PENERAPAN PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK

advertisement
PENERAPAN PEMBELAJARAN DISCOVERY UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA
KELAS VIII-D SMP NEGERI 1 WATES KABUPATEN BLITAR
Qoni’ah K. Wardani , Sarwono, Betty Lukiati
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Malang
email : [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
bertujuan meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas VIII-D
SMP Negeri 1 Wates Kabupaten Blitar dengan menerapkan pembelajaran
discovery. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2013
dalam 2 siklus, masing-masing terdiri atas 4 tahap, yaitu perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa motivasi dan hasil belajar IPA siswa meningkat setelah perlakuan
dengan pembelajaran discovery.
Kata kunci: Pembelajaran discovery, motivasi, hasil belajar
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang
dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi
yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Seorang anak yang termotivasi
untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun
dengan harapan memperoleh hasil yang baik, sebaliknya jika anak kurang termotivasi ia tidak tahan lama belajar dan mudah tergoda untuk melakukan hal lain, sehingga siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan memperoleh
hasil belajar yang tinggi pula (Uno, 2012).
Hasil observasi pra penelitian pada bulan April 2013 di kelas VII-D SMP
Negeri 1 Wates Kabupaten Blitar, menunjukkan bahwa siswa belum memiliki
minat yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran IPA. Indikator tersebut ditunjukkan dengan rendahnya antusias siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Siswa yang duduk di bangku belakang sering terlihat berbicara sendiri atau
mengerjakan tugas lain. Kurangnya antusiasme dalam mengikuti pembelajaran
dan keengganan dalam berpendapat menunjukkan bahwa motivasi siswa masih
rendah sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Motivasi yang
rendah juga ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang masih rendah. Hasil ulangan harian materi Ekosistem menunjukkan bahwa 57,14% siswa masih belum
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan, yaitu 75. Kegitan
observasi dilanjutkan pada bulan September 2013, yaitu mengikuti perkembangan
anak kelas VII-D yang naik ke kelas VIII-D pada materi gerak. Hasil observasi
pada bulan September tersebut juga menunjukkan bahwa motivasi belajar IPA
siswa masih rendah.
Kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa adalah
kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran sesuai Kurikulum 2013 hendaknya dilakukan dengan
pendekatan scientific, yaitu menerapkan 5M (mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, dan menyajikan) sehingga siswa menjadi lebih aktif memahami
masalah yang ada dan memunculkan rasa ingin tahu yang lebih. Salah satu pem-
1
belajaran yang sesuai dengan Kurikulum 2013 adalah pembelajaran discovery.
Pembelajaran discovery merupakan salah satu metode pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme yang menuntut siswa untuk menemukan konsepnya
sendiri. Pembelajaran discovery yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
discovery terbimbing, yaitu pembelajaran dengan menggunakan proses penemuan
yang didesain oleh guru sehingga siswa dapat menemukan atau membuktikan
kembali suatu konsep berupa definisi-definisi atau kesimpulan (Nuraeni dan
Kusdianti, 2004). Penerapan pembelajaran discovery diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
METODE
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas empat tahap, yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi akhir hasil
tindakan. Siklus pertama dilaksanakan selama empat kali pertemuan (4 x 80
menit) dan siklus kedua dilaksanakan selama tiga kali pertemuan (3 x 80 menit).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas data keterlaksanaan pembelajaran, motivasi belajar dan hasil belajar.
Data Keterlaksanaan pembelajaran guru dan siswa diperoleh dari lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran guru, lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran siswa, dan catatan lapangan. Data keterlaksanaan pembelajaran tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut, yang kemudian
tingkat keterlaksanaannya disesuaikan dengan Tabel 1.1.
Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran =
x 100%
Tabel 1.1 Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan (%)
Kategori
Sangat terlaksana
91-100
Terlaksana
71-90
Cukup terlaksana
51-70
Kurang terlaksana
31-50
Sangat kurang terlaksana
<30
(Diadaptasi dari Arikunto, 2003)
Data motivasi belajar siswa diperoleh dari lembar observasi dan angket.
Data motivasi berdasarkan lembar observasi dianalisis dengan cara sebagai berikut, yang kemudian dikategorikan dalam taraf keberhasilan yang disajikan pada
Tabel 1.2. Sedangkan data angket motivasi siswa dianalisis dengan menggunakan
skala likert.
2
Tabel 1.2 Penentuan Skor Motivasi, Kategori Keberhasilan dan Nilai Motivasi Berdasarkan
Hasil Observasi
Skor
Ketentuan
Kategori
Nilai dengan Nilai dengan
keberhasilan
huruf
angka
1
0-20% siswa menunjukkan aktivitas
Sangat
E
1
seperti yang tertulis pada deskriptor.
Kurang
2
21-40% siswa menunjukkan aktivitas
Kurang
D
2
seperti yang tertulis pada deskriptor.
3
41-60% siswa menunjukkan aktivitas
Cukup
C
3
seperti yang tertulis pada deskriptor.
4
61-80% siswa menunjukkan aktivitas
Baik
B
4
seperti yang tertulis pada deskriptor.
5
81-100% siswa menunjukkan aktivitas
Sangat Baik
A
5
seperti yang tertulis pada deskriptor.
(Sumber Arikunto, 2003 dengan modifikasi peneiti)
Hasil belajar kognitif diperoleh dari skor tes di setiap akhir siklus pembelajaran dan dianalisis dengan persentase ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan
individu dapat tercapai apabila siswa mencapai skor > 75 dan ketuntasan klasikal
dapat tercapai apabila 85% siswa di kelas tersebut mencapai nilai > 75. Persentase ketuntasan belajar klasikal kognitif dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut.
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal =
x 100%
Hasil belajar afektif dan psikomotorik diperoleh dari lembar penilaian
afektif dan psikomotorik siswa yang diukur dengan menggunakan rubrik penilaian. Hasil belajar afektif dan psikomotorik dianalisis dengan rumus sebagai berikut.
Ketercapaian hasil belajar afektif diperoleh apabila terdapat peningkatan
rerata klasikal hasil belajar afektif dari siklus I ke siklus II. Ketercapaian hasil
belajar psikomotorik individu dapat tercapai apabila siswa mencapai skor ≥ 75
dengan ketuntasan klasikal mencapai 85%, yang dihitung sebagai berikut.
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal =
x 100%
HASIL
1. Keterlaksanaan Pembelajaran Discovery
Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran guru dan siswa dengan pembelajaran discovery menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan tercapainya seluruh kegiatan dan tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Peningkatan keterlaksanaan pembelajaran
dengan metode pembelajaran discovery dapat dilihat pada Tabel 1.3.
3
Tabel 1.3 Peningkatan Keterlaksanaan Pembelajaran IPA
Keterlaksanaan
Siklus I
Siklus II
Keterlaksanaan pembelajaran oleh
88,6
92,3
guru (%)
Keterlaksanaan pembelajaran oleh
98,85
100
siswa (%)
Rerata keterlaksanaan pembelajaran
93,65
96,15
oleh guru dan siswa (%)
Peningkatan
Keterangan
3,7
Meningkat
1,15
Meningkat
2,5
Meningkat
2.
Motivasi Belajar
Hasil analisis data observasi dan angket motivasi belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa. Setelah mengikuti pembelajaran
discovery, siswa sudah lebih percaya diri dalam mengerjakan tugas individu
maupun kelompok, mengacungkan tangan untuk berpendapat, bertanya, dan
menjawab pertanyaan ketika diskusi kelompok maupun presentasi, siswa terlihat
terampil dalam melakukan pengamatan, yang ditunjukkan dari kepuasan siswa
ketika memperoleh hasil belajar yang baik. Peningkatan motivasi belajar siswa
dapat dilihat pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Peningkatan Motivasi Belajar IPA Siswa
Motivasi belajar siswa
Siklus I
Siklus II
Rerata klasikal motivasi belajar siswa
76,8
86,9
berdasarkan lembar observasi (%)
Skor klasikal motivasi belajar siswa
3,86
3,96
berdasarkan angket
Peningkatan
Keterangan
10,2
Meningkat
0.1
Meningkat
3.
Hasil Belajar IPA
Hasil analisis data menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa
baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
a. Aspek Kognitif
Hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh dari hasil tes mengalami peningkatan setelah penerapan pembelajaran discovery, ditunjukkan dengan peningkatan ketuntasan klasikal hasil belajar yang disajikan dalam Tabel 1.5.
Tabel 1.5 Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa
Sebelum
Hasil belajar siswa
Siklus I
tindakan
Persentase ketuntasan klasikal hasil
57,14
73,1
belajar kognitif (%)
Siklus II
Keterangan
85
Meningkat
b. Aspek Afektif
Hasil belajar afektif siswa diukur dengan lembar observasi, yaitu mengamati sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Setelah penerapan pembelajaran discovery, rerata hasil belajar afektif siswamengalami peningkatan, siswa yang
memperoleh nilai A meningkat menjadi 3 siswa dan yang memperoleh nilai B
menjadi 23 siswa. Hasil observasi selama penelitian menunjukkan bahwa siswa
mulai dapat bekerja sama dengan anggota kelompok, aktif mengikuti pembelajaran, serta berani mengungkapkan pendapat melalui kegiatan diskusi. Hasil belajar
afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 1.6.
4
Tabel 1.6 Peningkatan Hasil Belajar Afektif Siswa
Hasil belajar siswa
Siklus I
Siklus II
Rerata hasil belajar afektif
67,3
74,9
Predikat A
3
Predikat B
22
23
Predikat C
4
-
Perubahan
7,6
+3
+1
-4
Keterangan
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
c.
Aspek Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik diukur melalui lembar observasi meliputi keterampilan dalam merumuskan masalah, hipotesis, melakukan pengamatan, mentabulasikan data, menganalisis, mengkomunikasikan, dan menyimpulkan hasil
pengamatan. Setelah tindakan dapat diketahui bahwa siswa sudah terampil dan
dapat meningkatkan proses kerja selama kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan
dengan meningkatnya rerata klasikal hasil belajar psikomotorik siswa dan dapat
dilihat pada Tabel 1.7.
Tabel 1.7 Peningkatan Hasil Belajar Psikomotorik Siswa
Hasil belajar siswa
Siklus I
Siklus II
Persentase ketuntasan klasikal hasil
77
85
belajar psikomotorik (%)
Peningkatan
Keterangan
8
Meningkat
PEMBAHASAN
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa pembelajaran discovery yang diterapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa karena siswa terlibat
aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Siswa selama proses
pembelajaran discovery, diminta belajar dan bekerja secara ilmiah, yaitu siswa diminta untuk merumuskan masalah, melakukan pengamatan, menganalisis bahan
diskusi dan mendiskusikan bahan diskusi dan mengkomunikasikan hasil diskusi/
pengamatan. Keterlibatan siswa selama kegiatan pembelajaran menjadikan siswa
lebih aktif dan termotivasi untuk belajar lebih baik. Pembelajaran selama siklus I
belum dapat berjalan baik karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang
diterapkan da pada siklus II mengalami peningkatan karena siswa telah terbiasa
dengan pembelajaran discovery.
Pembelajaran discovery merupakan suatu metode yang menekankan pada
proses penemuan dan melibatkan proses mental siswa yang menjadikan siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran (Roestiyah, 2008). Pembelajaran discovery membantu siswa untuk mempelajari lingkungan dan membuat siswa terlibat
langsung serta dapat meningkatkan minat mereka karena secara alami siswa akan
meningkatkan rasa ingin tahu tentang apa yang dipelajari (Rezak, 2006). Pembelajaran discovery merupakan pembelajaran yang lebih meningkatkan pada pengalaman langsung siswa sehingga membuat siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dimyanti dan Moedjiono (2002) juga menyatakan bahwa pembelajaran
discovery menjadikan siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga dapat menemukan konsep pembelajaran sendiri.
Proses pembelajaran yang digunakan selama penelitian dengan pembelajaran discovery menjadikan siswa harus aktif mencari, mengeksplorasi, memecahkan masalah, menggabungkan, dan menggeneralisasikan pengetahuan yang
telah dimiliki untuk menemukan penyelesaian masalah yang disajikan sehingga
konsep kognitif yang diterima siswa akan lebih mudah diingat serta memberi
kebebasan untuk membangun kreatifitas siswa sehingga kemampuan dan kete5
rampilan belajar siswa akan meningkat pula. Bruner (1960 dalam Hassard 1992)
juga menyatakan bahwa proses pembelajaran discovery memungkinkan siswa
untuk dapat membangun pemahamannya melalui instruksi yang telah disusun oleh
guru.
Pembelajaran discovery menyediakan siswa untuk melakukan pengamatan
dan memperoleh pembelajaran yang berharga. Hal tersebut sesuai dengan Svinicki
(1998) yang menyatakan bahwa kegiatan pengamatan menjadikan siswa termotivasi dan belajar sendiri yang mempermudah dalam proses belajar dan menggali
informasi. Kegiatan pengamatan dalam pembelajaran discovery menjadikan siswa
lebih antusias belajar sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu serta menjadikan siswa memiliki sikap positif. Keterlibatan siswa selama pembelajaran discovery memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati kejadian dengan lebih mendalam dan dengan cara berbeda-beda sehingga menghasilkan pembelajaran yang bermakna dan menghasilkan informasi yang lebih berharga (Wilke,
2001).
Aktivitas dalam pembelajaran discovery memberikan kesempatan siswa
untuk membaca, menulis, mengaplikasikan, mendengarkan, mendiskusikan, berbagi ide, menyelesaikan permasalahan dan merefleksikan hasil pembelajaran menjadikan siswa menerapkan pengetahuannya sehingga meningkatkan minat siswa
dalam belajar. Aktivitas discovery yang meletakkan permasalahan dalam konteks
belajar siswa dapat memberikan informasi bermakna bagi siswa sehinggga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa (Svinicki, 1998).
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa.
1. Pembelajaran discovery selama penelitian menjadikan siswa aktif dan terlibat
langsung dalam proses pembelajaran serta melatih siswa bekerja secara ilmiah untuk mempermudah pencapaian proses kognitif siswa.
2. Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan motivasi belajar IPA
siswa kelas VIII-D SMP Negeri I Wates. Hasil analisis motivasi belajar siswa
meningkat dari 76,8% menjadi 86,9% dan angket motivasi siswa meningkat
dari skor 3,86 menjadi 3,96 dengan kategori baik.
3. Penerapan pembelajaran discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa Kelas VIII-D SMP Negeri 1 Wates Kabupaten Blitar. Peningkatan
tersebut ditunjukkan dengan peningkatan ketuntasan klasikal hasil belajar
kognitif dari 73,1% menjadi 85%, rerata hasil belajar afektif meningkat dari
67,3 menjadi 74,9, dan ketuntasan klasikal hasil belajar psikomotorik
meningkat dari 77% menjadi 85%.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai
berikut.
1. Penerapan metode pembelajaran discovery diperlukan perencanaan yang matang dan kondisi siswa siap untuk belajar sehingga waktu belajar lebih efektif,
serta adanya perubahan kebiasaan cara belajar siswa untuk belajar mandiri.
2. Kegiatan diskusi kelompok dan presentasi perlu dioptimalkan lagi untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan siswa dalam mengungkapkan
pendapat, bertanya, maupun menjawab pertanyaan.
6
3.
Kegiatan refleksi perlu ditingkatkan dan dibiasakan untuk mengevaluasi
kekurangan dan kelebihan selama kegiatan pembelajaran.
RUJUKAN
Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen
Pendidikan Tinggi Depdikbud.
Hassard, Jack. 1992. Minds on Science. Middle and Secondary School methods.
New York: Harpen Collins Publisher. Inc.
Nuraeni, E. dan Kusdianti. 2004. Implementasi Model Pembelajaran Induktif
untuk Mengajarkan Konsep Keanekaragaman Tumbuhan di SLTP.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan
IPA, Juli 2004.
Rezak, C.J. 2006. Improving Corporate Training Results with Discovery Learning
Methodology. Paradigm Learning : The Power of Discovery. Pdf, (Online)
http://www.ParadigmLearning.com, diakses tanggal 30 Mei 2014.
Roestiyah, N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Svinicki, M.D. 1998. A Theorical Foundation For Discovery Learning. Advances
in Physiology Education. Vol. 20. No. 1
Uno, Hamzah, B. 2012. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wilke, R.R dan Staits, W.J. 2001. The Effects of Discovery Learning in a LowerDivision Biology Course. Advances in Physiology Education. Vol. 25. No.
2.
7
Download