Document

advertisement
SOSIOLINGUISTIK
sosiolinguistik
Pengertian
– Appel (dlm Suwito,1982:2) sosiolinguistik
memandang bahasa sbg sistem sosial dan
sistem komunikasi serta mrpk bagian dari
masyarakat dan kebudayaan tertentu.
– J.A.Fishman, 1972:4 sosiolinguistik adalah
kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsifungsi bahasa, dan pemakai bahasa, ketiga
unsur selalu berinteraksi, berubah, dan saling
mengubah satu sama lain dlm masyarakat.
BAHASA
Pengertian
Bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer dipergunakan oleh
masyarakat untuk bekerja sama
berinteraksi dan mengidentifikasikan diri
(Kridalaksana, 1993:12)
HAKIKAT BAHASA
1.Bahasa adalah sebuah sistem
2.Bahasa berwujud lambang
3.Bahasa berwujud bunyi
4.Bahasa bersifat arbitrer
5.Bahasa bermakna
6.Bahasa konvensional
7.Bahasa unik
8.Bahasa universal
9.Bahasa produktif
10.Bahasa dinamis
11.Bahasa bervariasi
12. Bahasa manusiawi (Chaer, 1993:33)
PEMAKAIAN BAHASA
Bahasa dan pemakaiannya di masyarakat tidak
diamati secara individual, tetapi hubungan dgn.
Kegiatan di masyarakat atau dipandang secara
sosial. Secara soaial bahasa dan pemakaian
bahasa dipengaruhi oleh faktor linguistik dan
nonlinguistik. Faktor linguistik
(fonologi,morfologi, sintaksis, semantik, dan
leksikon) sedangkan faktor nonlinguistik terdiri
atas faktor sosial dan situasional. Faktor sosial
berupa tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin,
status sosial, dan tingkat ekonomi. Sedangkan
faktor situasional berupa siapa yang berbicara,
di mana, kapan, masalahapa (Fishman)
MASALAH –MASALAH
SOSIOLINGUSITIK
Nababan (1991:4)
1.bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bhs.
2.repertoire bahasa
3.kedwibahasaan
4.fungsi masyarakat bhs. Dan profil
sosiolinguistik
5.penggunaan bahasa
6.sikap bahasa
7.perencanaan bahasa
8.interaksi sosiolinguistik
(Chaer,1993:6-7)
1.identitas sosial dari penutur
2.identitas sosial tengah peristiwa terjadi
3.lingkungan sosial tempat peristiwa tutur
4.analisis sinkronik dan diakronik dari dialek
sosial
5.penilaian sosial yg. Berbeda oleh penutur
6.tingkatan variasi dan ragam linguistik
7.penerapan praktis dari penel.sosiolinguistik.
KEGUNAAN SOSIOLINGUISTIK
Untuk berkomunikasi dan berinteraksi
Dalam pengajaran bahasa di sekolah
mempunyai peranan besar dalam kajian internal
bahasa, menjelaskan penggunaan kata ganti.
Di negara-negara multilingual muncul masalahmasalah politis sehubungandengan
pemakaianbahasa untuk keperluan menjalankan
administrasi negara dan pembinaan bahasa.
FUNGSI BAHASA
Finochiaro,1974
Personal
Direktif
Interpersonal
Referensial
Metalingual
Imaginatif
-Halliday, 1973
-personal
-instrumental
-interaksional
-representasional
-imaginatif
-regulatory
-heuristik
-Jacobson
-emotif
-retorical
-fatik
-kognitif
-metaling.
-poetic
HAKIKAT KOMUNIKASI
Tiga komponen dalam proses komunikasi
1.pihak yang berkomunikasi (pengirim dan
penerima informasi)
2.informasi yang dikomunikasikan
3.alat yang digunakan dalam komunikasi
JENIS KOMUNIKASI
A.Komunikasi verbal atau komunikasi
bahasa adalah komunikasi yan
menggunakan bahasa sebagai alatnya
B.Komunikasi nonverbal atau komunikasi
yang menggunakan alat bukan bahasa
seperti bunyi peluit, cahaya lampu,
semafor, alat komunikasi dalam
masyarakat hewan.
ALAT KOMUNIKASI
Alat komunikasi terdiri dua aspek yaitu
aspek linguistik dan aspek nonlinguistik
atau paralinguistik. Aspek linguistik
mencakup tataran fonologi, morfologi, dan
sintaksis, semantik. Aspek paralinguistik
mencakup kualitas ujaran, unsur
suprasegmental ( tekanan(stress),
nada(pitch), dan intonasi, jarak dan gerakgerik tubuh, rabaan.
VERBAL REPERTOIRE DAN
MASYARAKAT TUTUR
Bahasa dan Tutur
Ferdinand de Sausure (1916) membedakan langage,
langue, dan parole. Langage bahasa sebagai sistem
lambang bunyi. Langue sistem lambang bunyi yang
digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat
tertentu untuk berkomunikasi dan berinteraksi.Parole
bersifat konkret pelaksanaan dari langue dalam bentuk
ujaran atau tuturan yang dilakukan oleh anggota
masyarakat.misalnya, penduduk Garut selatan di
Karawang dan di lereng G.Salak Bogor satu masyarakat
bahasa dalam satu bahasa karena mereka mengerti
alat-alat verbalnya.Sama dengan penduduk yang ada di
Semarang, Sby, Banyumas satu bahasa dan satu
masyarakat bahasa.
Berbeda kasus ada dua masy. Bhs.yang
saling mengerti, tetapi mengaku
menggunakan dua bahasa yang berbeda
dengan nama berbeda.Misalnya,
penduduk Malaysia dengan Indonesia
saling mngerti karena secara linguistik ada
kesamaan sistem dan sbsistem diantara
kedua parole yang digunakan. Penamaan
tidak didasarkan pada linguistik tetapi
secara politis.
KOMUNIKASI BAHASA
Gangguan
Pengirim
Pesan
Enkoding
Pesan
Ujaran
Umpan Balik
Dekoding
Penerima
Pesan
IDIOLEK DAN VERBAL
REPERTOIRE
Setiap orang secara konkret memiliki kekhasan sendirisendiri dalam bebahasa(volume suara, pilihan kt,
penggunaan unsur bahasa yang lain. Ciri khas bhs.
Seseorang disebut idiolek.
Verbal repertoire dalah kemampuan seseorang
menguasai bahasa beserta ragam-ragamnya.
Verbal repertoire ada dua jenis verbal repertoire individu
dan verbal repertoire kelompok. Verbal repertoire
individu adalah alat-alat verbal yang dikuasai oleh
seorang penutur termasuk memilih norma sosial yang
sesuai dengan situasi dan fungsinya. Verbal repertoire
kelompok adalah keseluruhan alat-alat verbal yang ada
dalam suatu masyarakat beserta norma untuk memilih
variasi sesuai dengan konteksnya.
MASYARAKAT TUTUR
Suatu kelompok orang atau suatu masyarakat
yang mempunyai verbal repertoire yang relative
sama serta mereka mempunyai penilaian yang
sama terhadap norma-norma pemakaian
bahasa yang digunakan.
Fishman (1976:28) masyarakat tutur ialah suatu
masyarakat yang anggota-anggotanya setidaktidaknya mengenal satu variasi tutur besert
norma-norma yang sesuai dengan
pemakaiannya.
PERISTIWA TUTUR DAN TINDAK
TUTUR
Dalam setiap komunikasi manusia saling menyampaikan
informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud,
perasaan, maupun emosi secara langsung, maka dalam
setiap proses komunikasi terjadilah peristiwa tutur, tindak
tutur dalam satu situasi tutur.
Peristiwa tutur (Speech Event) terjadinya atau
berlangsungnya interaksi linguiatik dalambentuk ujaran
atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan
lawan tutur, satu pokok tuturan, waktu, tempat, dan
situasi tertentu.
Dell Hymes (1972) dalam peristiwa tutur harus
memenuhi delapan komponen SPEAKING (setting,
participant, ends, act sequence, key, instrumentalitis,
norms, genre).
Tindak tutur gejala individual bersifat
psikologisdan keberlangsungannya
ditentukan oleh kemampuan bahasa si
penutur dalam menghadapi situasi
tertentu. Peristiwa tutur dan tindak tutur
merupakan dua gejala yang terdapat pada
satu proses yakni proses komunikasi.
Peristiwa tutur termasuk gejala sosial
sedangkan tindak tutur termasuk gejala
individual.
Interferensi Leksikon
Dalam bahasa Indonesia cukup banyak
kata-kata yang diserap dalam bahasa
asing maupun bahasa daerah, misalnya:
lestari, tunggal, tangguh (Jawa), heboh,
runyam, lamun (Sunda), cengeng, jorok,
berengsek (Jakarta), cek, klop, start
(Inggris), doorloop, stang, klakson (Bld)
Interfernsi tatamakna
Perluasan(ekspansif)
Penambahan (Aditif) unkel, paman
Replasif/perubahan nilai makna, sahaya
menjadi saya
INTEGRASI
Haugen(1972:477) integrasi sebagai
kebiasaan memakai materi dari suatu
bahasa ke dalam bahasa lain.
Integrasi cenderung sebagai gejala
bahasa, dapat terjadi pada setiap anggota
masyarakat, peristiwanya dianggap bukan
sebagai suatu penyimpangan.
Istilah tindak tutur
Tindak tutur diperkenalkan oleh J.L. Austin
(1956) dibukukan oleh J.O. Urmson (1965)
How to do thing with word terkenal dalam
studi Searle (1969)
Kasus tindak tutur
Seorang lelaki tua bertanya kepada
penjaga toko peti mati. “ Berapa harga peti
mati yang penuh ukiran ini?” seratus lima
puluh ribu, Tuan, jawab si penjaga toko.”
Bukan main mahalnya!” ujar lelaki tua tsb.”
tapi, Tuan saya jamin pasti peti mati ini
tidak akan membuat Tuan kecewa, karena
sekali tuan masuk kedalamnya tuan tidak
akan punya keinginan untuk keluar lagi,
kilah si penjaga toko”.
Variasi bahasa
Variasi bahasa ada dua pandangan yaitu:
Variasi atau ragam dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial
penutur dan fungsi bahasa
Variasi atau ragam bahasa itu sudah memenuhi fungsinya sebagai
alat interaksi dalam kegiatan masya. Beragam
Hartman dan Strok (1972) Latar belakang geografis dan sosial
penutur, medium yang digunakan, pokok pembicaraan
Preston dan Shuy (1979) penutur, interaksi, kode, realisasi
Halliday (1990) dialeg dan register
Mac David (1969) dimensi regional,dimensi sosial, dimensi
temporal
Chaer (2003) Variasi berdasarkan penutur dan penggunaannya
Variasi dari segi penutur
Idiolek
Dialek
Kronolek/dialek temporal
Sosiolek/dialek sosial
Dialek sosial/sosiolek
Akrolek adalah var sosial yang lebih bergengsi dari var sosial lain
Basilek adl var sosial yang dianggap paling rendah (kromo ndeso)
Vulgar Adl var sosial yang digunakan kalangan yang tidak
berpendidikan.
Slang adl Var sosial yang bersifat khusus dan rahasia
Kolokial adl var sosial yang digunakan dalam percakapan seharihari
Jargon variasi sosial yang digunakan sevara terbatas oleh
kelompok-kelompok tertentu, tidak rahasia
Argot adl var sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi
tertentu bersifat rahasia (copet, pencuri)
Ken adl var sosial yang bernada memelas (pengemis)
Variasi dari segi
pemakaian,keformalan, sarana
Fungsiolek/register adl menyangkut
bahasa itu digunakan untuk keperluan
atau bidang apa (Jurnalistik, militer)
Martin Josh Membagi 5 macam variasi,
Frozen(Beku), Resmi(Formal), Konsultatif
(Usaha), Casual (santai), dan
intimate(akrab)
Variasi bahasa dilihat dari segi sarana
atau jalur ada 2 yaitu lisan dan tulis
Jenis bahasa
Berdasarkan sosiologis (Fishman, 1968)
standardisasi, otonomi, historisitas,
vitalitas
Berdasarkan sikap politik, bahasa
nasional, bahasa resmi, bahasa negara,
dan bahasa persatuan.
Berdasarkan tahap pemerolehan, bahasa
ibu, bahasa pertama, bahasa kedua, dan
bahasa asing.
Bilingulisme dan diglosial
Apabila dua bahasa atau lebih dipergunakan
secara bergantian oleh penutur yang sama,
maka bahasa-bahasa tsb dalam keadaan saling
kontak
Kontak bahasa terjadi dalam diri penutur secara
individual
Individu-individu tempat terjadinya kontak
bahasa disebut dwibahasawan
Peristiwa pemakaian 2 bahasa atau lebih secara
bergantian oleh seorang penutur disebut
kedwibahasaan
Kedwibhasaan dan Dwibahasawan
Kedwibahasaan dartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan 2 bahasa yang sama baiknya oleh
seorang penutur (Bloomfield)
Mackey, 1962, Fishman, 1975, penggunaan 2 bahasa
oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan
orang lain secara pergantian.
Haugen (1968) kedwibahasaan sebagai tahu 2 bahasa
artinya seorang dwibahasawan tidak harus menguasai
secara aktif 2 bahasa
Mackey, Wolff (1974) ciri utama kedwibahasa adl
dipergunakannya 2 bahasa atau lebih oleh seorang atau
kelompok, tetapi kedua bahasa itu tidak mempunyai
peranan sendiri-sendiri di dalam masy. Pemakai bahasa.
Di Montreal Canada disana bahasa Inggris dan Perancis
di pergunakan secara berdampingan dan sejajar.
Diglosia
Gambaran peristiwa dimana 2 variasi dari 1 bahasa hidup
berdampingan didalam suatu msya. Dan masing-masing
mempunyai peranan tertentu (Ferguson, 1972)
Fishman, 1975, Diglosia adl suatu masy. Yang mengenal 2 bahasa
atau lebih untuk berkomunikasi diantara anggota-anggotanya
Ferguson mengambil kasus yang terjadi di Haiti dan Arab.
Haiti adl slh satu neg di Pasifik bekas jajahan Perancis disana
terdapat 2 bahasa: Kreole Haiti sebagai bahasa ibu penduduk asli
dan Bahasa Perancis sebagai bahasa warisan penjajahnya
Arab terdapat 2 var bahasa yaitu bahasa Arab klasik (standar) dan
bahasa Arab pergaulan yang digunakan dalam kehidupan seharihari
Hubungan timbal balik anatara
kedwibahasaan dan diglosia
Fishman (1975) menyebut 4 jenis masy
tutur. Masy yang diglosik dan
dwibahasawan (Paraguay). Masy yang
diglosik tetapi tak dwibahasawan, cont: di
Eropa sebelum PD I. Msy tutur yang
dwibahasawan tetapi tak diglosik
(Montreal Canada). Masy yang
dwibahasawan dan yang diglosik
Interferensi dan integrasi
Interferensi adl adanya perubahan sistem
bahasa sehubungan dengan adanya
persentuhan bahasa tersebut dengan unsurunsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur
yang bilingual.
Dalam proses interferensi terdapat 3 unsur yang
mengambil peranan yaitu bahsa sumber/
bahasa donor, bahasa penyerap atau resipien
dan unsur serapan atau importasi
Jenis-jenis interferensi
Tata bunyi : (Jawa, Bali, Batak, Malaysia,
Singapura, dan Jepang)
Tata bentuk : (Penambahan afik-afik dari
bahasa daerah dan bahasa asing)
Tata kalimat
Tata kata
Tata makna : (Perluasan/expansif,
penambahan/aditif, perubahan nilai makna
replasif)
AKIBAT INTERFERNSI DAN
INTEGRASI
Jacobson (1972:49) berpengaruh
terhadap sistem bahasa penerima
sepanjang ada kemungkinan pembaruan
dalam sistem bahasa penerima.
Weinrech interferensi mengandung
pengertian penyusunan kembali pola-pola
dasar donor dasar-dasar menurut sistem
bahasa penyerap memberikan penegasan
bagaimanapun juga sedikit banyak.
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
Kode ialah alat komunikasi yang merupa-kan
varian dari bahasa. Dalam bahasa terkandung
bermacam-macam kode. Misal, bahasa Inggris,
bahasa Indonesia terkandung bermacammacam kode. Perbedaan bahasa Inggris Wales
dan bahasa Inggris London, Bahasa Cina
Peking dengan bahasa Cina Kanton, bahasa
Indonesia Jakarta dengan bahasa Indonesia
Jawa Tengah disebut varian resional.
ALIH KODE
Dalam bahasa Inggris Wales maupun London, bahasa
Cina Peking maupun Kanton terdapat pemakaian karena
perbedaan klas sosial penutur, perbedaan demikian
menimbulkan bahasa rendah, menengah, dan bahasa
tinggi disebut varian klas sosial. Di samping itu ada
bahasa Inggris standar dan nonstandar, bahasa Cina
resmi dan tak resmi, bahasa indonesia baku dan tak
baku perbedaan ragam, didalam ragam terdapat
bermacam-macam gaya misalnya,gaya sopan, gaya
hormat, gaya santai, gaya serius. Apabila ada bahasa
pidato, bahasa ceramah, bahasa tajuk, bahasa iklan
perbedaan ini berupa register.
ALIH KODE
Appel (1976:79) gejala peralihan pemakaian
bahasa karena berubahnya situasi. Didalam
kode terdapat berbagai macam varian (resional,
sosial, ragam, gaya, ataupun register) maka alih
kode mungkin berwujud alih varian, alih ragam,
alih gaya, atau alih register (Hymes, 1975). Alih
kode merupakan aspek ketergantungan bahasa
pada masyarakat yang multilingual artinya
didalam masyarakat lingual hampir takmungkin
penutur menggunakan satu bahasa mutlak.
ALIH KODE
Didalam alih kode penggunaan dua
bahasa ditandai oleh (a) masing-masing
bahasa masih mendukung fungsi
tersendiri sesuai dengan konteksnya, (b)
fungsi masing=masing bahasa
disesuaikan dengan situasi yang relevan
dengan konteksnya.
JENIS ALIH KODE
1.Alih kode intern ialah alih kode yang
terjadi antarbahasa daerah dalam satu
bahasa nasional, antar beberapa gaya
dalam satu ragam, antar beberapa dialek
dalam satu bahasa daerah.
2.Alih kode ekstern ialah alih kode yang
terjadi antara bahasa asli dengan bahasa
asing.
FAKTOR PENYEBAB ALIH KODE
Siapa yang berbicara (penutur0
Kepada siapa (lawan tutur)
Dengan bahasa apa
Kapan
Tujuan apa
Suwito (1983:73) penyebab alih kode ialah penutur, lawan tutur,
hadirnya penutur ketiga, pokok pembicaraan, untuk membengkitkan
rasa humor, dan untuk sekedar bergengsi.
Dalam peristiwa alih kode mungkin terjadi kontinum yaitu peralihan
antara dari kode yang satu ke kode yang lain. Kontinum sering
terjadi pada alih kode intern (antara bahasa daerah, varian, ragam,
gaya, register maupunundo-usuk. Kontinum dimaksudkan untuk
menjaga kesinambungan situasi sehingga peralihan kode tidak
terasa mengejutkan. Kontinum alih kode biasanya disertai dengan
peralihan kata sapaan tertentu thd interleutornya.
CAMPUR KODE
Kachru (1978:38) pemakaian dua bahasa
atau lebih dengan saling memasukkan
unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam
bahasa yang lain secara konsisten.
LATAR BELAKANG CAMPUR
KODE
Berlatar belakang sikap (attitudinal type)
Berlatar belakang kebahasaan (linguistic type).
Kedua tipe saling bergantung dan tidak jarang
tumpang tindih. Atas dasar latar belakang sikap
dan kebahasaan yang saling bergantung dan
tumpang tindih dapat diidentifikasikan beberapa
alasan atau penyebab, (a) identifikasi peranan,
(b) identifikasi ragam, (c) keinginan untuk
menjelaskan dan menafsirkan. Ketiga inipun
saling tumpang tindih.
Ukuran untuk identifikasi peranan adalah
sosial, registral, dan edukasional.
Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa
di mana penutur melakukan campur kode
yg menempatkan penutur didalam hirarkis
status sosialnya.Keinginan untuk
menjelaskan dan menafsirkan nampak
karena campur kode menandai sikap dan
hubungannya thd. Orang lain dan sikap
orang lain terhadapnya.
JENIS CAMPUR KODE
Campur kode kedalam nampak apabila
seorang penutur menyisipkan unsur-unsur
bahasa daerah ke dalam bahasa nasional,
unsur-unsur dialek ke dalam bahasa
daerah,atau unsur-unsur ragam dan gaya
ke dalam dialeknya.
Campur kode keluar nampak dalam unsurunsur bahasa Belanda ke dalam bahasa
Indonesia.
BEBERAPA MACAM WUJUD
CAMPUR KODE
Penyisipan unsur berwujud kata
Penyisipan unsur berwujud frasa
Penyisipan unsur-unsur berwujud baster
Penyisipan unsur-unsur berwujud
perulangan
Penyisipan unsur-unsur berwujud
ungkapan atau idiom
Penyisipan yang berwujud klausa
BEDA ALIH KODE, CAMPUR
KODE, DAN INTERFERENSI
Alih kode adalah peristiwa penggantian bahasa atau
ragam oleh seorang penutur karena sebab tertentu dan
dilakukan secara sadar.
Campur kode adalah digunakan serpihan-serpihan dari
bahasa lain dalam menggunakansuatu bahasa yg
mungkin memang diperlukan sehingga tidak dianggap
sebagai suatu kesalahan atau penyimpangan.
Interferensi juga menggunakan unsur-unsur bahasa lain
dalam menggunakan suatu bahasa yg dianggap sebagai
suatu kesalahan karena menyimpang dari kaidah suatu
bahasa yg digunakan.
SIKAP BAHASA
Sikap (atitude) dalam bahasa Indonesia mengacu pada
bentuk tubuh, posisi berdiri yg tegap, perilaku atau
gerak-gerik dan perbuatan atau tindakan sebagai reaksi
atas adanya suatu hal atau kejadian.
Sikap adalah fenomena kejiwaan, yg biasanya
termanifestasi dalam bentuk tindakan atau perilaku.
Sikap dikaitkan dengan psikologi sosial adalahkesiapan
berreaksi terhadap keadaan atau kejadian yang dihadapi
(Triandis, 1972)
Sikap adalah kesiapan mental dan saraf, yg terbentuk
melalui pengalaman yg memberikan arah atau pengaruh
yg dinamis .
SIKAP
Lambert (1967) sikap terdiri dari tiga komponen,
yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan
komponen konatif. Komponen kofnitif
berhubungan dengan pengetahuan yg
merupakan kategori yang digunakan dalam
proses berpikir. Komponen afektif menyangkut
masalah penilaian baik, suka dan tidak suka.
Komponen konatif menyangkut perilaku atau
perbuatan sebagai putusan akhir kesiapan
reaktif terhadap suatu keadaan.
SIKAP
Sugar (1967) perilaku ditentukan empat
faktor yakni:sikap, norma sosial,
kebiasan,dan akibat yg mungkin
terjadi.Dari keempat faktor kebiasaan
adalah yang paling kuat, sedangkan sikap
adalah faktor yg paling lemah.
SIKAP BAHASA
Sikap bahasa merupakan peristiwa
kejiwaan sehingga tidak dapat diamati
secara langsung. Sikap bahasa bisa
diamati melalui perilaku berbahasa atau
perilaku tutur. Sikap bahasa cenderung
mengacu bahasa sebagai sistem (langue)
sedangkan perilaku tuur lebih cenderug
merujuk kepada pemakaian bahasa
secara konkret (parole),
SIKAP POSITIF DAN NEGATIF
Dittmar (1976) pengertian sikap bahasa ditandai oleh
sejunlah ciri-ciri yg antara lain meliputi: pemilihan
bahasa dalam masyarakat bilingual, distribusi
perbendaharaan bahasa, perbedaan-perbedan
dialektikal dan problem-problem yang timbul sebagai
akibat adanya interaksi antar individu.
Sikap positif akan mendorongpenutur untuk sejauh
mungkin mengurangi atau menghilangkan sama sekali
warna daerah atau dialeknya.
Sebaliknya jika seorang penutur tidak pernah berusaha
mengurangi apalagi menghilangkan warna daerah atau
dialek maka sikap positif belum nampak atau sikap
negatif.
SIKAP POSITIF DAN NEGATIF
Garvin dan Mathiot (1968) sikap bahasa
mengandung tiga ciri pokok yakni, kesetian
bahasa (language loyality), kebanggaan bahasa
(language pride), dan kesadaran akan adanya
norma bahasa (awareness of the norm).
Untuk menanamkan sikap setia bahasa
Halim,1975) dengan pendidikan bahasa yang
pelaksanaannya didasarkan atas asas-asas
pembinaan kaidah dan norma bahasa
disamping norma-norma sosiolinguistik dan
norma-norma budaya yang hidup didalam
masyarakat bahasa yang bersangkutan.
Lambert (1967) keberhasilan belajar
bahasa sebagaisalah satu usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa
sangat bergantung kepada motivasi
pelajar yang sedang berusahamenguasai
bahasa tertentu.
PERUBAHAN, PERGESERAN,
DAN PEMERTAHANAN BAHASA
Perubahan bahasa menyangkut soal bahasa
sebagai kode, sesuai dengan sifatnya dinamis,
sebagai akibat persentuhan dengan kode-kode
lain.
Pergeseran bahasa menyangkut masalah
mobilitas penutur sebagai akibat perpindahan
penutur atau para penutur yang menyebabkan
terjadinya pergeseran.
Pemertahan bahasa menyangkut masalah sikap
atau penilaian bahasa untuk tetap
menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah
bahasa lain.
PERUBAHAN BAHASA
Perubahan bahasa tidak diamati sebab
perubahan sudah menjadi sifat hakiki bahasa,
berlangsung waktu yang relatif lama, sehingga
tidak mungkin diobservasi oleh seseorang yang
mempunyai waktu yang terbatas. Namun, yang
dapat diketahui adalah bukti perubahan dan
terbatas pada bahasa- bahasa yang mempunyai
tradisi tulis dan mempunyai dokumen tulis
seperti bahasa Inggris, Arab, Jawa, dan bahasa
lain.
Pembagian bahasa Inggris menjadi
bahasa Inggris kuno, pertengahan, dan
modern penentuan masanya relatif sebab
bagaimana telah disebutkan perubahan
tidak terjadi pada satu titik tertentu,
melainkan proses yg panjang. Sama
halnya proses penamaan bahasa Melayu
menjadi bahasa Indonesia.
Perubahan bahasa lazim diartikan adanya
perubahan kaidah dan dapat terjadi pada semua
tataran linguistik: fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, maupun leksikon.
Perubahan fonologi. Perubahan bunyi dalam
sistem fonologi bahasa Indonesia sebelum
berlakunya EYD, fonem /f/, /x/, dan /S/ belum
dimasukkan dalam khasanah fonem bahasa
Indonesia; tetapi kini ketiga fonem itu telah
dimasukkan. Bahasa Indonesia lama hanya
mengenal empat silabel, yaitu V, VK, KV, KVK,
tetapi kini menjadi KKV, KKVK, KVKK, KKKVK.
PERUBAHAN MORFOLOGI
Prefiks me-, pe- .Kaidahnya adalah 1. apabila
diikuti kata yg dimulai dengan konsonan /l/, /r/,
/w, dan /y/ tdk terjadi penasalan; 2. kalau diikuti
kata yang dimulai konsonan /p/, /b/ diberi nasal
/m/; 3. bila diikuti kata yg dimulai konsonan /d/,
/t/ diberi nasal /n/; 4.bila diikuti kata yang dimulai
konsonan /s/ diberi nasal /ny/, dan bila diikuti
kata yang dimulai konsonan /g/, /k/, /h/, dan
semua vokal diberi konsonan /ng/. Misalnya kata
nyah, bom, tik, cat.
PERUBAHAN SINTAKSIS
Menurut kaidah sintaktik yang berlaku sebuah
kalimat aktif transitif mempunyai objek; atau
dengan rumusan setiap verba transitif diikuti
oleh objek.Tetapi dewasa ini kalimat aktif transitif
banyak yang tidak dilengkapi objek,
Reporter Anda melaporkan dari tempat kejadian.
Sekretaris itu sedang mengetik di ruangannya.
Dia mulai menulis sejak duduk di bangku SMP.
PERUBAHAN KOSA KATA
Perubahan bahasa yang mudah terlihat
adalah bidang kosakata. Perubahan kosa
kata dapat berarti bertambahnya kosakata
baru. Penambahan kata-kata baru dapat
dengan menyerap atau penciptaan katakata. Dalam bahasa Indonesia banyak
dijumpai akronim ABRI, hankam, tilang,
tabanas, menwa, hulubalang, matahari,
kakilima, matasapi.
PERUBAHAN SEMANTIK
Perubahan semantik yang umum adalah perubahan
pada maknabutir-butir leksikal, berubah total, meluas,
atau menyempit. Misalnya, kata pena dulu bermakna
bulu, sekarang alt tulis bertinta, kata ceramah dulu
bermakna cerewet, banyak cakap, sekarang bermakna
uraian mengenai satu bidang ilmu (berubah total; meluas
pada kata papan dulu bermakna lembaran kayu tipis,
sekarang bermakna rumah, kata saudara dulu bermakna
orang yang lahir dari ibu yang sama, sekarang bisa
bermakna kamu. Menyempit kata sarjana dulu bermakna
orang pandai dalam segala bidang, sekarang bermakna
lulusan perguruan tinggi.
PERGESERAN BAHASA
Pergeseran bahasa menyangkut masalah
penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau
sekelompok penutur yang bisa terjadi sebagai
akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur
ke masyarakat tutur lain.Kalau seorang penutur
pindah ke tempat lain yang menggunakan
bahasa lain, dan bercampur dengan mereka,
maka akan terjadilah pergeseran bahasa.
Pergeseran bahasa biasanya terjadi di negara,
daerah, atau wilayah yang memberi harapan
untuk kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik,
sehingga mengundang imigran untuk
mendatanginya.
Pergeseran Bahasa
Monolingual
(B-ib)
Bilingual bawahan
(B-ib - B-in)
Bilingual setara
(B-ib - B-in)
Monolingual
(B-in)
Bilingual bawahan
(B-in – B-ib)
PEMERTAHANAN BAHASA
Penggunaan bahasa pertama oleh sejumlah
penutur dari suatu masyarakat yang bilingual
atau multilingual cenderung menurun akibat
adanya B2 yg mempunyai fungsi superior.
Sumarsono (1990) pemertahanan penggunaan
bahasa Melayu Loloan di desa Loloan, Nagara,
Bali. Penduduk loloan yg berjumlah tiga ribu
orang dan beragama Islam tidak menggunakan
bahasa Bali melainkan menggunakan
menggunakan bahasa Melayu yg disebut
Melayu Loloan sebagai B1 , di tengah-tengah
B2 yg lebih dominan, bahasa Bali.
FAKTOR PENYEBAB
Wilayah pemukiman mereka terkonsentrasi pada satu tempat yg
terpisah dari pemukiman rakyat Bali
Adanya toleransi dari masyarakat mayoritas Bali yg mau
menggunakan bahasa Melayu Loloan dalam berinteraksi golongan
minoritas loloan
Anggota masyarakat Loloan mempunyai sikap keislaman yg tidak
akomodatif terhadap masyarakat budaya dan bahasa Bali
Adanya loyalitas yang tinggi dari anggota kelompok masyarakat
loloan terhadap bahasa Melayu Loloan sebagi konsekuensi
kedudukan menjadi lambang identitas diri masyarakat Loloan yg
beragama Islam, Bli sebagai masyarakayt yg beragama Hindu.
Adanya kesinambungan pengalihan bahasa Melayu Loloan dari
generasi terdahulu ke generas berikutnya.
Download