B4 arsitektur

advertisement
arsitektur
REPUBLIKA ● AHAD, 13 MARET 2011
B4
FOTO-FOTO: FLICKR
MASJID SELIMIYE
Karya
Oleh Muhamad Syarif AS*
esultanan Turki
Usmani merupakan sebuah
dinasti besar yang
berkuasa pada
akhir abad ke-13
sampai awal abad ke-20. Di bawah
kepemimpinan Sultan Selim I dan Sultan
Sulaiman pada abad ke-16 M, Dinasti
Usmani berhasil mencapai puncak
kejayaannya. Saat itu, wilayah kedaulatannya membentang dari Aljazair di sebelah
barat hingga Azerbaijan di sebelah timur dan
Yaman di sebelah selatan sampai Hungaria di
sebelah utara.
Dengan kata lain, 43 negara dari tiga benua
yang ada saat ini pernah dikuasai Dinasti
Usmani. Puncak kejayaan Usmani mengantarkannya pada periode klasik. Pada periode
inilah, Dinasti Usmani memfasilitasi kesultanannya dengan berbagai sarana pemerintahan dan
sarana publik berupa bangunan-bangunan bernilai
tinggi.
Sampai sekarang, jejak-jejak era keemasan
Usmani masih bisa dirasakan melalui karya-karya
arsitektur yang tersebar di berbagai penjuru
wilayah kedaulatannya, terutama di Turki. Proyek
pembangunan Dinasti Usmani pada era tersebut
tidak dapat lepas dari peran seorang jenius
bernama Mimar Sinan yang kala itu menjabat
sebagai kepala arsitek dan teknik sipil Kesultanan
Usmani.
Ia melaksanakan tugasnya pada masa
kepemimpinan Sultan Sulaiman, Sultan Selim II, dan
Sultan Murad III. Merujuk pada tulisan Sai Mustafa
Celebi yang berjudul Tezkiretul Ebniye, semasa
hidupnya, Mimar Sinan telah mengepalai pendirian
476 buah bangunan berupa masjid, sekolah,
pemandian, istana, jembatan, madrasah, rumah
sakit, dan berbagai sarana lainnya.
Di antara deretan karyanya tersebut terdapat
sebuah bangunan monumental yang diakui oleh
Mimar Sinan sendiri sebagai karyanya paling termasyhur, yaitu Masjid Selimiye.
Masjid Selimiye dibangun di Kota Edirne.
Menurut catatan Evliya Celebi, seorang penjelajah
asal Kesultanan Usmani, dipilihnya Edirne
sebagai tempat pembangunan masjid tersebut
didasarkan pada mimpi Sultan Selim II. Di dalam
mimpinya, Nabi Muhammad SAW memerintah
sang Sultan untuk membangun sebuah masjid
besar di Edirne, kota yang menurut mimpi itu
dilindungi oleh Nabi Muhammad.
Alasan lainnya bahwa para sultan terdahulu telah mendirikan begitu banyak
masjid besar di Turki wilayah timur, sedangkan baru sedikit saja yang berada di
wilayah sebelah barat. Padahal, daerah ini
memiliki peran yang sangat penting,
khususnya Kota Edirne, yang menjadi
gerbang penghubung antara daratan
Turki dan Benua Eropa. Oleh karena
itu, dipilihnya Edirne sebagai tempat
pembangunan masjid ini dianggap
sebagai pilihan yang sangat bijak.
Sultan Selim II sebagai pemrakarsa masjid memercayakan
proses perancangan dan pembangunannya kepada Mimar
Sinan. Sang arsitek sampai
membutuhkan waktu
delapan tahun untuk
menyendiri dan
memikirkan rancangan
masjid yang akan
menjadi karya terbesarnya itu.
Pembuatan fondasinya saja
K
TERMASYHUR
dari Mimar Sinan
PROYEK PEMBANGUNAN MASJID YANG DIKERJAKAN
OLEH 14.400 PEKERJA INI MENGHABISKAN DANA SEBESAR
4,58 JUTA KEPING EMAS.
membutuhkan waktu dua tahun. Hal ini dilakukan
untuk menstabilkan permukaan dan tekstur tanah
di lokasi pendirian masjid.
Proyek pembangunan masjid yang dikerjakan
oleh 14.400 pekerja ini menghabiskan dana sebesar 4,58 juta keping emas. Pengerjaannya dimulai
pada tahun 1568 dan selesai pada 27 November
1574, tetapi masjid ini baru dibuka untuk umum
pada 14 Maret 1575, tiga bulan setelah Sultan
Selim II mangkat. Sang Sultan tidak sempat
meresmikan masjid yang telah diprakarsainya itu.
Tandingan Hagia Sophia
Dahulu terdapat sebuah ungkapan dari kalangan
arsitek Kristen yang menyatakan bahwa tidak akan
ada seorang pun arsitek Muslim yang dapat membangun kubah sebesar kubah Hagia Sophia di
Istanbul. Pandangan negatif inilah yang menjadi
motivasi bagi Mimar Sinan untuk membangun
Masjid Selimiye.
Dengan berdirinya masjid ini, akhirnya ejekan
dari para arsitek Kristen itu pun terpatahkan.
Mimar Sinan berhasil mendirikan Masjid Selimiye
yang memiliki kubah berdiameter 31 meter, setara
dengan kubah Hagia Sophia. Tinggi kubah utama
dari lantai dasar Masjid Selimiye adalah 42 meter.
Kubah utama ini memiliki penampang berbentuk
persegi delapan yang masing-masing sudutnya
ditopang oleh delapan pilar besar. Bagian antara
dasar kubah dengan kedelapan pilar tersebut diisi
oleh muqarnas (ornamen berbentuk stalaktit). Di
bawahnya, empat buah half-dome (kubah terpotong) ditempelkan pada keempat sisi penampang
kubah utama dan sebuah half-dome lainnya
menaungi ruang mihrab.
Dengan demikian, apabila dilihat dari atas,
rangkaian kubah terpusat Masjid Selimiye terlihat
seperti seekor kura-kura. Jumlah half-dome dan
kubah kecil yang menaungi ruang shalat utama
masjid terbilang sangat sedikit. Hal ini membuat
kubah raksasa yang berada di pusat bangunannya
terlihat sangat dominan.
Seperti masjid bergaya Usmani lainnya, Masjid
Selimiye memiliki halaman berbentuk persegi
panjang dengan sebuah tempat wudhu berupa air
mancur (sardivan) di tengahnya. Area terbuka ini
dikelilingi oleh portico (teras berpilar) yang beratapkan 18 kubah. Portico Masjid Selimiye memiliki 16
pilar. Menurut para ilmuan, pilar-pilar tersebut
berasal dari Mesir, Siprus, Syria, dan Turki. Halaman
dengan gaya seperti ini mengadopsi bentuk peristyle pada halaman bergaya Romawi Kuno atau
bentuk sahn pada bangunan-bangunan di Timur
Tengah dan Afrika Utara.
Pada keempat sudut masjid
bediri empat buah menara setinggi
84 meter. Masing-masing menara
memiliki tiga buah balkon. Dua menara di antaranya memiliki tiga buah
pintu tangga yang menuju langsung
pada ketiga balkonnya. Artinya, terdapat
tiga jalur tangga yang berbeda pada sebuah menara. Hal tersebut merupakan bukti lain dari kejeniusan seorang Mimar Sinan.
Ruang utama masjid terdiri atas dua lantai,
yaitu lantai dasar sebagai tempat shalat utama
dan lantai atas berupa balkon yang mengelilingi
ruangan utama. Rancangan seperti ini adalah ciri
khas masjid berarsitektur Turki Usmani.
Masjid Selimiye diterangi oleh 384 buah
jendela. Ratusan jendela itu terbagi ke dalam lima
tingkatan. Jendela-jendela pada tingkat terbawah
dan tingkat kedua menerangi lantai dasar dan
balkon masjid. Barisan jendela pada tingkat ketiga
dan keempat merupakan jendela-jendela clerestory
(jendela pada dinding atas) yang cukup banyak
membiaskan cahaya alami ke dalam masjid.
Pada tingkat kelima terdapat deretan jendela
kubah yang menerangi interior kubah masjid. Sinan
menggunakan kaca jendela berwarna terang untuk
memberikan efek pencahayaan yang maksimal
pada interiornya. Interior masjid didominasi oleh
marmer berwarna putih dan coklat muda dari Pulau
Marmara, serta ubin-ubin keramik yang berasal dari
Kota Iznik.
Berbagai ornamen kaligrafi karya Hasan Celebi,
hiasan arabes, dan muqarnas khas corak Usmani
klasik pun turut menghiasi interior dan eksteriornya. Hampir seluruh lengkungan antarpilar yang
terdapat pada Masjid Selimiye terdiri atas voussoir
(balok-balok pembentuk lengkungan) berwarna
merah dan putih yang disusun secara berselingan.
Di dalam masjid, tepat di tengah ruang shalat
utama terdapat mahfil muazin, yaitu bangunan
menyerupai panggung yang berfungsi sebagai
tempat untuk mengumandangkan azan. Mahfil
muazin di Masjid Selimiye memiliki tinggi 2,4 meter
dan ditopang oleh 12 tiang kecil dengan lengkungan berukir. Letak mahfil yang berada tepat di bawah
kubah utama ini sempat menimbulkan kontroversi
karena biasanya mahfil muadzin diletakkan di
pinggir ruang shalat utama.
Sinan meletakannya tepat di tengah supaya
tidak mengganggu kesimetrisan masjid. Di bawah
mahfil muadzin, sang arsitek menempatkan sebuah
air mancur kecil sebagai metafora jiwa dari kubah
raksasa yang tepat berada di atasnya.
Mihrab Masjid Selimiye terletak pada sebuah
ceruk yang menonjol keluar seperti apse pada
bangunan gereja. Mihrab ini terbuat dari
pahatan batu marmer monolitik yang dihiasi
ornamen geometri dan kaligrafi. Sebuah
mimbar bertangga yang sangat tinggi terletak
di sebelah kanan ceruk mihrab.
Mahfil sultan sebagai tempat shalat
sultan dan para petinggi negara berada di
atas balkon yang terletak di sebelah kiri
ceruk mihrab. Semua lantai masjid
ditutupi oleh karpet berwarna merah.
Pada malam hari, pencahayaan interior
masjid dibantu oleh sekian banyak
lampu gantung.
Masjid Selimiye yang bediri di
atas lahan seluas 2.475 meter
persegi ini dapat menampung
sekitar enam ribu jamaah.
Hingga kini, masjid yang
berusia empat abad tersebut
menjadi ikon Kota Edirne
sekaligus menjadi salah
satu warisan terbesar
peradaban Islam di
bidang arsitektur.
■ ed: heri ruslan
* penulis Alumnus Unpad
FLICKR.COM
Oleh Muhamad Syarif AS
alam tata kota khas
Kesultanan Turki Usmani
dikenal istilah kulliye, yang
berarti kompleks sarana
publik yang mengelilingi sebuah masjid
besar. Sama seperti kebanyakan masjid
lainnya di Turki, Masjid Selimiye pun
berada di dalam sebuah lingkungan
kulliye.
Di belakang masjid ini terdapat dua
buah bangunan kembar, yaitu darul
hadits dan madrasah sebagai tempat
pembelajaran Islam dan pengetahuan
umum. Kedua sekolah ini merupakan
bangunan peristyle berbentuk persegi
dengan taman terbuka di tengahnya.
KULLIYE D
Pusat Kota
Khas Turki Usmani
Semua ruang kelasnya dihubungkan
oleh portico yang mengelilingi taman
tersebut.
Di sebelah kanan masjid terdapat
kompleks pertokoan (arasta) sepanjang
255 meter yang terdiri dari 124 toko.
Deretan toko tesebut berdiri saling
berhadapan dan dihubungkan oleh
sebuah lorong besar. Pertokoan ini
dibangun atas perintah Sultan Murad III
untuk menambah pendapatan kas
masjid. Terpisah oleh jalan raya, di
sekitar masjid terdapat beberapa fasilitas umum lainnya, seperti rumah sakit,
perpustakaan, pemandian, dapur umum,
penginapan, dan permakaman.
Tidak jauh dari kompleks Masjid
Selimiye terdapat beberapa bangunan
bersejarah lainnya yang telah berdiri
beberapa tahun sebelum masjid ini
dibangun, di antaranya adalah Masjid
Eski Cami yang dibangun atas titah
Sultan Mehmet I, Masjid Uc Serefeli
yang menjadi salah satu pelopor masjid
dengan menara berbalkon tiga, serta
kompleks Museum Kesehatan Bayezid II
yang pada era Usmani dahulu merupakan sebuah rumah sakit dan sekolah
kesehatan.
Masjid Selimiye dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya di Edirne
menjadikan kota ini bagaikan sebuah
museum terbuka yang mampu membuktikan jejak-jejak kejayaan Kesultanan
Turki Usmani serta tingginya peradaban
Islam pada masa lampau. ■
Download