meningkatkan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran sosiologi

advertisement
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATA
PELAJARAN SOSIOLOGI POKOK BAHASAN PERILAKU
MENYIMPANG MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS X5
SMA NEGERI 3 BANJARMASIN
TRI GUWATI
Abstract:
The purpose of this research is to describe the students' motivation and study result of X5 SMA
Negeri 3 Banjarmasin to deviant behavior material which can be improved by using student teams
achievement division (STAD) as teaching strategy.
The Method which used on this classroom action research is qualitative analysis, which
emphasizes on the research problem especially in improving the motivation and study result of
students in sociology. Therefore, the problem can be identified and analyzed then found
alternative solutions, there 35 students as samples on X5 class SMA Negeri 3 Banjarmasin
The results of the research shows that: (1) motivation to study sociology on X5 students of SMA
Negeri 3 Banjarmasin while using STAD as teaching strategy is improved, (2) the study result of
X5 students of SMA Negeri 3 Banjarmasin on sociology by using STAD as teaching strategy s
increased, (3) the X5 students of SMA Negeri 3 Banjarmasin response on the use of teaching
strategy like STAD shows that the students like and enjoy studying sociology by using STAD as a
teaching strategy.
Kata Kunci: motivasi, hasil belajar, STAD, sosiologi
PENDAHULUAN
Peningkatan mutu pendidikan
penting sekali dilakukan, karena dengan
peningkatan mutu pendidikan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas,
kreatif dan terampil. Dalam upaya untuk memaksimalkan hasil yang dicapai diharapkan
guru
memiliki ketrampilan
yang kreatif dalam pembelajaran. Dengan guru kreatif
pembelajaran bisa lebih variatif karena berbagai model pembelajaran dapat diterapkan,
sehingga menciptakan partisipasi dan daya tarik bagi siswa.
Dalam pembelajaran IPS masih banyak guru yang menggunakan metode
ekspostori dalam menyampaikan materi IPS. Metode ceramah membuat siswa menjadi
pasif dan tidak merangsang daya pikir siswa. Metode konvensional ini dalam
pemakaiannya hendaknya
dibatasi dan sebaiknya guru lebih banyak memberikan
kesempatan kepada siswa agar terlibat aktif dan dapat mengembangkan kemampuannya
dalam proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa dalam
proses pembelajaran Sosiologi.
Berdasarkan refleksi pendahuluan terhadap pelaksanaan pembelajaran Sosiologi
di SMA Negeri 3 Banjarmasin diketahui bahwa proses pembelajaran kebanyakan masih
terpusat pada guru (teacher centered), sehingga kurang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Hal tersebut bertolak belakang dengan proses
pembelajaran yang dikembangkan pada saat kini yaitu berpusat pada siswa (student
centered).
Motivasi belajar merupakan proses yang memberi semangat belajar, arah dan
kegigihan perilaku artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi,
terarah dan bertahan lama. Pada hakekatnya motivasi belajar adalah dorongan internal
dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku
(Agus, 2009:162).
Sementara
hasil belajar merupakan penilaian atau pengukuran keberhasilan
belajar yang tujuan utamanya yaitu untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai
siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Sementara ranah tujuan pendidikan
berdasarkan hasil belajar siswa menurut Taksoonomi Blom secara umum diklasifikasikan
menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Dimyati dkk,
2009:200).
Strategi Pembelajaran model STAD merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5
orang siswa secara heterogen yaitu berdasarkan kemampuan akademis berbeda, jenis
kelamin dan suku yang berbeda. Guru mengawali pembelajaran dengan penyampaian
tujuan pembelajaran, penyampaian materi pelajaran, kegiatan kelompok, pelaksanaan
kuis, dan penghargaan kelompok (Chotimah 2009:7).
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dalam penelitian tindakan
kelas ini peneliti berinteraksi dengan subyek penelitian secara alamiah, dalam arti
penelitian berjalan sesuai dengan jalannya proses belajar mengajar, dengan cara
mengadakan pengamatan, melakukan penelitian secara sistematis, dan menarik
kesimpulan sebagaimana layaknya dilakukan oleh peneliti kualitatif.
Jenis penelitian tindakan yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang menggunakan analisis kualitatif. Penelitian ini disebut penelitian tindakan kelas
karena peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian, mulai dari awal sampai akhir
penelitian. Keterlibatan ini meliputi dari menyususn rencana pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sampai pelaporan data.
Desain penelitian ini mengacu pada model Kemmis & Mc Taggart yang
menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan,
refleksi, dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu langkah pemecahan
masalah. Gambar Penelitian Tindakan Kelas model Spiral Kemmis & Taggart
(Rochiati,2005: 66) sebagai berikut:
PLAN
ACT
REFLECT
O
B
S
E
R
V
E
REVISED
PLAN
REFLECT
ACT
O
B
S
E
R
V
E
Gambar 3.1 Model Siklus Spiral dari Kemmis dan Taggart
Dalam penelitian ini peneliti terlibat dalam penelitian yaitu bertindak sebagai
perencana, pengajar, pengamat, pelaksana, pengumpul data, penganalisis data dan pelapor
hasil penelitian. Peneliti
juga bersifat kolaboratif karena melibatkan orang lain
(kolaborator) yaitu guru mata pelajaran yang serumpun dalam penelitian ini.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X5 SMA Negeri 3 Banjarmasin, jalan
Veteran no 381 Banjarmasin, pada semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011. Subyek
Penelitian sebanyak 35 siswa.
Teknik yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Menurut Miles dan
Hubermen (Wahyu,2006: 60) tahap-tahap kegiatan analisis data meliputi (1) Mereduksi
data, (2) Menyajikan Data, (3) Menarik kesimpulan dan verifikasi.
HASIL PENELITIAN
1. Pelaksanaan Siklus I
a. Persiapan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan yaitu menyusun
instrumen penelitian yang berorientasi pada pelaksanaan strategi pembelajaran
STAD.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus pertama ini rancangan pembelajaran dengan menerapkan model
STAD pada pokok bahasan Perilaku Menyimpang dengan materi pembelajaran
pengertian perilaku menyimpang, sebab-sebab perilaku menyimpang, dan jenisjenis perilaku menyimpang. Metode yang digunakan adalah diskusi kelompok,
tanya jawab, dan penugasan. Media yang dimanfaatkan dalam pembelajaran ini
adalah LCD dan lembar kerja siswa (LKS). Sementara evaluasi pembelajaran
dilakukan melalui evaluasi proses dan hasil belajar. Alokasi waktu untuk setiap
pertemuan adalah dua jam pelajaran (90 menit).
Pada akhir proses pembelajaran, dilakukan pendalaman materi perilaku
menyimpang dengan cara menyimpulkan materi secara bersama-sama siswa,
kemudian dilanjutkan dengan pemberian kuis atau pertanyaan kepada siswa, untuk
dijawab dan sesama siswa tidak boleh membantu memberi jawaban kuis tersebut.
Dalam diskusi kelompok siswa yang banyak memberi tanggapan atau menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh temannya akan mendapat poin berbentuk bintang.
Siswa dan kelompok yang mendapat poin terbanyak akan mendapatkan
penghargaan. Penghargaan tersebut diserahkan pada saat akhir siklus. Sebagai
langkah akhir membimbing siswa membuat kesimpulan tentang materi perilaku
menyimpang dan memberikan tugas secara individu.
c. Observasi
1. Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian pada
pelaksanaan strategi pembelajaran STAD, maka peneliti menggunakan lembar
pengamatan, yaitu lembar pengamatan untuk mengetahui tingkat motivasi
siswa selama pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran STAD.
Berdasarkan
pengamatan
peneliti dan observer terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan strategi pembelajaran STAD pada siklus I diperoleh hasil
sebagai berikut:
Diagram
Hasil analisis angket motivasi belajar siswa siklus I
Berdasarkan diagram
hasil analisis angket motivasi belajar siswa
tersebut bahwa tidak ada siswa yang memiliki motivasi kategori sangat baik,
sedangkan ada 8 orang siswa yang memilki motivasi kategori baik dengan
persentase 22,86 %, yang memiliki motivasi belajar kategori cukup baik ada 8
siswa dengan persentase 22,86 % , dan ada 19 orang siswa yang memilki
motivasi belajar kurang dengan persentase 54,29 %.
2. Hasil Belajar Siswa
Pada awal dan akhir siklus selalu dilakukan tes individu untuk
mengetahui kemampuan awal sebelum mengikuti pembelajaran dengan strategi
pembelajaran STAD dan kemampuan
akhir siswa setelah mengikuti
pembelajaran dengan strategi pembelajaran STAD.
Hasil analisis ini dapat
dilihat pada diagram skor pre test dan skor post test di bawah ini:
Diagram Skor rata-rata hasil belajar siswa dalam pelaksanaan strategi
pembelajaran STAD siklus I (Pre Test dan Post Test)
Dari skor pre test dan post test pada siklus I dapat diketahui peningkatan hasil
belajar siswa, berdasarkan diagram terlihat bahwa skor rata-rata kelas pre test adalah
52,29 dan post test 71,57. Hal ini menunjukkan peningkatan skor rata-rata kelas sebesar
19,28. Sementara ketuntasan hasil belajar secara individual dapat dilihat pada diagram
skor pre test dan skor post test di bawah ini:
Diagram
Ketuntasan belajar individual hasil belajar siswa dalam pelaksanaan strategi
pembelajaran STAD siklus I (Pre Test dan Post Test)
Berdasarkan hasil analisis hasil belajar siswa pada siklus I diketahui bahwa dari 35
siswa yang mengikuti pre test diperoleh 9 siswa yang mendapat skor ≥ 69 , sedangkan
dari 35 siswa yang mengikuti post test diperoleh 26 siswa yang mendapat skor ≥ 69. Hal
ini berarti ada peningkatan ketuntasan individual pada siklus I pada saat pre test dan post
tes sebanyak 15 orang. Hasil analisis ketuntasan belajar klasikal pada siklus I pada saat
pre test dan post test dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Diagram
Ketuntasan belajar klasikal hasil belajar siswa dalam pelaksanaan strategi
pembelajaran STAD siklus I
(Pre Test dan Post Test)
Berdasarkan hasil analisis hasil belajar siswa pada siklus I diketahui bahwa dari 35
siswa yang mengikuti pre test diperoleh 9 siswa yang mendapat skor ≥ 69 dengan
persentase ketuntasan belajar klasikal 25,71 %, sedangkan dari 35 siswa yang mengikuti
post test diperoleh 26 siswa yang mendapat skor ≥ 69, dengan persentase ketuntasan
belajar klasikal 74,29 %. Dengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 74,29 %
tersebut menunjukkan masih belum tercapainya pembelajaran dengan strategi
pembelajaran STAD pada siklus I.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi siklus I, terdapat berbagai permasalahan tentang
proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran STAD,
yaitu:
1) Kemampuan siswa dalam pembelajaran seperti bekerja sama dalam kelompok,
bertanya, memberikan tanggapan, keseriusan siswa saat proses pembelajaran
berlangsung masih kurang. Hal ini perlu ditingkatkan lagi supaya tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
2) Berdasarkan hasil belajar siswa dari 35 siswa hanya 26 siswa yang tuntas, dan
9 siswa yang belum tuntas. Dari hasil belajar siswa diperoleh ketuntasan
klasikal sebesar 74,29% atau rata-rata kelas sebesar 71,57.
3) Dari hasil ketuntasan secara klasikal hanya mencapai 74,29%. Hal ini belum
memenuhi standar kompetensi, yaitu sekurang-kurangnya 85% dari keseluruhan
siswa mencapai nilai KKM yaitu untuk mata pelajaran Sosiologi 69, sehingga
perlu ditingkatkan lagi untuk mengadakan pembelajaran ulang pada materi yang
belum dikuasai siswa.
2. Pelaksanaan Siklus II
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan yaitu menyusun
instrumen
penelitian
yang berorientasi pada pelaksanaan strategi
pembelajaran STAD.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada siklus kedua ini rancangan pembelajaran dengan menerapkan
model STAD pada pokok bahasan Perilaku Menyimpang dengan materi
pembelajaran
teori-teori
perilaku
menyimpang,
dampak
perilaku
menyimpang dan hubungan perilaku menyimpang dengan proses sosialisasi.
Metode yang akan menyampaikan pokok bahasan Perilaku Menyimpang
adalah diskusi kelompok, tanya jawab, dan penugasan. Media yang
dimanfaatkan dalam pembelajaran ini adalah LCD dan lembar kerja siswa
(LKS). Sementara evaluasi pembelajaran dilakukan melalui evaluasi proses
dan hasil belajar. Alokasi waktu untuk setiap pertemuan adalah dua jam
pelajaran (90 menit).
c. Observasi
Berdasarkan
pengamatan
peneliti
dan
observer
terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran
STAD pada siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hasil observasi motivasi belajar siswa siklus II
Hasil angket motivasi belajar siswa pada strategi pembelajaran
STAD pada siklus II adalah sebagai berikut:
Diagram
Hasil analisis angket motivasi belajar siswa siklus II
Berdasarkan diagram hasil analisis angket motivasi belajar siswa tersebut
bahwa tidak ada siswa yang memiliki motivasi kategori sangat baik, sedangkan
ada 26 orang siswa yang memilki motivasi kategori baik dengan persentase
74,29 %, yang memiliki motivasi belajar kategori cukup baik ada 9 siswa dengan
persentase 25,71 % , dan tidak ada siswa yang memilki motivasi kurang baik
maupun tidak baik.
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil analisis ini dapat dilihat pada diagram skor pre test dan skor post
test di bawah ini:
Diagram
Skor rata-rata hasil belajar siswa dalam pelaksanaan strategi pembelajaran
STAD siklus II (Pre Test dan Post Test)
Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar
siswa pada siklus II yaitu pada saat pre test skor rata-ratanya 52,29, sedangkan
pada saat post test skor rata-ratanya 71,57. Hal ini berarti ada peningkatan skor ratarata hasil belajar siswa pada siklus II sebesar 23,14. Sementara analisis ketuntasan
belajar individual dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:
Diagram
Ketuntasan belajar individual hasil belajar siswa dalam pelaksanaan strategi
pembelajaran STAD siklus II
(Pre Test dan Post Test)
Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar
individual pada siklus II pada saat dilaksanakan pre test hanya 11 siswa yang
memperoleh nilai ≥ 69, sedangkan pada saat dilaksanakan post test sebanyak 30
siswa yang telah memperoleh nilai ≥ 69, hal ini berarti ada peningkatan ketuntasan
belajar individual pada siklus II sebanyak 19 siswa. Hasil analisis ketuntasan
belajar klasikal pada siklus II pada saat pre test dan post test dapat dilihat pada
diagram di bawah ini:
Diagram
Ketuntasan belajar klasikal hasil belajar siswa dalam pelaksanaan strategi
pembelajaran STAD siklus II
(Pre Test dan Post Test)
Berdasarkan analisis hasil belajar siswa pada siklus II diketahui bahwa dari
35 siswa yang mengikuti pre test terdapat 11 siswa yang memperoleh nilai ≥ 69 ,
sedangkan pada saat post test sebanyak 30 siswa yang mendapat skor ≥ 69 dengan
persentase ketuntasan belajar klasikal 85,71 %, Dengan persentase ketuntasan
belajar klasikal sebesar 85,71 % tersebut menunjukkan telah
tercapainya
pembelajaran dengan strategi pembelajaran STAD pada siklus II. Jadi pada siklus II
terjadi peningkatan ketuntasan klasikal hasil belajar siswa yaitu pada siklus I
ketuntasan klasikal hasil belajar siswa hanya 74,29% sedangkan pada siklus II
meningkat menjadi 85,71 %. Dengan demikian menunjukkan telah tercapainya
pembelajaran sosiologi dengan menggunakan strategi pembelajaran STAD.
d. Refleksi
Tahap refleksi dilaksanakan setelah diperoleh hasil observasi, dari hasil
observasi diketahui bahwa pelaksanaan strategi pembelajaran model STAD siklus II
terlaksana lebih baik daripada siklus I, yaitu pada siklus II sudah terlaksana cukup
baik. Dari aspek motivasi siswa rata-rata meningkat. Ini terlihat dari kesiapan siswa
mulai dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran selesai. Juga terlihat dari
keantusiasan siswa untuk memperoleh poin agar mendapat reward
atau
penghargaan dari hasil diskusi. Hal ini sangat membantu keaktifan di kelas.
3. Perbandingan Siklus I dan Siklus II
1. Motivasi Belajar
Perbandingan motivasi belajar siswa siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
diagram berikut ini:
Diagram
Perbandingan motivasi belajar siswa siklus I dengan Siklus II
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa motivasi belajar siswa pada siklus
II menunjukkan peningkatan pada kategori baik , cukup baik dan pada kategori
kurang baik disbandingkan siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar
siswa terhadap pokok bahasan perilaku menyimpang mengalami peningkatan.
2. Hasil Belajar
Perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
diagram berikut ini:
Diagram
Perbandingan skor rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal
Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa pada siklus I ada peningkatan skor
sebanyak 19,28 dari skor 52,29 menjadi 71,57, meskipun peningkatan skor rata-rata
kelas pada siklus I kecil namun dapat ditasi dengan peningkatan hasil belajar pada
siklus II yaitu sebanyak 23,14 dari 54,57 menjadi 77,71. Begitu pula dengan
ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan dari post test siklus I sebesar
74,29% dan pada post test siklus II sebesar 85,71%.
PEMBAHASAN
A. Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian motivasi belajar siswa yang dilakukan pada
siklus II menunjukkan peningkatan dibandingkan pada siklus I, pada kategori baik
ada peningkatan sebesar 51,43%, pada kategori cukup baik ada peningkatan
2,85%, dan pada kategori kurang baik ada peningkatan 54,29%. Hal ini sejalan
dengan pendapat Sardiman (2003:75) bahwa motivasi berperan sebagai penumbuh
gairah, rasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, dengan
memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan siswa untuk
melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu.
Sementara Agus (2009: 163) berpendapat bahwa motivasi bertalian erat
dengan tujuan belajar dan motivasi berfungsi sebagai pendorong siswa dalam
kegiatan belajar, penentu arah kegiatan pembelajaran kearah tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai,
dan sebagai penyeleksi kegiatan pembelajaran. Melalui
strategi pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah dalam memahami
pelajaran, serta dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas
atau tes yang diberikan oleh guru.
B. Hasil Belajar Siswa
Seorang siswa dikatakan tuntas apabila siswa tersebut telah mencapai nilai ≥
69 dan suatu kelas dikatan tuntas secara klasikal apabila mencapai persentase ≥ 85
%. Berdasarkan observasi awal yaitu sebelum melaksanakan strategi pembelajaran
model STAD pada pokok bahasan perilaku menyimpang sebagian besar siswa
memperoleh nilai
yang masih rendah yaitu belum tuntas, baik skor rata-rata
maupun ketuntasan secara klasikal.
Pada siklus I hasil belajar siswa pada saat Pre test dan Post test
menunjukkan kenaikan semua. Sebanyak 26 siswa
kenaikan hasil belajarnya
tuntas setelah menggunakan strategi pembelajaran STAD. Sedangkan 9 siswa juga
mengalami kenaikan hasil belajar tetapi masih belum tuntas yaitu kurang dari
KKM. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang belum tuntas, bahwa
mereka memperoleh hasil belajar belum tuntas karena belajarnya kurang sehingga
tidak menguasai materi pelajaran yang akan menjadi bahan ulangan.
Analisis data terhadap hasil belajar siklus ke II menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar. Rata-rata skor dan ketuntasan belajar klasikal sudah
tuntas dan terpenuhi, namun secara individu masih ada beberapa siswa yang belum
tuntas secara individual. Ketuntasan belajar klasikal ini menunjukkan bahwa
melalui strategi pembelajaran model STAD sudah menunjukkan keberhasilannya.
Berdasarkan hasil penelitian hasil belajar siswa yang dilakukan pada siklus
II menunjukkan peningkatan dibandingkan pada siklus I, pada indikator skor ratarata kelas ada peningkatan sebesar 6,14%, sedangkan pada indikator ketuntasan
belajar klasikal ada peningkatan sebesar 11,42%.
C. Strategi Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada
Mata Pelajaran Sosiologi.
Strategi pembelajaran STAD juga dapat menumbuhkan motivasi belajar
siswa karena siswa cenderung suka belajar kelompok daripada belajar secara
individu, selain itu pada strategi pembelajaran STAD terdapat adanya penghargaan
atau poin yang diberikan pada siswa apabila siswa itu menunjukkan peningkatan
belajarnya. Chotimah (2009: 7) menyatakan bahwa gagasan utama Strategi
Pembelajaran STAD adalah memotivasi siswa dan membantu siswa dalam
menguasai materi pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru. Jika siswa ingin
memperoleh penghargaan kelompok, maka siswa dalam kelompok harus
membantu siswa lain untuk mempelajari materi pembelajaran yang sedang
dipelajari.
Muhammad
(2005:6)
mengemukakan
bahwa
ide
utama
strategi
pembelajaran STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan
membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan
guru. Dengan belajar melalui strategi pembelajaran model STAD ini dapat
meningkatkan hasil belajar siswa karena siswa merasa senang, gairah belajarnya
meningkat dan termotivasi untuk belajar dengan baik sehingga hasil yang diperoleh
juga memuaskan dan tercapai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan, selain itu
melalui strategi pembelajaran model STAD terdapat adanya penghargaan atau poin
yang diberikan pada siswa apabila siswa tersebut menunjukkan peningkatan
belajarnya.
KESIMPULAN
Motivasi belajar siswa dengan pokok bahasan Perilaku Menyimpang siswa
kelas X5 SMA Negeri 3 Banjarmasin selama menggunakan strategi pembelajaran
model STAD dapat meningkat. Hasil belajar siswa dengan pokok bahasan Perilaku
Menyimpang
siswa kelas X5 SMA Negeri 3 Banjarmasin selama menggunakan
strategi pembelajaran model STAD dapat meningkat. Respon siswa kelas X5 SMA
Negeri 3 Banjarmasin terhadap penggunaan strategi pembelajaran model STAD
menunjukkan bahwa siswa senang belajar pada pokok bahasan Perilaku Menyimpang
dengan menerapkan strategi pembelajaran model STAD.
SARAN
Saran-saran dalam penelitian ini adalah Guru bidang studi Sosiologi
hendaknya menggunakan strategi pembelajaran model STAD untuk materi-materi yang
sesuai karena dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Diharapkan guru-guru bidang studi dapat menggunakan strategi pembelajaran
kooperatif yang lainnya yang lebih menarik agar siswa lebih termotivasi dan hasil
belajarnya lebih baik dalam pembelajaran Sosiologi.
DAFTAR PUSTAKA
Azis,Abdul Wahab, 2007, Metode dan Model-Model Mengajar IPS. Bandung:
Alfabeta.
Budiningsih,C. Asri , 2005. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.
BSNP, 2006. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta.
Cotimah,Husnul dan Yuyun Dwitasari, 2009. Strategi Pembelajaran untuk Penelitian
Tindakan Kelas. Malang: Surya Pena Gemilang.
Daryanto, 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovtif. Jakarta. Publisher.
Dimyati dan Mudjiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatchan,Achmad dan I Wayan Dasna, 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Malang: Jenggala Pustaka Utama.
Fatchan, 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Jenggala Pustaka Utama.
Hergenhahn,B.R. Matthew H. Olson, Edisi Ketujuh. Theories of Learning (Teori
Belajar). Kencana.
Ibrahim, M,dkk, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Lie,Anita, 2008. Cooperative Learning, Jakarta: Grasindo
Maryati, Kun dan Suryawati, Juju, 2003. Sosiologi 1, Jakarta: Esis Erlangga.
Najimudin, 2004. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran P-IPS untuk Meningkatkan
kemampuan Berpikir Siswa (Tesis), PPS-UPI.
Nurhadi, dkk, 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning /
CTL) dan penerapannya dalam KBK. Malang. Universitas Negeri Malang.
Nur,Muhamad, 2005. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Pusat Sains dan Matematika
Sekolah Unesa.
Sardiman A. M, 2003. Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar. Jakarta PT Raja
Grafindo Persada.
Sulistyorini,Denik,2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD untuk
Meningkatkan Prestasi dan Minat Belajar pada Mata Pelajaran Ekonomi di
SMP Wahid Hasyim Malang (Skipsi), FEKON-UNM.
Shounara,Aryda, 2003. Pelaksanaan Cooperative Learning untuk Meningkatkan
Berpikir Kritis Siswa dalam pembelajaran Sejarah (Tesis). PPS-UPI.
Suprijono,Agus, 2009. Cooperative Learning. Surabaya:Pustaka Pelajar.
Trianto, 2007. Model-Model pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Surabaya: Presasi Pustaka.
Uno, Hamzah B, 2006. Teori Motivasi & Pengukurannya, Gorontalo: Bumi Aksara.
Wahyu , et al, 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Banjarmasin : Universitas
Lambung Mangkurat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Wilis,Ratna Dahar, 1988. Teori-teori Belajar. Bandung: Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (P2LPTK).
Wiraatmadja, Rochiati, 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Kerjasama
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja
Rosdakarya.
Download