Judul : Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan

advertisement
i
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT
Oleh
VANYA ANNISANINGRUM
I34120058
Dosen
Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, MA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru dan Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Sosial Masyarakat”
benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada
perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan
dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia
mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor, 29 Desember 2015
Vanya Annisaningrum
I34120058
iii
ABSTRAK
VANYA ANNISANINGRUM. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan
Pengaruhnya Terhadap Kesejahteraan Sosial Masyarakat. Di bawah bimbingan
ENDRIATMO SOETARTO
Taman nasional merupakan suatu kawasan konservasi yang bertujuan untuk menjaga
kelestarian fungsi ekologis. Setiap kawasan taman nasional memiliki masyarakat yang
tinggal di dalamnya, yang sudah ada jauh sebelum taman nasional ditetapkan. Penetapan
taman nasional berpengaruh kepada masyarakat hutan yang hidupnya sangat bergantung
terhadap sumberdaya alam disekitarnya. Akses masyarakat terhadap hutan menjadi terbatas
dan berdampak kepada kesejahteraan mereka. Hal ini terjadi karena pihak pengelola
mengambil keputusan untuk penetapan kawasan secara sepihak dan tidak melibatkan
masyarakat di dalam pengelolaan kawasan. Tujuan ditetapkannya taman nasional
meminggirkan aspek kesejahteraan masyarakat yang sudah lebih dulu berada di kawasan
tersebut. Selain itu, taman nasional juga menjadi destinasi wisata yang juga berpengaruh
terhadap lingkungan dan masyarakat. Penelitian ini akan menunjukkan bagaimana taman
nasional mempengaruhi aspek kesejahteraan sosial masyarakat.
Kata kunci: taman nasional, pengaruh, kesejahteraan sosial
ABSTRACT
VANYA ANNISANINGRUM. Bromo Tengger Semeru National Park and its Effect to
Social Welfare. Supervised by ENDRIATMO SOETARTO
National Park is a conservation area which aims to preserve the ecological functions. Each
national park has people living in it, which existed long before the national park set.
National park can be affect the forest communities whose lives are highly dependent on
natural resources around them. Public access to the forest is limited and the impact on
their welfare. This happens because the manager took the decision unilaterally to the
establishment of regional and community involvement in the management area. The
purpose of the enactment of a national park marginalize aspects of public welfare, which
was already located in the region. Besides, the national park has also become a tourist
destination that also affect the environment and society.This study will show how national
parks affect aspects of public welfare.
Key words: national park,effect, social welfare .
iv
TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT
Oleh
VANYA ANNISANINGRUM
I34120058
Laporan Studi Pustaka
sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa
: Vanya Annisaningrum
Nomor Pokok
: I34120058
Judul
: Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Pengaruhnya
Terhadap Kesejahteraan Sosial Masyarakat
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor
Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Disetujui oleh
Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, MA
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan : _______________
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi
Pustaka dengan judul “Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dan Pengaruhnya
Terhadap Kesejahteraan Sosial Masyarakat” ini dengan baik. Penulisan Laporan Studi
Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK. Studi Pustaka (KPM 403) di
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Endriatmo Soetarto,
MA selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis selama proses penulisan
hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Ibu Vientha Heryani dan Bapak Cahya Budi selaku orangtua yang selalu memberikan
dukungan serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi Pustaka ini. Selain itu,
penulis juga mengucapkan terimakasih kepada para sahabat yaitu Ninda, Ida, Citra, Mona,
Rizky, dan Sisil yang selalu mendukung serta memberikan saran kepada penulis selama
proses penyelesaian Laporan Studi Pustaka. Penulis ucapkan juga terimakasih untuk teman
satu bimbingan dosen yaitu Nurul dan Debby.
Semoga laporan studi pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, 29 Desember 2015
Vanya Annisaningrum
I34120058
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................
i
PENDAHULUAN ..........................................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................................................. 2
Metode Penulisan ................................................................................................................ 2
RINGKASAN PUSTAKA .............................................................................................
3
1. Jurnal 'Analisis Konflik Sumberdaya Hutan di Kawasan Konservasi’ (Ina Marina,
Arya Hadi Dharmawan 2011) ............................................................................................. 3
2. Jurnal ‘Konflik Pada Kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Sulawesi Selatan dan Upaya Penyelesaiannya’ (Abd. Kadir W., Nurhaedah M.,
Rini Purwanti 2013) ............................................................................................................ 4
3. Jurnal ‘Implementasi Kebijakan Model Kampung Konservasi Taman Nasional’
(Ginung Pratidina 2014) ...................................................................................................... 5
4. Jurnal ‘Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasional Dan Sumberdaya
Hutan: Studi Kasus Blok Aketawaje, Taman Nasional Aketajawe Lolobata’
(Nurwita Indah Wahyuni, Rinna Mamonto 2012) .............................................................. 6
5. Jurnal ‘Pengembangan Usaha Masyarakat Di Dalam Kawasan Hutan (Studi
Kasus Masyarakat Desa-Desa Sekitar Areal Iuphhk Di Kabupaten Mamuju, Provinsi
Sulawesi Barat)’ (Supratman) ............................................................................................. 8
6. Jurnal ‘Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Di Hutan Lindung Kecamatan Alu
Kabupaten Polman Propinsi Sulawesi Barat’ (Asrianny, Muhammad Dassir 2012).......... 9
7. Jurnal ‘The Management of Bhawal National Park, Bangladesh by the Local
Community for Resource Protection and Ecotourism’ (Abdullah Mohd 2008) ............... 10
8. Jurnal ‘Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung, Provinsi Sulawesi Selatan’ (Abd. Kadir W., San Afri
Awang, Ris Hadi Purwanto, Erny Poedjirahajoe 2012) .................................................... 11
9. Jurnal ‘Persepsi Pengunjung dan Masyarakat Sekitar Pantai Sukamade terhadap
Keberadaan Taman Nasional Meru Betiri’ (Maksimus Keli, Agus Sukarno, Wiwiek
Ruminarti 2012) ................................................................................................................ 12
10. Jurnal ‘Environmental Impacts of Community-based Forest Management in
The Philippines’ (Rodel D. Lasco, Juan M. Pulhin 2006) ................................................ 13
ii
11. Jurnal ‘Dampak Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata Penglipuran’ (Putu
Agus Prayogi 2011)........................................................................................................... 13
12. Jurnal ‘Peran Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Sektor
Lapangan Pekerjaan dan Perekonomian Tahun 2009-2013 (Studi Kasus: Kota
Batu)’ (Renaldy Rakhman Luthfi 2013) ........................................................................... 14
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN (LANDASAN TEORITIS) ....................... 18
Taman Nasional dan Pengelolaannya ............................................................................... 18
Masyarakat Lingkar Taman Nasional ............................................................................... 19
Dampak Penetapan Taman Nasional ................................................................................ 19
Kesejahteraan Sosial ......................................................................................................... 20
KESIMPULAN ........................................................................................................... 22
Hasil Analisis dan Sintesis ................................................................................................ 22
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Analisis Baru .......................................................... 22
Usulan Kerangka Analisis Baru ........................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 24
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman hayati di
dalamnya. Belum lagi luasnya kawasan hutan di Indonesia yang menjadikannya paru-paru
dunia. Beragam jenis flora dan fauna terdapat di Indonesia dan sebagian besar diantaranya
merupakan jenis endemik (Kementrian Lingkungan Hidup 2013). Sebagai cara untuk
memelihara keanekaragaman hayati tersebut diperlukan adanya habitat yang mampu
mendukung keberadaan mereka secara lestari, salah satu bentuknya adalah menetapkan
hutan sebagai kawasan konservasi. Sementara kawasan hutan yang memiliki fungsi untuk
pengawetan dan pelestarian keanekaragaman hayati disebut sebagai hutan konservasi (UU
No. 41 Tahun 2009). Salah satu hutan konservasi yang memegang peranan penting dalam
memelihara keanekaragaman hayati adalah taman nasional, yang menurut Undang-undang
No. 5 tahun 1990 selain memiliki fungsi sebagai perlindungan keanekaragaman hayati juga
berfungsi sebagai wahana pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian, budaya, dan
ekowisata. Salah satu contoh adalah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)
yang terletak di Jawa Timur. Dataran tinggi Bromo Tengger Semeru ditetapkan menjadi
taman nasional melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 278/Kpts-VI/1997
tanggal 23 Mei 1997. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan salah
satu kawasan pelestarian alam yang memiliki kekhasan berupa fenomena alam yang unik
yaitu kaldera di dalam kaldera (Sayektiningsih et al. 2008).
Kawasan konservasi harus memiliki batas yang jelas, terutama kawasan yang
berbatasan dengan pemukiman. MacKinnon et al. (1993) menjelaskan bahwa batas
kawasan konservasi seharusnya disesuaikan sedemikian rupa agar pemukiman berada di
luar. Menurut Dephut dan BPS (2009), terdapat 9.103 desa yang berada di dalam dan
sekitar kawasan hutan. Sebagian besar desa tersebut masuk ke dalam kawasan hutan
lindung (9,44%). Seperti pada masyarakat Tengger, masyarakat adat yang tinggal di
kawasan gunung Bromo. Suatu pagi masyarakat Tengger bangun dari tidur dan tiba-tiba
mendapati tanah-tanah adat mereka berada dalam wilayah terlarang. Bahkan mereka
terlarang mengambil kayu bakar dari hutan, terlarang memetik tanalayu (edelweiss jawa,
Anaphalis javanica) yang diperlukan untuk berbagai upacara adat. Penetapan taman
nasional tanpa konsultasi publik sebelumnya ini kelak akan menimbulkan berbagai masalah
sosial. Belum lagi adanya tingkat kerusakan hutan yang berbanding lurus dengan tingkat
kemiskinan masyarakat sekitar hutan (Siagian et al., 2013). Hal itu disebabkan karena
masyarakat sekitar hutan masih sangat bergantung pada jasa lingkungan yang diberikan
oleh hutan itu sendiri.
Penetapan kawasan TNBTS membawa perubahan kepada masyarakat yang tinggal
di dalamnya. Keterbatasan terhadap sumberdaya hutan merupakan suatu hal utama yang
menjadi krusial, tatkala hutan menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat lokal. Tidak
sedikit pula individu yang harus merubah mata pencahariannya. Hal ini menjadi tanggung
jawab bagi pihak pengelola untuk bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang
sudah ada sebelum TNBTS ditetapkan. Suatu taman nasional harus memiliki tiga manfaat,
2
yaitu manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial. Manfaat ekologi yaitu melestarikan
keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. Manfaat ekonomi yaitu menciptakan peluang
kerja bagi berbagai pihak. Manfaat sosial yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 menyebutkan kesejahteraan sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak
dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Kawasan
TNBTS memiliki bentang alam yang sangat indah dan hal ini menarik para wisatawan
untuk berkunjung. Banyaknya wisatawan yang datang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
lahan mata pencaharian baru. Secara tidak langsung TNBTS telah menghilangkan akses
masyarakat terhadap sumberdaya hutan, tetapi juga telah memberikan lahan pekerjaan baru
bagi mereka. Maka dari itu perlu dikaji lebih lanjut bagaimana pengaruh Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terhadap kesejahteraan sosial masyarakat lokal.
Tujuan
Masyarakat hutan yang seyogyanya memiliki sumberdaya alam untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari kini telah kehilangan hak yang selama ini mereka dapat. Kawasan
hutan yang berubah menjadi daerah lindung atau konservasi tidak bisa lagi dimanfaatkan
secara bebas oleh masyarakat. Padahal hutan merupakan sumber kehidupan masyarakat
sehari-hari yang tetap dijaga kelestariannya oleh masyarakat, meskipun tidak didukung oleh
undang-undang resmi dari pemerintah. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)
ditetapkan sejak tahun 1997 dan membawa perubahan bagi masyarakat lokal. Meskipun
kehilangan akses terhadap sumberdaya hutan TNBTS kini telah menjadi destinasi wisata
yang dapat meningkatkan penghasilan masyarakat. Kehidupan masyarakat sebelum dan
setelah adanya TNBTS pun mengalami perubahan dari berbagai aspek, tak terkecuali aspek
kesejahteraan sosial. Berdasarkan hal tersebut penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pengaruh keberadaan Taman Nasional terhadap kesejahteraan sosial
masyarakat lokal.
Metode Penulisan
Tulisan ini dibuat dengan cara mengumpulkan literatur atau studi pustaka mengenai
hal-hal yang terkait dengan kebijakan pengelolaan Taman Nasional, dampak penetapan
Taman Nasional, dan pengaruh kawasan terhadap kesejahteraan sosial masyarakat.
Pembahasan diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, jurnal, dan tesis. Tahap awal
pengumpulan data adalah menentukan tujuan, membuat outline studi pustaka, pengumpulan
data literatur, dan pengolahan data literatur. Data yang sudah diolah kemudian disusun di
dalam laporan studi pustaka.
3
RINGKASAN PUSTAKA
1. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Nama Jurnal
Volume (Edisi) hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
: Analisis Konflik Sumberdaya Hutan di Kawasan
Konservasi
: 2011
: Jurnal
: Elektronik
: Ina Marina, Arya Hadi Dharmawan
:: Jurnal Sodality
: Vol. 5 No 01
: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/
article/viewArticle/5830
: 28 September 2015
Ringkasan Pustaka
Konflik sumberdaya hutan di kawasan konservasi Taman Nasional Gunung
Halimun Salak (TNGHS) dimulai ketika Perhutani memegang Hak Pengelolaan
Hutan (HPH) di kawasan Gunung Halimun pada tahun 1983. Kasepuhan Sinar
Resmi yang sudah ada di lokasi tersebut sejak ratusan tahun lalu masih
memanfaatkan sumberdaya hutan yang ada dan hal ini menjadi persoalan yang
untungnya dapat diselesaikan secara musyawarah dengan pihak Perhutani. Hasilnya,
masyarakat Kasepuhan masih diperbolehkan untuk tetap tinggal di wilayah adatnya
sesuai dengan wangsit dari karuhun yang belum ‘memerintahkan’ untuk pindah.
Selanjutnya pada tahun 1992 Gunung Halimun ditetapkan menjadi Taman Nasional
melalui UU Nomor 5 tahun 1990 karena pentingnya pelestarian sumberdaya alam di
dalam kawasan tersebut. Keputusan ini juga dilakukan secara sepihak tanpa
melibatkan masyarakat adat dalam perjanjian tertulis, secara otomatis kini
Kasepuhan Sinar Resmi masuk kedalam kawasan Taman Nasional. Padahal, tanpa
ditetapkan sebagai kawasan konservasi pun masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi
telah menjaga hutan melalui peraturan-peraturan adat. Bahkan sistem zonasi
dianggap sama dengan pembagian hutan menurut masyarakat adat. Sumberdaya
alam yang ada dianggap sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan titipan dari
para leluhur mereka, maka dari itu masyarakat sangat menjaga kelestarian hutan
demi kelangsungan hidup mereka.
Beberapa kali terjadi penangkapan warga oleh pihak Taman Nasional,
karena mengambil sumberdaya hutan di dalam kawasan konservasi. Hal ini semakin
memicu adanya perpecahan antara masyarakat dengan pihak pengelola. Secara garis
besar terdapat empat sumber konflik dalam kasus ini, yaitu perbedaan persepsi,
kepentingan, tata nilai, dan hak kepemilikan. Sumber yang paling utama dalam
kasus ini adalah perbedaan hak kepemilikan, dimana pengelola menganggap
kawasan Taman Nasional merupakan milik negara yang tidak terbebani hak atas
tanah, sedangkan masyarakat menganggap kawasan tersebut sudah diwariskan oleh
nenek moyang mereka. Keberadaan Taman Nasional dianggap meresahkan dan
mengancam kehidupan masyarakat adat dalam bentuk pemanfaatan hutan, karena
4
mereka sangat bergantung pada hutan yang ada. Berbagai upaya telah dilakukan
untuk meredam konflik, diantaranya adalah negosiasi kedua belah pihak. Namun
hingga saat ini negosiasi tersebut masih belum mencapai kesepakatan.
Analisis Pustaka
Penelitian ini menelisik sejarah awal mula terjadinya konflik di Kasepuhan
Sinar Resmi, Banten. Konflik yang terjadi merupakan akibat dari tidak adanya
kesepakatan di awal antara masyarakat dengan pengelola ketika kawasan Taman
Nasional ditetapkan. Selain itu tidak ada keuntungan bagi masyarakat, justru
masyarakat dirugikan karena tidak lagi dapat mengambil sumberdaya hutan untuk
memenuhi kehidupan mereka. Diperlukan tambahan mengenai solusi konflik
kedepannya agar tidak terjadi ketegangan anatara kedua belah pihak yang
berlangsung lama. Secara keseluruhan jurnal ini mudah dimengerti dan
kesimpulannya sudah mampu menjawab tujuan.
2. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Nama Jurnal
Volume (Edisi) hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
: Konflik Pada Kawasan Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung Sulawesi Selatan dan
Upaya Penyelesaiannya
: 2013
: Jurnal
: Elektronik
: Abd. Kadir W. , Nurhaedah M. & Rini Purwanti
:: Jurnal Sosek
: Vol. 10 No 03
: http://www.fordamof.org/index.php/content/download/jurnal/1466
: 17 Oktober 2015
Ringkasan Pustaka
Masyarakat sekitar Taman Nasional Babul sudah memanfaatkan hasil hutan
sejak dahulu kala. Namun sejak penetapan Taman Nasional dilakukan, masyarakat
TN Babul merasa kehilangan akses terhadap sumberdaya mereka sendiri. Mereka
juga harus mencari strategi lain untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari.
Sebagian besar massyarakat berprofesi sebagai petani, dan salah satu komoditi yang
berperan penting dalam perekonomian masyarakat adalah komoditi kemiri. Kemiri
memiliki penurunan produksi dan masyarakat ingin meremajakan kembali tanaman
tersebut, namun terkendala oleh ketidakkonsistenan kebijakan pemerintah dalam
pengelolaan kawasan konservasi. Wilayah TN Babul sendiri mencakup 10
kecamatan yang sangat berpotensi memicu adanya konflik. Konflik yang seringkali
terjadi diantaranya konflik yang terkait dengan tata batas kawasan TN Babul,
konflik yang terkait dengan pemanfaatan SDAH yang terdapat dalam kawasan TN
Babul. Beberapa dampak yang dirasakan oleh masyarakat sejak adanya TN Babul
diantaranya masyarakat tidak leluasa menggarap lahan perkebunan, masyarakat
5
harus membeli kayu untuk memperbaiki rumah mereka, peremajaan kemiri sulit
dilakukan, dan batasan kawasan dianggap terlalu merugikan masyarakat.
Upaya penyelesaian konflik yang telah dilakukan yaitu pihak pengelola TN
Babul menampung aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam laporan hasil
konsultasi publik. Beberapa kesepakatan yang dicapai antara masyarakat dengan
Balai TN Babul dari hasil kegiatan konsultasi publik rancangan zonasi TN Babul
sesuai permasalahan yang berkembang di masyarakat, diantaranya : a) Tata batas
Kawasan TN Babul, b) Pemanfaatan SDAH dalam kawasan TN Babul, c)
Mendetailkan kegiatan-kegiatan pada setiap zona TN Babul, d) Mengembangkan
sumber-sumber penghasilan bagi masyarakat. e) Mengembangkan zona
pemanfaatan TN Babul, dan f) Mengembangkan zona penyangga kawasan TN
Babul.
Analisis Pustaka
Penelitian ini bertujuan untuk melihat konflik yang terjadi antara masyarakat
dengan pihak TN Babul. Konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pihak
pengelola TN Babul tidak berlangsung lama karena kedua belah pihak dapat
menyelesaikannya dengan cara musyawarah. Masyarakat tidak segan untuk
memberikan protes kepada pihak TN Babu, lalu pihak TN Babul juga mau untuk
menampung aspirasi masyarakat. Keadaan ini lah yang dibutuhkan oleh semua
pihak untuk menyelesaikan konflik ketegangan yang biasa terjadi di semua daerah
kawasan konservasi. Secara keseluruhan informasi yang disampaikan dalam jurnal
sudah cukup lengkap, hanya saja data terkait mata pencaharian masyarakat tidak
dijabarkan dengan detail.
3. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Nama Jurnal
Volume (Edisi) hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
: Implementasi Kebijakan Model Kampung
Konservasi Taman Nasional
: 2014
: Jurnal
: Elektronik
: Ginung Pratidina
:: Jurnal Ilmu Administrasi Negara
: Vol. 12 No 04
:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=
180147&val=2287&title=IMPLEMENTASI%20KEBI
JAKAN
%20MODEL%20KAMPUNG%20KONSERVASI%
20TAMAN%20NASIONAL
: 17 Oktober 2015
6
Ringkasan Pustaka
Model kampung konservasi (MKK) merupakan upaya dalam meingkatkan
partisipasi dan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi dan sebagai
jembatan antara masyarakat dengan pihak Taman Nasional. Program MKK sendiri
meliputi tiga kegiatan yaitu rstorasi/rehabilitasi, observasi secara partisipatoris, dan
peningkatan pendapatan masyarakat. Program ini sebagai contoh dilakukan kepada
masyarakat Sukagalih yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak (TNGHS). Kampung Sukagalih dinilai berhasil melakukan program
MKK, dilihat dari adanya perubahan fisik kampung serta perubahan perilaku
masyarakat. Kampung Sukagalih tertata dengan baik dan bersih dari sampah yang
berserakan. Masyarakat juga tidak segan untuk membuang sampah yang terlihat di
tengah jalan. Seluruh masyarakat berusaha untuk menjaga Kampung Sukagalih
tetap bersih.
Menyadari kesulitan untuk mengamankan hutan TNGHS, BTNGHS mulai
mengembangkan konsep MKK di seluruh kawasan, baik di wilayah Kabupaten
Lebak, Kabupaten Bogor maupun Kabupaten Sukabumi, dengan melibatkan
berbagai instansi pemerintah terkait maupun pihak perusahaan swasta yang berada
di kawasan dan sekitar kawasan taman nasional, antara lain melibatkan Dinas
Kehutanan Provinsi Banten, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, PLN, ANTAM,
CIFOR, TNGHS. Di Kabupaten Lebak, kegiatan MKK dipusatkan di Resort
Gunung Bedil, Resort Cisoka dan Resort Cibedug, dengan melibatkan pembinaan
dan pendanaan dari JEEF dan DIPA-TNGHS. Program yang dilakukan antara lain
pemanfaatan air bersih kerjasama antara Taman Nasional dengan PLN dan JEEF
yaitu di kampung lebak Picung, kampung lebak Sangka dan kampung Cikuning. Di
Kabupaten Bogor, kegiatan MKK dipusatkan di Resort Gunung Talaga, terdiri atas:
Resort Gunung Kencana; Resort Gunung Butak; Resort Gunung Botol; Resort
Gunung Salak 1; Resort Gunung Salak. Hanya saja program MKK ini terbatas
berhasil pada desa yang memiliki administratif pemerintahan biasa dan tidak terkait
dengan otoritas Kasepuhan adat. Selain itu menurut salah satu petugas program ini
belum dapat dikatakan efektif di seluruh wilayah.
Analisis Pustaka
Penelitian ini menjabarkan tentang pentingnya MKK dilakukan agar pihak
pengelola dapat bersinergi dengan masyarakat sekitar kawasan. Hanya saja
penelitian ini tidak menyajikan data dalam bentuk tabel dan grafik yang dapat
mempermudah pembaca dalam mencerna informasi yang didapat. Pada
kesimpulannya MKK ini sangat baik untuk diterapkan di setiap kawasan konservasi,
agar masyarakat dapat menerima kebijakan pemerintah dan turut menjaga
kelestarian hutan yang ada.
4. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
: Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasional Dan
Sumberdaya Hutan: Studi Kasus Blok Aketawaje,
Taman Nasional Aketajawe Lolobata
: 2012
: Jurnal
7
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Nama Jurnal
Volume (Edisi) hal
Alamat URL/doi
: Elektronik
: Nurlita Indah Wahyuni1, Rinna Mamonto
:: Jurnal Ilmu Administrasi Negara
: Vol. 2 No 01
:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s
&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CBwQ
FjAAahUKEwi7r4yJzMnIAhVBs5QKHeOhDlg&url=
http%3A%2F%2Fwww.fordamof.org%2Ffiles%2FPersepsi_Masyarakat_terhadap
_Taman_Nasional_dan_Sumberdaya.pdf&usg=AFQj
CNHM4BvXzWusGZEmOV2d9r5zMCpkiw&sig2=D
EYR3wbfrt1WjEFFOy_WNQ
Tanggal Diunduh
: 6 Oktober 2015
Ringkasan Pustaka
Perbedaan kepentingan yang berorientasi pada peningkatan sosial ekonomi
berhadapan dengan misi perlindungan yang diemban kawasan konservasi taman
nasional. Hal ini merupakan pemicu masalah yang kerap kali terjadi dan
mengakibatkan munculnya gangguan-gangguan pada hutan. Maka penelitian ini
bertujuan untuk mengukur persepsi masyarakat mengenai Taman Nasional
Aketajawe Lolobata. Masyarakat yang dijadikan responden adalah masyarakat
Binaraga dan masyarakar Kobe Kulo. Sebagian besar dari mereka sudah
menganggap bahwa sumberdaya hutan merupakan sumberdaya milik bersama yang
bisa dimanfaatkan namun harus tetap dijaga kelestariannya agar dapat dimanfaatkan
secara bekelanjutan. Masyarakat Binaraga sudah mengetahui apa itu Taman
Nasional sedangkan hanya sebagian kecil dari masyarakat Kobe Kulo yang
mengetahui peran Taman Nasional. Hampir seluruh responden juga setuju tentang
keberadaan Taman Nasional karena menganggap bahwa tujuan ditetapkannya
Taman Nasional adalah untuk menjaga kelestarian hutan. Beberapa yang tidak
setuju dengan adanya Taman Nasional menganggap bahwa mereka memiliki
keterbatasan akses terhadap sumberdaya hutan. Perbedaan persepsi ini disebabkan
oleh perbedaan tingkat pendidikan dan kurangnya sosialisasi dari pihak Taman
Nasional. Perbedaan persepsi masyarakat tentang keberadaan dan fungsi taman
nasional serta sumberdaya hutan mengindikasikan diperlukannya penyuluhan dan
sosialisasi termasuk informasi tata batas kawasan Taman Nasional Aketajawe
Lolobata.
Analisis Pustaka
Penelitian ini lebih banyak menyajikan data dalam bentuk tabel
sedangkan penjabarannya hanya sedikit dan singkat. Sebaiknya
dilakukan dengan lebih detail tidak hanya mengulang kembali apa
disajikan di dalam tabel. Persepsi tentang keberadaan Taman Nasional
dan grafik,
penjabaran
yang telah
berkorelasi
8
positif dengan persepsi tentang dampak Taman Nasional bagi hutan dan masyarakat
sekitar, yaitu secara keseluruhan sebagian besar masyarakat menilai positif
keberadaan Taman Nasional.
5. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Nama Jurnal
Volume (Edisi) hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
: Pengembangan Usaha Masyarakat Di Dalam
Kawasan Hutan (Studi Kasus Masyarakat Desa-Desa
Sekitar Areal Iuphhk Di Kabupaten Mamuju,
Provinsi Sulawesi Barat)
:: Jurnal
: Elektronik
: Supratman
:: Jurnal Hutan dan Masyarakat
: 2(3): 303-312
:
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s
&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CC0Q
FjACahUKEwjT68LlzMnIAhWo26YKHWz3BLQ&u
rl=http%3A%2F%2Fdownload.portalgaruda.org%2
Farticle.php%3Farticle%3D29787%26val%3D2169&
usg=AFQjCNH8-sm9Mza61B1aYdAoV6EYctBzQ&sig2=Mi7PzAkOFxtn8Hgm2mTUL
Q&bvm=bv.105454873,d.dGo
: 6 Oktober 2015
Ringkasan Pustaka
Masyarakat dilokasi penelitian sebagian besar merupakan masyarakat
pendatang, terutama dari daerah Sulawesi Selatan. Tujuan utama pendatang adalah
mendapatkan lahan usahatani kakao. Selain itu masyarakat juga merupakan petani
sawit, peternak, dan usaha lainnya yang bersifat musiman. Masyarakat menyadari
bahwa melakukan aktivitas di dalam hutan merupakan perbuatan ilegal, namun
beberapa batas kawasan hutan tidak diakui oleh masyarakat sehingga seringkali
aktivitas masyarakat dianggap tidak ilegal. Hasil pengamatan lapangan
menunjukkan kondisi riil kawasan hutan yang sudah sangat berbeda dengan data
yang ada di peta kawasan hutan. Faktor penyebabnya adalah tidak jelasnya batas
kawasan, hilangnya pal batas kawasan, dan tidak diakuinya batas-batas hutan oleh
masyarakat.
Permasalahan umum pengelolaan hutan mencakup masalah ekonomi, sosial,
dan kelembagaan. Masalah ekonomi terkait dengan belum berkembangnya usaha
kehutanan skala rumah tangga, alokasi kawasan hutan untuk dikelola secara legal
oleh masyarakat, industri pengelolaan, illegal logging, dan aspek pendanaan
pengelolaan hutan. Masalah sosial terkait dengan migrasi masuk penduduk, konflik
lahan, perambahan, dan kapasitas sumberdaya manusia yang rendah. Masalah
kelembagaan terkait dengan perizinan usaha kehutanan (HPH/IUPHHK/ISL),
9
kemitraan masyarakat dengan HPH/IUPHHK dan industri pengelolaan hasil hutan,
serta kelembagaan pengelolaan kehutanan pada level unit pengelolaan hutan.
Konsep pengembangan usaha masyarakat di dalam kawasan hutan mencakup tiga
pengembangan usaha. Pengembangan sistem produksi, dimana pengelolaan unit
berbasis masyarakat diarahkan pada aglomerasi usaha tani masyarakat.
Pengembangan kelembagaan usaha, yang mencakup penyediaan lembaga produksi,
penyediaan lembaga kemitraan, pengembangan pasar, dan penyediaan rencana
jangka pendek, menengah, dan panjang. Pengembangan sistem pendukung,
mencakup keseimbangan kekuatan negosiasi antar stakeholder.
Analisis Pustaka
Penelitian ini telah memberikan informasi yang lengkap baik secara
deskriptif maupun melalui gambar dan tabel. Hanya saja dalam penulisan data-data
tidak diimbangi dengan contoh riil yang ada pada lokasi penelitian. Pada kasus
dalam penelitian ini, pemerintah dan pemerintah daerah harus segera membentuk
kelembagaan pengelolaan hutan pada level unit pengelolaan yang akan memberikan
pelayanan untuk mendukung berkembangnya usaha masyarakat di dalam kawasan
hutan dan terkelolanya sumberdaya hutan secara lestari.
6. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Nama Jurnal
Volume (Edisi) hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
: Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Di Hutan Lindung
Kecamatan Alu Kabupaten Polman Propinsi Sulawesi
Barat
: 2012
: Jurnal
: Elektronik
: Asrianny, Muhammad Dassir, dan Asrianty
:: Perennial
: Vol. 8 No. 2: 93-98
: http://journal.unhas.ac.id/index.php/perennial
: 19 Oktober 2015
Ringkasan Pustaka
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tokoh-tokoh masyarakat Desa
Alu diketahui bahwa sejarah kepemilikan lahan di dalam kawasan hutan lindung
maupun di luar kawasan hutan lindung Desa Alu bermula dari budaya masyarakat
dalam pengelolaan hutan yang ditunjukkan melalui model penguasaan lahan yang
diwariskan secara turun temurun dari orang tua dengan istilah “lita’ sossorang”.
Penguasaan lahan tersebut tidak bisa dipindahtangankan dan tidak bertentangan
dengan penguasaan negara terhadap kawasan hutan lindung. Masyarakat Alu
memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap hutan. Hal ini terlihat dari
pekerjaan mereka yang mengandalkan hasil hutan untuk kelangsungan hidup
mereka. Pemanfaatan lahan hutan juga dilakukan untuk perkebunan dan peternakan.
Pranata-pranata sosial masyarakat di Desa Alu dalam memanfaatkan sumber daya
alam mengindikasikan adanya kearifan lingkungan dan kearifan dalam pelestarian
10
fungsi hidrologi hutan (konservasi air) dan pelestarian ekologi. Kearifan tersebut
berupa larangan-larangan dan ajakan seperti memanfaatkan dan menebang pohon
dalam kawasan pangngale piparakkeang. Ajakan untuk menjaga kelestarian hutan
ini dilakukan agar fungsi hutan dapat terus dirasakan oleh anak cucunya kelak.
Semakin lama populasi masyarakat di desa Alu semakin meningkat.
Kebutuhan akan sumberdaya hutan pun juga semakin meningkat. Masyarakat
menggunakan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui
pemanfaatan sumberdaya hutan, karena didesak oleh meningkatnya kebutuhan
ekonomi. Pada umumnya masyarakat tradisional dalam kehidupannya mencoba
melakukan pengelolaan sumber daya alam untuk mencapai keseimbangan ekologis.
Pengelolaan biasa dilakukan melalui kepercayaan yang masyarakat anut.
Kepercayaan tersebut akan rusak atau berubah bila masyarakat tradisional
mengadakan hubungan yang intensif dan bebas dengan dunia luar. Akibatnya segala
kepercayaan dan pantangan tradisional untuk menjaga hutan akan hilang, tergeser
oleh teknologi baru untuk meningkatkan produktivitas hutan.
Analisis Pustaka
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kearifan masyarakat Alu kini sudah
mengalami pengikisan nila-nilai adat. Hal ini disebabkan oleh masuknya teknologi
dari luar yang merubah pola pikir masyarakat Alu. Penelitian ini kurang
menjelaskan apa saja perubahan yang terjadi serta faktor pendorongnya secara lebih
rinci. Data-data mengenai jumlah masyarakat yang mengalami perubahan
kepercayaan juga tidak ditampilkan.
7. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Nama Jurnal
Volume (Edisi) hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
: The Management of Bhawal National Park,
Bangladesh by the Local Community for Resource
Protection and Ecotourism
: 2008
: Jurnal
: Elektronik
: Abdullah Mohd
:: Asian Social Science
: Vol. 4 No. 7
:
http://ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/downlo
ad/1379/1341
: 20 Oktober 2015
Ringkasan Pustaka
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Taman Nasional merupakan hal
yang penting untuk alasan perlindungan sumberdaya dan ekowisata. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat partisipasi masyarakat dalam mengelola Taman Nasional.
Berdasarkan hasil penelitian, tidak ada masyarakat lokal yang berpartisipasi dalam
11
pengelolaan. Namun, beberapa masyarakat lokal bekerja di dalam Taman Nasional
untuk kegiatan pariwisata di bagian administrasi Taman Nasional. Cihar dan
Stankova (2006) menemukan hasil yang sama dan menambahkan bahwa masyarakat
tidak memiliki partisipasi yang nyata dalam proses perencanaan dan pengambilan
keputusan dari Podyji NP di Republik Ceko. Sementara itu, di Annapurna, Nepal,
penduduk setempat juga terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan,
dan dengan demikian menghasilkan pendapatan dan memastikan kepemilikan lokal
mereka (Nyaupane et al. 2006).
Persepsi pada masyarakat lokal untuk berbagi pengetahuan dan pendapat
mereka secara bebas mereka dalam penyediaan layanan. Sementara Taman Nasional
memberikan dukungan kepada masyarakat lokal untuk meningkatkan keterampilan
mereka dalam pengelolaan ekowisata. Proposisi ini sangat tergantung pada tingkat
pendidikan mereka, jarak rumah mereka ke taman dan pekerjaan orang-orang yang
terkait dengan Taman Nasional. Di sini, sebagian besar masyarakat bekerja secara
informal di Taman Nasional terutama di bidang pariwisata untuk mendukung mata
pencaharian mereka. Ditambahkan lagi, persepsi di kalangan masyarakat setempat
pada peran Taman Nasional akan meningkat secara signifikan. Kerjasama dalam
perlindungan sumber daya melibatkan pengetahuan teknis yang harus diketahui oleh
kedua pihak melalui program pelatihan. Kompetensi masyarakat setempat sebagai
pengantar pesan dalam kegiatan pariwisata harus terus meningkat sebagai upaya
konservasi sumber daya.
Analisis Pustaka
Penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi masyarakat mengenai Taman
Nasional. Salah satu upaya yang dilakukan agar masyarakat bisa bersinergi dengan
pihak pengelola adalah melibatkan masyarakat dalam pariwisata. Kegiatan ini
bermanfaat bagi kedua belah pihak, juga untuk kelestarian sumberdaya yang ada di
dalam Taman Nasional. Kekurangan dari jurnal ini adalah data-data hasil
wawancara dilampirkan secara terpisah dengan isi sehingga kurang efisien untuk
melihatnya secara bergantian.
8. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Nama Jurnal
Volume (Edisi) hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
: Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Provinsi
Sulawesi Selatan
: 2012
: Jurnal
: Elektronik
: Abd. Kadir W., San Afri Awang, Ris Hadi Purwanto,
Erny Poedjirahajoe
:: Jurnal Manusia dan Lingkungan
: Vo. 19 No. 1, Hal 1-11
: http://jpeces.ugm.ac.id/ojs/index.php/JML/article/download/85/
63
: 2 November 2015
12
Ringkasan Pustaka
Masyarakat di sekitar Taman Nasional Bantimurung Bulusaurung (TN
Babul) memiliki masalah terkait sosial dan ekonomi baik sebelum dan setelah taman
nasional ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
masyarakat tergolong rendah, 84% merupakan lulusan SD. Selain itu sebagian besar
masyarakat merupakan petani, yang sangat bergantung kepada sumberdaya alam
sebagai pemenuhan hidup mereka. Pengetahuan masyarakat mengenai bercocok
tanam masih sebatas tradisi dari nenek moyang mereka, dan masih menganut sistem
tradisional. Penyuluhan dan pelatihan yang diadakan masih kurang berpengaruh
karena tidak adanya partisipasi dari masyarakat. Komoditas utama yang
dikembangkan oleh masyarakat adalah kemiri. Namun sejak ditetapkannya TN
Babul akses terhadap komoditas kemiri semakin terbatas, yang berakibat pada
penurunan kondisi ekonomi masyarakat. Berdasarkan hasil survey, kemiri memiliki
kontribusi yang cukup tinggi bagi pendapatan masyarakat TN Babul.
Masalah sosial ekonomi masyarakat sekitar TN Babul secara keseluruhan
ialah rendahnya pendidikan, tingginya tanggungan keluarga, rendahnya partisipasi
masyarakat, proses peningkatan kemampuan masyarakat berjalan lambat, serta
rendahnya pendapatan masyarakat. Masyarakat memiliki tingkat ketergantungan
terhadap TN Babul sebesar 37,97%. Oleh karena itu dukungan dari berbagai pihak
sangat diperlukan untuk terciptanya kesejahteraan masyarakat yang menurun seiring
dengan keterbatasan akses terhadap sumberdaya lahan.
Analisis Pustaka
Jurnal ini membahas masalah sosial ekonomi masyarakat sekitar TN Babul
dengan lengkapdiiringi dengan persentase yang mempermudah pembaca untuk
menganalisis. Kekurangannya adalah penjelasan secara deskriptif terkait angkaangka yang sudah dihitung. Diperlukan adanya hasil wawancara kepada pihak
masyarakat maupun pengelola untuk mendukung hasil data kuantitatif.
9. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Nama Jurnal
Volume (Edisi) hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
: Persepsi Pengunjung dan Masyarakat Sekitar Pantai
Sukamade terhadap Keberadaan Taman Nasional
Meru Betiri
: 2012
: Jurnal
: Elektronik
: Maksimus Keli, Agus Sukarno, Wiwiek Ruminarti
:: Jurnal Kehutanan
:: http://www.ipm.ac.id/wpcontent/uploads/2015/03/pantai%20sukamade.pdf
: 2 November 2015
13
Ringkasan Pustaka
Pengelolaan dan pengembangan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB)
dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat, serta komunikasi yang baik antara pihak
pengelola dengan masyarakat agar keberadaan TNMB bisa diperahankan. TNMB
sendiri memiliki potensi alam yang dikembangkan menjadi obyek wisata.
Masyarakat sekitar TNMB merupakan masyarakat campuran, yang sebagian
besarnya merupakan pendatang. Tingkat pendidikan masyarakat masih tergolong
rendah dengan persentase 47,6% berpendidikan di tingkat SLTP. Hasil penelitian
menunjukkan sebanyak 78,8& responden mendukung keberadaan TNMB,
dipengaruhi oleh manfaat yang bisa didapatkan oleh responden. Salah satunya
adalah adanya obyek wisata yang dapat dijadikan lokasi rekreasi oleh responden.
Sikap tidak setuju muncul karena akses terhadap lokasi yang sulit dan maraknya
kerusakan lingkungan akibat sampah yang dibuang sembarangan. Banyak pula yang
mengeluhkan sarana serta akses masyarakat yang terbatas. Hal ini dikarenakan
kurangnya pengetahuan dan kesadaran mereka akan fungsi TNMB sebagai area
obyek wisata.
Analisis Pustaka
Jurnal ini mampu menampilkan hasil penelitian secara ringkas dan jelas,
disertai dengan data kuantitatif dan kualitatif yang sudah cukup mewakili.
Kekurangannya adalah hasil penelitian seakan-akan merupakan hasil wawancara
kepada pengunjung atau wisatawan, dan bukan dari masyarakat sekitar TNMB. Hal
ini terlihat dari keluhan terkait obyek wisata saja, bukan dari segi dampak
keberadaan TNMB ataupun pengelolaan yang dilakukan.
10. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Nama Jurnal
Volume (Edisi)
hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
: Environmental Impacts of Community-based Forest
Management in The Philippines
: 2006
: Jurnal
: Elektronik
: Rodel D. Lasco, Juan M. Pulhin
:: Int. J. Environment and Sustainable Development
: Vol. 5, No. 1 Hal. 46-56
:
http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/fil
es/journal/JA0218-05.pdf
: 2 November 2015
14
Ringkasan Pustaka
Pada awalnya Filipina merupakan negara pengekspor kayu terbesar di dunia
tahun 1960, namun sekarang berubah menjadi negara pengimpor kayu. Hal ini
dikarenakan maraknya illegal logging dan kemiskinan. Estimasi deforestasi
mencapai 100.000 ha per tahun. Community-based forest management (CBFM)
merupakan strategi nasional untuk keberlanjutan hutan dan keadilan sosial.
Aktivitas yang dilakukan diantaranya manajemen hutan secara alami, rehabilitasi
lahan yang terdegradasi dan agroforestri. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah
meningkatkan stabilitas ekologi dan meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal.
Penelitian ini menunjukkan teknologi yang diterapkan dalam aktivitas CBFM
berdampak sangat positif terhadap lingkungan. CBFM telah mampu melestarikan
hutan yang juga berdampak pada konservasi tanah, air, serta meminimalisir
karbon. Hanya saja CBFM ini belum menunjukkan adanya dampak positif secara
nasional, yang merupakan tujuan untuk meningkatkan kualitas hutan negara.
Analisis Pustaka
Jurnal ini sudah menggambarkan secara rinci apa saja yang terjadi pada
kasus hutan Filipina, disertai dengan data-data yang lengkap. Kekurangannya adalah
tidak adanya gambaran mengenai peran serta komunitas lokal yang teribat dalam
program CBFM. Selain itu kebijakan yang melandasi adanya program ini tidak
ditampilkan. Namun secara keseluruhan jurnal ini sudah memiliki korelasi antara isi
dengan tujuan.
11. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Nama Jurnal
Volume (Edisi)
hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
: Dampak Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata
Penglipuran
: 2011
: Jurnal
: Elektronik
: Putu Agus Prayogi
:: Jurnal Perhotelan dan Pariwisata
: Vol. 1, No. 1 Hal. 64-79
:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=
189129&val=6467&title=PERAN%20PARIWISATA
%20TERHADAP%20KESEJAHTERAAN%20%20
MASYARAKAT%20DI%20SEKTOR%20LAPANG
AN%20PEKERJAAN%20DAN%20%20PEREKON
OMIAN%20TAHUN%202009%20%C3%A2%E2%8
2%AC%E2%80%9C%202013%20%20(%20Studi%
20Kasus%20:%20Kota%20Batu%20)
: 24 Desember 2015
15
Ringkasan Pustaka
Bali memiliki banyak potensi wisata yang dapat menarik minat wisatawan untuk
berkunjung kesana. Hal ini didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai,
sehingga jumlah pengunjung terus meningkat. Datangnya wisatawan telah memberi
manfaat kepada masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja, mendorong ekspor hasilhasil industri, kerajinan serta sebagai sumber devisa daerah, bahkan beberapa sektor wisata
telah mampu menjadi generator penggerak perekonomian Bali. Salah satu kabupaten di
Bali yang mencoba mengembangkan potensi wisata yang dimilikinya adalah Kabupaten
Bangli. Kabupaten Bangli memiliki potensi pariwisata yang cukup besar untuk
dikembangkan, baik dari segi keindahan alam maupun dari sisi seni budaya yang mengakar
di masyarakat. Desa Adat Penglipuran merupakan salah satu objek wisatanya. Desa
Penglipuran memiliki beberapa objek wisata budaya seperti rumah tradisional, hutan
bambu, adat istiadat masyarakat lokal yang didukung oleh lingkungan alam yang masih
alami. Beberapa objek wisata tersebut telah memberikan manfaat bagi masyarakat setempat
dalam hal penghasilan.
Tidak semua kegian pariwisata di Desa Penglipuran memberikan dampak positif,
terdapat juga dampak negatif yang timbul akibat kegiatan tersebut. Dampak positif yang
diperoleh melalui perkembangan pariwisata di Desa Penglipuran diantaranya perhatian
masyarakat terhadap kelestarian alamnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Masyarakat
melakukan kegiatan pelestarian dengan tujuan agar keindahan alam yang dimiliki oleh
Desa Penglipuran tetap terjaga, dan masih menjadi daya tarik bagi wisatawan. Selain itu
timbul keinginan dari Masyarakat Desa Penglipuran untuk melestarikan potensi budaya
yang mereka miliki. Salah satu kegiatan pelestarian budaya yang mereka miliki adalah
dengan diadakannya pelatihan tari yang dilakukan oleh masyarakat Desa Penglipuran.
Sementara itu, dampak negatif yang ditimbulkan diantaranya timbulnya onggokan sampah
di dalam lingkungan Hutan Bambu yang mempengaruhi tingkat polusi pada areal tersebut.
Kehidupan sosial yang sebelumnya terjaga dengan baik mulai cenderung mengarah
kedalam kehidupan yang lebih individualistis dan mendorong terjadinya komersialisasi
budaya lokal.
Analisis Pustaka
Kegiatan pariwisata di suatu wilayah tentunya akan sangat mempengaruhi
kehidupan masyarakat disekitarnya. Banyak dampak positif yang timbul akibat kegiatan
tersebut, namun dampak negatif juga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pariwisata. Jurnal
ini telah berhasil untuk menjelaskan dampak positif dan negatif pariwisata dilihat dari
beberapa aspek. Penjelasan dilakukan per poin yang dapat memudahkan pembaca untuk
memahami isi jurnal. Hanya saja kurang ada grafik/tabel yang membandingkan dampakdampak tersebut serta hasil wawancara dari responden tidak terlalu ditunjukkan.
12. Judul
Tahun
Jenis Pustaka
: Peran Pariwisata Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat di Sektor Lapangan Pekerjaan dan
Perekonomian Tahun 2009-2013 (Studi Kasus: Kota
Batu)
: 2013
: Jurnal
16
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Nama Jurnal
Volume (Edisi)
hal
Alamat URL/doi
Tanggal Diunduh
: Elektronik
: Renaldy Rakhman Luthfi
:: Jurnal Ilmiah
:: http://www.triatmajaya.triatmamapindo.ac.id/files/journals/2/articles/19/submission/o
riginal/19-52-1-SM.pdf
: 24 Desember 2015
Ringkasan Pustaka
Kota Batu memiliki beragam potensi pariwisata baik wisata alam, buatan, maupun
budaya. Potensi pariwisata kota Batu antara lain wisata alam pegunungan, wisata taman
rekreasi akomodasi, hasil wisata ( hotel perbelanjaan, travel, dll ). Kota batu merupakan
tempat tujuan utama di Jawa Timur dan mempunyai segmen wisatawan yang potensial. Hal
ini menjadikan sebagian besar APBD Kota batu di ambil dari sektor pariwisata. Pariwisata
adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat kota
Batu itu sendiri, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat. Salah satunya
dampaknya adalah dalam bidang ekonomi. Dampak positifnya antara lain membuka
lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata, dibangunnya fasilitas dan
infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan para wisatawan yang juga secara langsung
dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh penduduk lokal pula, dan mendapatkan devisa
melalui pertukaran mata uang asing (foreign exchange). Sementara itu dampak negatifnya
antara lain bahaya ketergantungan yang sangat mendalam terhadap pariwisata,
meningkatkan inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal, dan ,eningkatkan impor barang
dari luar negeri, terutama alat-alat teknologi modern yang digunakan untuk memberikan
pelayanan bermutu pada wisatawan juga biaya-biaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang
ada.
Berdasarkan hasil wawancara, pertumbuhan wisatawan asing berpengaruh positif
dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja yang diserap langsung di bidang
perhotelan, perdagangan, souvenir, dan lain - lain diharapkan dapat meningkat terhadap
penyerapan tenaga kerja karena memberikan banyak pemasukan yang cukup besar bagi
pendapatan Kota Batu ini juga merupakan tujuan utama dari suatu pembangunan
pariwisata. Salah satu cara agar dapat menaikkan jumlah wisatawan asing yakni dapat
dilakukan misalnya dengan memberikan promosi dan objek wisata yang lebih menarik.
Jumlah yang besar menyerap tenaga kerja itu adalah perhotelan dan hiburan-hiburan
malam. Dari analisis persepsi individu menunjukkan mayoritas (83,6%) responden
persetujuan tentang pengembangan pariwisata berbasis pertanian, 88,4% responden setuju
dengan kedatangan wisatawan, 79% menganggap pengembangan Pariwisata berdampak
terhadap kesejahteraan masyarakat, hanya 40,9% responden yang menyatakan jika
pengembangan pariwisata menyerap tenaga kerja, 34% menyatakan jika pengembangan
pariwisata dapat mendorong timbulnya usaha lokal, 54,8% responden menyatakan jika
pengembangan pariwisata berpeluang untuk dijadikan pekerjaan tetap, 63,4% responden
menyatakan jika pengembangan pariwisata mendorong peran organisasi lokal, sebanyak
17
59,6% menyatakan partisipasi individu dalam pariwisata, 57,8% menganggap pariwisata
berperan dalam mendukung budaya dan seni lokal, dan 62,1% menyatakan jika
pengembangan pariwisata dapat meningkatan keamanan setempat. Persepsi individu
tentang pengembangan pariwisata terkait dengan keuntungan ekonomi yang diperolehnya,
yaitu (1) peningkatan kesejahteraan, (2) penyerapan tenaga kerja, dan (3) pendorong
tumbuhnya usaha mandiri.
Analisis Pustaka
Wisata yang saat ini berkembang dan menjadi andalan Kota Batu berdampak
kepada lapangan pekerjaan dan perekonomian masyarakat. Sebagian besar masyarakat
setuju dengan adanya kegiatan pariwisata karena memiliki dampak yang positif bagi
pendapatan mereka. Selain itu masyarakat ingin pariwisata dikembangkan menjadi
pariwisata berbasis pertanian yang untuk mendorong timbulnya usaha lokal. Jurnal ini telah
menggambarkan secara lengkap keadaan masyarakat di kota Batu dan dampak-dampak apa
saja yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata, didukung dengan data-data dari responden.
18
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN (LANDASAN TEORITIS)
Taman Nasional dan Pengelolaannya
Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (Pristiyanto 2005).
Taman Nasional termasuk ke dalam kawasan pelestarian alam yang memiliki ciri khas dan
berfungsi sebagai pelindung ekosistem penyangga kehidupan (Wahyuni dan Mamonto
2012). Berdasarkan Permenhut No. P. 56/Menhut-II/2006 terdapat empat zona di dalam
Taman Nasional yaitu zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan, dan zona lain yang
menyangkut zona tradisional, zona rehabilitasi, zona khusus, serta zona religi, budaya, dan
sejarah. Beberapa kriteria penetapan kawasan Taman Nasional adalah sebagai berikut:
1. Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan
proses ekologis secara alami;
2. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun
satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami;
3. Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
4. Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata
alam;
5. Merupakan kawasan yang dapat dibagi kedalam Zona Inti, Zona Pemanfaatan, Zona
Rimba dan Zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan dan
ketergantungan penduduk sekitar kawasan.
Kebijakan untuk pengelolaan kawasan konservasi disebutkan dalam UUD pasal 33
ayat 3 tahun 1945 dimana bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan digunakan sebaik-baiknya untuk kemakmuran masyarakat.
Nyatanya hingga saat ini kebijakan pengelolaan sumberdaya alam belum mampu
mensejahterakan masyarakat. Kondisi ini mendorong terjadinya konflik sumberdaya alam
karena ketidakadilan alokasi sumberdaya untuk berbagai pihak. Secara struktural, kebijakan
pengelolaan kawasan konservasi ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan No.
P.03/Menhut-II/2007. Hal ini dikarenakan Taman nasional sebagai kawasan konservasi
memang difokuskan untuk kelestarian ekologi, sementara aspek ekonomi dan sosial kurang
diperhatikan (Ngadiono 2004). Beberapa Taman Nasional menerapkan kerjasama dengan
masyarakat sekitar dalam pengelolaannya. Menurut John et al. (1993), keberhasilan
pengelolaan Taman Nasional akan berhasil apabila terdapat dukungan dari segi apapun
mulai dari masyarakat lokal hingga masyarakat nasional. Menurut W Abd Kadir et al.
(2012), beberapa Taman Nasional telah melibatkan masyarakat di dalam pengelolaannya.
Kerjasama tersebut berupa penyuluhan dan pelatihan, guna memberikan penyadaran kepada
masyarakat akan pentingnya keberadaan Taman Nasional serta cara untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Kondisi Umum Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS ) terletak di empat kabupaten di
Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) ditetapkan berdasarkan pernyataan
Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 dengan luas kawasan
19
58.000 hektar. Kemudian ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kehutanan No. 278/KptsVI/1997 tanggal 23 Mei 1997 dengan luas kawasan 50.276,3 hektar, yang terdiri dari
50.266,05 hektar daratan dan 10,25 hektar perairan (danau). Suhu udara di kawasan
TNBTS berkisar antara 3º-20º C dengan ketinggian 750-3.676 m di atas permukaan laut.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki obyek wisata alam yang sudah terkenal
dan menjadi salah satu tujuan utama wisata di Jawa Timur, baik wisatawan domestik
maupun asing. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dikelola oleh Balai Taman
Nasional Gunung Bromo Tengger-Semeru, sebagai Unit Pelaksana Teknis Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Masyarakat Lingkar Taman Nasional
Masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Nasional sebagian besar merupakan
masyarakat adat. Menurut UU No. 32 tahun 2009, masyarakat adat adalah kelompok
masyarakat yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena
adanya ikatan dengan para leluhur, hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta
adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum.
Masyarakat adat secara sederhana terikat oleh hukum adat, keturunan, dan tempat
tinggalnya. Menurut Dharmawan dan Marina (2011) masyarakat di sekitar Taman Nasional
memiliki aturan tersendiri dalam mengelola sumberdaya alam disekitarnya, terutama
sumberdaya hutan. Penggunaan sumberdaya hutan dan aturan-aturan adat yang dibuat
untuk mendapatkan akses ke dalamnya menunjukkan masyarakat adat memiliki hubungan
yang sangat erat dengan hutan. Hubungan tersebut menunjukkan ketergantungan
masyarakat terhadap hutan sangat tinggi, karena hutan merupakan sumber utama
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karenanya masyarakat sekitar hutan
hidup pada tingkat ekonomi yang sangat subsisten (W Abd Kadir et al., 2012). Masyarakat
sekitar hutan pada umumya merupakan masyarakat yang tertinggal, dengan kondisi sosial
ekonomi yang tergolong rendah. Akibatnya sering timbul kecemburuan sosial dalam
pelaksanaan pembangunan kehutanan. Hal ini disebabkan oleh adanya pengabaian
kepentingan masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan hutan (Darusman dan Didik 1998).
Dampak Penetapan Taman Nasional
Perubahan fungsi hutan rakyat menjadi hutan milik negara tidak jarang membawa
perpecahan antara masyarakat lokal dengan pihak pengelola. Pasalnya meskipun perubahan
fungsi hutan dilakukan untuk kepentingan ekologis, masyarakat tidak dilibatkan dalam
proses perencanaan. Seringkali perubahan fungsi dilakukan secara sepihak oleh pemerintah.
Seperti pada kasus di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Keputusan
sepihak ini memicu adanya perpecahan antara masyarakat dengan pihak pengelola
(Dharmawan dan Marina 2011). Perundang-undangan serta kebijakan pembangunan
pemerintah selama ini menunjukkan bahwa konsep bumi, air, dan kekayaan yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat,
justru belum mampu mensejahterakan masyarakat. Hak Menguasai Negara (HMN)
diterjemahkan sperti sumberdaya alam yang ada dimiliki secara mutlak oleh negara.
Pelaksanaan hak rakyat untuk memungut hasil hutan dibekukan. Masyarakat dihilangkan
akses dan kemampuannya untuk mengelola sumberdaya alam di sekitar mereka. Taman
Nasional yang ditetapkan di suatu daerah memaksa masyarakat yang tinggal disekitarnya
20
untuk merubah cara penghidupan mereka. Sebab taman nasional memiliki batasan-batasan
berupa zonasi yang tidak bisa lagi dimanfaatkan secara bebas oleh masyarakat. Taman
nasional menyediakan zonasi khusus yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, namun
semua aktivitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya diwajibkan mengikuti
tata ruang yang telah disepakati dengan pihak taman nasional dan dilakukan secara ramah
lingkungan tanpa mengurangi fungsi konservasi kawasan. Taman nasional di sisi lain juga
memberikan lahan pekerjaan bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan
wisata. Bahkan wisata ini juga merupakan salah satu upaya pengelola untuk
memberdayakan masyarakat (Mohd 2008). Akan tetapi hal ini merupakan dilema tersendiri,
karena selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif terhadap kerusakan
lingkungan dan mengikisnya budaya masyarakat setempat (Prayogi 2011).
Kesejahteraan Sosial
Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan
sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk
mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial
yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan
meningkatkan kesejahteraannya secara selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat.
Tingkat kepuasan dan kesejahteraan adalah dua pengertian yang saling berkaitan. Tingkat
kepuasan merujuk kepada keadaan individu atau kelompok, sedangkan tingkat
kesejahteraan mengacu kepada keadaan komunitas atau masyarakat luas. Kesejahteraan
adalah kondisi agregat dari kepuasan individu- individu. Mensejahterakan masyarakat
merupakan salah satu tugas yang diemban oleh pemerintah. Menurut UU No. 11 tahun
2009, kesejahteraan sosial merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
dan sosial warga negara untuk dapat hidup layak dan mengembangkan diri. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 menerangkan bahwa terdapat beberapa
indikator untuk mengukur kesejahteraan sosial, diantaranya:
1. Pendidikan (angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, dan angka pendidikan
yang ditamatkan);
2. Kesehatan (angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, dan
persentase gizi buruk);
3. Pertanahan (persentase penduduk yang memiliki lahan);
4. Ketenagakerjaan (rasio penduduk yang bekerja).
Berdasarkan pustaka yang telah diringkas sebagian besar masyarakat di sekitar
Taman Nasional memiliki kesejahteraan sosial yang tergolong rendah. Salah satunya pada
kawasan TN Babul dimana 65% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan dengan
tingkat pendidikan yang rendah, 84,4% merupakan lulusan SD (W Abd Kadir et al., 2012).
Begitu juga dengan masyarakat sekitar TNMB yang berpendidikan rendah dengan
persentase 47,6% merupakan lulusan SLTP (Keli, Sukarno, dan Ruminarti 2012).
Ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap hutan menyebabkan pemanfaatan hutan
sangat berpengaruh bagi pendapatan masyarakat. Seperti pada masyarakat TN Babul yang
memanfaatkan komoditas kemiri sebagai sumber pendapatan utama dan simbol status
sosial sebagai indikator kesejahteraan masyarakat (Yusran 2005). Padahal Undang-undang
Nomor: 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebenarnya memberikan peluang untuk
21
memperoleh manfaat optimal bagi kesejahteraan (ekonomi) masyarakat, pemanfaatan
kawasan hutan (termasuk penambangan benda-benda non hayati) dapat dilakukan pada
semua kawasan hutan, kecuali pada hutan cagar alam dan zona inti serta zona rimba pada
taman nasional.
22
KESIMPULAN
Hasil Analisis dan Sintesis
Berdasarkan hasil rangkuman tersebut, dapat disimpulkan bahwa perubahan status
kawasan hutan mempengaruhi kesejahteraan masyarakat didalamnya. Ketersediaan
sumberdaya hutan yang telah menjadi kawasan konservasi membatasi akses masyarakat
untuk memanfaatkan hutan tersebut. Meskipun tujuan ditetapkannya Taman Nasional
adalah konservasi sumberdaya hutan, bukan berarti kesejahteraan masyarakat diabaikan.
Pihak pengelola harus memiliki kebijakan yang menguntungkan bagi semua pihak. Selain
itu menurut Undang-undang pasal 33 ayat 3 tahun 1945, sumberdaya alam sebaik-baiknya
digunakan untuk kemakmuran rakyat. Penetapan Taman Nasional memiliki dampak positif
dan negatif pada sisi ekologis dan sosial masyarakat. Dampak positif yang terjadi yaitu
terjaganya keanekaragaman hayati dalam hutan secara legal dan Mohd (2008) peningkatan
pendapatan masyarakat meningkat karena keterlibatan mereka dalam pengelolaan
pariwisata dalam kawasan. Sementara itu dampak negatif yang terjadi ialah hilangnya akses
masyarakat terhadap sumberdaya hutan yang memicu konflik antar kepentingan hingga
perambahan hutan ilegal (W Abd Kadir et al., 2012). Sebagian masyarakat mau terbuka dan
menerima keberadaan Taman Nasional demi kelestarian hutan, namun masyarakat yang
memiliki aturan adat kebanyakan menolak Taman Nasional karena sejak dahulu mereka
telah berhasil mengelola hutan dengan aturan adat yang dianut (Wahyuni 2012).
Penetapan kawasan taman nasional tidak hanya membatasi akses masyarakat
terhadap hutan. Kawasan taman nasional memiliki keindahan alam tersendiri yang mampu
menarik para wisatawan dan menjadikan kawasan tersebut sebagai tujuan wisata. Taman
nasional secara tidak langsung menjadi pengelola suatu destinasi wisata dan masyarakat di
sekitar kawasan tidak bisa dipisahkan dalam aspek ini. Masyarakat mendapatkan pekerjaan
baru, sebagai penunjang sarana dan prasarana di taman nasional. Melalui hal ini mereka
mampu meningkatkan pendapatan tanpa harus bergantung kepada sumberdaya hutan.
Namun tidak semua masyarakat beralih profesi, beberapa masyarakat yang memiliki adat
cukup ketat justru semakin tertekan akan tuntutan ekonomi dan minimnya lahan untuk
digarap. Selain itu kegiatan wisata apabila tidak dikelola dengan baik justru akan memberi
dampak buruk bagi lingkungan sekitar. Begitu pula dengan pengaruhnya terhadap
masyarakat lokal, yang mulai merubah pola pikir dan perilaku akibat modernisasi yang
dibawa masuk oleh para wisatawan.
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Analisis Baru
Berdasarkan rangkuman penelitian, analisis dan rangkuman dan pembahasan serta
kesimpulan yang dibuat, beberapa pertanyaan analisis yang dibuat diantaranya:
1. Bagaimana kondisi masyarakat sebelum ditetapkannya kawasan taman nasional?
2. Bagaimana pengaruh taman nasional terhadap kesejahteraan sosial masyarakat?
3. Bagaimana taman nasional sebagai tujuan wisata mempengaruhi kesejahteraan sosial
dan lingkungan kawasan?
23
Usulan Kerangka Analisis Baru
Perubahan fungsi kawasan hutan menjadi kawasan konservasi ataupun Taman
Nasional merupakan upaya dari pemerintah untuk melestarikan keanekaragaman hayati.
Penetapan kawasan konservasi ini tidak hanya berdampak positif, tetapi juga negatif
khususnya bagi masyarakat yang sudah tinggal sejak dulu di sekitar hutan. Akses
masyarakat terhadap sumberdaya hutan menjadi terbatas karena wilayah Taman Nasional
tidak bisa dimanfaatkan secara bebas. Sementara itu, kondisi masyarakat di sekitar Taman
Nasional sendiri rata-rata berada di bawah garis kemiskinan serta memiliki pendidikan
yang rendah. Pembatasan akses terhadap sumberdaya hutan pun mempengaruhi aspek
kesejahteraan mereka.Selain itu kegiatan wisata juga mempengaruhi kesejahteraan
masyarakat dan mempengaruhi lingkungan sekitar tama nasional. Perlu adanya kajian yang
melihat perubahan kesejahteraan sosial masyarakat setelah adanya Taman Nasional, apakah
semakin meningkat atau justru semakin menurun.
Penetapan kawasan Taman
Nasional
Keterbatasan Akses Masyarakat dalam
Memanfaatkan Sumberdaya Hutan
Kesejahteraan Sosial
Kegiatan Wisata di
Taman Nasional
Kesehatan
Pendidikan
 Angka kelangsungan
 Angka melek huruf
 Angka taman
pendidikan
 Angka rata-rata
lama sekolah
hidup bayi
 Angka usia harapan
hidup
 Persentase gizi buruk
Keterangan :
: Mempengaruhi
Pertanahan
 Persentase penduduk
yang memiliki lahan
Ketenagakerjaan
 Rasio penduduk
yang bekerja
24
DAFTAR PUSTAKA
Asrianny, Dassir M, Asrianty. 2012. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Di Hutan Lindung
Kecamatan Alu Kabupaten Polman Propinsi Sulawesi Barat. Jurnal Perennial : 93-98.
[Internet]. [Diunduh tanggal 19 Oktober 2015, pukul 18.56 WIB]. Tersedia pada
alamat : http://journal.unhas.ac.id/index.php/perennial
Darusman D dan Didik S. 1998. Kehutanan Masyarakat.Bogor (ID) : IPB Press
Departemen Kehutanan dengan Badan Pusat Statistik. 2009. Identifikasi Desa di Dalam
dan di Sekitar Kawasan Hutan. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan.
John, MacKinnon K, Child G, Thorsell J. 1993. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di
Daerah Tropika. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Keli M, Sukarno A, dan Ruminarti W. 2012. Persepsi Pengunjung dan Masyarakat Sekitar
Pantai Sukamade terhadap Keberadaan Taman Nasional Meru Betiri. Jurnal
Kehutanan. [Internet]. [Diunduh tanggal 2 November 2015, pukul 21.07]. Tersedia
pada
alamat
:
http://www.ipm.ac.id/wpcontent/uploads/2015/03/pantai%20sukamade.pdf
Kementrian Lingkungan Hidup. 2013. Keanekaragaman hayati sebagai modal dasar
pembangunan. [terhubung berkala] http://www.menlh.go.id/keanekaragaman-hayatisebagai-modal-dasar-pembangunan. Diunduh pada: 8 Oktober 2015.
Keraf A S. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kompas
Lasco RD, Pulhin JM. 2006. Environmental Impacts of Community-based Forest
Management in The Philippines. Int. J. Environment and Sustainable Development :
45-56. [Internet]. [Diunduh tanggal 2 November 2015, pukul 21.00]. Tersedia pada
alamat : http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA021805.pdf
Luthfi RR. 2013. Peran Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Sektor Lapangan
Pekerjaan dan Perekonomian Tahun 2009-2013 (Studi Kasus: Kota Batu). Jurnal
Ilmiah. [Internet]. [Diunduh tanggal 24 Desember 2015, pukul 09.17 WIB]. Tersedia
pada
alamat
:
http://www.triatmajaya.triatmamapindo.ac.id/files/journals/2/articles/19/submission/original/19-52-1-SM.pdf
MacKinnon J, MacKinnon K, Child G, Thorsell J. 1993. Pengelolaan Kawasan yang
Dilindungi di Daerah Tropika. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Marina I dan Dharmawan AH. 2011. Analisis Konflik Sumberdaya Hutan di Kawasan
Konservasi. Jurnal Sodality. [Internet]. [Diunduh tanggal 28 September 2015, pukul
10.11 WIB]. Tersedia pada alamat : http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/
article/viewArticle/5830
25
Mohd A. 2008. The Management of Bhawal National Park, Bangladesh by the Local
Community for Resource Protection and Ecotourism. Asian Social Science Journal.
[Internet]. [Diunduh tanggal 20 Oktober 2015, pukul 20.35 WIB]. Tersedia pada
alamat : http://ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/download/1379/1341
Ngadiono. 2004. Tiga Puluh Lima Tahun Pengelolaan Hutan Indonesia : Refleksi dan
Prospek. Bogor (ID): Yayasan Adi Sanggoro.
Pratidina G. 2014. Implementasi Kebijakan Model Kampung Konservasi Taman Nasional.
Jurnal Ilmu Administrasi Negara. [Internet]. [Diunduh tanggal 17 Oktober 2015,
pukul
19.27
WIB].
Tersedia
pada
alamat
:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=180147&val=2287&title=IMPL
EMENTASI%20KEBIJAKAN%20MODEL%20KAMPUNG%20KONSERVASI%2
0TAMAN%20NASIONAL
Prayogi PA. 2011. Dampak Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata Penglipuran. Jurnal
Perhotelan dan Pariwisata : 64-79. [Internet]. [Diunduh tanggal 24 Desember 2015,
pukul
09.14
WIB].
Tersedia
pada
alamat
:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=189129&val=6467&title=PERA
N%20PARIWISATA%20TERHADAP%20KESEJAHTERAAN%20%20MASYAR
AKAT%20DI%20SEKTOR%20LAPANGAN%20PEKERJAAN%20DAN%20%20
PEREKONOMIAN%20TAHUN%202009%20%C3%A2%E2%82%AC%E2%80%9
C%202013%20%20(%20Studi%20Kasus%20:%20Kota%20Batu%20)
Pristiyanto D. 2005. Taman Nasional menurut Dirjen PHKA. [terhubung berkala]
http://www.ditjenphka.go.id/kawasan/tn.php. Diunduh pada: 12 Oktober 2015.
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang No. 41 Tahun 2009 tentang Kehutanan.
Lembaran Negara RI Tahun 2009. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 1990. Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya dan Ekosistemnya. Lembaran Negara RI Tahun 1990. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial. Lembaran Negara RI Tahun 2009. Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Tahun 2009. Sekretariat Negara. Jakarta.
Supratman. 2012. Pengembangan Usaha Masyarakat Di Dalam Kawasan Hutan (Studi
Kasus Masyarakat Desa-Desa Sekitar Areal Iuphhk Di Kabupaten Mamuju, Provinsi
Sulawesi Barat). Jurnal Hutan dan Masyarakat : 303-312. [Internet]. [Diunduh
tanggal 6 Oktober 2015, pukul 19.58 WIB]. Tersedia pada alamat :
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja
26
&uact=8&ved=0CC0QFjACahUKEwjT68LlzMnIAhWo26YKHWz3BLQ&url=http
%3A%2F%2Fdownload.portalgaruda.org%2Farticle.php%3Farticle%3D29787%26v
al%3D2169&usg=AFQjCNH8-sm9Mza61B1aYdAoV6EYctBzQ&sig2=Mi7PzAkOFxtn8Hgm2mTULQ&bvm=bv.105454873,d.dGo
W Abd Kadir, Awang SA, Purwanto RH, dan Poedjirahajoe E. 2012. Analisis Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung,
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Manusia dan Lingkungan : 1-11. [Internet].
[Diunduh tanggal 2 November 2015, pukul 21.05 WIB]. Tersedia pada alamat :
http://jpe-ces.ugm.ac.id/ojs/index.php/JML/article/download/85/63
W Abd Kadir, M Nurhaedah, dan Purwanti R. 2013. Konflik Pada Kawasan Taman
Nasional Bantimurung Bulusaraung Sulawesi Selatan dan Upaya Penyelesaiannya.
Jurnal Sosek. [Internet]. [Diunduh tanggal 17 Oktober 2015, pukul 19.20 WIB].
Tersedia
pada
alamat
:
http://www.fordamof.org/index.php/content/download/jurnal/1466
Wahyuni NI dan Mamonto R. 2012. Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Nasional dan
Sumberdaya Hutan: Studi Kasus Blok Aketawaje, taman Nasional Aketajawe
Lolobata. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. [Internet]. [Diunduh tanggal 6 Oktober
2015,
pukul
20.02 WIB].
Tersedia
pada
alamat
:
http://fordamof.org/files/Persepsi_Masyarakat_terhadap_Taman_Nasional_dan_Sumberdaya.pdf
Yusran. 2005. Mengembalikan Kejayaan Hutan Kemiri Rakyat. Bogor (ID): Center for
International Forestry Research (CIFOR)
Download