Pembentukan Dan Perubahan Perilaku Dalam Komunikasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
Pembentukan Dan Perubahan
Perilaku Dalam Komunikasi
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Hubungan
Masyarakat
Tatap Muka
15
Kode MK
Disusun Oleh
MK85006
Ety Sujanti, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Modul ini membahas bagaimana
pembentukan dan perubahan perilaku
dalam proses komunikasi. Faktorfaktor yang membentuk perilaku dan
proses bagaimana proses perubahan
perilaku terjadi agar efektivitas
komunikasi dapat terwujud.
Diharapkan mahasiswa dapat
memahami dan mampu menjelaskan:
 Faktor-faktor
pembentuk
perilaku
 Proses terjadinya
perilaku
perubahan
 Peranan komunikasi dalam
pembentukan dan perubahan
perilaku
Pembentukan Dan Perubahan Perilaku Dalam
Komunikasi
I. Pengertian Perilaku
Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang dapat
diamati secara langsung dan tidak langsung. Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku
diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Robert Kwick
(1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang
dapat
diamati
dan
bahkan
dapat
dipelajari.
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan
penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan
antara
kedua
kekuatan
tersebut
didalam
diri
seseorang.
Sehingga ada tigakemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni:
a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulusstimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku.
Stimulus ini berupa informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang
bersangkutan.
b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya
stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan
semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
Kita bisa mengetahui perilaku melalui Pendekatan Perspektif Perilaku (Behavioural
Perspective) yang awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919). Pendekatan
ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi di antara tahun 1920-an s/d 1960-an.
Para ”behaviorist” memasukan perilaku ke dalam satu unit yang dinamakan ”tanggapan”
(responses), dan lingkungan ke dalam unit ”rangsangan” (stimuli). Menurut penganut paham
perilaku, satu rangsangan dan tanggapan tertentu bisa berasosiasi satu sama lainnya, dan
menghasilkan satu bentuk hubungan fungsional. Kaum behaviouris tadi percaya bahwa
‘14
2
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
rangsangan dan tanggapan dapat dihubungkan tanpa mengacu pada pertimbangan mental
yang ada dalam diri seseorang.
Gambar 15.1 Proses Terbentuknya Perilaku
Stimulus
Organisme
Respons
Stimulus (rangsangan) berupa lingkungan, manusia, benda dan hal lain yang bisa
memotivasi organisme tersebut. Pada gambar di atas, stimulus yang diberikan pada
organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima maka proses
berhenti disini. Tetapi bila stimulus tersebut diterima oleh organisme berarti stimulus
tersebut efektif dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu organisme mengolah
stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah
diterimanya (bersikap). Akhirnya dengan adanya dukungan dan dorongan dari lingkungan
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu berupa respon. Respon inilah
yang disebut dengan perilaku individu.
Kemudian, B.F. Skinner (1953,1957,1974) membantu mengubah fokus behaviorisme
melalui percobaan yang dinamakan ”operant behavior” dan ”reinforcement”, yang
menghasilkan ”operant conditioning theory” adalah setiap perilaku yang beroperasi dalam
suatu lingkungan dengan cara tertentu, lalu memunculkan akibat atau perubahan dalam
lingkungan tersebut. Misalnya, jika kita tersenyum kepada orang lain yang kita hadapi, lalu
secara umum, akan menghasilkan senyuman yang datangnya dari orang lain tersebut.
Dalam kasus ini, tersenyum kepada orang lain tersebut merupakan ”operant behavior”. Yang
dimaksud dengan ”reinforcement” adalah proses di mana akibat atau perubahan yang terjadi
dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu di masa datang . Misalnya, jika kapan saja
kita selalu tersenyum kepada orang asing (yang belum kita kenal sebelumnya), dan mereka
tersenyum kembali kepada kita, maka muncul kemungkinan bahwa jika di kemudian hari kita
bertemu orang asing maka kita akan tersenyum. Perlu diketahui, reinforcement atau
penguat, bisa bersifat positif dan negatif. Contoh di atas merupakan penguat positif. Contoh
penguat negatif, misalnya beberapa kali pada saat kita bertemu dengan orang asing lalu kita
tersenyum dan orang asing tersebut diam saja atau bahkan menunjukan rasa tidak suka,
maka dikemudian hari jika kita bertemu orang asing kembali, kita cenderung tidak tersenyum
‘14
3
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(diam saja). Dalam pendekatan perilaku terdapat teori-teori yang mencoba menjelaskan
secara lebih mendalam mengapa fenomena sosial yang diutarakan dalam pendekatan
perilaku bisa terjadi.
II. Pembentukan Perilaku
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skinner
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan
identifikasi
tentang
hal-hal
yang
merupakan
penguat
atau
reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
2. Melakukan
analisis
untuk
mengidentifikasi
komponen-komponen
kecil
membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen
yang
tersebut
disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang
dimaksud.
3. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen
tersebut.
4. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang
telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya
diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan)
tersebut
cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk kemudian
dilakukan komponen (perilaku) yang kedua, diberi hadiah (komponen pertama tidak
memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang sampai komponen kedua
terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga,keempat, dan selanjutnya
sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.
Pembentukan perilaku adalah secara sistematis menegaskan setiap urutan langkah
yang menggerakkan seorang individu lebih dekat terhadap respons yang diharapkan.
Terdapat empat cara pembentukan perilaku:
1. Penguatan positif: jika suatu respon diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan,
misalnya pujian.
2. Penguatan negatif: jika suatu respon diikuti oleh dihentikannya atau ditarik
kembalinya sesuatu yang tidak menyenangkan, misalnya berpura-pura bekerja lebih
rajin saat pengawas berkeliling.
‘14
4
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Hukuman: mengakibatkan suatu kondisi yang tidak enak dalam suatu usaha untuk
menyingkirkan perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya : Penskorsan
4. Pemusnahan: menyingkirkan penguatan apa saja yang mempetahankan perilaku.
Misalnya tidak mengabaikan masukan dari bawahan akan menghilangkan keinginan
mereka untuk menyumbangkan pendapat.
Menurut Lawrence Green (1980), perilaku dibentuk oleh tiga faktor, antara lain:
1. Faktor pendukung (predisposing factors), mencakup: pengetahuan, sikap, tradisi,
kepercayaan/keyakinan, sistem nilai, pendidikan, sosial ekonomi, dan sebagainya.
2. Faktor pemungkin (enambling factors), mencakup: fasilitas kesehatan, misal: spal, air
bersih, pembuangan sampah, mck, makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk
juga tempat pelayanan kesehatan seperti RS, poliklinik, puskesmas, RS, posyandu,
polindes, bides, dokter, perawat dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing factors), mencakup: sikap dan perilaku: toma, toga,
petugas kesehatan, Kebijakan/peraturan/UU, LSM.
III. Perubahan Perilaku Individu
Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku Individu:
1. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadian alamiah. Contoh: perubahan perilaku yang disebabkan karena usia
seseorang.
2. Perubahan terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
Contoh:
perubahan
perilaku seseorang karena
tujuan tertentu atau
ingin
mendapatkan sesuatu yang bernilai baginya.
3. Kesediaan untuk berubah (Readdiness to Change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam
organisasi, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
‘14
5
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menerima inovasi atau perubahan tersebut, dan ada sebagian orang lagi sangat
lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Contoh : perubahan
teknologi pada suatu lembaga organisasi, misal dari mesin ketik manual ke mesin
komputer, biasanya orang yang usianya tua sulit untuk menerima perubahan
pemakaian teknologi tersebut.
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku, dikelompokkan menjadi tiga :
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Misal: dengan adanya peraturan-peraturan / perundang-undangan yang harus
dipatuhi oleh anggota masyarakat. Strategi ini dapat berlangsung cepat akan tetapi
belum tentu berlangsung lama karena perubahan perilaku terjadi tidak atau belum
didasari oleh kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi-informasi tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan
hal tertentu.
3. Diskusi partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua di atas yang dalam
memberikan informasi-informasi tentang peraturan baru organisasi tidak bersifat
searah saja tetapi dua arah.
Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu
yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan
menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya
semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan
sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang manajer sedang
belajar tentang strategi bisnis. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha
mempelajari tentang strategi bisnis. Setelah belajar strategi bisnis dia
‘14
6
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menyadari
bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh
sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan
strategi bisnis.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh
sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh
itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan
berikutnya.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup
individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa
mendatang.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya
melakukan perubahan. Misalnya, manajer ingin memperoleh pengetahuan baru
tentang strategi bisnis, maka manajer tersebut aktif melakukan kegiatan membaca
dan mengkaji buku-buku strategi bisnis, berdiskusi dengan manajer lain tentang
strategi bisnis dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan
menjadi
bagian
mengoperasikan
yang
melekat
program
dalam
akuntansi,
dirinya.
maka
Misalnya,
manajer
penguasaan
belajar
keterampilan
mengoperasikan komputer program akuntansi tersebut akan menetap dan melekat
dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
‘14
7
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan
jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misal seorang manajer
mempelajari strategi bisnis mempunyai tujuan jangka pendeknya untuk tahu tentang
apa-apa yang akan dilakukan dalam dunia bisnis, sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk ahli dalam bisnis dan mungkin untuk opromosi ke jabatan
yang lebih tinggi karena telah menguasai bidang tertentu.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata,
tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya.
IV. Teori-teori Perubahan Perilaku Individu pada Perspektif Perilaku (Behaviourial
Perspective)
Dalam pendekatan perilaku terdapat teori-teori yang mencoba menjelaskan secara
lebih mendalam mengapa fenomena sosial yang diutarakan dalam pendekatan perilaku bisa
terjadi. Beberapa teori antara lain adalah Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning
Theory) dan Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory).
a) Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory).
Di tahun 1941, dua orang psikolog - Neil Miller dan John Dollard – dalam laporan
hasil percobaannya mengatakan bahwa peniruan (imitation) di antara manusia
tidak disebabkan oleh unsur instink atau program biologis. Penelitian kedua orang
tersebut mengindikasikan bahwa kita belajar (learn) meniru perilaku orang lain.
Artinya peniruan tersebut merupakan hasil dari satu proses belajar, bukan bisa
begitu saja karena instink. Proses belajar tersebut oleh Miller dan Dollard dinamakan
”social learning” -”pembelajaran sosial”. Perilaku peniruan (imitative behavior) kita
terjadi karena kita merasa telah memperoleh imbalan ketika kita meniru perilaku
orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak menirunya. Agar seseorang
bisa belajar mengikuti aturan baku yang telah ditetapkan oleh masyarakat maka
”para individu harus dilatih, dalam berbagai situasi, sehingga mereka merasa
nyaman ketika melakukan apa yang orang lain lakukan, dan merasa tidak nyaman
ketika tidak melakukannya.”, demikian saran yang dikemukakan oleh Miller dan
Dollard. Dalam penelitiannya, Miller dan Dollard menunjukan bahwa anak-anak
dapat belajar meniru atau tidak meniru seseorang dalam upaya memperoleh imbalan
‘14
8
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berupa permen. Dalam percobaannya tersebut, juga dapat diketahui bahwa anakanak dapat membedakan orang-orang yang akan ditirunya. Misalnya jika orang
tersebut laki-laki maka akan ditirunya, jika perempuan tidak. Lebih jauh lagi, sekali
perilaku peniruan terpelajari (learned), hasil belajar ini kadang berlaku umum untuk
rangsangan yang sama. Misalnya, anak-anak cenderung lebih suka meniru orangorang yang mirip dengan orang yang sebelumnya memberikan imbalan. Jadi, kita
mempelajari banyak perilaku ”baru” melalui pengulangan perilaku orang lain yang
kita lihat. Kita contoh perilaku orang-orang lain tertentu, karena kita mendapatkan
imbalan atas peniruan tersebut dari orang-orang lain tertentu tadi dan juga dari
mereka yang mirip dengan orang-orang lain tertentu tadi, di masa lampau. Dua puluh
tahun berikutnya, Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963), mengusulkan
satu perbaikan atas gagasan Miller dan Dollard tentang belajar melalui peniruan.
Bandura dan Walters menyarankan bahwa kita belajar banyak perilaku melalui
peniruan, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang kita terima.
Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku
model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model tersebut. Proses belajar
semacam ini disebut ”observational learning” - pembelajaran melalui pengamatan.
Contohnya, percobaan Bandura dan Walters mengindikasikan bahwa ternyata anakanak bisa mempunyai perilaku agresif hanya dengan mengamati perilaku agresif
sesosok model, misalnya melalui film atau bahkan film kartun. Bandura (1971),
kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial seyogianya diperbaiki lebih
jauh lagi. Dia mengatakan bahwa teori pembelajaran sosial yang benar-benar melulu
menggunakan pendekatan perilaku dan lalu mengabaikan pertimbangan proses
mental, perlu dipikirkan ulang. Menurut versi Bandura, maka teori pembelajaran
sosial membahas tentang (1) bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan
melalui penguat (reinforcement) dan observational learning, (2) cara pandang dan
cara pikir yang kita miliki terhadap informasi, (3) begitu pula sebaliknya, bagaimana
perilaku
kita
mempengaruhi
lingkungan
kita
dan
menciptakan
penguat
(reinforcement) dan observational opportunity - kemungkinan bisa diamati oleh orang
lain.
b) Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah
psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961),
Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita masuk ke
dalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita
memperoleh imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain
‘14
9
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Seperti halnya teori pembelajaran sosial,
teori pertukaran sosial pun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat
hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya
terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang
mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat
unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan
merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan
merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi
oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua
orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat
kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan - hanya akan langgeng manakala kalau
semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang
dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi
dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak
ditampilkan. Berdasarkan keyakinan tersebut Homans dalam bukunya ”Elementary
Forms of Social Behavior, 1974 mengeluarkan beberapa proposisi dan salah satunya
berbunyi :”Semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, makin sering satu bentuk
tindakan
tertentu
memperoleh
imbalan,
makin
cenderung
orang
tersebut
menampilkan tindakan tertentu tadi ”. Proposisi ini secara eksplisit menjelaskan
bahwa satu tindakan tertentu akan berulang dilakukan jika ada imbalannya. Proposisi
lain yang juga memperkuat proposisi tersebut berbunyi : ”Makin tinggi nilai hasil
suatu perbuatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut
diulanginya kembali”. Bagi Homans, prinsip dasar pertukaran sosial adalah
”distributive justice” - aturan yang mengatakan bahwa sebuah imbalan harus
sebanding dengan investasi. Proposisi yang terkenal sehubungan dengan prinsip
tersebut berbunyi ” seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang lain akan
mengharapkan imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan
pengorbanan yang telah dikeluarkannya - makin tingghi pengorbanan, makin tinggi
imbalannya - dan keuntungan yang diterima oleh setiap pihak harus sebanding
dengan investasinya - makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan”. Semua teori
yang dipengaruhi oleh perspektif ini menekankan hubungan langsung antara perilaku
yang teramati dengan lingkungan.
Daftar Pustaka
‘14
10
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2001
2. Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2012
3. Sosiologi Komunikasi, Sutaryo, Arti Bumi Intaran, Jakarta, 2005
4. Interpersonal Communication Everyday Encounters, Julia T. Wood, Wadswprth Group,
USA, 2002
5. Social Psychology, James W. Vander Zanden, Random House Inc., USA, 1984
6. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Dennis McQuail, Erlangga, Jakarta, 1987
‘14
11
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download