22. Bab 18 Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro

advertisement
Draft 12 Desember 2004
BAB 18
PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH (KUKM)
A. PERMASALAHAN
Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (KUKM) mencerminkan
wujud nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Peran
usaha kecil dan menengah (UKM) yang besar ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap
produksi nasional, jumlah unit usaha dan pengusaha, serta penyerapan tenaga kerja.
Kontribusi UKM dalam PDB pada tahun 2003 adalah sebesar 56,7 persen dari total PDB
nasional, terdiri dari kontribusi usaha mikro dan kecil sebesar 41,1 persen dan skala usaha
menengah sebesar 15,6 persen. Atas dasar harga konstan tahun 1993, laju pertumbuhan
PDB UKM (dengan migas) pada tahun 2003 tercatat sebesar 4,57 persen (angka
sementara) atau tumbuh lebih cepat daripada PDB nasional (dengan migas) yang tercatat
sebesar 4,10 persen (angka sementara). Perkembangan UKM seperti itu sangat kritikal
dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pada tahun 2003, jumlah UKM sebanyak 42,4 juta unit usaha, yang bagian terbesarnya
berupa usaha skala mikro, dapat menyerap lebih dari 79,0 juta tenaga kerja, meliputi usaha
mikro dan kecil sebanyak 70,3 juta tenaga kerja dan usaha menengah sebanyak 8,7 juta
tenaga kerja. Sementara itu sampai dengan tahun 2002, jumlah koperasi mencapai 117 ribu
unit, dengan jumlah anggota sebanyak 24.049 ribu orang dan jumlah koperasi yang aktif
adalah sebanyak 92 ribu unit. Perkembangan seperti itu menunjukkan bahwa KUKM akan
tetap berperanan besar dalam penyediaan lapangan kerja.
Perkembangan yang meningkat dari segi kuantitas tersebut belum diimbangi dengan
peningkatan kualitas UKM yang memadai khususnya skala usaha mikro. Masalah yang
masih dihadapi adalah rendahnya produktivitas, sehingga menimbulkan kesenjangan yang
sangat lebar antar pelaku usaha kecil, menengah, dan besar. Atas dasar harga konstan
tahun 1993, produktivitas per unit usaha selama periode 2000-2003 tidak menunjukkan
perkembangan yang berarti, yaitu usaha mikro dan kecil masih berkisar sekitar Rp4,3 juta
dan usaha menengah berkisar Rp1,2 miliar. Demikian pula dengan perkembangan
produktivitas per tenaga kerja belum menunjukkan perkembangan yang berarti yaitu
masing-masing berkisar Rp2,6 juta dan Rp8,8 juta. Keadaan ini secara langsung berkaitan
dengan: (a) rendahnya kualitas sumber daya manusia khususnya dalam manajemen,
organisasi, teknologi, dan pemasaran; (b) lemahnya rata-rata kompetensi kewirausahaan;
dan (c) terbatasnya kapasitas UKM untuk mengakses permodalan, informasi teknologi dan
pasar, serta faktor produksi lainnya. Kemajuan UKM sangat mendukung upaya mengatasi
ketimpangan antarpelaku, antargolongan pendapatan dan antardaerah, termasuk
penanggulangan kemiskinan.
UKM juga masih menghadapi berbagai permasalahan yang terkait dengan iklim usaha
seperti: (a) besarnya biaya transaksi, panjangnya proses perijinan dan timbulnya berbagai
pungutan; dan (b) praktik usaha yang tidak sehat. Di samping itu, otonomi daerah yang
diharapkan mampu mempercepat tumbuhnya iklim usaha yang kondusif bagi KUKM,
Bagian IV.18 – 1
Draft 12 Desember 2004
ternyata belum menunjukkan kemajuan yang merata. Sejumlah daerah telah
mengidentifikasi peraturan-peraturan yang menghambat sekaligus berusaha mengurangi
dampak negatif yang ditimbulkan dan bahkan telah meningkatkan pelayanan kepada
KUKM dengan mengembangkan pola pelayanan satu atap. Namun masih terdapat daerah
lain yang memandang KUKM sebagai sumber pendapatan asli daerah dengan
mengenakan pungutan-pungutan baru bagi KUKM sehingga biaya usaha KUKM
meningkat. Aspek kelembagaan pendukung yang belum mapan menjadi masalah mendasar
untuk diatasi.
Tantangan ke depan UKM untuk mampu bersaing di era perdagangan bebas, baik di
pasar domestik maupun di pasar ekspor, sangat ditentukan oleh dua kondisi utama.
Pertama, lingkungan internal UKM harus diperbaiki, yang mencakup aspek kualitas SDM,
terutama kewirausahaan (entrepreneurship), penguasaan teknologi dan informasi, struktur
organisasi, sistem manajemen, kultur/budaya bisnis, kekuatan modal dan jaringan bisnis
dengan pihak luar. Kedua, lingkungan eksternal harus juga kondusif, yang terkait dengan
kebijakan pemerintah, aspek hukum, kondisi persaingan pasar, kondisi ekonomi-sosialkemasyarakatan, kondisi infrastruktur, tingkat pendidikan masyarakat, dan perubahan
ekonomi global. Secara nasional, pilihan strategi dan kebijakan untuk memberdayakan
UKM dalam memasuki era pasar global menjadi sangat penting bagi terjaminnya
kelangsungan hidup dan perkembangan UKM sebagai penyedia lapangan kerja, sumber
pertumbuhan dan pemerataan pendapatan.
B. SASARAN
KUKM menempati posisi strategis untuk mempercepat perubahan struktural dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak melalui perannya dengan memperluas
penyediaan lapangan kerja, menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
dan memeratakan peningkatan pendapatan. Bersamaan dengan itu adalah meningkatnya
daya saing dan daya tahan ekonomi nasional. Dengan perspektif peran seperti itu, sasaran
umum pemberdayaan KUKM dalam periode tahun 2005-2009 adalah
1. meningkatnya produktivitas usaha kecil dan menengah dengan laju pertumbuhan
lebih tinggi dari laju pertumbuhan produktivitas nasional;
2. proporsi terserapnya tenaga kerja tetap pada usaha kecil dan menengah meningkat
bersamaan dengan bertambahnya tenaga kerja;
3. meningkatnya nilai ekspor produk usaha kecil menengah dengan laju pertumbuhan
lebih tinggi dari laju pertumbuhan nilai tambahnya;
4. menurunnya proporsi jumlah usaha mikro disertai dengan kenaikan jumlah usaha
kecil formal;
5. berfungsinya sistem untuk menumbuhkan wirausaha baru berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi.
C. ARAH KEBIJAKAN
Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, pemberdayaan KUKM akan
dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan sebagai berikut:
1. Perluasan basis usaha serta penumbuhan wirausaha baru berkeunggulan untuk
mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja terutama dengan:
 Meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampil dengan
adopsi penerapan tekonologi.
Bagian IV.18 – 2
Draft 12 Desember 2004

Mengembangkan UKM melalui pendekatan klaster di sektor agribisnis dan
agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha,
termasuk dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi sebagai
wadah organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh efisiensi
kolektif.
 Mengembangkan UKM untuk makin berperan dalam proses industrialisasi,
perkuatan keterkaitan industri, percepatan pengalihan teknologi, dan
peningkatan kualitas SDM.
 Mengintegrasikan pengembangan usaha dalam konteks pengembangan
regional, sesuai dengan karakteristik pengusaha dan potensi usaha di setiap
daerah.
2. Penguatan kelembagaan terutama untuk:
 Memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan.
 Memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perijinan.
 Memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung non-finansial.
3. Pengembangan UKM yang diarahkan untuk berperan sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing;
sedangkan pengembangan usaha skala mikro lebih diarahkan untuk makin
berperan dalam peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat
berpendapatan rendah.
4. Pengembangan UKM untuk makin berperanan sebagai penyedia barang dan jasa
pada pasar domestik khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
D. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan pemberdayaan KUKM dalam periode 20052009, langkah-langkah yang akan ditempuh dijabarkan ke dalam program-program
pembangunan yang merupakan strategi implementasi dari arah kebijakan tersebut.
1. PROGRAM PENCIPTAAN IKLIM USAHA KOPERASI
MENENGAH
DAN
USAHA KECIL
DAN
Tujuan program ini adalah untuk memfasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha
yang efisien secara ekonomi, sehat dalam persaingan, dan non-dikriminatif bagi
kelangsungan dan peningkatan kinerja usaha KUKM. Sasaran program adalah
berkurangnya beban administratif dan hambatan usaha, menurunnya biaya usaha,
meningkatnya rata-rata skala usaha, meningkatnya mutu layanan perijinan/pendirian
usaha, mantapnya landasan legalitas bagi KUKM, dan meningkatnya partisipasi
stakeholders dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi berbagai kebijakan dan
program KUKM.
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok dalam rangka:
1. Penuntasan penyempurnaan peraturan perundangan, seperti Undang-undang
tentang Koperasi, Undang-undang tentang Usaha Kecil dan Menengah, dan
Undang-undang tentang Wajib Daftar Perusahaan, beserta ketentuan
pelaksanaannya dalam rangka membangun landasan legalitas usaha yang kuat, dan
melanjutkan penyederhanaan birokrasi, perijinan lokasi, serta peninjauan terhadap
peraturan perundangan lainnya yang kurang kondusif bagi KUKM, termasuk
Bagian IV.18 – 3
Draft 12 Desember 2004
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
peninjauan terhadap pemberlakuan berbagai pungutan biaya usaha, baik yang
sektoral maupun spesifik daerah;
Fasilitasi dan penyediaan kemudahan dalam formalisasi badan usaha UKM;
Peningkatkan kelancaran arus barang, baik bahan baku maupun produk, dan jasa
yang diperlukan seperti kemudahan perdagangan antardaerah dan pengangkutan;
Peningkatan kemampuan aparat dalam melakukan perencananaan dan penilaian
regulasi, kebijakan dan program;
Pengembangan pelayanan perijinan usaha yang mudah, murah dan cepat termasuk
melalui perijinan satu atap bagi UKM, mengembangkan unit penanganan
pengaduan serta menyediakan jasa advokasi/mediasi yang berkelanjutan bagi
KUKM;
Pelaksanaan asesmen dampak regulasi/kebijakan nasional dan daerah terhadap
perkembangan dan kinerja KUKM, dan memantau pelaksanaan
kebijakan/regulasi;
Peningkatan kualitas penyelenggaraan koordinasi dalam perencanaan kebijakan
dan program KUKM dengan partisipasi aktif para pelaku dan instansi terkait; dan
Peningkatan penyebarluasan dan kualitas informasi UKM dan Koperasi, termasuk
pengembangan jaringan pelayanan informasinya.
2. PROGRAM PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG USAHA KUKM
Program ini bertujuan untuk mempermudah, memperlancar dan memperluas akses
KUKM kepada sumber daya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan yang
terbuka dan potensi sumber daya lokal serta meningkatkan skala usahanya. Sasaran
program adalah tersedianya lembaga pendukung/penyedia jasa pengembangan usaha yang
terjangkau dan bermutu untuk meningkatkan akses KUKM terhadap pasar dan sumber
daya produktif, seperti sumber daya manusia, modal, pasar, teknologi, dan informasi,
meningkatnya fungsi intermediasi lembaga-lembaga keuangan bagi KUKM, dan
meningkatnya jangkauan layanan lembaga keuangan.
Kegiatan-kegiatan pokok dari program ini antara lain berkenaan dengan upaya:
1. Penyediaan fasilitasi untuk mengurangi hambatan akses KUKM terhadap sumber
daya produktif, termasuk sumber daya alam;
2. Peningkatan peranserta dunia usaha/masyarakat sebagai penyedia jasa layanan
teknologi, manajemen, pemasaran, informasi dan konsultan usaha melalui
penyediaan sistem insentif, kemudahan usaha serta peningkatan kapasitas
pelayanannya;
3. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) dan KSP/USP antara lain melalui perlindungan status badan
hukum, kemudahan perijinan dan pembentukan sistem jaringan antar LKM dan
antara LKM dan Bank, serta peningkatan kualitas dan akreditasi KSP/USP/LKM
sekunder;
4. Perluasan sumber pembiayaan KUKM, khususnya skim kredit investasi KUKM,
dan peningkatan peran lembaga keuangan bukan bank, seperti modal ventura,
serta peran lembaga penjaminan kredit UKM nasional dan daerah, disertai dengan
pengembangan jaringan informasinya:
5. Peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dana pengembangan UKM
yang bersumber dari berbagai instansi pemerintah pusat, daerah dan BUMN;
6. Dukungan terhadap upaya mengatasi masalah kesenjangan kredit dalam
Bagian IV.18 – 4
Draft 12 Desember 2004
7.
8.
9.
10.
pendanaan UKM (kesenjangan skala, formalisasi dan informasi);
Pengembangan sistem insentif, akreditasi, sertifikasi dan perkuatan lembagalembaga pelatihan serta jaringan kerjasama antarlembaga pelatihan;
Pengembangan dan revitalisasi unit pelatihan dan penelitian dan pengembangan
(litbang) teknis dan informasi milik berbagai instansi pemerintah pusat dan daerah
untuk berperan sebagai lembaga pengembangan usaha KUKM;
Penataan dan perkuatan organisasi dan modernisasi manajemen koperasi yang
menjadi wadah kepentingan bersama UKM untuk memperoleh efisien kolektif;
serta
Penguatan jaringan pasar produk KUKM, termasuk pasar ekspor, melalui
pengembangan lembaga pemasaran, jaringan usaha termasuk kemitraan usaha, dan
pengembangan sistem transaksi usaha yang bersifat on-line, terutama bagi
komoditas unggulan berdaya saing tinggi.
3. PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
KUKM
DAN
KEUNGGULAN KOMPETITIF
Program ini ditujukan untuk mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan dan
meningkatkan daya saing KUKM. Sasaran yang akan dicapai adalah berkembangnya
pengetahuan serta sikap wirausaha, meningkatnya produktivitas, tumbuhnya wirausaha
baru berbasis pengetahuan dan teknologi, berkembangnya ragam produk-produk
unggulan KUKM, dan tumbuhnya koperasi yang sesuai dengan jatidiri, nilai-nilai serta
prinsip dasar perkoperasian.
Kegiatan-kegiatan pokok dari program ini antara lain mencakup:
1. Pemasyarakatan kewirausahaan, termasuk memperluas pengenalan dan semangat
kewirausahaan dalam kurikukulum pendidikan nasional dan pengembangan sistem
insentif bagi wirausaha baru, terutama yang berkenaan dengan aspek
pendaftaran/ijin usaha, lokasi usaha, akses pendanaan, perpajakan dan informasi
pasar;
2. Penyediaan sistem insentif dan pembinaan untuk memacu pengembangan KUKM
berbasis teknologi termasuk wirausaha baru berbasis teknologi, utamanya UKM
berorientasi ekspor, subkontrak/penunjang, agribisnis/agroindustri dan yang
memanfaatkan sumber daya lokal;
3. Pembangunan jaringan lembaga pengembangan kewirausahaan;
4. Pengembangan inkubator teknologi dan bisnis, termasuk dengan memanfaatkan
fasilitas litbang pemerintah pusat/daerah dan melalui kemitraan publik, swasta dan
masyarakat;
5. Pengembangan kemitraan investasi antar UKM, termasuk melalui aliansi strategis
atau investasi bersama (joint investment) dengan perusahaan asing dalam rangka
mempercepat penguasaan teknologi dan pasar;
6. Pengembangan jaringan produksi dan distribusi melalui pemanfaatan teknologi
informasi, pengembangan usaha kelompok dan jaringan antar UKM dalam wadah
koperasi serta jaringan antara KUKM dan usaha besar melalui kemitraan usaha;
7. Pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan perkoperasian bagi anggota, calon
anggota dan pengelola koperasi, termasuk pemasyarakatan koperasi sukses yang
sesuai dengan jatidiri dan nilai/prinsip koperasi; serta
8. Peningkatan kualitas pengusaha kecil dan menengah (PKM), termasuk wanita
pengusaha, menjadi wirausaha tangguh yang memiliki semangat kooperatif.
Bagian IV.18 – 5
Draft 12 Desember 2004
4. PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA SKALA MIKRO
Program ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak
dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama
yang masih berstatus keluarga miskin dalam rangka memperoleh pendapatan yang tetap,
melalui upaya peningkatan kapasitas usaha sehingga menjadi unit usaha yang lebih
mandiri, berkelanjutan dan siap untuk tumbuh dan bersaing. Sasaran dari program
pemberdayaan usaha mikro adalah meningkatnya kapasitas usaha mikro, meningkatnya
keterampilan pengelolaan usaha, dan terselenggaranya kepastian, perlindungan serta
pembinaan usaha.
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok dalam rangka:
1. Penyediaan kemudahan dan pembinaan dalam memulai usaha, termasuk dalam
perizinan, lokasi usaha, dan perlindungan usaha dari pungutan informal;
2. Penyediaan skim-skim pembiayaan alternatif dengan tanpa mendistorsi pasar,
seperti sistem bagi-hasil dari dana bergulir, sistem tanggung-renteng atau jaminan
tokoh masyarakat setempat sebagai pengganti anggunan;
3. Penyelenggaraan dukungan teknis dan pendanaan yang bersumber dari berbagai
instansi pusat, daerah dan BUMN yang lebih terkoordinasi, profesional dan
institusional;
4. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan lembaga keuangan mikro
(LKM);
5. Pelatihan budaya usaha dan kewirausahaan dan bimbingan teknis manajemen
usaha;
6. Penyediaan infrastruktur dan jaringan pendukung bagi usaha mikro serta
kemitraan usaha;
7. Fasilitasi untuk pembentukan wadah organisasi bersama di antara usaha mikro,
termasuk pedagang kaki lima, baik dalam bentuk koperasi maupun asosiasi usaha
lainnya dalam rangka meningkatkan posisi tawar dan efisiensi usaha;
8. Dukungan pengembangan usaha mikro tradisional dan pengrajin melalui
pendekatan pembinaan sentra-sentra produksi/klaster disertai dukungan
penyediaan infrastruktur yang makin memadai; serta
9. Pengembangan usaha ekonomi produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam
rangka mendukung pengembangan ekonomi pedesaan terutama didaerah
tertinggal dan kantong-kantong kemiskinan.
Bagian IV.18 – 6
Download