PHI - M. Hamidi Masykur

advertisement
HUKUM YANG DICIPTAKAN
MELALUI PUTUSAN PENGADILAN
M. HAMIDI MASYKUR, S.H., M.KN
PERADILAN DAN PENGADILAN
• PERADILAN:
• PROSES PEMBERIAN KEADILAN DI SUATU
LEMBAGA YANG DISEBUT PENGADILAN
• PENGADILAN:
• LEMBAGA ATAU BADAN YANG BERTUGAS
MENERIMA, MEMERIKSA, MENGADILI DAN
MENYELESAIKAN SETIAP PERKARA YANG
DIAJUKAN KEPADANYA
(I).PUTUSAN HAKIM / PENGADILAN
Putusan hakim/pengadilan meliputi:
• Putusan pengadilan (vonis): terjadi sengketa, baik perkara perdata
atau pidana.
 Perkara perdata: yang bersengketa adalah penggugat dan tergugat. Contoh:
wanprestasi dalam transaksi utang.
 Perkara pidana: yang bersengketa adalah penuntut umum dan terdakwa.
Contoh: pembunuhan, pencurian
• Penetapan pengadilan: tidak terjadi sengketa
 Contoh: penetapan pengangkatan anak
• Putusan pengadilan hanya mengikat para pihak, tidak
berlaku umum
• Pasal 21 AB (Algemane Bepalingen van Wetgeving):
•
“Hakim tidak dapat memberi putusan yang akan berlaku sebagai
peraturan umum”
• 1917 Kitab Undang-undang Hukum Perdata:
•
“Kekuatan suatu putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan
mutlak tidaklah lebih luas daripada sekedar mengenai soalnya
perkara”
Kesimpulan:
perbedaan antara putusan hakim
dengan jenis hukum lain (peraturan
perundangan dan kebiasaan) :
• Putusan pengadilan: hanya mengikat pihak
yang berperkara
• Peraturan perundangan dan kebiasaan:
mengikat umum
YURISPRUDENSI
• Kansil:
• Yurisprudensi adalah putusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan
dijadikan dasar putusan oleh hakim kemudian mengenai masalah yang
sama atau sejenis. Jadi putusan hakim yang tidak diikuti atau dicontoh
oleh hakim yang kemudian, bukan yurisprudensi
• Yurisprudensi dibagi 2:
•
Yurisprudensi tetap: putusan hakim yang terjadi terjadi karena rangkaian
putusan serupa dan menjadi dasar bagi pengadilan untuk mengambil
putusan
•
Yurisprudensi tidak tetap: tidak diikuti oleh hakim berikutnya untuk masalah
yang sama
 E. Utrecht:
◦ Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan hakim.
◦ Yurisprudensi dibagi 2:

Yurisprudensi tetap: terjadi karena adanya suatu rangkaian atau rentetan
keputusan yang tetap. Atau beberapa keputusan yang menjadi keputusan
yang baku, yaitu keputusan yang menjadi dasar bagi peradilan (standart
arresten)

Yurisprudensi tidak tetap: putusan pengadilan yang tidak diikuti hakim
lainnya
 Perbedaan Kansil dengan Utrecht:
◦ Kansil: putusan hakim yang diikuti hakim kemudian
◦ Utrecht: Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan hakim.
(2) PUTUSAN HAKIM/PENGADILAN
Putusan hakim/pengadilan:
1. Putusan yang diikuti oleh hakim yang lain dalam masalah yang
sejenis
2. Putusan hakim yang tidak diikuti oleh hakim yang lain
AZAS THE BINDING OF PRECEDENT
Putusan hakim/pengadilan yang harus diikuti oleh hakim yang
lain dalam masalah yang sejenis
• AZAS THE BINDING OF PRECEDENT:
• Diikuti negara Common Law
• Amerika, Inggria, Australia
• AZAS KODIFIKASI:
• Diikuti negara continental
• Perancis, Belanda, Indonesia
Utrecht:
Putusan hakim (PT, MA) pada umumnya diikuti oleh hakim berikutnya
(walau bukan negara yang menganut azas precedent), karena:
1. Faktor Psikologis: Keputusan hakim memiliki kekuasaan.
Khususnya apabila dibuat oleh pengadilan yang lebih
tinggi (PT atau MA), karena lebih berpengalaman, lebih
dihormati.
2. Faktor Praktis: apabila berbeda dengan putusan
sebelumnya, cenderung akan dibawa kepada hakim yang
lebih tinggi
3. Kesesuaian pendapat.Hakim menyetujui isi putusan hakim
terdahulu
ASPEK POSITIF
• Menghindari putusan pengadilan yang saling
bertentangan
• Menciptakan kepastian hukum
1.
2.
3.
4.
5.
KANSIL:
Sumber hukum formal adalah:
UU (statue)
KEBIASAAN (castum)
KEPUTUSAN HAKIM (yurisprudensi)
TRAKTAT (treaty)
PENDAPAT SARJANA HUKUM (doktrin)
HAKIM BERSIFAT PASIF
&
HAKIM DILARANG MENOLAK PERKARA
•Pengadilan / hakim Bersifat pasif:
• Apabila tidak ada tuntutan hak yang
diajukan kepada pengadilan, hakim
akan bersifat pasif (menunggu sampai
perkara itu oleh yang berkepentingan
diajukan ke pengadilan)
• Hakim tidak mencari-cari perkara yang
akan diperiksa
HAKIM DILARANG MENOLAK MEMERIKSA
PERKARA:
•
•
•
Pasal 22 AB: “bilamana seorang hakim menolak memeriksa suatu
perkara dengan alasan peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan tidak menyebutkan, tidak jelas atau tidak lengkap,
maka ia dapat dituntut karena menolak mengadili”
Pasal 14 ayat (1) UU no. 14 Tahun 1970.
Pasal 16 (1) UU 4 Tahun 2004: Pengadilan tidak boleh menolak
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
Hakim dapat menciptakan hukum/ Judge
made law
JUDGE MADE LAW
• Menggali dari doktrin: ajaran para ahli hukum yang merupakan
wadah atau tempat hakim menemukan ilmu
• Menciptakan hukum sendiri berdasar nilai-nilai keadilan
• Menciptakan hukum sendiri berdasar nilai-nilai yang hidup
dalam masyarakat
• (Pasal 28 (1) UU 4/2004: Hakim wajib menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat)
CONTOH:
• Operasi transeksual yang diikuti dengan permohonan
kepada hakim untuk merubah status hukum
• Penetapan hakim atas permohonan perubahan status:
penciptaan hukum
• Apabila diikuti oleh hakim yang lain: penerapan hukum
(3). PUTUSAN HAKIM/PENGADILAN
• Putusan hakim/pengadilan
1. Putusan hakim yang mencipta hukum, yaitu putusan hakim
terhadap hal-hal yang tidak diatur oleh hukum baik hukum
tertulis maupun hukum tidak tertulis
2. Putusan hakim yang menerapkan hukum, yaitu putusan hakim
terhadap hal-hal yang diatur oleh hukum
Putusan hakim dalam penerapan
hukum berdasar hukum tertulis
dan kebiasaan
Putusan hakim dalam penciptaan
hukum
BATASAN MATERI PENCIPTAAN HUKUM
• Terbatas pada lingkup hukum perdata
Bagaimana dengan Hukum Pidana?
• AZAS LEGALITAS
• Azas Hukum Pidana: nullum delictum nulla poena sine preavia lege poenali
(Hakim dilarang mencipta hukum apapila ketentuan pidana dalam UU tidak
mengaturnya)
•
Pasal 1 ayat 1 KUHPidana: “Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali ada
ketentuan aturan pidana dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum
perbuatan dilakukan”
• Hukum pidana tidak berlaku surut/mundur
• Hukum pidana tidak dapat ditafsir secara analogi
• Analogi:
menyamakan perbuatan-perbuatan yang secara tidak
tegas diatur dalam UU dengan perbuatan yang diatur oleh UU
karena kedua perbuatan itu mempunyai hakikat yang sama
• Contoh:
• Pasal 1576 KUHPerdata: Jual beli tidak memutuskan hubungan sewa
menyewa
• Qias (hukum Islam):
•
•
Sebagai salah satu sumber hukum Islam
Tidak terbatas pada hukum perdata
• Hukum pidana dapat ditafsir secara
ekstensif:
• Adalah memperluas tafsir suku kata dalam UU
sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi
• Contoh:
• Tahun 1921 Hoge Raad memperluas
pengertian barang pada aliran listrik.
Sebelum 1921 barang hanya terbatas
pada yang berwujud, sehingga pencurian
listrik tidak dapat dipidana.
PENAFSIRAN BERDASAR NILAI-NILAI YANG HIDUP
DALAM MASYARAKAT
1.
Perbuatan melawan hukum (1365 KUHPerdata):
•
“Tiap perbuatan pelanggar hukum, yang membawa kerugian pada orang
lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut”.
•
Pada awalnya, terbatas pada perbuatan melanggar UU saja (aliran
legisme: hukum dipandang terbatas pada UU, dan di luar UU tidak ada
hukum). Pada 31 Januari 1919 Hoge Raad menambahkan perbuatan yang
melawan kepatutan dan hak orang lain
2.
•
3.
•
Pada 26 mei 1939 Raad van Justitie Jakarta: menetapkan
janda bukan ahli waris dari suaminya.
Perkembangan: Putusan Mahkamah Agung no. 110/K/Sip/1960
menetapkan janda sebagai ahli waris suami yang meninggal dunia.
Jumlah utang yang harus dibayar oleh debitur sama dengan
jumlah uang yang dipinjam. Walaupun terjadi inflasi.
MA dalam putusan sekitar tahun 1955 membebankan risiko kemerosotan
nilai uang dengan ratio 50% : 50%, ditanggung kedua belah pihak
dengan berpedoman pada nilai emas atau beras
KESIMPULAN:
• YURISPRUDENSI SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN
DALAM SISTEM HUKUM ADALAH PUTUSAN
HAKIM/PENGADILAN YANG BERSIFAT PENCIPTAAN
HUKUM DAN TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN TETAP
Download