Instrumen Dan Alat Penelitian

advertisement
Pengaruh Variasi Elektrolit Terhadap Kinerja DSSC Menggunakan Ekstrak Daun Mengkudu Sebagai Dye Sensitizer
PENGARUH VARIASI ELEKTROLIT TERHADAP KINERJA DYE SENSITIZED SOLAR CELL
(DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAK DAUN MENGKUDU (MORINDA CITRIFOLIA)
SEBAGAI DYE SENSITIZER
Rosa Firdaus
S1 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
E-mail: [email protected]
Indra Herlamba Siregar
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian yang telah dilakukan merupakan penelitian eksperimen tentang Pengaruh Variasi Elektrolit
Terhadap Kinerja Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ekstrak Daun Mengkudu
(Morinda Citrifolia) Sebagai Dye Sensitilizer. Variasi elektrolit yang digunakan berupa komposisi
PEG yang digunakan yaitu Elektrolit A menggunakan PEG 4000, Elektrolit B menggunakan PEG
6000 dan Elektrolit C menggunakan PEG 8000. Pada penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan
prototipe DSSC dengan menggunakan ekstrak daun mengkudu (Morinda Citrifolia) yang
mengandung klorofil yang dapat mengkonversi energi cahaya menjadi energi listrik, mengetahui
kemampuan fotosensitizer dan karateristik I-V dari ekstrak daun mengkudu sehingga dapat dijadikan
sebagai dye dan mengetahui efisiensi tertinggi dari DSSC dengan menggunakan ekstrak daun
mengkudu yang mengandung klorofil sebagai dye sensitizer dengan pemberian elektrolit yang
berbeda. Untuk menganalisa data pada penelitian menggunakan metode statistika deskriptif, yaitu
dengan cara menelaah data yang diperoleh dari eksperimen, dimana hasilnya berupa data kuantitatif
dalam bentuk tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Penelitian ini mengukur absorbansi dye
menggunakan UV-VIS spektrofotometer dan untuk mengetahui kinerja DSSC sendiri diukur
menggunakan multimeter yang dilakukan pada siang hari pada pukul 11.00-12.30 WIB dengan
sumber cahaya dari sinar matahari dan lampu halogen 220 volt 50 watt dengan intensitas 1226 W/m 2
dengan jarak 8 cm. Hasil efisiensi sumber cahaya sinar matahari tertinggi yaitu Elektrolit B sebesar
0,826%, sedangkan Elektrolit A sebesar 0,0249 % dan Elektrolit C sebesar 0,1187%. Hasil Efisiensi
sumber sinar lampu halogen tertinggi yaitu Elektrolit B sebesar 0,133%, sedangkan Elektrolit A
sebesar 0,00665% dan Elektrolit C sebesar 0,0326%.
Kata Kunci : Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), Efisiensi DSSC, Dye , Elektrolit
Abstract
Research that has been conducted an experimental study on the Influence of Electrolyte on
Performance Variation of Dye sensitized Solar Cell (DSSC) Using Leaf Extract Noni (Morinda
citrifolia) As Dye Sensitilizer. Variation electrolytes used in the form of the composition of the PEG
used is Electrolyte A using PEG 4000, Electrolyte B using PEG 6000 and Electrolytes C using PEG
8000. In this study aims to produce a prototype DSSC using leaf extract of noni (Morinda citrifolia)
containing chlorophyll can convert light energy into electrical energy, capabilities and characteristics
photosensitizers I-V of noni leaf extract that can be used as a dye and determine the highest efficiency
of DSSC using leaf extract of noni with the provision of different electrolytes. To analyze the data in
the study using descriptive statistical methods, that is by examining the data obtained from the
experiment, which results in the form of quantitative data in tables and displayed in graphical
form. This study measures the absorbance of the dye using UV-VIS spectrophotometer and to
determine the performance DSSC itself measured using a multimeter that is done during the day at
11:00 to 12:30 pm with a light source of the sun and halogen lamps 220 volt 50 watt with the intensity
of 1226 W/m 2 with a distance of 8 cm. The performance of the DSSC in this study is based
on efficiency. Result efficiency source sun light highest Electrolyte B amounting to 0.826%, while the
Electrolyte A at 0.0249% and 0.1187% of electrolyte C. Results efficiency source beam halogen lamp
highest Electrolyte B amounting to 0.133%, while the Electrolyte A of 0.00665% and Electrolyte C
amounted to 0.0326%.
Keywords: Dye sensitized Solar Cell (DSSC), Efficiency of DSSC, Dye, Electrolytes
427
JTM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016, Hal 427-437
PENDAHULUAN
Energi merupakan salah satu hal yang sangat penting
bagi kehidupan di masyarakat. Namun, ketersediaan
energi akan menjadi barang yang langka pada
beberapa puluh tahun. Berkurangnya sumber energi
yang ada, banyak upaya untuk mencari energi
alternatif lainnya, salah satunya yaitu energi surya
yang sedang giat dikembangkan saat ini. Jika energi
surya dikonversikan menjadi energi listrik, maka
energi tersebut dapat berfungsi sebagai energi
alternatif menggantikan bahan bakar fosil.
Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan
Photovoltaic Cell, dimana Indonesia terletak di garis
khatulistiwa yang membuat Indonesia mempunyai
iklim tropis yang musim kemaraunya lebih panjang.
Indonesia sendiri memiliki potensi sumber tenaga
surya yang sangat besar. Pakar solar sel dari Jurusan
Fisika ITB Wilson Wenas menyatakan bahwa posisi
Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa
menyebabkan pancaran sinar matahari yang diterima
sangatlah besar, dalam satu hari mencapai 4500 watt
hour per meter persegi. Sehingga Indonesia bisa
terpapar sinar matahari dengan maksimal hingga ke
setiap wilayah.
DSSC yang petama kali ditemukan oleh Gratzel
pada tahun 1991 dapat difabrikasi dengan cara yang
relatif mudah dan biaya yang lebih murah
dikarenakan tidak memerlukan bahan dengan
kemurnian tinggi sehingga menyebabkan terjadinya
perkembangan yang cukup pesat dalam penelitian
DSSC. Meskipun efisiensi yang dihasilkan belum
sebaik sel surya berbasis silikon, faktor ekonomi serta
kemudahan
dalam
melakukan
penelitian
menjadikannya salah satu topik penelitian yang
cukup menjanjikan (Zamrani, 2013).
Sebagaian besar penelitian DSSC difokuskan pada
peningkatan absorbansi spektral dengan membuat
modifikasi dalam dye, meningkatkan lubang
transportasi, penggantian cairan elektrolit dengan
menggunakan polimer atau padatan ionik dan
meningkatkan transpor elektron menggunakan
alternatif struktur core-shell atau celah pita lebar
bahan semikonduktor.
Pemilihan jenis Dye dalam penelitian ini dipilih
dengan cara menguji beberapa macam natural dye
seperti kluwek (Pangium Edule Reinw), paprika
(Capsicum Annuum var.grossum), cabe merah
(Capsicum Annuum L.), kulit jeruk (Citrus L.), sawi
(Brassica Rapa subsp. Chinensis), dan daun
mengkudu (Morinda Citrifolia). Menguji beberapa
natural dye tersebut bertujuan untuk mengetahui
absorbsinya terhadap cahaya.
Rentang panjang gelombang tampak, dye dari daun
mengkudu memiliki absorbsi yang tinggi di banding
dengan natural dye yang lainnya yaitu sebesar 3.734
dengan panjang gelombang 462.00 dan 398.00 nm.
Dengan kata lain ekstrak dari daun mengkudu lebih
baik penyerapan cahaya dibanding natural dye
lainnya
Dari beberapa kelemahan yang sudah di teleti, salah
satu kelemahan dari DSSC ini disebabkan oleh
stabilitasnya rendah karena penggunaan elektrolit cair
yang mudah mengalami degradasi atau kebocoran
(Huang et al.2007, Jeong et al.2004). Elektrolit ini
merupakan komponen penting dalam DSSC sebagai
media transfer elektron.
Penelitian yang dilakukan oleh Fatimatuz Zahroh
(2013) yang membuat fabrikasi DSSC dengan
memanfaatkan ekstrak kulit manggis dan elektrolit
berfasa liquid pada penelitiannya. Namun, arus dan
tegangan yang dihasilkan masih tidak stabil dengan
penurunan arus yang drastis dalam waktu yang
singkat. Hal ini lantaran elektrolit yang digunakan
lebih cepat mengalami penguapan atau memiliki
tingkat evaporasi yang tinggi akibat viskositas yang
rendah sehingga tidak mampu digunakan dalam
jangka waktu yang panjang. Sehinggga sekarang ini
para peneliti berlomba-lomba mencari bahan yang
lebih efektif untuk pembuatan DSSC.
Penelitian ini akan menggunakan elektrolit gel atau
elektrolit semi padat untuk mengatasi elektrolit cair
yang mudah mengalami degradasi dan kebocoran
tersebut. Dari penelitian Wei Tu, Chi, dkk,2008
untuk membuat elektrolit gel perlu ditambahkan
bahan polimer seperti polymethyl acrylate (PMA),
polyvinil
acetate
(PVAc),
dan
polynisopropylacrylamide
(PNIPAAm). Efisiensi
yang dicapai dari beberapa polimer tersebut pada
fabrikasi DSSC secara berurutan adalah 28.1%,
7.17%, 5.62%, dan 3.17% sehingga yang lebih efektif
digunakan adalah polyethylene glycol (PEG)
Berdasarkan pada latar belakang yang telah
dipaparkan, penulis merasa diperlukan penelitian
lebih lanjut terkait jenis dye dan variasi pemberian
Elektrolit
dalam
pembuatan
DSSC
untuk
mendapatkan efisiensi tertinggi yang memungkinkan
terjadi penyerapan cahaya matahari secara optimal.
Sehingga penelitian ini mendapatkan manfaat seperti
: (1) Mahasiswa atau peneliti memperoleh
pengalaman studi dibidang Mesin Konversi Energi,
yaitu Dye Sensitized Solar cell. (2) Bisa digunakan
sebagai rujukan untuk mahasiswa-mahasiswa lain
yang mau meneliti Dye Sensitized Solar cell, agar
bisa mengembangkan energi alternatif Dye Sensitized
Solar cell atau energi altenatif lainnya. (3)
Pengaruh Variasi Elektrolit Terhadap Kinerja DSSC Menggunakan Ekstrak Daun Mengkudu Sebagai Dye Sensitizer
Menambah pengayaan bahan ajar mata kuliah Mesin
Konversi Energi yang berkenaan dengan Solar cell.
(4) Mendapatkan model Dye Sensitized solar cell
untuk bahan visualisasi mata kuliah Mesin Konversi
Energi. (5) Sebagai informasi untuk menambah
pengetahuan
kepada
masyarakat
tentang
pemanfaatan energi surya dan pemanfaatan kondisi
lingkungan sekitar seperti tumbuhan atau bahanbahan yang lainnya. (6) Peralatan dan bahan mudah
di cari dan relatif murah sehingga masyarakat
awampun bisa membuat dye sensitized solar cell
dan Elektrolit C (campuran senyawa gel
menggunakan PEG 8000) pada DSSC.
ļ‚· Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel hasil, untuk
penelitian ini variabel terikatnya adalah Arus (I),
Tegangan (V), Daya (P), dan Efisiensi prototype
DSSC.
ļ‚· Variabel Kontrol
Variabel Kontrol adalah sesuatu yang dikontrol
agar penelitian tetap fokus pada masalah yang
diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini
adalah Campuran ekstrak daun mengkudu, kaca
ITO dengan resistan 14 š®/m2, bahan
semikonduktor dibuat dari š‘‡š‘–š‘‚2 fasa anatase,
konsentrasi senyawa cair yang digunakan untuk
membuat elektrolit gel, katalis terbuat dari arsiran
pensil 8b merk steadler dan jelaga dari lilin, dan
hambatan dalam pengukuran menggunakan
potensiometer 250 š¾š›ŗ
METODE
Rancangan Penelitian
Instrumen Dan Alat Penelitian
Instrumen dan peralatan merupakan peralatan uji
yang digunakan untuk memperoleh data penulisan.
Instrumen dan peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
Multimeter
Tegangan
DSSC
Multimeter Arus
Gambar 2. Rangkaian Instrumen
Penelitian
Potensiometer
Prosedur Kerja
Persiapan
Persiapan penelitian meliputi persiapan alat dan
bahan terutama membersihkan alat-alat eksperimen
sebelum digunakan. Sebelum digunakan alat-alat
seperti kaca konduktif indium tin oxide (ITO), botol
tetes, gelas beaker, gelas ukur spatula, pipet tetes, dan
lain-lain harus di bersihkan atau dicuci menggunakan
alkohol. Diperlukan alat-alat yang bersih karena alatalat yang bersih tersebut dapat mempengaruhi hasil
yang akan di dapat kurang maksimal.
Gambar 1. Flowchart Penelitian
Variabel Penelitian
ļ‚· Variabel Bebas
Variabel Bebas adalah variasi perlakuan yang
diberikan pada DSSC dimana pada penelitian ini
adalah pemberian Elektrolit A (campuran senyawa
gel menggunakan PEG 4000), Elektrolit B
(campuran senyawa gel menggunakan PEG 6000)
Pembuatan Elektroda Kerja
Elektroda Kerja terdiri dari pasta š‘‡š‘–š‘‚2 yang
dideposisikan pada kaca ITO / substrat, Pasta š‘‡š‘–š‘‚2
429
JTM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016, Hal 427-437
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
bubuk š‘‡š‘–š‘‚2 fasa anatase. Pembuatan yaitu dengan
mencampurkan 6 gram bubuk š‘‡š‘–š‘‚2 dengan 10 ml
Asam Asetat dengan menggunakan Magnetic stirrer
dengan kecepatan 3 - 4 selama 30 menit sehingga
bubuk š‘‡š‘–š‘‚2 dan Asam Asetat tercampur. Setelah itu
tambahkan 10 tetes Triton x-100 kedalam pasta š‘‡š‘–š‘‚2
cair tersebut selama 60 menit. Jadilah pasta š‘‡š‘–š‘‚2 , dan
pasta siap untuk dideposisikan di kaca ITO. Dye yang
digunakan pada penelitian ini yaitu daun mengkudu,
ekstraksi bertujuan untuk menghasilkan klorofil dari
ekstraksi daun mengkudu dengan menggunakan
pelarut Methanol (P.A). Pembuatan dye yaitu serbuk
50 gram serbuk daun mengkudu di larutkan dengan
250 ml Methanol (P.A). Aduk campuran daun
mengkudu dan Methanol (P.A). Setelah dilarutkan,
larutan tersebut didiamkan selam 24 jam. Saring
campuran daun mengkudu dengan Methanol (P.A).
Dye hasil penyaringan disimpan dalam botol yang
tertutup aluminium foil untuk mencegah terjadinya
evaporasi dan degradasi dan simpan di tempat gelap,
dan dye siap digunakan.
Pasta š‘‡š‘–š‘‚2 yang sudah disiapkan sebelumnya,
diletakkan di atas permukaan kaca ITO. Sisi kaca
ITO yang bersifat konduktif diberi pembatas
menggunakan selotip di tiap tepi kaca ITO sehingga
terbentuk area kira–kira selebar 0,0022 m2 (di beri
offset 0.5 cm tiap sisi) untuk pendeposisian pasta
š‘‡š‘–š‘‚2 dengan menggunakan metode Doctor Blade,
dimana pasta š‘‡š‘–š‘‚2 diratakan dengan bantuan batang
pengaduk (Spatula). Ketebalan lapisan š‘‡š‘–š‘‚2 yang
dideposisi sesuai dengan tebal selotip yang
digunakan.
Langkah selanjutnya yaitu pewarnaan Lapisan š‘‡š‘–š‘‚2
dengan dye, dengan cara elektroda kerja direndam
dalam dye dari ekstrak daun mengkudu. Perendaman
dilakukakan kurang lebih selama 24 jam. Proses ini
bertujuan agar molekul-molekul dye terikat pada
š‘‡š‘–š‘‚2 .
Gambar 3. Hasil Perendaman Dye
Pembuatan Elektrolit
Larutan elektrolit dalam penelitian ini adalah
pasangan redoks iodin dan iodide (š¼ − /š¼ 3− ) dan
larutan elektrolit dibuat gel. Senyawa dalam
pembuatan larutan elektrolit ini adalah Kalium
Iodida(KI), Iodine (I), PEG (Polyethylene Glycol)
dan Klorofom. Pada penelitian ini dibuat tiga variasi
elektrolit gel dengan komposisi yang berbeda untuk
melihat karakteristik dari masing-masing elektrolit.
Langkah untuk pembuatan Elektrolit A yaitu dengan
mencampurkan 3 gram KI kedalam 5 ml Iodine dan
distrirer selama 60 menit. Kemudian disiapkan
senyawa pembuat gelnya yaitu PEG 4000 sebanyak 6
gram dilarutkan dalam 6 ml klorofom, larutan
tersebut kemudian dicampurkan pada elektrolit cair
dan distirrer selama 60 menit.
Elektrolit B dibuat dengan komposisi berbeda yaitu
dengan mencampurkan 3 gram KI kedalam 5 ml
Iodine dan distrirer selama 60 menit. Kemudian
disiapkan senyawa pembuat gelnya yaitu PEG 6000
sebanyak 6 gram dilarutkan dalam 6 ml klorofom,
larutan tersebut kemudian dicampurkan pada
elektrolit cair dan distirrer selama 60 menit.
Sedangkan
Elektrolit
C
dibuat
dengan
mencampurkan 3 gram KI kedalam 5 ml Iodine dan
distrirer selama 60 menit. Kemudian disiapkan
senyawa pembuat gelnya yaitu PEG 8000 sebanyak 6
gram dilarutkan dalam 6 ml klorofom, larutan
tersebut kemudian dicampurkan pada elektrolit cair
dan distirrer selama 60 menit. Kemudian keiga
variasi disimpan botol gelap dan pastikan botol
tertutup rapat untuk menghindari penguapan
Pembuatan Elektroda Pembanding
Preparasi counter-elektroda karbon terbuat dari kaca
konduktif ITO yang diatasnya dilapisi karbon dengan
cara mengarsir kaca konduktif ITO. Setelah itu
panaskan kaca konduktif ITO yang sudah diarsir
diatas nyala api dari lilin hingga terbentuk lapisan
berwarna hitam.
Gambar 4. Hasil Elektroda Karbon
Pembuatan Sandwich DSSC
Setelah pembuatan elektroda kerja, elektroda kerja
selanjutnya diletakkan diatas elektroda pembanding
karbon dengan struktur berlapisan (sandwich) yang
mengahadap satu sama lain. Ketika ditempelkan
kedua elektroda tersebut dipasang tidak sejajar satu
sama lain Tetesi larutan elektrolit disela-sela
elektroda kerja dan elektroda pembanding karbon.
Agar kedua elektroda lebih menempel, jepit kedua
elektroda dengan klip.
Pengaruh Variasi Elektrolit Terhadap Kinerja DSSC Menggunakan Ekstrak Daun Mengkudu Sebagai Dye Sensitizer
Teknik analisis data yang digunakan untuk
menganalisa data pada penelitian ini adalah statistika
deskriptif. Sehingga analisis data dilakukan dengan
cara menelaah data yang diperoleh dari eksperimen,
dimana hasilnya berupa data kuantitatif dalam bentuk
tabel dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Langkah
selanjutnya
adalah
mendeskripsikan
atau
menggambarkan data tersebut sebagaimana adanya
dalam kalimat yang mudah dibaca, dipahami, dan
dipresentasikan sehingga pada intinya adalah sebagai
upaya memberi jawaban atas permasalahan yang
diteliti (Sugiyono, 2007:147).
Penggunaan metode statistik deskriptif bertujuan agar
dapat menggambarkan sifat suatu keadaan yang
sementara berjalan serta memeriksa sebab-sebab dari
gejala tertentu saat penelitian.
Gambar 5. Hasil Perakitan DSSC
Modifikasi Prototype DSSC
Modifikasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu
dengan melapisi prototype DSSC dengan Eva Film.
Peneliti menambahkan lembaran kuningan dan untuk
merekatkan lembaran kuningan di setiap space
digunakan lem conductive sehingga tidak akan
menghambat elektron atau meghambat dalam
pengukuran.
Perhitungan dan Analisa Data
Contoh perhitungan prototype DSSC dengan variasi
Elektrolit A mengunakan sumber cahaya lampu
Gambar 6. Modifikasi Prototype DSSC
Pengujian Prototype DSSC:
Pengujian Prototype DSSC ini dilakukan pada pukul
11.00-12.30 WIB dan pengambilan data dilakukan 5
menit sekali sejak prototype DSSC di letakan di
bawah sinar matahari selama 90 menit, dan 2 menit
sekali sejak prototype DSSC di letakan di bawah
cahaya lampu halogen selama 20 menit. Penelitian
dilakukan selama 5 hari berturut-turut untuk
mengetahui kinerja dari DSSC. Cara pengujian yang
dilakukan sama meskipun sumber cahaya berbeda
a. Siapkan Prototype DSSC, dan sisi elektroda kerja
letakkan di bawah sinar matahari langsung atau
dibawah sinar lampu halogen.
b. Japitkan multimeter yang sudah dirangkai dengan
potensiometer 250 Kš® pada lembaran kuningan
yang ada
c. Letakkan solar power meter sejajar dengan
prototype DSSC
d. Atur potensiometer ke arah maksimum sehingga
akan mendapatkan š‘‰š‘œš‘ (tegangan open circuit).
Kemudian aatur potensiometer ke arah minimum
(0) sehingga akan mendapatkan š¼š‘ š‘ (Arus short
circuit)
e. Lakukan secara bersamaan dengan ketiga
prototype DSSC, yaitu Elektrolit A, Elektrolit B,
dan Elektrolit C.
f. Amati hasil yang ada dan kemudian catat hasil
tersebut .
š‘‹1 = 130,1333 mV
š‘Œ1 = 0
š‘‹2 = 0
š‘Œ2 = 14,74444 šžµA
halogen seperti berikut:.
Hasil rata-rata dari tiap pengukuran Variasi
Elektrolit A didapatkan Ir = 877,0556 W/m2, Voc =
130,1333 mV dan Isc = 14,74444 šžµA .
1. Tegangan Maksimum (Vm) dan Arus Maksimum
(Im)
m=
m=
š‘Œ2 − š‘Œ1
š‘‹2 − š‘‹1
14,74444 −0
0− 130,1333
m = -0,1133
y = -0,1133 x + 14,74444
Tabel 1. Hasil Persamaan y
Teknik Analisis Data
431
(1)
JTM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016, Hal 427-437
Sehingga didapatkan :
š‘‰š‘œš‘ = 130,1333 mV
š¼š‘ š‘ = 14,744 šžµA = 0,014744 mA
š‘‰š‘š = 65 mV
š¼š‘š = 7,3798 šžµA = 0,0073798 mA
š¼š‘Ÿ = 877,0555556 š‘Š/š‘š2
A = 0,0022 š‘š2
x (mV)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
y(μA)
14,74444
14,17793
13,61142
13,04491
12,47839
11,91188
11,34537
10,77885
10,21234
9,645828
x.y
0
70,88966
136,1142
195,6736
249,5679
297,797
340,361
377,2599
408,4936
434,0622
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
105
9,079315
8,512802
7,946289
7,379776
6,813263
6,24675
5,680237
5,113724
4,547211
3,980698
3,414185
2,847672
453,9657
468,2041
476,7773
479,6854
476,9284
468,5062
454,4189
434,6665
409,249
378,1663
341,4185
299,0055
110
115
120
125
130
130,1333
2,281159
1,714646
1,148133
0,58162
0,015107
0
250,9275
197,1843
137,776
72,7025
1,963912
0
š‘ƒš¶š‘Žā„Žš‘Žš‘¦š‘Ž =
1,929
52222
2W
5.
E
fesien
si (šœ‚)
šœ‚=
š‘ƒš‘€š“š‘‹
š‘ƒš¶š‘Žā„Žš‘Žš‘¦š‘Ž
(5)
šœ‚=
0,0004797 W
1,929522222 W
=
0,024
86 %
Hasil
dan
Pemb
ahasa
n
Hasil
Spekt
rofoto
meter
UVVis
daun Mengkudu
2. Fill Factor (FF)
š¹š¹ =
š¹š¹ =
š‘‰š‘š š‘„ š¼š‘š
š‘‰š‘œš‘ š‘„ š¼š‘ š‘
65 š‘šš‘‰ š‘„ 0,0073798 š‘šš“
130,1333 š‘šš‘‰ š‘„ 0,014744 š‘šš“
(2)
Gambar 7. Hasil Spektrofotometer UV-Vis
š¹š¹ = 0,249999738
3. Daya Keluaran (š‘ƒš‘šš‘Žš‘„ )
(3)
š‘ƒš‘šš‘Žš‘„ = š‘‰š‘œš‘ š‘„ š¼š‘ š‘ š‘„ š¹š¹
š‘ƒš‘šš‘Žš‘„ = 130,133 š‘šš‘‰ š‘„ 0,01474 š‘šš“ š‘„ 0,249999738
š‘ƒš‘šš‘Žš‘„ = 0,4797 mW = 0,0004797 W
4. Daya Masukkan (š‘ƒš¶š‘Žā„Žš‘Žš‘¦š‘Ž )
(4)
š‘ƒš¶š‘Žā„Žš‘Žš‘¦š‘Ž = š¼š‘Ÿ × š“
š‘ƒš¶š‘Žā„Žš‘Žš‘¦š‘Ž = 877,0555556 š‘Š/š‘š2 × 0,0022 š‘š2
Uji spektrofotometer dari daun mengkudu
dilakukan pada rentang panjang gelombang 300 nm –
800 nm. Absorbansi merupakan besarnya cahaya
yang di serap oleh suatu bahan, bahan dalam
penelitian ini menggunakan daun mengkudu sebagai
dye. Daun mengkudu memiliki kandungan klorofil,
dimana molekul-molekul klorofil merupakan bagian
aktif yang menyerap cahaya matahari. Klorofil
sendiri akan menyerap cahaya secara maksimum
Pengaruh Variasi Elektrolit Terhadap Kinerja DSSC Menggunakan Ekstrak Daun Mengkudu Sebagai Dye Sensitizer
pada panjang gelombng tertentu, terutama pada
spektrum merah dan biru.Hasil yang didapat puncak
pertama dan pada panjang gelombang 672 nm dengan
absorbansi 2.221 dan kedua terletak pada panjang
gelom 617 nm dengan absorbansi 1.036. Puncak ke
tiga terletak pada panjang gelombang 457 nm dengan
absorbansi 3.728.
180
Isc (šžµA)
160
140
120
100
0
Hasil Pengujian dengan Sumber Cahaya Sinar
Matahari
20
40
Hari Ke-1
Hari Ke-4
Hubungan Tegangan Terhadap
Waktu Elektrolit A
80
100
Hari Ke-2
Hari Ke-5
Hari Ke-3
Gambar 11. Hubungan Arus terhadap Waktu pada
Elektrolit B Sumber Cahaya Sinar Matahari
150
Hubungan Tegangan Terhadap
Waktu Elektrolit C
300
280
100
260
50
0
Hari Ke-1
Hari Ke-4
50
Waktu (menit)
240
100
Hari Ke-2
Hari Ke-5
220
Hari Ke-3
200
Gambar 8. Hubungan Tegangan terhadap Waktu
pada Elektrolit A Sumber Cahaya Sinar Matahari
0
20
40
Hubungan Arus Terhadap Waktu
Elektrolit A
20
Hari Ke-1
Hari Ke-4
40
60
Waktu (Menit)
80
Hari Ke-2
Hari Ke-5
Hubungan Arus Terhadap Waktu
Elektrolit C
34
32
30
28
26
24
22
20
100
Hari Ke-3
Gambar 9. Hubungan Arus terhadap Waktu pada
Elektrolit A Sumber Cahaya Sinar Matahari
0
290
270
40
60
Waktu (Menit)
Hari Ke-2
Hari Ke-5
80
80
Hari Ke-2
Hari Ke-5
100
Hari Ke-3
Efesiensi (%)
20
60
Efesiensi Sumber Cahaya
Matahari
1
250
Hari Ke-1
Hari Ke-4
40
Waktu (Menit)
Gambar 4.13. Hubungan Arus terhadap Waktu pada
Elektrolit C Sumber Cahaya Sinar Matahari
310
0
20
Hari Ke-1
Hari Ke-4
Hubungan Tegangan Terhadap
Waktu Elektrolit B
330
100
Hari Ke-3
Isc (šžµA)
0
80
Gambar 4.12. Hubungan Tegangan terhadap Waktu
pada Elektrolit C Sumber Cahaya Sinar Matahari
Isc (šžµA)
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
60
Waktu (Menit)
Hari Ke-2
Hari Ke-5
Hari Ke-1
Hari Ke-4
Voc (mV)
60
Waktu (Menit)
Voc (mV)
Voc (mV)
200
Hubungan Arus Terhadap Waktu
Elektrolit B
100
0.5
Hari Ke-3
Gambar 10. Hubungan Tegangan terhadap Waktu
pada Elektrolit B Sumber Cahaya Sinar Matahari
0
0
2
Elektrolit A
Hari
Elektrolit B
4
6
Elektrolit C
Gambar 14. Hubungan Efesiensi terhadap Hari
dengan Sumber Cahaya Sinar Matahari
433
JTM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016, Hal 427-437
Hasil Pengujian dengan Sumber Cahaya Lampu
Halogen
Hubungan Tegangan Terhadap
Waktu Elektrolit A
150
Hubungan Tegangan Terhadap
Waktu Elektrolit C
160
Voc (mV)
Voc (mV)
140
120
100
100
0
0
5
Hari Ke-1
Hari Ke-4
10
15
Waktu (Menit)
Hari Ke-2
Hari Ke-5
20
25
Hari Ke-3
Isc (šžµA)
Isc (šžµA)
6
20
Hari Ke-2
Hari Ke-5
25
Hari Ke-3
Hubungan Arus Terhadap Waktu
(Elektrolit C)
30
Hubungan Arus Terhadap Waktu
(Elektrolit A)
8
10
15
Waktu (Menit)
Gambar 19. Hubungan Tegangan terhadap Waktu
pada Elektrolit C Sumber Cahaya Lampu Halogen
Gambar 15. Hubungan Tegangan terhadap Waktu
pada Elektrolit A Sumber Cahaya Lampu Halogen
10
5
Hari Ke-1
Hari Ke-4
50
20
10
4
0
2
0
0
0
5
10
15
Waktu (Menit)
Hari Ke-1
Hari Ke- 4
Hari Ke-2
Hari Ke-5
20
25
Hari Ke-3
Gambar 16. Hubungan Arus terhadap Waktu pada
Elektrolit A Sumber Cahaya Lampu Halogen
200
5
10
15
Waktu (Menit)
20
hari Ke-2
Hari Ke-5
25
Hari Ke-3
Gambar 17. Hubungan Tegangan terhadap Waktu
pada Elektrolit B Sumber Cahaya Lampu Halogen
Hubungan Arus Terhadap Waktu
Elektrolit B
80
Isc (šžµA)
60
40
20
0
0
5
Hari Ke-1
Hari Ke- 4
10
15
Waktu (Menit)
Hari Ke-2
Hari Ke-5
20
25
Hari Ke-3
Efesiensi Sumber Cahaya Lampu
Halogen
0
150
Hari Ke-1
Hari Ke-4
15
Hari Ke-2
Hari Ke-5
Efesiensi (%)
Voc (mV)
250
0
10
Waktu (Menit)
Gambar 20. Hubungan Arus terhadap Waktu pada
Elektrolit C Sumber Cahaya Lampu Halogen
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
Hubungan Tegangan Terhadap
Waktu Elektrolit B
300
5
Hari Ke-1
Hari Ke- 4
20
25
Hari Ke-3
Gambar 18. Hubungan Arus terhadap Waktu pada
pada Elektrolit B Sumber Cahaya Lampu Halogen
2
elektrolit A
Hari
Elektrolit B
4
6
Elektrolit C
Gambar 21. Hubungan Efesiensi terhadap Hari
dengan Sumber Cahaya Sinar Lampu Halogen
Analisis Pengukuran Prototype DSSC
Rata-rata dari pengambilan data yang berupa Voc dan
Isc selama 5 hari menggunakan sumber cahaya
matahari dalam penelitian ini cenderung menurun,
namun penurunan yang terjadi tidak drastis kecuali
pada elektrolit A pada hari kedua. Penurunan rata –
rata ini disebabkan intensitas cahaya matahari tiap
harinya berbeda, dimana hari pertama memulai
pengukuran dengan intensitas tinggi sehingga hasil
Voc dan Isc juga tinggi, intensitas tinggi sehingga
hasil Voc dan Isc juga tinggi, dan pada hari hari
berikutnya rata-rata intensitas matahari semakin
menurun apalagi pada hari kelima, dimana cuaca nya
berawan dan sedikit mendung. Jadi rata-rata hasil
Voc dan Isc yang didaptkan juga turun. Intensitas
Pengaruh Variasi Elektrolit Terhadap Kinerja DSSC Menggunakan Ekstrak Daun Mengkudu Sebagai Dye Sensitizer
matahari sangat mempengaruhi hasil tegangan dan
arus, apabila intensitas matahari tinggi (cerah) arus
dan tegangan akan naik atau bisa konstan, sedangkan
apabila intensitas matahari turun (berawan atau
mendung) hasil dari tegangan dan arus akan turun.
Pengukuran yang dilakukan selama 20 menit selama
5 hari dimana prototype yang terpapar oleh sinar
lampu halogen secara terus menerus meghasilkan
Voc dan Isc dari ketiga variasi Elektrolit cenderung
menurun. Penurunan arus dan tegangan bisa terjadi
karena penguapan elektrolit yang terjadi pada
prototype akibat panas dari lampu halogen, namun
hal tersebut sudah diminimalisir oleh pemberian
lapisan Eva Film dan juga secara teori, kenaikan
temperatur mampu meningkatkan konduktivitas
semikonduktor TiO2 sehingga arus semakin tinggi
dengan kenaikan temperatur. (Biaunik N. Kumila
2013.). Oleh karena itu ada indikasi lain yang lebih
dominan daripada penguapan pada elektrolit seperti
yang dinyatakan Biaunik N. Kumila 2013 yaitu
jumlah elektron per satuan waktu yang diberikan
elektrolit kepada dye tidak seimbangdengan
kecepatan elektron per satuan waktu yang keluar
menuju rangkaian luar akibat diinjeksi energi oleh
foton.
Efisiensi prototype DSSC dengan sumber cahaya
sinar matahari yaitu 0,826% lebih tinggi atau lebih
baik daripada efisinsi prototype DSSC dengan
sumber cahaya dari lampu halogen yaitu sebesar
0,133%. Hal tersebut didukung pernyataan bahwa
nilai tegangan yang lebih besar dari iluminansi
cahaya matahari disebabkan cahaya matahari
mempunyai intensitas cahaya yang lebih tinggi selain
itu spektrum cahaya yang dipancarkan lebih lebar.
Oleh karena itu cahaya matahari merupakan sumber
iluminansi yang paling efektif untuk pengujian.
(Septina Wilman, dkk, 2007).
Variasi elektrolit B memiliki efisiensi paling tinggi
daripada variasi elektrolit A dan elektrolit C saat
dilakukan pengujian dengan sumber cahaya sinar
matahari maupun sumber cahaya dari lampu halogen.
Hal tesebut bisa terjadi karena beberapa faktor yang
mempengaruhi seperti ketebalan TiO2, dye yang
digunakan, resistansi kaca, dan juga elektrolit. Dalam
penelitian ini perlakuan pada ketiga DSSC sama
kecuali komponen dalam pembuatan elektrolit.
Perbedaan terletak pada berat molekul PEG yang
digunakan berbeda, elektrolit A dengan campuran
PEG 4000 cenderung agak cair dibandingkan
elektrolit B dengan campuran PEG 6000 dan
elektrolit C dengan campuran PEG 8000 yang
semakin kental. Sehingga membuat elektrolit A
kemungkinan masih terjadi lost iodine. Elektrolit C
yang lebih kental daripada elektrolit B seharusnya
hasil yang didapat lebih baik karena kemungkinan
untuk terjadi lost iodine sangat kecil, namun pada
penelitian ini elektrolit B lebih baik. Hal tersebut
disebabkan karena pada elektrolit C kinerja iodine
berkurang akibat terlalu kental atau padat sehingga
kinerja iodine jadi terhambat.
Elektrolit cair, ion-ion dalam larutan tersebut
mudah bergerak sehingga daya hantarnya semakin
besar, namun kekurangannya akan terjadi lost iodine.
Sedangkan pada larutan elektrolit yang kental
pergerakan ion lebih sulit sehingga daya hantarnya
menjadi lebih rendah.
Pengaruh pemberian elektrolit berupa gel dan
prototype DSSC yang di lapisi dengan Eva film
membuat penurunan yang terjadi tidak drastis atau
hanya sedikit demi sedikit, lebih cenderung stabil dari
awal pengukuran sampai 5 hari pengukuran. Dengan
kata lain, elektrolit gel ini mampu meningkatan life
time DSSC. Dengan mengembangkan elektrolit
berbasis polimer ini maka DSSC dapat lebih bertahan
lama. Karena berdasarkan penelitian-penelitian
sebelumnya dengan menggunakan elektrolit liquid,
DSSC hanya mampu bertahan maksimal dalam waktu
5 jam dari pemakaian awal untuk satu kali penetesan
elektrolit sebab elektrolit yang berwujud liquid
mempunyai penguapan yang lebih cepat sehingga
ketika akan dilakukan pengukuran harus ditetesi
elektrolit lagi, hal ini terbukti dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Fathimatuz Zahroh,
2013,
menyebutkan
bahwa
peneliti
harus
menenteskan elektrolit cair setiap kali melakukan
pengukuran. Hal ini dilakuakan karena arus yang
dihasilkan menurun drastis dari pengukuran pertama.
Sedangkan pada penelitian ini, sampai jangka waktu
5 hari dari awal pengukuran DSSC tetap mampu
bertahan dengan kestabilan tegangan dan arus yang
masih tinggi. Penguapan pada elektrolit gel lebih
lama dibanding elektrolit liquid sehingga tidak
banyak iodine yang hilang akibat penguapan.
Meskipun terjadi penurunan drastis pada elektrolit A,
karena elektrolit yang digunakan lebih encer daripada
elektrolit B dan elektrolit C, sehingga ada indikasi
masih terjadi adanya penguapan pada elektrolit.
Efesiensi yang dihasilkan dari penelitian ini lebih
tinggi dibandingkan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Irmayatul Hikmah dengan
menggunakan pencahayaan lampu halogen, ekstrak
murbei sebagai dye dan menggunakan PEG 1000
sebagai campuran pembuatan elektrolit yang
menghasilkan efisiensi 0,0724%. Efisiensi yang
dihasilkan oleh Hafidz Bahtiar yang mengunakan
sumber cahaya lampu xenon, ekstrak klorofil +
435
JTM. Volume 04 Nomor 03 Tahun 2016, Hal 427-437
karotenoid sebagai dye dan menggunakan PEG
sebagai campuran pembuatan elektrolit efisiensi yang
didapat juga lebih randah daripada efisiensi penelitian
ini. Efisiensi dari penelitian Hafidz Bahtiar sebesar
0,0000442%.
Penelitian Dye sensitized Solar cell menggunakan
dye daun mengkudu dan elektrolit berupa gel ini
masih memiliki kualitas yang kurang baik, karena
memiliki efesiensi konversi yang masih rendah.
Efisiensi konversi sel surya tersensitisasi dye untuk
saat ini telah mencapai 10-11%. (Schmidt,Mende L.
& Gratzel,M, 2006)
PENUTUP
Kesimpulan
Telah dibuat sel surya tipe DSSC, Prototype DSSC
sendiri terdiri dari 3 komponen yaitu Elektroda Kerja,
Elektroda Pembading dan Elektrolit. Elektroda Kerja
terdiri dari kaca ITO (Indinium Tin Oxide) yang di
deposisi dengan pasta TiO2 dengan menggunakan
metode doctor blade dan direndam dengan dye dari
ekstrak daun mengkudu selama 24 jam. Larutan
elektrolit
dibuat
gel,
dengan
penambahan
Polyethylene Glycol (PEG), PEG yang digunakan
yaitu PEG BM 4000 sebagai variasi A, PEG BM
6000 sebagai variasi B, dan PEG BM 8000 sebagai
variasi C. Sedangkan Elektroda pembanding berupa
kaca ITO yang dilapisi dengan karbon. Setelah 3
komponen dibuat, selanjutnya elektroda kerja
diletakkan diatas elektroda pembanding karbon
dengan struktur berlapisan (sandwich). Tetesi larutan
elektrolit disela-sela elektroda kerja dan elektroda
pembanding karbon. Agar kedua elektroda lebih
menempel, jepit kedua elektroda dengan klip. Pada
penelitian ini prototype DSSC dimodifikasi dengan
melapisi permukaan DSSC dengan menggunakan
Eva Film.
Dye klorofil dari ekstrak Daun Mengkudu
(Morinda Citrifolia.) memiliki nilai panjang
gelombang 308.00-672.00 nm dan nilai puncak
absorbansi maksimum 3,938 pada panjang
gelombang 434.00 nm. Hasil Karakteristik I-V
menggunakan sumber cahaya sinar matahari pada
elektrolit A mendapatkan hasil rata-rata arus dan
tegangan yang paling tinggi yaitu sebesar 14,7444 μA
dan 130,1333 mV, elektrolit B yaitu sebesar
168,0889 μA dan 318,5 mV, sedangkan elektrolit C
yaitu sebesar 30,8778 μA dan 249,4444 mV. Hasil
Karakteristik I-V menggunakan sumber cahaya
lampu halogen pada elektrolit A mendapatkan hasil
rata-rata arus dan tegangan yang paling tinggi yaitu
sebesar 7,09 μA dan 101,27 mV, elektrolit B yaitu
sebesar 62,03 μA dan 231,3 mV, sedangkan elektrolit
C yaitu sebesar 24,04 μA dan 146,3 mV.
Efisiensi tertinggi pengukuran prototype DSSC
menggunakan sumber cahaya sinar matahari yaitu
Elektrolit A sebesar 0,0249 %, Elektrolit B sebesar
0,826%, dan Elektrolit C sebesar 0,1187%.
Sedangkan efisiensi tertinggi menggunakan sumber
cahaya Lampu Halogen yaitu Elektrolit A sebesar
0,00665%, Elektrolit B sebesar 0,133%, dan
Elektrolit C sebesar 0,0326%.
SARAN
Perlu dikaji lebih jauh mengenai pengaruh berbagai
karakteristik komponen DSSC terhadap performansi
sel surya. Pemberian elektrolit diusahakan sedikit
paling tidak 3 tetes agar pasta š‘‡š‘–š‘‚2 tidak mudah retak
Perlu diperhatikan cara pendeposisian š‘‡š‘–š‘‚2 dan
ketebalan pasta š‘‡š‘–š‘‚2 sehingga lapisan š‘‡š‘–š‘‚2 bisa rata
dan tipis atau bisa transparan. Dan untuk penelitian
selanjutnya, disarankan untuk tidak memakai substrat
yang memiliki nilai resistansi yang sangat besar
karena hal ini mampu menurunkan nilai fill factor
dan efisiensi DSSC
DAFTAR PUSTAKA
Amao, Y., Yamada, Y., Aoki, K., 2004, Journal of
Photochemistry
and
Photobiology
A:
Chemistry, 164, 47-51
Bangun, A. P.,DR, MHA dan Saworno, B. Khasiat
dan Manfaat Mengkudu. Jakarta: Agromedia
Pustaka, 2002
E. Barnoy, et al., The Potential Of Natural,
Photosynthetics Pigments to Improve The
Effeciency of Dye-Sensitized Solar Cells,
Thesis M. Sc, University of Maryland, 2011
Fanditya Dody R., 2014, Pengaruh Variasi
Konsentrasi Klorofil Terhadap Daya Keluaran
Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC).Universitas
Brawijaya
Harborne. J. B. 1973. Phytochemical Method.
London : Chapman and Hall, Ltd. P. 49-188
Hikmah, Irmayatul dan Prajitno Gontjang. 2015.
“Pengaruh Penggunaan Gel-Electrolyte Pada
Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC)
Berbasis š‘‡š‘–š‘‚2 Nanopartikel Dengan Ekstrak
Murbei (Morus) Sebagai Dye Sensitizer Pada
Substrak Kaca ITO ”. Jurnal Sains dan Seni
ITS Vol. 4
Kay, A., Gratzel, M., 1996, “Low Cost Photovoltaic
Modules
based
on
dye
sensitized
nanocrystalline titabium dioxide and carbon
powder”, Solar Energy Materials & Solar
Cells, 44,99-117
Pengaruh Variasi Elektrolit Terhadap Kinerja DSSC Menggunakan Ekstrak Daun Mengkudu Sebagai Dye Sensitizer
Kumila, Biaunik N. dan Prajitno Gontjang. 2015.
“Pengaruh Penggunaan Gel-Electrolyte Pada
Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC)
Berbasis š‘‡š‘–š‘‚2 Orde Nano Menggunakan Kulit
Manggis Sebagai Dye Sensitizer”. Jurnal Sains
dan Seni POMITS Vol. 1.
Schmidt, Mende L. & Gratzel,M.(2006). pore-filling
and its effect on the effeciency of solid -state
dye sensitized solar celll.thin solid films.
500:296-301
Septina Wilman., et al.,2007. “Pembuatan Prototipe
Solar Cell Murah dengan Bahan OrganikInorganik (Dye-sensitized Solar Cell)”.
Laporan Akhir Penelitian Bidang Energi. ITB
Wei Tu, Chi, dkk. 2008. Performance of Gelled-Type
Dye-Sensitized Solar Cells Associated with
Glass Transition Temperature of The
Gelatinizing Polymers. Europian Polymer
Journal ELSEVIER(44)
Zahroh, Fatimatuz. 2013. Pengaruh Pembebanan
pada Prototipe Dye Sensitized Solar Cell
(DSSC) TiO2 Orde Nano dengan Metode Spin
Coating Menggunakan Kulit Manggis sebagai
Dye Sensitizer. ITS. Surabaya.
Zamrani R.A., 2013. Pembuatan Dan Karakterisasi
Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC)
Menggunakan Ekstraksi Kulit Buah Manggis
Sebagai Dye Sensitizer Dengan Metode
Doctor Blade. ITS
.
437
Download