View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Strategi Pembangunan Indonesia yang diarahkan untuk membangun
Indonesia disegala bidang yang merupakan perwujudan dari amanat yang
tertera jelas dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terutama dalam
pemenuhan hak dasar rakyat dan penciptaan landasan pembangunan yang
kokoh.
Penyelenggaraan pembangunan nasional merupakan suatu proses yang
memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang matang. Salah satu aspek
yang sangat penting dan menunjang adalah kualitas sumber daya manusia
suatu
bangsa.
Keberhasilan
penyelenggaraan
pembangunan
sangat
bergantung pada kemampuan manusia pelaksananya. Sebab apapun yang
dimiliki oleh suatu bangsa; kekayaan alam, sosial, budaya, dan lain-lain tidak
akan berarti bila tidak di tangani oleh manusia-manusia berkualitas. Baik itu
berkualitas dari segi moral intelektual maupun dari segi mental spiritual.
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah yang bisa tetap bertahan dari
iklim persaingan yang sangat ketat dewasa ini.
Kelancaran pembangunan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan
tergantung dari kesempurnaan aparatur pemerintah yang pada pokoknya
tergantung pula pada kesempurnaan pegawai negeri sipil (PNS). Dalam
2
usaha mencapai tujuan nasional di perlukan adanya PNS sebagai unsur
aparatur pemerintah dan abdi masyarakat yang penuh kesetian dan ketaatan
kepada pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah, berdaya guna dan
sadar akan tanggung jawab dalam menyelenggarakan tugasnya.
PNS sebagai aparatur pemerintah merupakan tulang punggung
pemerintah
dalam
melaksanakan
pembangunan
nasional.
Meskipun
teknologi dewasa ini telah berkembang sangat besar sehingga menggeser
dan menggantikan sebagian besar tugas-tugas manusia, namun faktor
manusia masih sangat diperlukan. Betapapun canggihnya teknologi tidak
akan berarti apa-apa tanpa dibarengi dengan kemampuan manusia untuk
mengelolanya.
Dalam undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
dijelaskan bahwa;
”kelancaran
penyelenggaraan
tugas
pemerintahan,
kemasyarakatan dan pembangunan nasional sangat tergantung
pada kesempurnaan aparatur negara khususnya pegawai negeri,
karena itu dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional
yakni
mewujudkan
masyarakat
madani
yang
taat
hukum,
berperadaban modern, demokratis, makmur, adil dan bermoral
tinggi diperlukan pegawai negeri yang merupakan unsur aparatur
3
negara yang bertugas sebagai abdi masyrakat yang harus
menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata pada
masyarkat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (penjelasan
umum)”
Guna lebih mengembangkan peran ini, pembangunan aparatur
pemerintah diarahkan untuk meningkatkan kualitas aparatur agar lebih
bersikap arief dan bijaksana serta berdedikasi yang tinggi terhadap
pengabdian, sehingga dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara optimal sesuai tuntutan perkembangan zaman yang berlangsung
selama ini.
Oleh karena itu, maka urusan penyelenggaraan pemerintahan yang
hampir semuanya dilaksanakan melalui pusat sudah mulai didistribusikan
kepada daerah berdasarkan kewenangan daerah yang diatur dalam undangundang, hal ini mengingat volume dan aneka ragam urusan pemerintahan
dan pembangunan yang diselenggarakan di daerah sedemikian kompleksnya
serta memerlukan penyelesain yang cepat dan tepat, diperlukan adanya
koordinasi dan pengendalian yang intensif. Hal ini dimaksudkan guna
menjamin terselenggaranya urusan pemerintahan dan pembangunan dalam
kerjasama yang serasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah tingkat
atasnya. Dalam pengertian ini, berarti unsur manusia akan berkurang apabila
4
tidak disertai dengan ketaatan pada peraturan atau prosedur aturan
permainan yang berlangsung dalam sebuah organisasi atau pemerintahan.
Dengan perkataan lain diperlukan adanya disiplin dan manajemen kinerja
yang tinggi agar manusia benar-benar berfungsi sebagai kekuatan
pembangun.
Sehubungan dengan pembahasan tersebut, maka pelaksanaan
pembangunan yang merata di seluruh tanah air guna mewujudkan
kesejahteraan dan kestabilan masyarakat Indonesia, juga memerlukan
keserasian antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam rangka menjamin
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah secara mantap,
serasi, berdaya guna dan berhasil guna, untuk itu pemerintah telah
mengeluarkan
Undang-Undang
Nomor
12
tahun
2008
tentang
penyelenggaran pemerintahan daerah, dengan pemberian otonomi yang
nyata dan bertanggung jawab sebagai asas pelaksanaan pembangunan di
daerah, dengan titik berat pada daerah kabupaten atau kota.
Tugas Pemerintah
diterapkannya
Daerah (Pemda) akan semakin berat dengan
Undang-Undang
No.
12
Tahun
2008
mengingat
tanggungjawab yang diberikan oleh pemerintah pusat sangat besar. Pada
akhirnya Pemda harus memberikan konstribusi dalam penyelenggaraan
tugas pemerintahan umum dan pembangunan kearah yang lebih baik. Untuk
mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan kinerja para aparatur pemerintah yang
5
memiliki dedikasi, loyalitas serta profesionalisme yang tinggi dan tentunya
mampu menjadi pelindung masyarakat.
Namun demikian keberhasilan pembangunan di daerah banyak
ditentukan oleh pelaksanaan ketertiban, salah satu diantaranya adalah tertib
di bidang manajemen pemerintahan khususnya dalam peningkatan kinerja
Pegawai Negeri Sipil.
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan manajemen dalam bidang
pemerintahan, maka ditunjuklah kepala daerah selaku kepala pemerintahan
sebagai
administrator
dibidang
pemerintahan,
pembangunan,
dan
kemasyarakatan, dengan menjalankan fungsi sebagai kepala daerah otonom
yang memimpin penyelenggaraan dan bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap jalannya pemerintahan yang baik (Good Governance) di daerah.
Demikian pula halnya dengan pelaksanaan manajemen pemerintahan
di Kantor Bupati Jeneponto dalam hal ini analisis manajemen sumber daya
aparatur sebagai salah satu bagiannya sudah diterapkan. namun menurut
pengamatan
penulis
pelaksanaan
sumber
daya
aparatur
terhadap
peningkatan kinerja akan berbeda dengan yang lain seiring dengan
terpilihnya Bupati Jeneponto Periode 2008 – 2012 sebagai Top Manager
yang baru, sehingga tentu saja konsep manajemen yang diterapkan akan
membawa sesuatu yang berbeda terhadap Pegawai Negeri Sipil di instansi
tersebut.
6
Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas-tugas diperlukan adanya
pemimpin yang mampu menggerakkan staf sehingga terjadi interaksi yang
dinamis, bekerja bersama dan saling ketergantungan satu dengan yang
lainnya untuk secara bersama mewujudkan tujuan dan sasaran program
yang telah ditetapkan. Selain itu diperlukan adanya penyusunan rencana
yang didasarkan pada berbagai metode, rencana yang logis dan realistik
untuk dapat dicapai secara efektif dan efesien. Rencana program harus pula
diwujudkan dalam suatu tahapan penyelenggaraan yang efesien dan efektif
dan akan dapat pula dikendalikan secara tepat dengan adanya evaluasi
untuk mengukur apakah tujuan dan sasaran telah dapat dicapai secara efektif
dan efesien.
Berdasarkan
pada
uraian
diatas
dan
memahami
pentingnya
pelaksanaan sumber daya manusia yang di terapkan oleh aparatur
pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan di Kantor Bupati jeneponto
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis
manajemen sumber daya aparatur
Jeneponto”.
di Sekretariat Daerah Kabupaten
7
1.2
Rumusan Masalah
Memperhatikan uraian di atas maka permasalahan yang menjadi fokus
perhatian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Penerapan Manajemen sumber daya Aparatur di
Sekretariat Kabupaten Jeneponto?
2. Faktor-Faktor apa yang mempengaruhi Manajemen Sumber Daya
Aparatur di Sekretariat Kabupaten Jeneponto?
I.3. Tujuan dan Kegunaan Penilitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini di laksanakan dengan tujuan, sebagai berikut:
a.Untuk Menggambarkan Manajemen Sumber daya aparatur di
Sekrektariat Kabupaten Jeneponto
b.Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen
Sumber Daya Aparatur di Sekrektariat Kabupaten jeneponto
1.3.2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah,
sebagai berikut:
1. Kegunaan akademik dari hasil ini diharapkan memberikan nilai
tambah bagi penelitian-penelitian ilmiah, selanjutnya dapat dijadikan
bahan komparatif bagi yang mengkaji masalahManajemen Sumber
Daya Aparatur terutama dalam pelaksanaannya
8
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran spesifik
tentang
Manajamen
Sumber
daya
Aparatur
sebagai
aparat
pemerintah yang berfungsi sebagai peleyan masyarakat dan
penyelenggara pemerintahan
3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk
pemerintah Daerah Kabupaten jeneponto dalam mengkaji pentingnya
Analisis Manajemen dalam Peningkatan Kinerja bagi aparatur,
karyawan dan organisasi.
1.4. Kerangka konseptual
Dalam penelitian ini, ada beberapa hal pokok yang dijadikan
landasan
berfikir, yaitu sebagai berikut :
Pengertian
pegawai
secara
umum
menurut
Musanef
(1992;4)adalah Meraka yang secara langsung digerakan oleh
manajer untuk bertindak sebagai pelaksana dan pengalenggara
pekerjaan sehingga menghasilkan karya-karya yang ditetapkan
dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan
Pengertian pengawai Negri menurut UU Nomor 32 Tahun 2004
tentang perubahan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang pokok-pokok
kepegawaian berbunyi bahwa pemerintahan melaksakan pembinaan
manajemen pegawai negri sipil daerah dalam satu kesatuan
pengelenggara manajemen pegawai negeri sipil secara nasional
9
yang meliputi ,pengadaan,pengangkatan,pemindahan pengadaan
formal,pemberhentian,penetapan
kesejahteraan,hak
dan
pensiun
kewajiban
gaji
tunjangan
hokum,pengembangan
kompetensi dan pengendalian jumlah.
Analis manajemen Sumber Daya Aparatur terhadap peningkatan
kinerja merupakan satu yang sangat penting dalam rangka menciptaklan
pengawai negri sipil yang permutu untuk melaksanakan tugas-tugas yang
bebankan kepada demi pencapaian tujuan organisasi,karena itu secara
umum dapat dikatakan bahwa manajemen mencakup aktivitas untuk
mencapai suatu tujuan,dan dilakukan oleh individu-individu yang menberikan
kontribusi
terbaik
melalui
tindakan-tindakanyang
telah
ditetapkan
sebelumnya.Hal ini berarti bahwa manajemen meliputi pengetahuan tentang
apa yang harus mereka lakukan.Dengan demikian manajemen mempunyai
tujuan-tujuan tertentu dan bersifat tidak berhujut.Manejemen dikatakan tidak
berhujut karena tidak dapat diliat,tetapi dapat dirasakan hasil atau
manfaatya,yakni output pelayana yang cukup memuaskan pribadi,adanya
produk dan pelayanan yang diberikan secara baik.
kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk
melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan
tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan dan dengan
berbagai kemungkinan seperti hasil kerja, target atau sasaran dan kriteria
10
yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah di sepakati bersama.. Jika
dikaitkan dengan performance sebagai kata benda (noun) di mana salah satu
entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan (thing done), pengertian
performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian
tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak
bertentangan dengan moral atau etika.
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi
berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh
keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Oleh karena itu, agar
mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang
tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa mengetahui
ketiga faktor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai. Dengan kata lain,
kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan
dan
kemampuan. Kinerja
individu
dipengaruhi
oleh
kepuasan
kerja.
Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya.
Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh
pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya.
Sedangkan
kinerja
berdasarkan
Surat
Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor
Keputusan
Lembaga
589/IX/6/1999, tentang
11
Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja instansi pemerintah
adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian persatuan suatu kegiatan
program kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
oragnisasi.
Menurut Talizuduhu Ndraha (2003:197), Dalam suatu pemerintahan
juga dikenal adanya kinerja yaitu kinerja pemerintahan dimana berdasarkan
teori tentang pertanggung jawaban suatu pemerintahan, dan dapat
dikonstruksi berdasarkan pengertiannya. Dari sudut accountability, kinerja
adalah pelaksanaan tugas atau perintah (task accoplishment), dari segi
obligation, kinerja adalah kewajiban untuk menepati janji, dan dari segi
cause, kinerja adalah proses tindakan (prakarsa) yang diambil menurut
keputusan batin berdasarkan pilihan bebas pelaku pemerintahan yang
bersangkutan dan kesiapan memikul segala resiko (konsekuensi)nya.
Selanjutnya, menurut Gordon B. Davis (Ruky, 2000:13) Kinerja adalah
penampakan kemajuan seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang
tercermin dari hasil pekerjaan. Dengan demikian, kinerja baru akan diketahui
apabila seseorang dapat menghasilkan suatu pekerjaan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Standar kinerja menurut Nawawi (2000:245) adalah sejumlah kriteria
yang menjadi ukuran-ukuran yang menjadi dasar penilaian kinerja, yang
dipergunakan sebagai pembanding cara dan hasil pelaksanaan tugas-tugas
12
yang merupakan beban dan volume kerja suatu unit kerja yang dipercayakan
pada seorang pekerja melaksanakan pekerjaannya atau dengan kata lain
aparatur pemerintah dalam hal ini pengawai negeri sipil.
Pengertian pegawai secara umum menurut Musanef (1992:4) adalah
mereka yang secara langsung digerakkan oleh manajer untuk bertindak
sebagai pelaksana yang akan menyelenggarakan pekerjaan sehingga
menghasilkan karya-karya yang diharapkan dalam usaha pencapaian tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini, termasuk di dalamnya Pegawai Negeri sipil, karyawankaryawan swasta atau pegawai apa saja yang digerakkan secara terorganisir
yang diatur oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan organisasi.
Pengertian Pegawai Negeri menurut Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian berbunyi bahwa Pegawai Negeri adalah
setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pelaksanaan
fungsi
Manajemen
terhadap
peningkatan
kinerja
merupakan satu hal yang sangat penting dalam rangka menciptakan
Pegawai Negeri Sipil yang bermutu untuk melaksanakan tugas-tugas yang
13
dibebankan kepadanya demi pencapaian tujuan organisasi, karena itu secara
umum dapat dikatakan bahwa manajemen mencakup aktivitas untuk
mencapai
suatu
memberikan
ditetapkan
tujuan,
dan
dilakukan
kontribusi
terbaik
sebelumnya.
Hal
ini
melalui
berarti
oleh
individu-individu
tindakan-tindakan
bahwa
yang
manajemen
yang
telah
meliputi
pengetahuan tantang apa yang harus mereka lakukan, menetapkan dan
memahami cara melakukannya serta mengukur efektivitas usaha mereka.
Dengan demikian manajemen mempunyai tujuan-tujuan tertentu dan bersifat
tidak berwujud (intengible). Manajemen dapat dikatakan tidak berwujud
karena tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan hasilnya atau manfaatnya,
yakni output pelayanan yang cukup dan dapat memuaskan pribadi, adanya
produk dan pelayanan yang diberikan secara baik.
Menurut Pamuji (1981 : 36), manajemen merupakan kekuatan utama
dalam organisasi yang mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sub sistem dan
menghubungkan mereka dengan lingkungannya. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa manajemen memegang peranan penting dalam mekanisme
suatu organisasi. Dengan kata lain bahwa maju mundurnya suatu organisasi
sangat tergantung pada penerapan fungsi-fungsi manajemen yang digunakan
didalam organisasi tersebut. Sejalan dengan hal itu George Robert Terry
(Siagian, 1996 : 105), mengklasifikasikan empat fungsi manajemen yaitu :
(1). Planning (Perencanaan), (2). Organizing (Pengorganisasian), (3).
14
Actuating (Penggerakan), (4). Controlling (Pengawasan). Dalam hal ini Terry
menggunakan
istilah
“actuating”
sebagai
fungsi
yang
menunjukkan
penggerakan bawahan, yang berarti usaha mendapatkan hasil dengan
penggerakan orang lain.
Berbeda dengan Terry, Siagian (1996 : 105) merinci lima fungsi-fungsi
manajemen yaitu : (1). Perencanaan (Planning), (2). Pengorganisasian
(Organizing), (3). Pemberian motivasi (Motivating), (4). Pengawasan
(Controlling), (5). Penilaian (Evaluating). Dari kelima fungsi tersebut tiga
diantaranya sama dengan yang dikemukakan oleh Terry, tetapi kemudian
oleh Siagian ditambahkan lagi dua fungsi yaitu “Motivating” dan “Evaluating”.
Dari pendapat para ahli tersebut diatas dapat dikemukakan dan
dijelaskan bahwa manajemen adalah kemampuan memanfaatkan sumber
daya manusia, keuangan, material agar mereka bersedia dan bersikap
menuruti kemauan orang yang mengelolanya dalam upaya mencapai tujuan
tertentu secara efektif dan efesien. Kemampuan menggerakkan orang dan
mendayagunakan uang dan material secara efektif dan efesien adalah
merupakan keberhasilan dalam proses kegiatan manajemen.
Keinginan untuk mencapai nilai yang maksimum dan yang dinginkan,
sektor pemerintah perlu mengubah semua model manajemen yang
digunakan, mulai dari manajemen perencanaan sampai pada manajemen
kolaborasi dan konflik, termasuk manajemen kinerjanya.
15
Konsep manajemen kinerja sebenarnya bukanlah hal yang baru.
Menurut G.R. Terry (sadu wasistono, 2003:108), bahwa didalam manajemen
kinerja menekankan perlunya standar didalam mengukur kinerja individual
maupun organisasional. Sejalan dengan pandangan diatas, Williams
(1998:99) bahwa manajemen kinerja adalah sebuah sistem untuk mengelola
kinerja organisasional, kinerja pegawai serta kinerja gabungan antara kinerja
organisasional dan kinerja pegawai.
Pada
sisi
lain
Bacal
(2001:4)
lebih
menekankan
pengertian
manajemen kinerja sebagai proses komunikasi yang berkesinambungan dan
dilakukan dalam kemitraan
antara seorang karyawan
dan penyelia
langsungnya. Proses ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas
serta pemahaman mengenai pekerjaan yang dilakukan.
Bacal (2001:33-44) mengemukakan bahwa sistem manajemen kinerja
terdiri dari komponen-komponen :
1. Perencanaan kinerja
2. Komunikasi kinerja.
3. Pengumpulan data, pengamatan, dan dokumentasi.
4. Evaluasi kinerja.
Bacal (2001:48) di dalam bukunya memberi catatan penting bahwa
manajemen kinerja berhubungan dengan perancanaan strategis, anggaran
keuangan pengembangan karyawan, dan program peningkatan kualitas.
16
Pada sisi lain, Williams (1998:2-8) mengemukakan adanya enam
faktor yang mempengaruhi pemahaman mengenai manajemen kinerja yaitu :
1. Kondisi pasar.
2. Teori manajemen dan gerakan.
3. Pengembangan teknologikal.
4. Restrukturisasi organisasional dan perubahan.
5. Kebijakan pemerintah.
6. Pengukuran kinerja yang tidak memadai.
Kesadaran menggunakan manajemen kinerja di sektor pemerintah
muncul seiring dengan hadirnya paradigma “Reinventing Government”
sebagaimana dikemukakan oleh Osborne dan Gabler. Melalui paradigma
tersebut, Osborne dan Gabler (Sadu Wasistono, 2003:110) berkeinginan
mendekatkan sektor swasta melalui transformasi semangat kewirausahaan
meliputi antara lain kompetisi, inovasi, dan transparansi. Paradigma
Reinventing government ini tidak muncul secara tiba-tiba melainkan
merupakan akumulasi dari berbagai pendapat yang senada, misalnya
pendapat dari Bensman dan Lilienfield yang masih dalam buku sadu
wasistono (2003:110), mengatakan bahwa batas-batas antara sektor
pemerintah dan sektor swasta makin lama menjadi makin kabur. Sektor
pemerintah dituntut untuk mengadopsi manajemen dan teknologi yang
17
digunakan disektor swasta agar mampu bersaing baik secara internal
maupun eksternal
Meskipun secara kebijakan telah ada ketentuan yang mengharuskan
pemerintah daerah secara bertahap mulai menggunakan manajemen kinerja,
akan tetapi karena kemampuan sumber daya aparatur maupun pembiayaan
masing-masing daerah bervariasi, maka kecepatan perubahan juga tidak
merata.
Hambatan umumnya datang dari birokrasi secara kultural banyak yang
belum siap untuk berubah. Dalam hal ini memang diperlukan kepemimpinan
yang visioner dari Kepala Daerah sebagai top manager yang tidak jemujemunya menawarkan perubahan. Tetapi hambatan yang terbesar adalah
apabila Kepala Daerah tidak tahu apa yang akan dikerjakan atau bahkan
tidak mau tahu dengan adanya perubahan, karena insiatrif penggunaan
manajemen kinerja memang harus datang dari Kepala Daerah khususnya
sebagai top manager dalam sebuah organisasi/lembaga yang menjalankan
pemerintahan.
Dari uraian di atas, untuk kepentingan penelitian ini, penulis
menggunakan pendekatan penilaian perilaku pekerja atau pandangannya
terhadap pekerjaannya dari uraian tugas masing-masing individu yang dilihat
dari hasil kerja dan pelaksanaan fungsi-fungsi Manajemen. Pendekatan hasil
kerja menyangkut efektifitas kerja (efectivity Work), dan efesiensi kerja
18
(efeciency Work) dalam menjelaskan pelaksanaan fungsi Manajemen dalam
peningkatan Kinerja Pegawai Negeri Sipil. Sementara pelaksanaan fungsifungsi
Manajemen
itu
sendiri
meliputi
Perencanaan
(planning),
Pengorganisasian (organizing), Penggerakan (actuating), Pemberian motivasi
(motivating), Pengawasan (controlling), dan evaluasi (evaluation).
Wujud pelaksanaan fungsi-fungsi Manajemen setidaknya diwarnai
oleh beberapa karakteristik faktor yang mempengaruhi baik buruknya
pelaksanaan fungsi Manajemen. Faktor tersebut dapat diidentifikasi sebagai
faktor
yang
mempengaruhi
pelaksanaan
fungsi
Manajemen
dalam
peningkatan kinerja Pegawai Negeri Sipil yang meliputi “Pendidikan,
Komunikasi, serta sarana dan prasarana”
Dari uraian di atas maka, dapat di gambarkan kerangka konsep
sebagai beriku;
Pelaksanaan Analisis
menajemen:
1.Perencanaan/Planing
2.Pengorganisasian/Organit
i ng
3.Pengawasan/Controling
Faktor-faktor yang berpengaruh
1.stem dan prosedur kerja
2.Sarana dan prasarana
3.Komunikasi
4.Anggaran
Kinerja Pengawai
1.Kemanpuan dalam
menjalankan tugas
2.Kreatifitas kerja
3.Pelayanan kepada
masyaraka
4.Prestasi Kerja
Efisiensi
dan
Efektifita
s
19
1.5. Metodologi Penelitian
1.5.1. Tipe dan Dasar Penelitian
 Tipe penelitian bersifat dekskriptif yaitu memberikan gambaran
tentang masalah yang diteliti.
 Dasar penelitian yang dilakukan adalah survey yaitu penelitian
yang dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis suatu
peristiwa atau proses tertentu dengan memilih data atau
menentukan ruang lingkup tertentu sebagai sampel yang
dianggap refresentatif.
1.5.2. Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian
di
Kabupaten
Jeneponto
khususnya
dalam
lingkungan Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Jeneponto yang
didasarkan pada pertimbangan bahwa Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten
Jeneponto merupakan pusat pemerintahan ditingkat kabupaten sehingga hal
ini memungkinkan semua fenomena yang terjadi di instansi ini akan
merambah kepada instansi dan departemen lain yang ada di Kabupaten
Jeneponto
20
1.5.3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian digunakan teknik pengumpulan data dengan cara
Study Lapang (field research). Study lapang ini dimaksudkan yaitu penulis
langsung melakukan penelitian pada lokasi atau objek yang telah ditentukan.
Study lapang ditempuh dengan cara sebagai berikut
1. Observasi yaitu pengamatan terhadap objek secara langsung.
2. Kuisioner
yaitu
mengumpulkan
data
dengan
cara
menggunakan daftar pertanyaan.
1.5.4. Populasi dan Sampel
a. Populasi : Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai
negeri sipil yang terdapat dalam lingkup sekretariat daerah pemerintah
Kabupaten Jeneponto
b. Sampel : Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sample yaitu mengambil sampel secara subjektif yang
dianggap representatif. Pengambilan sampel bergantung pada bagian-bagian
yang terdapat di Sekretariat Pemerintah Kabupaten Jeneponto yang
berjumlah 13 bagian. Adapun rinciannya sebagai:

Responden
 Bagian Pemerintahan
3 orang
 Bagian Pemerintahan Desa
1 orang
 Bagian Umum
2 orang
21
 Bagian Humas
2 orang
 Bagian Kesejahteraan Rakyat
2 orang
 Bagian Sosial
2 orang
 Bagian Ekonomi
2 orang
 Bagian Hukum
2 orang
 Bagian Pembangunan
2 orang
 Bagian Organisasi dan Tata Laksana
2 orang
 Bagian Keuangan
2 orang
 Bagian Perlengkapan
2 orang
 Bagian Pemberdayaan Perempuan
1 orang
Jumlah Responden
25 orang
 Informan
 Bupati Kab Jeneponto
 Sekretariat Daerah Kabupateb Jeneponto
Jumlah Informan:
2 orang
Total Responden dan Informan:
27 orang
22
1.5.5. Defenisi Operasional
1.Manajemen merupakan kekuatan utama dalam organisasi yang
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan sub sistem dan menghubungkan
mereka dengan lingkungannya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
manajemen adalah memegang peranan penting dalam mekanisme suatu
organisasi. Dengan kata lain bahwa maju mundurnya suatu organisasi sangat
tergantung pada penerapan fungsi-fungsi manajemen yang digunakan
didalam organisasi tersebut. Pelaksanaan
Fungsi Manajemen
dapat
dioperasionalkan melalui indikator-indikator sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning)
b. Pengorganisasian (organizing)
c .Pengawasan (controlling)
2. Kinerja adalah pelaksanaan tugas atau pekerjaan yang diperlihalkan
atau ditunjukkan oleh pegawai dalam rangka mencapai hasil yang lebih baik.
Kinerja dapat dioperasionalisasikan melalui indikator-indikator sebagai berikut
:
a.Kemampuan dalam melaksanakan tugas
b Pelayanan pada masyarakat
c.Komunikasi antar pegawai
d.Hubungan kerjasama
e.Kreatifitas kerja
f.Prestasi kerja
23
3.Faktor-faktor yang mempengaruhi, di definisioperasionalkan sebagai
dimensi internal dan eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan Manajemen
kinerja terhadap Pegawai Negeri Sipil, dengan indikator :
a. Sistem dan Prosedur Kerja
b. Sarana dan Prasarana
c. Komunikasi
d. Anggaran
1.5.5.Analisis Data
Analisis data untuk memperoleh gambaran tentang kondisi setiap
variabel secara tunggal yang dilakukan dengan tabel frekuensi dengan
analisis deskriptif dengan menentukan rentang skala (Babby dalam Pius,
2000). Adapun rumus yang digunakan adalah :
1. Nilai skor
=
Frekuensi x Nilai Bobot
2. Rata-rata skor
=
Nilai skor
N
3. Rata-rata persen
=
Rata-rata skorx 100
Klarifikasi Jawaban
Berdasarkan
perhitungan
hasil
analisis
tingkat
pelaksanaan
Manajemen kinerja terhadap para Pegawai Negeri Sipil (responden) dan
berbagai usaha yang dilakukan dalam pelaksanaan Manajemen kinerja dapat
24
dilihat dengan menggunakan rentang skala nilai mutu dengan sebutan
sebagai berikut :
1. Sangat baik/sangat tinggi ;

Rata-rata skor
:
3,26 – 4,00

Rata- rata persentase
:
81,50 % - 100 %
2,76 – 3,25
2. Baik/tinggi ;

Rata-rata skor
:

Rata- rata persentase
:
3. Buruk/rendah
69,00 % - 80,49 %
;

Rata-rata skor
:
2,26 – 2,75

Rata- rata persentase
:
56,50 % - 68,99 %
4. Sangat buruk/sangat rendah ;

Rata-rata skor
:

Rata- rata persentase
:
≤ 2,25
≤ 56, 49 %
Analisa ini dimaksudkan agar temuan-temuan dari pelaksanaan
Fungsi manajemen dilokasi penelitian dapat dikaji lebih mendalam dan
fenomena yang ada dapat digambarkan secara lebih terperinci.
Download