Defisit APBN-Perubahan 2008 Turun Rp 16,4 Triliun

advertisement
Defisit APBN-Perubahan 2008 Turun Rp 16,4
Triliun
Selasa, 16 September 2008 | 00:43 WIB
Jakarta, Kompas - Pemerintah memangkas target defisit APBN-Perubahan 2008 dari semula 2,1 persen
terhadap Produk Domestik Bruto atau setara dengan Rp 94,5 triliun menjadi 1,7 persen atas PDB atau
senilai Rp 78,1 triliun sehingga turun Rp 16,4 triliun.
Penurunan angka defisit ini terjadi karena realisasi belanja negara jauh lebih rendah dibandingkan
penerimaan yang telah dihimpun Departemen Keuangan.
Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu Rahmat Waluyanto mengungkapkan hal tersebut dalam konferensi
pers di Jakarta, Senin (15/9).
Rahmat Waluyanto menjelaskan hal itu setelah pertemuan antara Menteri Keuangan sekaligus
Pelaksana Jabatan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati dengan Bank Indonesia serta para
pelaku pasar dan pengamat pasar modal di Indonesia.
Hingga 15 September 2009, realisasi penerimaan negara sudah mencapai 68 persen dari target dalam
APBN-P 2008 yang ditetapkan sebesar Rp 895 triliun. Dengan demikian, jumlah dana yang terhimpun
sudah sekitar Rp 608,6 triliun.
Sementara itu, realisasi belanja negara hingga periode yang sama dilaporkan mencapai 46 persen dari
target APBN-P 2008 yang dialokasikan Rp 989,5 triliun.
Dengan demikian, dana yang sudah dikucurkan mencapai Rp 455,17 triliun. Depkeu melaporkan, masih
ada dana yang belum terpakai di rekening pemerintah yang disimpan di BI sebesar Rp 120 triliun.
Kepala Ekonom BNI Tony A Prasetiantono mengatakan, turunnya defisit APBN-P 2008 tidak berarti
ekspansi pemerintah berkurang. APBN-P 2008 masih menghadapi masalah penyerapan anggaran yang
rendah.
Oleh karena itu, Depkeu harus bekerja keras hingga akhir tahun agar dana yang menganggur di BI itu
dapat dibelanjakan sehingga bisa menjadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Rahmat menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir ini sumber utama pembiayaan defisit dari hasil
lelang obligasi negara. Atas dasar itu, Depkeu memperhitungkan target penerbitan surat berharga negara
(SBN) tahun ini berkurang Rp 15 triliun.
Dari target penerbitan SBN bruto Rp 158 triliun, pemerintah masih harus menerbitkan SBN Rp 31 triliun
lagi karena realisasi penerbitan bruto SBN hingga sekarang baru Rp 126 triliun.
Namun, karena ada pemangkasan target Rp 15 triliun, kewajiban penerbitan SBN berkurang menjadi
hanya Rp 16 triliun lagi hingga akhir tahun ini. (OIN
Download