Mata Kuliah Kewarganegaraan

advertisement
Mata Kuliah
Kewarganegaraan
Modul ke:
01
Pokok Bahasan
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
Fakultas
Design
Komunikasi dan
Visual
Program Studi
Informatika
dan Sistem
Informasi
Dosen : Cuntoko, SE., MM.
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEBAGAI PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
Abstract
Mahasiswa diharapkan mampu memahami
dan menjelaskan Ruang Lingkup Mata Kuliah
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi : Etika
Kewarganegaraan.
Kompetensi
Mahasiswa setelah mengikuti kuliah mampu
memahami dan menjelaskan Ruang Lingkup
Mata Kuliah Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi : Etika Kewarganegaraan.
A. Pendahuluan
 Pendidikan Kewarganegaraan di desain dalam
upaya mengambangkan wawasan warga
negara
sebagai
upaya
penanaman,
penumbuhan dan kesadaran bela negara
ditengah-tengah tantangan internal dan
eksternal yang semakin kompleks. Saat ini,
eksistensi suatu negara tidak hanya tergantung
kepada letak geografi melainkan terletak pada
sejauhmana kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) yang dimiliknya.
Lanjutan
 Pendidikan Kewarganegaraan Juliardi (2014:2)
Sebagai mata pelajaran di sekolah :
1. Sebagai mata kuliah di Perguruan Tinggi;
2. Sebagai salah satu cabang pendidikan
disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam
kerangka program pendidikan guru;
3. Sebagai program pendidikan politik; dan
Lanjutan
4. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk
pemikiran individual dan kelompok pakar
terkait yang dikembangkan sebagai landasan
dan kerangka berpikir mengenai pendidikan
kewarganegaraan.
Juliardi (2014:4) dua alasan :
1. Eksternal
2. Internal
B. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Kewarganegaraan (civics) berasal dari kata
Yunani yaitu civicus yang berarti penduduk
sispil.
1. Kewarganegaraan (civic) :
istilah kewarganegaraan (civics) berasal dari
kata Yunani yaitu civicus yang berarti
penduduk sispil yang mempraktekan
demokrasi langsung dalam negara kota atau
polis.
Lanjutan
Civics adalah The sciences of zitizenship, the
relation of man, the individual, to man in
organized. Ilmu Kewarganegaraan yang
membicarakan hubungan manusia dengan :
a. Manusia dalam perkumpulan-perkumpulan
yang terorganisasi (organisasi sosial,
ekonomi, politik); dan
b. Individu-individu dengan negara.
Lanjutan
Edmonson (1958) : Civics dengan Civics is
usually defined as the study of government
and of government and that of citizenship, that
is, of the duties, right and privileges of citizens.
Adapun batasan tersebut menunjukan bahwa
Civics pada intinya menyebut government, hak
dan kewajiban sebagai warga negara dari
sebuah negara.
Lanjutan
civic education merupakan suatu proses
pendidikan
yang
mencakup
proses
pembelajaran semua mata pelajaran, kegiatan
siswa, proses administrasi dan pembinaan
dalam upaya mengembangkan perilaku warga
negara yang baik. Untuk itu fokus dari civic
education membahas tentang warga negara di
dalam warga negaranya dengan berbagai
kompleksitasnya.
2. Education, mencakup :
Secara umum objek studi civic education :
warga negara dalam hubungannya dengan
organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi,
agama, kebudayaan dan negara.
Secara spesifik, objek studi civic education
mencakup :
a. Tingkah laku;
b. Tipe pertumbuhan berpikir;
c. Potensi yang ada pada diri warga negara;
d. Hak dan kewajiban;
Lanjutan
e. Cita-cita dan aspirasi;
f. Kesadaran, patriotisme, nasionalisme,
pengertian
internasional,
moral
pancasila; dan
g. Usaha, kegiatan, partisipasi, tanggung
jawab.
3. Zitizenship Education : pengalaman belajar
di sekolah dan di luar sekolah, seperti
lingkungan keluarga, organisasi keamanan,
organisasi kemasyarakatan dan media.
C. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Kep. DirJen DIKTI No. 43/DIKTI/Kep/2006 :
 Visi :
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi adalah sumber nilai dan pedoman
dalam pengembangan dan penyelenggaraan
program
studi,
guna
mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya
sebagai manusia seutuhnya.
Lanjutan
 Misi :
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan
Tinggi : untuk membantu mahasiswa guna
memantapkan kepribadiannya, agar secara
konsisten mampu mewujudka nilai-nilai
Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air
dalam
menguasai,
menerapka
dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni dengan rasa tanggung jawab dan
bermoral (Kaelan dan Ahmad Zubaidi, 2010:2).
Lanjutan
Arwiyah dan Runik Machpiroh (2014:11) :
a. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif
dalam menanggapi isu kewarganegaraan;
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung
jawab, dan betindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara serta anti korupsi;
Lanjutan
c. Berkembang secara positif dan demokratis
untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia
agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lain;
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain
dalm percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Lanjutan
Pendidikan Kewarganegaraan era keterbukaan
dengan mengembangkan sikap-sikap :
a. Mengembangkan sikap dan perilaku
kewarganegaraan yang mengapresiasi nilainilai moral, etika dan religius;
b. Menjadi warga negara yang cerdas
berkarakter, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan;
c. Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat
nasionalisme dan rasa cinta kepada tanah
air;
Lanjutan
d. Mengembangkan
sikap
demokratik
berkeadaban dan bertanggung jawab serta
mengembangkan kemampuan kompetitif
bangsa di era globalisasi; dan
e. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
Ubaedillah dan Abdul Rozak, 2013:6 : tujuan
Pendidikan
Kewarganegaraan
adalah
menjadikan warga negara Indonesia yang
cerdas, bermartabat dan aktif dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lanjutan
• Pendidikan Kewarganegaraan : menciptakan
ilmuwan yang profesional memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis,
berkeadaban. Selain itu kompetensi lain
diharapkan
adalah
mahasiswa
yang
mempunyai
daya
saing,
berdisiplin,
berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan sistem
nilai Pancasila (Kaelan dan Ahmad Zubaedi,
2010:2).
Lanjutan
• Dwiyatmi
(2012:10)
bahwa
standar
kompetenasi yang wajib dikuasai mahasiswa
adalah mahasiswa memiliki pengetahuan
tentang kewarganegaraan demokratis dan
mampu menerapkan pengetahuan, nilai-nilai
dan ketrampilan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari; memiliki kepribadian yang
mantap; berpikir kritis : bersikap rasional, etis,
estetis, dan dinamis; berpandangan luas; dan
bersikap demokratis yang berkeadaban.
D. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan
Kaelan dan Ahmad Zubaidi (2010:3-5) :
1. Landasan Ilmiah
a. Dasar
Pemikiran
Pendidikan
Kewarganegaraan
b. Objek
Pembahasan
Pendidikan
Kewarganegaraan :
Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi
Nomor 43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan
secara rinci yang meliputi pokok-pokok
bahasan substansi kajian Pendidikan
kewarganegaraan, meliputi :
Lanjutan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Filsafat Pancasila;
Identitas Nasional;
Negara dan Konstitusi;
Demokrasi Indonesia;
Rule of Law dan Hak Asasi Manusa;
Hak dan kewajiban Warga Negara serta
Negara;
7) Geopolitik Indonesia; dan
8) Geostrategi Indonesia.
Lanjutan
c. Rumpun Keilmuan
Pendidikan
Kewarganegaraan
disejajarkan dengan Civics Education
yang dikenal diberbagai negara.
Kajian
ilmiah
Pendidikan
Kewarganegaraan bersifat antar disipliner
(antar bidang) bukan mondisiplioner,
karena kumpulan pengetahuan yang
membangun ilmu Kewarganegaraan
diambil dari berbagai disiplin ilmu.
Lanjutan
Pembahasan dan pengembangan Pendidikan
Kewarganegaraan berbagai disiplin ilmu : politik,
hukum, filsafat, sosiologi, administrasi negara,
ekonomi pembangunan, sejarah perjuangan bangsa
serta ilmu budaya.
2. Landasan Hukum
a. UUD 1945
(1) Pembukaan UUD 1945, khusus pada
alinea kedua dan keempat yang
memuat cita-cita tujuan dan aspirasi
bangsa
Indonesia
tentang
Kewarganegaraan;
Lanjutan
(2) Pasal 27 (1) menyatakan bahwa
“Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintah serta wajib menjujung
hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya”
(3) Pasal 30 (1) menyatakan bahwa “tiaptiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pembelaan
negara”
Lanjutan
(2) Pasal 31 (1) menyatakan bahwa “tiaptiap
warga
negara
berhak
mendapatkan pengajaran:.
b. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1999
tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.
c. Ketetapan MPR Nomor 6/MPR/2001
tentang Etika Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.
Lanjutan
d. UU Nomor 20 Tahun 1982 tentang
ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan NKRI (Jo. UU Nomor 1 Tahun
1988) :
(1) Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak
kewajiban warga negara yang diwujudkan
dengan keikutsertaan dalam upaya bela
negara diselenggarakan melalui pendidikan
Pendahuluan Bela negara sebagai bagian
tak terpisahkan dalam sistem Pendidikan
nasional.
(2) Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
wajib diikuti oleh setiap warga negara
dan dilaksanakan secara bertahap.
Tahap awal pada tingkat pendidikan
dasar sampai Pendidikan Menengah
ada dalam Gerakan Pramuka. Tahap
lanjutan pada tingkat pendidikan
tinggi ada dalam bentuk Pendidikan
Kewiraan.
Lanjutan
e. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional dan berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang
Kurikulum Inti Pendidika Tinggi telah
ditetapkan bahwa Pendidikan Agama,
Pendidikan
Bahasa
dan
Pendidikan
Kewarganegaraanmerupakan kelompok Mata
Kuliah Pengembangan kepribadian yang wajib
diberikan dalam kurikulum setiap program
studi/kelompok program studi.
f. UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi yang salah satunya
bertujuan mengembangkan potensi
mahasiswa agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
YME dan berahklak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
terampil, kompeten dan berbudaya
untuk kepentinga bangsa.
Lanjutan
g. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005
tntang
Standar
Nasional
Pendidikan yang menetapkan kurikulum
tingkat satuan pendidikan tinggi wajib
memuat mata kuliah Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris.
Lanjutan
h. Pelaksanaannya berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi Departeman Pendidikan Nasional
Nomor
43/DIKTI/Kep/2006,
yang
memuat rambu-rambu pelaksanaan
kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi.
E. Metode Pembelajaran Kewarganegaraan
Dwiyatmi (2012:10) metode pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan :
1. Mahasiswa sebagai subjek pendidikan,
mitra dalam proses pembelajaran, dan
sebagai indivdu, anggota keluarga, anggota
masyarakat dan warga negara.
2. Pembahasan secara kritis analisis, induktif,
deduktif dan reflektif melalui dialog kreatif
yang bersifat partisipatoris untuk meyakini
kebenaran substansi dasar kajian dan
motivasi sepanjang hayat.
Lanjutan
3. Bentuk aktivitas proses pembelajaran :
kuliah tatap muka, ceramah, dialog
(diskusi) interaktif, studi kasus, penugasan
mandiri, tugas baca, seminar kelas
(presntasi) dan evaluasi proses belajar,
stadium generale.
4. Motivasi : menumbuhkan kesadaran bahwa
pembelajaran pengembangan kepribadian
merupakan kebutuhan hidup untuk eksis
dalam masyarakat global.
Lanjutan
• Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
keniscayaan yang perlu diajarkan setiap warga
negara Indonesia pendidikan dasar, menengah,
atas, perguruan tinggi. Pendidikan karakter
tidak dapat diberikan secara parsial bersifat
graduasi dengan melibatkan seluruh jenjang
pendidikan. Pendidikan karakter secara
substantif
meliputi
ranah
kognitif
(pengetahuan), afektif (kesadaran dan
penghayatan) dan psikomotorik (perilaku
nyata) dalam kehidupan sehari-hari.
Lanjutan
Pendidikan
Kewarganegaraan
merupakan keniscayaan yang perlu
diajarkan kepada setiap warga negara
Indonesia dari tingkat pendidikan
dasar, menengah, atas, sampai
dengan jenjang perguruan tinggi.
Lanjutan
Pendidikan karakter tidak dapat diberikan
secara parsial melainkan harus bersifat
graduasi dengan melibatkan seluruh
jenjang pendidikan. Pendidikan karakter
secara substantif meliputi ranah kognitif
(pengetahuan), afektif (kesadaran dan
penghayatan) dan psikomotorik (perilaku
nyata) dalam kehidupan sehari-hari.
Terima Kasih
Cuntoko, SE., MM.
Download