Metodologi Mengajar Tanpa Kekerasan Dan

advertisement
genpositif
guru generator energi positif
1
Profile Penulis
Jupri, S.Sos.I
Jupri lahir di kota Pekanbaru 1979, dan pernah
menimba ilmu di Pesantren Wali Songo
Ponorogo Jawa Timur tahun 1993-1999, selama
kuliah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, ia aktif dalam Organisasi PII di Ciputat
(Pelajar Islam Indonesia) dan sekarang menjadi
penikmat pendidikan dan menjadi Guru Agama
Islam di Sekolah Global Mandiri.
2
Metodologi Mengajar Tanpa Kekerasan dan Menyenangkan
Oleh: Jupri S.Sos.I
A. Pendahuluan
Tindak kekerasan dalam dunia pendidikan tidak diinginkan oleh siapapun
juga, tetapi permasalahan ini masih sering terjadi dalam dunia pendidikan yang
sepatutnya menyelesaikan masalah secara educatif bukan dengan kekerasan yang
mengatasnamakan pendidikan.
Kekerasan dalam pendidikan di Indonesia sering terjadi, misalnya, akhir
1997, di salah satu SDN Pati, seorang ibu guru kelas IV menghukum murid-murid
yang tidak mengerjakan PR dengan menusukkan paku yang dipanaskan ke tangan
siswa. Di Surabaya, seorang guru olah raga menghukum lari seorang siswa yang
mengakibatkan siswa itu tewas. Dalam periode yang tidak berselang lama,
seorang guru SD Lubuk Gaung, Bengkalis, Riau, menghukum muridnya dengan
lari keliling lapangan dalam kondisi telanjang bulat. Bulan Maret 2002 yang lalu,
terjadi pula seorang pembina pramuka bertindak asusila terhadap sisiwinya saat
acara Camping. Selain tersebut di atas, banyak lagi kasus kekerasan pendidikan
masih melembari wajah pendidikan kita.
Dampak dari tindakan kekerasan tersebut dapat menimbulkan kesakitan
fisik atau trauma psikologis jangka panjang yang berpengaruh terhadap
kepribadian anak. Tindak kekerasan dalam dunia pendidikan kadang dilakukan
tanpa menyadari hak dan kewajiban anak. Sudah nyata tertera dalam undangundang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
Bab 3, pasal 4 yang berbunyi Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpatisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi.
Penulis mengajak kepada para guru untuk mencari dan menggali metode
mangajar yang pantas tanpa kekerasan dan menyenangkan, cukuplah sebagian
3
Guru-guru kita yang dahulu mengajari kita dengan keras, tapi jangan kita warisi
tradisi itu, karena siswa sekarang tidak memerlukan tradisi itu dan hakikatnya
kalau kita mengajari siswa kita sepereti guru yang mengajari kita dulu maka hal
itu tidak pantas, karena siswa kita tidak hidup pada zaman guru kita, mereka
mempunyai zaman mereka sendiri.
Oleh sebab itu penulis mengangkat tema metodologi mengajar tanpa
kekerasan dan menyenangkan ini agar guru dapat memilih dan memperkaya
tehnik pembelajaran sehingga tujuan dari proses belajar mengajar itu tercapai
dengan menyesuaikan gaya belajar siswa saat ini.
B. Pengertian
1. Pemgertian Metodologi Mengajar.
Metodologi berasal dari bahasa latin meta dan hodos, meta artiya jauh
(melampau) dan hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai
cara-cara mencapai tujuan. Sedangkan pengertian mengajar menurut beberapa
ahli sebagai berikut:
Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah
suatu
rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat
menerima, menanggapi dan menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran
itu .
Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar ialah a way
working with students
A process of interaction. the teacher does something
to student and the students do something in return. Dari definisi itu tergambar
bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik
antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
Nasution (1986) berpendapat bahwa mengajar adalah . suatu aktivitas
mengorganisasi
atau
mengatur
lingkungan
sebaik-baiknya
dan
menghubungkannya dengan anak dan sehingga terjadi proses belajar .
4
Tardif (1989) mendefinisikan dan mengajar adalah. any action
performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating
learning in another individual (the learner) dan yang berarti mengajar adalah
perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini peserta didik)melakukan
kegiatan belajar.
Sebagian para ahli mengatakan bahwa mengajar adalah menanamkan
pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam diri anak didik, sebagian para ahli
lainnya mengatakan bahwa mengajar diartikan menata berbagai kondisi belajar
secara pantas. Kondisi yang ditata itu adalah kondisi eksternal anak didik.
Termasuk dalam kondisi eksternal ini adalah komunikasi verbal guru dengan
anak didik.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metodologi
mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas
yang tersistem dalam lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik,
yang melakukan proses interaksi timbal balik sehingga tujuan pengajaran
tercapai.
2. Pengertian Kekerasan
Menurut New Oxford Dictionary (1998), kekerasan atau violence
adalah tingkah laku yang melibatkan kekuatan fisik untuk melukai, menyakiti,
merusak dan membunuh seseorang.
Pada awalnya terminologi tindak kekerasan atau child abuse dan
neglect berasal dari dunia kedokteran. Sekitar tahun 1946, Caffey (seorang
radiologist) melaporkan kasus berupa gejala-gejala klinik seperti patah tulang
panjang yang majemuk (multiple fractures) pada anak-anak atau bayi disertai
pendarahan tanpa diketahui sebabnya (unrecognized trauma). Dalam dunia
kedokteran, kasus ini dikenal dengan istilah Caffey Syndrome (Ranuh, 1999).
Kasus yang ditemukan Caffey diatas semakin menarik perhatian
public ketika Henry Kempe tahun 1962 menulis masalah ini di Journal of the
5
American Medical Assosiation, dan melaporkan bahwa dari 71 Rumah Sakit
yang ia teliti, ternyata terjadi 302 kasus tindak kekerasan terhadap anak-anak,
dimana 33 anak dilaporkan meninggal akibat penganiayaan yang dialaminyan
dan 85 mengalami kerusakan otak yang permanen. Henry Kempe menyebut
kasus penelentaran dan penganiayaan yang dialami anak-anak dengan istilah
Battered Child Syndrome yaitu: Setiap keadaan yang disebabkan kurangnya
perawatan dan perlindungan terhadap anak oleh orangtua atau pengasuh lain.
Selain Battered Child Syndrome, istilah lain untuk menggambarkan
kasusu penganiayaan yang dialami anak-anak adalah Maltreatment Synrome,
yang meliputi gangguan fisik seperti diatas, juga gangguan emosi anak dan
adanya akibat asuhan yang tidak memadai, eksploitasi sexsual dan ekonomi,
pemberian makanan yang tidak layak bagi anak atau makanan kurang gizi,
pengabaian pendidikan dan kesehatan dan kekerasan yang berkaitan dengan
medis (Gelles, 1985).
C. Model Pembelajaran yang Menyennangkan.
1. Active learning, dicetuskan oleh Melvin L.Silberman, asumsi dasar yang
dibangun dari model pembelajaran ini adalah bahwa belajar bukan merupakan
konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan
belajar itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka
mempelajari
gagasan-gagasan,
memecahkan
berbagai
masalah
dan
menerapkan apa yang mereka pelajari.
Dalam active learning, cara belajar dengan mendengarkan saja akan cepat
lupa, dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara
mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham,
dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang
6
terbagus adalah dengan mengajarkan. Belajar aktif merupakan langkah cepat,
menyenangkan, dan menarik. Active learning menyajikan 101 strategi
pembelajaran aktif yang dapat diterapkan hampir untuk semua materi
pembelajaran.
2. Quantum learning, merupakan cara pengubah bermacam-macam interaksi,
hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Dalam
prakteknya,
quantum
learning
menggabungkan
sugestologi,
teknik
pemercepatan belajar dan neorolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode
tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa jika siswa mampu
menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat
loncatan prestasi yang bisa terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang
tepat siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat ganda. Salah satu konsep
dasar dari metode ini adalah belajar itu harus mengasyikkan dan berlangsung
dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih
besar dan terekam dengan baik.
Sedang quantum teaching berusaha mengubah suasana belajar yang menoton
dan membosankan ke dalam suasana belajar yang meriah dan gembira dengan
memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan
kekuatan yang integral. Quantum teaching berisi prinsip-prinsip sistem
perancangan pengajaran yang efektif, efisien, dan progresif berikut metode
penyajiannya untuk prakteknya, model pembelajaran ini bersandar pada asas
utama bawalah dunia mereka kedunia kita, dan antarkanlah dunia kita ke
dunia mereka. Pembelajaran, dengan demikian merupakan kegiatan full content
yang melibatkan semua aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa
tubuh) di samping pengetahuan, sikap, dan keyakinan sebelumnya, serta
persepsi masa mendatang. Semua ini harus dikelola sebaik-baiknya,
diselaraskan hinnga mencapai harmoni (diorkestrasi).
7
3. Accelerated learning merupakan pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar
dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat,
menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini, Dave Meier menyarankan
kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic,
Auditory, Visual, dan Intellectual (SAVI). Somatic dimaksudkan sebagai
learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory
adalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan
mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar
dengan mengamati dan menggambarkan). Intellectual maksudnya adalah
learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah
dan melakukan refleksi).
Bobbi DePorter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa
untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal
dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyetukan unsur-unsur yang sekilas
tampak tidak mempunyai persamaan, tampak tidak mempunyai persamaan,
misalnya hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik dan
kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk
menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.
D. Metode Mengajar Yang Menyenangkan.
Muara dari inovasi pendidikan adalah bagaimana guru mengajar dan
bagaimana murid belajar. Perubahan maksimal dari komponen lain yang tidak di
ikuti inovasi maksimal dari Proses Belajar Mengajar diperkirakan akan kurang
dapat meningkatkan mutu pendidikan secara berarti. Guru-guru kadang cenderung
hanya menggunakan satu metode mengajar saja yaitu ceramah. Ceramah ini
dilaksanakan secara klasikal sehingga kurang memperhatikan keberagaman
keadaan siswa. Penulis akan memaparkan beberapa metode belajar yang dapat
digunakan.
8
1. Metode Ceramah Plus
Kalau kita menggunakan metode ceramah saya maka akan membuat siswa
pasif dan mengandung unsur paksaan kepada siswa. Metode ceramah plus
adalah metode yang menggunakan lebih dari satu metode yakni metode
ceramah gabung dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode cermah plus:
a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode ceramah plus diskusi
c. Metode ceramah plus demonstrasi
Kombinasi metode ini akan membuat sistem pengajaran yang variatif.
2. Metode Diskusi (Problem Solving)
Metode diskusi ini merupakan metode pengajian bahan pelajaran dimana guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan yang
ilmiah guna mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif
pemecahan atas suatu masalah. Kelebihan dari metode diskusi ini adalah:
a. Mendorong siswa berpikir kritis
b. Mendorong siswa mengepresikan pendapatnya secara bebas
c. Mendorong siswa mengembangkan pikirannya
d. Mendorong kreativitas siswa dalam pemecahan masalah
Metode ini membuat siswa merasa senang apabila disajikan dengan tema yang
menarik, dan anak di kelompokkan menurut pilihan mereka sendiri dan
penilaian dilakukan oleh kelompok satu pada yang lainnya agar lebih
demokratis, disini guru hanya sebagai fasilitator.
3. Metode Demontrasi
Melalui metode demonstrasi guru memperlihatkan suatu proses, peristiwa atau
cara kerja suatu alat kepada peserta didik. Dalam penggunaan metode ini guru
bisa menjadi demonstrator dan bisa juga orang lain yang ahli dalam bidang
pelajaran itu. Metode ini menggugah rasa ingin tahu siswa dan ransangan
9
visual siswa. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang sangat
efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
seperti ini: (contoh : Pembuatan Biodiesel)
a. Bagaimana cara membuatnya ?
b. Terdiri dari bahan apa ?
c. Bagaimana proses mengerjakannya ?
Metode ini lebih menarik lagi bila dilakukan di luar kelas misalnya di tempat
pembuatannya secara langsung.
4. Metode Inquiri
Inquiri berasal dari bahasa Inggris
inquiry
yang secara harfiah berarti
penyelidikan Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiri adalah
the process of investigating a problem. Adapun Plaget mengemukakan bahwa
metode inquri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada
situasi untuk melakukan experiment sendiri secara luas agar melihat apa yang
terjadi, ingin melakukan sesuatu mengajukan pertanyaan, serta mencari
jawabannya sendiri, juga membandingkan dengan temuan peserta didik yang
lain. Metode inquiri merupakan metode penyelidik yang melibatkan proses
mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam
b. Merumuskan masalah yang ditemukan
c. Merumuskan Hipotesis
d. Mengumpulkan data dan menganalisis
e. Menarik kesimpulan yang objektif, jujur dan tanggung jawab
5. Metode Simulasi
Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja. Tujuan dari
simulasi ini adalah untuk melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat
professional maupun bagi kehidupan sehari-hari.
10
Bentuk dari simulasi ini adalah role playing, drama, dan permainan. Langkahlangkah simulasi sebagai berikut:
a. Penentuan topik dan tujuan simulasi
b. Guru memberikan gambaran secara garis besar situasi yang akan
disimulasikan
c. Pemilih peran
d. Pelaksanaan simulasi
e. Evaluasi
f. Latihan ulang
6. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban untuk mencapai tujuan.
Pertanyaan-pertanyaan bisa muncul dari guru maupun peserta didik, demikian
juga jawabannya. Kelebihan dari metode ini adalah:
a. Guru dapat memahami bahan pelajaran yang belum dipahami oleh siswa
b. Melatih siswa agar berani mengungkapkan pendapat
c. Siswa dapat bertanya langsung tentang bahan ajar yang sulit
d. Kelas akan hidup karena murid aktif berpikir
7. Metode Karya Wisata
Dengan karya wisata, anak didik dibawah bimbingan guru mengunjungi
tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar.
Kelebihan dari metode ini adalah:
a. Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan
lingkungan nyata dalam pengajaran
b. Membuat bahan yang dipelajari di-sekolah menjadi relevan
c. Pengajaran yang dapat lebih merangsang kreativitas anak
11
8. Metode Resitasi
Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan
membuat Resume dengan kalimatnya sendiri.
Kelebihan metode ini adalah:
a. Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat
diingat lebih lama
b. Metode ini lebih membuat siswa tertantang
c. Siswa lebih berani mengambil inisiatif dan mandiri
9. Metode Mengajar Sesama Teman
Metode ini dibuat juga Peer teaching method, metode mengajar sesama teman
adalah netode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
Metode ini memupuk rasa sosial dan tanggung jawab antar sesama siswa, tetapi
metode ini bukan perbuatan yang meniru jawaban temannya (menyontek)
tetapi menjelaskan lagi pelajaran (cara-cara, konsep) kepada teman siswa yang
belum mengerti.
10.Metode Perancangan
Metode yang mana pendidik harus merancang suatu project yang akan diteliti
sebagai objek kajian.
Melalui metode ini anak didik dibina dengan membiasakan, menerapkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan terpadu yang diharapkan praktis
dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
E. Membangun Kedisiplinan Siswa Tanpa Kekerasan.
Pembinaan kedisiplinan siswa harus dipupuk sejak dini agar menjadi warga
masyarakat yang taat hokum berdasarkan etika dan moralitas, disamping peranan
keluarga yang utama, dunia pendidikan adalah lingkungan kedua bagi anak untuk
belajar tentang kedisiplinan, oleh sebab itu sekolah dituntut untuk mencetak siswa
yang disiplin dengan caa yang edukatif juga, bukan dengan kekerasan.
12
Menurut Andarus Darahim, salah satu anggota Komisi Perlindungan Anak
Indonesia; mengemukakan tujuh prinsip dalam membangun kedisiplinan anak.
1. Hormati martabat/harga diri anak (respect the child s dignity)
Pembinaan ini diharapkan diarahkan pada perawatan fisik, pembinaan psikologis
siswa. Pendidik harus berperan sebagai pembimbing untuk mewujudkan
keinginan anak bukan sebagai pemberi hukuman, dan mendidik tidak
meremehkan siswa, galilah hal yang positif yang dimiliki mereka.
2. Bangun jiwa pro-sosial, disiplin diri dan kepribadian (develop pro sosial and
character)
Pembinaan diarahkan pada sikap dan percaya diri dan disiplin diri, termasuk
kebebasan memilih. Pendidik harus meem bangun rasa empati siswa dan rasa
menghargai sesama. Pendidik dituntut memberi ketauladanan pada siswa.
3. Tingkatkan partisipasi aktif anak (child s active participation)
Pendidik memberi kesempatan yang seluas-luasnya agar siswa dapat aktif dalam
proses belajar. Pembinaan diarahkan pada sikap toleransi dalam membangun
kerjasama dengan teman dan orang lain. Dengan memfokuskan pada pengatasan
masalah dan menumbuhkan kemampuan diri sebagai bagian dari komunitas.
4. Hormati kebutuhan tumbuh kembang dan kualitas hidup anak (respect the
child s development need and quality of life).
Pendidik harus menghormati kebutuhan siswa dalam masa perkembangan, untuk
itu pendidik dituntut untuk memberikan gaya mengajar sesuai dengan kebutuhan
siswa. Pembinaan diarahkan pada jiwa optimistik dan mendorong percaya diri
bahwa setiap orang bisa memecahkan masalah asal mau belajar dari
pengalaman.
5. Hargai motivasi dan pandangan anak (respect the child s motivation and life
views)
Penghargaan terhadap keinginan siswa merupakan penderitaan yang sangat
berguna meskipun tidak semua keinginan harus dipenuhi. Pembinaan diarahkan
13
pada sikap yang mengerti perbedaan dan kekhususan orang lain, pandangan,
gaya, dan sebagainya.
6. Jamin rasa keadilan (assure fairness)
Pembinaan
diarahkan
pada
sikap
menghormati
kesetaraan
dan
tidak
diskriminatif.
7. Kembangkan semangat solidaritas (promote solidarity)
Pembinaan diarahkan pada sikap membangun kerjasama tanpa mau menang
sendiri atau mementingkan diri sendiri.
F. Dampak Kekerasan Pendidikan Pada Anak.
Kekerasan yang dilakukan pada
peserta didik dapat membawa dampak
negatif sebagai berikut:
a. Secara fisik kekerasan ini mengakibatkan adanya kerusakan tubuh, seperti: lukaluka memar luka simentris di wajah dan lain sebagainya.
b. Secara psikis, anak yang mengalami penganiayaan sering menunjukkan :
ketakutan atau bertingkah laku agresif, emosi yang labil, depresi, jati diri yang
rendah, kecemasan, adanya gangguan tidur phobia dan lain sebagainya.
Dari hasil penelitian dikatakan bahwa penganiayaan pada masa anak
menyebabkan anak berpotensi memiliki gangguan kepribadian ambang sehinnga
kelak anak juga berpotensi menderita depresi pada masa dewasanya. Disamping itu
timbulnya gejala disasosiasi termasuk amnesia terhadap ingatan-ingatan yang
berkaitan dengan pengeniayaannya (Suyanto & Hariadi, 2002). Selain itu
kekerasan yang terjadi pada anak dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan jiwa anak, sehinnga kreativitas dan produktivitas anak menjadi
terpasung, yang pada akhirnya mengakibatkan self development yang optimal pada
diri anak tidak tercapai. Lebih jauh, jika kekerasan tersebut terjadi di sekolah maka
peserta didik akan menaruh kebencian terhadap sekolah dan jika kekerasan tersebut
terjadi dalam keluarga maka anak akan tidak betah dirumah.
14
G. Menciptakan Pembelajaran Yang Menyenangkan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik untuk
menghidupkan suasana belajar siswa di kelas maupun di luar kelas, hal-hal yang
harus diperhatikan adalah:
1. Ruang Kelas (tempat belajar)
Suasana ruang belajar ditata semenarik mungkin agar mampu menciptakan
keadaan yang gembira dari awal pelajaran dimulai hingga proses belajar
berakhir.
2. Membuka Pelajaran
a) Memberi salam dengan semangat, pendidik ditunjuk untuk menunjuk kan
wajah yang bersemangat, senyum, agar siswa senang melihatnya
b) Membangkitkan motivasi belajar, dalam membuka pelajaran hendaknya guru
memberitahukan tujuan yang akan dicapai dengan pelajaran yang akan
disajikan.
c) Warming up, jika kondisi siswa tampak loyo, maka guru memulai pelajaran
dengan melakukan aktivitas fisik selama beberapa menit dengan melemaskan
otot-otot.
3. Pendekatan Pembelajaran
Cara mendidik yang demokratis perlu diperhatikan oleh pendidik, karena
pendekatan ini adalah cara mendidik yang ideal, tidak terlalu ketat, namun ada
pengawasan.
Siswa diberi hak untuk menyalurkan pendapat, usul, saran, inisiatif,
keputusan pada pendidik . pendekatan ini mendorong anak-anak agar mandiri
tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan
mereka.
15
4. Mengadakan Variasi
Mengadakan variasi adalah keterampilan yang harus dikuasai guru dalam
pembelajaran untuk mengatasi kebebasan peserta didik. Variasi dalam
pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat bagian
a) Variasi dalam gaya mengajar
Variasi yang terdiri dari suara, eye contact, gesture dan mengubah posisi
b) Variasi dalam penggunaan media
c) Variasi dalam pola interaksi
Variasi ini terdiri dari pengelompokkan peserta didik, tempat kegiatan
pembelajaran: dalam dan luar kelas
d) Variasi dalam kegiatan
Variasi dalam penggunaan-penggunaan metode, dan pemberian contoh atau
ilustrasi.
5. Menjaga Sikap Dalam Mengajar
Guru yang kurang ramah, terlalu banyak mengatur begini-begitu dan
menciptakan suasana belajar yang sangat kompetitif hanya akan membuat anak
tidak betah di sekolah. Misalnya, membandingkan anak yang satu dengan
temannya yang dianggap lebih pandai, atau melabel anak secara negatif seperti,
Kamu, kok, begini aja enggak bisa sih! , Jangan lamban gitu dong! , Masak
sih enggak malu kalah sama temannya? .
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pendidik adalah:
-Yang harus dilakukan oleh pendidik;
a) Smile (Senyum)
Hindari bahwa guru tersebut arrogant atau sombong. Penampilan anda
mengajar adalah energi bagi siswa anda.
b) Voice Volume (Volume Suara)
Pastikan semua siswa anda mendengar suara anda, tetaplah stabil namun
luwes tidak kaku.
16
c) Gesture (Bahasa Tubuh)
Bersikaplah wajar dan relax, bahasa tubuh yang kaku akan membosankan.
d) Eye Contact (Kontak Mata)
Kontak mata dengan setiap siswa secara terus menerus akan menimbulkan
komunikasi yang baik dari hati ke hati dengan siswa anda.
-Yang tidak dilakukan oleh pendidik;
a) Pace Too Frequently (Mondar-Mandir)
b) Directly Point Out (Menunjuk Langsung Pada Siswa)
Menunjuk langsung ini mengesankan bahwa anda sombong, namun gunakan
telapak tangan terbuka atau melemparkan masalah secara demokratis
c) Underestimate (Menganggap Remeh Siswa)
d) Sit Too Long (Duduk Terlalu Lama)
6. Menutup Pelajaran
Guru sebaiknya menutup pelajaran dengan menarik kesimpulan agar siswa
menangkap point-point dari pelajaran yang diberikan atau guru melakukan
evaluasi dengan pertanyaan-pertanyaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Siswa, Makalah 2004
Andarus Darahim, Menghindari Kekerasan Terhadap Anak dalam Keluarga dan
Sekolah, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2005
Abd. Rahman Assegaf, Kondisi dan Pemicu Kekerasan dalam Pendidikan,Makalah
2002
Boobi De Portel , Mike Hernacki, Quantum Learning; Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan, Jakarta: Penerbit Kaifa, 2007
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya,
2007
Ibnu Anshori, Corporal Punisment dalam Dunia Pendidikan, Komisi Perlindungan
anak Indonesia, 2006
Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Penerbit Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islamdan Universitas Terbuka, 2000
Rachmat Efendi, Menjadi Guru yang Efektif dalam Dua Hari, Jakarta: Penerbit
Yayasan Bina Edukasi dan Konsultasi Hapsa Et Studia, 2005
Soegeng Santoso, Metodologi Mengajar Tanpa Kekerasan, Makalah 2006
________________, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2002
18
Profile Penulis
Jupri, S.Sos.I
Jupri lahir di kota Pekanbaru 1979, dan pernah menimba ilmu di Pesantren Wali
Songo Ponorogo Jawa Timur tahun 1993-1999, selama kuliah di Fakultas Dakwah
dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ia aktif dalam
Organisasi PII di Ciputat (Pelajar Islam Indonesia) dan sekarang menjadi penikmat
pendidikan dan menjadi Guru Agama Islam di Sekolah Global Mandiri.
19
Download