Tata Kelola Biaya Operasional Satuan Pendidikan - Kinerja

advertisement
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA
2014
KATA PENGANTAR
Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat
yang diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.
PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.
Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis
peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program
ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand
side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga Program
Kinerja menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan.
Di bidang Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), Program KINERJA mendorong pemerintah daerah
agar menyediakan dana yang cukup bagi sekolah-sekolah agar dapat menyelenggarakan kegiatannya
untuk pencapaian standar pelayanan publik (SPP), standar pelayanan minimal (SPM), dan standar nasional
pendidikan (SNP). Di hampir semua daerah dana yang diperoleh sekolah dari pemerintah pusat melalui
program Bantuan Opersional Sekolah (BOS) tidak mencukupi dan masih ada kesenjangan pembiayaan
operasional. KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota agar proses penghitungan
kesenjangan pembiayaan sekolah yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan dapat diadopsi dan
disebarluaskan ke daerah-daerah lainnya.
Mengingat praktik-praktik penghitungan BOSP yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah mitra
merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna layanan
secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan
dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan,
pendampingan, dan pelaksanaannya.
Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan
BOSP dengan pendekatan KINERJA di daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses dan
teknis penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu KINERJA
dan kabupaten/kota mitra dalam penerapan BOSP.
Jakarta, Januari 2014
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
1
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah
Rekomendasi kepada para Calon OMP
Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan
1
2
3
3
5
5
6
BAB 1
PENDEKATAN KINERJA
Pendekatan Umum Proyek KINERJA
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan
Prinsip dalam Tata Kelola BOSP
7
7
8
9
BAB 2
PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA BOSP
Situasi yang dihadapi di daerah
Bagaimana KINERJA memulai inisiatif
Proses kerja
10
10
11
12
BAB 3
MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES
Tantangan
Keberhasilan Program
15
15
15
BAB 4
REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI
Rekomendasi kepada daerah lain yang ingin untuk replikasi pendekatan BOSP
Rekomendasi untuk OMP
Rekomendasi untuk Para Penyedia Latihan
DAFTAR LAMPIRAN
19
19
20
20
23
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
RINGKASAN EKSEKUTIF
Tujuan dan Keberhasilan KINERJA
1. Tujuan Umum Program KINERJA
KINERJA merupakan program yang bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam
penyediaan layanan publik di Indonesia. Program KINERJA bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari lima
ratusan daerah di Indonesia. Program ini sebagai contoh praktik yang baik diharapkan dapat diterapkan dan
disempurnakan lagi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, dokumen ini ditujukan kepada para pengambil
keputusan yang berminat menerapkan dan menyempurnakan pendekatan KINERJA di daerah mereka. Buku
ini dari “Seri Pembelajaran USAID-KINERJA” menguraikan pembelajaran dari KINERJA dalam penerapan
BOSP di mana prinsip, pelajaran dan rekomendasi di angkat untuk memfasilitasi daerah lain yang ingin
mengadopsi pendekatan-pendekatan kinerja dalam melaksanakan program BOSP.
KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan
dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga
paket, yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional
satuan pendidikan (BOSP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan
pada tata kelola di tingkat SKPD. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada tingkat sekolah demi peningkatan
pelayanan sekolah melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei
pengaduan. Ketiga paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akuntabilitas, partisipatif,
dan responsif.
Di sektor kesehatan KINERJA memusatkan perhatian pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan
aman dan ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup
perbaikan akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multi-pemangku kepentingan dalam
perencanaan dan penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan
pelayanan antara warga negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan
pelayanan publik yang diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola
penguatan sistem kesehatan untuk KIA, HIV/AIDS, dan Tubercolusis (TB).
Di sektor iklim usaha yang baik KINERJA memusatkan perhatian pada perbaikan perizinan usaha dibawah
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan cara membuat kebijakan berbasis bukti dan meningkatkan dialog
pemerintah dan swasta serta menguatkan pengawasan dari masyarakat publik. Beberapa contoh bantuan iklim
usaha yang baik adalah pembentukan PTSP di kabupaten/kota, studi partisipatif mendalam, fasilitasi dialog
pemerintah dan swasta, dan bantuan teknis untuk menyusun rancangan peraturan baru.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
3
2. Lokasi Program KINERJA
KINERJA bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni:
1. Provinsi Aceh: Kabupaten Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Simeulue, danKota Banda Aceh.
2. Provinsi Jawa Timur: Kabupaten Bondowoso, Jember, Probolinggo. Tulungagung, dan Kota Probolinggo.
3. Provinsi Sulawesi Selatan: Kabupaten Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar.
4. Provinsi Kalimantan Barat: Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau
5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Mimika, dan Kota Jayapura.
Berdasarkan pilihannya sendiri, tiga daerah menerima bantuan KINERJA untuk menyusun BOSP, yakni
Kabupaten Bululumba, Kota Banda Aceh, dan Kabupaten Simeulue.
3. Keberhasilan Program BOSP
Pada tahun ini KINERJA bersama organisasi mitra pelaksana dan MSF mendorong pemerintah daerah untuk
menggunakan formula yang memperhitungkan besar kecilnya sekolah dalam menentukan alokasi dana
penunjuang pendidikan. Hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:
•
Ketiga kabupaten/kota mitra KINERJA telah menyelesaikan penghitungan BOSP secara transparan dan
partisipatif dengan melibatkan forum multi stakeholder.
•
Kabupaten Bulukumba sudah mengalokasi BOSDA sesuai hasil penghitungan BOSP sejak tahun 2012 dan
berlanjut hingga tahun 2014 ini.
•
Kabupaten Simeulue sudah mulai mengalokasi dana tambahan sejak 2011 walaupun belum menutup
secara penuh kesenjangan pembiayaan sekolah. Namun pemerintah daerah sudah berkomitmen untuk
memenuhi seluruh kebutuhan pembiayaan sekolah di tingkat SD dan SMP pada 2014.
Kita tahu anggaran di daerah tidak besar. Jadi BOSP telah memberikan kita arahan
meskipun kita akui bahwa masih ada kekurangan dalam pemenuhannya,
tapi paling tidak pencapaiannya sudah luar biasa”
Ras Manudin Rahamin, Ketua Komisi D, DPRK Simeulue, Aceh
4
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
“Program BOSP merupakan hal yang sangat penting sehingga kita mengetahui
dengan pasti berapa dana yang sesungguhnya dibutuhkan setiap sekolah.
Dari situ kita bisa merencanakan pemenuhannya kalau belum cukup dari dana BOS.”
Zulfata, Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan SDM,
Bappeda Kabupaten Simeulue, Aceh
•
Sama halnya dengan Kabupaten Simeulue, pemerintah Kota Banda Aceh juga sudah mulai mengalokasi
dana tambahan sejak 2011.
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah
Program BOSP yang dilaksanakan Pemerintah Daerah bersama Forum Multi Stakeholder dengan dukungan
dari KINERJA menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan,
sebagaimana disampaikan di atas. Rekomendasi pertama KINERJA kepada pimpinan daerah lain, khususnya
daerah dengan anggaran terbatas dan/atau kesenjangan diantara sekolah yang maju dan sekolah yang
ketinggalan, adalah untuk belajar dari pengalaman KINERJA, dan dari pengalaman itu menghitung BOSP dan
mengintegrasikan hasilnya dalam penyusunan APBD.
Berdasarkan pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi lain untuk Pemerintah Daerah, yakni (a)
diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan
program BOSP, (b) setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik, (c) melibatkan masyarakat
atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola BOSP, (d) mendayagunakan staf dan
struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, (e) berkoordinasi dengan instansiinstansi pemerintah daerah terkait, (f) menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program,
dan (g) mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh KINERJA.
Rekomendasi kepada para Calon OMP
Organisasi-organisasi mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu pemerintah daerah dan forum
multi stakeholder dalam melaksanakan program BOSP. Ke depan ada beberapa rekomendasi yang bisa
dipertimbangkan oleh OMP dalam upaya melanjutkan perannya, yakni (a) selalu mengintegrasikan aspek tata
kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
5
forum-forum multi stakeholder, (b) tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan
jumlah peserta, (c) bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai
pegawai yang melaksanakan program, dan (d) menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA
untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan
Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus
pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan
latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga tersebut memasukkan
pendekatan-pendekatan KINERJA dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain (a) tata kelola yang
melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik, (b) lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan
dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan pemahaman, (c) mengadopsi sebagian modul yang
dikembangkan KINERJA.
6
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
BAB 1
PENDEKATAN KINERJA
Pendekatan Umum Proyek KINERJA
KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di
bidang kesehatan, pendidikan dan iklim usaha yang baik.
KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik
di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik.
Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah
di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih responsif
terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan.
Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil
(LSM), dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis
kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
KINERJA berkerjasama organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga menerima pelatihan peningkatan
kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan
masyarakat adalah:
1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa
Anggaran Daerah dan Analisa Bantuan Operasional Satuan Pendidikan;
2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif;
3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan
pengaduan dan janji perbaikan pelayanan; serta
4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk
menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan
pelayanan publik yang lebih baik.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
7
Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni:
1. Meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik;
2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan
mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan;
3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di
Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah.
Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA
dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan
KINERJA percaya bahwa landasan bagi masa depan Indonesia adalah di bidang pendidikan. Empat pilar
pendidikan adalah; (a) pendanaan (b) ketersediaan guru (c) manajemen sekolah yang efektif dan (d)
peningkatan standar pendidikan. Program KINERJA mendukung setiap pilar tersebut.
Di sektor pendidikan, KINERJA melaksanakan program-program BOSP, DGP (Distribusi Guru Proporsional),
dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di empat provinsi (Aceh, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
umum sebagai berikut:
•
Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah
lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan
Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan,
keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.
•
Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat
diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikutserta dalam penyelengaraan pendidikan
sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, programprogram sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.
•
Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara
berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat
dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi
juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.
8
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Prinsip dalam Tata Kelola BOSP
Selain prinsip-prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola BOSP dilaksanakan dengan prinsipprinsip sebagai berikut:
1. Pelaksanaan dan monitoring alokasi dana ke sekolah diperlukan agar pelaksanaan program BOSP dapat
tepat sasaran dan dapat terus disempurnakan.
2. Penghitungan BOSP berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah
atau guru serta menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat.
3. Penghitungan BOSP menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas
Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama.
4. Memuat capaian SPP, SPM dan SNP sehingga pembiayaan sekolah lebih diarahkan pada peningkatan
pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang lebih
tinggi.
5. Didasarkan pada regulasi daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Hal ini diperlukan untuk menjamin program
BOSP dapat berlangsung terus secara berkesinambungan.
6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat agar pengaduan dengan aspek keuangan sekolah menjadi
sumber perbaikan alokasi dana.
7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang
berpotensi meningkat sesuai kebutuhan pencapaian standar.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
9
BAB 2
PENGALAMAN KINERJA
DALAM TATA KELOLA BOSP
Situasi yang dihadapi di daerah
Banyak daerah yang meluncurkan program pendidikan gratis tanpa mengetahui dengan pasti jumlah dana
yang dibutuhkan sekolah untuk menyelenggarakan program dan kegiatan yang berkaitan dengan pencapaian
standar pelayanan minimal yang diamanatkan oleh peraturan perundangan. Itulah sebabnya diperkirakan
sekitar 70% sekolah belum mencapai standar pelayanan minimal tersebut.
Bagi sekolah-sekolah yang dana operasionalnya tidak
mencukupi, pernyataan sekolah gratis menyulitkan dalam
upaya memperoleh dukungan dana dari sumber-sumber lain.
Masyarakat beranggapan bahwa dengan program sekolah gratis
pemerintah (pusat maupun daerah) telah mampu memenuhi
seluruh kebutuhan pembiayaan sekolah.
Pada kenyataannya tidaklah demikian. Sebagai contoh,
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan meluncurkan program
pendidikan gratis dengan mengalokasi dana sebesar Rp48.000
per siswa per tahun untuk sekolah dasar. Padahal jumlah itu
belum mampu menutup kesenjangan pembiayaan sekolah, yang
dari hasil penghitungan biaya operasional satuan pendidikan,
membutuhkan total biaya Rp837.000 per siswa per tahun.
Setelah dikurangi dana dari BOS (Rp580.000) dan pemerintah provinsi, masih ada kesenjangan sebesar
Rp209.222.
Dengan demikian, pengitungan BOSP menjadi besar manfaatnya.
10
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Bagaimana KINERJA memulai inisiatif
1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders
Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program BOSP dengan diskusi intensif
dengan KINERJA. Beberapa daerahakui pentingnya manfaat dari penghitungan BOSP yang lebih sistematis
dan menyepakati pelaksanaan program kerjasama melalui penandatanganan kesepakatan (memorandum of
understanding) antara Bupati/Walikota dengan KINERJA.
Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan dan
anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif bidang pendidikan
dan legislatif bidang pendidikan supaya ada champion di dua belah pihak untuk menterjemahkan penghitungan
BOSP menjadi program dan anggaran sekolah yang adil dan cukup dalam APBD.
Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat,
khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Keterlibatan masyarakat dalam penghitungan BOSP
dan dalam promosi BOSP yang lebih adil dan cukup menjadi landasan sehingga tata kelola BOSP dapat
dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel.
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa program ini hanya dapat dilaksanakan karena ada komitmen
yang kuat dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait
lainnya termasuk DPRD dan masyarakat.
Komitmen ini ditunjukkan dengan penerbitan Peraturan Bupati/Walikota tentang Dana Bantuan Operasional
Sekolah (di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Simelue disebut dengan Dana Penunjang Pendidikan) berikut
petunjuk teknis serta alokasi dana yang dimuat dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran
di tingkat kabupaten/kota (APBD) dan Dinas Pendidikan, yakni Rencana Kerja (Renja), Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA), dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Naskah akademis Peraturan Walikota Banda
Aceh dilampirkan.
2. Pengaturan Pekerjaan
Di tingkat kabupaten/kota KINERJA memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang
pelayanan publik yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah
mengkoordinir program bersama pemerintah daerah, forum multi stakeholder (MSF), dan organisasi mitra
pelaksana (OMP). Selain itu spesialis juga bertanggungjawab atas penjaminan mutu pelaksanaan program.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
11
Program BOSP dilfasiltasi oleh OMP yang bekerja secara penuh dalam melaksanakan lokakarya-lokakarya
dan pendampingan untuk pemerintah daerah dan forum multi stakeholder. Untuk program BOSP, KINERJA
bekerjasama dengan dua OMP, yakni:
•
Lembaga Pelatihan dan Konsultasi Inovasi Pendidikan (LPKIPI) yang bekerja di Kabupaten Bulukumba,
Sulawesi Selatan.
•
GERAK yang bekerja di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Simeulue, Aceh.
OMP selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui suatu Tim Teknis yang terdiri dari unsurunsur Bappeda, Dinas Pendidikan, Bagian Organisasi, Bagian Keuangan, Badan Kepegawaian Daerah, dan
lembaga-lembaga non pemerintah. Tim Teknis ini dibentuk secara resmi dan berdasarkan Surat Keputusan
Bupati/Walikota.
3. Penyusunan rencana kerja
Setelah Surat Keputusan Bupati/Walikota diterbitkan, maka Tim Teknis menyusun rencana kerja berikut
jadwal pelaksanaan untuk masing-masing tahapan. Jadwal rencana kerja harus sesuai atau mengikuti jadwal
perencanaan dan penganggaran daerah.
Proses kerja
1. Peran masing-masing stakeholder
Pada prinsipnya semua stakeholder bekerjasama dalam pelaksanaan program BOSP di semua tahapan,
namun masing-masing stakeholder mempunyai peran khusus. OMP berperan melaksanakan lokakaryalokakarya yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam penghitungan BOSP dan pendampingan
dalam penghitungan. Tim Teknis berperan melakukan penghitungan BOSP dan menyusun rekomendasi
teknis yang disampaikan kepada pengambilan keputusan. Bupati/Walikota berperan dalam menindaklanjuti
rekomendasi teknis dengan menerbitkan berikut petunjuk teknisnya. Dinas Pendidikan dan Badan Kepegawaian
Daerah berperan dalam melaksanakan alokasi dana ke sekolah sesuai dengan hasil penghitungan dan
rekomendasi teknis serta berpedoman pada Peraturan Bupati/Walikota dan petunjuk teknisnya.
Selain terlibat dalam Tim Teknis yang melakukan proses penghitungan dan penyusunan rekomendasi
teknis, forum multi stakeholder berperan dalam pengawasan pelaksanaan alokasi dana ke sekolah-sekolah.
12
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Pengawasan dilakukan melalui monitoring dan pengaduan-pengaduan yang kemudian ditindaklanjuti dengan
analisis dan laporan kepada para pengambil kebijakan.
2. Pelaksanaan rencana kerja
Program BOSP dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
● Penghitungan BOSP. Penghitungan didasarkan pada kebutuhan operasional sekolah yang dikaitkan
dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran untuk mencapai standar pelayanan minimal (SPM) dan
standar nasional pendidikan (SNP).
● Analisis kesenjangan. Analisis kesenjangan ini merupakan kekurangan pembiayaan operasional
sekolah berdasarkan selisih hasil penghitungan biaya operasional dan dana bantuan operasional
sekolah (BOS) yang diterima dari Pemerintah Pusat.
● Rekomendasi teknis. Isi rekomendasi teknis yang paling utama adalah mengusulkan agar
Pemerintah Daerah menutup kekurangan pembiayaan operasional sekolah dengan menganggarkan
dan mengalokasikan dana tambahan ke sekolah-sekolah. Disamping itu diusulkan juga tentang
mekanisme pengalokasian dana, termasuk monitoring dan evaluasinya.
● Uji publik. Hasil penghitungan BOSP dan rekomendasi didiskusikan dengan berbagai pihak, termasuk
masyarakat dan DPRD. Hal ini dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan memahami dan
memberi masukan untuk pengambil kebijakan dalam penerapan bantuan operasional sekolah yang
bersumber dari pemerintah daerah (BOSDA).
● Regulasi. Setelah semua pihak yang berkepentingan memahami dan menyetujui hasil penghitungan
dan rekomendasi BOSP, maka Bupati/Walikota menerbitkan Peraturan tentang BOSDA yang
diikuti oleh petunjuk teknis pelaksanaannya.
● Perencanaan dan penganggaran. Untuk bisa dilaksanakan, hasil penghitungan dan rekomendasi
dimasukkan ke dalam perencanaan dan penganggaran daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun
satuan kerja parangkat daerah (SKPD), yang dalam hal ini Dinas Pendidikan (Renja, RKA, DPA).
● Pelaksanaan. Sesuai dengan perencanaan dan penganggaran yang telah ditentukan, maka dana
bantuan operasional didistribusikan ke sekolah-sekolah yang dilaksanakan secara transparan dan
sesuai dengan petunjuk teknis.
● Pelaporan, monitoring, dan evaluasi. Untuk menjamin distribusi dana ke sekolah-sekolah
dilaksanakan sesuai peraturan, maka pelaporan yang akuntabel dilakukan secara teratur sehingga
program ini dapat mencapai tujuannya. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara teratur sehingga
perbaikan-perbaikan penyelenggaraan distribusi dan penggunaan dana bantuan sekolah dapat
dilaksanakan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
13
3. Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja
Sekurang-kurangnya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program BOSP
dengan pendekatan KINERJA:
● Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam daya tanggap terhadap kebutuhan pembiayaan
sekolah, ketrampilan penghitungan dan kesenjangan pembiayaan operasional sekolah.
● Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan program BOSP. Forum-forum multi
stakeholder di Kabupaten Bulukumba dan Kota Banda Aceh telah menunjukkan keterlibatan dan
berperan secara signifikan dalam setiap tahapan program.
● Peningkatan kemampuan finansial sekolah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya, khususnya
pembelajaran untuk secara bertahap mencapai standar pelayanan publik (SPP), SPM dan SNP.
Pengalaman di Kabupaten Bulukumba menunjukkan bahwa program BOSP terus berlanjut walaupun
masa pendampingan KINERJA sudah berakhir. Hal ini dimungkinkan karena komitmen Pemerintah Daerah
dan DPRD sangat tinggi serta adanya forum multi-stakeholder yang aktif mendampingi dan mengawasi
program tersebut.
14
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
BAB 3
MENGATASI TANTANGAN
DAN MENCAPAI SUKSES
Tantangan
Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
program BOSP, yakni antara lain:
● Kadangkala pelaksanaan program ini membutuhkan perubahan perencanaan daerah yang tidak mudah
dilakukan. Perubahan tersebut disebabkan proses akhir penghitungan BOSP dan rekomendasi teknisnya
tidak sesuai dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah.
● Keterbatasan anggaran yang tersedia dan prioritas pemenuhan kebutuhan sektor lain menyebabkan
program BOSP tidak dapat segera dilaksanakan.
● Kapasitas para pegawai yang menangani program BOSP masih kurang sehingga proses penghitungan,
penyusunan rekomendasi teknis, dan pengintegrasian ke dalam perencanaan dan penganggaran menjadi
terhambat. Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui lokakarya dan pendampingan yang
intensif.
● Kapasitas personil sebagian organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga pada awal pelaksanaan
program proses pendampingan kepada pemerintah daerah dan multi stakeholder belum seperti yang
diharapkan. Tantangan ini diatasai melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA.
● Pergantian pejabat pemerintah daerah yang menyebabkan perubahan komitmen dari pejabat baru.
Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga pejabat baru dapat memahami
dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program.
Keberhasilan Program
1. Contoh keberhasilan Program BOSP di Kabupaten Bulukumba
Program BOSP di Kabupaten Bulukumba dapat dijadikan contoh keberhasilan Program BOSP dengan
pendekatan KINERJA. Kabupaten ini menghadapi masalah serius dalam hal kualitas layanan pendidikan di
sekolah-sekolah yang salah satunya disebabkan karena terbatasnya dana operasional sehingga sekolah
tidak dapat mencapai standar pelayanan dan standar pelayanan. Dana yang diterima dari Program BOS
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
15
yang bersumber dari APBN tidak mencukupi sehingga pemerintah daerah perlu menutup kekurangan dana
operasional tersebut.
a) Upaya mengatasi kekurangan Biaya Operasional Sekolah
Dalam rangka untuk mengatasi tantangan kekurangan dana operasional sekolah, pemerintah Kabupaten
Bulukumba bekerja sama dengan LSM Forum Pendidikan Bulukumba dan LPKIPI sebagai OMP, melakukan
penghitungan biaya operasional sekolah per murid per tahun. Berdasarkan analisis LPKIPI, forum multistakeholder yang terdiri dari pejabat pemerintah dan anggota masyarakat memimpin upaya
advokasi untuk mengeluarkan Peraturan Bupati untuk memastikan Program BOSP dilaksanakan secara efektif.
Melalui serangkaian diskusi dan negosiasi intensif antara wakil-wakil pemerintah dan masyarakat , peraturan
tersebut disahkan sehingga menjadi kebijakan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah kekurangan
biaya operasional untuk sekolah. Implementasi peraturan bupati ini dipantau oleh forum multi-stakeholder dan
mereka bangga melaporkan bahwa peraturan itu akhirnya dilaksanakan dan telah berjalan selama 3 tahun.
b) Pendekatan KINERJA
Pendekatan KINERJA mengedepankan keterlibatan dari dua sisi, yakni sisi penyedia layanan (pemerintah
daerah) dan sisi pengguna layanan (murid, orangtua). Di sisi penyedia layanan, pendekatan ini bertujuan untuk
memperkuat pemerintah daerah dalam hal:
● Meningkatkan perhatian pada dampak kekurangan biaya opersional sekolah untuk peningkatan
layanan pendidikan berkualitas
● Meningatkan kemampuan penghitungan biaya operasional yang dibutuhkan sekolah dalam rangka
secara bertahap memenuhi standar pelayanannya
● Secara efektif menerapkan kebijakan biaya operasional sekolah dalam siklus perencanaan dan
penganggaran daerah
Di sisi pengguna layanan, pendekatan ini memperkuat masyarakat, khususnya orangtua murid, sehingga
mereka akan:
● Memahami hak-hak mereka terhadap layanan pendidikan yang berkualitas
● Secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan kebijakan daerah yang
mempengaruhi masyarakat
16
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
● Melakukan peran pengawasan dan tahan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan biaya operasional sekolah secara efektif dan secara berkesinambungan
Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif
(jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong
atas dasar kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti kebaikan bersama yang menjadi tujuan
kebijakan pemerintah daerah. Di masa lalu, alokasi dana ke sekolah adalah hak pemerintah, namun
Kabupaten Bulukumba melibatkan masyarakat untuk melaksanakan alokasi.
c) Strategi program
Secara kronologis strategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program BOSP adalah
sebagai berikut :
1). Penguatan organisasi masyarakat sipil
Pemerintah Kabupaten Bulukumba memperkuat organisasi masyarakat sipil dengan melibatkan
mereka dalam analisis, perencanaan, pengawasan, dan evaluasi . Selain itu, organisasi pemerintah
dan masyarakat sipil bekerjasama selama dialog café demokrasi dan dirujuk bersama-sama di media
cetak.
2). Pembentukan dan penguatan forum multi-stakeholder (MSF)
Pemerintah setempat juga diakui dan didukung oleh Forum Pendidikan Bulukumba melibatkan
anggota masyarakat, pekerja pembangunan desa, anggota dewan pendidikan, dan wartawan. Forum
ini melakukan kampanye advokasi khusus pada kebijakan tata kelola BOSP.
3). Pembentukan Tim Teknis
Pemerintah Kabupaten Bulukumba membentuk tim teknis yang melibatkan beberapa SKPD terkait,
termasuk Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Bagian Pendidikan dan
Pelatihan, Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah, BagianHukum, Bagian Organisasi, dan
Forum Pendidikan Bulukumba untuk menghitung, menganalisis, dan memverifikasi biaya operasional
sekolah, dan untuk menyusun Peraturan Bupati dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan.
4). Advokasi kebijakan oleh Tim Teknis
Dinas Pendidikan Kabupaten Bulukumba bekerjasama dengan forum multi-stakeholder
menyebarluaskan Peraturan Bupati melalui diskusi-diskusi dan koran lokal.
5). Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan oleh MSF
Menyusul penerbitan Peraturan Bupati forum multi-stakeholder dan jurnalisme warga memantau
pelaksanaan alokasi dana ke sekolah-sekolah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
17
d) Hasil-hasil Program BOSP
Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut :
● Peraturan Bupati No.19 Tahun 2013 tentang Penghitungan BOSP
● Menerapkan prosedur alokasi biaya opersional ke sekolah-sekolah
● Pembentukan Tim Teknis dan Tim Implementasi oleh pemerintah daerah
● Pembentukan Forum Multi Stakeholder (Forum Pendidikan Bulukumba)
● Alokasi dana untuk biaya operasional ke sekolah-sekolah
2. Program pengungkit
Program BOSP yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh tiga pemerintah daerah telah
menunjukkan hasil-hasil yang baik. Keberhasilan ini tidak hanya ditunjukkan dengan pelaksanaan alokasi
dana untuk biaya operasional ke sekolah-sekolah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, tetapi juga
keterlibatan masyarakat dalam setiap proses program, dari inisiasi, perencanaan hingga pelaksanaannya.
Keterlibatan masyarakat seperti ini merupakan bentuk nyata keterbukaan dan akuntabilitas publik yang
dimandatkan oleh peraturan perundangan.
Keberhasilan Program BOSP ini dapat dijadikan pengungkit untuk program-program lainnya, tidak hanya di
sektor pendidikan, tetapi juga sektor-sektor lainnya dan di instansi-instansi lainnya.Masih banyak programprogram pendidikan yang dapat dilaksanakan dengan pendekatan ini, seperti pengangkatan dan distribusi
guru, pembangunan dan rehabilitasi gedung sekolah, dan pengadaan sarana pembelajaran. Demikian juga
di sektor-sektor lain seperti kesehatan, pekerjaan umum, dan kependudukan. Program-program ini dapat
dilaksanakan apabila pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai kepedulian dan kemauan untuk secara
bersama-sama melaksanakannya.
18
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
BAB 4
REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI
Program KINERJA untuk BOSP bekerja di sedikit daerah, hanya di tiga dari ratusan daerah di Indonesia.
Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan di daerah-daerah lain.
Oleh karena itu, KINERJA berharap daerah-daerah lain dapat melihat manfaat bagi pemerintah daerah dan
masyarakat dari penghitungan BOSP secara lebih adil dan cukup, dan bersedia mereplikasi dan mengadopsi
pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan Program BOSP. Berikut ini adalah rekomendasi bagi
daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan
organisasi-organisasi mitra pelaksananya.
Rekomendasi kepada daerah lain yang ingin untuk replikasi
pendekatan BOSP
Berdasarkan pengalaman KINERJA, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan
mereplikasi metoda dan pendekatan KINERJA untuk program BOSP.
a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk
melaksanakan program BOSP. Komitmen ini ditunjukkan dengan kabijakan formal dan pasti melalui
penerbitan peraturan, petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus
perencanaan dan penganggaran daerah.
b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi
utama pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan
perundangan.
c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola
BOSP. Oleh karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah
untuk kepentingan masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan
kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaannya.
d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru.
Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru,
melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.
e. Berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah terkait. Dalam pelaksanaannya, Program
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
19
BOSP memerlukan keterlibatan instansi-instansi lainnya, terutama Bappeda dan Bagian Keuangan.
Selain itu, DPRD juga diperlukan keterlibatannya karena institusi inilah yang memberi persetujuan
pada setiap program dan anggaran.
f. Menetapkan indikator KINERJA dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan.
g. Mengadopsi pendekatan KINERJA dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh
KINERJA. Bahan-bahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan,
pendampingan, dan acuan pelaksanaan program.
Rekomendasi untuk OMP
Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program BOSP
adalah:
a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan
pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder.
b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta.
c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang
melaksanakan program.
d. Menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri
maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi untuk para Penyedia Latihan
Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus
pelatihan dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan
latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat:
a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam kurikulum diklat yang meliputi antara lain tata
kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik.
b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan
dan pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kegiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni
pendampingan secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan
hasil-hasil pelatihan.
c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul
tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA, terutama dalam
hal tata kelola dan ‘governance’.
20
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
21
CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN
Lampiran ini dirancang agar mudah diakses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang hendak
mengetahui komentar pihak lain tentang upaya KINERJA untuk penghitungan BOSP, silahkan membaca
Lampiran A tentang testimoni, laporan media dan bahan promosi.
Bagi pembaca yang mau mempelajari lebih dalam tentang substansi, silahkan membaca Lampiran B
Bagi pembaca yang mau mempelajari cara KINERJA melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran
C dan lampiran berikut. Bahan lengkap dapat dibaca di CD terlampir.
Lampiran akhir adalah isi CD, Daftar Bacaan, dan Daftar Singkatan dan Istilah
22
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi
26
LAMPIRAN B
Uraian Substansi
29
Pendahuluan
Daerah Percontohan
Uraian lampiran ini
29
30
30
MODUL I
Pentingnya BOSP Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan
• Pendahuluan
• Manfaat Penghitungan BOSP
• Peran MSF dan Media dalam Penyusunan BOSP
• Standar Nasional Pendidikan
• Standar Pelayanan Minimal (SPM)
• Standar Biaya Operasional Pendidikan
• Contoh Bahan Presentasi
32
32
33
35
36
40
42
45
MODUL 2
PENTINGNYA BOSP DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN
PENDIDIKAN
48
• Pendahuluan
48
• Biaya Pendidikan (BP)
48
•
49
MODUL 3
www.kinerja.or.id
Biaya Satuan Pendidikan (BSP)
• Biaya Investasi
50
• Biaya Operasional
50
• Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
51
• Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan (BOPSP)
51
• Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan (BONSP)
52
• Sumber Pendanaan
53
• Contoh Bahan Presentasi
64
PENDEKATAN DAN KONSEP BOSP SERTA CARA PENGHITUNGANNYA
66
•
Pendahuluan
66
•
Sejarah Penghitungan BOSP
66
•
Pendekatan KINERJA Penghitungan BOSP
67
•
Cara Penghitungan BOSP
70
•
Penghitungan BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah
78
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
23
MODUL 4
MODUL 5
MODUL 6
LAMPIRAN C
MODUL 1
MODUL 2
MODUL 3
24
•
Persiapan untuk penghitungan BOSP
80
•
Contoh Bahan Presentasi
83
Proses Penghitungan BOSP
86
•
Pendahuluan
86
•
Tahap-tahap Penyusunan BOSP
86
•
Contoh Bahan Presentasi
91
Pengawalan dan Advokasi Pembentukan Kebijakan BOSP
100
•
Pendahuluan
100
•
Kesempatan bagi masyarakat dalam penyusunan kebijakan BOSP
103
•
Contoh Bahan Presentasi
106
Integrasi BOSDA ke dalam Perencanaan dan Penggangaran
108
•
Pendahuluan
108
•
Perencanaan Daerah
108
•
Peran Masyarakat, MSF, dan Media
113
•
Contoh Bahan Presentasi
116
Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Training
119
Pilihan pelaksanaan fasilitasi dan training
119
Uraian lampiran ini
122
Bahan pendukung
123
Pentingnya BOSP dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan
124
• Tujuan Pembelajaran
124
• Tahap Persiapan
124
• Waktu training dan fasilitasi
125
• Proses Training dan Fasilitasi
125
Biaya dan Sumber Pendanaan Biaya Operasional Sekolah
127
• Tujuan Pembelajaran
127
• Tahap Persiapan
127
• Waktu
128
Pendekatan dan Konsep BOSP Serta Cara Penghitungannya
130
• Tujuan Pembelajaran
130
• Tahap Persiapan
130
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
MODUL 4
MODUL 5
• Waktu
130
• Proses Fasilitasi
131
Proses Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan
133
• Tujuan Pembelajaran
133
• Peserta
134
• Proses dan Waktu Latihan
135
• Tindak lanjut
136
Pengawalan dan Advokasi Penyusunan Kebijakan BOSP
137
• Tujuan Pembelajaran
137
• Persiapan
137
• Waktu pelatihan
138
• Proses fasilitasi
138
Integrasi BOSDA ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran
140
• Tujuan Pembelajaran
140
• Persiapan
140
• Waktu pelatihan
140
• Proses fasilitasi
141
LAMPIRAN D
Jenis Pelayanan, Indikator SPM, dan Formula Penghitungan Indikator SPM
Bidang Pendidikan
142
LAMPIRAN E
Jenis Pelayanan, Indikator SPM, dan Formula Penghitungan Indikator
SPM Bidang Pendidikan
172
LAMPIRAN F
Naskah Akademik Dana Penunjang Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh
178
LAMPIRAN G
Daftar Bacaan
198
LAMPIRAN H
Bahan di CD
200
LAMPIRAN I
Daftar Singkatan/Istilah
201
MODUL 6
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
25
Lampiran A
Testimoni, Laporan Media
dan Bahan Promosi
Testimoni
1. Ras Manudin Rahamin, SE, Ketua Komisi D, DPRK Simeulue, Aceh
Pendidikan itu program nasional dan sudah ditentukan anggaran pendidikan itu tidak kurang dari 20
persen. Dan kita alhamdulilah hampir 30 persen untuk pendidikan. DPRK itu mempunayi tiga peran, yakni
penganggaran, legislasi, dan pengawasan. Jadi saya kira perannya sangat luas dan juga sangat menentukan
bagi alokasi anggaran yang tidak kurang dari 20 persen itu.
Kalau yang di bidang pendidikan, kita terbantu ketika menetapkan standar biaya operasional atau BOSP bagi
sekolah SD dan SMP dan itu satu hal yang sangat membantu baik itu bagi pemerintah terutama bagi kami di
Komisi D di DPRK untuk mengalokasikan itu. Karena pada prinsipnya kami setuju dan mendukung itu. Hanya
saja proses penganggaran itu kan dari eksekutif. Nah ketika proses penganggaran sebelumnya itu tidak
mendekati BOSP karena belum diformulasikan dalam sebuah kebijakan dan rumusan tertentu, ya tentu kita
tidak punya pedoman. Terkadang itu proses politik yang tinggi sehingga tidak tercapai, misalnya.
Kita tahu anggaran di daerah tidak besar. Jadi BOSP telah memberikan kita arahan meskipun kita akui bahwa
masih ada kekurangan dalam pemenuhannya, tapi paling tidak pencapaiannya sudah luar biasa. Sampai yang
terakhir ini misalnya kalau untuk SMA itu sudah terpenuhi meskipun tidak masuk di program. Tapi kalau SMP
sederajat itu hanya tinggal Rp. 133 per murid per tahun saja kurangnya. Sementara untuk SD itu Rp.79.500-an
per murid per tahun. Mudah-mudahan ini kita berharap sebulan lagi kami akan membahas kebijakan umum
anggaran, platform, KUA/PPAS 2014, mudah-mudahan ini bisa tertutupi untuk lebih kurang 13.500 siswa
bagi SD.
Kita juga dari Komisi D menyarankan agar kebijakan anggaran bagi pendidikan ke depan itu lebih kepada
mutu, bukan lagi kepada fisik. Itu yang pertama. Lalu kemudian hal yang lain juga adalah persoalan distribusi.
Tetapi saya kira ini adalah teknis sebetulnya bagi kebijakan di eksekutif, terutama di Dinas Pendidikan.
26
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Selama ini kita terbuka dan berterimakasih kepada USAID-KINERJA.Saya mengikuti program ini efektifnya
sejak awal 2012 sampai sekarang. Itu sekali lagi sangat luar biasa karena saya tahu betul bagaimana interaksi
Kinerja dengan Pak Rizal sebagai supervisornya di sini yang membantu kita dan sharing data dan lain
sebagainya. Kami memberikan informasi dan begitu juga sebaliknya kita mendapatkan informasi untuk kita
formulasikan dalam kebijakan kita, baik itu anggaran maupun peraturan-peraturan di tingkat daerah.
Kalau boleh berharap program ini bisa dilanjutkan. Nah, kami pemerintah daerah eksekutif dan legislative dan
semua stakeholder yang ada di sini tentu punya kewajiban dan tanggung jawab untuk meneruskan ini. Tentu
yang paling menjadi tanggung jawab kita adalah bagaimana meneruskanBOSP yang sudah ada. Kami juga
berharap program BOSP dapat berlanjut terus, terutama alokasi dana ke sekolah-sekolah ketika ditinggalkan
USAID-KINERJA. Atau mungkin juga akan ada program yang lain, dan itu akan melengkapi. Saya kira
memang kalau secara khusus, kita belum membicarakan itu. Karena memang tentu ketika intervensi USAIDKINERJA selesai dan kita ketemu, kemudian ada rekomendasi. Rekomendasi itu kemudian kita masukkan di
dalam perumusan kebijakan. Kita berharap rekomendasi itu yang akan sangat berharga dan membantu kita
dan kita berterimakasih untuk itu.
2. Zulfata, Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan SDM,
Bappeda Kabupaten Simeulue, Aceh
Pihak kami mendukung penuh program BOSP dari awal perencanaan untuk meningkatkan pelayanan publik di
sektor pendidikan karena sesuai fungsi kami dalam pembangunan sumberdaya manusia melalui pendidikan.
Masalah utama pendidikan di Kabupaten Simeulue adalah mutu dan untuk itu perlu dukungan pendanaan
yang cukup untuk meningkatkan mutu tersebut. Sekolah membutuhkan dana untuk melaksanakan pendidikan
yang bermutu. Program BOSP merupakan hal yang sangat penting sehingga kita mengetahui dengan pasti
berapa dana yang sesungguhnya dibutuhkan setiap sekolah. Dari situ kita bisa merencanakan pemenuhannya
kalau belum cukup dari dana BOS. Tapi pemenuhan itu juga mungkin tidak bisa sekaligus, bertahaplah, sesuai
dengan kemampuan APBD. Yang penting sekolah fokus pada kebutuhan, bukan keinginan. Jadi itu dana untuk
operasional sekolah. Makanya kita bersama-sama dengan USAID-KINERJA mencoba advokasi supaya ini kita
fokuskan untuk operasional pembangunan di bidang pendidikan, terutama dalam hal kualitasnya.
Proses perhitungan BOSP itu kita mulai dari identifikasi di lapangan, di check. Kemudian memang ternyata
setelah kita komunikasi dengan para pelaku di lapangan, kepala-kepala sekolah, mereka menyatakan dana
untuk opersional sekolah memang masih kurang. Setelah itu kita ajak mereka, duduk secara bersama-sama
kita hitung dan kesimpulannya memang masih kurang. Pada tahun 2013 sudah kita mulai mengalokasikan
dana ke sekolah untuk menutup kekurangan tersebut. Untuk SMP sudah kita tambah Rp.77.000 per siswa
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
27
per tahun. Sementara ke depan ini semua kebutuhan BOSP sesuai dengan perhitungan nyata dengan kepala
sekolah kita penuhi.
Untuk tahun 2014 semua perhitungan BOSP yang semula kita anggap ada kesenjangan dipenuhi dari dana
Otonomi Khusus (Otsus) Aceh dan APBK Simeuleu. Ya otomatis sebelum perhitungan, dana yang kita
sediakan untuk mendukung operasional di sekolah itu masih kecil dan belum dapat memenuhi kebutuhan.
Namun setelah kita sepakat untuk memenuhi, tentu ini akan menguras anggaran. Oleh karena itu kita siasati
penganggaran itu sebagiannya kita ambil dari dana Otsus kemudian kita tampung di APBK.
Tantangannya kemudian pada saat operasional di lapangan. Pada saat implementasi itu harus ada
pengawasan yang ketat. Karena kita berharap kekurangan biaya yang selama ini dianggap sebagai
masalah kenapa pendidikan kita kurang bermutu dengan BOSP ini harus sudah dapat meningkatkan mutu.
Jadi tantangannya lebih ke arah bagaimana BOSP ini mendorong supaya kualitas pendidikan.Harus ada
pengawasan melekat. Artinya, dari sisi perjalanan kita sudah anggarkan, dan sudah kita alkoasikan dana untuk
itu. Kemudian secara periodik kita akan melakukan monitoring dan sekaligus kita evaluasi. Jadi yang penting
sejauh mana ketersediaan anggaran ini mampu berpengaruh atau berdampak terhadap peningkatan mutu
atau kualitas pendidikan di Simeuleu sesuai dengan SPM.
Laporan Media dan Bahan Promosi
Disediakan dalam bentuk file di CD terlampir.
28
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Lampiran B
Uraian Substansi
Pendahuluan
Lampiran ini adalah kumpulan bahan substansi tentang penghitungan BOSP, upaya mendorong agar
hasil penghitungan masuk kedalam perencanaan dan penganggaran daerah, dan pelaksanaan BOSP,
sebagai sumber informasi bagi pihak yang ingin mereplikasikan keberhasilan program KINERJA-USAID
di daerah yang terbukti sukses dalam tata kelola BOSP. Materi ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang
hendak melakukan fasilitasi penghitungan BOSP dan penyusunan kebijakan pembiayaan pendidikan
(berdasarkan hasil penghitungan BOSP) di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa
berbentuk pemda sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau
calon lembaga diklat yang memasarkan pelatihan saja.
Contoh Praktik yang Baik Pemerintah Bulukumba Berkomitmen
Super dalam Peningkatan BOSDA
Pendidikan merupakan program penting dan menjadi focus perhatian Pemerintah Kabupaten
Bulukumba bersama Kinerja USAID, Pemkab Bulukumba melalui Bupati H. Zainuddin Hasan telah
membuatkan formulasi yang akan mengefektifkan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) di
Butta Panrita Lopi. Hal ini terungkap dalam Hearing Forum Multi Stakeholders Pendidikan dengan
Bupati pada tanggal 9 November 2012 di ruang rapat Bupati.
Regulasi penghitungan BOSP ini akan dijadikan pedoman bagi unit layanan Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP), untuk menghitung kebutuhan anggaran dalam pelaksanaan
pelayanan pendidikan yang berstandar.
Mengacu kepada hasil analisis penghitungan BOSP Pendidikan Dasar berbasis SPM, Kabupaten
Bulukumba melalui APBD-P TA 2012, Bappeda dan Dinas Pendidikan telah melakukan penambahan
biaya operasi untuk SD dan SMP sebesar Rp773.476.899,- sehingga terjadi peningkatan anggaran
dari APBD murni Rp20.296.105.600 menjadi Rp21.069.582.499.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
29
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Dinas Pendidikan juga telah mengalokasikan anggaran Rp23.418.129.910 (tertuang dalam DPASKPD Pendidikan 2013) untuk pendidikan gratis SD dan SMP di Kabupaten Bulukumba.Jumlah ini
meningkat Rp2.348.547.411 dari sebelumnya sebesar Rp21.069.582.499.
Alokasi anggaran ditujukan untuk pemenuhan biaya operasional pendidikan dasar yang belum
dapat dicukupi oleh dana BOS Pusat. Dinas Pendidikan melalui pendampingan KINERJA
USAID telah melakukan penghitungan BOSP berbasis standar pelayanan minimal (SPM). Hasil
penghitungan menunjukkan gap yang harus dipenuhi daerah sebesar Rp11.030.847.203 dan ini
akan dipenuhi secara bertahap sampai tahun 2016.
Sumber: Jurnal Kinerja Bulukumba-USAID KINERJA Edisi Hari Jadi Bulukumba ke 53, 4
Februari 2013
Daerah Percontohan
Bahan lampiran ini disusun dari modul-modul pelatihan yang dipakai tim KINERJA-USAID dalam fasilitasi di
daerah:
• Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
• Kota Banda Aceh, Aceh
• Kabupaten Simeulue, Aceh
Uraian lampiran ini
Substansi terbagi menjadi 7 modul, sebagaimana diuraikan berikut ini:
1. MODUL 1 PENTINGNYA BOSP DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN. Disini
dibahas tentang Standar Nasional Pendidikan, Standar Pelayanan Minimal, Standar Biaya Operasional
Pendidikan, Manfaat Biaya Operasional Satuan Pendidikan, dan Peran MSF dan Media dalam
Penyusunan BOSP, peserta pelatihan dapat mengerti landasan penyusunan BOSP.
30
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
2. MODUL 2. BIAYA DAN SUMBER PENDANAAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH. Disini dibahas
landasan penganggaran operasional sekolah, dan dasar item-item didalam templat KINERJA untuk
penghitungan BOSP yang dipresentasikan di modul yang berikutnya. Juga dibahas tentang Biaya
Pendidikan, Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan,
Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan, dan Sumber Pendanaan.
3. MODUL 3. PENDEKATAN DAN KONSEP BOSP DAN CARA PENGHITUNGANNYA. Modul ini membahas
tentang Pendekatan Penghitungan BOSP, Penentuan Asumsi Dasar, Penentuan Kegiatan, Penentuan
Komponen/Subkomponen Biaya, Penentuan Volume, Penentuan Harga Satuan, dan Penghitungan BOSP
Berdasarkan Klasifikasi Sekolah. Pada akhir modul ini dibahas tentang cara KINERJA untuk membentuk
Tim Penyusun BOSP.
4. MODUL 4. PROSES PENGHITUNGAN BOSP. Modul membahas tentang Tahap-tahap Penyusunan BOSP.
5. MODUL 5. ADVOKASI KEBIJAKAN PENYUSUNAN BOSP. Modul ini membahas tentang advokasi dari
dua sisi. Pertama, “advokasi” dari sisi penyedia layanan (supply side) yang dilakukan oleh aparatur
pemerintah daerah sesuai peraturan perundangan dan prosedur yang berlaku. Kedua, advokasi dari sisi
pengguna layanan (demand side) yang dilakukan oleh masyarakat melalui forum multi stakeholder (FMS)
atau multi-stakeholder forum (MSF). Tujuan advokasi adalah untuk mendorong pemerintah daerah untuk
melakukan penghitungan biaya operasional sekolah, membuat kebijakan bantuan operasional sekolah
melalui penerbitan Peraturan Bupati/Walikota berikut petunjuk teknisnya, memasukkan alokasi biaya
operasional ke dalam perencanaan dan penganggaran, dan melaksanakan alokasi biaya operasional ke
sekolah-sekolah. Peran MSF menjadi sangat penting untuk menjamin kebijakan pembiayaan operasional
sekolah dilaksanakan sesuai kebutuhan transparan dan akuntabel.
6. MODUL 6. INTEGRASI BOSP KE DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Manfaat dari
penghitungan BOSP dihasilkan bila sekolah diberi anggaran untuk kegiatan operasionalnya. Modul
ini membahas proses perencanaan dan penganggaran daerah, sampai RKA dan DPA, dan cara
KINERJA untuk memastikan hasil penghitungan BOSP dipakai dalam proses tersebut. Dibahas tentang
Perencanaan Daerah meliputi Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra) dan Perencanaan
Tahunan (RKPD dan Renja), dan Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan RKA), serta Peran
Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
31
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Modul 1
Pentingnya BOSP dalam Peningkatan Mutu
Pelayanan Pendidikan
Pendahuluan
Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) adalah bagian dari dana pendidikan, yang diperlukan
untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar kegiatan pendidikan dapat berlangsung
sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. Salah satu sumber dana dalam
pemenuhan BOSP adalah Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
BOS merupakan program Pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya
operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun,
dana BOS belum mampu memenuhi biaya operasional satuan pendidikan sesuai tuntutan standar
nasional pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus menyiapkan dana untuk menutupi
kekurangan melalui dana BOSDA. BOSDA adalah dana Bantuan Operasional Sekolah yang berasal dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Istilah yang digunakan untuk BOSDA di masingmasing daerah sangat beragam, misalnya Bantuan Operasional Pendidikan (BOP), Bantuan untuk
Pendidikan Gratis, dan lain sebagainya.BOSDA berhubungan erat dengan program BOS di mana tujuan
utamanya adalah meringankan biaya pendidikan untuk menuju pendidikan yang bermutu sesuai tuntutan
standar nasional pendidikan.
Dalam Modul ini akan dibahas manfaat menghitung BOSP baik bagi sekolah, masyarakat/orangtua,
maupun pemerintah, juga peran MSF dalam penyusunan BOSP.
Dasar hukum yang mendasari BOSP dibahas, yaitu antara lain Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai landasan standar nasional pendidikan serta Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi
Nonpersonalia. Selanjutnya, menguraikan standar pelayanan minimal, standar biaya operasional
pendidikan.
32
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Manfaat Penghitungan BOSP
1. Sekolah
Manfaat penghitungan BOSP detil bagi sekolah sebagai berikut:
1. Sebagai masukan untuk Pedoman mengenai BOSP yang harus dimiliki sekolah berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 52 Ayat (1) huruf (i).
2. Sebagai pedoman bagi sekolah di dalam menyusun anggaran.
3. Sebagai bahan untuk mengkomunikasikan kebutuhan dana tambahan bagi biaya operasional sekolah
dengan pihak-pihak yang berpotensi memberi dana seperti orangtua, dunia usaha/dunia industri, dan lainlain.
4. Sebagai pendukung lancarnya proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan SPM dan SNP.
2. Masyarakat/Orangtua
Manfaat penghitungan BOSP detil bagi masyarakat/orang tua adalah sebagai informasi yang transparan
dan mudah dimengerti tentang (1) biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh sekolah untuk dapat
memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu (sesuai standar), dan (2) besarnya dana tambahan
yang masih dibutuhkan sekolah untuk menutupi biaya operasionalnya, jika pendapatan sekolah dari
pemerintah dan sumber-sumber lain belum mencukupi. Penghitungan BOSP detil bersifat transparan dan
mudah dimengerti sehingga akan lebih mudah mendorong partisipasi masyarakat dalam hal pendanaan
untuk sekolah, dan (3) Diperoleh gambaran tentang alokasi penggunaan dana operasional di sekolah,
sehingga memberi peluang untuk ikut mengawasi penggunaan dana di sekolah.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota
Manfaat penghitungan BOSP detil bagi Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai dasar untuk menghitung
kebutuhan pendanaan untuk biaya operasional sekolah untuk seluruh sekolah dalam kabupaten/kota
untuk dijadikan sebagai dasar untuk:
a. mengalokasikan dana ke sekolah, misalnya sebagai dana pendamping BOS dari pemerintah, bilamana
nilai BOSP lebih tinggi dari nilai BOS pusat.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
33
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
b. melakukan negosiasi guna mendapatkan tambahan dana pendamping BOS pusat dari pemerintah provinsi.
c. menetapkan kebijakan tentang pendanaan pendidikan, misalnya kebijakan diperbolehkannya atau tidak
diperbolehkannya penarikan dari orang tua peserta didik jika nilai BOSP lebih tinggi daripada nilai dana
BOS pusat ditambah dana pendamping BOS dari APBD Kabupaten/Kota dan APBD Provinsi.
Dalam hal kebijakan “Sekolah Gratis” perlu diperhatikan bahwa jika sekolah tidak boleh lagi menarik
dana dari orang tua peserta didik, maka sekolah harus mendapat dana yang cukup sesuai BOSP dari
Pemerintah. Kebijakan “Sekolah Gratis” tanpa pendanaan yang cukup bagi sekolah akan memaksa
sekolah memberikan pelayanan pendidikan yang tidak/kurang bermutu.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Secara struktural DPRD merupakan lembaga yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kinerja
pemerintah kabupaten/kota.Dalam kaitannya dengan tugas tersebut, DPRD melakukan pengawasan
dan pemantauan terhadap kegiatan pemerintah kabupaten secara keseluruhan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, sampai akhir kegiatan.
DPRD juga berperan aktif dalam pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang
APBD dan sangat menentukan dalam menyetujui usulan anggaran baru dari pemerintah daerah
setiap tahunnya.Sekalipun Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 memberi peluang pemerintah daerah
untuk menetapkan rancangan peraturan bupati tentang APBD.Jika DPRD tidak menyetujuinya, maka
nilai anggaran maksimalnya adalah sejumlah tahun anggaran sebelumnya.Selain menjadi salah satu
bentuk sanksi bagi pemerintah daerah, mekanisme tersebut memberi peluang bagi anggota DPRD
untuk memainkan perannya dalam mendorong pelaksanaan anggaran berbasis kinerja. Dengan
demikian, penghitungan BOSP diharapkan DPRD memiliki acuan dalam melakukan pengawasan dan
penganggaran terhadap biaya operasional pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut ini.
Fungsi DPRD dalam Penganggaran dan Pengawasan BOSP
No
34
Fungsi Pengawasan
Fungsi Penganggaran
1
Akuntabilitas Keuangan dan Kinerja Di Pemda
Acuan menghitung anggaran pendidikan
2
Referensi dan Transparansi
Bahan pembanding dengan penganggaran SKPD lainnya
3
Rujukan pengawasan keuangan internal Satuan
Pendidikan
Rujukan menghitung disparitas anggaran tersedia dengan
anggaran dibutuhkan
4
Bagian dari fungsi pengawasan melekat
Data awal untuk menghitung APBD Perubahan
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) merupakan salah satu rujukan bagi Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah untuk melakukan kontrol atas perencanaan dan penggunaan anggaran
pendidikan, baik pada tingkat pemerintah daerah maupun pada tingkat satuan pendidikan, sehingga
dinamika penganggaran untuk sektor pendidikan dapat dioptimalkan pengawasannya oleh lembaga
legislatif. Dengan demikian alur perencanaan, penggunaan, dan pertanggungjawaban atas penggunaan
anggaran yang bersumber dari berbagai pos anggaran dapat dipantau, sehingga dengan BOSP
memudahkan bagi DPRD melakukan peran dan fungsinya dari sisi pengawasan.
Peran MSF dan Media dalam Penyusunan BOSP
Salah satu inovasi KINERJA-USAID yang paling berhasil adalah perkembangan peranserta masyarakat
dan media dalam proses tata kelola BOSP, karena mereka terbukti dapat membantu dalam peningkatan
mutupendidikan, dandaripengalamanitumereka lebih mampu melaksanakan pengawasan atas pengelolaan
BOSP. Karenainimerupakahal yang baru bagi masyarakat dan media, perantersebutmemerlukan proses
pendampingan.
1. Peran MSF
Peran Forum Multi Stake Holder dalam program bantuan teknis KINERJA-USAID, terkait dengan Biaya
Operasional Satuan Pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai forum untuk penyadaran dan pengorganisasian masyarakat terkait isu biaya pendidikan.
b. Sebagai jaringan komunikasi dan kerja antar pihak yang berkepentingan.
c. Sebagai forum konsultasi, khususnya antara pemerintah daerah (penyedia layanan) dengan masyarakat
selaku pengguna layanan.
d. Sebagai forum untuk mendesakkan kebijakan dalam pemenuhan anggaran untuk pendidikan dasar.
e. Sebagai forum untuk memantau pelaksanaan kebijakan terkait dengan biaya pendidikan.
2. Peran Media
Peran media tidak hanya memberitakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam dunia pendidikan, namun media
juga turut andil dalam memberikan masukan dalam inovasi di dunia pendidikan.Perkembangan teknologi
media berjalan dengan pesat dan dalam masyarakat modern, media mempunyai peran yang signifikan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
35
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
sebagai bagian dari kehidupan dalam semua aspek termasuk dunia pendidikan. Adapun peran media dalam
penyusunan BOSP adalah:
a. Membantu dalam publikasi
b. Melakukan penguatan untuk Jurnalis Warga di bidang pendidikan;
c. Pendampingan PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi), khususnya di Dinas Pendidikan.
Standar Nasional Pendidikan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa Standar
Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan telah diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat lokal, nasional, dan global guna
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional dengan Peraturan Pemerintah (PP) terbaru yaitu PP
No. 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Adapun mengenai penjelasan dari PP tersebut adalah sebagai berikut: Peningkatan
mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia hasil pendidikan telah menjadi komitmen nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014: ”menyebutkan bahwa salah satu
substansi inti program aksi bidang pendidikan adalah penataan ulang kurikulum sekolah sehingga dapat
mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan sumberdaya manusia untuk mendukung
pertumbuhan nasional dan daerah”. Dengan demikian pemantapan Standar Nasional Pendidikan dan
pengaturan kurikulum secara utuh sangat penting dan mendesak dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan PP tersebut, pembiayaan pendidikan terdiri atas tiga jenis biaya, yaitu; (1) biaya investasi, (2)
biaya operasional, dan (3) biaya personal. Standar Pembiayaan didefinisi sebagai standar yang mengatur
komponen dan besarnya Biaya Operasi Satuan Pendidikan (BOSP) yang berlaku selama satu tahun, dan
BOSP adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan
pendidikan agar kegiatan pendidikan dapat berlangsung sesuai standar nasional pendidikan secara teratur
dan berkelanjutan. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional berdasarkan usulan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Relevansi Standar Nasional Pendidikan dengan Biaya Operasional Satuan Pendidikan. Biaya operasional
satuan pendidikan BOSP) menjadi acuan pada tingkat satuan pendidikan khususnya pada level manajemen
36
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
sekolah untuk merencanakan mekanisme penganggaran dalam menunjang pelaksanaan 8 (delapan) standar
nasional pendidikan.
Pada tataran manajemen sekolah, program awal yang dilakukan adalah melaksanakan Evaluasi Diri
Sekolah (EDS) dimana pada akhir kegiatan akan memunculkan rekomendasi terkait dengan arah kebijakan
pengembangan sekolah .Evaluasi Diri Sekolah dikembangkan dari instrument 8 standar nasional pendidikan
yang memuat secara holistic pencapaian standar pendidikan yang berlaku di Indonesia.Evaluasi Diri
Sekolah merupakan program yang memetakan kebutuhan satuan pendidikan. Dengan demikian kebijakan
pengembangan satuan pendidikan dapat diformulasikan pada hasil EDS yang dicapai melalui skala prioritas
yang tertera pada rekomendasi program. Berdasarkan rekomendasi itulah dibuat Rencana Kerja Sekolah
(RKS) yang merupakan program jangka menengah bagi satuan pendidikan.Kemudian isi RKS dijabarkan
secara terinci melalui rencana tahunan dalam bentuk Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).
Standar Nasional Pendidikan Indonesia meliputi 8 (delapan) standar yang menjadi pedoman bagi Pendidik dan
Tenaga Kependidikan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional
Pendidikan Indonesia:
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Standar Kompetensi Lulusan (SKL)untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. SKL tersebut meliputi standar kompetensi
lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata
pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
SKL diatur dalam:
•
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah,
•
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan
•
Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
37
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
2. Standar Isi
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi
lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan
struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.Standar ini
diatur dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
3. Standar Proses
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif
dan efisien. Standar Proses diatur dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.Kualifikasi akademik yang
dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang
dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional,
dan Kompetensi Sosial.
Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK,
satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga
kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga
kebersihan. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007
tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah, Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah, Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
38
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Kompetensi Guru, Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah,
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah, dan
Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
5. Standar Sarana dan Prasarana
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib
memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik,
ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan
ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
Standar sarana dan prasarana diatur dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana
dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
6. Standar Pengelolaan Pendidikan
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar
pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah.Standar Pengelolaan
Pendidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
7. Standar Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan
pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan
modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan
meliputi: Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan
atau peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi,
dan lain sebagainya. Standar Pembiayaan Pendidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009
tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/
MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
39
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa (SMPLB), Dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
8. Standar Penilaian Pendidikan
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh
pendidik, Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan Penilaian
hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana
dimaksud di atas diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.Standar Penilaian Pendidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian Pendidikan.
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
1. Sejarah SPM bidang pendidikan
Di permulaan masa desentralisasi, Pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional menetapkan
Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar sebagai standar nasional mutu pendidikan yang harus
diselenggarakan daerah. Kepmendiknas No.053/U/2001 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan
(SPM) menyatakan bahwaSPM bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan atau acuan
bagi penyelenggaraan pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota sebagai daerah otonom. Penyusunan SPM
ini mengacu kepada PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan yang mengisyaratkan adanya
hak dan kewenangan Pemerintah untuk membuat kebijakan tentang perencanaan nasional dan standarisasi
nasional.
Dalam rangka penyusunan standarisasi nasional itulah, Mendiknas telah menerbitkan Kepmendiknas
No.053/U/2001 tersebut yang diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan sekaligus ukuran
keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai di tingkat
sekolah.
Kepmendiknas No. 129/U/2004 merupakan hasil revisi dari kepmen sebelumnya sesuai dengan perubahan
yang terjadi dalam sistem dan manajemen pendidikan nasional, dengan penerbitan UU no 20 tahun 2003
40
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada kepmen ini pendidikan nonformal, kepemudaan, olahraga, dan
pendidikan usia dini lebih ditonjolkan. Pendidikan nonformal seperti pendidikan keaksaraan, pendidikan
kesetaraan SD, SMP, SMA, pendidikan ketrampilan dan bermata pencaharian, kelompok bermain, pendidikan
kepemudaan dan olahraga secara ekplisit telah ditentukan standar pelayanan untuk masing-masing SPM.
SPM bidang pendidikan menjadi tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan yang diselenggarakan Daerah.
Pada tahun 2004, UU Pemerintahan daerah diganti dengan UU no 32 tahun 2004, yang mengenalkan
konsep urusan wajib dalam pelayanan dasar.Pelayanan dasar yang diberikan kepada masyarakat merupakan
fungsi Pemerintah dalam memenuhi dan mengurus kebutuhan dasar masyarakat untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan rakyat. Pasal 11 (4) mengatur bahwa penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat
wajib (termasuk pendidikan) berpedoman pada standar pelayanan minimal (SPM) yang dilaksanakan secara
bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Pada PP No 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
Definisi tersebut jika dikaitkan dengan bidang penyelenggaraan pendidikan dapat diartikan sebagai ketentuan
tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib di bidang pendidikan yang berhak di
perolehan oleh seluruh bagian dari subsistem pendidikan.
Definisi yang lebih mengerucut lagi adalah yang tertera dalam PP no 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelengaraan Pendidikan (sebagai peraturan pelaksanaan UU sisdiknas), bahwa SPM adalah kriteria
minimal berupa nilai kumulatif pemenuhan Standar Nasional Pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap
satuan pendidikan.
2. Permendikbud yang berlaku
Permendikbud No 23 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Permendiknas No 15 tahun 2010 tentang SPM
Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota mengemukakan bahwa SPM pendidikan dasar merupakan tolok ukur
kinerja pelayanan pendidikan dasar, sekaligus sebagai acuan dalam perencanaan program dan penganggaran
pencapaian target masing-masing daerah kabupaten/kota. Pada pasal 2 ayat (1) disebutkan bahwa
“Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar merupakan kewenangan kabupaten/kota.”
Standar pelayanan minimal merupakan batas minimal pemenuhan standar isi, proses, kompetensi lulusan,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian
pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan dasar dan menengah, serta pencapaian target
pembangunan pendidikan nasional.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
41
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
3. Relevansi Indikator SPM dan SNP dalam BOSP
Dalam penghitungan SPM dalam BOSP, ada 7 (tujuh) indikator SPM yang sangat relevan dengan standar
nasional pendidikan yaitu standar isi, standar pengelolaan, standar penilaian, dan standar proses. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No
Indikator SPM
Standar Nasional Pendidikan
1
• Sekolah menyusun KTSP
• Guru menyusun RPP
Standar Isi
2
Sekolah menerapkan MBS
Standar Pengelolaan
3
• Penilaian
• Laporan evaluasi
Standar Penilaian
• Laporan ujian penilaian
4
Supervisi kepala sekolah kepada guru
Standar Proses
Sesuai dengan ketentuan Permendiknas 15/2010 Pasal 2, kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan
pendidikan dasar sesuai SPM pendidikan yang diukur dengan 27 indikator.Untuk lebih jelasnya indikatorindikator tersebut dapat dilihat pada Lampiran C.
Standar Biaya Operasional Pendidikan
UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya; pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang diatur dengan undang-undang; negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Dengan demikian, UUD mengatur tentang
pembiayaan pendidikan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional lebih lanjut telah mengatur
beberapa pasal yang menjelaskan pendanaan pendidikan, yaitu pada Pasal 11 Ayat 2 Pemerintah dan
42
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga
negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun. Lebih lanjut pada Pasal 12, Ayat (1) disebutkan bahwa
setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang
orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang
orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Di samping itu disebutkan pula bahwa setiap peserta
didik berkewajiban ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang
dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34 menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun
dapat mengikuti program wajib belajar; Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya
wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, wajib belajar merupakan
tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
masyarakat. Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), Ayat (2) dan Ayat (3)
diatur lebih lanjut dengan PP. Pendanaan Pendidikan menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan masyarakat. Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan keberlanjutan. Pengelolaan dana pendidikan dilakukan berdasarkan pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.
Secara khusus disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan
dosen yang diangkat oleh Pemerintah dialokasikan dalam APBN dan APBD.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan berbasis masyarakat adalah dengan berperan serta dalam
pengembangan, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya
sesuai dengan standar nasional pendidikan. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat
bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau sumber lain yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat
dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah.
UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 13 menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah
wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam
jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi
pendidik diatur dengan PP
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
43
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Pada PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan terdapat kerancuan antara Bab I Pasal 1 Ayat (10) dan
Bab IX Pasal 62 Ayat (1) s/d (5) tentang ruang lingkup standar pembiayaan. Ketentuan Umum tentang Standar
Pembiayaan pada Pasal 1 tampak lebih sempit dari Pasal 62 yaitu standar pembiayaan pada Pasal 1 adalah
mencakup standar yang mengatur komponen dan besarnya “biaya operasi” satuan pendidikan yang berlaku
selama satu tahun. Pada Pasal 62 mencakup “biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal”. Pada Bab
IX: Standar Pembiayaan, Pasal 62 disebutkan bahwa:
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana
dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi:
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji.
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana
dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
5. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.
Menteri Pendidikan Nasional pada tanggal 5 Oktober 2009, menerbitkan Permendiknas Nomor 69 Tahun
2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
(SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah atas/madrasah
aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah
pertama luar biasa (SMPLB), dan sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) (Lihat Lampiran 1). Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 tersebut diterbitkan berdasarkan usulan BSNP, yang telah
melakukan penghitungan standar biaya operasi untuk setiap jenjang satuan pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 mendefinisikan standar biaya operasi
nonpersonalia untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB sebagai standar biaya
yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun, sebagai bagian dari
keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan
berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.
Standar biaya operasi nonpersonalia tahun 2009 ditetapkan per sekolah/program studi, per rombongan
belajar, dan per peserta didik dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009. Di
samping itu, disediakan table indeks biaya pendidikan untuk seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia
44
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
untuk Tahun 2009 dengan basis biaya pendidikan DKI Jakarta. Untuk mengetahui standar biaya operasi
nonpersonalia tahun 2009 untuk suatu daerah, biaya operasi nonpersonalia DKI Jakarta dikalikan dengan
indeks biaya pendidikan daerah yang bersangkutan. Satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum bias
memenuhi Standar Nasional Pendidikan menggunakan biaya satuan yang lebih rendah dari standar biaya ini
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009.
BAHAN PRESENTASI
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di
filePresentasi 1 pentingnya BOSP diCD yang terlampir.
BAB 1
PENTINGNYA BIAYA
OPERASIONAL SATUAN
PENDIDIKAN (BOSP) DALAM
PENINGKATAN MUTU
PELAYANAN PENDIDIKAN
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
45
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Standar Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
• Definisi BOSP adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan sekolah
untuk mendidik satu peserta didik di sekolah.
• Hanya penghitungan biaya operasi saja.
• Hasilnya dinyatakan dalam Unit Cost atau Biaya Operasional perPeserta didik.
• Hasil penghitungan BOSP akan dibandingkan dengan besarnya
dana BOS, BOSDA (Prov 40%, Kab 60%).
- Apakah perlu tambahan dana BOS + BOSDA jika tidak cukup.
12
MANFAAT HASIL PENGHITUNGAN BOSP
Bagi Sekolah
• Acuan penyusunan RKAS dan RKT
• Dasar usulan permintaan tambahan dana (jika kebutuhan lebih besar dari dana yang
tersedia) kepada pemerintah, masyarakat, orangtua.
Bagi Masyarakat/OrangTua
• Memberikan informasi tentang kebutuhan dana operasional di sekolah.
Bagi Pemda (Pemprov, Pemkab/kota)
• Menjadi acuan kebyakan pembiayaan pendidikan.
Bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
• Sebagai bahan dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah kabupaten
dalam pembiayaan pendidikan khususnya Biaya Operasional Satuan Pendidikan.
14
46
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Peran MSF dan Media dalam Penyusunan BOSP
• Sebagai forum untuk penyadaran dan pengorganisasian masyarakat
terkait isu biaya pendidikan.
• Sebagai jaringan komunikasi dan kerja antar pihak yang berkepentingan.
• Sebagai forum konsultasi, khususnya antara pemerintah daerah
(penyedia layanan) dengan masyarakataselaku pengguna layanan.
• Sebagai forum untuk mendesakkan kebijakan dalam pemenuhan
anggran untuk pendidikan dasar.
• Sebagai forum untuk memantau pelaksanaan kebijakan terkait dengan
biaya pendidikan.
www.kinerja.or.id
12
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
47
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Modul 2
BOSP dalam Peningkatan Mutu
Pelayanan Pendidikan
Pendahuluan
Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan unggul dalam persaingan global.
Pendidikan adalah tugas negara yang paling penting dan sangat strategis. Salah satu faktor penentu
dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah biaya pendidikan. Biaya pendidikan merupakan
nilai besar dana yang diperkirakan perlu disediakan untuk mendanai berbagai kegiatan pendidikan.
Dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan
mengelola pendidikan. Secara umum pembiayaan pendidikan di Indonesia lebih banyak dilakukan
oleh pemerintah dan pemerintah daerah, sehingga untuk mencapai hasil yang maksimal belum dapat
diwujudkan. Pemerintah pun terbatas kemampuannya dalam memenuhi tuntutan pembiayaan, baik biaya
investasi maupun biaya operasional. Dalam UU no 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, masyarakat diberi
kesempatan untuk turut serta memikirkan dan berkontribusi pada sector pembiayaan pendidikan.
Oleh karena itu, dalam bahan bacaan ini akan dibahas tentang biaya pendidikan, Biaya Satuan
Pendidikan (BSP), Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), Biaya Operasi Personalia Satuan
Pendidikan, Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan, dan Sumber Pendanaan. Dalam
pembahasannya, dasar hukum masing-masing biaya dan sumber dana dibahas bersama cara
penghitungan historis, yang disempurnakan dengan pendekatan KINERJA-USAID.
Biaya Pendidikan (BP)
Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental (instrumental input) yang
sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan
pendidikan – baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitatif – biaya pendidikan memiliki peran yang sangat
menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga
48
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan tidak akan berjalan. Biaya dalam pengertian ini
memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga.
Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik keuangan
sekolah. Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan sumber-sumber keuangan sekolah
dan hasil (output) sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisa biaya satuan (unit cost) per siswa.
Biaya satuan per siswa adalah biaya rata-rata persiswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah
dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui besarnya
biaya satuan persiswa menurut jenjang dan jenis pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif
kebijakan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Dalam PP No 19 tahun 2005, pembiayaan pendidikan terdiri atas: (1) biaya investasi, (2) biaya operasi,
dan (3) biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya: (a) penyediaan sarana
dan prasarana, (b) pengembangan sumberdaya manusia, dan (c) modal kerja tetap. Biaya personal
merupakan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan ole peserta didik untuk bias mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan, antara lain seragam sekolah, transport, buku pribadi,
konsumsi, akomodasi, dan biaya pribadi lainnya. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi; (a) gaji
pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, (b) bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan (c) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air,
jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya.
Pembagian biaya pendidikan dalam PP tersebut sejalan dengan PP No 48 tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan, yang mengatur bahwa biaya satuan pendidikan terdiri atas: (a) biaya investasi,
(b) biaya operasi, (c) bantuan biaya pendidikan, dan (d) beasiswa. Biaya penyelenggaraan dan/atau
pengelolaan pendidikan terdiri atas; (a) biaya investasi dan (b) biaya operasi. Sedangkan biaya pribadi
peserta didik merupakan biaya personal yang meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bias mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
Biaya Satuan Pendidikan (BSP)
Biaya Satuan Pendidikan (BSP) adalah besarnya biaya yang diperlukan rata-rata tiap tahun, sehingga
mampu menunjang proses belajar mengajar sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
49
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Dari cara penggunaannya BSP dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu; Biaya Investasi dan Biaya Operasional.
Biaya Investasi
Biaya Satuan Pendidikan (BSP) adalah biaya yang dikeluarkan per-siswa per-tahun untuk menyediakan
sumber daya yang tidak habis pakai yang digunakan dalam waktu lebih dari satu tahun, misalnya untuk
pengadaan tanah, bangunan, buku, alat peraga, media, perabot dan alat kantor.
Biaya Operasional
Biaya Operasional adalah biaya yang dikeluarkan per-siswa per-tahun untuk menyediakan sumber daya
pendidikan yang habis pakai yang digunakan satu tahun atau kurang. BSP Operasional mencakup biaya
personil dan biaya non personil.
a) Biaya personil meliputi biaya untuk kesejahteraan, honor guru tidak tetap (GTT), pegawai tidak tetap (PTT),
uang lembur dan pengembangan profesi guru (pendidikan dan latihan diklat guru), musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP), musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS), kelompok kerja kepala sekolah (KKKS),
kelompok kerja guru (KKG), dan lain-lain.
b) Biaya non personalia adalah biaya untuk penunjang kegiatan belajar mengajar (KBM), evaluasi penelitian,
perawatan atau pemeliharaan, daya dan jasa, pembinaan kesiswaan dan supervise.
Satuan pendidikan yang dimaksud di dalam Modul ini adalah sekolah. Biaya satuan pendidikan yang
disebutkan dalam PP No 19 tahun 2005 terdiri atas: (1) biaya investasi dan 2) biaya operasi. Sedangkan
dalam PP No 48 tahun 2008, biaya satuan pendidikan terdiri atas; (a) biaya investasi, (b) biaya operasi, (c)
bantuan biaya pendidikan, dan (d) beasiswa. Biaya investasi dan biaya operasi dalam PP No 48 tersebut juga
dikategorikan sebagai bagian dari biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan. Dengan demikian,
baik PP No 19 tahun 2005 maupun PP No 48 tahun 2008 menggunakan istilah biaya operasi sebagian dari
biaya pendidikan.
Pasal 6 Keputusan Mendiknas No 056/U/2001 tentang Pedoman Pembiayaan Penyelenggaraan Pendidikan
di Sekolah menyebutkan, penyelenggaraan pendidikan di sekolah dibiayai terutama dari anggaran daerah
50
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
otonom penyelenggara sekolah yang bersangkutan. Selain itu, pembiayaan dapat dilakukan melalui
pemberdayaan peran serta masyarakat, orangtua, dan sumber lainnya. Prinsip yang harus diperhatikan adalah
asas musyawarah, mufakat, keadilan, transparansi, akuntabilitas, kemampuan masyarakat, dan ketentuan lain
yang berlaku.
Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
Biaya operasional satuan pendidikan (BOSP) adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar kegiatan pendidikan dapat berlangsung sesuai standar
nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan yang terdiri atas biaya operasi kepersonaliaan dan biaya
operasi non kepersonaliaan. Sekolah memerlukan adanya pembiayaan operasional pendidikan yang diperoleh
dari sumber-sumber yang telah ditentukan demi kelancaran kegiatan pendidikan.
Menurut PP No 19 tahun 2005, BOSP adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai
kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar
nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. BOSP tersebut meliputi; (1) gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, (2) bahan atau peralatan pendidikan habis pakai,
dan (3) biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
Dalam PP No 48 tahun 2008, biaya operasi terdiri atas; (1) biaya personalia, dan (2) biaya nonpersonalia.Bila
biaya operasi dalam PP tersebut dicocokkan dengan biaya operasi dalam PP No 19 tahun 2005, maka biaya
personalia mencakup butir 1, sedangkan biaya nonpersonalia mencakup butir 2 dan 3 yang disebut di atas.
Dengan demikian, pembagian BOSP menjadi BOSP Personalia dan BOSP Nonpersonalia dalam PP No 48
tahun 2008 sejalan dengan PP No 19 tahun 2005 dan juga dengan pembagian BOSP yang dibuat oleh BSNP.
Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan (BOPSP)
Dalam PP No 48 tahun 2008 disebutkan bahwa biaya personalia satuan pendidikan meliputi; (a) gaji pokok, (b)
tunjangan yang melekat pada gaji, (c) tunjangan struktural, (d) tunjangan fungsional, (e) tunjangan profesi, (f)
tunjangan khusus, dan (g) maslahat tambahan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
51
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Personalia yang terdiri atas pendidik dan tenaga kependidikan di dalam standar pembiayaan, yang seharusnya
ada pada satuan pendidikan ditetapkan berdasarkan baik standar pendidik dan tenaga kependidikan maupun
standar pengelolaan pada PP No 19 tahun 2005. Dalam penghitungan BOSP oleh BSNP, jumlah personalia
(pendidik dan tenaga kependidikan) tersebut diasumsikan sama dengan yang terdapat dalam standar
pengelolaan pendidikan. Asumsi penghitungan BOSP BSNP dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Asumsi Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
Jenjang Pendidikan
Uraian
SD/MI
SMP/MTs
SMA/MA
Jumlah Tenaga Kependidikan (Tendik)
3
5
6
Golongan dan Masa Kerja Kepsek/Wakepsek
IIIc, 5 thn
IIIc, 5 thn
IIIc, 5 thn
Golongan dan Masa Kerja Pendidik
IIIa, 0 thn
IIIa, 0 thn
IIIa, 0 thn
Pustakawan
IIa, 3 thn
IIb, 3 thn
IIb, 3 thn
Tata Usaha
IIb, 3 thn
IIa, 3 thn
IIa, 3 thn
Tenaga Kebersihan
Ib, 0 thn
Ib, 0 thn
Ib, 0 thn
Laboran
IIb, 3 thn
IIb, 3 thn
Teknisi
IIb, 3 thn
IIb, 3 thn
Golongan dan Masa Kerja Tenaga Kependidikan:
Jumlah Matapelajaran
9
11
11
Persentase Jumlah Pendidik Penerima Tunjangan Profesi
10%
30%
30%
Sumber: Panduan Penyusunan BOSP, Versi Juni 2011.
Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan (BONSP)
Pengertian Biaya Operasi Satuan Pendidikan menurut PP no 19 tahun 2005 adalah bagian dari dana
pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya
kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. Standar
pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang
berlaku selama satu tahun.
52
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Sejalan dengan pendapat tersebut, masih dalam PP tersebut, klasifikasi biaya operasi nonpersonalia satuan
pendidikan yaitu; (a) alat tulis sekolah, (b) bahan dan alat habis pakai, (c) daya dan jasa, (d) pemeliharaan
dan perbaikan ringan, (e) transportasi, (f) konsumsi, (g) asuransi, (h) pembinaan siswa, dan (i) penyusunan
data dan laporan. Selain menetapkan komponen biaya operasi nonpersonalia satuan pendidikan, BSNP juga
telah menetapkan subkomponen dari masing-masing komponen tersebut.Di sisi lain, DBE 1 USAID juga telah
memfasilitasi beberapa kabupaten/kota di Indonesia dalam menghitung BOSP-nya masing-masing dengan
menetapkan subkomponen dari masing-masing komponen berdasarkan 8 (delapan) Standar Pendidikan.
Klasifikasi BSNP dan DBE I USAID dapat dilihat di CD BOSP.
Sumber Pendanaan
Pada program pendanaan satuan pendidikan diharapkan secara ideal memenuhi semua unsur pembiayaan,
utamanya membiayai pemenuhan semua standar nasional pendidikan. Tetapi pada kenyataannya kondisi ideal
tersebut belum dapat dicapai, karena belum semua satuan pendidikan dapat dipenuhi kebutuhannya secara
maksimal, seperti pengadaan perpustakaan, laboratorium, ruang belajar, mebeler, buku, media pembelajaran,
tenaga pendidikan professional dan tenaga kependidikan, dan lain-lainnya. Kondisi seperti itulah yang
menyebabkan perlunya dukungan/partisipasi semua pihak terkait (stakeholder), karena pendanaan pendidikan
bukan hanya tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, akan tetapi masyarakat diharapkan mengambil
peran dalam tanggungjawab pendanaan pendidikan (UU no 20 tahun 2003 ). Adapun sumber-sumber
pendanaan pendidikan dapat lihat pada uraian berikut ini.
1. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Program BOS diluncurkan sebagai langkah nyata Pemerintah maupun daerah dalam rangka peningkatan
akses masyarakat terhadap pendidikan dasar, sekaligus sebagai upaya penuntasan target wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun. Tahap demi tahap Pemerintah melakukan penambahan BOS untuk meringankan
beban masyarakat mendapatkan pendidikan yang layak.
Biaya Operasional Sekolah sebagai tindak lanjut kewajiban konstitusional Pemerintah dalam pendanaan
pendidikan merupakan salah satu sumber dana yang digunakan pada satuan pendidikan untuk menjamin
terpenuhinya hak-hak warga negara dalam hal pemenuhan kebutuhan akan pendidikan. BOS juga merupakan
dana stimulus yang dapat meringankan beban orang tua peserta didik (masyarakat) dalam memperoleh
jaminan mendapatkan pendidikan yang murah dan berkualitas.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
53
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Bantuan Operasional Sekolah adalah program Pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi
nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun demikian, ada
beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS. Secara
umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam
rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Adapun perkembangan jumlah Dana BOS yang telah disalurkan
oleh pemerintah untuk tiap siswa jenjang SD dan SMP, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Perkembangan Jumlah Dana BOS yang Telah Disalurkan oleh Pemerintah
pada Jenjang SD dan SMP per Siswa per Tahun
Jenjang
Pendidikan
No
Tahun
2010
2011
2012
2013
1
SD
100.000
400.000
580.000
580.000
2
SMP
150.000
575.000
710.000
710.000
3
SMA
0
0
0
1.000.000
Sumber: Data telah diolah
2. Dana Dekonsentrasi
Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil
Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi,
tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
Dana Dekonsentrasi merupakan bagian anggaran kementerian negara/lembaga yang dialokasikan
berdasarkan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga. Pendanaan dalam rangka
Dekonsentrasi dilaksanakan setelah adanya pelimpahan wewenang Pemerintah melalui kementerian negara/
lembaga kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah di daerah. Pengaturan Dana Dekonsentrasi bertujuan
untuk menjamin tersedianya dana bagi pelaksanaan kewenangan Pemerintah yang dilimpahkan kepada
gubernur sebagai wakil Pemerintah. Dengan demikian, pelaksanaan pelimpahan wewenang didanai oleh
Pemerintah yang disesuaikan dengan wewenang yang dilimpahkan. Kegiatan Dekonsentrasi di Daerah
dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditetapkan oleh gubernur. Gubernur memberitahukan
rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga yang berkaitan dengan kegiatan Dekonsentrasi
54
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
di daerah kepada DPRD. Rencana kerja dan anggaran tersebut diberitahukan kepada DPRD pada saat
pembahasan RAPBD. Pendanaan dalam rangka Dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat
nonfisik antara lain koordinasi perencanaan, fasilitasi, pelatihan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
Contoh Praktik yang Baik
Penerapan Pendidikan Gratis di Sulawesi Selatan
J
ika dikaji secara saksama, program pendidikan gratis sesungguhnya bukan cuma membuka
akses yang luas kepada anak tidak mampu untuk dapat mengenyam bangku sekolah tanpa
dipungut biaya. Lebih dari itu, program ini secara gradual akan memutus mata rantai kemiskinan,
mengembalikan hak-hak anak sekaligus memanusiakan mereka yang selama ini ditindas oleh kuasa
modal.
“Pendidikan Gratis” di sini adalah komitmen pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan tanpa
mengikutsertakan masyarakat (orang tua) dalam hal pembiayaan, khususnya untuk keperluan
operasional sekolah. pengertian diatas mengandung, konsekuensi bahwa kebijakan pendidikan gratis
sangat bergantung pada akurasi perhitungan tentang biaya satuan (unit cost) di sekolah. Biaya satuan
memberikan gambaran berapa sebenarnya rata-rata biaya (average rill cost) yang diperlukan oleh
sekolah untuk melayani satu murid. Besarnya biaya satuan kemudian harus dibandingkan dengan
dana BOS (bantuan operasional sekolah) selisihnya di tutupi oleh pemerintah daerah melalui regulasi
anggaran yang telah di tetapkan dalam APBD provinsi, kabupaten dan kota. inilah yang kita maksud
dengan sebutan dana sharing antara pemerintah pusat dan daerah
Kebijakan pendidikan gratis jelas tidak membebankan kekurangan biaya tersebut kepada masyarakat
(orang tua). Alternatifnya hanya dua, yaitu dipenuhi oleh pemerintah (pemda) atau dibiarkan tanpa
satu pihak pun yang menutupnya. Jika pemda yang akan menutup kekurangan biaya di sekolah
berarti diperlukan alokasi APBD sesuai dengan jumlah murid. Semakin besar selisih antara BOS
dengan biaya satuan dan semakin besar jumlah murid di suatu daerah semakin besar alokasi APBD
yang diperlukan(Prof. Dr. Hj. Syamsiah Badruddin, M.Si). Namun faktanya tidak sedikit sekolah yang
berinisiatif untuk menutupi kekurangan anggaran sekolah dengan membebankan kepada siswa
dengan bentuk pembiayaan yang berangam.
Realisasi peraturan daerah (perda) nomor 4 tahun 2008 tentang penyelenggaraan pendidikan gratis di
Sulawesi Selatan. Faktanya, dalam merealisasikan komitment pendidikan gratis tidaklah menghabiskan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
55
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
sedikit anggaran dari APBN dan APBD Provinsi, kabupaten/kota yang ada d Sulawesi selatan.
Sebelumnya di tahun 2008 telah dibuat Memorandum of understanding (Mou) sebagai bentuk nota
kesepahaman antara pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota untuk merealisasikan program ini
dengan uji coba di 11 kabupaten/kota yakni Makassar, Gowa, Takalar, Bantaeng, Bulukumba,
Selayar, Pangkep, Barru, Tana Toraja, Luwu Utara, dan Sinjai.Anggaran untuk ujicoba pendidikan
gratis di 11 daerah tersebut berkisar Rp 644 miliar yang bersumber dari dana bantuan operasional
sekolah (BOS) Rp 405 miliar, APBD provinsi Rp 125 miliar, dan sisanya dari pos APBN. Pemerintah
juga tidak melarang adanya bantuan pihak ketiga untuk membantu kelancaran pendidikan. Dalam
petunjuk teknis (juknis) disebutkan sedikitnya 15 komponen pembiayaan yang masuk dalam alokasi
program pendidikan gratis. di tahun kedua 2009, jumlah alokasi dana pendidikan gratis dari APBD
provinsi mencapai 193.6 miliyar, (Kep. Gubernur Sul-Sel tahun 2008), jumlah ini meningkat tajam
setelah program pendidikan gratis direalisasikan merata di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi
selatan, kemudian alolasi terakhir yang dipublikasikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi “bahwa jumlah
yang telah kucur ke kabupaten kota untuk penyelenggaraan pendidikan gratis telah mencapai 216
miliyar.
Khusus di kota Makassar, 18/11 (ANTARA), RAPBD Pokok 2009 untuk mendanai 400-an sekolah
tersebut, makassar dibutuhkan anggaran sekitar Rp70an miliar. Dana tersebut akan digunakan
untuk membiayai operasional pendidikan dan kegiatan penunjang sekolah. Dana ini lebih besar
dari alokasi dana program sekolah gratis tahun 2008 yang hanya Rp3 miliar untuk 31 sekolah
yang diprioritaskan bagi keluarga kurang mampu. dana yang diusulkan untuk APBD Pokok 2009
itu merupakan dana “sharing” dengan Pemprov Sulsel yang berkewajiban mengalokasikan 40
persen dana dari total kebutuhan setiap kabupaten/kota. Untuk kota Makassar alokasi dana sharing
pendidikan gratis berdasarkan keputusan gubernur sel-sel berkisar Rp. 23,7 miliyar,-, ini merupakan
jumlah alokasi yang tersesar di provinsi Sul-Sel, berdasarkan jumlah sekolah dan jumlah siswa yang
ada di kota Makassar. Sehingga kewajiban pemerintah kota makassar untuk mengalokasikan dana
program pendidikan gratis dari APBD terbilang paling besar yakni mencapai 58 miliyar.(Fajar: 22
Mei 2013).
Dipelbagai kalangan mengapresiasi yang cukup tinggi terhadap komitmen pendidikan gratis yang
tidak hanya sekedar bumbu-bumbu kampanye pilkada, namun mampu menunjukkan fakta yang
rill, atas kerjasama Pemrov dan Pemda kabupaten/Kota se-Sul-Sel, meskipun pada persoalan
teknis masih bayak yang perlu di benahi. pernyataan bahwa “masyarakat tidak butuh janji namum
butuh bukti” mungkin lebih tepat di sandingkan dengan kenyataan di atas, namun mesti diakui di
56
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
beberapa kalangan politisi, maupun pemerintahan masih memandang kebijakan ini tidak efektif
karena tidak sesuai dengan peruntukannya, dan parahnya ada pula yang merasa ini semacam
tekanan. kita bisa saja berasumsi bahwa beban APBD yang semakin membengkak menjadi
persolalan pokok (grand problem) yang menyebabkan komitmen pemerintah terhadap pendidikan
gratis tergoyahkan, mendahului proses evaluasi terhadap kebijakan yang telah dijalankan dengan
komitmen bersama.
Indikator biaya menyebabkan sebahagian pihak menjadi gamang dalam bertindak. Padahah
adalah jelas bahwa konsep pendidikan gratis bukanlah perencanaan tanpa rencana (planning
without plan).
Pendidikan yang tidak diskriminatif
Konsep demokratisasi dalam pengelolaan pendidikan yang dituangkan dalam UU Sisdiknas
2003 bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan (pasal 4) disebutkan bahwa pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan , nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
Salah satu makna dari kata tidak diskriminatif adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan tidak
mendikotomikan antara yang kaya dan yang miskin dan merupakan hak azazi setiap warga
negera. Adalah benar bahwa kebijakan pembatasan pendidikan gratis hanya pada masyarakat
miskin, tepat untuk menekan pengeluaran pemerintah (GE), dari alokasi APBD utuk pendidikan
gratis, sehingga selisih yang ada dapat di peruntukkan ke alokasi yang lain, (Oppourtunity cost).
Namun asumsi ini akan memperkokoh Gap masyarakat yang diakibatkan oleh strata sosial yang
berbeda. Sehingga jangan heran bagi mereka yang merasa dirinya kaya mengtakan bahwa “kami
menempuh pendidikan dengan biaya yang ekslusif” wal hasil pendidikan membentuk kesadaraan
naïf yang menilai pendidikan sebagai investasi yang hanya dipandang dari sisi Nilai-nilai ekonomis
belaka.
Pemikiran lain, dalam hubungan antara masyarakat dan negara sudah jelas ada hubungan timbal
balik. Masyarakat punya tanggung jawab terhadap negara dan negara punya tanggung jawab
terhadap masyarakat. Hanya saja, dalam beberapa hal hubungan ini dinilai timpang. Masyarakat
dipaksa menjalankan kewajibannya, antara lain, membayar pajak, di sisi lain negara belum
sepenuhnya menjalankan kewajibannya, termasuk dalam pendidikan.Pendidikan bukanlah BBM,
yang antara premium dan pertamax memiliki sekat harga yang signifikan. (Wardihan Sabar, 2013).
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
57
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA)
BOSDA berhubungan erat dengan program BOS di mana tujuan utamanya adalah meringankan biaya
pendidikan untuk menuju pendidikan yang bermutu. BOSDA adalah dana Bantuan Operasional Sekolah yang
berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Istilah yang digunakan untuk BOSDA di
masing-masing daerah sangat beragam, misalnya Bantuan Operasional Pendidikan (BOP), Bantuan untuk
Pendidikan Gratis, dan lain sebagainya.
Bantuan Operasional Sekolah secara konsep mencakup komponen untuk biaya operasional non personal.
Namun karena biaya satuan yang digunakan adalah rata-rata nasional, maka penggunaan BOS dimungkinkan
untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. Prioritas
utama BOS adalah untuk biaya operasional non personil bagi sekolah. Oleh karena itu, keterbatasan dana
BOS dari pemerintah Pusat, maka biaya untuk investasi sekolah/madrasah/ponpes dan kesejahteraan guru
harus dibiayai dari sumber lain, dengan prioritas utama dari sumber pemerintah, pemerintah daerah dan
selanjutnya dari partisipasi masyarakat yang mampu.
Kerjasama dengan DUDI
Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Pemerintah Kabupaten/Kota dapat juga mengambil
kebijakan untuk menjalin kerjasama dengan dunia usaha/dunia industri dan komponen masyarakat lainnya
untuk mendapatkan dana tambahan guna menutupi kesenjangan pendanaan BOSP.
Masalah pendidikan tidak boleh diabaikan karena amanat konstitusional, sehingga harus menjadi perhatian
bukan hanya pemerintah provinsi, daerah, melainkan BUMN dan perusahaan swasta. Keterlibatan perusahaan
swasta dalam mendorong dunia pendidikan, menurutnya, sangat dibutuhkan untuk membantu pemerintah.
“Selama ini anggaran pendidikan dari pemerintah sangat terbatas untuk melayani kebutuhan belajar mengajar
masyarakat Indonesia.
Contoh Praktik yang Baik
Perusahaan Perkebunan Karet PT Lonsum
Perusahaan perkebunan karet PT Lonsum di Bulukumba menyalurkan CSRnya berupa:
1. Membantu pengaspalan jalan sepanjang 5 km yang dapat diakses oleh masyarakat untuk
58
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
memudahkan menjangkau sekolah/satuan pendidikan terdekat di daerah Palangisang
Kecamatan Ujung Loe.
2. Membantu tunjangan honorarium bagi guru honorer yang mengajar di satuan pendidikan
yang mayoritas peserta didiknya adalah anak karyawan (lokasi 15 km dari ibu kota
kabupaten).
3. Memfasilitasi pembentukan kelas jauh untuk anak usia sekolah yang tidak dapat
mengakses sekolah dasar karena lokasi jauh dari pemukiman karyawan. Dengan demikian,
perusahaan menyiapkan ruangan belajar beserta fasilitasnya, sedangkan guru disiapkan
oleh sekolah induk, akan tetapi honorarium guru menjadi tanggungan perusahaan.
Sekarang ini, dengan adanya kelas jauh tersebut, sebanyak 20 siswa dapat menikmati
pendidikan.
Pendapatan Asli Sekolah (PAS)
Pasal 46 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Sumber-sumber pendapatan sekolah
bisa berasal dari pemerintah, usaha mandiri sekolah, orangtua siswa, dunia usaha dan industri, sumber lain
seperti hibah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku, yayasan penyelenggara
pendidikan bagi lembaga pendidikan swasta, serta masyarakat luas. Berikut ini disajikan rincian masingmasing sumber pendapatan sekolah.
Beberapa kegiatan yang merupakan usaha mandiri sekolah yang bisa menghasilkan pendapatan sekolah
antara lain:
a) Pengelolaan Kantin Sekolah
Pengelolaan kantin sekolah memiliki manfaat tersedianya makanan dan minuman yang sehat dan bergizi,
harganya yang terjangkau oleh warga sekolah, juga memiliki nilai bisnis yang menguntungkan bagi sekolah.
Hasil penjualan atau sewa tempat penjualan dikumpulkan sehingga menjadi sumber pendapatan. Pengelolaan
kantin sekolah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
•
Tempat kantin strategis di dalam sekolah, yang memudahkan warga sekolah untuk mengunjunginya, serta
dapat terpantau oleh pengelola sekolah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
59
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
•
Bangunan kantin didesain secara baik, indah, bersih, nyaman sehingga menyenangkan pengunjungnya.
•
Menu makanan dan minuman bervariasi sesuai selera pembeli dan berkualitas baik, namun harganya
diusahakan yang semurah mungkin.
•
Keuangan kantin atau hasil pengelolaan kantin dikelola secara transparan.
b) Pengelolaan Koperasi Sekolah
Koperasi sekolah, adanya koperasi sekolah disamping memiliki manfaat tersedianya kebutuhan pokok dengan
harga yang terjangkau oleh warga sekolah, juga memiliki nilai bisnis yang menguntungkan bagi sekolah.
Terkait dengan kebutuhan siswa, usaha koperasi bisa berupa toko yang menyediakan seragam sekolah,
buku tulis dan cetak, alat tulis dan kebutuhan belajar lainnya. Terkait dengan kebutuhan guru, koperasi bisa
menyediakan seragam guru, alat tulis dan kebutuhan rumah tangga misalnya penyediaan sembako dan
kebutuhan lainnya. Selain toko yang menyediakan kebutuhan guru, koperasi bisa mengelola usaha simpan
pinjam dengan suku bunga yang lebih rendah daripada suku bunga di bank agar guru dan pegawai sekolah
tertarik serta merasa diuntungkan oleh adanya koperasi di sekolah.
c) Pengelolaan Wartel
Pengelolaan wartel yang tepat juga bisa merupakan pemasukan pendapatan rutin bagi sekolah. Dalam hal ini
perlu ditunjuk petugas yang mampu mengelola kegiatan secara tertib, teliti dan memiliki tingkat kejujuran yang
tinggi.
d) Pengelolaan Jasa Antar Jemput Siswa
Pengelolaan jasa antar jemput bagi siswa, barangkali bisa dilakukan bagi sekolah yang lokasinya jauh dari
jalur transportasi umum, meskipun usia anak SMA/SMK mungkin kurang berminat menggunakannya. Tetapi
tidak ada salahnya kalau pihak sekolah menjaga kemungkinan banyak siswa yang berminat menggunakannya.
e) Panen Kebun Sekolah
Sekolah yang masih memiliki lahan luas bisa mengelola lahannya dengan menanam tumbuhan yang hasilnya
bisa dijual dan bisa menjadi pemasukan pendapatan bagi sekolah. Tentunya sekolah perlu bekerja sama
dengan penggarap tanah di sekitar sekolah, agar semua kegiatan berjalan lancar.
f) Pengelolaan usaha yang lain
Di kotak yang berikut ada pengalaman dari salah satu sekolah di Makassar untuk menggali sumber dana dari
masyarakat dengan pengelolaan usaha.
60
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Contoh Praktik yang Baik
Pemanfaatan Unit Produksi Sebagai Sumber Dana Sekolah
Dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar di SMK Negeri 4 Makassar, maka dikembangkan
unit produksi yang meliputi :
1. Unit Percetakan
2. Unit Travel Agent
3. Unit Penyewaan Gedung
4. Unit Foto Studio
5. Unit Pertokoan/Swalayan
Unit Swalayan SMK Negeri 4 Makassar yang diberi nama Swalayan KESIMA (Kesejahteraan Siswa
dan Masyarakat) adalah salah satu Swalayan di Makassar yang menjalin kerja sama dengan GORO.
g) Kegiatan yang Menarik Sehingga Sponsor Bersedia Memberi Dana
Sekolah bisa menyelenggarakan kegiatan yang menarik warga di dalam sekolah dan perusahaan di sekitar
sekolah, sehingga ada sponsor yang memberi dana ke sekolah. Kegiatan ini bisa berupa gerak jalan sehat,
pertandingan sepak bola antar sekolah atau kegiatan yang sejenis.
h) Kegiatan Seminar/Pelatihan/Lokakarya
Kegiatan seminar, pelatihan, lokakarya dengan dana dari peserta yang bisa disisihkan sisa anggarannya
untuk sekolah. Penyelenggaraan kegiatan ini tentunya harus dipilih tema yang hangat, perkembangan
terkini sehingga menantang peserta mengikutinya. Apabila ada dana yang masuk, sekolah bisa menyisihkan
sebagian untuk sekolah.
i) Penyelenggaraan Lomba Kesenian dengan Biaya dari Peserta atau Perusahaan
Penyelenggaraan gelar dan lomba kesenian antar sekolah dengan biaya dari peserta atau perusahaan yang
berminat membantunya. Sebagian dana bisa disisihkan untuk sekolah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
61
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
j)Masyarakat
Upaya peningkatan mutu tidak bisa dibebankan sepenuhnya pada sekolah.Memang, sekolah adalah ujung
tombak dan pemilik kuasa terbesar dalam peningkatan mutu ini.Karenanya, diperlukan kemandirian, kemauan
kuat, dan kerja keras bagi sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikannya.Tetapi, kalau kita mengacu pada
konsep “Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah” maka diperlukan sinergi dan kerjasama antara
beberapa komponen (stakeholders) yang melingkupi sekolah.
Sumber pendanaan dari masyarakat (komite sekolah, alumni, orangtua peduli pendidikan, dan lain-lain). Salah
satu sumber dana sekolah yaitu melalui komite sekolah. Dimana Komite Sekolah merupakan suatu lembaga
mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arah
dan dukungan tenaga, sarana, dan prasarana serta pengawasan pada tingkat satuan pendidikan.
Pemberdayaan Komite Sekolah dapat diwujudkan diantaranya melalui pelibatan mereka dalam penyusunan
rencana dan program sekolah, RKAS, pelaksanaan program pendidikan dan penyelenggaraan akuntabilitas
pendidikan. Salah satu tugas dan fungsi komite adalah sebagai badan pertimbangan dan pendukung dalam
hal penyusunan dan penetapan RKAS serta memberi dukungan dalam financial khususnya dalam penggalian
dana dari wali siswa atau masyarakat. Adapun sumber dana dari masyarakat dapat berupa:
● Bantuan sukarela masyarakat umum
sidental
● Bantuan sukarela masyarakat umum rutin
● Bantuan alumni
Sumber dana yang berasal dari orangtua siswa dapat berupa sumbangan fasilitas belajar siswa, sumbangan
pembangunan gedung, dan iuran Komite Sekolah.
Selain itu bisa juga sekolah mengembangkan penggalian dana dalam bentuk: (1) Amaljariyah, (2) Zakatmal,
(3) Uang tasyakkuran, dan (4) Amal Jumat.
Contoh upaya menggali dana dari masyarakat dapat dilihat di kotak yang berikut.
62
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Contoh Praktik yang Baik
IKA SMADA 86 MAKASSAR
Visi: Menjalin kebersamaan demi citra sekolah dan alumni SMADA 86 Makassar
Misi: Menjadi wadah organisasi bagi alumni SMADA86 Makassar
•
Berperan aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan sekolah SMADA Makassar
•
Berperan meningkatkan kesejahteraan sesama alumni SMADA 86 Makassar
•
Turut berpartisipasi dalam aktivitas sosial kemasyarakatan
Ikatan SMADA 86 Makassar telah memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan mutu
pendidikan di SMA Negeri 2 Makassar. Salah satu kontribusi yang diberikan tahun 2013 yaitu renovasi
Perpustakaan dengan total anggaran adalah Rp 96.500.000,- (Sembilan puluh enam juta lima ratus
ribu rupiah). Bentuk renovasi perpustakaan yang dilakukan adalah merubah dan memperbaiki
tampilan perpustakaan yang ada tanpa merubah volume ruangan. Sumber dana berasal dari iuran
setiap bulannya minimal Rp.10.000 per anggota yang disetor atau ditransfer ke rekening Bendahara
IKA SAMADA 86 Makassar.
Sumber: SMA Negeri 2 , Jl. Baji Gau, Makassar.
k) Sumber lain
Selain yang sudah disebutkan di atas, masih ada sumber pembiayaan alternatif yang berasal dari proyek
pemerintah baik yang bersifat block grant maupun yang bersifat matching grant (imbal swadaya). Di tahun
anggaran 1997 sampai dengan 2003, sumber alternatif itu dikucurkan oleh Proyek Perluasan dan Peningkatan
Mutu Pendidikan melalui mekanisme block grant maupun yang bersifat matching grant.
Untuk memperoleh dana dari berbagai pihak utamanya dari dana hibah atau block grant, kepala sekolah
perlu menyusun proposal yang menggambarkan kebutuhan pengembangan program sekolah. Komponen
proposal dapat disusun sebagai berikut: rumusan visi, misi, dan tujuan sekolah, identifikasi tantangan nyata
yang dihadapi sekolah, sasaran, identifikasi fungsi-fungsi sasaran, analisis SWOT, alternatif langkah-langkah
pemecahan persoalan, rencana dan Program Peningkatan mutu, anggaran dan rincian penggunaannya.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
63
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
BAHAN PRESENTASI
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses
di file Presentasi 2 Sumber pendanaan biaya operasional sekolah di CD yang terlampir.
BAB 2
BIAYA DAN SUMBER
PENDANAAN BIAYA OPERASIONAL
Pengkategorian Biaya Pendidikan
(PP 19/2005 & PP 48/2008)
8
64
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Sumber Pendanaan
•
•
•
•
•
•
Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Dana Dekonsentrasi
Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA)
Kerjasama dengan DUDI
Pendapatan Asli Sekolah (PAS)
Masyarakat
14
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
65
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Modul 3
Pendekatan dan Konsep BOSP
Serta Cara Penghitungannya
Pendahuluan
Modul ini memfokuskan pembahasan pada pendekatan dan konsep BOSP dan cara penghitungannya.
Langkah awal penghitungan BOSP oleh Pemerintah Kabupaten/Kota adalah memahami pendekatan
dan konsep BOSP. Setelah itu memahami cara penghitungannya yang dimulai dari menentukan
berbagai asumsi dasar (kondisi sekolah). Selanjutnya, menetapkan kegiatan-kegiatan dan komponen/
subkomponen biaya untuk menghitung volume dan menentukan harga satuan dari setiap komponen/
subkomponen biaya berdasarkan klasifikasi sekolah.
Setelah substansi penghitungan dibahas, modul ini membahas pembentukan Tim Penyusun BOSP yang
bertanggungjawab atas seluruh rangkaian proses baik secara akademik maupun secara legal formal.
Untuk itu, diperlukan keterwakilan dari berbagai unsur seperti Dinas Pendidikan, BPKAD/DPKAD/Bagian
Keuangan Sekretariat Daerah, Bappeda, Sekolah (SD/MI, SMP/MTs), dan Multi Stakeholder Forum
(MSF).
Sejarah Penghitungan BOSP
Bank Dunia telah melakukan penghitungan BOSDA melalui program BOSDA dengan menggunakan
pendekatan formula sehingga pengalokasian BOSDA lebih adil dan berbasis kinerja. Program
ini meminimalkan ketimpangan antar sekolah melalui alokasi yang lebih adil, sementara efisiensi
penggunaan anggaran dapat ditingkatkan dengan pemanfaatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan,
termasuk untuk mendorong prestasi sekolah. Program BOSDA berformula diterapkan berdasarkan tiga
jenis alokasi yaitu alokasi dasar, alokasi karakteristik sekolah dan alokasi prestasi sekolah. Alokasi dasar
digunakan untuk memastikan bahwa semua sekolah dalam kondisi apapun menerima BOSDA.Alokasi
karakteristik sekolah adalah alokasi yang digunakan untuk mengurangi kesenjangan antar sekolah
66
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
agar lebih adil. Sementara alokasi prestasi sekolah merupakan alokasi untuk mendorong peningkatan
prestasi sekolah.Penentuan variable dalam masing-masing alokasi merupakan kesepakatan para
pemangku kepentingan dengan mempertimbangkan prioritas daerah. Dengan demikian, program ini
tidak menghitung kebutuhan rata-rata setiap siswa per tahun sesuai dengan tuntutan Standar Pelayanan
Minimal. Ada kecenderungan hasil penghitungan lebih besar pada sekolah yang memiliki prestasi lebih
tinggi.
Sedangkan, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) juga telah melakukan penghitungan
Standar BOSP dengan menggunakan “Pendekatan Biaya”. Untuk menghitung Standar BOSP, BSNP
mengembangkan template untuk setiap jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA (lihat Lampiran 4).Akan
tetapi, karena modul ini hanya membahas BOSP pada jenjang SD/MI, dan SMP/MTs, maka templatetemplate BSNP untuk SMA/MAdan SMK tidak dicantumkan di sini.
BSNP telah menghitung Standar Biaya Operasional Nonpersonalia, untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA
(3 JURUSAN), SMK (76 Program Keahlian), SDLB (5 Tuna), SMPLB (5 Tuna), SMALB (4 Tuna). BNSP
melakukan penghitungan dengan menetapkan komponen menggunakan pendekatan biaya yaitu Biaya
Personalia (Pendidik & Tenaga Kependidikan) meliputi Gaji dan Tunjangan, dan Biaya Nonpersonalia
meliputi: ATS, Daya dan jasa, Pemeliharaan dan perbaikan ringan, Transportasi, Konsumsi, Asuransi,
Pembinaan siswa/ekstra-kurilkuler, Bahan dan alat habis pakai, dan Pelaporan.
Harga satuan dari setiap komponen BOSP yang digunakan oleh BSNP untuk menghitung nilai BOSP
menggunakan harga satuan DKI Jakarta. Daftar tabel indeks biaya pendidikan untuk tahun 2009 masih
menggunakan indeks kemahalan konstruksi (IKK) yang dianggap belum benar-benar tepat untuk
menghitung biaya pendidikan.
Pada saat ini BSNP telah menyusun indeks biaya pendidikan dengan cara mengumpulkan harga satuan
komponen BOSP dari setiap kabupaten/kota di Indonesia. Proyek USAID-DBE 1 membantu BSNP
mengumpulkan harga satuan komponen BOSP di kabupaten/kota mitra DBE 1.
Pendekatan KINERJA Penghitungan BOSP
KINERJA memfasilitasi kabupaten/kota dalam menghitung BOSP-nya dengan mengadopsi pendekatan
penghitungan BOSP yang telah dilakukan oleh DBE 1 denganmenggunakan template yang telah
dikembangkan dari template BSNP. Hal tersebut, disebabkan bahwa “pendekatan penghitungan” yang
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
67
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
telah dilakukan oleh DBE 1 dengan “pendekatan kegiatan” dianggap lebih efisien dan efektif dibanding
dengan menggunakan “pendekatan biaya” mengingat setiap kabupaten/kota memiliki kebutuhan yang
berbeda-beda berdasarkan kondisi daerahnya masing-masing. Disamping itu, DBE 1 juga menentukan
biaya-biaya yang diperlukan dalam suatu kegiatan, tidak hanya didasarkan kebutuhan terhadap biaya
tetapi juga dengan mempertimbangkan kesesuaian biaya dengan peraturan yang ada. Template
penghitungan berdasarkan pendekatan kegiatan yang telah dikembangkan oleh DBE 1 dapat dilihat di CD
BOSP.
Pendekatan penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) harus diubah dari pendekatan
biaya ke pendekatan program kegiatan dengan tolok ukur relevansi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
pada satuan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Perubahan itu dinilai perlu, karena
akan memutuskan rantai biaya pendidikan dan birokrasi yang rumit, sehingga dana yang diterima sekolah
bisa lebih besar. Secara umum, penghitungan biaya dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan biaya dan (2) pendekatan kegiatan, sebagaimana diilustrasikan:
Ilustrasi 1Pendekatan Biaya
Ilustrasi 2 Pendekatan Kegiatan
1. Pendekatan Biaya
Penghitungan BOSP dengan menggunakan “pendekatan biaya” dilakukan dengan menyusun/menghitung
biaya yang akan dikeluarkan berdasarkan komponen biaya (dengan menggabungkan/ menjumlahkan
komponen biaya yang sama) untuk semua kegiatan yang akan dilakukan dan merinci kegiatan-kegiatan
yang membutuhkan biaya tersebut.
68
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
2. Pendekatan Kegiatan
Penghitungan BOSP dengan menggunakan “pendekatan kegiatan” dilakukan dengan menyusun/
menghitung biaya berdasarkan kegiatan yang akan dilakukan dan dirinci jenis biaya yang dibutuhkan
untuk setiap kegiatan tersebut. Dengan demikian, pada kegiatan yang berbeda terdapat kemungkinan
munculnya jenis biaya yang sama. Sebagai contoh, kegiatan “A” membutuhkan kertas HVS 1 rim untuk
surat menyurat, kegiatan “B” juga membutuhkan kertas HVS 2 rim (karena juga memerlukan surat
menyurat).
Dengan demikian, jika contoh pada “pendekatan kegiatan” di atas dimana kegiatan “A” membutuhkan
kertas HVS 1 rim untuk surat menyurat, dan kegiatan “B” juga membutuhkan kertas HVS 2 rim (karena
juga memerlukan surat menyurat), maka dalam “pendekatan biaya” dapat dibuat dalam bentuk: kertas
HVS untuk kegiatan “A” 1 rim dan kegiatan “B” 2 rim. Untuk mengetahui perbedaan kedua pendekatan
tersebut di atas dapat dilihat dari 2 bentuk penghitungan berikut ini.
3. Bentuk 1 Rincian Barang Dijabarkan
Bentuk ini cocok digunakan apabila jumlah kegiatan yang membutuhkan barang yang sama dirasa tidak
terlalu banyak dan rinciannya ingin dijabarkan.
Pendekatan Kegiatan
www.kinerja.or.id
Pendekatan Biaya
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
69
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
4. Bentuk 2 Rincian Barang Tidak Dijabarkan
Bentuk ini cocok digunakan apabila jumlah kegiatan yang membutuhkan barang yang sama dirasa cukup
banyak dan rinciannya tidak ingin dijabarkan.
Pendekatan Kegiatan
Pendekatan Biaya
Cara Penghitungan BOSP
Adapun cara penghitungan BOSP dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Penentuan Asumsi Dasar
Hasil penghitungan BOSP diharapkan untuk memberikan informasi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota.
Besaran dana operasional per individu peserta didik per tahun yang dibutuhkan oleh satuan pendidikan agar
kegiatan pendidikan dapat berlangsung sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.
Kenyataan menunjukkan bahwa keadaan sekolah pada setiap jenjang/jenis pendidikan di suatu daerah
bervariasi, baik dari jumlah rombel, jumlah siswa per rombel, jumlah guru, jumlah tenaga kependidikan,
dan lain-lain. Dengan demikian, untuk menentukan suatu hasil penghitungan BOSP dari setiap jenjang/jenis
pendidikan yang variasi tersebut diperlukan suatu asumsi penghitungan.
Adapun asumsi dasar yang diperlukan dalam penghitungan BOSP, meliputi:
70
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
1. Jumlah rombongan belajar (rombel) per sekolah.
2. Jumlah peserta didik (siswa) per rombel.
3. Jumlah pendidik (guru) dan tenaga kependidikan per sekolah (sesuai jumlah rombel yang dihitung).
4. Jumlah mata pelajaran.
5. Persentase jumlah pendidik penerima tunjangan profesi.
Asumsi dasar tersebut ditetapkan sesuai dengan kondisi umum (kondisi rata-rata) di daerah dengan tetap
mempertimbangkan standar-standar yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penghitungan
BOSP yang sesuai kebutuhan riil di sekolah namun tetap mengacu pada standar-standar yang ada.
Sebagai contoh dalam menentukan asumsi untuk jumlah pendidik pada jenjang SD/MI:
1. Jika kondisi di daerah (secara faktual) di bawah standar, maka yang diikuti adalah kondisi faktual tersebut.
Misalnya: Suatu daerah memiliki kondisi jumlah pendidik pada jenjang SD/MI sebanyak 5 orang pendidik
(termasuk kepala sekolah), maka yang menjadi asumsi jumlah pendidik untuk jenjang SD tersebut adalah
5 orang pendidik.
2. Jika kondisi di daerah (secara faktual) di atas standar, maka yang diikuti adalah Standar. Misalnya, suatu
daerah memiliki kondisi jumlah pendidik pada jenjang SD/MI sebanyak 11 orang pendidik (termasuk kepala
sekolah), maka yang menjadi asumsi jumlah pendidik untuk jenjang SD tersebut adalah 9 orang pendidik.
Berdasarkan Standar jumlah tenaga pendidik untuk jenjang sekolah dasar (SD) sebanyak
9 pendidik meliputi; 6 guru kelas, 1 kepala sekolah, dan 2 guru matapelajaran (Agama dan
Olahraga).
Contoh berikutnya yaitu dalam penentuan asumsi dasar seharusnya dilakukan berdasarkan data. Khusus
untuk asumsi jumlah rombel sebaiknya untuk SD/MI diambil kelipatan enam, sedangkan untuk SMP/MTs dan
SMA/MA dengan jumlah rombel kelipatan tiga.
Sebagai contoh, kenyataan di lapangan di suatu kabupaten/kota menunjukkan:
1. Jumlah rombel SD/MI sebagian besar 12 rombel, bukan 6 rombel sebagaimana asumsi yang digunakan
BSNP.
2. Jumlah peserta didik SD/MI per rombel sebagian ebsar 36 orang, bukan 28 orang sesuai Standar Proses.
Jika kondisi demikian, maka untuk penghitungan BOSP SD/MI digunakan asumsi jumlah rombel sebanyak 12
rombel, jumlah peserta didik per rombel sebanyak 28 orang.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
71
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Dengan demikian, penentuan pertimbangan jika secara faktual asumsi dasar di bawah standar, maka yang
diikuti adalah faktual, didasarkan pada pertimbangan bahwa kebutuhan terhadap sejumlah dana tersebut
adalah hanya sebesar itu (meskipun belum memenuhi standar), sedangkan penentuan pertimbangan jika
secara faktual asumsi dasar di atas standar maka yang diikuti adalah standar, didasarkan pada pertimbangan
bahwa kalau penghitungan didasarkan pada keadaan faktual yang di atas standar, maka penghitungan
yang dilakukan akan menghasilkan nilai kebutuhan terhadap sejumlah dana “di atas” standar bukan untuk
“memenuhi” standar.
Di sisi lain, asumsi penghitungan tidak perlukan apabila jumlah sekolah pada jenjang/jenis yang akan dihitung
BOSP-nya (misalnya SMK) hanya satu sekolah. Demikian pula jika penghitungan BOSP ini akan dilakukan
berdasarkan individu sekolah. Dalam keadaan demikian, unsur-unsur dasar ini akan didasarkan pada kondisi
sekolah yang bersangkutan.
2. Penentuan Kegiatan
Biaya Operasional Satuan Pendidikan terdiri atas Biaya Operasi Personalia dan Biaya Operasi Nonpersonalia.
Biaya operasi personalia tidak dirinci dalam kegiatan tetapi langsung ke dalam komponen biaya. Biaya
Operasional Nonpersonalia dirinci dalam berbagai kegiatan sesuai dengan standar-standar nasional
pendidikan sebagaimana sudah dijelaskan pada bagian terdahulu. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah
ditetapkan terlebih dahulu dalam template Penghitungan BOSP berdasarkan Kegiatan (Lihat contoh di
Lampiran 4). Namun demikian, Tim Penyusun BOSP harus tetap meninjau ulang kelengkapan dari kegiatankegiatan yang sudah terlebih dahulu dicantumkan pada template penghitungan dan melakukan perbaikan
jika terdapat dasar dan alasan yang kuat. Misalnya, jika ada kegiatan yang wajib dilaksanakan di setiap
sekolah berdasarkan aturan atau kebijakan pemerintah daerah, maka kegiatan tersebut dapat ditambahkan
di template penghitungan yang telah disediakan. Sebaliknya, jika dalam template ada kegiatan yang tidak
dilaksanakan di sekolah karena adanya aturan atau kebijakan pemerintah daerah, maka nama kegiatan dalam
template tidak perlu dihapus, cukup menulis angka 0 (nol) pada kolom volume, satuan, dan harga satuan tanpa
menghilangkan kegiatan dan komponen/subkomponen biaya tersebut dalam template.
3. Penentuan Komponen/Subkomponen Biaya
a) Biaya Operasi Personalia
Biaya Operasi Personalia meliputi gaji dan tunjangan (yang melekat pada gaji, fungsional, dan profesi) untuk
pendidik dan tenaga kependidikan sebagai berikut:
72
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
a. Biaya operasional untuk Pendidik, meliputi;
1) gaji Pokok dan Tunjangan yang melekat pada gaji, untuk pendidik yang merangkap sebagai Kepala
Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah;
2) gaji pokok dan Tunjangan yang melekat pada gaji untuk pendidik lainnya (yang tidak merangkap
sebagai Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah);
3) tunjangan fungsional, untuk guru termasuk yang merangkap sebagai Wakil Kepala Sekolah (tidak
termasuk pendidik yang merangkap sebagai Kepala Sekolah); dan
4) tunjangan profesi, untuk guru termasuk yang merangkap sebagai Kepala Sekolah dan Wakil Kepala
Sekolah.
b. Biaya operasional untuk Tenaga Kependidikan, meliputi;
1) tunjangan Kepala Sekolah (berupa tunjangan fungsinal dan tunjangan lain jika ada) dan Wakil Kepala
Sekolah (jika ada) dan
2) gaji pokok dan tunjangan yang melekat pada gaji untuk Laboran, Pustakawan, Teknisi Sumber Belajar,
Tenaga Tata Usaha, dan Tenaga Kebersihan.
Penghitungan BOSP dimaksudkan untuk menetapkan berapa dana yang diperlukan oleh sekolah untuk
kegiatan operasional yang biayanya dibayar langsung oleh sekolah, sehingga template Penghitungan BOSP
berdasarkan Kegiatan tidak mencantumkan rincian dari Biaya Operasi Personalia. Dimana pada umumnya,
pendidik dan tenaga kependidikan berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga gaji dan tunjangan mereka
tidak dibayarkan oleh sekolah, melainkan dibayar langsung oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
Apabila kondisi pendidik atau tenaga kependidikan di sekolah bukan semuanya PNS (sebagian masih
berstatus honorer) dan gajinya maupun tunjangannya (jika ada) sebagian dibayar oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota) dan sebagian dibayar oleh sekolah
tergantung peraturan atau kebijakan daerah masing-masing, maka dalam penghitungan BOSP, komponen
Biaya Operasi Personalia ini dapat ditambahkan dan juga dapat dihilangkan, tergantung kondisinya. Jika gaji
dan tunjangan personalia honorer harus dibayar oleh sekolah terjadi secara umum (rata-rata), maka gaji dan
tunjangan personalia honorer tersebut perlu ditambahkan pada template penghitungan, sebaliknya apabila gaji
dan tunjangan personalia honorer tersebut secara umum (rata-rata) dibayar oleh pemerintah atau pemerintah
Daerah (Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota), maka gaji dan tunjangan personalia honorer
tersebut tidak perlu ditambahkan dalam template penghitungan.
Kondisi demikian, nilai BOSP yang ditetapkan akan juga mencakup biaya Operasi Nonpersonalia dan Biaya
Personalia untuk personalia honorer tersebut. Demikian juga, dalam penghitungan alokasi dana ke sekolah
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
73
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
untuk mendanai BOSP, komponen gaji dan tunjangan (bila ada) personalia honerer termasuk di dalammnya.
Akan tetapi perlu diketahui bahwa gaji dan tunjangan (jika ada) personalia honerer ditambahkan dalam Biaya
Operasional Personalia, harus ditetapkan terlebih dahulu dalam asumsi dasar mengenai personalia honorer
tersebut, misalnya jumlah rata-rata personalia honorer dan gaji dan tunjangan (bila ada) per personalia honorer
pada setiap sekolah.
b) Biaya Operasi Nonpersonalia
Biaya Operasi Nonpersonalia yang dimaksudkan dalam modul ini adalah jumlah seluruh pengeluaran
sekolah selain yang dimanfaatkan untuk kebutuhan kesejahteraan (gaji dan tunjangan) pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah. Perlu dicatat bahwa kebutuhan-kebutuhan operasi nonpersonalia yang sifatnya
pribadi bagi pendidik, tenaga kependidik, dan peserta didik tidak termasuk di dalam biaya ini. Dengan
demikian, untuk setiap kegiatan yang akan dihitung biayanya, perlu ditetapkan komponen dan subkomponenya
(jika ada) biayanya. Selain kegiatan yang sudah dicantumkan dalam Template Penghitungan BOSP
berdasarkan Kegiatan sudah dicantumkan juga komponen dan subkomponen biayanya. Tim Penghitungan
BOSP harus tetap meninjau ulang kelengkapan komponen dan subkomponen biaya tersebut dan melakukan
perbaikan jika perlu.
c) Penambahan, Pengurangan, dan Penyesuaian komponen/subkomponen
Setiap penambahan, pengurangan, dan penyesuaian nama terhadap komponen/subkomponen yang telah
disusun di dalam template Penghitungan BOSP berdasarkan Kegiatan harus memiliki dasar yang kuat, yaitu:
a. Penambahan komponen/subkomponen biaya dapat dilakukan apabila komponen/ subkomponen biaya
yang ditambahkan tersebut merupakan komponen/subkomponen biaya yang benar-benar dibutuhkan
oleh sekolah (berdasarkan standar atau peraturan tertentu). Walaupun demikian, tidak diperbolehkan
menambahkan komponen/subkomponen biaya jika berdasarkan peraturan yang ada, sekolah tidak
diperbolehkan mengeluarkan dana untuk komponen biaya tersebut. Misalnya, jika suatu daerah memiliki
aturan atau kebijakan tersendiri untuk mewajibkan setiap sekolah membina “Dokter Kecil” atau “Polisi
Cilik”, maka subkomponen ini dapat ditambahkan.
b. Pengurangan komponen/subkomponen biaya dapat dilakukan apabila komponen/ subkomponen biaya
dalam template Penghitungan BOSP berdasarkan Kegiatan tidak dapat direalisasikan di daerah (meskipun
mungkin dibutuhkan oleh sekolah). Misalnya, honor dan transport untuk kegiatan. Walaupun mungkin
secara logis honor dan transport tersebut dapat diterima, namun ada aturan di daerah tersebut yang
melarang pemberian honor dan transport tersebut. Pengurangan komponen/ subkomponen biaya ini
dianjurkan dilakukan dengan memasukkan angka nol (0) ke dalam volume, satuan, dan harga satuan
74
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
tanpa menghilangkan kegiatan dan komponen/subkomponen biaya tersebut dalam template. Dengan
demikian, secara otomatis pengeluaran untuk komponen/subkomponen tersebut tidak terhitung dalam
BOSP (meskipun tetap ada dalam daftar kegiatan dan komponen biaya).
c. Penyesuaian nama subkomponen biaya dapat dilakukan apabila nama subkomponen biaya dalam
template penghitungan BOSP, di daerah yang bersangkutan lebih dikenal dengan nama yang lain.
Misalnya, dalam template dicantumkan nama subkomponen “Peringatan Maulid Nabi Muhammad”
dan daerah tersebut mayoritas masyarakatnya nonmuslim seperti Kabupaten Tana Toraja, maka nama
subkomponen biaya tersebut dapat disesuaikan dengan nama yang sesuai seperti “Perayaan Natal”.
d) Komponen Investasi Ringan dan Bantuan untuk Peserta Didik (Siswa Miskin)
Komponen investasi ringan yang dimaksudkan dalam Modul ini yaitu keperluan dalam proses pembelajaran
berupa buku teks pelajaran, alat peraga sederhana, dan investasi ringan lain. Sedangkan Bantuan Siswa
Miskin yaitu bantuan yang diperuntukkan kepada peserta didik yang orang tuanya kurang mampu agar beban
biaya personalnya lebih ringan. Bantuan tersebut dapat berupa bantuan dana transportasi, buku, alat tulis,
pakaian seragam, dan uang saku.
Komponen investasi ringan dan Bantuan Siswa Miskin ini bisa saja ditambahkan dalam penghitungan BOSP
jika Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kebijakan dimana sekolah diminta bertanggung jawab untuk juga
mengelola dana atas beberapa tambahan selain Biaya Operasi Personalia (khusus untuk personalia honorer
yang biaya personalianya dibayar langsung oleh sekolah) dan Biaya Operasi Nonpersonalia. Dalam hal ini,
Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menyalurkan dana ke sekolah sesuai dengan kebutuhan riil masing-masing
sekolah atau untuk kemudahan administrasi Pemerintah Kabupaten/Kota dapat juga meminta agar komponen
dimaksud dimasukkan sebagai komponen BOSP dan arena itu dihitung kebutuhan rata-ratanya.
Misalnya, Pemerintah Kabupaten/Kota ingin agar sekolah mengelola dan membeli sendiri buku teks pelajaran
untuk pendidikan dan peserta didik, alat peraga sederhana, dan computer untuk administrasi (secara definsii,
komponen-komponen ini sebenarnya adalah komponen biaya investasi, bukan komponen biaya operasional,
karena manfaatnya lebih dari satu tahun). Demikian pula, jika Pemerintah Kabupaten/Kota ingin agar
sekolah mengelola sendiri bantuan biaya pendidikan, bukan komponen biaya operasional) karena mungkin
menganggap sekolah yang paling tahu peserta didiknya yang mana saja yang berasal dari keluarga kurang
mampu.
Apabila Pemerintah Kabupaten/Kota akan mengalokasikan dana untuk komponen biaya investasi setiap
tahun ke sekolah dan memperlakukannya sebagaimana komponen BOSP, maka harga dari komponen biaya
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
75
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
investasi tersebut dapat dibuat menjadi pertahun dengan cara membaginya dengan umur ekonomis (umur
pakai) barang tersebut. Jika harga komponen biaya investasi dihitung penuh untuk satu tahun (tidak dibagi
umur ekonomis) maka nilai BOSP Nonpersonalia akan menjadi terlalu tinggi. Jika alokasi dana ke sekolah
didasarkan pada nilai yang terlalu tinggi, sekolah akan menerima dana terlalu besar, melebihi yang benarbenar diperukan setiap tahunnya.
4. Penentuan Volume
Volume yang dimaksudkan dalam modul ini adalah total kebutuhan atas suatu komponen/subkomponen biaya
untuk kegiatan tertentu dalam satu tahun. Dengan demikian, volume dihitung dengan mengalikan antara
frekuensi penggunaan/pembayaran/kebutuhan dalam setahun, jumlah pengguna yang membutuhkan, dan
jumlah penggunaan/kebutuhan setiap pengguna atau yang membutuhkan.
Penentuan volume untuk setiap komponen/subkomponen biaya harus dilakukan secara rinci untuk satu tahun
agar transparan dan guna memudahkan verifikasi. Rincian volume tersebut harus mencantumkan informasi
tentang:
a) Frekuensi per Tahun
Bagian ini menunjukkan berapa kali penggunaan/pemakaian/pembayaran untuk komponen biaya untuk
kegiatan tertentu dalam satu tahun. Misalnya, untuk gaji, frekuensi per tahun adalah 12 kali atau 13 kali,
karena guru dan tenaga kependidikan dibayar 12 kali atau `13 kali dalam satu tahun.
b) Jumlah Pengguna atau yang Membutuhkan
Bagian ini menunjukkan jumlah pengguna atau yang membutuhkan yaitu obyek yang menjadi pemicu
biaya (cost driver) yang dijadikan dasar untuk penghitungan komponen biaya. Jumlah pengguna/yang
membutuhkan dapat berupa jumlah pendidik, jumlah peserta didik, jumlah kelompok peserta didik, jumlah
rombel, jumlah matapelajaran, atau bahkan jumlah sekolah (yaitu satu sekolah). Misalnya, jumlah pendidik
yang dibayar gaji pokoknya, jumlah peserta didik yang dijadikan dasar penghitungan biaya fotokopi untuk
administrasi, dan sebagainya.
c) Jumlah Penggunaan/Kebutuhan setiap Pengguna atau yang Membutuhkan
Bagian ini menunjukkan jumlah penggunaan/pembayaran/kebutuhan per satu kali penggunaan/pemakaian/
pembayaran per satu pengguna/yang membutuhkan.
76
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
d)Satuan
Bagian ini menunjukkan satuan dari komponen/subkomponen biaya. Misalnya, lembar untuk fotokopi,
batang untuk pensil, dan sebagainya.
Contoh:
Jika buku absensi peserta didik untuk SD/MI dibutuhkan, satu buah di setiap rombel (misalnya 6 enam
rombel) pada setiap semester, berarti:
a. Frekuensi per tahun : 2 kali (1 tahun = 2 semester)
b. Jumlah yang membutuhkan
: 6 rombel
c. Jumlah kebutuhan setiap rombel : 1 buah
Ini berarti, volume buku absensi tersebut dapat diformulasi sebagai berikut:
Buku absensi : 2 semester x 6 rombel x 1 buah = 12 buah
Penentuan volume harus konsisten dengan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara teknis,
penentuan volume di dalam Template telah menggunakan formula penghitungan sehingga nilai volume dapat
diperoleh secara otomatis setelah mengisi rincian volume sebagaimana disebutkan di atas.
5. Penentuan Harga Satuan
a) Penentuan Harga Satuan Biaya Operasional Personalia
Penentuan harga satuan biaya operasi personalia yang secara umum meliputi gaji dan tunjangan dilakukan
berdasarkan peraturan yang mengatur tentang hal tersebut antara lain Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden (Perpres), dan peraturan lain seperti Peraturan Gubernur, Peraturan/Keputusan Bupati/
Walikota untuk pemberian tunjangan/insentif bagi pendidik dan/atau tenaga kependidikan. Peraturan-peraturan
tersebut dapat berubah setiap tahun, oleh karena itu peraturan yang digunakan adalah peraturan terakhir.
b) Penentuan Harga Satuan Biaya Operasional Nonpersonalia
Penentuan harga satuan biaya operasi nonpersonalia dilakukan berdasarkan Standar Harga Satuan Barang
dan Jasa (biasanya dalam bentuk Keputusan Bupati/walikota) setiap daerah. Namun dalam kenyataannya,
terkadang ada komponen/ subkomponen biaya yang tidak terdapat dalam Standar Harga Satuan Barang
dan Jasa tersebut. Jika hal ini terjadi, maka menentukan harga satuan atas komponen/subkomponen biaya
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
77
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
tersebut dilakukan dengan menggunakan keputusan pemerintah (misalnya, harga buku teks), menggunakan
harga yang ditetapkan instansi yang berwenang (misalnya, listrik per Kwh, air per M3), atau menggunakan
harga pasar rata-rata (bukan harga tertinggi atau termurah).
Penghitungan BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah
1. Klasifikasi Sekolah
Apabila Pemerintah Kabupaten/Kota menginginkan penghitungan BOSP yang berbeda karena terdapat
kelompok-kelompok sekolah yang dianggap cukup berbeda dalam berbagai hal, yang menyebabkan kebutuhan
biaya opersionalnya berbeda satu sama lain, maka penghitungan BOSP dapat dilakukan berdasarkan
klasifikasi sekolah. Klasifikasi sekolah dapat dilakukan dengan mengelompokkan sekolah-sekolah berdasarkan
berbagai kriteria, seperti; jumlah rombel, jumlah kegiatan “tambahan” di sekolah, jarak sekolah dari pusat
kegiatan, status sekolah, dan hasil akreditasi oleh Badan Akreditasi Sekolah (BAS).
Jika jumlah kegiatan “tambahan” di sekolah dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan klasifikasi
sekolah, disarankan untuk menggunakan kegiatan “tambahan” di sekolah yang berkaitan langsung dengan
peningkatan kemampuan peserta didik, antara lain:
a.Pramuka
b. Dokter kecil atau kegiatan sejenisnya
c. Karya ilmiah atau kegiatan sejenisnya
d. Kursus Bahasa Inggris atau Bahasa Asing lainnya di sekolah
e. Kursus komputer di sekolah
f. Penggunaan laboratorium bahasa
g. Kegiatan pengayaan di bidang keagamaan
h. Kegiatan pengayaan untuk peserta didik berprestasi
i. Kegiatan pembelajaran intensif untuk peserta didik kelas akhir
j. Kegiatan keterampilan (ekstra kurikuler).
Selanjutnya, sekolah dikelompokkan berdasarkan jumlah kegiatan tersebut di atas. Salah satu alternative cara
pengelompokan sekolah adalah:
a. Sekolah kategori C : 1 – 4 kegiatan
78
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
b. Sekolah kategori B : 5 – 8 kegiatan
c. Sekolah kategori A : > 8 kegiatan
Seharusnya, klasifikasi sekolah dilakukan dengan tujuan mendorong sekolah menggunakan dana operasional
yang dikelola untuk hal-hal yang memang bertujuan meningkatkan layanan kepada peserta didik. Klasifikasi
sekolah juga dapat dilakukan dengan menyusun standar pelayanan. Pada umumnya yang menjadi bahan
diskusi adalah wacana untuk mengelompokkan sekolah-sekolah ke dalam tiga kelompok, yaitu Sekolah
Minimal, Sekolah Standar, dan Sekolah Ideal. Apabila itu dilakukan, tentu saja yang harus dilakukan adalah
menyusun kriteria (yang berimplikasi pada kegiatan dan komponen baiya operasional) untuk “minimal”,
“standar”, dan “ideal” tersebut.
2. BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah
Apabila pengklasifikasian sekolah telah dilakukan sehingga kegiatan dan komponen biaya (beserta volume
penggunaannya) untuk setiap jenis sekolah dapat dibedakan dengan jelas. Penghitungan BOSP dapat
dilakukan dengan mudah sesuai tahapan implementasi dan dengan menggunakan contoh template BOSP
yang ada (tanpa klasifikasi sekolah) yang disesuaikan. Dengan kata lain, titik kritis penghitungan BOSP
berdasarkan klasifikasi sekolah terletak pada penentuan kegiatan dan komponen biaya untuk setiap kategori
sekolah. Meskipun demikian, dasar klasifikasi dan perbedaan kegiatan dan komponen biaya untuk setiap
kategori sekolah terkadang memerlukan perdebatan yang panjang. Oleh karena itu, meskipun terlihat mudah,
praktek penghitungan BOSP berdasarkan klasifikasi sekolah tidak mudah dilakukan.
Pada dasarnya penghitungan BOSP berdasarkan klasifikasi sekolah ini “gampang-gampang susah”, maka
disarankan:
a. Mengingat bahwa biasanya terdapat keterbatasan waktu dan sumberdaya, sebaiknya diprioritaskan
untuk menghitung BOSP tanpa klasifikasi sekolah. Dalam kondisi demikian, BOSP yang dihitung adalah
BOSP minimal yang memasukkan biaya dari kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan oleh atau tak
terhindarkan bagi sekolah.
b. Jika penghitungan BOSP berdasarkan klasifikasi sekolah sangat diperlukan maka sebaiknya dilakukan
dengan klasifikasi seklah yang sederhana (tidak rumit). Dari berbagai alternatif, klasifikasi sekolah
berdasarkan jumlah rombel merupakan klasifikasi yang lebih mudah dan lebih bermanfaat. Hal ini
disebabkan karena klasifikasi sekolah berdasarkan jumlah rombel tidak “harus” menimbulkan adanya
perbedaan kegiatan dan komponen/subkomponen biaya tetapi dapat dilakukan hanya dengan perbedaan
volume yang disebabkan terutama karena perbedaan jumlah pengguna/yang membutuhkan. Selain itu,
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
79
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
nilai BOSP yang dihasilkan dari perbedaan jumlah rombel tersebut juga akan cukup berbeda. Klasifikasi
sekolah berdasarkan jumlah kegiatan di sekolah juga merupakan pilihan yang dapat dipertimbangkan
karena kegiatan di sekolah dapat mencerminkan bentuk layanan pendidikan yang diberikan. Semakin
banyak jumlah kegiatan yang dilakukan seharusnya mencerminkan semakin baiknya layanan pendidikan
yang diberikan.
Direkomendasikan agar penghitungan BOSP berdasarkan klasifikasi sekolah ini dilakukan jika benar-benar
diperlukan karena akan terkait dengan rencana kebijakan tertentu yang didasarkan pada klasifikasi seklah
tersebut. Jika tidak, maka disarankan agar penghitungan BOSP dilakukan tanpa klasifikasi sekolah.
Persiapan untuk penghitungan BOSP
1. Identifikasi Pemangku Kepentingan
Setelah mengambil keputusan untuk menghitungkan BOSP dengan pendekatan KINERJA-USAID, Sekda
dalam konsultasi dengan kepala instansi terkait menetapkan
1. Kecamatan yang dipilih sebagai pilot
2. Satuan pendidikan di kecamatan tersebut) untuk disertakan sebagai sasaran
3. Instansi yang terkait yang akandiikutsertakan: Dinas Pendidikan, BPKAD/DPKAD/
BagianKeuanganSekretariat Daerah, Bappeda, Sekolah (SD/MI, SMP/MTs)
4. Multi Stockholder Forum (MSF) yang akan diikutsertakan.
5. Membentuk Tim Penyusun BOSP dengan memperhatikan keterwakilan perempuan, dan mengajukan
susunan anggota Tim Penyusun BOSP untuk di-SK-kan oleh Kepala Daerah.
2. Pembentukan Tim Penyusun BOSP
Tim Penyusun BOSP terdiri atas:
1.Ketua
2.Sekretaris
3.Anggota
Tim Penyusun BOSP dibentuk selain mempertimbangkan keterwakilan dari lembaga/instansi terkait dan
mempertimbangkan keterwakilan perempuan. Wakil unsur sekolah disesuaikan dengan jenjang/jenis
80
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
pendidikan yang BOSP-nya akan dihitung. Sebagai contoh, jika yang akan dihitung hanya jenjang SD/MI dan
SMP/MTs maka wakil-wakil SMA/MA dan SMK tidak diperlukan. Wakil sekolah biasanya adalah kepala sekolah
yang dipilih dari sekolah negeri yang terbaik, karena yang dibutuhkan adalah kepala sekolah yang memiliki
pemahaman yang cukup mengenai kegiatan di sekolah.Suatu contoh komposisi Tim Penyusun BOSP dapat
dilihat pada tabel berikut ini. Dimana keanggotaannya bersifat lintas instansi/lembaga, pembentukan Tim
Penyusun BOSP sebaiknya ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau Sekretariat Daerah Kabupaten/Kota.
Untuk menghindari bias gender di dalam melakukan penyusunan BOSP, maka perlu keterwakilan perempuan
di dalam Tim Penyusun. Hal tersebut disebabkan, adanya beberapa kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan
oleh siswa, guru, dan tenaga kependidikan yang berjenis kelamin perempuan. Sebagai contoh kebutuhan
siswa perempuan untuk memenuhi standar proses seperti penyediaan peralatan praktik olahraga, tentu jenis
dan berat peralatan untuk laki-laki dan perempuan berbeda. Selain itu, keperluan dalam standar sarana dan
prasarana seperti kebutuhan WC Perempuan dan Laki-laki berbeda. Dengan demikian, dalam Tim Penyusun
BOSP diperlukan keterwakilan perempuan.
Pemilihan wakil dari setiap unsur sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan utama, yaitu
kompetensi dalam bidang keuangan/penganggaran/perencanaan.
Contoh Komposisi Tim Penyusun BOSP
No
Unsur
Jumlah (orang)
1
Bidang Dikdas (Pengelola BOS) Dinas Pendidikan
2
2
DPKAD/BPKAD/Bagian Keuangan Setda
1
3
Bidang Sosial Budaya Bappeda
1
4
Wakil SD/MI
2
5
Wakil SMP/MTs
2
6
Wakil SMA/MA
-
7
Wakil SMK (bila ikut dihitung jumlahnya berdasarkan jenis SMK
yang ada)
-
8
Multi Stakeholder Forum (MSF)
2
Total (tidak termasuk wakil SMK)
10
Anggota tim atau staf pendampingan harus mampu mengoperasikan computer. Kemampuan menggunakan
MS Office Excel diperlukan untuk pencatatan dan penghitungan pada saat penghitungan BOSP, kemampuan
menggunakan MS Office PowerPoint diperlukan untuk menyiapkan bahan dan mempresentasikan hasil
penghitungan BOSP, sedangkan kemampuan menggunakan MS Office Word diperlukan untuk menyusun
Laporan Hasil Penghitungan BOSP.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
81
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Persiapan untuk penghitungan BOSP
%Hrikut adalah beberapa slide dari tiga presentasi KINERJA-USAID berkaitan dengan modul ini. Seluruh
presentasi dapat diakses di file Presentasi 3 konsep BOSP pendekatan dan cara penghitungannya di CD
terlampir.
82
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
BAHAN PRESENTASI
BAB 3
PENDEKATAN DAN KONSEP BOSP
DAN CARA PENGHITUNGANNYA
Pendekatan Penghitungan BOSP
• Bank Dunia telah melakukan penghitungan BOSDA melalui
program BOSDA berformula dengan menggunakan pendekatan
formula pengalokasian BOSDA yang lebih adil dan berbasis
kinerja.
• Program BOSDA berformula diterapkan berdasarkan tigajenis
alokasi yaitu alokasi dasar, alokasi karakteristik sekolah dan
alokasi prestasi sekolah.
5
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
83
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Pendekatan .....
• Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) juga
telah melakukan penghitungan Standar BOSP dengan
menggunakan Pendekatan Biaya.
6
Komponen BOSP DBE 1 (Berdasarkan Kegiatan)
Biaya Personalia (Pendidik & Tenaga Kependidikan)
• (Tidak dihitung)
Biaya Nonpersonalia
• Standar .....
○ Kegiatan .....
○
84
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
►
►
Komponen
Komponen
Biaya .....
Biaya .....
Kegiatan.....
►
►
Komponen
Biaya .....
Komponen Biaya .....
9
www.kinerja.or.id
KINERJA
• KINERJA memfasilitasi kabupaten/kota dalam menghitung
BOSP-nya dengan mengadopsi pendekatan penghitungan
BOSP yang telah dilakukan oleh DBE 1 dengan
menggunakan template yang telah dikembangkan dari
template BSN.
10
Penentuan Kegiatan
Penentuan Kegiatan
• Mengacu pada standar-standar nasional pendidikan
Yang dapat dilakukan:
Penambahan => Jika kegiatan tersebut benar-benar dibutuhkan sekolah karena ada standar/peraturan
Pengurangan => Jika kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan sekolah karena:
• ada peraturan lain yang melarang
• sarana dan prasarana yang diperlukan tidak ada sama sekali
13
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
85
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Modul 4
Proses Penghitungan BOSP
Pendahuluan
Tim Penyusun BOSP bertugas melaksanakan implementasi BOSP, yang terdiri atas tahap-tahap
penyiapan dokumen pendukung, penghitungan BOSP, dan tindak lanjut hasil penghitungan BOSP.
Module inimembahas tahap-tahap penghitungan BOSP meliputi tahap penyiapan dokumen pendukung,
penghitungan BOSP (penyamaan persepsi, metode penghitungan, pengenalan template penghitungan),
dan tindak lanjut hasil penghitungan. Pembahasan berikutnya adalah Finalisasi Hasil Penghitungan
BOSP, Konsultasi Internal, dan Penyusunan laporan hasil penghitungan BOSP, serta konsultasi publik,
dan pada bagian akhir dibahas tentang Rekomendasi Teknis dalam Pemenuhan Kesenjangan. Untuk
lebih jelasnya diuraikan secara rinci berikut ini.
Tahap-tahap Penyusunan BOSP
Tim Penyusun BOSP bertugas melaksanakan implementasi BOSP, yang terdiri atas 3 tahapan yaitu:
1) Tahap Penyiapan Dokumen Pendukung
2) Tahap Penghitungan BOSP
3) Tahap Tindak Lanjut Hasil Penghitungan BOSP.
1. Tahap Penyiapan Data dan Dokumen Pendukung
Penghitungan BOSP memerlukan dokumen pendukung antara lain;
a. Data Pokok Pendidikan (Dapodik), yang memuat informasi tentang setiap sekolah dalam satu kabupaten/
kota (nama sekolah, jenjang sekolah, jenis sekolah, jumlah rombel, jumlah peserta didik dalam setiap
rombel, jumlah pendidik, jumlah tenaga kependidikan, dan lain-lain).
b. Data capaian SPM dan SNP sekolah.
86
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
c. Daftar Harga Satuan Barang dan Jasa (biasanya berupa Surat Keputusan Bupati/Walikota atau pejabat
lain yang berwenang.
d. Dokumen-dokumen regulasi mengenai pendidikan yang relevan, khususnya mengenai pendanaan
Pendidikan (yang dikeluarkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah).
e. Hasil survey pengaduan di tingkat satuan pendidikan khususnya yang berkaitan dengan penghitungan
BOSP (bila ada).
Data tersebut diperlukan terutama untuk memperoleh informasi yang menjadi dasar penentuan asumsi
dasar yang akan digunakan dalam penghitungan BOSP. Data tersebut juga diperlukan untuk menjadi dasar
dalam menentukan dalam menghitung besarnya tambahan dana yang diperlukan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan BOSP dalam hal dana BOS Pusat dan dana pendamping BOS Pusat dari Pemerintah Daerah (jika
ada) tidak mencukupi.
2. Tahap Penghitungan BOSP
a)Penghitungan BOSP
Penghitungan BOSP dilaksanakan oleh tim dalam lokakarya khusus selama dua hari efektif dengan tujuan
untuk menghitung dan menghasilkan nilai BOSP tentatif. Adapun peserta lokakarya ini terdiri atas:
1) Tim Penyusun BOSP
2) Pemangku Kepentingan:Anggota Komisi Pendidikan/Panitia Anggaran DPRD, Ketua dan Wakil Ketua
Dewan Pendidikan, wakil Kantor Departemen Agama, Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan,
wakil Pengawas Sekolah, dan wakil sekolah (sesuai jenjang pendidikan yang BOSP-nya dihitung), dan
perwakilan lembaga-lembaga non pemerintah.
Nilai BOSP tentative tersebut dihitung untuk masing-masing tingkat pendidikan sekolah. Data relevan
dimasukkan dalam tempat Excel yang disediakan dalam CD terlampir:
● Template 4a BOSP SD MI
● Template 4b BOSP SMP MTs
● Template 4c BOSP SMA MA
Juga contoh dari Kabupaten Bulukumba terlampir di file Contoh BOSP SD MI Bulukumba dan &ontoh
BOSP SMP Bulukumba.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
87
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Kabupaten Simeulue dan Kota Banda Aceh sedang mengupayakan untuk menghitungkan BOSP secara
berbeda untuk sekolah besar dan sekolah kecil, karena ada hipotesis BOSP per murid yang sama tidak adil
untuk sekolah kecil. BOSP ini belum dilaksanakan untuk membuktikan hipotesisnya.
b)Finalisasi Penghitungan BOSP
Finalisasi penghitungan BOSP dilaksanakan dalam bentuk kegiatan lokakarya selama dua hari efektif. Tujuan
Lokakarya 3 pada hari pertama adalah untuk memperoleh masukan dari peserta, terutama wakil dari sekolahsekolah yang belum pernah diundang dalam lokakarya 2 sehingga, jika diperlukan Tim Penyusun BOSP dapat
melakukan penyesuaian terhadap nilai BOSP tentatif agar menjadi lebih representatiI dan realistis. Tujuan
Lokakarya 3 pada hari kedua adalah agar Tim Penyusun BOSP dapat melakukan penyesuaian terhadap nilai
BOSP tentatif (dengan mempertimbangkan masukan peserta pada hari pertama) serta dapat menyusun bahan
presentasi untuk Lokakarya 4 Konsultasi Internal.
Peserta lokakarya pada hari pertama berasal dari unsur Tim Penyusun BOSP serta Pemangku Kepentingan
yang terdiri atas unsur anggota Komisi Pendidikan/Panitia Anggaran DPRD, Ketua dan Wakil Ketua Dewan
Pendidikan, wakil Kantor Departemen Agama, Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan, wakil Kantor
Departemen Agama Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan, wakil Pengawas Sekolah, dan wakil
sekolah (sesuai jenjang pendidikan yang BOSP-nya dihitung) yang belum pernah terlibat dalam lokakaryalokakarya sebelumnya. Peserta lokakarya pada hari kedua terdiri hanya dari Tim Penyusun BOSP.
c) Konsultasi Internal
Konsultasi Internal juga dilaksanakan dalam bentuk Lokakarya selama 1 hari efektif dengan tujuan untuk
memperoleh tanggapan/masukan dari peserta, yang terdiri atas unsur internal Dinas Pendidikan, terhadap nilai
BOSP tentatiI, sehingga jika diperlukan Tim Penyusun BOSP dapat melakukan penyesuaian terhadap nilai
BOSP tentatif dan kemudian menghitung nilai BOSP final yang disepakati secara internal Dinas Pendidikan.
Adapun peserta lokakarya ini terdiri atas:
1) Tim Penyusun BOSP
2) Unsur internal Dinas Pendidikan (Kepala, Sekretaris, para Kepala Bidang, wakil UPTD/KCD, wakil
pengawas sesuai jenjang pendidikan yang BOSP-nya dihitung
3) Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)
4) Badan Anggaran (Banggar).
88
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
d)Konsultasi Publik
Konsultasi publik dilaksanakan dalam bentuk lokakarya selama 1 hari efektif dengan tujuan untuk
mempresentasikan nilai BOSP final kepada para penentu kebijakan dan para pemangku kepentingan. Melalui
lokakarya ini, diharapkan ada tanggapan dari penentu kebijakan mengenai kebijakan yang akan diambil
sebagai tindak lanjut dari hasil penghitungan BOSP. Diharapkan pula agar para pemangku kepentingan dapat
memberi dukungan dan akan mendorong terwujudnya dan para pemangku kepentingan. Dalam lokakarya ini,
dilakukan penyerahan Laporan Hasil Penghitungan BOSP yang telah dibuat oleh Tim Penyusun BOSP kepada
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk selanjutnya diserahkan kepada Bupati/Walikota, DPRD,
Dewan Pendidikan, dan pihak lain yang dianggap penting.
Adapun peserta lokakarya konsultasi publik terdiri atas:
1) Tim Penyusun BOSP
2) Penentu Kebijakan: Bupati atau Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Bappeda, Kepala
DPKAD/BPK/Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah, Ketua Komisi Pendidikan/Panitia Anggaran
DPRD.
3) Pemangku Kepentingan: Ketua dan Wakil Ketua Dinas Pendidikan, wakil Kantor Departemen Agama,
Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan, wakil Pengawas Sekolah, wakil Sekolah (sesuai jenjang
pendidikan yang BOSP-nya dihitung) yang belum pernah terlibat dalam lokakarya sebelumnya, wakil LSM
Pendidikan, dan wakil Media.
e)Rekomendasi Teknis Pemenuhan Kesenjangan
Rekomendasi teknis pemenuhan kesenjangan antara BOSP dan BOS dalam bentuk lokakarya dilaksanakan
selama 1 hari efektif dengan tujuan untuk mengembangkan rekomendasi teknis dan keuangan kebijakan
terkait penyusunan dan implementasi kebijakan Biaya Operasional Satuan Pendidikan, serta pendampingan
teknis dalam pengajuan proposal kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan Badan Anggaran
(Banggar) DPRD khususnya mengenai pemenuhan kesenjangan antara BOSP dan BOS. Adapun peserta
lokakarya terdiri atas:
1) Tim Penyusun BOSP
2) Penentu Kebijakan: Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Bappeda, Kepala DPKAD/BPK/Kepala Bagian
Keuangan Sekretariat Daerah, Ketua Komisi Pendidikan/Panitia Anggaran DPRD.
3) Pemangku Kepentingan: Ketua dan Wakil Ketua Dinas Pendidikan, Kepala Bagian Perencanaan Dinas
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
89
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Pendidikan, Bappeda, Ketua Dewan Pendidikan, Ketua PGRI, wakil Pengawas Sekolah, wakil Sekolah
(sesuai jenjang pendidikan yang BOSP-nya dihitung) yang belum pernah terlibat dalam lokakarya
sebelumnya.
3. Tahap Tindak Lanjut Hasil Penghitungan BOSP
Biaya Operasional Satuan Pendidikan adalah pemetaan atas kebutuhan biaya operasional non personalia
yang diperlukan untuk menjamin terpenuhinya pembiayaan operasional non personalia .Hasil penghitungan
BOSP dapat menjelaskan berapa biaya sesungguhnya yang dibutuhkan oleh satuan pendidikan, dari mana
sumber pembiayaannya dan jika terjadi perbedaan (kurang) siapa yang menanggungnya. Dengan demikian
hasil penghitungan BOSP dapat meretas sumber-sumber pembiayaan yang terakumulasi dalam Biaya
Operasional Sekolah Daerah (BOSDA ).
Laporan Hasil Penghitungan BOSP seharusnya ditindaklanjuti sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan
pendanaan BOSP, jika tidak ditindaklanjuti, maka penghitungan BOS tidak ada manfaatnya. Lihat template
untuk laporan tersebut pada file Templat 4d Laporan hasil penghitungan BOSP di CD terlampir.
Kebijakan pendanaan BOSP setidaknya mencakup beberapa hal sebagai berikut:
a. Penetapan nilai BOSP; Penetapan nilai BOSP untuk setiap jenjang pendidikan untuk tahun yang
bersangkutan.
b. Sumber Dana untuk menutupi kesenjangan pendanaan BOSP; Kita sadari bahwa dana BOS dari
Pemerintah tidak dapat sepenuhnya mendanai kebutuhan BOSP, Pemerintah Daerah (Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota) perlu mengambil keputusan tentang besarnya kesenjangan pendanaan
BOSP yang akan ditutupi dan sumber-sumber dana dari mana saja yang akan digunakan untuk menutupi.
Sesuai kemampuan fiskalnya dan sumber-sumber dana yang tersedia, Pemerintah Daerah dapat juga
mengambil keputusan untuk menutupi sebagian kesenjangan pendanaan BOSP dalam satu tahun
anggaran sebagai langkah awal, dan kemudian secara bertahap menutupi sepenuhnya dalam beberapa
tahun anggaran ke depan.
c. Pengawasan Keuangan di Sekolah; Terpenuhinya kebutuhan pendanaan BOSP bagi sekolah, baik
sebagian maupun sepenuhnya, maka kebijakan perlu mengatur tata cara penggunaan, pencatatan,
pelaporan, dan pengawasan penggunaan dana di sekolah.
d. Pemutakhiran Nilai BOSP; Biaya Operasional Satuan Pendidikan dihitung berdasarkan harga satuan
untuk tahun tertentu serta mempertimbangkan peraturan-peraturan yang berlaku saat penyusunan. Oleh
karena itu, kebijakan perlu mewajibkan penghitungan kembali (pemutakhiran) nilai BOSP, antara lain
90
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
terkait berapa sering pemutakhiran harus dilakukan dan pihak-pihak yang harus melakukannya, serta
dalam kondisi apa dapat dimutakhirkan meskipun waktu yang ditentukan didalamnya belum berakhir
(misalnya karena adanya perubahan peraturan).
Pada dasarnya, kebijakan pendanaan BOSP harus diformulasikan ke dalam sebuah dokumen kebijakan
formal, misalnya Surat Keputusan atau Peraturan Bupati/Walikota.
Contoh Bahan Presentasi
Berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di CD
terlampir.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
91
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
a)Presentasi 4a Proses penghitungan BOSP
BAB 4
PROSES PENGHITUNGAN BIAYA
OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN
Komposisi Tim Penyusun BOSP
No.
92
Unsur
Jumlah (orang)*
1
Bidang Dikdas (Pengelola BOS) Dinas Pendidikan
2
2
DPKAD BPKAD Bagian Keuangan Setda
1
3
Bidang Sosial Budaya Bappeda
1
4
Wakil SD/MI
2
5
Wakil SMP/MTs
2
6
Wakil SMA/MA
-
7
Wakil SMK (bila ikut dihitung jumlahnya berdasarkan
jenis SMK yang ada)
-
8
Mitra Stakeholder Forum (MSF)
2
Total (tidak termasuk wakil SMK)
10
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Tahap-tahap Penyusunan BOSP
• Tahap Penyiapan Dokumen Pendukung
• Tahap Penghitungan BOSP
• Tahap Tindak Lanjut Hasil Penghitungan BOSP
Tahap Tindak Lanjut Hasil Penghitungan BOSP
Hasil Penghitungan BOSP seharusnya
ditindaklanjuti sebagai masukan dalam
pengambilan kebijakan pendanaan BOSP, jika
tidak ditindaklanjuti, maka penghitungan BOS
Tidak ada manfaatnya.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
93
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
b)Presentasi 4b Biaya Operasional Non Personalia Satuan Pendidikan
Penyamaan Persepsi
Biaya Operasional Non Personalia
Satuan Pendidikan (BOSP)
Pengantar
UU 20/2003
Sistem Pendidikan Nasional
PP 19/2005
Standar Nasional Pendidikan
Permendiknas 69/2009 Standar Biaya
Operasi Nonpersonalia Tahun 2009
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK,
SDLB, SMPLB, SMALB
94
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
Memuat antara lain:
Delapan Standar Nasional
Pendidikan
Penghitungan oleh
BSNP
Jenis-Jenis Pembiayaan
Pendidikan
Standar Biaya Operasi
Nonpersonalia Tahun 2009
• Standar Biaya Jakarta
• Ada indeks untuk setiap daerah
(provinsi & kabupaten/kota)
www.kinerja.or.id
MANFAAT HASIL PENGHITUNGAN BOSP
Bagi Pemda (Pemprov, Pemkab/kota)
menjadi acuan kebijakan pembiayaan pendidikan
Bagi Sekolah
• Acuan penyusunan RKAS dan RKT
• Dasar usulan permintaan tambahan dana (jika kebutuhan lebih besar
dan dana yang tersedia) kepada pemenntah, masyarakat, orangtua
Bagi Masyarakat/Orang Tua
membenkan informasi tentang kebutuhan dana operasional di sekolah
Ilustrasi 1: Tdk ada Dana Tambahan dan Pemda
BOSP
Kekurangan
Rp220.000
Siapa yang
tanggung?
Rp800.000
Pembiayaan
Dana BOS
Rp580.000
Sumber Dana
13
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
95
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
c)Presentasi 4c Metode Penghitungan Biaya Operasional Non Personalia Satuan Pendidikan
Metode Penghitungan
Biaya Operasional Non Personalia
Satuan Pendidikan (BOSP)
Langkah 2: Penentuan Kegiatan
Penentuan Kegiatan
• Mengacu pada standar-standar nasional pendidikan
Yang dapat dilakukan:
• Penambahan => Jika kegiatan tersebut benar-benar dibutuhkan
sekolah karena ada standar/peraturan
• Pengurangan=> Jika kegiatan tersebut tidak dapat dilaksanakan
sekolah karena:
- ada peraturan lain yang melarang
- sarana dan prasarana yang diperlukan tidak ada sama sekali
96
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Asumsi Dasar Penghitungan Jenjang SD/MI
URAIAN
JUMLAH
KETERANGAN
6
------
Jumlah Siswa Per Rombel
32
Didasarkan pada SPM
Jumlah Siswa Satu Sekolah
192
------
Jumlah Kepsek dan Guru
9
1 Kepsek, 6 Guru Kelas,
2 Guru Mapel
Jumlah Tenaga Kependidikan
3
1 Pustakawan, 1 Keamanan,
1 Kebersihan
Jumlah Matapelajaran
9
8 Mapel Umum, 1 Mapel Mulok
Jumlah Rombel
Kebutuhan Dana Tambahan untuk Memenuhi BOSP
DESKRIPSI
SD/MI
Asumsi Rata-Rata Sekolah
BOSP-Nonpersonalia
BOS Pusat
Dikurangi untuk Buku
BOS Pusat-Buku
Dana Pendidikan Gratis (DPG)
BOS-Buku + Dana Pendidikan Gratis
Kebutuhan Dana BOSP Tambahan per Siswa
Jumlah Siswa
Kebutuhan Dana BOSP Tambahan Total (Milyar Rp)
6R-32SR-9G-1TK
837.222
580.000
72.000
508.000
48.000
556.000
281.222
34.072
9.58
SMP/MTs
12R-36SR-21G-9TK
1.002.709
710.000
120.000
590.000
211.200
801.200
201.509
7.191
1.45
13
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
97
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
d)Presentasi 4d pengenalan template penghitungan BOSP
PENGENALAN TEMPLATE
PENGHITUNGAN BOSP
STANDAR PENILAIAN
Deskripsi
1
Kebutuhan Sedap yang
Membutuhkan
Frekuensi
per Tahun
Jumlah
Keterangan
Jumlah
Satuan
Jumlah
Keterangan
Jumlah
Satuan
Biaya
Satuan
(Rp)
Total
Biaya (Rp)
2
3
4
5
6
7
8=2x4x8
9
10
11
kali
0
lembar
0
Yang Membutuhkan
Volume
3. STANDAR PENILAIAN
3.1. Tes Formatir
(Ulangan Harian)
• Penggandaan Soal
mapel
lembar
Sub Total
3.2. Ujian Tengah
Semester
3.2.1 Ujian Tengah
Semester Ganjil
• Penggandaan Soal
mapel
lembar
1
kali
0
lembar
0
mapel
lembar
1
kali
0
lembar
0
3.2.1 Ujian Tengah
Semester Genap
• Penggandaan Soal
98
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN
Deskripsi
1
4. STANDAR
KOMPETENSI
KELULUSAN
(Permendiknas
23/2008)
4.1. Kegiatan
Keagamaan
4.1.1. Peringatan
Maulid Nabi
Muhammad SAW
Frekuensi
per Tahun
Keterangan
Jumlah
Satuan
Jumlah
Keterangan
Jumlah
Satuan
Biaya
Satuan
(Rp)
Total
Biaya (Rp)
2
3
4
5
6
7
8=2x4x8
9
10
11
a. Honor Penceramah
Volume
penceramah
hari
1
tahun
0
hari
0
b. Sewa Tenda
kegiatan
paket
1
tahun
0
paket
0
c. Spanduk
kegiatan
paket
1
tahun
0
paket
0
d. Dokumentasi
kegiatan
paket
1
tahun
0
paket
0
kepsek,
guru, tendik,
siswa dan
undangan
paket
1
tahun
0
paket
0
e. Konsumsi
Kebutuhan Sedap yang
Membutuhkan
Jumlah
Yang Membutuhkan
Perbandingan Total Biaya Operasi Non Personalia
Berdasarkan Standar BOSP Jenjang SD/MI di Kabupaten Bulukumba
44%
18%
9%
5%
9%
5%
6%
4%
13
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
99
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Modul 5
Pengawalan dan Advokasi
Pembentukan Kebijakan BOSP
Pendahuluan
Hasil penghitungan BOSP adalah dasar rancangan kebijakan kepala daerah mengenai BOSP, yaitu
peraturan kepala daerah (bupati/walikota) tentang Alokasi BOSDA Beserta Perunjuk Teknisnya dan
Penyediaan Anggaran untuk Implementasinya. Kebijakan tersebut disusun sesuai dengan prosedur yang
diatur peraturan perundang-undangan untuk pembentukan kebijakan. Anggota Tim Penyusunan BOSP
dan MSF dapat ikut serta dalam proses pembentukan kebijakan kepala daerah dengan dua cara, sebagai
berikut:
● Para aparat dapat ikut proses perancangan untuk memastikan hasil yang dihitung tetap menjadi basis
pembentukan kebijakan tersebut.Kami sebut peran ini sebagai pengawalan, karena kepentingan
masyarakat dalam perhitungan BOSP dikawal dalam proses perancangan kebijakan
● MSF dan organisasi-organisasi non pemerintah dapat melakukan advokasi untuk kepentingan masyarakat,
dengan mendorong dan memberi masukan dalam proses perancangan kebijakan tersebut.Advokasi
merupakan bentuk komunikasi persuasif, yang bertujuan untuk mempengaruhi pemangku kepentingan
dalam pengambilan kebijakan atau keputusan untuk kepentingan pihak tertentu. Proses advokasi ini
sangat penting, agar tujuan penghitungannya tercapai, yaitu, sekolah dapat anggaran yang dibutuhkan
demi pendidikan anak-anak bangsa.
Adapun langkah-langkah penyusunan setiap instrumen hukum berbeda satu dari yang lain, tetapi secara
umum proses penyusunannya harus mencerminkan delapan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik.
Sebagai contoh, untuk menyusun kebijakan baru, para perancang peraturan sebaiknya melalui enam
langkah yaitu:
Langkah 1: Identifikasi masalah. Perancang peraturan mengawali penyusunan naskah peraturan
dengan menganalisa masalah secara ilmiah bersama para pakar untuk mengidentifikasi bahaya dan risiko,
masyarakat terkena dampak, tindakan yang diperlukan, dan prioritas.
100
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Langkah 2: Identifikasi peraturan dan hukum yang relevan. Pada langkah ini, penyusun peraturan
mengidentifikasi perangkat hukum yang relevan, menganalisa kapasitas pemerintah untuk menegakkan
peraturan dan anggaran, serta mengawasi lembaga terkait dalam pelaksanaan peraturan.
Langkah 3: Penyusunan kertas kerja kebijakan tentang tiga masalah substansial: alasan kebijakan
perlu disusun, komponen utama dan cakupan peraturan tersebut, serta proses penyusunan dan
pengesahan. Bagi kebijakan yang perlu penelitian lebih dalam atau pembahasan lebih luas, disusun
naskah akademik yang terdiri dari: Visi, misi, kajian ilmiah, kerangka hukum dan kelembagaan, serta
cakupan dan serta rencana proses penyusunan.
Langkah 4: Perancangan usulan kebijakan dengan Konsultasi Publik. Masalah dan perkembangan
pikiran tentang usulan kebijakan perlu dibahas dengan pemangku kepentingan.Rancangan naskah dapat
disajikan kepada panel atau melakukan diskusi kelompok terfokus dengan komunitas khusus, seperti
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), kalangan akademik, untuk mendapatkan tanggapan dan umpan
balik. Konsultasi ini juga merupakan caramensosialisasikan rancangan naskah kepada media, pemangku
kepentingan dan masyarakat luas.Hasil dari langkah ini adalah usulan rancangan peraturan perundangundangan.
Langkah 5: Pembahasan usulan rancangan peraturan perundang-undangan. Langkah ini mulai
dengan proses harmonisasi usulan rancangan agar konsisten dengan kebijakan yang sudah ada,
dan sesuai dengan standar perancangan. Proses pembahasan dengan kepala daerah, DPRD dan
Gubernur biasa diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pembahasan dengan kelompok lain yang
berkepentingan dapat diatur seperti asosiasi, universitas, dan masyarakat berisiko. Proses ini dilanjutkan
sampai ada keputusan untuk menetapkan usulan sebagai rancangan kebijakan yang definitif.
Langkah 6: Pengesahan. Rancangan kebijakan berlaku demi hukum bila disahkan dan masuk kedalam
berita daerah.Langkah ini merupakan langkah akhir dari penyusunan perangkat hukum.Langkah pertama
penerapannya adalah sosialisasi ke masyarakat.
Berdasarkan prinsip ini, daerah akan menentukan proses untuk membentuk kebijakan BOSP, dan proses
itu akan memberi kesempatan bagi aparat dari tim penyusunan BOSP untuk mengawali penghitungan
BOSP dan bagi organisasi masyarakat advokasi untuk kepentingan masyarakat umum.
Dalam penyusunan perundang-undangan di Indonesia tidak terlepas dari partisipasi masyarakat itu
sendiri. Masyarakat dapat menyampaikan pendapat dan masukan-masukan kepada pemerintah atau
lembaga pemerintah yang berwenang untuk membuat perundang-undangan tersebut.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
101
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Partisipasi atau peranan masyarakat dalam penyusunan peraturan perundang-undangan di Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan lembaga-lembaga penyalur aspirasi masyarakat yang telah ada, yaitu MPR, DPR,
DPRD, Orsospol, Badan Permusyawaratan Desa, dan media massa. Lembaga-lembaga itu melakukan
pengembangan dalam bidang politik sesuai dengan isi UUD 1945 pasal 28 yaitu “Kemerdekaan berserikat
dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya yang ditetapkan
dengan undang-undang.” Undang-undang tersebut adalah Undang-Undang RI No.9 tahun 1998 tentang
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.
2. Mengawasi berlangsungnya proses pengolahan penyusunan peraturan perundang-undangan dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai obyektifitas dan tanggung jawab serta hak dan kewajiban sebagai warga
masyarakat yang baik.
3. Sebagai motivator percepatan penyusunan dan pemberlakuan peraturan perundang-undangan.
4. Sebagai subyek pendukung ketertiban suasana penyusunan peraturan perundang-undangan. Contoh:
Dalam sidang DPR atau MPR yang sedang menyusun RUU atau ketetapan Majelis harus selalu didukung
oleh suasana yang aman, tertib, dan teratur dalam pelaksanaannya. Hal ini tidak terlepas dari partisipasi
masyarakat yang tanpa membuat gaduh suasana sidang, baik di dalam maupun di luar sidang.
Apabila di dalam pelaksanaan undang-undang yang telah ada dan disahkan oleh pihak berwenang
seperti yang dikemukakan di atas terdapat undang-undang yang tidak mengakomodasi aspirasi
masyarakat Indonesia, maka undang-undang tersebut tidak akan mungkin terlaksana dengan baik. Oleh
karena dalam pelaksanaan undang-undang tersebut harus terdapat keinginan, harapan dan kenyataan
yang diaspirasikan oleh masyarakat itu sendiri.
Pemerintah atau pihak yang berwenang harus dapat menerima aspirasi rakyatnya karena pemerintah
tanpa rakyat tidak akan berarti apa-apa. Begitu pula sebaliknya rakyat tanpa ada pemerintah yang
berdaulat tidak berarti apa-apa. Pihak yang satu membutuhkan pihak yang lain sebagai subyek maupun
objek pelaksana undang-undang itu sendiri. Pemerintah harus memperhatikan, menindaklanjuti aspirasiaspirasi masyarakatnya dengan bertanggung jawab.
102
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Kesempatan bagi masyarakat dalam penyusunan kebijakan BOSP
Di daerah yang ikut sistem KINERJA diadakan serangkaian rapat atau lokakarya dimana masyarakat
diberi kesempatan untuk menyampaikan aspirasi dan masukan untuk hasil kajian penghitungan BOSP
menjadi dasar kebijakan daerah.
Sebelum lokakarya ini, sudah ada kesempatan MSF memberi masukan dalam penghitungan BOSP
seperti dibahas di modul sebelumnya. Lokakarya yang berikut memberi kesempatan kepada masyarakat
umum diikutsertakan.
1. Lokakarya penyamaan persepsi
Tujuan lokakarya ini adalah penyatuan persepsi dan orientasi stakeholder tentang penghitungan BOSP
dalam pemenuhan standar pelayanan minimum SPM. Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini :
•
Teridentifikasinya Stakeholder pendidikan dalam wadah MSF pendidikan
•
Melalui MSF stakeholder dapat memahami isu-isu berkaitan dengan pendidikan, khususnya BOSP
•
Adanya rekomendasi tentang strategi pengawalan hasil penghitungan BOSP.
2. Diskusi tematik BOSP
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan adalah peningkatan dan penguatan kapasitas para stakeholder
dan penyelenggara pendidikan dalam pengawalan dan advokasi BOSP untuk penyelenggaraan pendidikan
dasar yang memenuhi standar pelayanan. Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah:
•
MSF semakin memahami isu BOSP dan Standar Pelayanan Pendidikan Dasar.
•
Lahirnya kesepakatan agenda kerja bersama dan strategi MSF dalam mengadvokasi BOSP.
•
Lahirnya rekomendasi para stakeholder kepada pemerintah daerah dan DPRD dalam mempersiapkan
kebijakan dalam bentuk regulasi dan anggaran berkenaan dengan BOSP.
3. I dengan Bupati
Tujuan Kegiatan ini meliputi:
•
Membangun intensitas komunikasi antara MSF dengan Bupati/Walikota.
•
Melaporkan kepada pihak Pemerintah Kabupaten/Walikota tentang agenda kerja MSF dalam
mengadvokasi BOSP.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
103
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
•
Menindaklanjuti Rekomendasi Stakeholder dalam hal mempersiapkan kebijakan regulasi
berkenaan dengan BOSP.
Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan ini yaitu ada wakil/tokoh dari masyarakat dapat menjadi anggota
team penyusun peraturan tentang BOSP.
4. Focus Group Discussion (FGD) I Penyusunan Usulan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:
•
Lahirnya rekomendasi MSF kepada Pemda dalam mempersiapkan kebijakan BOSP.
•
Lahirnya draf awal Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP.
5. FGD II Penyusunan Draft Peraturan Bupati/Walikota
Tujuan FGD II BOSP adalah meninjau kembali dan melakukan analisa secara partisipatif tentang muatan
Draf Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP yang telah disiapkan oleh tim menyusun. Hasil yang ingin
dicapai:
•
Draf Peraturan Bupati/Walikota direvisi sesuai dengan masukan masyarakat.
•
Ada mekanisme pengawasan dan partisipasi publik untuk memonitor.
•
Adanya rencana kongkrit bagi MSF dalam keterlibatan perumusan kebijakan untuk peningkatan
pelayanan pendidikan di Kabupaten/Kota.
6. Dengar Pendapat I dengan DPRD
Tujuan kegiatan ini adalah membangun komunikasi dengan DPRD tentang adanya agenda kerja MSF
terkait pembentukan Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP, dan membangun persepsi yang sama
dengan unsur DPRD Komisi Pendidikan sebelum pembahasan RAPBD.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah legitimasi agenda kerja MSF dari DPRD, dan
kesadaran anggota DPRD berkaitan dengan konsekuensi untuk penganggaran.
104
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
7. FGD III Semi Final draft Peraturan Bupati/Walikota
Tujuan FGD III adalah meninjau kembali draf Peraturan Bupati/Walikota DGP yang telah direvisi
sebelumnya, serta menyamakan persepsi persiapan dengar pendapat dengan Bupati/Walikota dan DPRD
yang berikut. Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah finalisasi draf Peraturan Bupati/Walikota.
8. Dengar Pendapat II dengan Bupati/Walikota
Tujuan dengar pendapat dengan Bupati/Walikota:
•
Memberikan informasi kepada kepala daerah sejauh mana draf Peraturan Bupati/Walikota ini telah
disusun
•
Memberitahukan kepala daerah peran serta masyarakat, dan harapan masyarakat untuk peraturan
tersebut
•
Mendengarkan pendapat Bupati/Walikota mengenai draf Peraturan Bupati/Walikota tersebut.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah pemahaman Bupati/Walikota atas maksud dan tujuan
penyusunan draf Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP untuk kepentingan masyarakat.
9. Dengar Pendapat II dengan DPRD
Tujuan kegiatan ini adalah untuk berbagi informasi dengan DPRD sejauh mana Penyusunan draf
Peraturan Bupati/Walikota ini telah dilaksanakan. Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah
meminta kepada DPRD untuk membantu MSF dalam hal pengawasan implementasi Peraturan Bupati/
Walikota di lapangan nantinya.
10.Lokakarya Perumusan Kebijakan Pemerintah dalam bentuk Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP
Tujuan lokakarya ini adalah untuk memaparkan proses penyusunan draf Peraturan Bupati/Walikota
tentang BOSP. Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah rencana tahapan-tahapan
penyusunan draf Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP, serta masukan dari masyarakat berkaitan
dengan substansi peraturan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
105
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
11. FGD IV Finalisasi Peraturan Bupati/Walikota BOSP “Penyelarasan Batang Tubuh dan Lampiran Peraturan Bupati/Walikota BOSP”
Tujuan lokakarya ini adalah untuk melakukan finalisasi draf Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah:
•
Konsiderans rekomendasi dari MSF diakomodasi dalam rancangan peraturan.
•
Penyempurnaan draf Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP.
12. Lokakarya Konsultasi Eksternal “Sosialisasi Peraturan Bupati/
Walikota tentang Petunjuk Teknis Penghitungan BOSP”
Tujuan kegiatan Lokakarya adalah sebagai medium sosialisasi peraturan tersebut kepada masyarakat
lebih luas. Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:
•
Lahirnya Rekomendasi Multi Stakeholder Forum (MSF) kepada Pemerintah Daerah dan DPRD tentang
pelaksanaan peraturan Bupati/Walikota, dalam proses penganggaran di DPRD, rencana kegiatan
dinas dan sekolah dalam tata kelola BOSP.
•
Pemaparan Regulasi Peraturan Bupati/Walikota tentang BOSP kepada Kepala Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Contoh Bahan Presentasi
Berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di file
Presentasi 5 pengawalan dan advokasi kebijakan penyusunan BOSP di CD terlampir.
106
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
BAB 5
ADVOKASI KEBIJAKAN
PENYUSUNAN BOSP
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
107
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Modul 6
Integrasi BOSDA ke Dalam Perencanaan
dan Penganggaran
Pendahuluan
Pelaksanaan program Biaya Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) yang diterapkan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota merupakan suatu program yang positif dalam rangka peningkatan dan kemudahan yang
diberikan dalam menempuh pendidikan untuk masyarakat. Memang benar untuk menopang, mendukung,
dan memberikan kemudahan dalam pendidikan, selain dana BOS dari pusat, Pemerintah Kabupaten/Kota
harus mengintegrasikan BOSDA dalam perencanaan dan penganggaran di Dinas Pendidikan
dan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan menengah.
Dalam pengalaman KINERJA, banyak peserta inisiatif BOSP kurang mengerti peran dan proses
perencanaan dan penganggaran daerah. Dengan mengikuti presentasi materi berikut ini, tim penyusunan
BOSP mendapat pengertian yang sama mengenai program, dan fasilitator KINERJA membangun
kemitraan dengan anggota tim yang menguasai prosesnya.
Dalam modul ini dibahas tentang perencanaan daerah yang meliputi perencanaan jangka menengah
(RPJMD dan Renstra) dan perencanaan tahunan (RKPD dan Renja). Selanjutnya, dibahas tentang
penganggaran daerah meliputi KUA/PPAS, APBD, dan RKA SKPD Dinas Pendidikan. Pada akhir modul
dibahas tentang Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan.
Perencanaan Daerah
Perencanaan daerah merupakan suatu proses yang terus menerus yang melibatkan keputusankeputusan atau pilihan-pilihan penggunaan sumber daya yang ada di daerah dengan sasaran untuk
mencapai visi dan misi di masa yang akan datang. Perencanaan Daerah dapat dibagi atas 2 (dua) yaitu
Perencanaan Jangka Menengah dan Perencanaan Tahunan. Untuk lebih Jelasnya diuraikan berikut ini.
108
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
1. Perencanaan Jangka Menengah
Secara normatif RPJM Daerah merupakan rencana kepala daerah terpilih untuk memenuhi janjian
politiknya dalam lima tahun ke depan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Sebagaimana
diamanatkan UU no 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan UU no
32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemda berkewajiban untuk menyusun RPJMD sebagai
penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah kedalam strategi pembangunan daerah.
Salah satu sasaran pembangunan daerah dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008-2013
adalah peningkatan kualitas manusia yang indikator utamanya berupa IPM, dan RPJMD tersebut telah
mengintegrasikan BOSDA di dalamnya, sebagaimana digambarkan dalam kotak berikut.
Sebagai penjabaran RPJMD, setiap SKPD juga menyiapkan rencana strategisnya.Renstra Dinas Pe
ndidikanseharusnyamemberiprioritaspadapeningkatanmutupendidikan dengan program peningkatan
kompetensi guru, program peningkatan fasilitas sekolah, dan pembiayaan operasional sekolah yang
memadai.Untukdaerah yang sudahmenghitungBOSP, hasilnyadapatdiintegrasikan dalam Renstra SKPD
dengan tiga aspek:
•
Renstra mengatur BOSP sebagai sumber daya untuk program peningkatan mutu operasional sekolah
secara berkelanjutan
•
Dengan kegiatan operasional sekolah yang makin baik, fasilitas yang ada akan dipakai secara optimal,
dan guru yang baik dapat mengajar dengan baik. Juga, kekurangan fasilitas sekolah dan kekurangan
kompetensi guru akan semakin jelas, sebagai dasar perencanaan peningkatan kompetensi guru dan
perbaikan fasilitas.
•
Renstra dapat melembagakan proses meng-update penghitungan BOSP setiap tahun.
Contoh Integrasi BOSDA dalam RPJMD-RPJMD
di Provinsi Sulawesi Selatan
Visi Pembangunan Sulawesi Selatan untuk 5 tahun pertama RPJMD 2008-2013 “Sulawesi Selatan
Sebagai Provinsi Sepuluh Terbaik Dalam Pemenuhan Hak Dasar“. Untuk mencapai visi tersebut
dijabarkan dalam misi-misi pembangunan Sulawesi Selatan dalam kurun waktu 2008-2013 ada
5 (lima), salah satunya adalah “meningkatkan kualitas pelayanan untuk pemenuhan hak dasar
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
109
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
masyarakat”. Hak dasar yang dimaksud diantaranya adalah layanan pendidikan yang terjangkau
dan berkualitas.
Dalam RPJMD tersebut dicantumkan agenda pembangunan salah satunya adalah masalah
utama bidang pendidikan terletak pada akses masyarakat dalam mendapatkan layanan
pendidikan dasar, khususnya dalam menuntaskannya wajib belajar sembilan tahun. Ini terkait
dengan biaya yang harus ditanggung, terutama dalam pengadaan buku dan berbagai bentuk
pungutan.
Di samping itu, ketersediaan dan sebaran fasilitas pendidikan yang kurang memadai
dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Kelangkaan fasilitas ini semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya strata pendidikan. Kualitas penyelenggaraan pendidikan juga
membutuhkan perhatian khusus. Kualitas dimaksud terkait dengan standar isi dan proses
pembelajaran, kompetensi luaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian. Penyebab ketiga adalah sikap atau wawasan
masyarakat terhadap pentingnya pendidikan.
Di kalangan petani dan nelayan, anak lebih banyak dipandang sebagai aset produktif ketimbang
sebagai "media" investasi (melalui pendidikan). Sikap dan wawasan ini juga tercermin dari
rendahnya pengeluaran rata-rata masyarakat untuk pendidikan. Walau pun tetap perlu
digarisbawahi bahwa alokasi belanja yang relatif sangat kecil itu terutama disebabkan oleh karena
porsi terbesar dari pendapatan telah terserap pada pemenuhan kebutuhan pangan.
Sasaran kebijakan peningkatan kualitas pendidikan antara lain:
1. Pendidikan Gratis
Sasaran kebijakan ini adalah tersedianya fasilitas dan meningkatnya kualitas penyelenggaraan
pendidikan dasar dan menengah (SD dan setara SMP) dan yang sepenuhnya dibiayai oleh
pemerintah bagi sebagian besar anak usia sekolah (6-15 tahun). Kebijakan ini diimplementasikan
dalam bentuk pembiayaan bersama penyelenggaraan pendidikan dimaksud antara pemerintah
melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Pemerintah Provinsi melalui APBD masing-masing. Porsi Pemerintah Provinsi adalah maksimum
sebesar 40% dari sisi kebutuhan dana yang tidak tercover oleh dana BOS.
110
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
2. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Pendidikan Kebijakan ini pada dasarnya bersifat saling melengkapi dengan kebijakan pertama
dan diarahkan pada peningkatan pengetahuan rata-rata masyarakat yang dicerminkan antara lain
oleh Rata-rata Lama Sekolah 8,5 tahun (2013). Implementasi kebijakan ini difokuskan kepada
upaya-upaya untuk menyediakan fasilitas pendidikan, khususnya SD dan SMP; peningkatan
kualitas manajemen sekolah; pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi; perbaikan
kesejahteraan dan peningkatan kualitas guru; serta peningkatan akses masyarakat terhadap
fasilitas dimaksud, termasuk penyediaan insentif khusus bagi murid berprestasi, khususnya yang
berasal dari kalangan miskin , termasuk peningkatan kualitas pendidikan dalam penanaman
wawasan dan sikap serta budaya olahraga.
3. Promosi Pendidikan
Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap
peranan pendidikan bagi peningkatan kualitas hidup mereka (melalui peningkatan kinerja
individu).
Sumber: RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan 2008-2013
2. Proses Perencanaan and Penganggaran Tahunan
Perencanaan dan penganggaran tahunan diharapkan berpihak kepada kepentingan masyarakat sebagai
upaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Kepentingan masyarakat disini menyangkut
segala fasilitas serta pelayanan yang diperlukan masyarakat secara umum baik secara fisik maupun non
fisik seperti fasilitas dan pelayanan di bidang pendidikan. Oleh karena itu untuk mengetahui keberpihakan
pemerintah daerah terhadap rakyat dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat dinilai dari
seberapa besar anggaran yang dialokasikan untuk kepentingan rakyat di bidang pendidikan.
Sebagai contoh Pemerintah Kabupaten Tana Toraja, dengan fasilitasi KINERJA dalam penghitungan BOSP,
memberikan perhatian di bidang pendidikan dengan mengalokasikan dana sebesar Rp15,5 miliar untuk
membiayai pendidikan gratis tahun 2013. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat praktik yang baik berikut ini.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
111
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Praktik yang Baik
Pendidikan Gratis Dianggarkan Rp.15,5 M
Pemerintah Kabupaten Tana Toraja mengalokasikan dana sebesar Rp15,5 miliar untuk
membiayai pendidikan gratis tahun 2013. Anggaran ini bersumber dari APBD Tana Toraja
sebesar 60 persen dan APBD Provinsi Sulawesi Selatan, 40 persen.
Pengelola pendidikan gratis 2013 pada Dinas Pendidikan Tana Toraja, Tato Alik, menjelaskan
besarnya anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan gratis di tingkat sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama tahun 2013 … dialokasikan ke-305 sekolah, dengan rincian, 228
SD dengan jumlah siswa sebanyak 37.677 orang dan SMP 76 sekolah dengan jumlah siswa
sebanyak 15.340 siswa…
Dana pendidikan gratis SD dan SMP ini akan ditransfer langsung ke rekening masing-masing
sekolah sesuai dengan jumlah siswa. ''Dananya akan ditransfer setiap triwulan atau tiga bulan
sekali,'' katanya. Tato menegaskan, dengan adanya dana pendidikan gratis ini, pihak sekolah
dilarang keras melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada siswa SD dan SMP. Sebab,
semua pembiayaan pendidikan sudah ditanggung dalam pendidikan gratis ini. Adapun item-item
yang dibiayai dari program pendidikan gratis, diantaranya ATK siswa, perangkat sekolah, dan
insentif kepala sekolah, pegawai pustakawan dan bujang sekolah. “Jika ada sekolah yang masih
melakukan pungutan kepada siswa bisa dikategorikan pungutan liar,” tegasnya.
Untuk menjaga agar penggunaan dana pendidikan gratis ini tepat sasaran, Tato mengatakan
pihak Dinas Pendidikan akan melakukan pengawasan secara ketat, baik dari sisi penggunaan
maupun pelaporan.“ Kepada orang tua siswa kami menghimbau, jika masih ada sekolah yang
melakukan pungutan, segera melapor ke Dinas Pendidikan,” pungkasnya. (rp6/uce/t)
Sumber: Palopo Pos, Rabu, 13 Feb 2013
112
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Proses perencanaan dan penganggaran tahunan mulai dengan persiapan rencana kerja (Renja) sebagai
penjabaran RPJM dan Renstra SKPD dengan masukan dari masyarakat lewat proses Musrenbang. Renja
menjadi dasar untuk penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) sebagai landasan persiapan APBD yang disepakati diantara aparatur dan DPRD.
Langkah pertama SKPD dalam penyusunan APDB adalah penyesuaian Renja dengan KUA dan PPAS, dalam
bentuk Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). Usulan Rancangan APBD disiapkan masing-masing SKPD
dengan koordinasi Bappeda dan konsultasi komisi DPRD yang terkait.Setelah disusun, RAPBD disampaikan
kepada DPRD dan dibahas sampai disepakati. Setelah disetujui Gubernur, APBD yang disahkan dijabarkan
dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang menjadi basis pengendalian kinerja dan keuangan.
Dalam program KINERJA, tim penyusun BOSP dan MSF bekerjasama untuk mengawali BOSP lewat proses
perencanaan dan penganggaran tersebut agar hasil penghitungannya menjadi basis anggaran operasional di
sekolah.
Peran Masyarakat, MSF, dan Media
1.Masyarakat
Partisipasi masyarakat yang telah diatur dalam berbagai perundangan dirasa kurang mampu dilaksanakan
sesuai dengan yang telah ditetapkan. Partisipasi masyarakat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat
untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Dalam
perencanaan pembangunan, aspek yang dikaji bukan hanya perencanaan, namun juga pada penganggaran,
pengawasan, dan pelaksanaan. Dalam perwujudan realisasi suatu program tidak lepas dari tahapan
perencanaan dan penganggaran.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran tersebut mencerminkan hubungan masyarakat
sebagai penyumbang pemasukan APBD terbesar dari dana pajak dan retribusi dan pemerintah sebagai
pelaksana amanat masyarakat. Usulan yang telah disampaikan masyarakat dalam tahapan perencanaan
patut direspon oleh Pemerintah sehingga kegiatan yang direalisasikan dalam APBD merupakan wujud aspirasi
masyarakat untuk memperbaiki kesejahteraannya. Tujuan umum yang ingin dicapai dari pelibatan masyarakat
dalam bidang perencanaan dan penganggaran adalah terciptanya suatu kondisi anggaran yang murni
sehingga dapat menciptakan mekanisme pelaksanaan anggaran yang transparan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
113
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Dalam UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, masyarakat berhak menyampaikan
aspirasinya dalam proses bottom-up planning pada Musrenbang desa, kecamatan, dan kabupaten/kota. Agar
dalam proses ini masukan dari masyarakat tidak dikalahkan di tingkat Musrenbang tingkat lebih tinggi.
2. Peran Multi Stakeholder Forum (MSF)
Multi Stakeholder Forum (MSF) merupakan media dalam mempertemukan antar pemangku kepentingan
untuk merespon isu-isu pendidikan yang menjadi kepedulian bersama dan untuk melakukan upaya mencapai
tujuan bersama. Anggotanya dari berbagai unsur kepentingan dari masyarakat (individu dan atau kelompok),
eksekutif, legislatif, media, sektor bisnis, dan lain-lain. Pertemuan, diskusi dan forum bersama antar pemangku
kepentingan menjadi penting untuk mengembangkan proses dialogis dan membangun kesadaran bersama dan
melakukan aksi bersama.
Dalam konteks pelayanan publik, MSF ini merupakan proses dialogis antara penyedia layanan dan
pengguna layanan untuk mencapai suatu pelayanan publik yang efektif, efisien, dan terjangkau. Apa yang
telah diupayakan oleh pemerintah (selaku penyedia layanan publik) serta apa yang terjadi dan diharapkan
masyarakat (selaku pengguna layanan) harus diupayakan ada titik temu.
Pertemuan dan forum juga akan menjadi ajang untuk menyepakati apa saja yang akan dilakukan oleh
masing-masing pelaku dalam berbagi peran dan tanggung jawab, berbagi informasi, saling mendukung dalam
upaya perbaikan bersama. MSF tidakharusmerupakanpertemuan formal, lokakarya atau bahkan merupakan
organisasi atau lembaga formal. Namun, bisa juga merupakan forum-forum terbatas yang informal. Pada
tahapan lebih lanjut, MSF bisa saja didorong menjadi organisasi atau lembaga formal jika memang diperlukan
sesuai dengan dinamika dan kebutuhan setempat.
3. Peran Media
Peran media dalam perencanaan dan penganggaran di bidang pendidikan dilakukan melalui pemantauan,
investigasi, advokasi, pengumpulan pendapat masyarakat (poling), evaluasi, kritik/komentar, pengawalan dan
penyebarluasan informasi serta memberi ruang bagi masyarakat luas dalam menyampaikan opini tentang
pendidikan.
114
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Peran dan fungsi media terkait proses perencanaan dan penganggaran di bidang pendidikan, antara lain:
•
Meningkatkan wawasan masyarakat dengan caramensosialisasikan visi dan misi pendidikan dan
berbagai kebijakan pokok di bidang pendidikan yang tertuang dalam dokumen perencanaan daerah.
•
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap makna dan tanggung jawab pembangunan di bidang
pendidikan di daerahnya, sehingga mendorong partisipasi mereka dalam proses perencanaan/
pelaksanaan/pengawasan pembangunan di bidang pendidikan.
•
Meningkatkan keterbukaan dan transparansi dengan mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai
informasi dan agenda daerah berkaitan dengan proses perencanaan pendidikan.
•
Meningkatkan partisipasi dan kontribusi pemikiran masyarakat melalui kegiatan jarring aspirasi (poling
pendapat) masyarakat berkaitan dengan isu-isu pendidikan yang strategis, harapan masyarakat, dan
substansi-substansi rencana pembangunan pendidikan di daerah.
•
Meningkatkan akuntabilitas proses perencanaan dengan mempublikasikan pelaksanaan proses-proses
perencanaan pendidikan dan hasil-hasil rumusan materi rencana dan kebijakan daerah di bidang
pendidikan untuk dikritisi dan ditanggapi masyarakat lainnya.
•
Meningkatkan demokratisasi dan komitmen daerah terhadap pengurangan kesenjangan melalui
evaluasi, kritik, dan pengawalan terhadap isu-isu pembangunan di bidang pendidikan yang terkait
kepentingan masyarakat marginal dan masalah kesenjangan pendidikan.
•
Meningkatkan supremasi hukum melalui investigasi, pengkajian, dan advokasi terhadap proses
perumusan kebijakan publik dan penganggaran daerah di bidang pendidikan.
•
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan penganggaran
pembangunan di bidang pendidikan melalui pemantauan dan pengawasan, kajian dan kritik/masukan,
sosialisasi/penyebarluasan informasi seluruh proses perencanaan dan penganggaran pembangunan di
bidang pendidikan serta hasil-hasil yang dicapai.
Praktik yang Baik
Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Dan
Penganggaran Pembangunan Daerah Di Kabupaten Pati
Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten yang telah mencoba menerapkan proses
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan dalam bidang perencanaan. Kabupaten Pati dipilih
sebagai good praktis karena Kabupaten Pati merupakan Kabupaten pertama di Indonesia yang
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
115
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
mencoba menerapkan pelibatan masyarakat bukan hanya pada tahapan perencanaan,
namun juga pada tahapan penganggaran daerah. Proses pelaksanaan melibatkan PERFORM
Project untuk tahapan perencanaan dan Program Pendampingan Anggaran Kinerja oleh BIGG
(Building Institutions for Good Governance). Uji coba penerapan perencanaan partisipatif
Kabupaten Pati dilaksanakan sejak tahun 2002 dengan mengambil tiga kecamatan sebagai
sampelnya awal yaitu Kecamatan Tayu, Kecamatan Pati, dan Kecamatan Juwana, dari total
dua puluh satu kecamatan yang ada.
Pelaksanaan partisipasi masyarakat pada tiap daerah tentu memiliki pengalaman berbeda
disesuaikan dengan keadaan tiap daerah yang mempunyai ciri khas tertentu. Tahapan
perencanaan dan penganggaran di Kabupaten Pati secara sinergis diterapkan untuk
Tahun Anggaran 2003. Sejak menerapkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan
penganggaran, Kabupaten Pati menjadi salah satu kabupaten best practiFe.
Hal ini tidak lepas dari peran Bappeda Kabupaten Pati yang lebih dahulu menerapkan
perencanaan dan penganggaran, bahkan sebelum dikeluarkannya UU SPPN yang mengatur
sinergisme perencanaan dan penganggaran.
Peran Bappeda bertambah ketika Kabupaten Pati menerapkan aturan tersendiri tentang
pelaksanaan partisipasi masyarakat, terutama dalam perencanaan. Hal ini merupakan inovasi
yang dilakukan oleh Kabupaten Pati. Inovasi tersebut terkait dengan metode-metode yang
digunakan, tahapan yang dilalui selama Musrenbang, dan tatacara penentuan stakeholder
Inovasi yang dilakukan tersebut tidak lepas juga dari pengaruh organisasi non pemerintah
(Non-Government Stakeholder) yang turut mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap
perubahan yang terjadi. (Wahyu Dyah Widowati, 2007).
Contoh Bahan Presentasi
Berikut adalah beberapa slide dari presentasi KINERJA-USAID. Seluruh presentasi dapat diakses di file
Presentasi 6 integrasi BOSDA ke dalam perencanaan dan penganggaran di CD terlampir.
116
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
BAB 6
INTEGRASI BOSDA
KE DALAM PERENCANAAN
DAN PENGANGGARAN
POKOK BAHASAN
1.
Perencanaan Daerah (RPJMD, Renstra, RKPD, dan Renja)
2. Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan RKA)
3.
Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang
Pendidikan
4
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
117
LAMPIRAN B - Uraian Substansi
Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan
Penganggaran Bidang Pendidikan
• Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran
tersebut mencerminkan hubungan masyarakat sebagai penyumbang
pemasukan APBD terbesar dari dana pajak dan retribusi dan
pemerintah sebagai pelaksana amanat masyarakat.
17
Peran Multi Stakeholder Forum (MSF)
• Sebagai media dalam mempertemukan antar pemangku
kepentingan untuk merespon isu-isu pendidikan yang
menjadi kepedulian bersama dan untuk melakukan upaya
mencapai tujuan bersama.
18
118
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN C
Lampiran Cara Pelaksanaan Fasilitasi
dan Pelatihan
Pilihan pelaksanaan fasilitasi dan pelatihan
Pada saat awal dimana sebuah daerah memutuskan bawa BOSP akan diterapkan dengan menggunakan
pendekatkan KINERJA, prosesnya diatur dalam seri lokakarya, dengan pelatihan pada awal setiap
lokakarya. Berdasarakan pengalaman KINERJA, proses yang sama dipakai pada tahun berikutnya,
karena ada peserta baru yang belum terlatih, dan juga modul pelatihan dipakai oleh peserta lama untuk
diingat kembali substansinya. Sekarang beberapa daerah siap untuk menghitung BOSP untuk tahun
ketiga. Tahun ketiga kebanyakan peserta menguasai substansinya, akan tetapi seri lokakarya masih
penting agar:
•
Pertemuan semua pemangku kepentingan diatur dengan baik
•
Ada fasilitator yang mendorong tim untuk menyempurnakan penghitungannya agar makin adil, efisien,
transparan, dan bertanggungjawab kepada publik.
Himpunan modul pelatihan yang dibahas di lampiran ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang
hendak melakukan fasilitasi penghitungan BOSP dan penyusunan kebijakan pembiayaan pendidikan
(berdasarkan hasil penghitungan BOSP) di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa
berbentuk pemda sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau
calon lembaga diklat yang memasarkan pelatihan saja.
Fasilitator BOSP. Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi tersebut disebut disini sebagai Fasilitator
BOSP. Sangat penting para fasilitator BOSP, baik untuk fasilitasi proses penghitungan dan penyusunan
BOSP maupun fasilitasi pelatihan bila dibutuhkan, menguasai bahannya, dan berfokus kepada
keberhasilan tim. Ia harus memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan sekolah dan
keterampilan sebagai fasilitator yang memadai sehingga dapat melaksanakan pelatihan, memfasilitasi,
dan mendampingi pemerintah daerah di dalam proses penyusunan, implementasi, dan monitoring/
evaluasi implementasi BOSP.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
119
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan
Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok fasilitator BOSP adalah untuk mengarahkan Tim Penyusun
BOSP yang dibentuk dari aparat, guru dan LSM yang berkepentingan, untuk menghitung dan menyusun
BOSP. Bahan pelatihan ini disusun untuk pelatihan yang diberi kepada aparatur yang berkepentingan
tersebut, khususnya Tim Penyusun BOSP. Dalam praktis KINERJA-USAID, tugas fasilitasi dilaksanakan
oleh Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) yang menyediakan fasilitator baik untuk pelatihan dan pendampingan.
Dalam pelaksanaan program KINERJA-USAID, bagian dari bahan ini juga dipakai:
•
Bagi OMP agar memiliki acuan dalam melakukan pendampingan pengelolaan BOSP di daerah
•
Dalam pembahasan para pemimpin daerah dalam proses penentuan kebijakan penyusunan BOSP
•
Multi Stakeholder Forum (MSF) yang diikutsertakan dalam proses penghitungan BOSP sebagai bahan
dukungan dalam advokasi sehingga lahir suatu kebijakan peningkatan mutu pendidikan (lihat juga buku
Seri Pembelajaran KINERJA-USAID tentang MSF)
•
Media (lihat juga buku Seri Pembelajaran KINERJA-USAID tentang MSF)
Proses. Proses fasilitasi KINERJA-USAID digambarkan dalam bagan yang berikut:
120
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Fokus fasilitasi. Langkah 1 sampai 5 diatas difasilitasi Organisasi Mitra Pelaksana KINERJA-USAID.
Langkah 4 dapat didukung oleh pelatihan KINERJA yang lain (pelatihan tentang Multi-Stakeholder Forum
dan juga tentang peran media). Fokus kumpulan modul ini adalah langkah ke-6 sampai ke-8.Proses
fasilitasi penghitungan BOSP berjalan sampai hasilnya dipakai dalam proses penganggaran tahunan.
Fokus pelatihan. Bila dianggap penting setiap langkah fasilitasi diawali dengan pelatihan. Tujuan
pelatihan adalah:
•
Supaya setiap peserta proses memahami substansi dan kompeten untuk melaksanakan tugasnya.
•
Supaya setiap peserta yang pernah ikut pelatihan sebelumnya ingat kembali prosesnya agar
dilaksanakan makin cepat dan profesional.
Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Tim KINERJA memulai pelatihan dengan
menguraikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan Tim Penyusun BOSP yang ditugaskan
oleh pemda, sebagaimana ditulis di kotak berikut.
Pengetahuan dan ketrampilan dari pelatihan
Setelah mengikuti seri kegiatan pendampingan ini diharapkan masing-masing anggotaTim
Penyusun BOSP akan mempunyai penguasaan mengenai hal-hal berikut:
1. Memahami pentingnya BOSP dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
2. Memahami biaya dan sumber pendanaan biaya operasional sekolah.
3. Memahami pendekatan dan konsep BOSP ndidikan dan cara penghitungannya
4. Memahami proses penghitungan BOSP.
5. Mampu melakukan penghitungan BOSP.
6. Mampu melakukan advokasi kebijakan penyusunan BOSP.
7. Mampu mengintegrasikan hasil penghitungan BOSP dalam perencanaan dan penganggaran
daerah dan SKPD.
8. Mengetahui contoh praktik baik penerapan BOSP.
Tugas fasilitator pelatihan adalah untuk menjamin Tim Penyusun BOSP mampu dan siap untuk melaksanakan
tugasnya, serta memberi pendampingan sesuai dengan kebutuhan untuk menghasilkan BOSP yang efektif.
Anggota Tim Penyusun BOSP termasuk:
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
121
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan
•
Staf Dinas Pendidikan yang bertugas menyusun rancangan APBD bidang pendidikan, serta staf
Bappeda (Bidang Sosial Budaya) dan Keuangan yang terkait.
•
Wakil dari SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA
•
Wakil dari Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang memiliki pemahaman tentang latar belakang,
konsekuensi dan berbagai isu kebijakan terkait dengan pengeluaran sekolah dan keluarga untuk
pendidikan anak, sehingga mampu memberikan dukungan dan masukan yang bermakna kepada
pembuat kebijakan BOSP.
Uraian lampiran ini
Proses penghitungan BOSP dan tidak-lanjutnya diatur berdasarkan uraian substansi pada Lampiran B, dengan
proses, fasilitasi dan latihan diatur dalam himpunan modul sebagai berikut:
•
MODUL 1. PENTINGNYA BOSP DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN. Modul ini
dapat digunakan sebagai pembukaan tugas penyusunan BOSP
•
MODUL 2. BIAYA DAN SUMBER PENDANAAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH. Dengan modul ini
Fasilitator BOSP dapat membangun pengertian Tim Penyusun BOSP dengan stakeholder yang lain
atas latar belakang dan dasar hukum perhitungan landasan penganggaran operasional sekolah, dan
dasar item-item di dalam template penghitungan BOSP yang dipresentasikan di modul yang berikutnya.
•
MODUL 3. PENDEKATAN DAN KONSEP BOSP DAN CARA PENGHITUNGANNYA. Setelah mengikuti
modul pelatihan, fasilitator akan mendukung pemda untuk membentuk Tim Penyusun BOSP, memilih
kecamatan dan sekolah percontohan dan mengumpul data yang dibutuhkan.
•
MODUL4. PROSES PENGHITUNGAN BOSP. Setelah modul pelatihan ini, Tim Penyusun BOSP
difasilitasi menghitung BOSP.
•
MODUL 5. ADVOKASI KEBIJAKAN PENYUSUNAN BOSP. Setelah modul pelatihan, Pemda bersama
Tim Penyusun BOSP dan MSF difasilitasi merancangkan kebijakan BOSP
•
MODUL 6. INTEGRASI BOSP KE DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Setelah
pelatihan ini, Pemda bersama Tim Penyusun BOSP dan MSF difasilitasi agar hasil penghitungan BOSP
diintegrasikan dalam perencanaan dan anggaran daerah dan anggaran sekolah.
122
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Bahan pendukung
Lihat juga:
•
Bahan di CD. Lihat Lampiran F untuk daftar file-file yang ada di CD yang dilampirkan, termasuk
Template BOSP, contoh bahan presentasi dan juga beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai
referensi.
•
Panduan fasilitasi lokakarya Tim Penyusun BOSP. Proses penghitungan BOSP oleh Tim Penyusun
BOSP diatur dengan seri lokakarya. Panduan fasilitasi lokakarya tersebut disampaikan pada Lampiran
G.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
123
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan
Modul 1
Pentingnya BOSP dalam Peningkatan
Mutu Pelayanan Pendidikan
Tujuan Pembelajaran
Module pertama ini disampaikan kepada aparat senior daerah sebelum Tim Penyusun BOSP dibentuk,
dan diatur sebagai pertemuan sosialisasi tentang penyusunan BOSP, dengan memberi penjelasan
tentang:
•
Standar Nasional Pendidikan
•
Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang pendidikan
•
Standar Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
•
Manfaat Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
•
Peran MSF dan media dalam penyusunan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
Tahap Persiapan
1. Persiapan segala hal yang diperlukan untuk penyelenggaraan pertemuan sosialisasi tentang
penyusunan Biaya Operasional Satuan Pendidikan.
2. Undang pihak yang terkait dengan pengambilan keputusan kebijakan berkaitan dengan penganggaran
dan keuangan sekolah (Dinas Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/MTs, Bappeda,
dan Multi Stakeholder Forum).
3. Lakukan pemetaan awal mengenai kesadaran dan pengetahuan peserta terkait dengan penyusunan
BOSP.
4. Bagi daerah yang sudah hitung BOSP secara KINERJA, diusulkan dinas menyiapkan survei dari
sekolah tentang manfaat dan masalah perhitungan BOSP tahun yang berjalan.
124
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Waktu Pelatihan dan Fasilitasi
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135 menit), dengan rincian sebagai berikut:
Waktu
10 menit
Pokok Bahasan
Pengantar
Pemaparan Materi:
Standar Nasional Pendidikan
Standar Pelayanan Minimal di bidang pendidikan
2x10 menit
Standar Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
Manfaat Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
Peran MSF dan media dalam penyusunan Biaya Operasional Satuan Pendidikan
(BOSP)
40 menit
Diskusi dan tanya jawab
5 menit
Penutup
Proses Pelatihan dan Fasilitasi
a)Pengantar (10 menit)
Fasilitator menyampaikan desain pelatihan pada hari pertama yang terbagi menjadi 3 sesi. Sesi pertama
yaitu penyajian materi tentang pentingnya Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) dalam peningkatan
mutu pelayanan pendidikan. Sesi kedua yaitu penyajian materi tentang biaya dan sumber pendanaan biaya
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
125
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan
operasional sekolah. Dan sesi ketiga yaitu penyajian materi tentang pendekatan dan konsep BOSP dan cara
penghitungannya.
b)Pemaparan Materi (2x40 menit = 80 Menit)
Pemaparan Materi diberi bila hasil pemetaan awal menentukan banyak peserta belum mengerti substansinya.
Pada pemaparan materi sosialisasi dilakukan secara panel, yang dilakukan oleh 2 (dua) orang Fasilitator
atau narasumber, masing-masing menggunakan waktu 40 menit. Fasilitator (atau narasumber) pertama
menjelaskan tentang pentingnya Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) dalam peningkatan mutu
pelayanan pendidikan meliputi; Standar Nasional Pendidikan dan Standar Pelayanan Minimal, selanjutnya
dilanjutkan oleh Fasilitator (atau narasumber) kedua tentang Standar Biaya Operasional Pendidikan, Manfaat
Biaya Operasional Satuan Pendidikan, dan Peran MSF dan Media dalam Penyusunan BOSP. Bahan
presentasi KINERJA di CD dengan nama file Presentasi 1 pentingnya BOSP.
Padatahunpertama BOSP dihitung dengan cara KINERJA, disarankanpelatihandiatasdiperpendek, dandiikuti
dengan presentasi tentang pengalaman keberhasilan BOSP pada tahun yang berjalan yang disiapkan Dinas
Pendidikan.
c) Diskusi/Tanya Jawab (40 menit)
Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan-tanggapan atau
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pentingnya BOSP. Dan sesi ini lebih menekankan pada sharing
dengan peserta.
d)Penutup (5 menit)
Fasilitator menutup Sesi I dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
126
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Modul 2
Biaya dan Sumber Pendanaan Biaya
Operasional Sekolah
Tujuan Pembelajaran
Modul kedua ini menjadi dasar pengertian pemangku kepentingan atas landasan penganggaran operasional
sekolah, dan dasar item-item di dalam template penghitungan BOSP yang dipresentasikan di modul
berikutnya. Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang Biaya Pendidikan
(BP), Biaya Satuan Pendidikan (BSP), Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), Biaya Operasi
Personalia Satuan Pendidikan (BOPSP), Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan (BONSP), dan
Sumber Pendanaan.
Peserta pelatihan modul ini adalah orang yang dipilih untuk mewakili peserta pelatihan modul pertama, untuk
menjadi anggota Tim Penyusunan BOSP dan narasumbernya.
Tahap Persiapan
Undang pihak yang terkait dengan BOSP (Dinas Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/
MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum).
Staf dari badan pengelolaan keuangan daerah dan bagian perencanaan Dinas Pendidikan dapat menjadi nara
sumber presentasi.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
127
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan
Waktu
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135 menit), dengan rincian sebagai berikut.
Waktu
5 menit
Pokok Bahasan
Pengantar
Biaya Pendidikan (BP)
Biaya Satuan Pendidikan (BSP)
Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP)
2x40 menit
Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan (BOPSP)
Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan (BONSP)
Sumber Pendanaan
45 menit
Diskusi dan tanya jawab
5 menit
Penutup
Proses Fasilitasi
a)Pengantar (5 menit)
128
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
b)Pemaparan materi (2x40 menit = 80 menit)
Pada pemaparan materi sosialisasi dilakukan secara panel, yang dilakukan oleh 2 (dua) orang fasilitator
atau narasumber masing-masing menggunakan waktu selama 40 menit. Fasilitator (narasumber)
pertama menjelaskan tentang Biaya Pendidikan (BP), Biaya Satuan Pendidikan (BSP), Biaya
Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), selanjutnya fasilitator (narasumber) kedua menjelaskan tentang
Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan (BOSP), Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan
(BONSP), dan Sumber Pendanaan. Lihat bahan presentasi KINERJA di CD dengan nama file Presentasi
2 Sumber pendanaan biaya operasional sekolah.
c) Diskusi dan Tanya Jawab (45 menit)
Fasilitator mengatur pelaksanaan diskusi dan tanya jawab.
d)Penutup (5 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
129
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan
Modul 3
Pendekatan dan Konsep BOSP Serta
Cara Penghitungannya
Tujuan Pembelajaran
Modul ini adalah lanjutan dari modul sebelumnya, dan dibagi dua karena intensitas substansi untuk orang yang
baru masuk ke dalam dunia penghitungan BOSP.Setelah mengikut modul training ini, peserta akan mengerti
kekhususan cara KINERJA-USAID untuk menghitung BOSP (Pendekatan Penghitungan BOSP,
Penentuan Asumsi Dasar, Penentuan Kegiatan, Penentuan Komponen/Subkomponen Biaya, Penentuan
Volume, Penentuan Harga Satuan, dan Penghitungan BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah). Setelah modul
ini peserta siap untuk membahas seleksi anggota Tim Penyusun BOSP dan perancangan SKnya.
Tahap Persiapan
Undang peserta yang hadir di modul 2 (dari Dinas Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/
MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum).
Waktu
Total waktu yang dibutuhkan: 5 x 45 menit (205 menit), dengan rincian sebagai berikut:
130
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Waktu
5 menit
Pokok Bahasan
Pengantar
Pendekatan Penghitungan BOSP
Penentuan Asumsi Dasar
Penentuan Kegiatan
2x40 menit
Penentuan Komponen/Subkomponen Biaya
Penentuan Volume
Penentuan Harga Satuan
Penghitungan BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah
45 menit
Diskusi dan Tanya Jawab
5 menit
Penutup
Proses Fasilitasi
a)Pengantar (5 menit)
•
Fasilitator melanjutkan Sesi III dengan melakukan apersepsi berupa memberi stimulan kepada peserta
agar dapat mengikuti sosialisasi/pelatihan dengan baik.
•
Fasilitator juga menyampaikan desain penyajian pada Sesi III yaitu Pendekatan dan Konsep BOSP dan
Cara Penghitungannya dengan membagi dua yaitu penyajian materi dan diskusi/tanya jawab.
•
Selanjutnya, mempersilahkan narasumber untuk menyajikan materi.
b)Pemaparan Materi (2 x 40 menit = 80 menit)
Pada pemaparan materi sosialisasi dilakukan secara panel, yang dilakukan oleh 2 (dua) orang fasilitator
(narasumber) masing-masing menggunakan waktu 40 menit. Fasilitator (narasumber) pertama menjelaskan
tentang Pendekatan Penghitungan BOSP, Penentuan Asumsi Dasar, Penentuan Kegiatan, selanjutnya
Fasilitator (narasumber) kedua melanjutkan menjelaskan tentang Penentuan Komponen/Subkomponen Biaya,
Penentuan Volume, Penentuan Harga Satuan, dan Penghitungan BOSP Berdasarkan Klasifikasi Sekolah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
131
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan
c) Diskusi dan Tanya Jawab (45 Menit)
Fasilitator mengatur pelaksanaan diskusi dan tanya jawab.
d)Susunan anggota Tim Penyusun BOSP (45 menit)
Fasilitator mempresentasikan bentuk ideal untuk susunan Tim Penyusun BOSP dan seleksi kecamatan
percontohan dari pengalaman KINERJA di daerah lain. Dalam pembahasan, model dari daerah lain
disesuaikan untuk daerah yang bersangkutan.
e)Seleksi anggota Tim dan pemberian tugas untuk merancang SK (45 menit)
Peserta diminta mengusulkan kepada Sekda dan kepala daerah siapa sebaiknya menjadi anggota tim
penyusunan BOSP, dan siapkan yang diberi tugas untuk merancang SKnya.
f) Penutup (5 Menit)
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
132
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Modul 4
Proses Penghitungan Biaya
Operasional Satuan Pendidikan
Tujuan Pembelajaran
Setelah sesi training modul ini, Tim Penyusun BOSP dapat menyiapkan rencana aksinya untuk menghitung
BOSP. Modul training membahas Tahap-tahap Penyusunan BOSP. Setelah mengikuti pelatihan ini peserta
diharapkan dapat:
1. Memahamitahap-tahap penghitungan BOSP meliputi tahap penyiapan dokumen pendukung,
penghitungan BOSP (penyamaan persepsi, metode penghitungan, pengenalan template
penghitungan).
2. Mampu mempraktekkan penghitungan BOSP dengan menggunakan template penghitungan
BOSP dengan baik (lihat template di CD terlampir)
3. Melakukan finalisasi hasil penghitungan BOSP dengan baik.
4. Melakukan konsultasi internal dengan baik.
5. Menyusun laporan hasil penghitungan BOSP dengan sistematis dan baik.
6. Melakukan konsultasi publik dengan baik.
7. Menyusun rekomendasi teknis dalam pemenuhan kesenjangan.
Rencana aksi Tim Penyusun BOSP meliputi 6 lokakarya sebagai mana diusulkan pada Lampiran G, dimana
peserta menyusun BOSP dan berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan, serta tugas persiapan dan
tindak lanjut dari masing-masing lokakarya oleh masing-masing anggota Tim. Dalam pengalaman KINERJAUSAID, kemampuan Tim Penyusun BOSP beragamdan semua Tim lebih berhasil bila difasilitasi setiap langkah
dalam proses dalam lokakarya sebagaimana diusulkan di lampiran tersebut.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
133
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan
Tahapan Lokakarya Penghitungan BOSP
Durasi
Waktu
Jumlah
Peserta
Latihan penghitungan
BOSP
1 hari
30
Tim Penyusun BOSP, Penentu Kebijakan, dan
Pemangku Kepentingan/MSF (termasuk wakil
sekolah-sekolah)
Lokakarya 1:
Penghitungan BOSP
2 hari
10
Tim Penyusun BOSP dan Pemangku kepentingan
(termasuk Wakil sekolah-sekolah)
Pendampingan Perhitungan
BOSP
2 hari
10
Tim Penyusun BOSP
Lokakarya 2:
Finalisasi Penghitungan
BOSP
2 hari
Hari I: 25
Lokakarya 3:
Konsultasi Internal
1 hari
20
Tim Penyusun BOSP, Dinas Pendidikan, UPTD/
KCD, Pengawas Sekolah
Lokakarya 4:
Penyusunan Laporan Hasil
Penghitungan BOSP
2 hari
10
Tim Penyusun BOSP
Lokakarya 5:
Konsultasi Publik
1 hari
30
Tim Penyusun BOSP, Penentu kebijakan, dan
pemangku kepentingan (termasuk wakil sekolahsekolah yang diundang pada LK 1, 2, dan 3)
Lokakarya 6:
Rekomendasi Teknis
Pemenuhan Kesenjangan
1 hari
10
Tim Penyusun BOSP
Nama Lokakarya
Hari II: 10
Peserta
Tim Penyusunan BOSP dan pemangku
kepentingan (termasuk wakil sekolah-sekolah yang
tidak diundang pada LK 1 & 2.
Tim Penyusun BSOP
Peserta
Diusulkan peserta latihan modul ini sebagai berikut.
Kegiatan
Lokakarya 1: Penyamaan Persepsi tentang BOSP
Hari Efektif
Jumlah Orang
1
30
Komposisi peserta:
• Tim Penyusun BOSP
6
• Penentu Kebijakan:
134
• Kepala Dinas Pendidikan
1
• Kepala Bappeda
1
• Kepala BPKAD/DPKAD/Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah
1
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Kegiatan
Hari Efektif
• Ketua KomisiPendidikan/Panitia Anggaran DPRD
Jumlah Orang
1
• Pemangku Kepentingan:
• Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pendidikan
2
• Wakil Kantor Departemen Agama
1
• Wakil LSM Pendidikan
1
• Wakil Pengawas Sekolah (untuk setiap jenjang yang BOSP-nya dihitung)
3
• Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan
1
• Wakil SD/MI
5
• Wakil SMP/MTs
4
• Wakil SMA/MA
3
Proses dan Waktu Latihan
Total waktu yang dibutuhkan: 3 x 45 menit (135 menit), dengan rincian sebagai berikut:
Waktu
Materi
PenanggungJawab/
Narasumber
08.00–08.30
Registrasi Peserta (Tim Penyusun BOSP serta nara sumber)
Panitia/Fasilitator
08.30–09.00
Pengarahan:
Arah kebijakan pembiayaan pendidikan Kabupaten/Kota
Latar belakang penghitungan BOSP
Pembukaan Lokakarya
Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota
09.00–10.00
Sesi 1 Presentasi proses penghitungan BOSP(lihat file
Presentasi 4a proses penghitungan BOSP di CD)
Tanya Jawab/Diskusi
Fasilitator
10.00–10.15
Rehat
Panitia/Fasilitator
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
135
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan
10.15–11.15
Sesi 2 Presentasi Metode dan langkah-langkah penghitungan
BOSP (lihat file Presentasi 4b Biaya Operasional Non
Personalia Satuan Pendidikan dan file Presentasi 4c Metode
Penghitungan Biaya Operasional Non Personalia Satuan
Pendidikan di CD)
TanyaJawab/Diskusi
Fasilitator
11.15-12.15
Sesi 3 Pengenalan templat penghitungan BOSP (Lihat file
Presentasi 4d pengenalan template penghitungan BOSP di
CD)
TanyaJawab/Diskusi
12.15-13.00
Ishoma
Panitia/Fasilitator
13.00-13.05
Pembagian Kelompok untuk diskusi asumsi dasar
penghitungan berdasarkan jenjang pendidikan sebagai dasar
mempelajari template masing-masing jenjang pendidikan.
Panitia/Fasilitator
13.05–14.15
Diskusi Kelompok
• Telaah terhadap Asumsi Dasar
• Telaah terhadap Kegiatan dan Komponen
• Perlu tidaknya penambahan komponen investasi ringan dan bantuan siswa miskin serta klasifikasi sekolah
Fasilitator
14.15-15.15
Presentasi Hasil Diskusi Kelompok
TanyaJawab/Tanggapan
Fasilitator
15.15-15.30
Penutupan
Kepala/Sekretaris Dinas
Pendidikan Kabupaten/
Kota
Tindak lanjut
Pada waktu penutupan pelatihan, anggota Tim Penyusun BOSP diberi tugas persiapan untuk lokakaryalokakarya sebagaimana digambarkan di Lampiran G.
136
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Modul 5
Pengawalan dan Advokasi Penyusunan
Kebijakan BOSP
Tujuan Pembelajaran
Modul ini membahas tentang upaya untuk mengawali hasil penghitungan BOSP sampai menjadi kebijakan
dalam bentuk peraturan Bupati/Walikota.Upaya ini dari dua sisi. Pertama, pengawalan dari sisi penyedia
layanan(supply side) yang dilakukan oleh aparat yang menyusun dan mendukung BOSP, sesuai peraturan
perundangan dan prosedur yang berlaku. Kedua, advokasi dari sisi pengguna layanan (demand side) yang
dilakukan oleh masyarakat melalui multi-stakeholder forum (MSF). Tujuan pengawalan tersebut adalah untuk
mendorong pemerintah daerah untuk melakukan penghitungan biaya operasional sekolah berdasarkan
kebutuhan aktual, membuat kebijakan bantuan operasional sekolah melalui penerbitan Peraturan Bupati/
Walikota berikut petunjuk teknisnya, memasukkan alokasi biaya operasional ke dalam perencanaan dan
penganggaran, dan melaksanakan alokasi biaya operasional ke sekolah-sekolah. Peran MSF menjadi
sangat penting untuk menjamin kebijakan pembiayaan operasional sekolah dilaksanakan sesuai kebutuhan,
transparan dan akuntabel.
Setelah latihan ini Tim Penyusun BOSP dan MSF akan siap untuk kerjasama aparat Pemda dalam proses
pembentukan peraturan tentang BOSP, mulai dengan kerjasama untuk menyiapkan rencana aksi proses
perancangannya.
Tahap Persiapan
Undang pihak yang terkait dengan BOSP (Dinas Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/
MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum).
Staf dari badan pengelolaan keuangan daerah dan bagian perencanaan Dinas Pendidikan dapat menjadi nara
sumber presentasi.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
137
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan
Waktu Pelatihan
Total waktu yang dibutuhkan untuk pelatihan: 2x 45 menit, dengan rincian sebagai berikut:
Waktu
Pokok Bahasan
Pengawalan intern pemda (Langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah
daerah)
2 x 45 menit
Advokasi (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan
bupati tentang BOSDA)
Diskusi dan Tanya Jawab
Proses fasilitasi
a)Pengantar (5 menit)
Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti lokakarya
dengan baik. Dalam hal ini fasilitator mencoba untuk membangkitkan semangat peserta dengan mengajukan
pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya menstimulasi peserta untuk berpikir tentang advokasi kebijakan
biaya pendidikan.
Fasilitator menyampaikan desain lokakarya terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama yaitu penyajian materi tentang
advokasi supply dan demand kebijakan biaya pendidikan. Sesi kedua adalah diskusi/tanya jawab.
138
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
b)Pemaparan Materi (50 menit)
Fasilitator menjelaskan tentang pengawalan intern (langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi pemerintah
daerah) dan advokasi (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati/
walikota tentang BOSDA). Lihat file Presentasi 5 pengawalan dan advokasi kebijakan penyusunan BOSP di
CD terlampir.
c) Diskusi/Tanya Jawab (30 menit)
Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan-tanggapan atau
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi penyajian. Dan sesi ini lebih menekankan pada sharing
dengan peserta.
d)Penutup (5 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
139
LAMPIRAN C - Cara Pelaksanaan
Fasilitasi dan Pelatihan
Modul 6
Integrasi BOSDA ke Dalam Perencanaan
dan Penganggaran
Tujuan Pembelajaran
Manfaat dari penghitungan BOSP dihasilkan bila sekolah diberi anggaran untuk kegiatan operasionalnya.
Tim Penyusun BOSP ditugaskan untuk menindaklanjuti penghitungannya lewat proses perencanaan
dan penganggarannya, sampai RKA dan DPA, didukung oleh masyarakat. Modul ini membahas tentang
Perencanaan Daerah meliputi Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra) dan Perencanaan
Tahunan (RKPD dan Renja), dan Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan RKA), serta Peran Masyarakat
dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan.
Setelah latihan ini Tim Penyusun BOSP dan MSF akan siap kerjasama aparat Pemda dalam proses
perencanaan dan penganggaran demi kepentingan biaya operasional sekolah yang memadai.
Tahap Persiapan
 Konfirmasikan jadwal perencanaan dan penganggaran daerah. Mengatur latihan ini dan menyesuaikan
presentasinya untuk optimalisasi integrasi penghitungan BOSP dengan anggaran tahunan.
 Undang Tim Teknis Penghitungan BOSP (Dinas Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/
MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum) yang telah di-SK-an oleh Bupati/Walikota.
Waktu pelatihan
Total waktu yang dibutuhkan untuk pelatihan: 2 x 45 menit, dengan rincian sebagai berikut:
140
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Waktu
Pokok Bahasan
Jadwal perencanaan dan penganggaran daerah
2 x 45 menit
Kesempatan dalam jadwal tersebut untuk memastikan integrasi penghitungan BOSP
Diskusi dan Tanya Jawab
Proses fasilitasi
a)Pengantar (5 menit)
b)Pemaparan Materi (50 menit)
Fasilitator atau nara sumber dari Bappeda menjelaskan tentang jadwal perencanaan dan penganggaran
daerah dan kesempatan untuk memastikan hasil penghitungan BOSP masuk dalam anggaran sekolah. Lihat
file Presentasi 6 integrasi BOSDA ke dalam perencanaan dan penganggarandi CD terlampir.
c) Diskusi/Tanya Jawab (30 menit)
Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan-tanggapan atau
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi penyajian. Dan sesi ini lebih menekankan pada sharing
dengan peserta.
d)Penutup (5 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
141
Lampiran D
CONTOH SUSUNAN ACARA LOKAKARYA
PENGHITUNGAN BOSP
Lampiran ini melengkapi informasi di Modul 4 tentang Proses Penghitungan Biaya Operasional Satuan
Pendidikan.
Komposisi Peserta Masing-masing Lokakarya Penyusunan
Peraturan tentang BOSP
Kegiatan
Lokakarya 1: Penyusunan BOSP
Hari Efektif
Jumlah Orang
2
26
Komposisi peserta:
Tim Penyusun BOSP
6
Pemangku Kepentingan:
• Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pendidikan
2
• Anggota Komisi Pendidikan/Panitia Anggaran DPRD
1
• Wakil KantorDepartemenAgama
1
• Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan
1
• Wakil Pengawas Sekolah(untuk setiap jenjang yang BOSP-nya dihitung)
3
• Wakil SD/MI (yang diundang pada Lokakarya 1)
5
• Wakil SMP/MTs (yang diundang pada Lokakarya 1)
4
• Wakil SMA/MA (yang diundang pada Lokakarya 1)
3
Lokakarya 2: Finalisasi Penyusunan BOSP
Hari 1:
2
26
Komposisi peserta:
Tim Penyusun BOSP
6
Pemangku Kepentingan:
142
• Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pendidikan
2
• Anggota Komisi Pendidikan/Panitia Anggaran DPRD
1
• Wakil KantorDepartemenAgama
1
• Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan
1
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
• Wakil Pengawas Sekolah (untuk setiap jenjang yang BOSP-nya dihitung)
3
• Wakil SD/MI (yang tidak diundang padaLokakarya 1& 2)
5
• Wakil SMP/MTs (yang tidak diundang pada Lokakarya 1 & 2)
4
• Wakil SMA/MA (yang tidakdiundang pada Lokakarya1 & 2)
3
Hari 2:
6
Komposisi peserta:
Tim Penyusun BOSP
Lokakarya 3: Konsultasi Internal
6
1
20
Komposisi peserta:
Tim Penyusun BOSP
6
Kepala Dinas Pendidikan
1
Sekretaris Dinas Pendidikan
1
Kepala-Kepala Bidang Dinas Pendidikan
4
Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pendidikan
1
Wakil-Wakil UPTD/KCD Dinas Pendidikan
4
Wakil Pengawas Sekolah (untuk setiap jenjang yang BOSP-nya dihitung)
3
Lokakarya 4: Penyusunan Laporan Hasil Penghitungan BOSP
2
6
Komposisi peserta:
Tim Penyusun BOSP
Lokakarya 5: Konsultasi Publik
6
1
30
Komposisi peserta:
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
143
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
Lokakarya 1: PENGHITUNGAN BOSP
1. Susunan Acara
2. Proses Fasilitasi
a)Pengantar (10 menit)
Fasilitator menayangkan slide tentang judul sesi dan sedikit mereviu hasil diskusi sebelumnya tentang
penyepakatan agenda. Fasilitator menjelaskan tujuan dan langkah-langkah yang akan dicapai dalam
sesi ini.
b)
Kerja Kelompok atau Diskusi Kelompok (30 menit)
Fasilitator meminta setiap kelompok mengerjakan atau mengisi templat dengan cermat dan teliti.
Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta lokakarya untuk bertanya bilamana ada hal-hal
yang kurang dimengerti.
c) Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (20 menit)
Fasilitator meminta setiap kelompok menunjukkan hasil pekerjaannya secara bersamaan melalui LCD
Projector sehingga peserta lokakarya lainnya dapat melihatnya dan memberikan masukan bila perlu.
d)Penguatan Fasilitator (20 menit)
Fasilitator menyampaikan catatan mengenai hal-hal penting dari hasil kerja kelompok atau diskusi
kelompok.Hal-hal penting dapat berupa persamaan atau perbedaan pendapat setiap kelompok dalam
menentukan komponen, subkomponen, volume, dan harga.
144
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
e)Penutup (10 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan menyampaikan agar pekerjaan dilanjutkan di rumah dan akan dibahas
pada sesi berikutnya.
3. Hasil yang Diharapkan
•
Peserta memahami kegiatan, komponen dan subkomponen BOSP yang ada pada template
Penghitungan BOSP Berdasarkan Kegiatan dan mampu menyesuaikan (jika perlu) dengan kondisi
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
•
Peserta mampu menghitung dan menghasilkan nilai BOSP tentatif untuk Kabupaten/Kota yang
bersangkutan.
a)Waktu:
2 hari efektif
b)
Pengelompokan dan Pengaturan Duduk Peserta
Peserta dibagi dalam kelompok yang dibentuk sesuai jenjang sekolah yang BOSP-nya akan
dihitung. Kelompok sekolah dapat melanjutkan kelompok yang dibentuk pada Lokakarya 1 ditambah
dengan anggota dari Kelompok I yang disebar ke setiap kelompok sekolah. Peserta duduk sesuai
kelompoknya masing-masing.
Anggota kelompok sekolah terdiri dari: Tim Penyusun BOSP (wakil sekolah dan non-sekolah), wakil
sekolah, dan wakil pengawas. Peserta lainnya dipersilahkan memilih ke dalam kelompok sekolah yang
mana mereka ingin ikut berdiskusi dan menghitung, tetapi diusahakan agar jumlahnya seimbang pada
setiap kelompok. Catatan: Harus ada minimal satu peserta disetiap kelompok sekolah yang terampil
mengoperasikan komputer (laptop), khususnya program Microsoft Excel.
Jika ruangan memungkinkan, pengaturan tempat duduk peserta sebaiknya dibuat dalam bentuk U.
c) Bahan dan Alat
 RKAS tahun terakhir dari setiap sekolah yang wakilnya hadir pada lokakarya.
 Print out template Penghitungan BOSP Berdasarkan Kegiatan (sudah dibagikan pada Lokakarya 1).
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
145
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
 CD yang berisi softcopy template Penghitungan BOSP Berdasarkan Kegiatan dalam file Excel
untuk di-copy ke dalam komputer setiap kelompok sesuai jenjang sekolah.
 Kertas plano dan spidol besar untuk setiap kelompok.
 White board/papan tulis.
 Laptop, LCD, dan layar untuk setiap kelompok.
Catatan: Agar diskusi kelompok dapat berjalan sesuai yang diharapkan (seluruh peserta dapat
berpartisipasi), disarankan agar laptop yang digunakan pada setiap kelompok cukup 1 unit.
d)Metode
1. Curah pendapat
2. Kerja kelompok
3. Presentasi dan Diskusi
Notulen
Fasilitator wajib mencatat semua hasil tanya jawab dan keputusan-keputusan, serta menyimpan
catatan hasil diskusi kelompok selama lokakarya berlangsung dan kemudian membuat laporan
rangkuman hasil lokakarya yang harus diserahkan kepada Penentu Kebijakan.
e)Penutup (10 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan menyampaikan agar pekerjaan dilanjutkan di rumah dan akan dibahas
pada sesi berikutnya.
3.1 Urutan Kegiatan
a)Pleno1: Pengantar
1. Fasilitator menyampaikan pokok bahasan dan materi yang mencakup:
•
Rangkaian lokakarya BOSP dan tujuan Lokakarya 2 BOSP.
•
Hal-hal yang diputuskan pada lokakarya sebelumnya, yang akan menjadi dasar dan arah
penghitungan BOSP (asumsi dasar, kegiatan, komponen dan subkomponen, dan lain-lain).
•
146
Metode penghitungan BOSP berdasarkan kegiatan secara detil.
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
2. Tanya jawab/diskusi, dipandu fasilitator.
b) Kerja Kelompok1: Penentuan Kegiatan dan Komponen Biaya (Review Hasil Lokakarya 1)
1. Fasilitator membentuk kelompok dan membagi peserta ke dalam kelompok. Ketua Kelompok
sebaiknya dari unsur TimPenyusun BOSP. Masing-masing kelompok dipersilahkan menunjuk
notulis.
2. Fasilitator meminta peserta membuka print out template Penghitungan BOSP Berdasarkan
Kegiatan (yang sudah dibagikan pada Lokakarya 1).
3. Fasilitator menjelaskan apa yang perlu didiskusikan dalam Kerja Kelompok 1, yaitu apakah
kegiatan dan komponen biaya yang dipergunakan dalam template Penghitungan BOSP
Berdasarkan Kegiatan pada Lokakarya 1 “sebagian” telah diidentifikasi agar “disesuaikan”dengan
kondisidi Kabupaten/Kotayang bersangkutan sudah tidak perlu diubah lagi. Jika masih perlu,
peserta bisa mengusulkan perubahan untuk disepakati bersama. Fasilitator perlu memberikan
penekanan bahwa yang akan dihitung adalah standar minimal.
4. Ketua Kelompok memimpin diskusi tentang kegiatan dan komponen biaya. Dimulai dengan
membaca kembali bahan yang telah dibagikan secara singkat selama kurang lebih 10menit.
Kemudian Ketua Kelompok memimpin diskusi dan meminta usulan-usulan tambahan dari
peserta. Fasilitator mengamati/mendampingi dan mengarahkan jika diskusi keluar dari fokus/topik
pembicaraan, serta menjaga agar semua peserta bisa menyampaikan pendapatnya.
5. Diskusi difokuskan pada: Apa yang dianggap kurang sesuai? Apa usulan perubahan yang
diajukan?
Catatan: Usulan perubahan harus disertai dengan alasan/dasar hukum yang jelas, bukan hanya
karena “keinginan”.
6. Notulis dari setiap kelompok menuliskan hasil diskusi kelompoknya dalam kertas plano atau ke
dalam komputer untuk kemudian dicetak. Hasil diskusi kelompok ditampilkan dalam bentuk tabel/
matriks yang berisi: Nomor, Butir (yang dianggap kurang sesuai), Tentang, Usulan Perubahan,
Alasan/Dasar Hukum.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
147
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
Catatan: Jika Fasilitator melihat kerja kelompok berjalan alot atau terlalu lama, Fasilitator dapat
menyampaikan bahwa kegiatan, komponen dan sub komponen biaya hasil kerja kelompok ini
masih dapat diubah pada sesi penghitungan BOSP jika ada yang belum terpikirkan (terlupakan)
saat ini. Penyampaian informasi tersebut diharapkan dapat membantu untuk memperlancar kerja
kelompok.
c) Presentasi dan Diskusi Hasil Kerja Kelompok 1
1. Ketua Kelompok dan Notulis dari setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan
memberi penjelasan.
2. Peserta lainnya mendengar dan mencatat komentar serta masukan untuk kemudian disampaikan
secara lisan pada sesi tanya jawab.
3. Tanyajawab/tanggapan,dipandu oleh fasilitator.
4. Fasilitator dan notulis dari masing-masing kelompok mencatat hal-hal yang menjadi kesepakatan
bersama, dan juga hal-hal yang belum disepakati.
Catatan: Untuk mengefisienkan waktu, presentasi kelompok tidak selalu harus dilakukan dari
podium utama tetapi dapat dilakukan dari meja masing-masing kelompok.
d) Pleno 2: Membangun Kesepakatan tentang Kegiatan dan Komponen Biaya
1. Fasilitator menyampaikan butir-butir yang telah disepakati.
2. Fasilitator mengajak peserta untuk mendiskusikan hal-hal yang belum disepakati dan berusaha
semaksimal mungkin agar mencapai kesepakatan.
3. Fasilitator menyampaikan bahwa langkah selanjutnya adalah melakukan penghitungan BOSP.
e) Kerja Kelompok 2: Penghitungan BOSP
1. Fasilitator memastikan agar semua anggota kelompok berada dikelompok masing-masing. Pada
kerja kelompok2, kelompok harus bekerja dengan menggunakan komputer dan template BOSP
148
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Excel sesuai dengan jenjang sekolahnya untuk melakukan penghitungan BOSP, yang notulis dari
setiap kelompok sebelumnya meng-copy dari fasilitator.
2. Fasilitator menjelaskan bahwa yang akan dilakukan adalah menterjemahkan berbagai asumsi
kegiatan dan komponen biaya yang telah disepakati sebelumnya dan menghitungnya kedalam
bentuk uang dengan menggunakan template BOSP Excel sesuai jenjang sekolah masing-masing.
Perubahan kegiatan dan komponen/subkomponen BOSP masih dimungkinkan selama proses
penghitungan.
3. Notulis dari setiap kelompok menuliskan hasil diskusi kelompoknya ke dalam komputer.
f) Presentasi dan Diskusi Draf Hasil Penghitungan BOSP
1. Sebelum mempersilahkan kepada salah satu Ketua Kelompok dan Notulis untuk melakukan
presentasi draf hasil penghitungan BOSP, fasilitator mengarahkan agar peserta/kelompok yang lain:
• membandingkan dan menyesuaikan dengan draf hasil penghitungan mereka, baik dari volume
(dan unsur-unsurnya) maupun harga.
• menyamakan harga barang (maupun kegiatan dan komponen/ subkomponen) yang sama,
terutama jika barang tersebut spesifikasinya juga sama. Harga yang dipilih sesuai dengan
kesepakatan.
2. Fasilitator mempersilahkan kepada salah satu Ketua Kelompok dan Notulis untuk mempresentasikan
softcopy Excel dari Penghitungan BOSP jenjang sekolah kelompoknya. Untuk menghemat waktu
dan agar tidak membosankan, Ketua Kelompok dan Notulis terutama mempresentasikan hal-hal
yang berubah dari template Penghitungan BOSP Berdasarkan Kegiatan asli dari DBE1.
3. Peserta lainnya dapat menanggapi dan memberi masukan secara langsung presentasi yang
disampaikan. Tanggapan atau masukan yang diberikan dapat menyangkut volume (dan unsurunsurnya) maupun harga setiap komponen/subkomponen. Tanya jawab/diskusi ini, dipandu fasilitator.
4. Tanggapan dan atau masukan yang disampaikan peserta diupayakan untuk dijawab/diselesaikan
dengan tuntas. Jika ada tanggapan dan atau masukan yang memerlukan revisi/koreksi terhadap
draf hasil penghitungan BOSP yang dipresentasikan, revisi/koreksi dapat dilakukan secara
langsung, baik oleh kelompok yang melakukan presentasi maupun kelompok yang lain.
5. Fasilitator dan Notulis dari masing-masing kelompok mencatat komentar dan masukan peserta.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
149
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
g) Presentasi dan Diskusi Draf Hasil Penghitungan BOSP (lanjutan)
1. Setelah salah satu kelompok melakukan presentasi draf hasil penghitungan BOSP, Fasilitator
mempersilahkan kelompok yang lain untuk melakukan presentasi yang sama.
2. Proses pelaksanaan presentasi kelompok tersebut dilakukan sebagaimana presentasi kelompok
sebelumnya.
h) Pleno2: Penyusunan RencanaTindak Lanjut (RTL)
Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesepakatan tentang tindak lanjut lokakarya, antara lain
mencakup: jadwal waktu pelaksanaan lokakarya berikutnya, dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
3.3 Contoh Susunan Acara Lokakarya 1
a) Hari pertama
Waktu
150
Materi
Penanggung Jawab/
Narasumber
08.00–08.30
Registrasi Peserta
Panitia/Fasilitator
08.30–08.45
Pengarahan
Pembukaan Lokakarya
Kepala/Sekretaris Dinas
Pendidikan Kabupaten/
Kota
08.45–09.00
• Penentuan Kelompok
• Rambu-Rambu Lokakarya
Fasilitator
09.00–10.30
Presentasi
• Rangkaian Lokakarya BOSP dan Tujuan
Lokakarya 2
• Kesepakatan Lokakarya sebelumnya (asumsi
dasar, kegiatan, komponen)
• Metode Penghitungan BOSP Berdasarkan
Kegiatan detil
• Cara Penghitungan BOSP Detil Tanya Jawab/
Diskusi
Fasilitator
10.30–11.00
Rehat Kopi-Teh
Panitia/ Fasilitator
11.00–12.00
Kerja Kelompok 1:
Penentuan Kegiatan dan Komponen/ Subkomponen
BOSP (Review hasil Lokakarya 1)
• Fasilitator
• Ketua dan Notulis
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
12.00–13.00
Ishoma
Panitia/ Fasilitator
13.00–14.00
Presentasi Hasil Diskusi Kelompok
Tanya Jawab/Tanggapan
Fasilitator
14.00–14.15
Membangun Kesepakatan tentang Kegiatan dan
Komponen/ Subkomponen BOSP
Tanya Jawab/ Tanggapan
Fasilitator
14.15–15.30
Kerja Kelompok 2: Penghitungan BOSP
• Fasilitator
• Ketua dan Notulis
15.30–16.00
Rehat Kopi-Teh
Panitia/ Fasilitator
16.00–17.00
Kerja Kelompok 2: Penghitungan BOSP (Lanjutan)
• Fasilitator
• Ketua dan Notulis
a) Hari kedua
Waktu
Materi
Penanggung Jawab/
Narasumber
08.30–08.45
Refleksi Hasil Lokakarya Hari Pertama
Panitia/ Fasilitator
08.45–09.30
Kerja Kelompok:
Penghitungan BOSP (lanjutan)
• Fasilitator
• Ketua dan Notulis
09.30–10.00
Rehat Kopi-Teh
Panitia/ Fasilitator
10.00–12.00
Presentasi Hasil Diskusi Kelompok
Tanya Jawab/Tanggapan
Fasilitator
12.00–13.00
Ishoma
Panitia
13.00–15.30
Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (lanjutan)
Tanya Jawab/ Tanggapan
Fasilitator
15.30–16.00
Rehat Kopi-Teh
Panitia/ Fasilitator
16.00–16.15
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
• Rencana kerja
• Jadwal lokakarya selanjutnya
Fasilitator
16.15–16.30
Penutupan
www.kinerja.or.id
Kepala/Sekretaris Dinas
Pendidikan
Kabupaten/Kota
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
151
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
Lokakarya 2: FINALISASI PENGHITUNGAN BOSP
1.1 Versi A
a)Pengantar (5 menit)
Fasilitator membuka sesi dengan melakukan apersepsi agar peserta dapat mengikuti pelatihan dengan
baik berupa perkenalan, bermain game, dan menginformasikan bahwa Tim Penyusun telah melakukan
penghitungan.
b)
Pemaparan Materi (50 menit)
Fasilitator meminta setiap kelompok mengerjakan atau mengisi templat dengan cermat dan teliti.
Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta lokakarya untuk bertanya bilamana ada hal-hal
yang kurang dimengerti.
Masing-masing sesi diawali dengan presentasi materi 50 menit, dan diskusi 30 menit.
1. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi I
a. Wakil dari kelompok 1 jenjang SD menyampaikan hasil kerja kelompoknya.
b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja Kelompok I
2. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi II
a. Wakil dari kelompok 2 jenjang SD menyampaikan hasil kerja kelompoknya.
b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja Kelompok II
3. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi III
a. Wakil dari kelompok 3 jenjang SMP menyampaikan hasil kerja kelompoknya.
b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja Kelompok III
152
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
4. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi IV
a. Wakil dari kelompok 4 jenjang SMP menyampaikan hasil kerja kelompoknya..
b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja Kelompok IV
c) Penguatan dan Penutup (25 menit)
Fasilitator menyampaikan catatan mengenai hal-hal penting dari hasil kerja kelompok atau diskusi
kelompok. Hal-hal penting dapat berupa persamaan atau perbedaan pendapat setiap kelompok dalam
menentukan komponen, subkomponen, volume, dan harga. Fasilitator menutup sesi dengan menarik
kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
1.2 Versi B
Fasilitator menyampaikan catatan mengenai hal-hal penting dari hasil kerja kelompok atau diskusi
kelompok. Hal-hal penting dapat berupa persamaan atau perbedaan pendapat setiap kelompok dalam
menentukan komponen, subkomponen, volume, dan harga.
a)Tujuan
1. Hari Pertama: Tim Penyusun BOSP memperoleh masukan dari peserta, terutama wakil dari
sekolah-sekolah yang belum pernah diundang sebelumnya terhadap nilai BOSP tentatif yang
dihasilkan dalam Lokakarya 2.
2. Hari Kedua: Tim Penyusun BOSP dapat melakukan penyesuaian terhadap nilai BOSP tentatif
sesuai masukan peserta pada lokakarya hari pertama agar menjadi lebih representatif dan
realistis.
b)Waktu
2 hari efektif
c) Hal yang Perlu Dilakukan Sebelum Pelaksanaan Lokakarya
Hasil penghitungan BOSP tentatif pada lokakarya 2 harus sudah diterima oleh para calon peserta 3-5
hari sebelum pelaksanaan lokakarya. Hal tersebut dimaksudkan agar para peserta memiliki waktu
yang cukup untuk menelaah hasil penghitungan tersebut sebelum mengikuti lokakarya. Untuk itu, hasil
penghitungan BOSP tentatif dilampirkan pada undangan untuk para peserta. Dalam undangan tersebut
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
153
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
dapat disampaikan bahwa lampiran tersebut untuk ditelaah dan mendapat tanggapan mengenai
kegiatan, komponen/ subkomponen, volume, dan harga.
d)Pengelompokan dan Pengaturan Duduk Peserta
Hari 1: Peserta duduk sesuai jenjang sekolah masing-masing (terutama pada saat Kerja Kelompok).
Hari 2: Peserta duduk bebas.
e) Bahan dan Alat
1. RKAS tahun terakhir dari setiap sekolah yang wakilnya hadir pada lokakarya.
2. Printout hasil Lokakarya 2 untuk setiap peserta sesuai dengan kelompok (jenjang sekolah).
3. Kertas plano dan spidol besar untuk setiap kelompok.
4. White board/ papan tulis
5. Laptop, LCD, dan layar.
f)Metode:
1. Curah pendapat
2. Kerja kelompok
3. Presentasi dan Diskusi
g)Notulen:
Fasilitator wajib mencatat semua hasil tanya jawab dan keputusan-keputusan, serta menyimpan
catatan hasil diskusi kelompok selama lokakarya berlangsung dan kemudian membuat laporan
rangkuman hasil lokakarya yang harus diserahkan kepada Penentu Kebijakan.
1.3 Urutan Kegiatan
Hari Pertama
a)Pleno1: Pengantar
1. Fasilitator menyampaikan materi Pengenalan BOSP (File: Penyamaan Persepsi BOSP.ppt dan
Metode Penghitungan BOSP.ppt) secara singkat.
154
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
2. Pada bagian Rangkaian Lokakarya BOSP, fasilitator menyampaikan rangkaian lokakarya yang
telah dilakukan serta tujuan Lokakarya 3 yaitu memperoleh masukan dan memfinalisasi hasil
penghitungan BOSPtentatif.
3. Tanya jawab/diskusi, dipandu Fasilitator.
b)Pleno 2: Presentasi Hasil Penghitungan BOSP Tentatif
Tim Penyusun BOSP yang menjadi Ketua atau Notulis setiap kelompok sekolah menyampaikan
ringkasan hasil penghitungan BOSP tentatif yang dihasilkan dalam Lokakarya 2, disertai dengan
penjelasan mengenai berbagai perubahan (tambahan, pengurangan, penyesuaian nama kegiatan dan
komponen/ subkomponen) yang telah dilakukan.
(Tidak ada tanyajawab/ diskusi dalam sesi ini, tanya jawab/diskusi akan dilakukan setelah kerja
kelompok).
c) Kerja Kelompok: Telaah terhadap Hasil Penghitungan BOSP
1. Fasilitator membentuk kelompok dan membagi peserta ke dalam kelompok sekolah. (Tim
Penyusun BOSP tidak menjadi anggota kelompok tetapi hanya mendampingi/mengamati). Masingmasing kelompok dipersilahkan menunjuk Ketua dan Notulis.
2. Fasilitator menjelaskan apa yang perlu didiskusikan dalam Kerja Kelompok yaitu apakah kegiatan,
komponen biaya beserta volume dan harga satuannya dari hasil penghitungan BOSP tentatif yang
dihasilkan pada lokakarya sebelumnya sudah sesuai dengan kondisi di Kabupaten/Kota yang
bersangkutan. Peserta bisa mengusulkan perubahan berdasarkan hasil telaah yang dilakukan
sebelum lokakarya maupun yang berkembang saat kerja kelompok untuk disepakati bersama.
Catatan: Usulan perubahan harus disertai dengan alasan/dasar hukum yang sangat jelas, bukan
hanya karena “keinginan”.
3. Fasilitator mengingatkan agar kerja kelompok fokus pada penyempurnaan hasil penghitungan
BOSP tentatif dan memfinalisasi penghitungan tersebut, bukan mengulang penghitungan dari awal.
4. Ketua Kelompok memimpin diskusi yang dimulai dengan membaca hasil Penghitungan BOSP
tentatif dari lokakarya sebelumnya secara singkat selama kurang lebih 10 menit. Kemudian Ketua
Kelompok memimpin diskusi tentang setiap kegiatan, komponen biaya beserta volume, dan
harga satuannya dari penghitungan BOSP yang sudah ditetapkan dalam Lokakarya sebelumnya
maupun usulan-usulan penyempurnaan daripeserta. Fasilitator mendampingi/mengamati dan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
155
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
mengarahkan jika diskusi keluar dari fokus/topik pembicaraan, serta menjaga agar semua peserta
bisa menyampaikan pendapatnya.
5. Notulis dari setiap kelompok menuliskan hasil diskusi kelompoknya ke dalam komputer untuk
kemudian dicetak. Hasil diskusi kelompok ditampilkan dalam bentuk tabel/matriks yang berisi
penyempurnaan terhadap hasil penghitungan BOSP tentatif yang merupakan hasil lokakarya
sebelumnya dengan detil sebagai berikut: Nomor, Butir (yang dianggap kurang sesuai), Tentang,
Usulan Perubahan, Alasan/Dasar Hukum.
d)Tanya Jawab/ Diskusi Hasil Kerja Kelompok
1. Sesi tanya jawab/diskusi, dipandu oleh Fasilitator.
2. Ketua atau Notulis setiap kelompok menyampaikan komentar dan masukan hasil kerja
kelompoknya dan memberi penjelasan. (Penyampaian hasil kerja kelompok dapat dilakukan
dari meja kelompok). Catatan: Presentasi difokuskan pada perubahan-perubahan terhadap
hasil penghitungan BOSP tentatif hasil lokakarya sebelumnya, tidak perlu meliputi keseluruh
Penghitungan BOSP.
3. Komentar dan masukan peserta dapat direspon langsung oleh Tim Penyusun BOSP (sesuai
kelompok sekolah). Jika perlu melakukan perubahan, perubahan tersebut dapat segera dilakukan
pada saat itu juga sehingga pada akhir presentasi perubahan-perubahan yang diperlukan telah tuntas.
Hari Kedua
e)Pleno1: Pengantar
1. Fasilitator menyampaikan refleksi lokakarya hari pertama.
2. Fasilitator menyampaikan tujuan lokakarya hari kedua, yaitu melakukan review terhadap hasil
penghitungan BOSP serta penyesuaian yang telah dilakukan pada hari pertama. Review dilakukan
untuk memastikan bahwa penghitungan telah dilakukan dengan benar (tidak ada bagian yang tidak
terhitung maupun terhitung ganda).
f) Kerja Kelompok: Review terhadap Hasil Penghitungan BOSP Tentatif
Tim Penyusun BOSP melakukan review terhadap hasil penghitungan BOSP Tentatif hari pertama untuk
memastikan bahwa penghitungan telah dilakukan dengan benar (tidak ada bagian yang tidak terhitung
maupun terhitung ganda).
156
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
g)Pleno 2: Penyusunan Bahan Presentasi untuk Lokakarya 4
Berdasarkan hasil penghitungan BOSP tentatif yang telah direview, Tim Penyusun BOSP menyusun
bahan presentasi untuk Lokakarya 4. (Bahan presentasi untuk Lokakarya 4 meliputi konsep BOSP dan
hasil penghitugan BOSP tentatif (file: Hasil Penghitungan BOSP Tentatif.ppt)
h)Pleno3: Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesepakatan tentang tindak lanjut lokakarya, antara lain
mencakup: jadwal waktu pelaksanaan lokakarya berikutnya, dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
1.4 Contoh Susan Acara Lokakarya 2
Hari Pertama
Waktu
Materi
Penanggung Jawab/
Narasumber
08.00–08.30
Registrasi Peserta
Panitia/ Fasilitator
08.30–08.45
Pengarahan
Kegiatan Penghitungan BOSP Pembukaan Lokakarya
Kepala/ Sekretaris Dinas
Pendidikan Kabupaten/ Kota
08.45–09.00
• Rambu-Rambu Lokakarya
• Penentuan Kelompok
Fasilitator
09.00–10.00
Presentasi
Pengenalan BOSP
• Konsep
• Latar Belakang
• Metode Penghitungan
• Rangkaian Lokakarya BOSP
• Tujuan Lokakarya 2
• Tindak Lanjut Hasil Penghitungan BOSP
Tanya Jawab/ Diskusi
Fasilitator
10.00–10.30
Rehat Kopi -Teh
Panitia/Fasilitator
10.30–11.30
Presentasi
Hasil Penghitungan BOSP Tentatif
• Tim Penyusun BOSP
• Fasilitator
11.30–12.30
Kerja Kelompok
Telaah terhadap Hasil Penghitungan BOSP Tentatif
• Fasilitator
• Ketua dan Notulis
12.30–13.30
Ishoma
Panitia
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
157
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
13.30–15.30
Tanya Jawab/ Diskusi Hasil Kerja Kelompok
Tanggapan Tim Penyusun BOSP
• Ketua/ Notulis
• Tim Penyusun BOSP
• Fasilitator
15.30–16.00
Rehat Kopi -Teh
Panitia/Fasilitator
16.00–17.00
Tanya Jawab/ Diskusi Hasil Kerja Kelompok
(Lanjutan)
• Ketua/Notulis
• Tim Penyusun BOSP
• Fasilitator
Tanggapan Tim Penyusun BOSP
Hari Kedua
Waktu
Penanggung Jawab/
Narasumber
08.00–08.30
Registrasi Peserta
Panitia/Fasilitator
08.30–08.45
Refleksi Hasil Lokakarya Hari Pertama
Fasilitator
08.45–09.30
Tujuan lokakarya hari kedua
Fasilitator
09.30–10.30
Kerja Kelompok
Review terhadap Hasil Penghitungan BOSP Tentatif
• Tim Penyusun BOSP
• Fasilitator
10.30–11.00
Rehat Kopi -Teh
Panitia/Fasilitator
11.00–12.00
Kerja Kelompok (Lanjutan)
Review terhadap Hasil Penghitungan BOSP Tentatif
• Tim Penyusun BOSP
• Fasilitator
12.00–13.00
Ishoma
Panitia
13.00–14.30
Penyusunan Bahan Presentasi Lokakarya 4
• TimPenyusunBOSP
• Fasilitator
14.30–15.00
Rehat Kopi -Teh
Panitia/Fasilitator
15.00–15.30
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
• Rencana kerja
• Jadwal lokakarya selanjutnya
Fasilitator
15.30–16.00
158
Materi
Penutupan
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
Kepala/Sekretaris Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota
www.kinerja.or.id
Lokakarya 3: KONSULTASI INTERNAL
1.1 Versi A
Lokakarya ini menghasilkan tanggapan/masukan dari peserta, yang terdiri atas unsur internal Dinas Pendidikan
a)Pengantar (5 menit)
Fasilitator membuka sesi dengan melakukan apersepsi agar peserta dapat mengikuti lokakarya
dengan baik berupa perkenalan, bermain game, dan menginformasikan bahwa Tim Penyusun telah
melakukan penghitungan.
b)
Pemaparan Materi dan Diskusi (180 menit)
Masing-masing sesi diawali dengan pemaparan hasil kerja kelompok 45 menit dan diskusi 45 menit.
1. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi I
a. Wakil dari kelompok jenjang SD menyampaikan hasil kerja kelompoknya.
b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja kelompok SD
2. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi II
a. Wakil dari kelompok jenjang SMP menyampaikan hasil kerja kelompoknya.
b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja Kelompok SMP
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
159
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
c) Penyesuaian Nilai Hasil Penghitungan
Fasilitator mengarahkan kepada Tim Penyusun BOSP untuk dapat melakukan penyesuaian terhadap
nilai BOSP tentatif berdasarkan masukan-masukan dari peserta lokakarya lainnya.
d)Menghitung BOSP Final
Fasilitator mendampingi Tim Penyusun untuk menghitung nilai BOSP final yang disepakati secara
internal Dinas Pendidikan
e)Penutup (5 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil penghitungan final yang disepakati
secara internal Dinas Pendidikan.
1.2 Versi B
a)Hasil yang Diharapkan
Tim Penyusun BOSP memperoleh tanggapan/masukan dari peserta terhadap nilai BOSP tentatif,
sehingga jika diperlukan, Tim Penyusun BOSP dapat melakukan penyesuaian dengan terhadap
nilai BOSP tentatif dan kemudian menghitung nilai BOSP final yang disepakati secara internal Dinas
Pendidikan.
b)Waktu
1 hari efektif
c) Pengelompokan dan Pengaturan Duduk Peserta
Peserta duduk bebas. Jika ruangan memungkinkan, pengaturan tempat duduk peserta sebaiknya
dibuat dalam bentuk U.
160
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
d) Bahan dan Alat
1. Printout hasil penghitungan BOSP tentatif.
2. Kertas plano dan spidol besar untuk setiap kelompok.
3. White board/papan tulis.
4. Laptop, LCD, dan layar.
e)Metode
Presentasi dan Tanya Jawab/ Diskusi.
Notulen
Fasilitator wajib mencatat semua hasil tanyajawab dan keputusan-keputusan, serta menyimpan
catatan hasil diskusi kelompok selama lokakarya berlangsung dan kemudian membuat laporan
rangkuman hasil lokakarya yang harus diserahkan kepada Penentu Kebijakan.
1.3 Urutan Kegiatan
a)Pengarahan dan Pembukaan Lokakarya oleh Dinas Pendidikan
b)Pengantar oleh Fasilitator
Fasilitator menyampaikan pengantar lokakarya yang mencakup:
•
Rangkaian lokakarya BOSP dan tujuan Lokakarya 4 BOSP
c) Presentasi Hasil Penghitungan BOSP Tentatif
Ketua Tim Penyusun BOSP mempresentasikan hasil penghitungan BOSP tentatif dan memberi
penjelasan pada bagian-bagian yang penting.
d)Tanya Jawab/ Diskusi
1. Sesi tanya jawab/ diskusi dipandu oleh Fasilitator.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
161
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan tanggapan dan masukan.
Tanggapan dan masukan peserta diharapkan terutama difokuskan pada bagian-bagian penting
yang perlu disepakati.
3. Tanggapan dan atau masukan yang disampaikan peserta diupayakan untuk dijawab/diselesaikan
dengan tuntas. Jika ada tanggapan dan atau masukan yang memerlukan revisi/koreksi terhadap
hasil penghitungan BOSP tentatif yang dipresentasikan, revisi/koreksi dapat dilakukan secara
langsung oleh Tim Penyusun BOSP.
e)Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesepakatan tentang tindak lanjut lokakarya, antara lain
mencakup: jadwal waktu pelaksanaan lokakarya berikutnya, dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
1.4
Contoh Susunan Acara Lokakarya 4
Waktu
162
Materi
Penanggung Jawab/
Narasumber
08.00–08.30
RegistrasiPeserta
Panitia/ Fasilitator
08.30–08.45
Pengarahan
Pembukaan Lokakarya
Kepala/ Sekretaris Dinas
Pendidikan Kabupaten/ Kota
08.45–09.00
Pengantar Lokakarya
• Rangkaian Lokakarya BOSP
• Tujuan Lokakarya 4
Fasilitator
09.00–10.00
Presentasi
• Konsep BOSP
• Asumsi Dasar Penghitungan BOSP (Kabupaten/Kota
yang bersangkutan)
• Hasil Penghitungan BOSP
Tim Penyusun BOSP
10.00–10.30
Rehat
Panitia/ Fasilitator
10.30–12.00
Tanyajawab/ Diskusi
• Fasilitator
• Tim Penyusun BOSP
12.00–13.00
Ishoma
Panitia
13.00–14.00
Penyusunan Bahan Presentasi Lokakarya 5
• Tim Penyusun BOSP
• Fasilitator
14.00–14.30
Rehat
Panitia/ Fasilitator
14.30–15.00
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
• Rencana kerja
• Jadwal lokakarya selanjutnya
Fasilitator
15.00–15.15
Penutupan
Kepala/ Sekretaris Dinas
Pendidikan Kabupaten/ Kota
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Lokakarya 4: PENYUSUNAN LAPORAN HASIL
PENGHITUNGAN BOSP
1.1 Versi A
Lokakarya ini menghasilkan tanggapan/masukan dari peserta, yang terdiri atas unsur internal Dinas Pendidikan
a)Pengantar (10 menit)
Fasilitator menayangkan slide tentang judul sesi (penyusunan laporan) dan menjelaskan kerangka
penyusunan laporan hasil penghitungan. Fasilitator menjelaskan tujuan dan langkah-langkah yang
akan dicapai dalam sesi ini.
b)
Kerja Kelompok atau Diskusi Kelompok (90 menit)
Fasilitator meminta kedua setiap kelompok menyusun laporan hasil penghitungan BOSP.Fasilitator
memberikan kesempatan kepada peserta lokakarya untuk bertanya bilamana ada hal-hal yang kurang
dimengerti.
c)
Presentasi Hasil Diskusi Kelompok (70 menit)
Fasilitator meminta setiap kelompok menunjukkan hasil pekerjaannya masing-masing 35 menit melalui
LCD Projector sehingga peserta lokakarya lainnya dapat melihatnya dan memberikan masukan bila
perlu.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
163
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
d)Penguatan Fasilitator (45 menit)
Fasilitator menyampaikan catatan mengenai hal-hal penting dari hasil kerja kelompok atau diskusi
kelompok. Hal-hal penting dapat berupa persamaan atau perbedaan pendapat setiap kelompok
dalam menyusun laporan hasil penghitungan. Selanjutnya, fasilitator meminta kesediaan perwakilan
dari masing-masing kelompok untuk memaparkan hasil kerja kelompok pada lokakarya berikutnya
(Konsultasi Publik).
e)Penutup (10 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan menyampaikan agar pekerjaan diselesaikan dan membuat bahan
presentasi pada lokakarya 6 Konsultasi Publik sesi berikutnya.
1.2 Versi B
a)Hasil yang Diharapkan
Laporan Hasil Penghitungan BOSP yang berisi nilai BOSP final dan rekomendasi tindak lanjut, yang
selanjutnya akan diserahkan oleh Tim Penyusun BOSP kepada para penentu kebijakan.
b)Waktu
2 hari efektif
c) Pengelompokan dan Pengaturan Duduk Peserta
Peserta duduk bebas. Jika ruangan memungkinkan, pengaturan tempat duduk peserta sebaiknya
dibuat dalam bentuk U.
d) Bahan dan Alat
1. Softcopy hasil penghitungan BOSP final
2. Printout hasil penghitungan BOSP final.
3. Kertas plano dan spidol besar untuk setiap kelompok.
164
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
4. Whiteboard/ papan tulis.
5. Laptop, LCD, dan layar untuk setiap kelompok.
6. Printer dan kertas HVS A4.
e)Metode
Presentasi dan Tanya Jawab/ Diskusi.
1.3 Urutan Kegiatan
a)Pengantar oleh Fasilitator
Fasilitator menyampaikan pengantar lokakarya yang mencakup:
•
Refleksi lokakarya - lokakarya BOSP sebelumnya
•
Tujuan Lokakarya 6 BOSP
b)Penyusunan Draf Laporan Hasil Penghitungan BOSP
Tim Penyusun BOSP bersama Fasilitator melakukan penyusunan draf Laporan Hasil Penghitungan
BOSP. Penyusunan Draf Laporan Hasil Penghitungan BOSP sebaiknya dilakukan secara berurutan
berdasarkan bab-bab yang ada.
c) Review terhadap Draf Laporan Hasil Penghitungan BOSP
Setelah draf Laporan Hasil Penghitungan BOSP selesai, Tim Penyusun BOSP dan Fasilitator
sebaiknya melakukan review terhadap draf tersebut. Review dilakukan untuk memastikan bahwa
bagian-bagian laporan telah lengkap serta tidak ada kesalahan penulisan.
d)Finalisasi Laporan Hasil Penghitungan BOSP
Hasil review terhadap draf Laporan Hasil Penghitungan BOSP ditindaklanjuti dengan melakukan
koreksi/perubahan terhadap hal-hal yang dianggap perlu, serta mencetaknya untuk dijilid.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
165
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
e)Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesepakatan tentang tindaklanjut lokakarya, antara lain
mencakup: jadwal waktu penyerahan Laporan Hasil Penghitungan BOSP kepada pihak-pihak terkait,
dan hal-hal lain yang dianggap perlu.
1.4 Contoh Susunan Acara Lokakarya 5
Hari Pertama
Waktu
166
Materi
Penanggung Jawab/
Narasumber
08.00–08.30
Registrasi Peserta
Panitia/ Fasilitator
08.30–09.00
Pengantar
• Refleksi Lokakarya-lokakarya sebelumnya
• Tujuan Lokakarya 6
Fasilitator
09.00–10.00
Penyusunan Draf Laporan BOSP (Bagian I)
• Bab 1
• Bab 2
- Fasilitator
- Tim Penyusun BOSP
10.00–10.30
Rehat Kopi -Teh
Panitia/ Fasilitator
10.30–12.00
Penyusunan Draf Laporan BOSP (Bagian II)
• Bab 3
• Bab 4
- Fasilitator
- Tim Penyusun BOSP
12.00–13.00
Ishoma
Panitia
13.00–15.00
Penyusunan Draf Laporan BOSP (Bagian III)
• Bagian Awal
• Lampiran
- Fasilitator
- Tim Penyusun BOSP
15.00–15.30
Rehat Kopi -Teh
Panitia/Fasilitator
15.30–16.00
Review Draf Laporan BOSP
- Fasilitator
- Tim Penyusun BOSP
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Hari Kedua
Waktu
Materi
Penanggung Jawab/
Narasumber
08.00–08.30
Registrasi Peserta
Panitia/ Fasilitator
08.30–09.00
Refleksi Lokakarya hari sebelumnya
Fasilitator
09.00–10.00
Review Draf Laporan BOSP (lanjutan)
- Fasilitator
- Tim Penyusun BOSP
10.00–10.30
Rehat Kopi -Teh
Panitia/ Fasilitator
10.30–12.00
Finalisasi Laporan BOSP
- Fasilitator
- Tim Penyusun BOSP
12.00–12.30
Penutupan
Fasilitator
12.30–14.00
Ishoma
Panitia
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
167
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
Lokakarya 5: KONSULTASI PUBLIK
1.1 Versi A
Lokakarya ini menghasilkan umpan balik dari para penentu kebijakan dan para pemangku kepentingan.
a)Pengantar (5 menit)
Fasilitator membuka sesi dengan melakukan apersepsi agar peserta dapat mengikuti pelatihan dengan
baik berupa perkenalan, bermain game, dan menyampaikan bahwa proses penghitungan sampai saat
ini (kegiatan konsultasi publik).
b)
Pemaparan Materi dan Diskusi (2 x 90 menit)
Masing-masing sesi diawali dengan presentasi materi 45 menit, dan diskusi 45 menit.
1. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi I SD
a. Wakil dari kelompok jenjang SD menyampaikan hasil kerja kelompoknya.
b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja kelompok SD
2. Pemaparan Hasil Kerja Kelompok Sesi II SMP
a. Wakil dari kelompok jenjang SMP menyampaikan hasil kerja kelompoknya.
b. Diskusi dan tanya jawab hasil kerja Kelompok SMP
168
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
c) Penutup (5 menit)
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil pemaparan dan tanya jawab.
1.2 Versi B
a)Hasil yang Diharapkan
Tim Penyusun BOSP dapat melakukan penyesuaian sehingga diperoleh nilai BOSP final yang
disepakati bersama dengan para penentu kebijakan dan para pemangku kepentingan.
b)Waktu
1 hari efektif
c) Pengelompokan dan Pengaturan Duduk Peserta
Peserta duduk bebas. Jika ruangan memungkinkan, pengaturan tempat duduk peserta sebaiknya
dibuat dalam bentuk U.
d) Bahan dan Alat
1. Printout hasil penghitungan BOSP final.
2. Kertas plano dan spidol besar untuk setiap kelompok.
3. White board/papan tulis.
4. Laptop, LCD, dan layar untuk setiap kelompok.
e)Metode
Presentasi dan Tanya Jawab/ Diskusi.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
169
LAMPIRAN D - Contoh Susunan Acara
Lokakarya Penghitungan BOSP
f)Notulen
Fasilitator wajib mencatat semua hasil tanya jawab dan keputusan-keputusan, serta menyimpan
catatan hasil diskusi kelompok selama lokakarya berlangsung dan kemudian membuat laporan
rangkuman hasil lokakarya yang harus diserahkan kepada Penentu Kebijakan.
1.3 Urutan Kegiatan
a)Pengarahan dan Pembukaan Lokakarya oleh Bupati/ Walikota
b)Pengantar oleh Fasilitator
Fasilitator menyampaikan pengantar lokakarya yang mencakup:
•
Rangkaian lokakarya BOSP dan tujuan Lokakarya 5 BOSP
c) Presentasi Hasil Penghitungan BOSP
Ketua Tim Penyusun BOSP mempresentasikan hasil penghitungan BOSP tentatif dan memberi
penjelasan pada bagian-bagian yang penting.
d)Tanya Jawab/ Diskusi
1. Sesi tanya jawab/diskusi dipandu oleh Fasilitator.
2. Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta (khususnya pemangku kepentingan) untuk
menyampaikan tanggapan dan masukan, yang diharapkan dapat dijadikan rekomendasi untuk
tindak lanjut hasil penghitungan BOSPini.
3. Fasilitator memberi kesempatan kepada para pengambil kebijakan untuk menyampaikan
tanggapan, terutama bentuk kebijakan yang diambil sebagai tindak lanjut hasil penghitungan
BOSP ini.
170
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
e)Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Fasilitator mengajak peserta untuk membuat kesepakatan tentang tindak lanjut lokakarya, antara lain
mencakup: jadwal waktu pelaksanaan lokakarya berikutnya, dan hal-hal lain yang dianggap perlu
1.4 Contoh Agenda Lokakarya 5
Hari Pertama
Waktu
Materi
Penanggung Jawab/
Narasumber
08.00–08.30
Registrasi Peserta
Panitia/ Fasilitator
08.30–08.45
Pengantar Lokakarya
• Rangkaian Lokakarya BOSP
• Tujuan Lokakarya5
Kepala/ Sekretaris Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota
08.45–09.00
Pengarahan
Bupati/ Walikota
Pembukaan Lokakarya
09.00–10.00
Presentasi
• Konsep BOSP
• Asumsi Dasar Penghitungan BOSP
(Kabupaten/ Kota yang bersangkutan)
• Hasil Penghitungan BOSP
Tim Penyusun BOSP
10.00–10.15
Penyerahan Laporan Hasil Penghitungan BOSP dari Tim
Penyusun BOSP kepada Kepala Dinas Pendidikan untuk
selanjutnya diserahkan kepada Bupati, DPRD, Dewan
Pendidikan (dan pihak lain yang dianggap penting)
Fasilitator
10.15–10.30
Rehat Kopi - The
Panitia/ Fasilitator
10.30–12.00
Tanya jawab/ Diskusi
- Fasilitator
- Tim Penyusun BOSP
12.00–13.00
Ishoma
Panitia
13.00–14.00
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
• Rencana kerja
• Jadwal lokakarya selanjutnya
Fasilitator
14.00–14.30
Rehat Kopi -The
Panitia/ Fasilitator
14.30–15.00
Penutupan
Kepala/ Sekretaris Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
171
Lampiran E
JENIS PELAYANAN, INDIKATOR SPM, DAN
FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR
SPM BIDANG PENDIDIKAN
No
1
Jenis Pelayanan
SARANA DAN
PRASARANA
2
Indikator SPM
Formula
Tersedia satuan pendidikan
dalam jarak yang terjangkau
dengan berjalan kaki yaitu
maksimal 3 km untuk SD/
MI dan 6 km untuk SMP/MTs
dari kelompok permukiman
permanen.
Prosentase Jumlah kelompok pemukiman
permanen di Kab/Kota yang sudah dilayani SD/
MI dalam jarak kurang dari 3 km.
Jumlah peserta didik dalam
setiap rombongan belajar
untuk SD dan MI tidak melebihi
32 orang, dan untuk SMP dan
MTs tidak melebihi 36 orang.
Untuk setiap rombongan
belajar tersedia 1 (satu) ruang
kelas.
Prosentase Jumlah keseluruhan rombel SD/MI
di wilayah Kabupaten/Kota yang tidak melebihi
32 orang.
Prosentase Jumlah kelompok pemukiman
permanen di Kab/Kota yang sudah dilayani
SMP/MTs dalam jarak kurang dari 6 km.
Prosentase Jumlah ruang kelas SD/MI
dibagiJumlah rombel SD/MI di wilayah
Kabupaten/Kota.
Jumlah keseluruhan rombel SMP/MTs di
wilayah Kabupaten/Kota yang tidak melebihi 36
orang.
Prosentase Jumlah ruang kelas SMP/MTs
dibagiJumlah rombel SMP/MTs di wilayah
Kabupaten/Kota.
3.
4
172
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
Di setiap SMP dan MTs
tersedia ruang laboratorium
IPA yang dilengkapi dengan
meja dan kursi yang cukup
untuk 36 peserta didik dan
minimal satu set peralatan
praktek IPA untuk demonstrasi
dan eksperimen peserta didik.
Prosentase Jumlah keseluruhan SMP/MTs di
wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki ruang
laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja
dan kursi untuk 36 peserta didik.
Di setiap SD/MI dan SMP/
MTs tersedia satu ruang guru
yang dilengkapi dengan meja
dan kursi untuk setiap orang
guru, kepala sekolah dan staf
kependidikan lainnya;
Prosentase Jumlah sekolah di wilayah
Kabupaten/Kota yang memiliki satu ruang guru
dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk
setiap orang guru, kepala sekolah dan staf
kependidikan lainnya.
Prosentase Jumlah keseluruhan SMP/MTs di
wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki satu set
peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan
eksperimen peserta didik.
www.kinerja.or.id
No
Indikator SPM
Formula
dan di setiap SMP/MTs
tersedia ruang kepala sekolah
yang terpisah dari ruang guru.
Prosentase Jumlah sekolah di wilayah
Kabupaten/Kota yang memiliki satu ruang
guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi
untuk setiap orang guru, dan staf kependidikan
lainnya; dan ruang kepala sekolah yang
terpisah dari ruang guru.
Di setiap SD/MI tersedia 1
(satu) orang guru untuk setiap
32 peserta didik dan 6 (enam)
orang guru untuk setiap
satuan pendidikan, dan untuk
daerah khusus 4 (empat)
orang guru setiap satuan
pendidikan.
Prosentase Jumlah keseluruhan SD/MI di
wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki satu
orang guru untuk setiap 32 peserta didik.
6
Di setiap SMP dan MTs
tersedia 1 (satu) orang guru
untuk setiap mata pelajaran,
dan untuk daerah khusus
tersedia satu orang guru untuk
setiap rumpun mata pelajaran.
Prosentase Jumlah keseluruhan SMP/MTs di
wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki guru
untuk setiap mata pelajaran [atau untuk daerah
khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata
pelajaran.
7
Di setiap SD dan MI tersedia
2 (dua) orang guru yang
memenuhi kualifikasi
akademik S1 atau D-IV dan 2
(dua) orang guru yang telah
memiliki sertifikat pendidik.
Prosentase Jumlah keseluruhan SD/MI di
wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki 2 orang
guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1
atau D-IV.
Di setiap SMP dan MTs
tersedia guru dengan
kualifikasi akademik S-1
atau D-IV sebanyak 70%
danseparuh diantaranya (35%
dari keseluruhan guru) telah
memiliki sertifikat pendidik,
untuk daerah khusus masingmasing sebanyak 40% dan
20%.
Prosentase Jumlah keseluruhan SMP/MTs di
wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki guru
dengan kualifikasi S1 atau D-IV ≥ 70% [untuk
daerah khusus ≥ 40%.
5
Jenis Pelayanan
PENDIDIK
DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
8
9
www.kinerja.or.id
Di setiap SMP dan MTs
tersedia guru dengan
kualifikasi akademik S-1
atau D-IV dan telah memiliki
sertifikat pendidik masingmasing satu orang untuk mata
Prosentase keseluruhan SD/MI di wilayah
Kabupaten/Kota yang memiliki 6 (enam) orang
guru [atau 4 (empat) orang guru untuk daerah
khusus].
Prosentase Jumlah keseluruhan SD/MI di
wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki 2 orang
guru yang telah memiliki sertifikat pendidik.
Prosentase Jumlah keseluruhan SMP atau MTs
di wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki guru
dengan sertifikat pendidik ≥ 35% [untuk daerah
khusus ≥ 20%].
Prosentase Jumlah keseluruhan SMP/MTs di
wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki guru
dengan kualifikasi akademik S1 atau D-IV
dan telah memiliki sertifikat pendidik, masingmasing 1 (satu) orang untuk mapel Matematika,
IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
173
LAMPIRAN E - Jenis Pelayanan, Indikator SPM,
dan Formula Penghitungan Indikator SPM Bidang Pendidikan
No
Jenis Pelayanan
Indikator SPM
Formula
pelajaran Matematika, IPA,
Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris.
10
Di setiap Kabupaten/Kota
semua kepala SD dan MI
berkualifikasi akademik S-1
atau D-IV dan telah memiliki
sertifikat pendidik.
Prosentase Jumlah SD/MI di wilayah
Kabupaten/Kota yang berkualifikasi akademik
S-1 atau D-IV dan telah bersertifikat pendidik.
11
Di setiap Kabupaten/Kota
semua kepala SMP dan MTs
berkualifikasi akademik S-1
atau D-IV dan telah memiliki
sertifikat pendidik.
Prosentase Jumlah Sekolah SMP/MTs
di wilayah Kabupaten/Kota yang kepala
sekolahnya berkualifikasi akademik S-1 atau
D-IV dan telah bersertifikat pendidik.
12
Di setiap Kabupaten/Kota
semua pengawas sekolah dan
madrasah memiliki kualifikasi
akademik S-1 atau D-IV
dan telah memiliki sertifikat
pendidik.
Prosentase Jumlah pengawas sekolah atau
madrasah di wilayah Kabupaten/Kota yang
berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah
bersertifikat pendidik.
Pemerintah Kabupaten/
Kota memiliki rencana dan
melaksanakan kegiatan untuk
membantu satuan pendidikan
dalam mengembangkan
kurikulum dan proses
pembelajaran yang efektif.
Bila Kab/kota memiliki rencana dan telah
melaksanakan kegiatan untuk membantu
sekolah mengembangkan kurikulum dan
proses pembelajaran yang efektif.
13
174
KURIKULUM
Bila memiliki rencana tetapi belum
melaksanakan.
bila tidak memiliki rencana untuk membantu
sekolah dalam mengembangkan kurikulum dan
proses pembelajaran yang efektif.
14
PENJAMINAN
MUTU
PENDIDIKAN
Kunjungan pengawas ke
satuan pendidikan dilakukan
satu kali setiap bulan dan
setiap kunjungan dilakukan
selama 3 jam untuk
melakukan supervisi dan
pembinaan.
Prosentase Jumlah satuan pendidikan di
wilayah Kabupaten/Kota yang mendapat
kunjungan oleh pengawas satu kali setiap
bulan dan setiap kunjungan selama ≥ 3 jam.
15
SARANA DAN
PRASARANA
Setiap SD dan MI
menyediakanbuku teks
yang sudah disertifikasi oleh
Pemerintah mencakup mata
pelajaran Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA, IPS dengan
perbandingan satu set untuk
setiap peserta didik.
Jumlah set buku teks Mata pelajaran (Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA dan IPS) yang
sudah disertifikasi yang disediakan dibagi
Jumlah peserta didik, sebagai prosentase.
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
Prosentase Jumlah SD/MI di wilayah
Kabupaten/Kota yang telah memenuhi IP-15.1
Sekolah.
www.kinerja.or.id
No
Jenis Pelayanan
16
Indikator SPM
Setiap SMP dan MTS
menyediakan buku teks
yang sudah disertifikasi oleh
Pemerintah mencakup semua
mata pelajaran dengan
perbandingan satu set untuk
setiap peserta didik.
Formula
Jumlah set buku teks mata pelajaran yang
sudah disertifikasi.
Jumlah peserta didik.
Jumlah SMP/MTS yang telah memenuhi IP16.1 Sekolah.
Jumlah SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota.
17
Setiap SD dan MI
menyediakan satu set peraga
IPA dan bahan yang terdiri
dari kerangka manusia,
model tubuh manusia,
bola dunia (globe), contoh
peralatan optik, kit IPA untuk
eksperimen dasar, dan poster
IPA.
Prosentase Jumlah SD/MI di wilayah
Kabupaten/Kota yang memiliki set peraga dan
bahan IPA secara lengkap.
18
Setiap SD dan MI memiliki
100 judul buku pengayaan
dan 10 buku referensi,
dan setiap SMP dan MTs
memiliki200 judul buku
pengayaan dan 20 buku
referensi.
Jumlah judul buku pengayaan dan referensi
110 judul buku.
Jumlah judul buku pengayaan dan referensi
220 judul buku.
Jumlah SD/MI yang telah memenuhi (hasil
rumus di atas.
Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota.
Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi (hasil
rumus di atas).
Jumlah SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota.
19
PENDIDIK
DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
www.kinerja.or.id
Setiap guru tetap bekerja
35 jam per minggu di
satuan pendidikan termasuk
kegiatan tatap muka di
dalam kelas, merencanakan
pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, membimbing
dan melatih peserta didik,
serta melaksanakan tugas
tambahan yang melekat pada
pelaksanaan kegiatan pokok
sesuai dengan beban kerja
Guru.
Jumlah rata-rata jam kerja per minggu seluruh
guru tetap.
Jumlah keseluruhan guru tetap di satuan
pendidikan.
Jumlah satuan pendidikan yang telah
memenuhi (hasil rumus di atas).
Jumlah satuan pendidikan di wilayah
Kabupaten/Kota.
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
175
LAMPIRAN E - Jenis Pelayanan, Indikator SPM,
dan Formula Penghitungan Indikator SPM Bidang Pendidikan
No
Jenis Pelayanan
20
21
KURIKULUM
22
23
PENILAIAN
PENDIDIKAN
Indikator SPM
Formula
Satuan pendidikan
menyelenggarakan proses
pembelajaran selama 34
minggu per tahun dengan
kegiatan tatap muka sebagai
berikut: Kelas I-II: 18 jam per
minggu, Kelas III : 24 jam per
minggu, Kelas IV–VI: 27 jam
per minggu, dan Kelas VII– IX
: 27 jam per minggu.
Prosentase Jumlah satuan pendidikan
di wilayah Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan proses pembelajaran di
sekolah selama 34 minggu per tahun dengan
kegiatan tatap muka seperti di indikator.
Setiap Satuan Pendidikan
menyusun dan menerapkan
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) sesuai
ketentuan yang berlaku.
Prosentase jumlah keseluruhan satuan
pendidikan di wilayah Kabupaten/Kotayang
menerapkan KTSP sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Setiap guru menerapkan
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang
disusun berdasarkan silabus
untuk setiap mata pelajaran
yang diampunya.
Prosentase jumlah keseluruhan guru di
satuan pendidikan yang menerapkan RPP
berdasarkan silabus untuk mata pelajaran
yang diampunya.
Setiap guru mengembangkan
dan menerapkan program
penilaian untuk membantu
meningkatkan kemampuan
belajar peserta didik.
Prosentase jumlah keseluruhan guru di
satuan pendidikan yang mengembangkan
dan menerapkan program penilaian untuk
membantu meningkatkan kemampuan belajar
peserta didik.
Prosentase jumlah satuan pendidikan di
wilayah kabupaten/kota yang setiap guru
menerapkan RPP.
Prosentase Jumlah satuan pendidikan di
wilayah Kabupaten/Kota yang telah memenuhi
(hasil rumus di atas).
24
PENJAMINAN
MUTU
PENDIDIKAN
25
176
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
Kepala sekolah melakukan
supervisi kelas dan
memberikan umpan balik
kepada guru dua kali dalam
setiap semester.
Prosentase Jumlah satuan pendidikan
di wilayah Kabupaten/Kota yang kepala
sekolahnya melakukan supervisi kelas dan
memberikan umpan balik kepada guru dua kali
dalam setiap semester.
Setiap guru menyampaikan
laporan hasil evaluasi mata
pelajaran serta hasil penilaian
setiap peserta didik kepada
Kepala Sekolah pada akhir.
Jumlah keseluruhan guru di satuan pendidikan
yang menyampaikan laporan hasil evaluasi
mata pelajaran serta hasil penilaian setiap
peserta didik kepada Kepala Sekolah pada
akhir semester.
www.kinerja.or.id
No
Jenis Pelayanan
26
27
MANAJEMEN
SEKOLAH
Indikator SPM
Formula
semester dalam bentuk
laporan hasil prestasi belajar
peserta didik.
Prosentase Jumlah satuan pendidikan di
wilayah Kabupaten/Kota yang telah memenuhi
(hasil rumus di atas).
Kepala Sekolah atau
Madrasah menyampaikan
laporan hasil Ulangan Akhir
Semester (UAS) dan Ulangan
Kenaikan Kelas (UKK)
serta Ujian Akhir (US/UN)
kepada orang tua peserta
didik dan menyampaikan
rekapitulasinya kepada Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota
atau Kandepag pada setiap
akhir semester.
Prosentase jumlah satuan pendidikan di
wilayah Kabupaten/Kota yang kepalanya
menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir
Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas
(UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang
tua peserta didik.
Setiap satuan pendidikan
menerapkan prinsip-prinsip
Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).
Prosentase Jumlah satuan pendidikan di
wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki rencana
kerja tahunan.
Prosentase Jumlah satuan pendidikan di
wilayah Kabupaten/Kota yang kepalanya
menyampaikan rekapitulasi hasil tes tengah
tahunan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota/ Kandepag pada setiap akhir semester.
Prosentase Jumlah satuan pendidikan di
wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki laporan
tahunan.
Jumlah satuan pendidikan di wilayah
Kabupaten/Kota yang memiliki komite sekolah
yang berfungsi baik.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
177
Lampiran F
NASKAH AKADEMIK DANA PENUNJANG
PENDIDIKAN DASAR KOTA BANDA ACEH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasal 17 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh menegaskan
bahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan urusan wajib yang harus diemban oleh kabupaten/kota di
Aceh. Dengan demikian, Kota Banda Aceh sebagai daerah otonom juga memiliki urusan wajib tersebut. Urusan
wajib penyelenggaraan pendidikan dimaksud, menurut Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyangkut Pendidikan Dasar dan Menengah, juga melekat pada
pemerintah kabupaten/kota.
Dalam kaitan dengan pendidikan dasar ini Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar, dimana pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi pihak yang harus
memastikan terselenggarakannya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.
Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib
memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta
satuan pendidikan lain yang sederajat.
Berdasarkan aturan tersebut, maka Pemerintah (Pusat dan Daerah) bertanggung jawab untuk membangun
sekolah, membayar gaji guru, menyediakan sarana fisik, fasilitas ruang kelas, dan peralatan kantor sekolah
dengan dana yang berasal dari APBD dan APBN. Daerah yang memiliki pendapatan asli daerah yang tinggi,
akan memiliki peluang lebih besar untuk membantu pemenuhan kebutuhan dana penyelenggaraan sekolah.
Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan operasional non personalia pendidikan dasar selain dibiayai oleh
Pemerintah Pusat yang disebut dengan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Pemerintah Kota Banda Aceh
juga telah menyediakan dana penunjang guna membiayai operasional pendidikan lainnya pada setiap tahun
178
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
anggarannya, yang disebut dengan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA). Hal ini didasarkan
pada konsep, bahwa Otonomi Daerah harus didefinisikan sebagai pelimpahan hak dan kewenangan bagi
Pemerintahan dan Rakyat di daerah untuk merencanakan program-program pembangunan daerah di semua
sektornya secara otonom dan mandiri1.
Lebih lanjut, bahwa dasar hukum yang juga dapat digunakan dalam pembiayaan pendidikan adalah Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan, sebagaimana dimaksudkan
dalam Pasal 26 ayat (2). Yaitu pendanaan biaya nonpersonalia untuk satuan pendidikan dasar pelaksana
program wajib belajar, baik formal maupun nonformal, yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah sesuai
kewenangannya, menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah dan harus dialokasikan dalam anggaran
Pemerintah Daerah. Selain itu, Pasal 39 ayat (3) dari PP tersebut, juga menyebutkan bahwa syarat pemberian
bantuan pendanaan oleh Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya harus diatur dengan Peraturan Kepala
Daerah (Perwal/Perbup).
B. Identifikasi Masalah
Sejak tahun 2011, satuan pendidikan dasar di Kota Banda Aceh selain mendapatkan dana BOS yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), juga memperoleh Dana Penunjang
Pendidikan (BOSDA) dari Anggaran Pendapatan Belanja Kota Banda Aceh. Mulai tahun 2011 Pemerintah Kota
Banda Aceh telah menyediakan dana penunjang pendidikan sebesar Rp. 17.804.205.000, yang dilanjutkan
pada tahun 2012 sebesar 9.129.010.000,- dimana untuk BOSDA SD dan SMP Rp. 2. 723.010.000,- sedangkan
untuk BOSDA SMA dan SMK sebesar Rp. 5.918.600.000,-.
Dana Penunjang Pendidikan Dasar yang disebut dengan BOSDA itu, didistribusikan kepada 71 Sekolah Dasar
Negeri dan 19 Sekolah Menengah Pertama Negeri yang bernaung di bawah Pemerintah Kota Banda Aceh.
Letak sekolah tersebut menyebar pada kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kota Banda Aceh.Lokasi dimaksud,
ada yang berada pada pusat Kota Banda Aceh, dan ada pula yang berada di pinggiran Kota Banda Aceh.
Sementara letak dari sekolah-sekolah tersebut telah mempengaruhi pada jumlah siswa yang bersekolah di situ.
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Negeri yang letaknya di pusat kota jumlah siswanya lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah siswa pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Negeri yang
letaknya di pinggiran kota. Akibatnya, sekolah-sekolah tersebut dapatlah kemudian diklasifikasikan ke dalam
tiga kategori, yaitu Sekolah Besar, Sekolah Sedang, dan Sekolah Kecil.
1 J. Kaloh, KepemimpinanKepaladaerah, SinarGrafika, Jakarta, 2010, hal.15.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
179
LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang
Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh
Pemberian BOS dan BOSDA kepada sekolah-sekolah selama ini, hanya didasarkan pada jumlah siswanya,
sebagaimana dapat diketahui dari Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah Banda Aceh Tahun 2012. Maka semakin banyak jumlah
siswa, semakin besar pula jumlah BOS dan BOSDA yang diterima sekolah, dan sebaliknya, semakin sedikit
jumlah siswa maka semakin kecil pula BOS dan BOSDA yang diterima sekolah.
Kondisi ini telah menyebabkan terjadinya kesulitan pengembangan bagi sekolah-sekolah kecil, bahkan untuk
kebutuhan-kebutuhan yang minimal saja sekalipun dari sekolah tersebut terasa sulit terpenuhi.Sedangkan
Sekolah Besar dan Sekolah Sedang, lebih memiliki peluang bagi pengembangan diri sekolah-sekolah tersebut.
Realitas dimaksud telah mempengaruhi kepada minat orang tua dan calon siswa dalam memilih sekolah.
Sekolah besar dan sedang telah menjadi prioritas pertama dan kedua dalam pemilih sekolah oleh para orang
tua dan calon siswa, sedangkan sekolah kecil dipilih ketika calon siswa telah gagal diterima di sekolah besar
dan sedang. Akhirnya kondisi ini telah menyebabkan ketidakmerataan mutu pendidikan pada Sekolah Dasar
dan Sekolah Menengah Pertama Negeri yang terdapat di Kota Banda Aceh.
Di sisi lain pemberian dana BOSDA dimaksud, dalam kenyataannya belum cukup memberi rangsangan bagi
upaya peningkatan mutu Pendidikan Dasar di Kota Banda Aceh. Hal ini terjadi karena porsi penggunaan dana
BOSDA lebih banyak ke Belanja Pegawai (dalam hal ini honorarium), dibandingkan pada pembiayaan untuk
program peningkatan Mutu Pendidikan dan Mutu Layanan Pendidikan. Misalnya, pembiayaan bagi programprogram peningakatan kapasitas Sumber Daya Guru dan pembiayaan atas usaha-usaha penertiban sistem
tata-kelola sekolah yang partisipatif, terbuka, bertanggung-jawab dan adanya kepastian pelaksanaan aturan
yang adil dan tidak diskriminatif.
C. Tujuan dan Kegunaan
Naskah akademik2 ini disusun untuk menjadi rujukan dasar bagi perancangan muatan Peraturan Wali Kota
Banda Aceh tentang Dana Penunjang Pendidikan Berkeadilan, yang tentu penyusunannya harus dilandasi
pada tinjauan-tinjauan filosofis, sosiologis dan yuridis. Lantas, naskah akademik ini, diharapkan dapat
memberikan masukan nilai-nilai dan menjadi pedoman yang jelas dalam perancangan muatan-muatan
2 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan
menyebutkan, bahwa Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian
lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan
masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat
180
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
substansial aturan-aturan yang seharusnya dikandung dalam Peraturan Walikota nantinya. Sehingga terjalinlah
harmonisasi dan sinkronisasi antara Peraturan Walikota tentang Dana Penunjang Pendidikan yang nantinya
dirancang dan berbagai peraturan perundang-undangan lain yang relevan dengan prinsip-prinsip tata kelola
dana BOSDA yang sesuai dengan tuntutan manajemen modern yang bersifat partisipatif, terbuka (transparent),
bertanggung-jawab (akuntabel) dan memiliki tingkat kepastian penegakan hukum yang berkeadilan dan
nondiskriminatif.
D. Metode Pendekatan
Proses penyusunan naskah akademik yang akan menjadi rujukan dan pedoman dasar dalam perancangan
Peraturan Wali Kota Banda Aceh tentang Dana Penunjang Pendidikan Berkeadilan (BOSP) bagi Pendidikan
Dasar Kota Banda Aceh, telah melalui berbagai tahapan proses dan pendekatan, seperti apa yang akan
diuraikan sebagai berikut:
(1) Adanya pertemuan reguler Forum Peduli Pendidikan Kota Banda Aceh untuk membahas seputar
persoalan pola distribusi dan pengaruh kontributif dana BOS bagi proses penyelenggaraan pendidikan di
sekolah-sekolah. Forum Peduli Pendidikan Kota Banda Aceh ini terdiri dari para pihak yang meliputi: Dinas
Pendidikan, MPD, Perwakilan Sekolah Jenjang SD dan SMP, Perwakilan Komite Sekolah jenjang SD dan
SMP, PGRI, LSM Peduli Pendidikan, Media dan Perwakilan masyarakat. Dari diskusi intensif dalam Forum
Multi Stakeholder inilah lahir sejumlah penilaian kritis terhadap dana BOS dan lahirnya gagasan-gagasan
kreatif untuk menjadi solusi upaya peningkatan kualitas layanan pendidikan. Rekomendasi utamanya
adalah, bahwa dana BOS dan BOSDA harus dikelola secara lebih partisipatif, transparan, akuntabel dan
berkeadilan, demi upaya meminimalisir kesenjangan kemajuan antar sekolah, untuk kemudian dapat
membangun secara bersama-sama dan untuk kemajuan bersama dari semua sekolah yang ada di kota
Banda Aceh.
(2) Dilakukannya penelusuran dan penelaahan dokumen secara kritis dan mengembangkan suatu analisis
komprehensif menyangkut alasan-alasan dan tujuan-tujuan mendasar yang selama ini melatari kebijakan
pengalokasian Dana Penunjang Pendidikan Dasar dalam APBK kota Banda Aceh;
(3) Melakukan diskusi-diskusi akademik dengan para pihak yang berkompeten, menyangkut aturan-aturan
perundang-undangan baik pada tingkat nasional maupun daerah, menyangkut dasar hukum pengalokasian
Dana Penunjang Pendidikan Dasar dan menyangkut kerangka pola distribusi dan mekanisme pengelolaan
yang harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip Good Governance;
(4) Pengamatan atas realitas lapangan tentang praktek penyediaan dan distribusi Dana Penunjang Pendidikan
Dasar oleh Pemerintah Kota Banda Aceh, sesungguhnya memerlukan suatu sistem tata kelola yang benar,
transparan, akuntabel dan partisipatoris.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
181
LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang
Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh
BAB II
LANDASAN FILOSOFIS,
SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis
Pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyebutkan bahwa sesungguhnya, salah satu dari
tujuan Pembangunan Nasional adalah tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu,
pendidikan menjadi salah satu hak dasar semua warga negara (education for all) yang wajib dipenuhi dan
diselenggarakan secara terencana, sistematis dan dengan penuh tanggung-jawab oleh Negara.
Berdasarkan tinjauan filosofis tersebut, maka pembiayaan oleh Negara (termasuk di dalamnya keuangan
daerah) menjadi salah satu faktor yang paling menentukan keberlangsungan layanan pendidikan yang dipenuhi
negara. Tanpa pembiayaan dimaksud, maka tujuan pembangunan nasional berupa mencerdaskan kehidupan
bangsa menjadi tidak dapat dicapai dan akhirnya hanya sekedar menjadi cita-cita hukum yang utopis belaka3.
Demi tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dimaksud, maka penyelenggaraan pendidikan yang baik
dan benar serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat dimana pun ia berada, adalah hal yang sangat perlu
diperhatikan secara adil, merata dan terbuka. Oleh karenanya, Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31 ayat
(4) menegaskan secara eksplisit bahwa: ”Negara memprioritaskan Anggaran Pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari anggaran-anggaran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi pembiayaan penyelenggaraan Pendidikan Nasional”.
Pembangunan di Indonesia, termasuk pembangunan pendidikan yang diselenggarakan oleh Negara harus
dilihat sebagai upaya terencana, terprogram, sistematik dan berkelanjutan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan dan mutu hidup seluruh warga masyarakat4, yang didasarkan pada konsep negara
kesejahteraan5.
3 Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2011, hal. 3.
4Sondang P. Siagian, Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan Strateginya, Ed. 2, Cet. 4, Jakarta, Penerbit
Bumi Aksara, 2005, hal. 77
5Jimly Asshidiqie, Konstitusi Ekonomi, Kompas, Jakarta, 2010, hal.15.
182
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Norma-norma yang dirumuskan dalam penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan prinsip-prinsip dasar
hukum, berupa keadilan dan kepastian, yang merupakan prinsip yang dapat berfungsi sebagai pondasi yang
memberikan arah, tujuan serta penilaian fundamental, yang mengandung nilai-nilai, dan tuntutan-tuntutan
etis6. Melalui prinsip-prinsip hukum, keadilan dan kepastian, kiranya dapat menjadi nilai intrinsik dalam suatu
tatanan etis yang sesuai dengan nilai-nilai kemasyarakatan. Disamping itu, dapat pula mempola kesediaan
dirinya untuk hidup bersama berdampingan secara damai dan mutualis simbiosis.
Ada beberapa prinsip dalam pendanaan pendidikan bagi daerah, yang sangat penting menurut Pasal 47 dan
48 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah, prinsip keadilan, kecukupan, keberlanjutan, efisiensi dan
efektivitas, transparansi dan akuntabilitas publik.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa prinsip keadilan merupakan prinsip utama yang harus diemban
dan diperhatikan secara seksama dalam pengalokasian anggaran dan pengelolaan dana pendidikan, karena
hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan7 dan salah satu tujuan hukum adalah untuk
menciptakan keadilan.
Melalui prinsip keadilan ini, perlu diupayakan pemberian hak persamaan, tapi bukan per-samarata-an.
Aristoteles membedakan hak persamaannya sesuai dengan hak proporsional8. Kesamaan hak dalam
pandangan manusia, dapat dipahami bahwa semua orang atau setiap warga negara di hadapan hukum adalah
sama dan sejajar. Kesamaan proporsional memberi tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan
kemampuan dan prestasi yang telah dilakukannya.
Lebih lanjut, keadilan menurut pandangan Aristoteles dibagi ke dalam dua macam keadilan, keadilan
“distributive” dan keadilan “commutative.” Keadilan distributif ialah keadilan yang memberikan kepada tiap
orang porsi sesuai menurut pencapaian prestasinya. Sedangkan Keadilan Komunikatif memberikan sama
banyaknya kepada setiap orang tanpa membeda-bedakan pencapaian prestasinya, dalam hal ini berkaitan
dengan peranan tukar menukar barang dan jasa9. Keadilan hanya bisa dipahami jika ia dijabarkan batasan
indikatifnya sebagai keadaan yang hendak diwujudkan oleh hukum.
Upaya untuk mewujudkan keadilan merupakan proses yang sering kali membutuhkan banyak waktu, yang
berlangsung dalam ruang dialektika sosial yang niscaya bergerak dinamis. Penjabaran definitif dan indikatif
6 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya bakti, Bandung, 2000, hal. 45.
7 Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah, cet VIII, Yogyakarta: Kanisius, 1995, hlm. 196.
8Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung: Nuansa dan Nusamedia, 2004, hlm. 25.
9L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, cetakan ke duapuluh enam, 1996, hlm. 11-12.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
183
LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang
Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh
tentang batasan-batasan keadilan ini, acapkali juga dipengaruhi dan didominasi oleh kekuatan-kekuatan politik
yang bertarung dalam kancah sosial-politik, yang kemudian menghasilkan kerangka umum tatanan social
politik sebagai wahana bagi aktualisasi keadilan tersebut10.
Filosofi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah suatu upaya pemerintah untuk memastikan bahwa
kegiatan belajar-mengajar di kelas, dapat berlangsung sedemikian rupa. Betapapun sesungguhnya diyakini,
bahwa BOS itu belumlah mampu membiayai seluruh kebutuhan pembiayaan pendidikan yang pasti akan
saling berbeda-beda satu sama lain antar daerah-daerah. Sehingga dapatlah dipahami bahwa pemberian
dana BOS itu lebih sebagai bentuk stimulan dari pemerintah Pusat bagi menggerakkan keberlangsungan
pendidikan secara nasional yang merupakan amanah konstitusi. Kendati demikian, aturan pelaksanaan dan
petunjuk distribusi pengalokasian BOS, tentu terus perlu dikritisi dan dikembangkan dalam pola-pola yang lebih
memberi rasa keadilan dan kepastian anggaran dalam usaha pengembangan kemajuan sekolah.
Selama ini, perhitungan dana BOS dari Pemerintah Pusat, demikian pula BOSDA yang berasal dari Pemerintah
Kota Banda Aceh, hanya didasarkan pada jumlah siswa di sekolah. Sehingga sekolah-sekolah kecil, yang
jumlah siswanya kurang dari 90 orang, dapatlah dipastikan bahwa dana BOS yang diterima sebuah sekolah
kecil tersebut tidak dapat membiayai berbagai kebutuhan operasionalnya. Disini tampak bahwa kebijakan
distribusi dana BOS luput dari pertimbangan terhadap sekolah-sekolah kecil yang jumlah siswanya sedikit.
Oleh karena itu dana BOS dan BOSDA tentu memerlukan pendekatan dan perspektif lain dalam konteks
aturan-aturan pendistribusiannya. Hal ini selain untuk memenuhi prinsip-prinsip keadilan dan keseimbangan,
juga untuk mewujudkan prinsip kecukupan bagi pembiayaan operasional pendidikan dan keberlanjutan
keberadaan suatu lembaga pendidikan sebagaimana harapan yang telah dituangkan dalam Pasal 47,
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Adalah sudah semestinya, bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah niscaya mempertimbangkan
perwujudan nilai-nilai kesamaan atau kesetaraan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan pada setiap
satuan pendidikan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. Yaitu
bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
10 Carl Joachim Friedrich, FilsafatHukumPerspektifHistoris, Bandung: NuansadanNusamedia, 2004, hal 239.
184
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
B.
Landasan Sosiologis
Dewasa ini dunia pendidikan di Indonesia telah dan sedang dihadapkan pada berbagai problema krusial yang
amat membutuhkan perhatian kita semua. Mulai dari persoalan ketidakmerataan akses pendidikan dan mutu
layanan pendidikan, kurang efektif dan efisiennya proses pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah,
dalam upaya membentuk Sumber Daya Manusia yang handal dan berkarakter, dan luputnya pertimbangan
konstektual terhadap entitas kurikulum dalam perspektif link and match (relevansi lulusan dengan dunia kerja).
Itulah sejumlah masalah-masalah besar yang harus dicermati dan dikritisi secara seksama, untuk kemudian
dapat ditemukan jalan-jalan pemecahannya. Sesungguhnya, bahwa berbagai problema krusial tersebut
tidaklah semata disebabkan keterbatasan anggaran yang tersedia, dari berbagai sumber, yang seringkali
dijadikan alas an dari keterpurukan dunia pendidikan Indonesia. Tetapi juga menyangkut kebijakan-kebijakan
pendidikan yang dikeluarkan oleh para penyelenggara Negara/pemerintah yang acapkali tidak didasarkan
pada kajian-kajian sosiologis yang memadai, dalam rangka upaya menjawab berbagai realitas permasalahan
sosial melalui kebijakan pendidikan.
Angka Partisipasi Kasar (APK ) di Kota Banda Aceh yang tertinggi terdapat di tingkat SD yaitu 136,48 persen
dan yang terendah di tingkat SM yaitu 107,65 persen. Tingginya APK adalah akibat banyaknya siswa usia di
luar usia sekolah yang berada di jenjang tersebut ditambah dengan siswa lain penduduk luar Kota Banda Aceh
yang bersekolah di Kota Banda Aceh. Demikian juga halnya dengan Angka Partisipasi Murni (APM)SD 114, 99
persen lebih dipengaruhi oleh anak diluar usia sekolah.
Penyebaran sekolah untuk jenjang SD sampai sekolah menengah sudah merata dan menjangkau seluruh
wilayah Kota Banda Aceh sampai ke daerah pinggiran Kota, namun jumlah siswa pada satuanpendidikante
rdapatkesenjangan.Oleh karenanya, berdasarkan jumlah siswanya, maka sekolah dimaksud dibagi menjadi
sekolah kecil, sekolah sedang, dan sekolah besar. Yang dimaksud dengan sekolah kecil adalah sekolah yang
jumlah siswanya kurang dari 190 orang, sekolah sedang adalah sekolah-sekolah yang jumlah siswanya antara
191 sampai dengan jumlah 220, berikutnya sekolah besar adalah sekolah yang jumlah siswanya di atas
220 orang.
Dari segi penyebaran letak sekolah, SD dan SMP yang berada di pada pusat kota jumlah siswa lebih banyak
dibandingkan pada SD di pinggiran kota. Penyebaran siswa di berbagai Sekolah Dasar ini dapat dilihat pada
table berikut:
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
185
LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang
Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh
TABEL 1
SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA BANDA ACEH
186
NOMOR
NAMA SEKOLAH
JUMLAH SISWA
KATEGORI
1
SD Negeri 58
25
Kecil
2
SD Negeri 52
42
Kecil
3
SD Negeri 21
48
Kecil
4
SD Negeri 23
58
Kecil
5
SD Negeri 7
62
Kecil
6
SD Negeri 38
71
Kecil
7
SD Negeri 19
72
Kecil
8
SD Negeri 59
73
Kecil
9
SD Negeri 15
74
Kecil
10
SD Negeri 68
74
Kecil
11
SD Negeri 13
75
Kecil
12
SD Negeri 48
78
Kecil
13
SD Negeri 61
85
Kecil
14
SD Negeri 49
88
Kecil
15
SD Negeri 47
93
Kecil
16
SD Negeri 46
94
Kecil
17
SD Negeri 41
95
Kecil
18
SD Negeri 60
100
Kecil
19
SD Negeri 57
103
Kecil
20
SD Negeri 30
105
Kecil
21
SD Negeri 70
107
Kecil
22
SD Negeri 6
110
Kecil
23
SD Negeri 34
110
Kecil
24
SD Negeri 11
115
Kecil
25
SD Negeri 64
118
Kecil
26
SD Negeri 14
122
Kecil
27
SD Negeri 66
126
Kecil
28
SD Negeri 39
141
Kecil
29
SD Negeri 65
142
Kecil
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
NOMOR
NAMA SEKOLAH
JUMLAH SISWA
KATEGORI
30
SD Negeri 8
152
Kecil
31
SD Negeri 31
152
Kecil
32
SD Negeri 35
159
Kecil
33
SD Negeri 55
164
Kecil
34
SD Negeri 42
165
Kecil
35
SD Negeri 43
168
Kecil
36
SD Negeri 28
170
Kecil
37
SD Negeri 71
171
Kecil
38
SD Negeri 36
173
Kecil
39
SD Negeri 45
173
Kecil
40
SD Negeri 44
174
Kecil
41
SD Negeri 37
176
Kecil
42
SD Negeri 17
178
Kecil
43
SD Negeri 69
180
Kecil
44
SD Negeri 63
187
Kecil
45
SD Negeri 9
190
Kecil
46
SD Negeri 40
196
Sedang
47
SD Negeri 33
207
Sedang
48
SD Negeri 26
212
Sedang
49
SD Negeri 51
214
Sedang
50
SD Negeri 18
218
Sedang
51
SD Negeri 25
220
Sedang
52
SD Negeri 10
245
Besar
53
SD Negeri 27
267
Besar
54
SD Negeri 4
295
Besar
55
SD Negeri 32
300
Besar
56
SD Negeri 12
341
Besar
57
SD Negeri 67
343
Besar
58
SD Negeri 56
348
Besar
59
SD Negeri 16
378
Besar
60
SD Negeri 29
393
Besar
61
SD Negeri 62
400
Besar
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
187
LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang
Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh
NOMOR
NAMA SEKOLAH
JUMLAH SISWA
KATEGORI
62
SD Negeri 5
420
Besar
63
SD Negeri 20
420
Besar
64
SD Negeri 53
447
Besar
65
SD Negeri 3
486
Besar
66
SD Negeri 54
504
Besar
67
SD Negeri 2
593
Besar
68
SD Negeri 22
600
Besar
69
SD Negeri 50
667
Besar
70
SD Negeri 1
688
Besar
71
SD Negeri 24
782
Besar
Data di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa pada berbagai SD Negeri sangatlah bervariasi. Sekolah Dasar
”kecil” lebih banyak jumlah siswanya dibandingkan Sekolah Dasar ”sedang” dan Sekolah Dasar ”besar”.
Sekolah Dasar ”kecil” yang berjumlah 45 unit, memiliki jumlah siswa sebanyak 5.338 orang. Sementara
Sekolah Dasar ”sedang” yang berjumlah 6 unit, jumlah siswanya sebanyak 1.267 orang dan Sekolah Dasar
”besar” yang berjumlah 19 unit jumlah siswanya sebanyak 8.917 orang.
Maka dapatlah disimpulkan bahwa jumlah siswa pada Sekolah Dasar ”kecil” mencapai sepertiga dari
keseluruhan jumlah siswa Sekolah Dasar. Berikut ini dapat kita lihat pula distribusi siswa pada sekolah
menengah negeri di Kota Banda Aceh sebagaimana digambarkan pada tabel berikut:
TABEL 2
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KOTA BANDA ACEH
188
NOMOR
NAMA SEKOLAH
JUMLAH SISWA
KATEGORI
1
SMP Negeri 12
134
Kecil
2
SMP Negeri 15
138
Kecil
3
SMP Negeri 11
207
Sedang
4
SMP Negeri 5
232
Besar
5
SMP Negeri 14
252
Besar
6
SMP Negeri 4
268
Besar
7
SMP Negeri 16
278
Besar
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
8
SMP Negeri 19
306
Besar
9
SMP Negeri 9
318
Besar
10
SMP Negeri 18
342
Besar
11
SMP Negeri 13
422
Besar
12
SMP Negeri 10
533
Besar
13
SMP Negeri 8
542
Besar
14
SMP Negeri 7
614
Besar
15
SMP Negeri 6
624
Besar
16
SMP Negeri 2
648
Besar
17
SMP Negeri 17
707
Besar
18
SMP Negeri 1
727
Besar
19
SMP Negeri 3
864
Besar
Data pada Tabel 2 di atas juga memperlihatkan variasi jumlah antar sekolah, namun variasi jumlah siswa tidak
terlalu jarak sebagaimana halnya pada Sekolah Dasar, sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yang berkategori kecil hanya ada dua sekolah dengan jumlah siswanya sebanyak 272 orang.
Sedangkan jumlah SMP yang berkategori besar lebih banyak, yaitu 15 unit dengan jumlah siswanya sebanyak
7.677 orang.
Dengan dasar perhitungan BOSDA yang didasarkan pada jumlah siswa, maka sekolah besar akan
mendapatkan dana BOSDA yang lebih besar pula. Di sisi lain, pada sekolah besar ini pula terdapat siswa
dari para orang tua yang tergolong mampu. Bagi orang tua yang tergolong mampu, pengeluaran bantuan
pendidikan untuk sekolah anaknya tidak menjadi persoalan, sehingga SD Negeri yang jumlah siswa besar
akan memiliki pendanaan yang lebih dari cukup untuk membiayai operasional sekolah. Kondisi ini akan terjadi
sebaliknya pada SD Negeri yang jumlah siswanya sedikit, selain penerimaan dari BOSDA yang kecil, juga
mendapatkan kontribusi pembiayaan yang juga kecil dari para orang tua siswa. Hal ini tentunya berimbas pada
terjadinya kesenjangan dalam kapasitas Sumber Daya Manusia yang ada di Sekolah-Sekolah Dasar dan juga
terjadi kesenjangan mutu pendidikan antar Sekolah-Sekolah Dasar yang berkategori kecil, sedang dan besar.
Sementara pada sekolah tingkat SMP, distribusi BOSDA tidak memberikan ketimpangan yang berarti karena
distribusi jumlah siswa relatif lebih merata.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Sekolah Dasar ”kecil” dapat saja tidak mampu memenuhi
kebutuhan pembiayaan pendidikan, yang kemudian berkonsekuensi pada rendahnya mutu lulusan sekolah
dimaksud. Tidak selamanya pengeluaran sekolah dapat dilihat pada jumlah siswa, misalnya pembiayaan untuk
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
189
LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang
Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh
program pengembangan mutu guru dan honorarium guru, dari guru honorer juga tidak dapat dilihat dari jumlah
siswa belaka. Karena pada Sekolah Dasar ”kecil,” honorarium diberikan lebih kecil maka akan berdampak
pada bobot/kualitas dari guru honor yang dipakai. Guru honor berkualitas justeru akan lebih memilih mengajar
pada Sekolah Dasar ”besar”, karena honorarium jauh lebih besar. Selain itu, berdasarkan fakta yang ada,
bahwa penyebaran guru bidang studi tertentu juga tidak merata penyebaran dan kualifikasinya pada setiap
Sekolah Dasar.
Oleh karena itu, BOSDA seharusnya dapat menutupi ketimpangan pembiayaan pendidikan antara Sekolah
Dasar ”kecil” dan Sekolah Dasar ”sedang” dengan Sekolah Dasar ”besar”, sehingga Sekolah Dasar kecil dan
Sekolah Dasar ”sedang” dapat juga menyelenggarakan pendidikan yang lebih bermutu sebagaimana yang
diselenggarakan pada Sekolah Dasar ”besar.” Dengan dasar distribusi BOSDA yang tidak sekedar didasarkan
pada jumlah siswa, Sekolah Dasar ”kecil” dapat diharapkan akan mampu membiayai sedikitnya untuk
pelayanan minimal, untuk kemudian secara bertahap, suatu saat nanti bahkan dapat mencapai tingkat ideal.
C. Landasan Yuridis
Ketersediaan anggaran yang memadai dalam penyelenggaraan pendidikan sangat mempengaruhi
tingkat keberlangsungan dan kualifikasi yang menyertainya. Dalam konteks ini, pasal 11, UU SISDIKNAS
menegaskan, bahwa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan,
serta menjamin terselenggaranya layanan pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara di wilayahwilayah kewenangannya secara tanpa diskriminasi. Selain itu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah juga
wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggarakannya layanan Pendidikan Dasar bagi setiap warga
negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Berkenaan dengan itu, pendanaan pendidikan menurut pasal 46, UU SISDIKNAS menjadi tanggung jawab
bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat, dimana Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam
Pasal 31 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehubungan dengan
itu, maka Pasal 49 menegaskan, bahwa Dana Pendidikan, selain komponen gaji pendidik dan biaya-biaya
kedinasan lain, harus dialokasikan minimal 20% dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Sebagai pelaksanaan UU SISDIKNAS, berkaitan dengan pendanaan pendidikan telah dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. Dalam PP ini disebutkan bahwa biaya
pendidikan meliputi:
190
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
a. Biaya Satuan Pendidikan.
b. Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan.
c. Biaya Pribadi Peserta Didik.
Dalam ketentuan Pasal 50 PP ini, ditegaskan bahwa sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan
prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan.Prinsip keadilan mengandung makna, bahwa besarnya
pendanaan pendidikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan masyarakat disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing.Sedangkan prinsip kecukupan berarti bahwa pendanaan pendidikan cukup
untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Selanjutnya
prinsip keberlanjutan berarti bahwa pendanaan pendidikan dapat digunakan secara berkesinambungan untuk
memberikan layanan pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
191
LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang
Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh
BAB III
FORMULA DISTRIBUSI
DAN PENGGUNAAN BOSDA
KOTA BANDA ACEH
Program Pengembangan BOSDA adalah program yang bertujuan untuk mendorong daerah mengalokasikan
BOSDA berbasis keadilan (equity) dan kinerja (performance). Untuk pengalokasian yang lebih berkeadilan
dan berbasis kinerja, dikembangkan suatu formula yang kemudian disebut BOSDA berbasis formula. BOSDA
berbasis formula adalah pengalokasian BOSDA yang mempertimbangkan karakteristik sekolah (besar kecil,
tingkat keterpencilan, jumlah siswa, dan lain lain) dan prestasi sekolah (status sekolah unggulan, nilai ujian
nasional (UN), capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan lain lain).
Dalam perkembangannya, BOSDA di Banda Aceh yang sudah berjalan sejak tahun 2011, perlu secara terpadu
(gabungan) menganut prinsip-prinsip antara pemerataan dan proporsionalitas, yang dalam ilmu hukum dikenal
dengan konsep Keadilan Komutatif (Justitia Commutativa) dan Keadilan Distributif (Justitia Distributiva).11
Dengan bersandarkan pada prinsip ini, maka dampak negatif bahwa sekolah besar akan semakin besar dan
sekolah kecil akan semakin kecil, dapat dihindarkan sedemikian rupa sejak awal.
Disisi yang lain Pemerintah Kota Banda Aceh mempunyai harapan besar bahwa adanya BOSDA bisa menjadi
daya ungkit untuk peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu penerapan BOSDA yang berbasis formula akan
mengakomodasi 2 tujuan sekaligus, yaitu tujuan pemerataan alokasi dana, khususnya untuk sekolah kecil dan
peningkatan mutu untuk semua sekolah penerima.
Untuk itu formula BOSDA akan menggunakan tiga variable sebagai penentu distribusi yaitu:
1. Alokasi Dasar, adalah alokasi dana yang sama besarnya untuk semua sekolah.
2. Alokasi Karakteristik Sekolah, adalah alokasi dana yang didasarkan pada besar kecilnya sekolah (yang
ditentukan dengan ukuran jumlah siswa per sekolah), semakin kecil sekolah akan mendapat alokasi dana
yang lebih besar .
3. Alokasi Reward, adalah alokasi dana yang didasarkan pada prestasi sekolah, semakin bagus dan bermutu
suatu sekolah, akan mendapatkan alokasi dana lebih besar, sebagai insentif/reward.
11Keadilan Kommmutatif adalah keadilan menyamaratakan, sedangkan Keadilan Distributif adalah keadilan
berdasarkan prestasi atau kebutuhan.
192
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Untuk keseluruhan alokasi BOSDA ditentukan kuota, yang besarnya menyesuaikan dengan plafon anggaran
yang dialokasikan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk BOSDA. Untuk setiap alokasi anggaran ditentukan
berdasarkan kuota persentase, dimana pada tahap awal akan digunakan persentase sebagai berikut:
1. Alokasi Dasar sebesar 30%
2. Alokasi Karakteristik Sekolah (Alokasi Berdasarkan Kategori Sekolah)sebesar 60%, dan
3. Alokasi Reward sebesar 10 %.
Karakteristik sekolah dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yang didasarkan pada jumlah siswa per sekolah
dengan 6 rombel, yaitu:
1. Sekolah Kecil, dengan jumlah siswa 90-168 orang (atau rata-rata 15-28 orang siswa per kelas)
2. Sekolah Sedang, dengan jumlah siswa diatas 169-240 orang (atau rata-rata di atas 28-36 orang siswa per
kelas)
3. Sekolah Besar, dengan jumlah siswanya di atas 240 orang, dan biasanya jumlah rombelnya mencapai di
atas 6.
Kuota 30% untuk variabel Alokasi Dasar dimaksudkan adalah 30% dari besaran pagu BOSDA dibagi sama
rata untuk semua sekolah tanpa membedakan karakteristik sekolah (besar kecilnya sekolah). Kuota 60
% untuk variabel Alokasi Karakteristik Sekolah dimaksudkan adalah 60 % dari besaran pagu BOSDA akan
didistribusikan secara proporsional ke sekolah-sekolah menurut karakteristik sekolah (besar kecilnya sekolah)
dengan menggunakan angka perbandingan sementara yaitu:
1. Sekolah Kecil, dengan bobot 1 dan
2. Sekolah Sedang dan Sangat Besar, dengan bobot 2.
Pada tahap awal kesenjangan antara sekolah kecil dan sekolah besar tidaklah terlalu besar untuk menjaga
tidak terjadi resistensi dari sekolah besar.Dibandingkan sebelumnya yang memberi porsi sangat besar untuk
sekolah besar, perbandingan ini sudah cukup signifikan.Namun demikian ke depannya perlu diberikan porsi
yang jauh lebih besar lagi untuk sekolah kecil.
Kuota 10 % untuk variabel Alokasi Reward dimaksudkan adalah 10 % dari besaran pagu BOSDA, yang
akan di bagikan kepada sekolah-sekolah yang masuk dalam variabel Alokasi Reward, yaitu sekolah dengan
keunggulan tertentu. Dinas Pendidikan perlu melakukan penilaian untuk melihat sekolah yang mengalami
kinerja baik dengan kriteria tertentu merujuk pada kriteria Standar Nasional Pendidikan (SNP). Namun dalam
tahap awal akan digunakan kategori keunggulan yang sudah ditetapkan pemerintah yaitu sekolah berstandar
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
193
LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang
Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh
nasional (SSN), sekolah mandiri (dulu RSBI) dan sekolah boarding. 10 % dari pagu BOSDA dibagikan
kepada sekolah-sekolah dimaksud secara proporsional menurut sifat sekolah yang juga ditentukan oleh angka
perbandingan :
1. Sekolah Boarding, dengan bobot 2,
2. Sekolah Mandiri, dengan bobot 2, dan
3. Sekolah SSN, dengan bobot 1.
Bentuk Formula yang dimaksudkan di atas, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Penerapan formula ini akan berpengaruh pada besaran nominal penerimaan BOSDA pada setiap sekolah.
Kalau dibandingkan dengan skenario BOSDA sebelumnya maka setiap sekolah akan menerima dana yang
hanya tergantung pada jumlah siswanya, sehingga sekolah besar dengan jumlah siswa yang banyak akan
mendapatkan penerimaan jauh lebih besar. Dengan formula ini, sekolah besar tetap akan mendapatkan
penerimaan yang lebih besar, tetapi derajat kesenjangannya sudah tidak terlalu jauh lagi dibanding sekolah
kecil. Ke depan penerimaan sekolah kecil dapat semakin ditingkatkan lagi, seiring semakin besarnya upayaupaya yang perlu dilakukan untuk mengejar ketertinggalan sekolah-sekolah kecil dibanding sekolah-sekolah
besar. Sehingga pada gilirannya nanti, kemajuan pendidikan dapat berlangsung dan berkembang secara
relative merata di semua sekolah secara bersama-sama.
194
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Besaran BOSDA yang akan diterima sekolah dituangkan dalam tabel dan tabel ini merupakan lampiran
Peraturan Walikota tentang Pengelolaan Dana BOSDA bagi sekolah-sekolah di Kota Banda untuk setiap tahun.
Setiap tahun Walikota perlu mengeluarkan Keputusan dimaksud dengan mempedomani pada formula ini.
Dengan BOSDA berformula ini, diharapkan dapat menyelesaikan persoalan prinsip ketercukupan (khususnya
di jenjang pendidikan dasar), meskipun masih menyisakan adanya kesenjangan penerimaan antara sekolah
besar dan sekolah kecil yang sebenarnya dapat dikatakan sesuatu yang wajar. BOSDA berformula ini jelas
akan memperbaiki pola distribusi yang lebih proporsional, berkeadilan dan sekaligus mengurangi jurang
kesenjangan. Perbandingan pola distribusi yang didasarkan pada jumlah siswa dan pola distribusi berformula,
dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik di atas memperlihatkan bahwa pendistribusian BOSDA Berformula (yang akan diterapkan—garis merah)
meskipun belum mengarah pada pendistribusian yang proporsional berkeadilan tetapi sudah memperbaiki
pola pendistribusian BOSDA berdasarkan jumlah siswa yang justru menambah kesenjangan, meskipun tidak
setinggi kesenjangan dari dana BOS. Secara bertahap ke depan perlu memperbaiki formula tersebut agar
lebih berpihak pada sekolah-sekolah kecil (BOSDA Ideal).
Selain itu, bahwa penggunaan distribusi dana BOSDA berformula yang kiranya baru menjamin penerimaan
sekolah yang lebih proporsional berkeadilan, namun tidak secara otomatis akan berdampak pada terwujudnya
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
195
LAMPIRAN F - Naskah Akademik Dana Penunjang
Pendidikan Dasar Kota Banda Aceh
peningkatan mutu pendidikan. Utamanya jika penggunaan dana BOSDA itu tanpa pengaturan penggunaan
dan pengawasan yang didasarkan pada prinsip-prinsip tata-kelola manajemen sekolah yang baik dan bersih.
Prinsip-prinsip tersebut meliputi: partisipasi masyarakat sejak tahap-tahap perencanaan anggaran hingga
pengawasan pelaksanaan program, yang harus dilaksanakan secara transparan, dimana seluruh informasi
tentang program dan anggaran dapat diakses masyarakat secara terbuka dan akhirnya sekolah wajib pula
memberikan pertanggungjawaban publik (akuntabilitas) secara terbuka dan terpercaya.
Untuk itu penggunaan BOSDA Berformula juga perlu diatur secara jelas dan tegas pemanfaatannya
pada kegiatan-kegiatan yang berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.Selain itu, juga senantiasa
dilaksanakan dalam sistem tata-kelola manajemen sekolah yang baik dan bersih (Good and Clean School
Based Management). Untuk itu, pola alokasi penggunaan dana BOSDA adalah sebagai berikut:
1. Untuk Belanja Aparatur, maksimal 20%
2. Untuk Belanja Publik yang menunjang peningkatan mutu, seperti :
a. Kegiatan Peningkatan Mutu Pendidik (Guru) yang mencakup peningkatan sejumlah kompetensi
(pedagogik, sosial, personal/kepribadian dan professional) baik melalui pelatihan khusus maupun
pembinaan KKG/ MGMP:
b. Kegiatan Ekstra Kurikuler bidang akademik dan non-akademik;
c. Kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter dan Keagamaan Siswa; dan
d. Kegiatan Pengembangan Minat dan Budaya Baca;
e. Kegiatan Penguatan Kapasitas Komite Sekolah;
f. Kegiatan Pembinaan Sistem Manajemen Sekolah yang berorientasi pada pelayanan Prima dan
Terpercaya.
Agar BOSDA yang didistribusikan berjalan secara efektif, efisien dan tepat sasaran, maka diperlukan langkahlangkah pengawasan khusus yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga Kota Banda Aceh. Dan secara bersama-sama perlu pula melibat masyarakat multi pihak yang
kini telah tergabung dalam Forum Bersama Peduli Pendidikan Kota Banda Aceh.
Untuk berjalannya pengawasan tersebut, maka Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda Aceh
perlu menyusun petunjuk teknis pengawasan dan pola pelibatan masyarakat, baik secara individu maupun
kelompok.Pengawasan dimaksud meliputi pengawasan program, pengawasan pelaksanaan dan pengawasan
evaluasi pelaporan. Dalam hal ini, pengawasan dari masyarakat di sekolah menjadi aspek yang sangat penting
untuk diadakan.
196
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
BAB IV
PENUTUP
Untuk mendukung peningkatan mutu pendidikan di Kota Banda Aceh maka kebijakan pemberian BOSDA
perlu dipertahankan dan untuk memberikan keadilan perlu dilakukan sedikit perubahan sistem perhitungan
pembagian dana BOSDA. Sistem perhitungan dengan hanya menggunakan variabel jumlah murid seperti
yang dipergunakan pada tahun-tahun sebelumnya dirasakan kurang memberikan rasa keadilan bagi sekolahsekolah kecil. Dengan sistem yang lama, sekolah-sekolah kecil tidak akan mendapat perhatian yang lebih dan
nyaris menutup kesempatan berkembang, sehingga bisa berdampak sekolah kecil akan semakin kecil, akan
suka berkembang.
Sistem dengan Formula baru ini akan memberi perhatian lebih pada sekolah kecil, sekaligus membuka
peluang untuk berkembang secara bersama dengan sekolah-sekolah sedang dan besar. Dengan pola ini maka
sekolah kecil akan bisa didukung untuk lebih baik, sekolah unggulan-unggulan tetap mendapat dukungan,
dan sekolah yang berprestasi akan mendapat penghargaan (reward) untuk terus dapat berkembang secara
optimal.
***
DAFTAR PUSTAKA
Carl Joachim Friedrich, 2004, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Nuansa dan Nusamedia, Bandung.
J. Kaloh, 2010, Kepemimpinan Kepala daerah, Sinar Grafika, Jakarta.
Jimly Asshidiqie, 2010, Konstitusi Ekonomi, Kompas, Jakarta.
L..J. Van Apeldoorn, 1996, Pengantar Ilmu Hukum, cetakan kedua puluh enam,Pradnya Paramita, Jakarta.
Muhammad Djafar Saidi, 2011, Hukum Keuangan Negara, Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Satjipto Raharjo, 2000,Ilmu Hukum, Citra Aditya bakti, Bandung.
Sondang P. Siagian,2005, Administrasi Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan Strateginya, Ed. 2, Cet. 4, Bumi
Aksara, Jakarta.
Theo Huijbers, 1995, Filsafat Hukum dalam lintasan Sejarah, cet VIII, Kanisius, Yogyakarta, 1995.
Banda Aceh, 17 Desember 2013-12-18
Revised and edited by Fuad Mardhatillah
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
197
LAMPIRAN G - Daftar Bacaan
Lampiran G
DAFTAR BACAAN
Fattah, Nanang. 2002. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Keputusan Menteri Pendidik Nasional Nomor 053/U/2001 tentang Standar Pelayanan Minamal.
Panduan Penyusunan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP). Versi Juni 2011. Decentralized Basic
Education 1 USAID.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor l9 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelengaraan
Pendidikan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal .
Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24
Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah.
198
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk sekolah
dasar/madrasah ibtidayah (SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs),
sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), sekolah dasar
luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), dan sekolah menengah atas luar
biasa (SMALB).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.
Sabar, Wardihan. 2013. Penerapan Pendidikan Gratis di Sulawesi Selatan. http://wardihan sabar.blogspot.
com/2013/02/kritik-pendidikan-gratis-di-sulawesi.html. Diakses tanggal 23 Juli 2013.
Supriadi, Dedi. 2010. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: Rosdakarya.
UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen IV).
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wahyu Dyah Widowati. 2007. Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan dan Penganggaran
Pembangunan Daerah di Kabupaten Pati. Semarang: Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
199
LAMPIRAN H - Bahan di CD
Lampiran H
BAHAN DI CD
200
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
Lampiran I
DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
ABPN
Anggaran Pendapatan Belanja
Nasional
DPKAD
Dinas Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah
APBD
Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah
DUDI
Dunia Usaha dan DuniaIndustri
DPRD
Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah
Banggar
Badan Anggaran
BAS
Badan Akreditasi Sekolah
EDS
Evaluasi Diri Sekolah
BAPPEDA
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
GTT
Guru Tidak Tetap
IKK
Indeks Kemahalan Konstruksi
BONSP
Biaya Operasi Nonpersonalia
Satuan Pendidikan
KBM
Kegiatan Belajar Mengajar
BOP
Bantuan Operasional
Pendidikan
KCD
Kantor Cabang Dinas
Kepsek
Kepala Sekolah
BOPSP
Biaya Operasi Personalia
Satuan Pendidikan
KKG
Kelompok Kerja Guru
KKKS
Kelompok Kerja Kepala Sekolah
BOS
Bantuan Operasional Sekolah
KSM
BOSDA
Bantuan Operasional Sekolah
Daerah
Kesejahteraan Siswa dan
Masyarakat
KTSP
Biaya Operasinal Satuan
Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
KUA
Kebijakan Umum Anggaran
BP
Biaya Pendidikan
LK
Lembar Kerja
BPK
Badan Pemeriksa Keuangan
LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat
BPKAD
Badan Pengelolaan
Keuangandan Aset Daerah
MA
Madrasah Aliyah
BSNP
Badan Standar Nasional
Pendidikan
MBS
Manajemen Berbasis Sekolah
Mendiknas
Menteri Pendidikan Nasional
BSP
Biaya Satuan Pendidikan
Mendikbud
BUMN
Badan Usaha Milik Negara
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan
CSR
Coperate Social Responsibility
MGMP
Musyarah Guru Mata Pelajaran
DAK
Dana Alokasi Khusus
MI
Madrasah Ibtidayah
DBE
Desentralized Basic Education
MKKS
Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah
BOSP
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
201
LAMPIRAN I - Daftar Singkatan/Istilah
202
MSF
Multi Stakeholder Forum
RPP
Rencana Pelaksanaan
Pengajaran
MTs
Madrasah Tsanawiyah
PAD
Pendapatan Asli Daerah
SD
Sekolah Dasar
PAS
Pendapatan Asli Sekolah
SDLB
Sekolah Dasar Luar Biasa
PGRI
Persatuan Guru Republik
Indonesia
SKL
Standar Kompetensi Lulusan
SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah
PNS
Pegawai Negeri Sipil
SMP
Sekolah Menengah Pertama
PP
Peraturan Pemerintah
SMPLB
PPAS
Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara
Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa
Pemerataan dan Penataan
Guru
SMA
Sekolah Menengah Atas
PPG
SMALB
PPID
Pejabat Pengelola Informasi
dan Dokumentasi
Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa
SMK
Sekolah Menengah Kejuruan
PTT
Pegawai Tidak Tetap
SNP
Standar Nasional Pendidikan
RAPBS
Rencana Anggaran Pendapatan
Belanja Sekolah
SPM
Standar Pelayanan Minimal
SPP
Renja
Rencana Kerja
Sumbangan Penyelenggaraan
Pendidikan
Renstra
Rencana Strategi
TAPD
Renstrada
Rencana Strategi Daerah
Tim Anggaran Pemerintah
Daerah
RKA
Rencana Kerja dan Anggaran
TK
Taman Kanak-Kanak
RKAS
Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah
ToF
Training of Facilitator
ToT
Training of Trainer
RKPD
Rencana Kerja Pembangunan
Daerah
UAS
Ulangan Akhir Sekolah
UKK
Ulangan Kenaikan Kelas
RKS
Rencana Kerja Sekolah
UN
Ujian Nasional
Rombel
Rombongan Belajar
US
Ujian Sekolah
RPJM
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah
UUD
Undang-undang Dasar
RPJMD
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah
UPTD
Unit Pelaksana Teknis Dinas
Wakasek
Wakil Kepala Sekolah
Tata Kelola Biaya Operasional
Satuan Pendidikan (BOSP)
www.kinerja.or.id
IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS
USAID - KINERJA
Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807
Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46
Jakarta, 10210
Phone: +62 21 5702820
Fax: +62 21 5702832
Email: [email protected]
www.kinerja.or.id
Download