1 I. PENDAHULUAN Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan

advertisement
I. PENDAHULUAN
Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat secara global. Diabetes melitus adalah gangguan kronis metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein (Kumar et al., 2007). Penyakit ini ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai gangguan metabolisme glukosa sebagai akibat
kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif (Ditjen Binfar Alkes,
2005).
Jumlah penderita diabetes cenderung meningkat setiap tahun, dan
sebagian besar peningkatan itu akan terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia (Ditjen Binfar Alkes, 2005). Pada tahun 1990,
jumlah penderita diabetes di dunia tercatat mencapai angka 80 juta (Zimmet,
1991). Pada tahun 1995 jumlah penderita DM di Indonesia tercatat lebih kurang 5
juta jiwa. Diperkirakan jumlah penderita DM di dunia sekitar 150 juta pada tahun
2000 (Ditjen Binfar Alkes, 2005). Berdasarkan laporan dari Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi DM di Indonesia berdasarkan diagnosis
atau gejala sebanyak 2,1 %, lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 (1,1 %).
Menurut estimasi International Diabetes Federation (IDF) tahun 2012, lebih dari
371 juta penduduk dunia mengalami DM, 4,8 juta orang meninggal akibat
penyakit ini dan banyak biaya yang dikeluarkan dalam penanganan penyakit ini
(Riskesdas, 2013). Pada tahun 2025 jumlah penderita DM diperkirakan akan terus
meningkat ke angka 300 juta (Arisman, 2010).
Terdapat dua tipe DM, yaitu diabetes tipe 1 yang umumnya didapat sejak
masa kanak-kanak dan diabetes tipe 2 (DM tipe 2) yang didapat setelah dewasa
1
dengan sekitar 90 % kasus terbanyak pada DM tipe 2 (Riskesdas, 2013). Diabetes
melitus tipe 1 hanya terjadi pada 10 % dari semua kasus diabetes (Wells et al.,
2009), sedangkan DM tipe 2 terjadi pada 90 % kasus terutama di negara maju
(Harris & Zimmet, 1992). Begitupun juga di negara berkembang, hampir seluruh
penderita diabetes didominasi oleh DM tipe 2 dan 40 % diantaranya terbukti
berasal dari kelompok masyarakat yang mengalami perubahan gaya hidup dari
tradisional menjadi modern (King & Rewers, 1993). Saat ini timbul kekhawatiran
adanya peningkatan epidemik insidensi DM tipe 2 pada anak-anak yang
mengalami kelebihan berat badan (Kumar et al., 2007). Diabetes melitus dapat
mengakibatkan komplikasi jangka panjang di pembuluh darah, ginjal, mata, dan
merupakan penyebab utama morbiditas dan kematian akibat diabetes (Kumar et
al., 2007).
Penderita DM tipe 2 umumnya menderita hipertensi (Ditjen Binfar
Alkes, 2005), lebih dari 50 % penderita DM mengalami hipertensi (Sweetman,
2009). Hasil penelitian di Rumah Sakit X di Jepara menunjukkan pada tahun 2007
terdapat 83 pasien dengan diagnosa diabetes melitus dengan komplikasi hipertensi
(Usman, 2007). Penelitian yang dilakukan selama bulan Mei 2012 sampai dengan
Juli 2012
di IRNA Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang juga
menyatakan bahwa penyakit terbanyak yang komplikasi dengan DM tipe 2 adalah
hipertensi (Permatasari, 2012).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di pembuluh darah secara
kronis (Riskesdas, 2013). Salah satu faktor risiko bagi penyandang pra-DM dan
DM tipe 2 adalah tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg (Arisman, 2010).
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada umur ≥ 18 tahun sebanyak 25,8 %.
2
Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat
hipertensi sebanyak 0,7 %. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebanyak 26,5
% (Riskesdas, 2013).
Hipertensi dan DM yang terjadi secara bersamaan dapat meningkatkan
risiko komplikasi pada mikrovaskular dan makrovaskular (Sowers et al., 2001).
Dilaporkan bahwa 70 % pasien DM tipe 2 meninggal akibat penyakit pembuluh
darah (James et al., 2014). Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum
berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner (Coronary
Heart Disease), penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah
perifer (Peripheral Vaskular Disease). Penderita DM tipe 2 yang menderita
hipertensi lebih sering mengalami komplikasi makrovaskular ini. Diabetes
merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian secara langsung,
namun dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat. Penurunan kadar gula
saja tidak dapat menurunkan komplikasi makrovaskular. Oleh karena itu ada hal
lain yang harus diperhatikan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas secara
keseluruhan, salah satunya adalah dengan pengontrolan tekanan darah (Ditjen
Binfar Alkes, 2005).
WHO memperkirakan bahwa lebih dari separuh dari seluruh obat di
dunia diresepkan, diberikan dan dijual dengan cara yang tidak tepat, dan separuh
dari pasien menggunakan obat secara tidak tepat. Salah satu dampak penggunaan
obat yang tidak rasional adalah peningkatan angka morbiditas dan mortalitas
penyakit (Kemenkes, 2011). Hasil penelitian terkait evaluasi dan ketepatan
penggunaan obat pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Rumah
Sakit X Surakarta periode Januari sampai April 2014 ditemukan tepat obat (76,67
3
%), tepat dosis bagi antidiabetika jenis oral (80,12 %), dan tepat dosis bagi obat
injeksi (4,97 %) (Samoh, 2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang kajian penggunaan obat antihipertensi pada pasien DM tip e 2 di IRNA
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang untuk mengetahui gambaran pola
penggunaan obat dan kerasionalan penggunaan obat antihipertensi pada pasien
DM tipe 2 berdasarkan tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, dan tepat
pasien. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk
pelayanan kesehatan sehingga penggunaan obat yang aman dan efektif dapat
tercapai.
4
Download