Realitas Virtual Realitas Sosiologi

advertisement
REAUTAS VIRTUAL REAUTAS SOSIOLOGI
Argyo Demartoto1
Abstract
The rapidly communication technology development within the society correlates with the
presence of change in a variety of life aspects inducting the computer-based interaction process
having certain consequence. Internet technology serves as the soda! network media in cyberspace or
virtual reality. Virtual reafity apparentty transforms the sociology subject matter from the real society
into virtual society. The sociological studies shift from the conventional analysis units such as
individual, household, community, and group to 'mobile hybrid* side of virtual reality unit For example,
the one studying diaspora of minority ethnic through the study in their website, understanding the
cultural transformation of internet mania community through their representation in cyberspace (virtual
reality).
Kata kund: realitas virtual, fransformasi, realitas sosfologi
1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi mutakhir memberi harapan bam terhadap
timbulnya berbagai perubahan mendasar pada berbagai bidang kehidupan dan
relasi sosial. (Piliang, 2001: 7). Menurut Anthony Giddens hal ini bisa
dimungkinkan terjadi dikarenakan dalam masyarakat teknologi terdapat cara
terpentjng menggabungkan produksi dan struktur reproduksi serta aksi dalam
proses interaksi mdalui tdoioiogi komunikasi. (Bungin, 2005: 252)
Teknologi komunikasi adalah teknologi bersifat ekuivokal, karena dapat
diinterpretasikan melalui beberapa cara. Teknologi ini menggambarkan
masalah-masalah yang bdak umum karena prosesnya sulit dipahami dan sulit
diinterpretasikan (cembali dalam proses implementasr dan akomodasi pada
komunikasi yang bersifat interpersonal tersebut. Perkembangan teknologi
komunikasi semakin lama semakin berevohrsi melalui proses-proses dalam
sistem sosial yang juga diyakini akan mempengaruhi kehidupan relasi sosial.
Teknologi komunikasi saat ini menghubungkan kesatuan WEB dalam
proses interaksi yakni melalui internet yang mempakan penggabungan
teknologi telekomunikasi dan komputer arbnya ada proses interaksi
berbasis komputer yang mentiliki konsekuensi tertentu.
Menurut Wreck teknologi komunikasi adalah "penyebab dan akibat
struktur". Dari sinilah peranan ganda teknologi akan terjadi, karena strukturisasi
teknologi berkelanjutan membentuk benda yang berarti melalui naskah,
interaksi dan tradisi, dan itu sendiri dibentuk oieh ard itu sendiri. Sehingga
1
Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Kandidat Doktor Sosiologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
309
dalam kaitannya dengan teknologi internet sebagai medium interaksi hal ini
bisa diartikan terjadi hubungan bmbal balik antara struktur dan aksi yang
terikat pada naskah yang membawa aturan dan sumber struktur interaksi.
(Bungin, 2005 : 252). Jadi teknologi internet bisa membentuk sebuah reahtas
virtual dikarenakan media ini bersifat artifisial. Realitas virtual bukanlah
sebentuk representasi realitas dalam pengertian-pengertian yang biasa. Realitas
virtual sebaliknya adalah sebentuk simulasi realitas seperti yang dikatakan oleh
Jean Baudrillard dalam Simulations bahwa simulasi realitas adalah pendptaan
model-model kenyataan yang tanpa asal usul atau realitas hyperreai
(Slouka,1999: 16).
Wacana realitas virtual marak dibicarakan dan memiliki implikasi terhadap
sosiologi. Tulisan ini mencoba mengungkapnya.
2. KARAKTERISTIK JARINGAN INTERNET
Pada dasamya internet merupakan jaringan komputer yang sangat besar
yang terbentuk dari jaringan-jaringan kecil yang ada di seluruh dunia yang
saling terhubung satu sama lain. Jaringan internet sukses dikembangkan
dan diuji coba pertama kali pada tahun 1969 oleh U.S Departement
of Defense dalam proyek ARPNet {Advanced Research Projects Network). Sejak
itu perkembangan internet berlangsung sangat pesat. Salah satu faktor yang
berkontribusi pada menjamumya pemakaian internet di seluruh belahan dunia
adalah perkembangan World Wide Web {WWW) yang dirancang oleh Tim
Bemers Lee dan staf ahli dari laboratorium CERN {Conseii Europeen pour ia
Recherche Nudeaird) di Jenewa (Swiss) pada tahun 1991.
Pada mulanya, jaringan internet dikembangkan sebagai saluran khusus
untuk aktivitas riset dan keperfuan para akademisi. Namun dalam
perkembangannya, internet dieksploitasi untuk berbagai keperluan lainnya,
termasuk untuk keperluan bisnis. Internet itu sendiri sebenamya adalah
singkatan dari Interconnection Networking. Secara sederhana, internet bisa
diartikan sebagai na gtobai netmxk of computer networks" {Faharjo, 2002: 60)
Hampir setiap orang telah mendengar internet dan sebagian besar orang
tahu bahwa www dan dotcom berhubungan dengan halaman web. Namun
internet lebih dari sekedar alamat halaman web. Dengan internet, orang bisa
membaca laporan berita terbaru, memesan tiket penerbangan, mendengarkan
musik, mengirim dan menerima pesan elektronik, mendapatkan laporan cuaca,
berbelanja, melakukan riset, dan banyak lagi. Internet juga menjadi sarana
yang baik bagi masyarakat dalam pekeijaan, di rumah maupun di tempattempat pelayanan publik lainnya.
Daya tarik yang dimiliki oleh internet yang membuatnya sangat populer
sebagai media komunikasi, hiburan dan bisnis adalah aspek-aspek yang
berkaitan dengan keunggulan internet, diantaranya dalam hal kenyamanan
310
(bisa diakses kapanpun oleh siapapun dan dimanapun), konektivitas dan
jangkauan global, efisiensi interaktivitas, fleksibilitas, alternatif ruang maupun
pilihan yang relatif tak terbatas, personalisasi sumber informasi potensial (asal
tahu bagaimana dan dimana mendapatkannya) dan Iain-Iain. Namun, mungkin
faktor yang paling berkontribusi pada maraknya penggunaan internet secara
global, termasuk Indonesia adalah 4C (Chatting/Communication, Career,
Cyberporn dan Commerce) (Tjiptono, 2000 : 19).
Kapabilitas utama internet antara lain: e-mail berfungsi untuk mengirim
pesan (surat elektronik) antar pribadi; usenet newsgroup sebagai kelompok
diskusi di electronic bulletin boards, Hstserv merupakan kelompok diskusi yang
menggunakan e-mail mailing list servers; chatting yakni percakapan interaktif
melalui internet dan telnet untuk masuk ke sistem komputer tertentu dan
bekerja pada sistem komputer yang lain. Selain itu ada pula FTP {File Transfer
Protocol) yang berfungsi untuk mentransfer file dari satu komputer ke
komputer lain; gophers untuk menempatkan informasi yang disimpan pada
internet servers dengan menggunakan hirarki menu serta www (world wide
web) untuk mengambil, memformat dan menampilkan informasi (termasuk
teks, audio, grafik dan video) dengan menggunakan hypertext links.
Internet mampu mengatasi hambatan jarak, waktu dan ruang. Internet
memiliki karakteristik interactivity. Dalam dimensi interaktivitas ada beberapa
karakteristik yang dimiliki oleh teknologi informasi ini, antara lain:
bidirectionaiity, quick response, bandwidth, user control, amount of user
activity, ratio of user to medium activity, feedback transparancy social
presence, dan artificial intelligence. (Jaffe, 1995: 3). Jadi peranan internet
sebagai media baru dengan keunggulan interaktif dan membangun hubungan
secara personal, kelompok maupun massa.
Mailing list misalnya merupakan sebuah fasilitas dalam internet untuk
meiakukan komunikasi. Pada dasarnya mailing iist merupakan kumpulan dari
electronic mail atau yang lebih dikenal dengan e-mail Mailing list sebagai
wadah e-rnaii dalam internet, memberikan kemudahan bagi pengguna internet
untuk berinteraksi secara personal maupun kelompok sehingga pada akhirnya
e-rnaii merupakan sebuah sarana yang dapat mengukuhkan keberadaan
komunitas virtual {virtualcommunity) dalam internet.
Pavlik memberikan gambaran peranan e-rnaii yang mampu menyatukan
komunitas-komunitas tertentu dalam sebuah jaringan virtual. Pada dasarnya
mereka membangun isu-isu tertentu dalam sebuah jaringan virtual, membagi
dan menuangkan perasaan mereka mengenai isu yang tengah diperbincangkan.
(Pavlik, 2003: 312)
Internet memiliki makna artifisiai intelligence dan bersifat cair. Artinya
teknologi internet merupakan teknologi yang bertumpu pada realitas virtual
yang bersifat hybrid dan bekerja pada level representasi atau pencitraan.
Sementara itu, setiap orang yang tergabung didalamnya bisa keluar masuk
311
didalamnya. Pengguna bisa mengakses internet, mengirim dan menerima pesan
kapan pun sesuai keinginan mereka. Jadi teknologi internet membiarkan
seseorang untuk berhubungan satu dengan yang lain bertukar kualitas personal
mereka. Hubungan pertemanan dan relasi yang bersifat romantis dapat terjalin
meski ekstrim sekalipun dimana secara tradisional hal ini sulit dilakukan.
Akan tetapi menurut Lewis juga terdapat kekurangan menjalin relasi
dalam internet. Menurutnya hal ini disebabkan seseorang tidak dapat melihat
orang yang sedang diajak bercakap, terkecuali jika mereka bertukar foto atau
pernah bertemu secara langsung. Dan terkadang foto pun tidak menjamin
bahwa foto yang ditampilkan memang nyata foto yang bersangkutan. Sehingga
untuk memperoleh kebenaran konfirmasi sangat sulit dilakukan (De Vito, 2003 :
183).
Dalam dunia maya (online) orang juga bisa membuat kesalahan dengan
sedikit resiko, seperti pertukaran identitas yang sulit untuk dilacak. Yang
lainnya adalah interaksi melalui komputer membuat seseorang bisa berubah
menjadi " unforgiving' dari segala kekurangan yang bisa diperlihatkan oleh
orang dalam kehidupan nyata karena dalam online seseorang akan diberi
pilihan lebih banyak. Saat seseorang merasa tidak cocok bercakap dengan
orang didepannya maka ia akan beralih ke orang lain (De Vito, 2003 : 184).
Hasilnya seseorang hanya akan menghabiskan waktu di depan komputer untuk
mencari sesuatu yang sempurna yang mungkin tidak akan pernah ada. Tidak
seperti kehidupan nyata ketika seseorang berhubungan dengan orang lain dan
mendapati mereka memiliki kekurangan maka mereka akan memberi
pemakluman alih-alih menyerah pada hubungan itu atau mencari orang lain
yang lebih sempurna.
3. KOMUNITAS VIRTUAL DALAM DUNIA MAYA
Konsep komunitas dan masyarakat saling tumpang tindih. Istilah
masyarakat adalah isb'lah yang umum bagi satu kesatuan hidup manusia,
karena itu bersifat lebih luas dari pada istilah komunitas. Koentjaraningrat
mengungkapkan arti komunitas merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang
menempati suatu wilayah yang nyata dan yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat, serta yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas.
(Koentjaraningrat, 1965: 65)
Komunitas memiliki makna yang lebih khusus karena ciri tambahan
ikatan lokasi dan kesadaran wilayah. Sedangkan menurut Fernback definisi
tentang komunitas juga memiliki definisi yang bersifat fungsional dan simbolik.
Kita sering mengelompokkan diri kita ke dalam bagian wilayah secara fisik yang
disebut dengan komunitas urban, pedesaan, suburban, dan juga kita sering
mengelompokkan diri kita secara simbolik berdasarkan gaya hidup identitas
atau karakter yang pada perkembangan berikutnya kita sebut juga dengan
312
komunitas. Sehingga berdasaiican fiingsi dan gaya hldup itu kita bisa
menemukan komunitas agama, komunitas hobi, komunitas fiiosof atau bahkan
komunitas virtual. (Jones, 1999: 203).
Gaya hidup modem yang serba prakbs temyata membawa dampak
terhadap periiaku masyarakatnya. Kehadiran perangkat teknologi yang serba
canggih mampu mengambil alih peran sosial manusia sebagai bagian dari
masyarakat Terbentuknya komunitas-komunitas online da lam masyarakat
perkotaan merupakan contoh dari fenomena pergeseran makna sosial dalam
kehidupan masyarakat modem. Komunitas Qfier, mungkin itulah
penggambaran yang retetif pas untuk komunitas int. Meialui media internet
interaksi sosial dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dengan siapa saga tanpa
harus bertatap muka secara langsung. Komunitas ini sudah jamak bagi
masyarakat perkotaan.
Jika dicermati, komunitas-komunitas ini terbentuk berdasarkan
kesamaan minat para anggotanya. Mulai dari yang paling serius, seperti
komunitas ilmiah atau komunitas budaya sampai dengan yang paling ringan
seperti hobi. Sebut saja komunitas Bis Mania yang mengakomodasi para
pednta dan pengguna salah satu moda transportasi da rat ini. Menjamumya
komunitas-komunitas online ini mencerminkan bahwa masyarakat modem
cenderung hidup terkotak-kotak dalam minat dan perhatian masing-masing.
Boteh jadi, ini adalah gaya hidup baru masyarakat modem.
Jadi esensi komunitas menurut Williams tidak hanya terietak pada
pondasi yang dkJasarkan pada lokasinya saja tetapi juga terietak pada "kualitas
dalam memperiahankan kesepakatan bersama dalam kepentingan komunitas
itu sendiri, kebutuhan akan komunitas itu sendiri rasa identitas bersama dan
kesamaan karakter yang dimiliki". Lebih lanjut Williams menunjukkan definisi
yang lebih merujuk pada "proses" terbentuknya komunitas tersebut. Pengertian
WiHiams tentang komunitas betiasarkan proses ini tidak ditunjukkan meialui
entitas tetapi komunitas yang terbentuk lebih menunjukkan karakter elastis
sebagai mana perkembangan dan kesepakatan akan berbagai elemen yang
menghasilkan makna simbol-simbol baru secara leksikal dan kebertahanannya
dalam menghadapi tantangan-tantangan dari luar (Jones, 1999: 204)
Dalam dunia maya kita juga dihadapkan pada kesulitan dalam
memberikan definisi tentang cyber community atau virtual community. Tetapi
Femback memberikan tiga konsep definisi tentang cyber community yakni:
1. Community as Place, hal ini dkJasarkan pada pengertian bahwa cyberspace
merupakan sebuah tempat di mana komunitas dibangun dan bertahan, di
mana hubungan sosial ekonomi baru dibentuk dan di mana horison baru
tea tercapai. Ide ini secara mendalam merupakan cerminan dari adanya
313
unsur kejiwaan dan tradisi yang bisa kita dapatkan ketika mengidentifikasi
komunitas berdasarkan tempat.
2. Community as Symbol, seperti halnya komunitas pada umumnya komunitas
cyber juga memiliki simbol-simbol tertentu dimana simbol-simbol yang ada
dapat diinterpretasikan. Cakupan simbol disini menekankan pada "substansi
yang dibentuk". Komunitas berusaha untuk merekonstruksi simbol-simbol
sebagai hasil dari kumpulan kode-kode yang bersifat normatif dan nilai-nilai
yang dihasikan bersama oleh anggota komunitas sebagai bentuk identitas
mereka. Penekanannya disini lebih pada "makna" daripada "struktur".
3. Community as kfrftva/artinya komunitas ini secara maya dalam ruang cyber
dengan meninggalkan identitas fisik penggunanya.
Cyber community
memiliki sistem nilai bersama, norma-norma, aturan-aturan dan identitas
bersama yang ditunjukkan dari komitmen atau kepenbngan diantara
komunitas lainnya.
(Jones, 1999:207-213)
4.
KODE ETIK TIDAK TERTULIS DALAM KOMUNITAS VIRTUAL
Interaksi dalam jaringan internet khususnya mailing list terlihat dalam
bentuk pesan-pesan yang ditulis antara pengguna internet satu dengan
pengguna internet lainnya. Dalam internet, meskipun ia adalah dunia tanpa
batas yang memungkinkan setSap orang bisa mendapatkan informasi yang
diinginkan, namun tidak berarti dalam dunia maya tersebut tidak ada kode
etik. Dalam komunitas virtual terdapat kode etik tidak tertulis (netiquette)
sebagai sarana untuk
mengatur agar tidak terjadi masalah. Netiquette
memiliki fungsi yang sama dengan etiket yang ada di dalam lingkungan sosial
manusia yaitu merupakan tata krama atau sopan santun yang harus
diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik. (Shea, 2004:1).
Ada tiga prisip yang menjadi cakupan netiquette:
1. Sumber informasi yang digunakan bersama. Meski merupakan sumber
informasi yang tak terbatas, sebenamya sumber-sumber tersebut dimiliki
oleh orang lain. Karena itulah disini berlaku conserve bandwith saat
melakukan aktivitas dengan internet, yang artinya jangan mengirim pesan
yang terlalu panjang jika pesan pendek sudah cukup. Menggunakan
314
program atau file yang sudah dikompres dan menggunakan sumber
informasi terdekat adalah hal yang dianjurkan dalam prinsip ini.
2. Perlindungan informasi, ini terkait dengan etos kerja di mana anda
diharapkan untuk tidak menggunakan sumber informasi pada jam sibuk
(memperlamban sistem ketika pemilik sumber informasi memerlukan). Atau
jangan terlalu berlebihan saat menggunakan sumber informasi.
3. Perilaku umum. Prinsip yang terakhir ini berkaitan dengan sikap hormat dan
sopan sebagai pengguna internet kepada orang lain. Hal ini bisa diterapkan
misalnya dengan:
a. Mengirim surat pribadi dengan tidak lupa mencantumkan identitas
pengirim secara lengkap dan tidak lupa untuk menulis subyek surat
elektronik (e-mail) yang cukup menggambarkan isi surat keseluruhan.
b. Tidak mengirim pesan yang sama ke banyak newsgroup atau mailing list
(kelompok diskusi) karena hal ini merupakan pemborosan karena tidak
semua orang membutuhkan informasi yang dikirimkan.
c. Meneruskan surat berantai ke alamat e-mail lain. Kalau anda mengirim
pesan yang tidak bermanfaat dan tidak dikenal sebaiknya langsung
menghapus e-/na/7tersebut. Bukan malah meneruskannya ke alamat lain
(Kompas, 17 Oktober 2005 : 45).
Lebih jelas lagi Shea (2004 : 1-10) dalam artikelnya yang berjudul The
Core Rule of Netiquette memberikan sepuluh peraturan ketika berinteraksi
dalam cyberspace:
Rule 1: Remember The Human
Saat kita berinteraksi di cyberspace kita harus bisa membayangkan
bahwa "sesuatu" yang kita ajak berkomunikasi di ujung sana adalah seorang
manusia sama seperti kita. Seperti apa yang pernah diajarkan oleh orang tua
atau guru kita yang sering mengatakan : jika dirimu tidak ingin disakiti oleh
orang lain maka jangan sakiti mereka/meski kemungkinan kecil kita bisa
melihat ekspresi wajah, tubuh maupun suara. Kemungkinan terjadinya
kesalahpahaman diantara para partisipan sering terjadi, terutama bila kita
berinteraksi dengan pengguna internet lain yang tak pernah kita temui dan
berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Sehingga kita harus selalu
ingat bahwa orang yang kita ajak berinteraksi juga manusia yang memiliki
perasaan sama seperti kita.
315
Rule 2 : Adhere To The Same Standards of Behaviour Online That You Follow
In Real Life
Cyberspace merupakan tempat yang memungkinkan orang untuk
berbuat apa saja, karena kemungkinannya sangat kecil untuk memberikan
sanksi-sanksi tertentu jika terjadi pelanggaran seperti memasuki area privacy
orang lain atau juga menyakiti perasaan mereka, sehingga memungkinkan
pengguna untuk melakukan apa saja yang dikehendaki. Sehingga asumsi
ethics dalam dunia cyber lebih rendah dibandingkan dengan real life. Tetapi
Shea menyanggah hal ini:
The confusion may be understandable, but these people are mistaken.
Standards of behavior may be different in some areas of cyberspace, but
they are not lower than in real life.
Rule 3: Know Where You Are In Cyberspace
Ada baiknya kita mengetahui di mana ruang yang sedang kita pakai
untuk berdiskusi. Misalnya ketika kita sedang mengikuti talk show untuk acara
gosip tertentu mungkin di televisi akan sangat cocok jlka kita melakukannya.
Tetapi hal ini tidak akan pernah mendapat tanggapan jika kita sedang aktif
dalam mailing list para jurnalis misalnya. Sehingga ada baiknya kita selalu
memperhatikan identitas karakter dari ruang diskusi yang sedang kita ikuti.
Karena satu topik tertentu yang banyak mendapat tanggapan luar biasa di satu
tempat belum tentu terjadi hal yang sama di tempat yang lain.
Rule 4: Respect Other's People Time and Bandwidth
Ada kalanya pengguna menggunakan dial up ketika mereka sedang
berinteraksi dalam sebuah ruang tertentu. Sehingga waktu merupakan sesuatu
yang memiliki korelasi yang positif dengan bills yang harus ia tanggung.
Sehingga sebaiknya pesan yang dikirimkan tidak bertele-tele agar tidak
membuang waktu untuk orang lain bisa membaca pesan kita atau
menghabiskan memori.
Rule 5: Make Yourself Look Good Online
Kualitas kita dinilai bukan dari bentuk rambut, merek baju yang kita
pakai, atau cantik tidaknya kita. Kualitas kita dilihat dari bagaimana kita
menulis. Kesan baik terbentuk dari bahasa tulisan kita : ejaan dan struktur
kaiimat yang dipakai oleh pengguna. Sehingga sebaiknya memakai kalimatkalimat yang tidak menyakiti hati.
Rule 6: Share Expert Knowledge
Salah satu tuntutan diciptakannya cyberspace karena saintist meminta
adanya kebebasan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Sehingga
ketika di internet sebaiknya kita menggunakan kesempatan berdiskusi ataupun
berinteraksi untuk berbagi pengetahuan yang bermanfaat.
316
Rule 7: Help Keep Flame Wars Under Control
Menjaga kondisi interaksi tetap berada di bawah kontrol. Menghindari
terjadinya "flamincf (misalnya kondisi di mana partisipan bersikukuh saling
mempertahankan opini yang akhirnya memungkinkan partisipan lain
mengeluarkan kata-kata yang kurang menyenangkan).
Rule 8: Respect Other's People Privacy
Memahami dan menghargai privacylain.
Rule 9: Don't Abuse Your Power
Meski beberapa partisipan memiliki keahlian yang lebih atau informasi
yang labih banyak darf pengguna yang lain bukan berarti mereka bisa
memanfaatkan hal ini untuk kepentingan diri sendiri sehingga mereka bisa
mendominasi pembicaraan. Kekuasaan yang dimiliki harus ditempatkan pada
proporsi yang tepat.
Rule 10: Be Forgiving Of Other's People Mistakes
Terkadang seseorang melakukan kesalahan saat mereka berada dalam
cyberspace. Entah menggunakan ejaan yang salah, mengajukan pertanyaanpertanyaan bodoh, atau bahkan memberikan jawaban-jawaban yang terlalu
bertele-tele. Jika terjadi hal demikian maka sebaiknya mengingatkan mereka
dengan sopan.
5. TRANSFORMASI POKOK BAHASAN SOSIOLOGI
Era giobalisasi memperiihatkan secara jelas berkembangnya "dunia
tanpa batas" (borderless world,). Perkembangan teknologi internet, realitas
virtual dan cyber space telah membawa perubahan besar dan mendasar pada
tatanan sosial dan budaya dalam skala global. Perkembangan dunia baru
tersebut telah mengubah pengertian kita tentang masyarakat, komunitas,
komunikasi, interaksi sosial serta budaya. Realitas virtual yang terdapat dalam
cyberspace telah menawarkan sebuah tandingan baru bagi realitas sosial
budaya yang ada sebelumnya. Realitas virtual dalam cyberspace telah
mengaburkan definisi konsep tentang realitas sosial budaya secara fisik.
Cyberspace sebagai sebuah bentuk jaringan komunikasi dan interaksi global
telah menawarkan bentuk komunitas tersendiri yaitu komunitas virtual (virtual
community) (Slouka, 1999 : 19).
Realitas virtual seperti disitir diatas tampaknya mentransformasikan
pokok bahasan sosiologi dari masyarakat nyata (real society) ke masyarakat
maya {cyber society) atau komunitas virtual {virtual community). Dalam
konteks ini sosiologi dapat mengalihkan perhatiannya pada studi mengenai
mobilitas fisik, imajinatif, virtual dan sebagainya. Dalam kaitan ini argumen
berpijak pada pemikiran bahwa perhatian terhadap manusia yang "mobild'
317
secara metaporis dan literalis dapat ditransfer pada mobilitas entitas lain
seperti: ide, imaji, uang, teknologi, sampah dan sebagainya. Terdapat implikasi
distruptif dari "mobile hybrid' di atas terhadap "flte nature of reproducing
society' dan sekaligus sosiologi yang secara historis berdasar pada "social
reairrf sebagai premis dasamya. (Demartoto, 2007: 128)
6. KAJIAN SOSIOLOGI TERHADAP KOMUNITAS VIRTUAL
Cyber space memungkinkan adanya tempat dtmana setiap orang yang
masuk bisa berbincang-bincang didalamnya yang dikenal sebagai masyarakat
maya {cyber society) atau komunitas virtual (virtual community) dimana setiap
orang diseluruh dunia dapat menjadi anggotanya asalkan menghubungkan
komputer pribadinya (atau komputer kantomya) melalui telepon dan modem ke
jaringan komputer global. Komunitas virtual dengan segala problematikanya
merupakan realitas virtual yang ditimbulkan oleh revolusi media internet yang
tengah menjamur dalam kehidupan masyarakat. Realita inipun menarik untuk
dikaji secara sosologi.
Komunitas virtual berada pada sebuah tataran dunia virtual, semuanya
serba maya. Dalam dunia virtual, pengguna atau netizen tidak dapat melihat
tAraiah
at A/anI hinaranwa
Pkortnan
Uat-a (U
lain
• vwijwill IIWIVVWII
dl • ] CS rnannnn
I■
I monrlonnarVan
III I IVi^l
IXUI I cuaram/a
W<l I ] ■ I^N^I
(V^Wil I IXUVVt
tl I f
dunia virtual tidak hadir secara fisik, melainkan hadir menggunakan kata-kata
dalam layar komputer. Komunitas virtual melakukan komunikasi secara
elektronik, cenderung menggunakan written words.
Berikut ini beberapa conton kajian sosiologi terhadap komunitas virtual.
1. Konstruksi sosial dan konsepsi identitas diri dalam komunitas
virtual.
Dslsm internet setiep crenQ memiliki kesempeten untuk meiekuken
konstruksi diri. Melalui mailing list seseorang dapat membangun identitas
baru, teriepas dari apakah hal tersebut sesuai atau melanggar aturan yang
telah ditetapkan oleh moderator dalam mailing .fef tertentu. Dunia simulasi
identitas dapat mencair dan menjadi multi identitas. Internet adalah contoh
yang paling eksplisrt tentang multi identitas. Cyber space, memungkinkan
pemakainya untuk menQ^unakan identitas yanQ diinQininya. SesecranQ bisa
dengan mudah mengasumsikan dirinya sebagai lakMaki atau perempuan.
Jenis identitas seperti ini membuat orang merasa lebih memahami aspektorcomhjjnyj dari did mereka denpan merayakan kebebasannya
dalam dunia anonimitas. Jadi internet telah menjadi laboratorium sosial.
Dalam internet lebih nyaman dan lebih terbuka dalam berinteraksi
318
dibandingkan jika menggunakan identitas sebenarnya. Menjadi seseorang
yang berlawanan jenis kelamin dengan identitas yang sebenarnya juga
merupakan hal yang lazim dilakukan dalam cyber society.
Fenomena yang terjadi dalam realitas virtual adalah diri (self)
bercerai dengan yang nyata (real self). Sehingga diri yang telah bercerai ini
akan membentuk diri kembali (self create/self fashion). Bahkan menurut
Piliang diri juga akan membiak atau berlipat ganda (multiple-self) tanpa
akhir, di dalam sebuah arena yang bebas identitas (identity game). (Piliang,
2002:12),
Konstruksi identitas ini mengacu pada apa yang dikatakan oleh Peter
L Berger dan Thomas Luckmann bahwa : identitas, dengan sendirinya,
merupakan satu unsur kunci dari kenyataan subjektif dan sebagaimana
sebuah
kenyataan
masyarakat.
subjektif,
Identitas
berhubungan
dibentuk
oleh
secara
dialektis
proses-proses
sosial.
dengan
Begitu
memperoleh wujudnya, ia dipelihara, dimodifikasi atau malahan dibentuk
ulang oleh hubungan-hubungan sosial. Proses-proses sosial yang terlibat
dalam membentuk dan mempertahankan identitas ditentukan oleh struktur
sosial. Sebaliknya, identitas-identitas yang dihasilkan oleh interaksi antara
organisme, kesadaran individu, dan struktur sosial bereaksi terhadap
struktur sosial yang sudah diberikan, memeliharanya, memodifikasinya,
atau malahan membentuknya kembali. (Berger dan Luckmann, 1990 : 248)
Komunitas virtual (virtual community) dalam internet dapat dengan
mudah melakukan konstruksi diri ketika berada di dunia virtual. Ketika
memasuki sebuah mailing list tertentu, pengguna dapat dengan bebas
menentukan identitas yang akan digunakan, menggunakan identitas asli
atau membentuk identitas baru.
Identitas seseorang seringkali merujuk pada kelompok tertentu
dalam masyarakat, yang mempunyai karakteristik sama, sebagai faktor
yang
membedakannya
dengan
kelompok
lain.
Seseorang
biasanya
mempunyai identitas kolektif, misalnya : orang Jawa, orang Sunda, orang
Bugis, orang Batak dan sebagainya sebutan yang menunjukkan identitas
budaya atau orang Islam, orang Kristen yang menunjukkan identitas agama
319
dan seterusnya. Identitas dengan demikian juga menunjukkan bagaimana
kita memandang diri sendiri dan bagaimana orang lain memandang kita.
George Herbert Mead menggunakan ide ini untuk menunjukkan
bagaimana individu dihubungkan dengan lingkungan sosialnya dalam
perkembangan seorang anak. Mead
menganggap bahwa konsepsi diri
adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang
lain. "Diri" didefinisikan sebagai sesuatu yang dirujuk dalam pembicaraan
biasa melalui kata ganti orang pertama tunggal, yaitu "aku" {!), "daku"
{me), "milikku" {mine), dan "diriku" {myself). Mead berargumentasi bahwa
anak-anak belajar tentang konsepsi diri melalui hubungan antara V dan
"MdAnak-anak membentuk konsepsi diri secara perlahan melalui orang
tuanya, sehingga mempunyai kemampuan untuk memandang orang lain
sekaligus memandang dirinya sendiri. (Mulyana, 2003 : 73). Sebagai
individu, setiap diri mempunyai beragam identitas : sebagai guru, sebagai
orang tua, sebagai anak, sebagai mahasiswa dan seterusnya.
Internet adalah ruang publik yang dapat merekonstruksi identitas
diri. Netizen dapat mengungkapkan bahkan mengeksplor perasaan mereka
dalam chat rooms atau dalam bulletin board. Hal ini mendukung maksud
bahwa dalam cyber space kita dapat mengubah identitas gender seperti
yang diinginkan. Seorang laki-laki bisa menjadi perempuan begitu juga
sebaliknya. Dalam MUDs {multi-user domaind) atau dalam MUSH {multiuser shared hallucinationd) netizen dapat membangun hubungan tanpa
harus bertemu secara fisik. Walaupun begitu identitas on-Hne tidaklah
selamanya positif.
Selain itu ciri-ciri fisik seperti tubuh, jenis kelamin, ras atau usia
menjadi fleksibel dalam dunia on-Hne. Jadi dalam dunia on-Hne, seseorang
dapat menjadi seseorang yang lain melalui bahasa yang digunakan,
permainan dan karakteristik personal yang diinginkan.
2. Interaksionisme simbolik dalam komunitas virtual.
Dalam melakukan interaksi komunitas virtual menggunakan kata-kata
atau gambar untuk saling bersenda gurau dan berdebat, terlibat dalam
320
wacana intelektual,
melakukan perdagangan, saling tukar pengetahuan,
saling memberikan dorongan emosional, membuat rencana, brainstorming,
gossip, pertengkaran, jatuh cinta, protes terhadap siapa saja, kritik
terhadap siapa saja. Mencari teman, kekasih, bermain game, bermesraan,
menciptakan karya seni, atau pun hanya sekedar berinteraksi tanpa tujuan
yang jelas. Melalui e-mail, pengguna internet dapat menuliskan pesanpesan, mengkritik, membalas surat cinta ataupun tujuan lainnya. Pengguna
internet dapat menggunakan bahasa tertentu dalam e-mail.
Bahasa yang digunakan dalam internet mem perl ihatkan evolution of
discourse dimana termasuk didalamnya adalah bentuk bahasa tradisional,
adaptasi bahasa slang dan bentuk-bentuk non-standard yang
biasa
digunakan dalam kehidupan off-line. Adapun beberapa contoh bahasa yang
digunakan dalam internet seperti : singkatan (A/S/L = Age, Sex, Location-,
ASAP = As Soon As Possible, AMBW = AH My Best Wishes, AFAIK = As Far
As I KnoW), Emoticons, yang merupakan lambang atau tanda yang
merepresentasikan emosi seperti : © (tersenyum, bahagia, gembira), ©
(sedih, cemberut), :-D (tertawa terbahak-bahak) dan sebagainya adalah
bahasa yang lazim digunakan diinternet. Bahasa ini juga memainkan
peranan penting ketika ingin melihat interaksi yang terjadi didalam internet.
Esensi teori interaksionisme simbolik adalah suatu aktivitas yang
merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol
yang diberi makna. Herbert Blumer mengintegrasikan gagasan-gagasan
tentang interaksionisme simbolik lewat tulisan-tulisannya. Interaksionisme
simbolik mengandung inti dasar pemikiran umum tentang komunikasi dan
masyarakat. Tujuh hal mendasaryang bersifat teoritis dan metodologis dari
teori interaksionisme simbolik yaitu:
a.
Orang-orang dapat mengerti
berbagai
hal dengan
belajar dari
pengalaman. Persepsi seorang selalu diterjemahkan dalam simbolsimbol.
b.
Berbagai arti dipelajari melalui interaksi diantara orang-orang. Arti
muncul dari adanya pertukaran simbol-simbol dalam
kelompok-
kelompok sosial.
321
c.
Seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan dari adanya interaksi di
antara orang-orang.
d.
Tlngkah laku seseorang tidak mutlak ditentukan oleh kejadian-kejadian
pada masa lampau saja, tetapi juga dilakukan secara sengaja.
e.
Pikiran terdiri dari sebuah percakapan internal yang mereduksikan
interaksi yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain.
f.
Tmgkah laku terbentuk atau tercipta didalam kelompok sosial selama
proses interaksi
g.
Kita
dapat
memahami
pengalaman
seorang
individu
dengan
mengamati tingkah lakunya belaka. Pemahaman dan pengertian
seseorang akan berbagai hal harus diketahui pula secara pasti.
(Littlejohn, 1998:271)
Blumer menekankan bahwa studi terhadap manusia tidak dapat
dilakukan dengan cara yang sama seperti terhadap benda. Peneliti
seharusnya berempati dengan subjek yang diteliti, memasuki ruang lingkup
pengalamannya dan berusaha mengerti nilai tersebut.
Blumer
dan
pengikutnya menghindari pendekatan-pendekatan kuantitatif dan ilmiah
dalam mempelajari tingkah laku manusia. Mereka lebih memfokuskan diri
pada sejarah kehidupan, autobiografi, studi kasus, cacatan-cacatan pribadi,
surat-surat dan berbagai wawancara yang bersifat umum. Blumer secara
khusus menekankan pentingnya seorang partisipan melakukan peninjauan
pada studi komunikasi. Lebih jauh lagi tradisi Chicago menganggap orangorang itu kreatif, inovatif, dan bebas untuk mendefinisikan segala situasi
dengan berbagai cara yang tidak terduga. Pribadi dan masyarakat
dipandang sebagai suatu proses bukan sebagai struktur membekukan
proses
berarti
menghilangkan
inti
hubungan
individu-masyarakat.
(Littlejohn, 1998:147)
Konsep yang dikembangkan oleh kaum interaksionisme simbolik ini
awalnya merupakan konsep yang dikembangkan pada konsep interaksi
yang dilakukan secara face-to-face. Selama beberapa dekade dari ilmu
sosial menyediakan analisis perilaku individu dalam kelompok, secara
khusus
berhubungan
dengan
interaksi.
Dari
berbagai
ilmuwan
interaksionisme simbolik, interaksi diperlakukan sebagai suatu bentuk aksireaksi. Keberadaannya diperlakukan sebagai fenomena dikotomi untuk
memperlihatkan ada tidaknya interaksi. Sehingga implikasi dari teori ini
adaiah untuk melihat adanya struktur yang terekpresikan meialui tandatanda dan simbol-simbol yang ada
dalam komunitas ini saat melakukan
interaksi.
Contoh:
interaktivitas
sebagai
salah
satu
karakteristik
yang
didefmisikan dari sistem kabel dua arah, sistem teks elektronik dan
beberapa kerja program, sebagaimana dalam video game interaktif.
Permainan
komputer
(game
online)
di
masyarakat
akhir-akhir
ini
berkembang seiring dengan kemajuan teknologi komputer. Permainan
dengan fitur atau tokoh yang bisa bergerak dan dikendalikan secara
langsung meialui teknologi komputer ini memberi kepuasan kepada para
pemainnya. Meski tergoiong "mahal"", permainan ini tetap digandrungi oleh
masyarakat. Game online memang menyenangkan. Boleh jadi fitur-fitur
yang ditawarkan dalam game tersebut bervariasi mulai dari gaya yang
paling sederhana sampai yang paling kompleks, atau dari yang paling kaku
hingga yang paling dinamis membuat permainan komputer bisa dinikmati
oleh semua kalangan. Menikmati permainan ini tidaklah sulit karena teiah
banyak rental yang menawarkan berbagai perangkat lunak permainan ini
Dalam kaitannya dengan teknologi komunikasi dewasa ini kita
mengenal sistem WEB yang merangkai sebuah jaringan komunikasi yang
bersifat kontinyu. Interaksi terjadi diantara berbagai orang membentuk aksi
dan reaksi. Komunikasi dipandang sebagai roda meialui mana interaksi
terjadi. Apalagi teknologi komunikasi yang berbasis komputer bersifat dua
arah yang bisa terjadi secara langsung dan didalamnya mengandung
pengertian adanya tingkat dimana pengguna atau orang yang berinteraksi
sadar akan adanya entitas yang bermedia, bisa dipahami sebagai ukuran
intervensi media yang menonjol dalam proses komunikasi.
Jadi kita bisa melihat bahwa interaksi memiliki dimensi yang
bervariasi terutama jika hal ini dikaitkan dengan setting komunikasi lewat
media. Dengan komunikasi sebagai pusat perhatian bagaimanapun interaksi
323
tersebut bisa berubah menjadi outcome itu sendiri. Interaksi bisa diciptakan
dengan iatar belakang media sebagai media untuk berkomunikasi.
3. Pendekatan Dramaturgi daiam meiihat interaksi daiam komunitas
virtual.
Daiam kehidupan sehari-hari, kita memainkan berbagai macam peran
sesuai dengan lingkungan sosial dimana seseorang berada. Goffman
menggambarkan bahwa individu tidak sekedar mengambil peran orang lain,
melainkan bergantung pada orang lain untuk melengkapi citra diri tersebut.
Seianjutnya diri menurut Goffman bersifat temporer daiam arti diri tersebut
berjangka pendek, bermain peran karena selalu dituntut oleh peran-peran
sosial yang berlainan interaksinya. Disini manusia memainkan berbagai
peran dan mengasumsikan identitas yang relevan dengan peran-peran ini.
(Mulyana, 2003
:
110) Internet disini merupakan
medium dimana
seseorang dapat mengidentifikasikan diri sebagai orang lain.
Interaksi yang terjadi daiam komunitas virtual merupakan basil
manipulasi dari pelaku-pelaku yang ada didalamnya. Owner maupun
moderator
kemampuan untuk mengatur dan menentukan jalannya
interaksi. Hal ini mengingatkan pada teori Dramaturgi yang dikemukakan
oleh Erving Goffman. Daiam teorinya Goffman mengatakan bahwa "yang
menentukan bndakan manusia ialah situasi-situasi yang memiliki struktur".
Untuk kepentingan penjelasannya Goffman menggunakan analogi drama
dan teater. Menurut Goffman. individu yang ditempatkan daiam sebuah
situasi sosial terdapat pada suatu penampilan (performance) sementara
orang-orang yang terlibat didalamnya disebut sebagai pengamat atau
partisipan. Para aktor adalah mereka yang melakukan tindakan-tindakan
atau penampiian rutin (routine). (Poloma, 2004:232)
Menurut Goffman, ada dua bidang penampilan yang perlu dibedakan:
panggung depan (front region) dan panggung belakang (back stage).
Panggung depan adalah bagian penampilan individu yang secara teratur
berfungsi didalam mode yang umum dan tetap untuk mendefmisikan situasi
bagi mereka yang menyaksikan penampilan itu. Di dalamnya termasuk
324
setting dan personal front, yang selanjutnya da pat dibagi menjadi
penampilan {appearance) dan gaya {manner). Dalam kaitannya dengan
kehidupan dalam cyber space, ketika seseorang sedang on line maka
seseorang periu menjaga penampilannya dalam berinteraksi agar mereka
kelihatan bag us saat di on line dan tidak menyebabkan dame agar situasi
kehidupan yang terdapat dkJalamnya da pat beijalan sesuai dengan apa
yang diinginkan.
Disamping panggung depan, terdapat juga daerah dibelakang layar.
Pengidenttfikasian daerah belakang ini tergantung pada penonton yang
bersangkutan. Kegiatan di belakang panggung jarang dilakukan sendirian.
Gofftnan
menggunakan ishlah team sebagai "Sejumlah individu yang
bekerja sama mementaskan suatu routing. Agar pertunjukkan beijalan
sebagaimana yang diinginkan maka team akan melakukan tindakanbndakan yang bersifat protektif yakni dengan membuat naskah. Baik si
pelaku maupun para penonton yakin bahwa daerah belakang tersebut tidak
mudah dimasuki. Demi kepentingan "social establishmenf maka si pelaku
hams berbndak sedemikian rupa sehingga pertunjukkan tersebut beijalan
mulus.
Perspektif dramaturgis melihat "Self sebagai
produk yang
ditentukan oleh situasi sosial. (Pokxna, 2004:234)
Konsep Goffman yang lain ialah tentang bagaimana usaha individu
bemsaha melakukan pertukaran komunikasi dan bemsaha menentukan
platform terbaik dari pesan-pesan yang diterima. Gofftnan merujuk pada
interaksi yang bersifat "nesiprokal yang mdanjutkannya pada keteiiibatan"
dan untuk wacana kekinian hal ini bisa kita lakukan dengan menggunakan
teknologi komunikasi. Dalam kehidupan on line setiap individu yang
terdapat d'idalamnya
memiliki
penampilan yang
berbeda-beda yang
menunjukkan "stimuli yang berfungsi memberitahu kita status sosial para
pelaku".
Sedangkan
mengingatkan
kita
gaya
akan
menunjuk pada "stimuli
peranan
interaksi
yang
berfungsi
(interaction rote)
yang
diharapkan si pelaku hams dimainkan pada situasi mendatang".
Untuk memperjelas gagasan Erving Goffman tentang panggung
sosial ada baiknya kita telaah temuan Nikki Sannicolas yang menggunakan
325
pendekatan
dramaturgi
mendiskusikan tema-tema
da lam
meiihat
hubungan
on
khusus berhubungan dengan
line
yang
seksual.
la
nyatakan bahwa hubungan lewat internet atau yang banyak diistilahkan
chatting, bisa drjelaskan lewat hukum dramaturgi khususnya stage, script,
audience dan pemain {performer).
Moderator
menawarkan
pilihan
apakah
kJentitas
pengguna
dimasukkan atau tidak, kemudian ia mengarahkan diskusi lewat petunjukpetunjuk yang hams diikuti. Sementara itu, yang teriibat chatting
memandang bahwa forum ini merupakan panggung depan yang hams
disiasati secara baik. Manakah kJentitas diri yang telah diinformasikan
da lam konteks ini, tindakan individu seperti yang dinyatakan Goffman, bisa
mendefinisikan situasi.
Keingintahuan dan diskusi yang mengasyikkan tentang masalah
seksual menjadi semacam dorongan atau motivasi untuk mengikutJ forum
internet ini, tetapi privasi individu hams tetap dijaga dan jangan sampai
diketahui pihak lain. Karena itu, hukum dramaturgi bisa dijelaskan sebagai
berikut.
Pertama, semuanya hams mengikuti script, da lam bentuk aturanaturan, teriibat da lam diskusi dan ketentuan-ketentuan yang hams
diikuti dari moderator atau service provider.
Kedua, kJentitas dirinya tkJak akan disebutkan secara apa adanya
atau mendetail, sebab menjelaskan kJentitas diri sangat berhubungan
dengan privasi. Terbukti setelah ditawarkan akan mendaftarkan
kJentitas ataukah tkJak, temyata dari pengguna internet, rata-rata
187 atau hanya 3,7 persen yang mendaftarkan
Sementara itu,
462 atau
21,2 persen
kJenbtasnya.
masuk dengan
tkJak
mendaftarkan kJentitasnya. (Susilo, 2008: 373-374)
7.
PENUTUP
Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dimasyarakat berkorelasi
dengan adanya pembahan da lam berbagai aspek kehkJupan termasuk proses
interaksi berbasis komputer yang memiliki konsekuensi tertentu. Teknologi
internet sebagai media interaksi atau jejaring sosial dalam dunia maya atau
326
realitas virtual. Realitas virtual tampaknya mentransformasikan pokok bahasan
sosiologi dari masyarakat nyata ke masyarakat maya.
Kajian sosiologi terhadap realitas virtual baru mendapat perhatian serius
kira-kira sepuluh tahun terakhir karena didesak oleh kelahiran berbagai media
massa serta boomingnyB teknologi komunikasi yang begitu hebat.
Perkembangan teknologi telematika atau komunikasi dalam industri IT nyaris
melahirkan produk-produk baru setiap hari yang membentuk tatanan sosiai
baru yang selalu mengarah dan berdasar pada logika teknologi.
Hal ini juga mewamai wacana baru sosiologi di Indonesia. Kajian-kajian
sosiologi tidak lagi menjadikan unit-unit analisa konvensional seperti individu,
rumah tangga, komunitas, kelompok dan sebagainya sebagai obyek yang
ditelan "mentah-mentah", namun lebih tertarik atas sisi "mobile hybrid' dari
unit di atas. Sebagai contoh para sosiolog dapat meneliti diaspora dari etnik
minoritas melalui kajian pada website mereka (Virtual diaspora). Contoh lain
memahami transformasi budaya komunitas para internet mania melalui
representasi mereka di dunia maya.
Jadi selamat bermetaphora !
Daftar Pustaka
Berger, Peter. L. & Luckman, Thomas. 1990. Tafsir Sosiai Atas Kenyataan Risaiah
Tentang Sosiologi Pengetahuan. LP3ES. Jakarta.
Bungin, Burhan. 2005. Metodoiogi Peneiitian Kuantitatif Prenada Media. Jakarta
Demartoto, Argyo. 2007. Mosaik daiam Sosiologi. UNS Press. Surakarta
De Vito, J.A. 2003. Human Communication the Basic Course. Ninth Edition. Pearson
Education Inc. Boston
Huffaker, D.A., and Calvert, S.L. 2005. Gender, Identity, and Language Use in
Teenage Biogs. Journal of Computer Mediated Communication, 10 (2). Article
http://icmc.indiana.edu/voll0/is5ue2/huffaker.html
Jaffe, et al. 2004. Language and Women's Place. Harper & Row. New Hamsphire.
Jones, S. 1999. Doing Internet Research. Sage Publications. California.
Koentjaraningrat. 1965. Pengantar Antropoiogi. Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta.
Kompas. 17 Oktober 2005
Littlejohn, S.W. 1998. Theories Of Human Communication. Albuquerque. New
Mexico.
Mulyana, D. 2003. Metodoiogi Peneiitian Kuaiitatif PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Pavlik, J.V. 2000. New Media Technology: Cultural and Commercial Perspective.
Allyn and Bocon. USA
Piliang, Yasraf Amir. 2001. Cyberspace, Cyborg dan Cyber-Feminism: Poh'tik
Teknotogi dan Masa Depan Re/asi Gender. Daiam Jurnal Perempuan No. 18.
Yayasan Jurnal Perempuan. Jakarta.
Poloma, Margareth. 2004. Sosiotogi Kontemporer. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta
Raharjo, A. 2002. Cybercrime: Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan
Bertekno/ogi. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.
Slouka Mark. 1999. Ruang Yang HHang: Pandangan Humanis Tentang Budaya
Cyberspace Yang Merisaukan. Mizan. Bandung
Susilo, Rachmad K Dwi. 2008. 20 Tokoh Sosiobgi Modern: BiograO Para Petetak
Sosiotogi Modem. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta
Tjiptono. 2003. E-Bussiness. Penerbit Erlangga. Jakarta
328
Download