5) Hasil Belajar Matematika

advertisement
B. LANDASAN TEORI
1.
Kajian Teori
a. Penalaran dan Hasil Belajar Matematika
1) Hakekat matematika
Matematika merupakan ilmu tentang bilangan – bilangan tetapi pada
kenyaatnya cakupan matematika lebih luas .Metematika tidak hanya mempelajari
tentang bilangan saja , tetapi juga mempelajari tentang ruang ,bidang dan
metodologi untuk memperoleh kesimpulan
Menurut Romberg, matematika memiliki tiga sasaran utama. Pertama,
para sosiolog, psikolog, pelaksana administrasi sekolah dan penyusun kurikulum
memandang bahwa matematika merupakan ilmu statis dengan disipilin yang ketat.
Kedua, selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, matematika dipandang
sebagai suatu usaha atau kajian ulang terhadap matematika itu sendiri. Kajian
tersebut berkaitan dengan apa matematika itu? bagaimana cara kerja para
matematikawan?
dan
bagaimana
mempopulerkan
matematika?
Ketiga,
matematika dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang tubuh dari
bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan, esensi ilmu
terhadap dunia fisik, dan sebagai aktivitas intelektual (Jackson, 1992: 750).
Dari beberapa pendapat ahli yang di temukan penulis maka matematika
dapat disimpulkan sebagai ilmu yang mempunyai ide – ide dan hubungan –
hubunga sevara structural sedang fungsinya sebagai cara mempermudah berfikir.
2) Konsep belajar
Belajar, pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana, 1989 belajar juga merupakan
proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan menurut
Witherington, 1952 menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa
keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”. Jadi belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku yang berkesinambungan antara berbagai
unsur dan berlangsung seumur hidup yang didorong oleh berbagai aspek seperti
motivasi, emosional, sikap dan yang lainnya dan pada akhirnya menghasilkan
sebuah tingkah laku yang diharapkan. Unsur utama dalam belajar adalah individu
sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar,
yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.
3) Hakekat belajar
Menurut Mudjiono (2006 : 18), belajar merupakan proses internal yang
kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental
yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
O. Whittaker (1999), Belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut
Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang,
perubahan sebagai hasil suatu proses belajar dapat ditunjukkaan dalam berbagai
bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, daya penerimanya dan
lain – lain aspek yang ada pada individu (Sujana, 2000: 28)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku yang dilakukan secara aktif oleh setiap individu yang meliputi aspek
pengetahuan, keterampilan dan aspek sikap sebagai hasil dari pengalaman dan
latihan
4) Keaktifan siswa
Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indra
(pengamatan empirik ) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian .
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis , berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar
, orang menyimpilkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui
.Proses inilah yang disebut penalaran ( Warsono,2000:36)
Dalam penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut
dengan premis ( antesedens) dan hasil kesimpulan disebut konklusi (
Consequence) .
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa penalaran adalah
pemikiran yang berdasarkan logika dan empiric yang menghasilkan konsep –
konsep dan pengertian yang berbentuk proposisi – proposisi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi tumbuhnya minat belajar seseorang,
diantaranya :
a) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang. Faktor internal meliputi : dorongan, perasaan, cita – cita dan
pengalaman masa lampau.
b) Faktor Eksternal
Faktor dari luar yang menimbulkan minat adalah faktor
motivasi sosial, orang tua dan guru. Adanya situasi ya ng berkembang
dalam masyarakat mendorong seseorang untuk berminat melakukan
aktifitas. Maksud dari kegiatan tersebut adalah agar dirinya diakui
sebagai anggota dari suatu kelompok dalam masyarakat.
5)
Hasil Belajar Matematika
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Menurut Gagne dan Briggs (1979: 3), pembelajaran adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Pembelajaran
(instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep
belajar (learning).
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Menurut Abdurrahman (2003 :
37) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar.
6) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (CTL)
a)
Hakekat pembelajaran
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan
mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar
dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal
lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
Siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber
belajar, tapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
dipakai untuk mencapai tujuan pembelajara yang diinginkan. Oleh karena itu,
pembelajaran menaruh perhatian pada ”Bagaimana membelajarkan siswa” dan
bukan pada ”Apa yang dipelajari siswa”. Pembelajaran lebih menekankan pada
bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai (Uno, 2006 : 135).
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses untuk
membantu peserta didik agar belajar matematika lebih baik . Proses pembelajaran
merupakan upaya membelajarkan siswa dengan mengembangkan metode yang
tepat untuk mencapai hal yang diinginkan
b)
Hakekat Pembelajaran Berbasis Masalah (CTL)
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Imam Mujahid,
2005:3).
c)
Penerapan CTL dalam pembelajaran matematika
Pembelajaran berhitung dengan Permasalahan dalam kehidupan sehari – hari
Berikut pandangan beberapa peneliti sebelumnya tentang pembelajaran
CTL dengan mengaitkan materi dengan permasalahan dalam kehidupan sehari –
hari .
Menurut Poerwodarminto (1996: 311) berhitung berasal dari kata hitung
yang berarti perihal membimbing yang mencakup menjumlahkan, mengurangkan,
mengalikan,dan
membagi.
Pembelajaran
berhitung
sedapat
mungkin
menggunakan benda-benda riil untuk membantu memudahkan siswa dalam
merumuskan model dan simbol matematikanya. Penerapan model pembelajaran
dipengaruhi oleh materi yang diajarkan oleh sekolah. Seperti halnya CTL, materi
yang diajarkan harus dapat dikaitkan dengan dunia nyata atau benda-benda
konkret sehingga siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang
diperolehnya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Kajian Pustaka
Penelitian ini juga menggunakan
merupakan kajian empiris sebagai
kajian penelitian terdahulu yang
landasan untuk berpikir
, mempelajari
berbagai metode analisis yang digunakan yang kemungkinan dapat diterapkan
oleh peneliti .
Menurut Harun rusdi (2004), berdasarkan data yang dikumpulkan dan
hasil analisis yang didapat, ia menyimpulkan bahwa:
a. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada pokok bahasan System
persamaan linear , setelah di cobakan dengan pendekatan kontekstual dan
pembelajaran konseptual ternyata di kelas terjadi perbedaan .
b. Prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih
baik .
Menurut Ulfah Zakiyah (2005), berdasarkan pembahasan hasil analisis
data yang ia peroleh dapar disimpulkan bahwa:
a. Terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang
diajar dengan pendekatan kontekstual dengan metode ceramah.
b. Proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual lebih baik prestasi
belajarnya yang ditunjukkan oleh mean siswa yang diajar dengan
pendekatan kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan mean siswa
yang diajar dengan metode ceramah.
Menurut Erni subandi (2004),berdasarkan dari hasil analisis ia
menyimpulkan bahwa:
a. Penalaran siswa lebih baik dengan pembelajaran kontekstual dari pada
pembelajaran konseptual
b. Dari nilai rata-rata prestasi belajar menunjukkan bahwa siswa yang
dikenakan model pembelajaran kontekstual memiliki rata-rata prestasi
belajar yang lebih baik
3. Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal siswa kelas VII SMP N 1 Gemolong mempunyai minat
belajar matematika yang rendah , sehingga hal tersebut berakibat pada rendahnya
hasil
belajarnya.
Hal
tersebut
disebabkan
guru
masih
mengguanakan
pembelajaran konseptual dari pada menggunakan pembelajaran berbasis
kontekstual ).
Salah satu pendekaan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas
siswa dalam proses pembelajaran matematika adalah strategi pembelajaran
berbasisi masalah ( Kontekstual ) , Strategi ini mengajarkan siswa untuk
memaknai matematika dan semua pembelajaran matematika di kaitkan dengan
kehidupan sehari – hari dilingkungan sekitar
Adapun skema kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
KONDISI
AWAL
Guru belum
mengenakan
metode CTL dalam
pembelajaran
Kondisi awal siswa
mempunyai
keaktifan yang
rendah
TINDAKAN
Guru mulai
menerapkan metode
CTL dalam
pembelajaran
Dalam pembelajaran
materi dikaitkan
dengan kehidupan
dunia nyata siswa
KONDISI
AKHIR
Diduga melalui
penerapan metode CTL
dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa
4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori diatas hipotesis dalam penelitian ini adalah
kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang mendapatkan pembelajaran
matematika melalui metode Pembelajaran Berbasis Masalah ( Kontekstual ) lebih
baik di bandingkan peserta didik yang mendapatkan pembelajaran konvensional
Download