bagi masuknya investor. Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 32
Tahun 2004 pasal 176,
bahwa: Pemerintah Daerah dalam meningkatkan
perekonomian Daerah dapat memberikan insentif dan/atau kemudahan kepada
masyarakat dan/atau investor yang diatur dalam Peraturan Daerah dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Sebagai Negara yang relative tertinggal dalam aspek pertumbuhan ekonomi,
Indonesia sangat membutuhkan hadirnya Investor untuk mnggerakkan
perekonomiannya. Namun yang terjadi justru iklim investasi Indonesia dinilai paling
buruk oleh Investor. Menurut Doing Business 2007-World Bank Report, peringkat
Indonesia mengenai iklim investasi mengalami penurunan dari peringkat 131 pada
2006 menjadi peringkat 135 (dari 175 negara), Ini mengindikasikan perbaikan iklim
investasi yang dilakukan Indonesia belum sebaik negara lainnya. Dengan kondisi
iklim investasi yang kurang kompetitif tersebut sulit bagi Indonesia untuk menarik
para investor menanamkan modalnya di Indonesia.
Kondisi yang tidak mendukung dalam penciptaan iklim investasi di Indonesia
dinilai cukup kompleks dan saling terkait. Apabila kita menggunakan indikator Doing
Business 2007 sebagai perbandingan dalam melihat kemudahan berinvestasi di suatu
negara, terutama terhadap indikator iklim usaha, kepastian hukum, perpajakan, tenaga
kerja, jasa keuangan maka posisi iklim investasi di Indonesia masih belum
menunjukkan hal yang menggembirakan.
Namun pemerintah telah mengupayakan terwujudnya iklim investasi yang
kondusif dengan telah diundangkannya UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal. Dengan dikeluarkannya UU ini, maka kondisi yang dikehendaki oleh investor
diupayakan dapat terwujud melalui perbaikan iklim berusaha, pemberian insentif,
adanya jaminan kepastian hukum, adanya perlakukan yang sama dan tidak
membedakan asal Negara, dan sebagainya. Tentunya dengan tetap mengingat bahwa
bidang usaha yang melibatkan investor harus memperhatikan aspek-aspek lingkungan
hidup dan khusus yang terkait dengan masalah ketenaga kerjaan, ada kewajiban bagi
investor (asing) untuk mengutamakan tenaga kerja dari Indonesia.
Kajian mata kuliah ini akan lebih difokuskan pada pengembangan ekonomi
lokal, maka problematika investasi akan menyangkut dua hal. Pertama pemerintah
daerah hendaknya mampu mendesain kebijakan maupun perda yang mendorong
terciptanya iklim investasi yang kondusif di daerah. Saat ini terdapat lebih dari 100
peraturan di tingkat daerah yang mengarah kepada ekonomi biaya tinggi sehingga
mengurangi daya saing dalam menarik investor1. Kedua, investasi yang ada
hendaknya benar-benar mampu mengembangkan perekonomian masyarakat daerah
(lokal) sehingga memiliki signifikansi dengan pengembangan ekonomi lokal, jika
tidak demikian maka yang terjadi justru sebaliknya akan semakin menyengsarakan
masyarakat (Imiserysing growth).
Untuk mendukung hal tersebut diperlukan mekanisme birokrasi dan apparatus
birokrasi yang responsive, kapabel , serta memiliki spirit entrepreneurship yang
tinggi. Oleh karena itulah maka kajian mata kuliah ini juga akan membahas
perubahan paradigma birokrasi dan pemerintahan, terutama menyangkut spirit
entrepreneurship dalam birokrasi dan ide-ide dasar dari paradigma governance. Ide
dasar mata kuliah ini paralel dengan tujuan dari praktik governance terutama
menyangkut inter relasi antara pemerintah dengan private sector (sektor swasta).
Keterbatasan sumber bacaan, mengharuskan kegiatan perkuliahan secara terus
menerus akan melakukan elaborasi teoretik, dan diharapkan setiap mahasiswa aktif
dalam mencari sumber-sumber bacaan terutama dari internet, khususnya menyangkut
pengembangan ekonomi lokal (local economic development atau LED).
B. Tujuan Umum Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami Perubahan Paradigma penyelenggaraan pemerintahan dan
pemerintahan daerah.
2. Memahami problematika pengembangan ekonomi dan investasi di Indonesia;
3. Memahami Kebijakan Pemerintah dalam pengaturan Investasi di Indonesia;
1
Andhy Basar, Economic Review ● No. 208 ● Juni 2007
4. Memahami arti pentingnya investasi dalam pengembangan ekonomi lokal;
5. Memahami model-model dan strategi pengembangan ekonomi lokal;
6. Memahami format kebijakan Pemerintah Daerah yang kondusif bagi pertumbuhan
investasi di daerah;
C. Tujuan Khusus Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengerti dan mampu menjelaskan pengertian investasi dan pengembangan
ekonomi lokal;
2. Mengerti dan mampu menjelaskan problematika investasi di Indonesia;
3. Menjelaskan Kebijakan Pemerintah dalam pengaturan Investasi;
4. Menjelaskan model-model dan strategi pengembangan ekonomi local
5. Menjelaskan format kebijakan Pemerintah Daerah yang kondusif bagi
pertumbuhan investasi di daerah.
D. Pokok Bahasan:
Pertemuan I
Pendahuluan
Bagian ini akan membahas beberapa konsep dasar tentang
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pembangunan
Ekonomi, Pembangunan Ekonomi Lokal, dan Investasi.
Pertemuan II
Paradigma Baru Penyelenggaraan Pemerintahan
Membahas tentang perubahan paradigma penyelenggaraan
pemerintahan dan pemerintahan daerah. Reinventing
Government, Mengembangkan spirit entrepreneurship dalam
birokrasi, serta beberpa pemikiran mutakhir terkait dengan
penyelenggaraan tata kelola pemerintahan, seperti New Public
Management.
Pertemuan III
Investasi, Kebijakan Fiskal dan Moneter
Pertemuan ini akan menguraikan problematika investasi untuk
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi investasi,
kondisi-kondisi daerah yang favorable untuk investasi. Oleh
karena itu bagian ini akan membahas tentang teori investasi
dari Keynes, kebijakan fiskal dan moneter, Instrumen
Kebijakan Moneter, Implikasi kebijakan fiskal dan moneter
terhadap investasi.
Pertemuan IV
dan V
Potret Investasi di Indonesia
1
Potret Suram Investasi di Indonesia
Bagian ini akan mencoba menelusuri fakta tentang
hengkangnya investor dari Indonesia (capital flight).
Sebut saja misalnya Hengkangnya Perusahaan Sepatu
ternama Merk Reebook di Bekasi, Perusahaan elektronik
terkemuka SONY, dan akhir-akhior kasus Perusahaan
NASA (Naga Sakti Shoes Corp.) milik Hartati Moerdaya
yang sempat diputus kontraknya oleh Nike, dsb.
2
Pertemuan VI
UU No. 25 Tahun 2007 Upaya Memperbaiki Iklim
Investasi di Indonesia.
Bagian ini akan membahas format baru pengaturan
Investasi di Indonesia. Dalam Aspek apa saja perbaikan
iklim investasi tersebut dilakukan ? Serta menganilisis
sisi keunggulan dan kekurangan dari UU No. 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal.
Otonomi Daerah dan Penciptaan Iklim Investasi di
Daerah
1 Ide-ide dasar Desentralisasi dan Otonomi Daerah
Bagian ini akan membahas ide-ide dasar dari
desentralisasi dan otonomi daerah untuk menghantarkan
pemikiran kearah tanggung jawab pemerintah daerah
menyangkut Investasi.
2
Otonomi Daerah dan Investasi
Otonomi daerah tidak serta merta mampu menggerakkan
investasi, boleh jadi otonomi daerah akan menghambat
terciptanya iklim investasi yang baik. Kasus adanya
ratusan Perda yang kontra produktif dengan
pengembangan iklim investasi membuktikan bahwa
otonomi daerah tidaklah taken for granted dalam
penciptaan iklim investasi yang baik. Ego daerah dan
adanya kecenderungan daerah untuk sebesar-besarnya
meningkatkan PAD sesaat telah mengakibatkan ekonomi
biaya tinggi yang ujung-ujungnya akan mempengaruhi
iklim investasi itu sendiri.
Pertemuan VII
* Ujian Tengah Semester (UTS) * Ujian Tengah Semester (UTS) *
Pertemuan VIII
Konsep Dasar Pengembangan Ekonomi Lokal (Local
Economic Development)
Bagian ini akan membahas tentang Pembangunan Daerah,
Pembangunan Ekonomi Kerakyatan, dan Pengembangan
Ekonomi Lokal sebagai bagian integral dari pembangunan
ekonomi kerakyatan. Secara lebih khusus akan dibahas
konsep-konsep awal tentang LED, Esensi dari LED dan
Tujuan dari LED.
Pertemuan IX
Tahap-Tahap dalam LED
LED merupakan konsep pengembangan ekonomi lokal yang
berbasis pada karakteristik khas atau unik dari suatu daerah.
Oleh karena itu berdasarkan pendekatan ini, karena setiap
daerah memiliki potensi unik yang berbeda dengan daerah
lain, maka setiap daerah memiliki peluang yang sama untuk
mengembangkan perekonomiannya berdasarkan potensi yang
dimilikinya. Untuk mengembangkan strategi LED diperlukan
langkah-langkah yang terdiri dari 5 Tahap yakni: Organizing
the effort, Doing the local economy assessment, Creating the
LED strategy, dan Reviewing the LED strategy.
Pertemuan X
Pendekatan Heksagonal dalam LED (Bagian I)
Bagian ini akan membahas 3 strategi dari 6 Startegi
pendekatan dalam LED, dan apa yang harus diperhatikan oleh
Pemerintah Lokal dalam pengembangan ekonomi lokalnya.
Salah satu strateginya adalah menggunakan mekanisme
benchmarking untuk mengetahui kekurangan dan keunggulan
potensi suatu daerah dibanding dengan daerah lain.
Pertemuan XI
Pendekatan Heksagonal dalam LED
Pertemuan ini akan membahas 3 strategi lanjutan dalam LED.
Pertemuan XII
Investasi dan Pengembangan Ekonomi Lokal
Meskipun pengembangan ekonomi lokal lebih difokuskan
pada upaya menggali dan mengembangkan potensi masingmasing daerah untuk mendukung terciptanya kesejahteraan
masyarakat, namun hadirnya Investor baik dalam Negeri
maupun Luar Negeri tetap dibutuhkan. Oleh karena itu bagian
ini akan membahas tentang bagaimana menciptakan kondisi
yang kondusif di daerah dalam rangka menarik investor.
Pertemuan XII
Diskusi Kelompok
Pertemuan XIII
Review Kuliah
Pertemuan XIV
Ujian Akhir Semester (UAS) * Ujian Akhir Semester (UAS)
E. Konversi Kelulusan/Evaluasi
Penilaian keberhasilan studi ini akan meliputi beberapa poin, diantaranya:
1. Kehadiran kuliah tatap muka minimal 75 % dari keseluruhan tatap muka
2. Kualitas tugas-tugas terstruktur
3. Presentasi Proposal atau makalah
4. Aktifitas Kelas
F. Daftar Bacaan.
Abrahamsen, Rita, 2000, Sudut Gelap Kemajuan, Relasi Kuasa Dalam Wacana
Pembangunan, Yogyakarta, Lafadl Pustaka.
Barzelay, Michael, 2001, The New Public Management, Improving Research and
Policy Dialogue, USA, University of California Press.
Denhart, Janet V dan Robert B. Denhart, 2003, The New Public Service; Serving not
Steering. Armonk, New York, London, England, M.E Sharpe, Inc.
Fahmi, Irham, 2006, Analisis Investasi dalam Perspektif Ekonomi dan Politik,
Bandung, Refika Aditama
Kartasasmita, Ginanjar., 1996, Pembangunan Untuk
Pertumbuhan dan Pemerataan, Jakarta, CIDES.
Rakyat,
Memadukan
Osborne, David, dan Ted Gaebler, 2000, Mewirausahakan Birokrasi, (Terjemahan),
Jakarta, Pusat Pengembangan Manajemen Universitas Indonesia.
Said, Mas′ud, HM., DR, MM, 2007, Birokrasi di Negara Birokratis, Makna,
Masalah, dan Dekonstruksi Birokrasi Indonesia, Malang, UMM Press.
Wiratmoko, Nick.T (ed.), 2004, Yang Pusat dan Yang Lokal,Antara Dominasi,
resistensi, dan Akomodasi Politik di tingkat Lokal, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar bekerja sama dengan Pustaka Percik
Sumber Lain:
UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
UU RI No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal
Beberapa tulisan tentang Local Economic Development (LED) bisa diakses melalui
Internet.
Download