View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan salah satu komponen penting dalam
menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal ini
disebabkan oleh karena pertumbuhan perekonomian yang hanya di
dorong oleh konsumsi tanpa adanya konstribusi yang berarti dari
investasi, maka dapat dipastikan pertumbuhan tersebut tidak dapat
berlanjut terus (Tambunan, 2001). Kegiatan investasi memungkinkan
suatu daerah terus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan
kerja, meningkatkan pendapatan dan taraf kemakmuran. Adanya
investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga
akan menyerap faktor produksi dan menciptakan lapangan pekerjaan
baru yang pada gilirannya akan mengurangi jumlah pengangguran.
Dengan demikian akan menambah output dan pendapatan baru pada
faktor produksi sehingga akan terjadi pertumbuhan ekonomi.
Dalam konteks pertumbuhan ekonomi, penanaman modal atau
investasi merupakan dua unsur yang saling terkait dan tidak bisa di
pisahkan.
Dinamika
penanaman
modal
mempengaruhi
tinggi
1
rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan marak lesunya
pembangunan. Dalam upaya meningkatkan penanaman modal, maka
setiap daerah berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif
sehingga dapat menggairahkan investasi. Iklim investasi adalah semua
hal yang berhubungan dengan kebijakan, kelembagaan dan lingkungan
baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di
masa datang, yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dan
resiko suatu investasi. Ada tiga faktor utama dalam iklim investasi
yang pertama kondisi ekonomi makro, yang mencakup stabilitas
ekonomi makro, keterbukaan ekonomi, persaingan pasar, dan stabilitas
sosial dan politik. Kedua pemerintahan dan kelembagaan, yang
mencakup kejelasan dan efektifitas peraturan, perpajakan, sistem
hukum, sektor keuangan, fleksibilitas pasar tenaga kerja dan
keberadaan tenaga kerja yang terdidik dan terampil. Ketiga
infrastruktur, yang mencakup antara lain sarana transportasi,
telekomunikasi, listrik, dan air (Asian Development Bank, 2005).
Melihat potensi yang dimiliki provinsi Sulawesi Selatan yang
cukup besar bagi kegiatan investasi baik itu berupa potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia maupun perkembangan teknologi.
Selain itu provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu provinsi
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dilihat dari
2
perkembangan nilai PDRBnya, apabila dibandingkan dengan daerahdaerah lainya di Indonesia pasca terjadinya krisis ekonomi. Oleh
karena itu pemerintah harus terus berupaya menciptakan iklim
investasi yang kondusif di provinsi Sulawesi Selatan sehinnga investor
tertarik untuk menanamkan modalnya.
Selain itu ada beberapa indikator ekonomi makro lain yang
dapat mempengaruhi investasi yaitu biaya investasi itu sendiri yang
berkaitan dengan tingkat bunga. Tingkat bunga akan berpengaruh
terhadap
tingkat
pengembalian
modal.
Beberapa
kalangan
mengkhawatirkan tingginya tingkat suku bunga investasi beberapa
periode belakangan, terlebih pada tahun-tahun dimulainya krisis
ekonomi moneter menjadi masalah serius yang akan menyebabkan
tidak bergeraknya sektor riil. Kebijakan pemberian kredit dengan
tingkat suku bunga tinggi semakin menyulitkan perusahaan dalam
memperoleh sumber dana investasi dari kalangan perbankan.
(Prasetyoningsuryo,2000).
Indikator makro ekonomi yang juga dapat mempengaruhi
investasi ialah inflasi. Para investor akan sangat memperhatikan laju
inflasi, apakah dapat menciptakan iklim yang menguntungkan atau
merugikan bagi mereka. Inflasi dapat menimbulkan dampak negatif
dan dampak positif. Apabila inflasi ringan, akan berpengaruh untuk
3
merangsang terjadinya kegiatan investasi hal ini disebabkan karena
inflasi yang ringan akan meningkatkan produktivitas.
Selain berupaya mengendalikan masalah
indikator makro
ekonomi yaitu inflasi dan tingkat suku bunga kredit, upaya lain yang
dapat dilakukan dalam meningkatkan
kegiatan investasi yaitu
pemerintah melakukan berbagai kebijakan, salah satunya adalah
menentukan tingkat upah. Namun pemerintah mengalami dilemma
dalam menentukan tingkat upah. Disatu sisi, dengan penentuan upah
minimum yang tinggi akan memberatkan sisi produsen sebagai
pemakai faktor tenaga kerja dalam menjalankan kegiatan produksi.
Tetapi di lain sisi penentuan upah minimum yang terlalu rendah akan
menekan kesejahteraan pekerja.
Secara umum investasi dapat dibedakan menjadi dua kategori
yaitu berupa penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman
modal asing (PMA). PMDN dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
pembelanjaan penanam modal atau perusahaan untuk membeli barangbarang produksi, untuk menambah kemampuan memproduksi barang
dan jasa yang tersedia dalam perekonomian yang berasal dari investasi
dalam negeri. Sedangkan PMA adalah pembelanjaan barang-barang
modal untuk menambah kemampuan produksi barang dan jasa yang
dilakukan oleh penanam modal asing dengan menggunakan modal
4
asing (Setyowati dan Fatimah, 2007). Oleh karena itu investasi, baik
PMDN dan PMA, memainkan peranan penting dalam menentukan
jumlah output dan pendapatan.
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebagai sumber
domestik merupakan kunci utama pertumbuhan nasional. Di satu pihak
mencerminkan permintaan efektif dan dilain pihak menciptakan
efisiensi produktif bagi produksi dimasa depan. Proses penanaman
modal ini menghasilkan kenaikan output nasional dalam berbagai cara.
Penanaman modal dalam negeri ini pula yang akan membawa kearah
kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi pada gilirannya akan
membawa kearah spesialisasi dan penghematan produksi skala luas.
Penanaman modal membantu usaha penyediaan mesin, alat dan
perlengkapan bagi tenaga buruh yang semakin meningkat. Jadi PMDN
menghasilkan kenaikan besarnya output nasional, pendapatan, dan
pekerjaan, dengan demikian memecahkan masalah inflasi dan neraca
pembayaran. Serta membuat perekonomian bebas dari beban utang
luar negeri.
Sumber yang dapat di kerahkan untuk pembentukan modal
adalah kenaikan pendapatan nasional, pengurangan konsumsi,
penggalakan tabungan, pendirian lembaga keuangan, menggerakkan
simpanan emas, langkah-langkah fiscal dan moneter dan sebagainya.
5
Karena syarat utama bagi pembangunan ekonomi dalam negeri ialah
proses
pertumbuhannya
harus
bertumpu
pada
kemampuan
perekonomian di dalam negeri dan sebaiknya sumber modal yang
berasal dari luar hanya merangsang atau membantu sumber yang
berada dalam negeri dan bukan untuk di jadikan sebagai sumber
kekuatan untuk jangka panjang.
Penyerapan modal asing memang juga memiliki peran penting
dalam upaya penghimpunan dana untuk pembangunan. Arus masuk
modal asing (capital inflows) berperan dalam menutup gap devisa
yang ditimbulkan oleh defisit pada transaksi berjalan. Selain itu,
masuknya modal asing juga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi
yang lesu akibat kurangnya modal bagi pelaksanaan pembangunan
ekonomi. Modal asing ini selain sebagai perpindahan modal juga dapat
memberikan kontribusi positif melalui aliran industrialisasi dan
modernisasi. Akan tetapi apabila modal asing tersebut tidak dikelola
dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang besar, terutama
apabila terjadinya capital flows reversal (Zulkarnain, 1996).
Penggunaan modal asing memang memberikan sumbangsih
yang cukup besar terhadap pembangunan ekonomi akan tetapi dalam
jangka panjang ketergantungan terhadap
penggunaan modal asing
akan memberikan dampak buruk terhadap perekonomian. Hal ini
6
disebabkan karena sebagian besar keuntungan dari penggunaan modal
asing biasanya hanya dinikmati oleh pihak asing. Selain itu kehadiran
investor asing akan berdampak buruk bagi investor dalam negeri yang
memiliki usaha yang sejenis karena biasanya investor dalam negeri
kurang mampu bersaing dari segi penggunaan teknologi. Oleh karena
itu
sebaiknya
pembangunan
ekonomi
harus
bertumpu
pada
kemampuan modal dalam negeri. Sementara penggunanaan modal
asing harus hanya bersifat merangsang dan membantu kekuatan modal
dalam negeri. Apabila kemampuan modal dalam negeri dianggap
sudah
mampu
menunjang
pembangunan
ekonomi
sebaiknya
penggunaan modal asing semakin dikurangi.
Pada Tabel 1.1, dapat dilihat perkembangan realisasi proyek
investasi PMDN di provinsi Sulawesi Selatan sejak 1996-2010 dimana
perkembanganya terus berfluktuatif, yaitu mengalami naik turun
besaran nilai proyeknya. Nilai terbesar realisasi proyek Penanaman
Modal Dalam Negeri terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 3.212.298
juta rupiah dan nilai realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri terkecil
terjadi pada tahun 2001 yaitu hanya sebesar 93.612 juta rupiah.
Fluktuasi yang terjadi pada besarnya nilai realisasi Penanaman Modal
Dalam
Negeri
tidak
lepas
dari
pengaruh-pengaruh
stabilitas
perekonomian, perkembangan indikator ekonomi makro serta situasi
7
sosial politik dan keamanan yang tidak stabil sehingga dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam melakukan investasi.
Tabel 1.1 Realisasi Proyek Investasi (PMDN) Selama Tahun 19962010 di Provinsi Sulawesi Selatan.
Tahun
PMDN
Banyak Proyek
Nilai Proyek (Juta Rupiah)
1996
25
680.155
1997
23
1.125.204
1998
9
284.866
1999
6
212.043
2000
16
1.203.124
2001
23
93.612
2002
9
179.093
2003
13
315.047
2004
8
133.233
2005
8
160.585
2006
14
130.426
2007
9
244.670
2008
14
1.186.911
2009
10
955.791
2010
23
3.212.298
Sumber : Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan
8
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di paparkan
sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
dengan judul “ Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional
Bruto, Tingkat Upah, Suku Bunga Kredit dan Inflasi Terhadap
Penanaman Modal Dalam Negeri di Provinsi Sulawesi Selatan
Periode 1996-2010”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka
penulis mengangkat permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian
ini adalah apakah Produk Domestik Regional Bruto, tingkat upah,
suku bunga kredit dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap
penanaman modal dalam negeri di Sulawesi Selatan.
1.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari perubahan PDRB, tingkat
upah, suku bunga kredit dan inflasi terhadap penanaman modal dalam
negeri di provinsi Sulawesi selatan periode 1996-2010.
Sedangkan kegunaan penelitian ini yaitu :
9
1. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait dalam menetapkan
suatu kebijakan tentang penanaman modal dalam negeri
di
provinsi Sulawesi selatan.
2. Sebagai salah satu bahan studi yang dapat menjadi bahan referensi
bagi penelitian serupa dimasa yang akan datang.
10
Download