BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan
sumber daya manusia. Dalam kehidupannya manusia memanfaatkan sumber daya
alam yang ada untuk bertahan hidup. Selain sebagai makhluk individu, manusia
juga berperan sebagai makhluk sosial sehingga tidak dapat hidup sendiri. Untuk
melakukan aktivitasnya, manusia akan membutuhkan manusia lain, bergaul dan
bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.
Manusia juga tidak dapat hidup sendiri karena Tuhan menciptakan
manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya sehingga membutuhkan
manusia lain untuk menutupi kekurangannya. Tidak perduli seberapa kaya dan
terkenalnya seseorang tidak menjamin bahwa dia dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri. Interaksi yang terjadi antara manusia satu dengan manusia lain
dalam kehidupan secara terus menerus menyebabkan adanya kebutuhan untuk
saling melengkapi satu sama lain sehingga terjadilah perkawinan.
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
disebutkan bahwa “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Dengan adanya perkawinan maka pergaulan laki-laki dan perempuan menjadi sah
di mata hukum. Bersatunya suami istri dalam perkawinan menjadikan keduanya
1
sebagai pengemban hak dan kewajiban dalam pertalian perkawinan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Perkawinan.
Selain itu perkawinan juga bertujuan untuk mendapatkan keturunan (anak)
yang sah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
menyatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang
dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.
Keberadaannya sebagai generasi muda mampu mempertahankan eksistensi bangsa
dan mengubahnya ke arah yang lebih baik. Untuk itu negara perlu memberi
perlindungan terhadap hak-hak setiap anak sehingga tidak mengalami
diskriminasi.
Namun, dewasa ini dengan semakin pesatnya perkembangan zaman, tak
jarang terjadi pergeseran budaya yang terdapat di dalam masyarakat. Masuknya
peradaban-peradaban dari luar yang akhirnya mempengaruhi tatanan perilaku
masyarakat di Indonesia tidak dapat terelakkan. Kebudayaan bangsa Indonesia
sebagai budaya timur yang memiliki kesadaran agama, kesusilaan dan kesopanan
yang tinggi pun perlahan mulai luntur karena budaya yang masuk tidak dapat difilter dengan baik. Semua ditelan mentah-mentah terutama oleh anak-anak muda
yang masih labil pola pikirnya. Ditambah dengan kesibukan orang tua dengan
kegiatannya sendiri sehingga anak mencari kesenangan dan perhatian di luar yang
mengakibatkan terbukanya peluang dan timbulnya pergesekan yang akhirnya
merusak moral generasi muda. Pergaulan bebas yang berkembang luas yang ada
di dalam masyarakat kita sekarang dapat dijadikan salah satu contoh pergeseran
budaya yang terjadi saat ini.
2
Dampak dari pergaulan bebas biasanya baru dirasakan setelah terjadi
kehamilan yang merugikan pihak perempuan. Dalam masyarakat Indonesia, jika
seorang perempuan hamil tanpa menikah terlebih dahulu maka akan menjadi aib
bagi dirinya dan keluarganya, oleh karena itu biasanya sebelum diketahui oleh
banyak orang maka anak perempuannya itu akan dinikahkan dengan laki-laki
yang menghamilinya sehingga pada saat melahirkan ia sudah menikah.
Hukum di Indonesia mengenal adanya dua macam anak, yaitu anak sah
dan anak luar kawin. Menurut Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan disebutkan bahwa “anak yang sah adalah anak yang
dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah”. Berdasarkan definisi
di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak luar kawin adalah anak yang tidak
dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Kita harus hati-hati
dengan istilah “anak luar kawin”, karena sebagai istilah teknis-hukum, ia tidak
sama dengan “anak yang lahir di luar perkawinan”.1
Perkawinan kiranya menjadi suatu ikatan yang sakral di negara kita,
dimana budaya timur yang menjunjung tinggi adat istiadat dan kepantasan
berpengaruh besar terhadap perilaku antara pria dan wanita dalam berhubungan,
maka dari itu di Indonesia pengaturan hukum mengenai perkawinan diatur lebih
tegas sehingga tidak bertentangan dengan norma agama, kesusilaan dan kepatutan
yang ada. Contohnya mengenai perkawinan beda agama yang diperbolehkan di
barat sedang di Indonesia sendiri hal tersebut tidak diperbolehkan. Begitu pula
1
J. Satrio, 2000, Hukum Keluarga Tentang Kedudukan Anak Dalam Undang-Undang, PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, hlm. 5.
3
dengan perkawinan sesama jenis yang jelas-jelas bertentangan dengan normanorma yang ada sehingga tidak diperbolehkan di Indonesia padahal di luar negeri
dengan budaya barat, hal tersebut sah-sah saja.
Undang-Undang Perkawinan juga mengatur mengenai segala suatu
hubungan hukum yang akan timbul dari terjadinya suatu ikatan perkawinan.
Hubungan hukum yang timbul antara lain seperti hak dan kewajiban dari suami
dan istri sepanjang perkawinan, setelah berakhirnya perkawinan, hubungan orang
tua dan anaknya, serta hubungan-hubungan lain yang diatur di dalamnya.
Terlepas dari hukum yang ada tersebut, dengan masuknya budaya barat
seperti yang telah diterangkan di atas, pergaulan bebas, media, juga adanya tindak
kriminalitas yang semakin merisaukan menjadikan kaum wanita sebagai korban
yang haknya tidak terpenuhi. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) melalui riset dr. Julianto Witjaksono AS., MGO., Sp.O.G.,
K.FER selaku Deputi Bidang KBKR, bahwa angka kehamilan anak di luar nikah
untuk tahun 2012 tercatat sebanyak 48,1 persen dilakukan pada usia produktif 15
sampai 19 tahun, terutama pada usia 17 tahun.2
Telah disinggung sebelumnya bahwa dalam pergaulan bebas yang sering
terjadi saat ini, pihak wanita lebih sering menerima imbasnya daripada pihak lakilaki, terlebih terhadap hasil riset yang penulis paparkan tersebut di atas. Kejadian
tersebut kiranya menimbulkan bukan hanya terjadi pergesekan terhadap si wanita
melainkan juga terhadap calon bayi tersebut. Berdasarkan Pasal 43 ayat (1)
2
Editor, “48,1 Persen Remaja Hamil di Luar Nikah”, www.indonesiarayanews.com, diakses
tanggal 7 April 2014.
4
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyatakan bahwa
“Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata
dengan ibunya dan keluarga ibunya”, dimana laki-laki yang menjadi ayah
biologisnya dalam hal ini tidak mempunyai hubungan hukum apapun dengan si
anak tersebut.
Pasal 280 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan “Dengan
pengakuan terhadap anak di luar kawin, terlahirlah hubungan perdata antara anak
itu dan bapak atau ibunya”. Artinya anak yang lahir di luar pernikahan yang sah
tidak memiliki hubungan hukum apapun dengan ayah biologisnya selama belum
adanya pengakuan oleh sang ayah, sehingga terhadap segala hak yang mungkin
dapat diperoleh si anak di kemudian hari pun akan lenyap, baik hak alimentasi
maupun hak waris. Hal tersebut berkaitan dengan keadaan jika suatu saat laki-laki
yang menjadi ayah biologis dari si anak tersebut meninggal dunia dan
meninggalkan harta warisan maka anak tersebut tidak akan memperoleh haknya
sebagai ahli waris terhadap harta warisan ayahnya tersebut.
Penyangkalan ini dimungkinkan bisa terjadi karena beberapa faktor
misalnya anak tersebut dilahirkan dari sebuah perkawinan yang tidak sah, anak
zina, anak korban pemerkosaan dan anak PSK (Pekerja Seks Komersial).
Penyangkalan ini tentunya merugikan sang anak. Akan tetapi beberapa waktu lalu
tepatnya pada tanggal 17 Februari 2012 Mahkamah Konstitusi mengeluarkan
Putusan Nomor 46/PUU-VIII/2010 yang kiranya dapat membuka peluang bagi
anak luar kawin untuk memiliki hubungan keperdataan dengan ayahnya sehingga
memperoleh haknya sebagai seorang anak. Oleh karena itu penulis mengambil
5
Studi
Kasus
Penetapan
Pengadilan
Agama
Jakarta
Selatan
Nomor
:
0156/Pdt.P/2013/PA.JS mengenai perkara permohonan anak. Pihak-pihak yang
terlibat yaitu Ibrahim (Pemohon I) dan Yuka Togawa (Pemohon II) sebagai orang
tua kandung yang selanjutnya disebut sebagai Para Pemohon yang mengajukan
permohonan pengakuan anak dengan alasan bahwa Para Pemohon adalah
pasangan suami isteri yang telah melangsungkan pernikahan menurut agama
Islam tanggal 31 Maret 2013 dan telah dicatatkan di Kantor Urusan Agama
Kebayoran Lama, bahwa tanggal 2 Maret 2013 sebelum pernikahan Pemohon II
telah melahirkan anak perempuan hasil hubungannya dengan Pemohon I yang
diberi nama Ayu Kahim, bahwa atas kelahiran anak tersebut Para Pemohon telah
mengurus dan memperoleh Kutipan Akta Kelahiran yang pada pokoknya
menyatakan anak tersebut adalah anak hanya dari Pemohon II, bahwa Para
Pemohon pada dasarnya menyatakan mengakui Ayu Kahim sebagai anak biologis
dari Para Pemohon dan berjanji akan melaksanakan kewajibannya sebagai orang
tua untuk memelihara, merawat, memberikan kasih sayang dan membesarkan
serta memenuhi hak-hak anak lahir batin berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, bahwa Para Pemohon ingin memperoleh kepastian
hukum terhadap anak kandung tersebut sebagai anak dari Para Pemohon dan
karenanya memiliki hubungan keperdataan dengan Para Pemohon sebagai orang
tua kandung anak.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka penulis dengan ini akan
membuat karya ilmiah dengan judul sebagai berikut : “Hak Anak Luar Kawin
Terhadap Harta Peninggalan Ayahnya Setelah Putusan Mahkamah
6
Konstitusi Nomor : 46/PUU-VIII/2010 Menurut Hukum Islam (Studi
Penetapan Nomor : 0156/Pdt.P/2013/PA.JS)”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk hubungan keperdataan antara anak luar kawin dengan
ayah biologis setelah keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi dalam
Penetapan Nomor : 0156/Pdt.P/2013/PA.JS?
2. Apakah penetapan kewajiban wasiat wajibah terhadap anak luar kawin
dalam Penetapan Nomor : 0156/Pdt.P/2013/PA.JS bersifat imperatif dalam
implementasinya kelak?
C. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang telah penulis lakukan, sejauh
pengamatan penulis mengetahui bahwa terdapat beberapa penelitian yang
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya mengenai anak luar kawin. Adapun
penelitian yang mempunyai kemiripan dengan penelitian yang peneliti lakukan
yakni :
1. Karya Erla Pratidina, mahasiswa Program Magister Kenotariatan
Universitas Gadjah Mada, dengan judul, “Status Hukum Anak Luar Kawin
Berdasarkan Hukum Waris Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata” dengan rumusan masalah :3
3
Erla Pratidina, 2012, “Status Hukum Anak Luar Kawin Berdasarkan Hukum Waris Islam dan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”, Tesis, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
7
a. Bagaimana status hukum anak luar kawin menurut Hukum Islam dan
KUHPerdata?
b. Bagaimanakah hak atas harta warisan bagi anak luar kawin menurut
Hukum Islam dan KUHPerdata?
2. Karya Ni Luh Gede Eka Mariati, mahasiswa Program Magister
Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, dengan judul, “Hak Waris Anak
Luar Kawin yang Diangkat Oleh Kakek dan Neneknya Menurut Hukum
Waris Adat Bali (Studi Kasus di Desa Belumbang, Kecamatan
Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali)” dengan rumusan
masalah:4
a. Bagaimanakah proses pengangkatan anak luar kawin menurut Hukum
Waris Adat Bali di Desa Belumbang?
b. Bagaimanakah hak waris anak luar kawin yang diangkat anak oleh
kakek dan neneknya menurut Hukum Waris Adat Bali di Desa
Belumbang?
c. Bagaimanakah pandangan masyarakat Desa Belumbang tentang
pelaksanaan peralihan hak dari seorang pewaris kepada anak luar kawin
yang diangkat anak oleh kakek dan neneknya menurut Hukum Waris
Adat Bali?
4
Ni Luh Gede Eka Mariati, 2012, “Hak Waris Anak Luar Kawin yang Diangkat Oleh Kakek dan
Neneknya Menurut Hukum Waris Adat Bali (Studi Kasus di Desa Belumbang, Kecamatan
Kerambitan, Kabupaten Tabanan Propinsi Bali)”, Tesis, Magister Kenotariatan, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
8
3. Karya Zul Fauzi H., mahasiswa Program Magister Kenotariatan
Universitas Gadjah Mada, dengan judul, “Implikasi Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor : 46/PUU-VIII/2010 Terhadap Penetapan Asal Usul
Anak dan Hak Keperdataan Anak Luar Kawin Dengan Ayah Biologisnya
di Pengadilan Agama” dengan rumusan masalah :5
a. Bagaimana konstruksi yuridis hubungan keperdataan antara anak luar
kawin dengan ayah biologisnya menurut putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 46/PUU-VIII/2010 dan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor
11 Tahun 2012?
b. Bagaimana implikasi yuridis putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
46/PUU-VIII/2010 terhadap penetapan asal usul anak luar kawin dan
hubungan keperdataan dengan ayah biologisnya di Pengadilan Agama
di Indonesia?
Permasalahan-permasalahan yang ditulis di atas tersebut tidak sama
dengan permasalahan yang penulis paparkan. Ruang lingkup penelitian berbeda
dimana permasalahan yang dibahas oleh penulis lebih kepada masalah hubungan
keperdataan dan implementasi penetapan wasiat wajibah anak luar kawin terhadap
harta ayah biologisnya kelak setelah keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor
:
46/PUU-VIII/2010
sehubungan
dengan
Penetapan
Nomor
:
0156/Pdt.P/2013/PA.JS. Dengan adanya penelitian ini dapat dianggap memenuhi
kaedah keaslian penelitian sehingga apabila di kemudian hari ditemukan
5
Zul Fauzi H., 2015, “Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor : 46/PUU-VIII/2010
Terhadap Penetapan Asal Usul Anak dan Hak Keperdataan Anak Luar Kawin Dengan Ayah
Biologisnya di Pengadilan Agama”, Tesis, Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
9
penelitian yang sama dengan penelitian ini maka penelitian ini diharapkan dapat
melengkapi penelitian sebelumnya.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bentuk hubungan keperdataan antara anak luar kawin
dengan ayah biologisnya setelah keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi.
2. Untuk mengetahui sifat penetapan yang menentukan adanya wasiat
wajibah
maksimal
1/3
bagian
pada
Penetapan
Nomor
:
0156/Pdt.P/2013/PA.JS.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam bidang hukum terutama bidang
hukum perdata, khususnya dalam bidang hukum waris.
b. Sebagai acuan dasar perbandingan terhadap penelitian lanjutan.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan kelak kedepannya dapat menjadi suatu
pertimbangan hukum terhadap masalah-masalah serupa yang timbul
dikemudian hari, dan dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi para
pembaca.
10
Download