PENGARUH PENYAJIAN DAN AKSESIBILITAS LAPORAN

advertisement
PENGARUH PENYAJIAN DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN SERTA SISTEM
PENGENDALIAN INTENAL PEMERINTAH TERHADAP TRANSPARANSI DAN
AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Nur Azizah
Junaidi
Achdiar Redy Setiawan
Program Studi Akuntansi Universitas Trunojoyo Madura
JL. Raya Telang PO.BOX 2 Kamal, Bangkalan – Madura
[email protected]
ABSTRACT
This study aims to test empirically the effect of financial statement presentation,
accessibility of financial statements and local governmental internal control system to the
transparency and accountability in financial management. The population of the research is
SKPD in Lamongan Regency through survey questionnaires. The samples of this research are
128 respondents. Sampling in this study used purposive sampling method.
The results of study shows that accessibility financial statement significantly influence to
the transparency, local governmental internal control system significantly influence to the
accountability in financial management. the financial statement presentation and local
governmental internal control system not significantly influence to the transparency, financial
statement presentation and accessibility financial statement not significantly influence to the
accountability in financial management,
Keywords: Financial Statement Presentation, Accessibility Financial Statement, Local
Governmental Internal Control System, Transparency, Accountability In Financial Management.
Universitas Trunojoyo Madura
Page 1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh penyajian laporan
keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan serta sistem pengendalian intern pemerintah
terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. populasi dalam
penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten lamongan dengan
metode pengumpulan data melalui survey kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 128 responden. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling.
Hasil dari pengujian hipotesis di dalam penelitian ini menunjukan bahwa aksesibilitas
laporan keuangan berpengaruh terhadap transparansi, sistem pengendalian intern pemerintah
berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Penyajian laporan
keuangan dan sistem pengendalian intern pemerintah tidak berpengaruh terhadap transparansi,
penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas laporan keuangan tidak berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah .
Kata Kunci: Penyajian Laporan Keuangan, Aksesibilitas Laporan Keuangan, Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, Transparansi, Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang
menganut sistem good governance dimana
dalam sistem ini negara Indonesia mengacu
pada pertumbuhan pembangunan, ekonomi,
politik dan administrasi guna mengelola
urusan-urusan Negara. Dalam penyelenggara
negara tak lepas dari masalah akuntabilitas
dan
transparansi
dalam
pengelolaan
Keuangan Negara, karena aspek keuangan
negara menduduki posisi strategis dalam
proses pembangunan bangsa, baik dari segi
sifat, jumlah maupun pengaruhnya terhadap
kemajuan,
ketahanan,
dan
kestabilan
perekonomian bangsa.
Menurut Mahsun,dkk (2006: 123)
laporan keuangan merupakan hasil proses
akuntansi yang berisi informasi keuangan.
Informasi keuangan yang terdapat dalam
laporan keuangan tersebut digunakan oleh
pihak pihak yang berkepentingan, baik pihak
internal maupun pihak eksternal. Pemerintah
melakukan pertanggungjawaban atas laporan
keuangan karena pemerintah dikenal sebagai
pelaku ekonomi yang besar dalam mengelola
keuangan demi pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian
laporan keuangan digunakan oleh pemerintah
untuk memenuhi ekspektasi masyarakat untuk
Universitas Trunojoyo Madura
mengungkapkan
posisi
keuangan
dan
kinerjanya dalam memberikan jasa pada
publik.
Akan tetapi pemerintah kurang efisien
terhadap transparansi kepada masyarakat
melainkan laporan keuangan tersebut hanya
di publikasikan dalam lingkungan pemerintah
saja, padahal masyarakat berperan penting
terhadap
keterbukaan
laporan
kinerja
pemerintah selain itu Otonomi daerah masih
dipahami secaras sempit sehingga hanya
pemerintah daerah yang aktif, sedangkan
peran serta masyarakat luas belum terkena
dampaknya. Untuk mewujudkan prinsip
transparansi maka pemerintah daerah harus
memliki aksesibilitas yang memadai guna
memudahkan
para
stakeholder
untuk
mendapatkan informasi mengenai kinerja
pemerintah daerah. Aksesibilitas dapat
diartikan sebagai sarana pertanggungjawaban
pemerintah daerah kepada publik secara
terbuka dan jujur berupa laporan keuangan
yang dapat di akses dengan mudah oleh
berbagai pihak yang berkepentingan (Mustofa,
2012: 2).
Pengelolaan
keuangan
pemeritah
daerah harus dilakukan berdasarkan tata
kelola kepemrintahan yang baik (Good
Government) yaitu pengelolaan keuangan
yang dilakukan secara transparan dan
Page 2
akuntabel. Hal tersebut dapat terwujud jika
entitas pemerintah daerah dapat menciptakan,
mengoperasikan serta memlihara system
pengendalian yang memadai (Aidil, 2010).
Penelitian
ini
merupakan
pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Mulyana (2006), Mustofa (2012), Sande
(2008), Aliyah dan Nahar (2012), Zalni (2013)
dan Sari (2012). Adapun perbedaan dari
penelitian
ini
terdapat
pada
variabel
Dependen, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan dua variabel dependen yaitu
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah. Selain itu perbedaan dalam
penelitian ini juga terdapat pada objek
penelitian, populasi dan sampel.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Mulyana menunjukan penyajian neraca dan
aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh
terhadap transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah. Mustofa (2012)
dalam penelitian nya menunjukan bahwa
penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas
laporan keuangan berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.
Sande (2008) dalam penelitianya terbukti
bahwa penyajian laporan keuangan
dan
aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah. Aliyah dan Nahar (2012) dalam hasil
penelitianya
mengindikasikan
bahwa
penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas
laporan keuangan berpengaruh terhadap
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah. Penelitian yang dilakukan
Zalni (2013) terbukti bahwa Komitmen
karyawan dan penerapan sistem pengendalian
intern pemrintah secara parsial berpengaruh
terhadap pengelolaan keuangan daerah, dan
komitmen karyawan dan sistem pengendalian
intern
pemerintah
secara
simultan
berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan
daerah. sedangkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sari (2012) mengindikasikan
bahwa
Terdapat
pengaruh
antara
pengendalian internal dengan perwujudan
transparansi laporan keuangan dengan tingkat
yang kuat. Dapat disimpulkan semakin tinggi
penerapan Pengendalian Internal, maka
Laporan Keuangan semakin Transparan atau
sebaliknya jika tidak diterapkan Pengendalian
Universitas Trunojoyo Madura
Internal maka Laporan Keuangan semakin
tidak Transparan.
Adanya tuntutan yang semakin besar
terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik
menimbulkan implikasi bagi manajemen sektor
publik untuk memberikan informasi kepada
publik, salah satunya adalah informasi
akuntansi
berupa
laporan
keuangan
(Mardiasmo, 2002: 159). Hal ini menandakan
bahwa informasi yang dibutuhkan publik
adalah informasi mengenai laporan keuangan
pemerintah yang disajikan secara handal,
relevan, dapat dibandingkan guna untuk
pengambilan keputusan.
Namun upaya menyajikan laporan
keuangan serta pengelolaan keuangan daerah
nampaknya belum dilaksanakan sepenuhnya
oleh pemerintah daerah maupun di jajaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
lingkungan pemerintah daerah. Hal ini bisa
dilihat dari opini BPK terhadap kinerja
pemerintah daerah khususnya di kabupaten
Lamongan yang terdapat di provinsi jawa timur
dimana laporan keuangan pemerintah daerah
(LKPD) masih mendapat opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP). Banyaknya tindak
kecurangan serta praktik korupsi yang terjadi
di pemerintahan daerah yang tidak diketahui
oleh publik, menuntut adanya pengingkatan
pengawasan dan sistem pengendalian intern
di lingkungan pemerintah daerah agar
dilakukan secara menyeluruh dan secara
integral.
Adapun tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui serta mengevaluasi
pengaruh penyajian dan aksesibilitas laporan
keuangan serta sistem pengendalian intern
pemerintah
terhadap
transparansi
dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di
satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
sebagai pihak internal pemerintah yang
berfungsi sebagai
pengelola keuangan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi terhadap pengelolaan keuangan
daerah. Selain itu juga dapat diharapkan bagi
pemerintah dearah agar lebih meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah agar tercipta tata kelola
pemerintahan yang baik. Bagi masyarakat
supaya lebih aktif serta peduli akan kinerja
Page 3
pemerintah daerah, dimana masyarakat
mempunyai peran yang sangat penting
terhadap keberhasilan kinerja pemerintah
daerah. Selain itu masyarakat juga berperan
dalam mengawasi keuangan daerah dan
sebagai kontrol dari masyarakat atas jalanya
fungsi pemerintahan. Bagi peneliti selanjutnya
dapat menambah literatur yang sudah ada,
terkait dengan akuntansi sektor publik
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN
HIPOTESIS
Hubungan keagenan adalah hubungan
antara prinsipal (principal) dan agen (agent)
yang didalamnya agen bertindak atas nama
dan untuk kepentingan principal dan atas
tindakan (actions) tersebut agen mendapatkan
imbalan tertentu. (Suwardjono: 2012: 485).
Bastian (2010: 297) mengutarakan bahwa
Laporan keuangan sektor publik merupakan
representasi posisi keuangan dari transaksitransaksi yang di lakukan oleh suatu entitas
sektor publik. Tujuan umum pelaporan
keuangan adalah memberikan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus
kas suatu entitas yang berguna bagi sejumlah
besar pemakai (wide range users) untuk
membuat dan mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber daya yang dipakai
oleh suatu entitas dalam aktivitasnya guna
mencapai tujuan .
Dalam Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah
pasal 103, dinyatakan bahwa
informasi yang dimuat dalam Sistem Informasi
Keuangan Daerah (SIKD) adalah data terbuka
yang dapat diketahui, diakses dan diperoleh
oleh masyarakat. Hal ini berarti bahwa
pemerintah daerah harus membuka akses
kepada stakeholder (pihak internal/pihak
eksternal) secara luas atas laporan keuangan
yang dihasilkan oleh pemerintah daerah,
misalnya dengan mempublikasikan laporan
keuangan daerah melalui surat kabar, internet,
televisi dan cara lainya sesuai dengan media
informasi yang dimiliki oleh pemerintah
kabupaten setempat.
Universitas Trunojoyo Madura
Menurut Hartadi (1999: 3) Sistem
pengendalian intern dapat dipandang sebagai
sistem social (social sistem) yang mempunyai
wawasan/ makna khusus yang berada dalam
organisasi perusahaan. Sistem tersebut terdiri
dari kebijakan, teknik, prosedur, alat alat fisik,
dokumentasi orang orang dengan berinteraksi
satu sama lain diarahkan untuk: (a) melindungi
harta, (b) menjamin terhadap terjadinya utang
yang tidak layak, (c) menjamin ketelitian dan
dapat dipercayainya data akuntansi, (d) dapat
diperolehnya operasi secara efisien, (e)
menjamin ditaatinya kebijakan suatu entitas.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
sebagai instrument yang berfungsi sebagai
alat pengendalian anggaran pemerintah agar
tidak
terjadi
pemborosan-pemborosan
pengeluaran.
Menurut Nordiawan (2006: 131)
transparansi adalah memberikan informasi
keuangan
terbuka
dan
jujur
kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa
masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan meneyluruh atas
pertanggungjawaban
pemerintah
dalam
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan ketaantanya pada peraturan
perundang undangan.
Akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah
merupakan
suatu
bentuk
pertanggungjawaban
pemerintah
daerah
dalam mengelola sumber daya kekayaan
daerah
serta
keseluruhan
kegiatan
pemerintah daerah dalam hal perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan
pertanggungjawaban
dan
pengawasan
keuangan
daerah guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Output dari
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
dapat berupa laporan akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah (LAKIP) yang merupakan
hasil laporan yang memberikan penjelasan
mengenai pencapaian kinerja pada suatu
pemerintah daerah dalam waktu satu periode.
Menurut
Mahsun,dkk (2006: 124)
menyatakan bahwa Informasi yang di sajikan
dalam laporan keuangan bertujuan umum
untuk memenuhi kebutuhan informasi dari
semua kelompok pemakai. Dengan demikian
laporan keuangan pemerintah tidak dirancang
untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari
Page 4
masing masing kelompok pemakai. Namun,
demikian berhubung pajak merupakan salah
satu sumber utama pendapatan pemerintah,
maka ketentuan laporan keuangan yang
memenuhi
kebutuhan
informasi
para
pembayar pajak perlu mendapat perhatian..
Seiring perkembangan sektor publik yang
terjadi di Indonesia maka pemerintah daerah di
tuntut untuk lebih transparan. Salah satu
pertanggungjawaban
pemerintah
daerah
terhadap publik yaitu dengan menyajikan
laporan kekuangan yang disajikan secara
transparan melalui media massa maupun
media nirmasa. Dari hasil penelitian Aliyah
dan Nahar (2012) mengindikasikan bahwa
penyajian laporan keuangan berpengaruh
terhadap transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah, Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya
penyajian laporan keuangan daerah akan
berimplikasi
terhadap
peningkatan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah. Sebagaimana dalam
beberapa pernyataan berikut maka peneliti
menduga bahwa penyajian laporan keuangan
berpengaruh terhadap transparansi.
H1: Penyajian laporan keuangan berpengaruh
terhadap transparansi.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun
2005 Dalam kehidupan bernegara yang
semakin terbuka, pemerintah selaku perumus
dan
pelaksanaan
kebijakan
APBN
berkewajiban untuk terbuka dan bertanggung
jawab terhadap seluruh hasil pelaksanaan
pembangunan. Penelitian oleh Aliyah dan
Nahar (2012) menunjukan bahwa aksesibilitas
laporan keuangan daerah berpengaruh
signifikan
terhadap
transparansi
dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
terbukti dan diterima. Oleh sebab itu peneliti
menduga bahwa terdapat pengaruh antara
aksesibilitas laporan keuangan terhadap
transparansi.
H2:
Aksesibilitas
laporan
keuangan
berpengaruh terhadap transparansi.
Tuntutan akan perwujudan good
governance di Indonesia yang semakin
meningkat
berdampak
pada
sistem
pengelolaan keuangan secara akuntabel dan
transparan. Hal ini tidak terpisahkan oleh
adanya sistem pengendalian dan pengawasan
Universitas Trunojoyo Madura
di setiap instansi pemerintah yang secara
sistematis
yang
terdiri
dari
proses
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan
hingga pertanggungjawaban secara efektif,
efisien dan terkendali. Menurut hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sari (2012) yang meneliti
tentang pengaruh sistem pengendalian intern
pemerintah terhadap transparansi laporan
keuangan
pemerintah
daerah
terdapat
hubungan yang signifikan antara Pengendalian
Internal (X) dengan Transparansi laporan
keuangan pemerintah daerah (Y) dengan arah
hubungan positif.
H3: Sistem pengendalian intern pemerintah
berpengaruh terhadap transparansi
Adanya tuntutan yang semakin besar
terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor
publik menimbulkan implikasi bagi manajemen
sektor publik untuk memberikan informasi
kepada publik, salah satunya adalah informasi
akuntansi yang berupa laporan keuangan.
Penelitian yang dilakukan Sande (2008)
menyatakan bahwa laporan keuangan daerah
berpengaruh
teradap
akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah. Dengan
adanya pernyataan tersebut maka peneliti
menduga bahwa Penyajian laporan keuangan
berpengaruh
terhadap
akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah.
H4: Penyajian laporan keuangan berpengaruh
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah.
Selain penyajian laporan keuangan
pemerintah
daerah
bentuk
pertanggungjawaban
publik
adalah
aksesibilitas
yang
merupakan
sarana
pertanggungjawaban
pemerintah
daerah
kepada publik secara terbuka dan jujur berupa
laporan keuangan yang dapat di akses dengan
mudah
oleh
berbagai
pihak
yang
berkepentingan (Mustofa 2012). Sebagaimana
dalam penelitian Mustofa (2012) tentang
pengaruh penyajian dan aksesibilitas laporan
keuangan terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan
daerah
menyatakan
bahwa
aksesibilitas laporan keuangan berpengaruh
terhadap laporan keuangan.
H5:
Aksesibilitas
laporan
keuangan
berpengaruh
terhadap
akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah
Page 5
Sistem
pengendalian
internal
pemerintah memiliki tujuan untuk mencapai
pengelolaan keuangan secara transparan dan
akuntabel baik di pemerintah daerah maupun
di
pemerintah
pusat
sehingga
dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Sebagaimana dalam penelitian yang dilakukan
oleh Zalni (2013) mengungkapkan bahwa
sistem pengendalian intern berpengaruh
signifikan terhadap pengelolaan keuangan
daerah. Sehingga peneliti menduga bahwa
terdapat pengaruh antara sistem pengendalian
internal terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah.
H6: Sistem pengendalian intern pemerintah
berpengaruh
terhadap
akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah.
Penyajian
Laporan
Keuangan (X1)
Aksesibilitas
Laporan
Keuangan (X2)
Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah (X3)
Transparansi (Y1)
Akuntabilitas
Pengelolaan
Keuangan Daerah
(Y2)
Gambar 1: Rerangka Pemikiran
Model Pengaruh Penyajian Dan
Aksesibilitas Laporan Keuangan Serta Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Daerah
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian
ini
merupakan
penelitian kuantitatif. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode survey
dengan
menyebarkan
kuisioner
pada
responden sebagai instrumen penelitiannya.
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011:
142).
Universitas Trunojoyo Madura
Populasi dari penelitian ini adalah
seluruh SKPD di lingkungan kabupaten
Lamongan. Penyebaran kuesioner di 32 SKPD
kabupaten
Lamongan
sebanyak
128
kuesioner. Penyebaran kuesioner diperoleh
dari jumlah populasi SKPD di kali jumlah
sampel di setiap SKPD (32 x 4 = 128) ,
sedangkan
Sampel
dalam
penelitian
ditentukan dengan menggunakan metode
purposive sampling. Menurut sugiyono (2012:
68) Purposive sampling merupakan teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Adapun kriteria sampel dalam
penelitian ini sebagai berikut: a) Pemerintah
daerah selaku pengguna anggaran/pengguna
barang, b) Orang yang berfungsi sebagai
pengelola keuangan di SKPD, c) Pegawai
yang berfungsi sebagai pengelola keuangan di
SKPD memiliki masa kerja di atas 1 tahun.
Sebagaimana fungsi pemerintah dalam
pengelolan keuangan daerah meliputi: a)
Kepala satuan kerja pemerintah daerah
(SKPD), b) PPK-SKPD, c) Bendahara
pengeluaran, d) Staf Akuntansi
Dalam penelitian ini melibatkan 5
variabel yang terdiri dari: Tiga variabel
dependen dalam penelitian yaitu: penyajian
laporan keuangan (X1) dan aksesibilitas
laporan
keuangan
(X2)
serta
sistem
pengendalian intern pemerintah (X3). Dua
variabel independen dalam penelitian yaitu:
Variabel
independen
pertama
yaitu
transparansi (Y1) dan variabel independen
yang kedua yaitu pengelolaan keuangan
daerah (Y2). Adapun jawaban yang disediakan
dimulai dari skor 1 (STS=Sangat Tidak
Setuju), 2 (TS=Tidak Setuju), 3 (N=Netral), 4
(S=Setuju), dan 5 (SS=Sangat Setuju).
Untuk mengetahui kualitas data yang
telah terkumpul maka perlu dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu.
Kedua pengujian ini menggunakan bantuan
program SPSS for window release 16.00.
Kriteria yang ditetapkan untuk mengukur valid
tidaknya suatu data adalah jika rhitung (koefisien
korelasi) lebih besar dari rtabel (nilai kritis) pada
taraf signifikansi 5% atau 0,05, maka dapat
dikatakan valid. Untuk mengukur reliabilitas
menggunakan Cronbach’s Alpha. Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
Page 6
nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,70 (Ghozali, 2013:
47).
Dalam penelitian ini uji asumsi klasik
yang digunakan adalah uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji
autokorelasi. Untuk menguji normalitas data
adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Kriteria pengambilan keputusan adalah
apabila nilai signifikansi atau probabilitas >
0.05, maka residual memiliki distribusi normal
dan apabila nilai signifikansi atau probabilitas
< 0.05, maka residual tidak memiliki distribusi
normal (Ghozali, 2013 : 160). Multikolinearitas
dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance
dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off
yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance
<0.10 atau sama dengan nilai VIF >10
(Ghozali, 2013: 106). Dalam penelitian ini
penggujian
heteroskedastisitas
akan
menggunakan uji Park yaitu apabila koefisien
parameter beta dari persamaan regresi
tersebut signifikan secara statistik, hal ini
menunjukan bahwa dalam data model empiris
yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas,
dan sebaliknya jika parameter beta tidak
signifikan secara statistik, maka asumsi
homokedastisitas pada data model tersebut
tidak dapat ditolak (Ghozali, 2013: 142).
Menurut Algifari (1997: 79) menyatakan
bahwa
untuk
mendiagnosis
adanya
autokorelasi dalam suatu model regresi dapat
dilakukan pengujian dengan menggunakan
Durbin Watson dengan ketentuan sebagai
berikut:
Kurang dari 1,10
1,10 sampai 1,54
1,15 sampai 2,46
Ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Tidak ada
autokorelasi
2,46 sampai 2,90
Tanpa autokorelasi
Lebih dari 2,91
Ada autokorelasi
Sugiyono (2012: 275) mengutarakan
Analisis regresi berganda digunakan oleh
peneliti, bila peneliti bermaskud meramalkan
bagaiman keadaan (naik turunya) variabel
dependen (kriterium). Jadi analisis regresi
ganda akan dilakukan bila jumlah variabel
independenya minimal 2. Adapun persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut:
Y1= α + b1 X1+ b2 X2 + b3 X3+e
Universitas Trunojoyo Madura
Y2=α + b1 X1+ b2 X2 + b3 X3+e
Keterangan:
Y1
: Transparansi
Y2
: Akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah
X1
: Penyajian Laporan keuangan
X2
: Aksesibilitas Laporan Keuangan
X3
:
Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah (SPIP)
α
: Konstanta
b1
: Slope regresi atau koefisien regresi
dari X1
b2
: Slope regresi atau koefisien regresi
dari X2
e
: Eror
Uji
statistik
F
pada
dasarnya
menunjukan
apakah
semua
variabel
independen yang dimasukan kedalam model
mempunyai pengaruh secara bersama sama
terhadap variabel dependen. Pengujian
melalui uji F atau variansinya adalah dengan
membandingkan Fhitung dengan Ftest, pada (α) =
0,05.
a) Ho diterima jika Fhitung < F tabel
b) Ha diterima jika Fhitung > F tabel
UntuK uji statistiK t dilakukan dengan
membandigkan antara thitung masing masing
variabel bebas dengan ttabel, menggunakan
derajat kesalahan 5%. Adapun kriteria
pengambilan keputusan, yaitu:
a) thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha
ditolak.
b) thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari 128 kuesioner yang disebar,
kuesioner yang lengkap dan dapat diolah
sebanyak 98 kuesioner, sehingga tingkat
pengembalian kuesioner pada penelitian ini
sebesar 76,56%. Penyebaran kuesioner
dimulai pada tanggal 13 januari 2014 sampai
pada tanggal 28 februari 2014. Cara
penyebaran kuesioner dilakukan dengan
menyebar kuesioner di SKPD sebanyak 4
kuesioner untuk di isi di berbagai fungsi antara
lain Kepala SKPD, PPK-SKPD, Bendahara
Pengeluaran dan staf Akuntansi. (terlampir)
Page 7
Berdasarkan hasil pengujian validitas
dan reliabilitas menunjukkan bahwa semua
variabel dalam penelitian ini dapat dikatakan
valid karena r hitung dari variabel-variabel
tersebut lebih besar dari r tabel, dan
didapatkan nilai Cronbach’s Alpha di atas nilai
0,70, sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua variabel terbukti reliabel. (terlampir).
Uji
Asumsi
Klasik
terhadap
Transparansi (Y1), hasil pengujian normalitas
pada penelitian ini menunjukan bahwa nilai
Kolmogrov Smirnov persamaan regresi
sebesar 0,950 atau persamaan tersebut
memiliki signifikan yaitu Asyimp. Sig sebesar
0,328. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa asumsi residual normalitas terpenuhi.
Uji Asumsi Klasik Terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan Daerah (Y2) Pada
pengujian ini menunjukan bahwa nilai
Kolmogrov-Smirnov
persamaan
regresi
sebesar 0,550 atau persamaan tersebut
memiliki signifikan pada Asymp. Sig sebesar
0,923. Dengan demikian dapat dinyatakan
bahwa asumsi residual normalitas dapat
dipenuhi. (terlampir)
Untuk pengujian Multikolinearitas pada
variabel Transparansi (Y1) berdasarkan
pengujian statistik menunjukan nilai tolerance
semua variabel lebih dari 0,1 dan nilai
Variance Inflation Faktor (VIF) kurang dari 10.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat masalah multikolonearitas antar
variabel independen dalam regresi tersebut,
sehingga variabel bebas yang di ukur bebas
asumsi multikolonearitas. Uji Multikolonearitas
pada variabel akuntabillitas pengelolaan
keuangan daerah (Y2) menunjukan nilai
tolerance semua variabel lebih dari 0,1 dan
nilai Variance Inflation Faktor (VIF) kurang dari
10. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
tidak terdapat masalah multikolonearitas antar
variabel independen dalam regresi tersebut,
sehingga variabel bebas yang di ukur bebas
asumsi multikolonearitas. (terlampir)
Uji Heterokedastisitas pada variabel
Transparansi (Y1) berdasarkan pengujian
statistik menunjukan bahwa nilai sig variabel
penyajian laporan keuangan (X1), aksesibilitas
laporan
keuangan
(X2)
dan
sistem
pengendalian intern pemerintah (X3) terhadap
Universitas Trunojoyo Madura
absolut residual >0,05 shingga dapat diambil
kesimpulan bahwa model regresi bebas dari
kasus Heterokedastisitas. Untuk pengujian
Heterokedastiditas pada variabel Akuntabilitas
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
(Y2)
menunjukan bahwa nilai sig variabel penyajian
laporan keuangann (X1), aksesibilitas laporan
keuangan (X2) dan sistem pengendalian intern
pemerintah (X3) terhadap absolut residual
>0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa model regresi bebas dari kasus
Heterokedastisitas. (terlampir)
Pengujian autokorelasi pada Variabel
Transparansi (Y1) nilai Durbin Watson sebesar
1.953, hal ini mengindikasikan bahwa
persamaan regresi pada penelitian ini berada
pada kisaran tidak ada Autokorelasi, oleh
sebab itu dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat Autokorelasi dalam persamaan
regresi penelitian ini.
Sedangkan pengujian autokorelasi terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
(Y2) diperoleh niali Durbin Watson sebesar
1.697, hal ini menunjukan bahwa persamaan
regresi dalam penelitian ini berada pada
kisaran tidak ada Autokorelasi, dan dapat
disimpulkan bahwa persamaan regresi dalam
penelitian
ini
menunjukan
tidak
ada
Autokorelasi. (terlampir).
Hasil pengujian hipotesis pertama
dalam penelitian ini menunjukan bahwa
penyajian
laporan
keuangan
tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
transparansi dengan nilai koefisien yang
diperoleh sebesar 1.020 dan signifikansi 0.310
lebih besar dari 0.05. maka hipotesis dalam
penelitian ini ditolak.
Hasil yang tidak signifikan dikarenakan
Ketidaktepatan waktu penyajian laporan
keuangan yang dapat dibuktikan dengan
melihat web kabupten Lamongan yaitu di
www.lamongan.go.id. Dimana dalam web
kabupaten
Lamongan
tersebut
belum
menyajikan laporan keuangan pada tahun
anggaran yang berakhir pada tahun 2013. Hal
yang serupa juga dapat dilihat pada laporan
Direktorat Jendral Keuangan (lihat lampiran 9)
bahwasanya kabupaten Lamongan belum
menyajikan
laporan
keuangan
secara
transparan yang meliputi laporan ringkasan
RKA-SKPD, ringkasan RKA-PPKD, Rapperda
Page 8
tentang APBD, Rapperda tentang perubahan
APBD, Perda tentang APBD, Perda tentang
perubahan APBD, Ringkasan DPA-SKPD,
Ringkasan DPA-PPKD, Laporan Realisasi
Anggaran seluruh SKPD, Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah yang sudah di audit dan
opini atas laporan Laporan keuangan
Pemerintah
Daerah
(keuda.kemendagri.go.id/transparansikeuanga
n/nasional16).
Hasil ini juga tidak sesuai dengan
penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 56
tahun 2005 tentang sistem informasi keuangan
daerah yang menjelaskan bahwa informasi
yang disampaikan setidaknya mencakup
laporan APBD dan realisasi APBD, neraca
daerah, laporan arus kas, catatan atas laporan
keuangan daerah, dana dekonsentrasi dan
dana tugas pembantuan, laporan keuangan
perusahaan daerah dan data yang berkaitan
dengan kebutuhan fiskal daerah.
Dalam hal ini ketepatan waktu serta
kelengkapan informasi mengenai penyajian
laporan keuangan sangat penting bagi
pemerintah daerah agar mampu menyajikan
laporan keuangan secara tertib, ekonomis,
efisien, efektif, transparan dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan terhadap peraturan undangundang, agar penyajian laporan keuangan
dapat menghasilkan output sesuai dengan
tujuan yang diharapkan dan dapat memenuhi
aspek
transparansi
serta
tata
kelola
pemerintah yang baik.
Dengan adanya pernyataan tersebut
diharapkan pemerintah mampu mewujudkan
peran transparansi kepada publik secara
efektif dan tepat waktu, dimana transparansi
dapat diartikan sebagai suatu prinsip
keterbukaan yang memungkinkan masyarakat
dapat mengetahui dan memperoleh akses
informasi seluas-luasnya tentang keuangan
daerah. Apabila peran transparansi dapat
dilaksanakan dengan baik maka akan tercipta
suatu pemerintahan yang Good Governance
dimana pemerintah akan melaksanakan
tugasnya sesuai dengan peraturan pemerintah
dengan baik dan dapat mewujudkan
kesejahteraan bagi masyarakat.
Hasil yang tidak signifikan antara
penyajian
laporan
keuangan
terhadap
Universitas Trunojoyo Madura
transparansi tidak mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Aliyah dan Nahar (2012) yang
meneliti tentang penyajian laporan keuangan
dan aksesibilitas laporan keuangan terhadap
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah, dimana hasil peneliltianya
menunjukan
bahwa
penyajian
laporan
keuangan berpengaruh signifikan terhadap
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah, Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan meningkatnya
penyajian laporan keuangan daerah akan
berimplikasi
terhadap
peningkatan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah.
Hasil hipotesis kedua mengindikasikan
bahwa
Aksesibilitas
laporan
keuangan
berpengaruh signifikan terhadap transparansi
dengan nilai koefisien sebesar 4.146 dengan
signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0,05
maka hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Nilai koefisien regresi yang positif menunjukan
hubungan yang positif antara aksesibilitas
laporan keuangan dengan transparansi.
Artinya jika aksesibilitas pemerintah daerah
sudah memadai maka semakin tinggi pula
tingkat transparansi. Selain menyajikan
laporan keuangan, hal yang perlu diperhatikan
oleh pemerintah adalah kemudahan akses
bagi masyarkat atau pengguna laporan
keuangan
untuk
memudahkan
dalam
memperoleh informasi.
Hal ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Mulyana (2006) yang meneliti
tentang pengaruh penyajian neraca daerah
dan aksesibilitas laporan keuangan terhadap
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah. Penelitian ini memperoleh
hasil bahwa aksesibilitas laporan keuangan
berpengaruh signifikan terhadap transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah. Hasil penelitian ini juga mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Aliyah
dan Aida Nahar (2012) yang meneliti tentang
pengaruh penyajian laporan keuangan daerah
dan aksesibilitas laporan keuangan daerah
terhadap transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan
keuangan
daerah
yang
menyatakan aksesibilitas laporan keuangan
daerah berpengaruh signifikan terhadap
Page 9
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah terbukti dan diterima.
Aksesibilitas yang memadai dapat
ditunjukan dengan adanya web kabupaten
lamongan yaitu www.lamongan.go.id (lihat
lampiran 8). Selain adanya web kabupaten
lamongan, hasil yang signifikan juga dapat
ditunjukan dengan penerimaan penghargaan
kepada
kabupaten
Lamongan
dari
Kementerian Komunikasi dan Informatika atas
prestasinya menempati peringkat terbaik
dalam
"Pemeringkatan
e-Government
Indonesia".
Pemanfaatan
serta
Pendayagunaan e-Government ini sejalan
dengan kebijakan otonomi daerah dengan
harapan
agar
penyampaian
layanan
pemerintah
kepada
masyarakat
dapat
berlangsung lebih efisien dan efektif.
Keefisiensian dan keefektifitasan disini lebih
menekankan pada pendekatan pemerintah
kepada masyarakat dengan memberikan
layanan publik adapun beberapa pelayanan egovernment yang telah diterapkan, antara lain
aplikasi manajemen keuangan berupa Sistem
Aplikasi Keuangan Akuntansi (SAKTI), aktifitas
dalam manajemen administrasi berupa surat
menyurat, perizinan dan Sistem Informasi
Manajemen
Puskesmas
Elektronik.
(www.antarajatim.com: diakses 18 juni 2014).
Hasil hipotesis ketiga dalam penelitian
ini menunjukan bahwa sistem pengendalian
intern pemerintah tidak berpengaruh terhadap
transpransi dengan nilai koefisien sebesar
0.0607 dan signifikansi sebesar 0.545 lebih
besar dari 0,05 maka hipotesis dalam
penelitian ini ditolak.
Hasil yang tidak signifikan dapat di lihat
terkait pernyataan kuesioner nomor X3.5 yang
menyatakan Adanya metode penilaian atau
pengukuran risiko dan sistem informasi
manajemen risiko, terdapat 4 responden
dengan tingkat presentase sebesar 4,0% yang
menjawab tidak setuju dan 16 responden
dengan presentase 16,2% yang menjawab
netral. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah
masih kurang memperhatikan penilaian resiko
atas suatu kegiatan pemerintah daerah. Jika
suatu metode penilain atau pengukuran risiko
serta sistem informasi manajemen resiko tidak
dilaksanakan secara efektif maka pemerintah
tidak dapat mengevaluasi risiko dalam suatu
Universitas Trunojoyo Madura
kegiatan yang telah dilaksanakan maupun
kegiatan yang tidak terlaksana. Jika suatu
SKPD tidak memberikan penilaian risiko serta
sistem manajemen risiko tidak dilaksanakan
dengan baik atas suatu kegiatan yang
dilakukan oleh suatu entitas maka akan rentan
terhadap tindak pidana korupsi maupun
kecurangan lainya.
Ketidaksignifikan
juga
dapat
dipengaruhi
oleh
adanya
lingkungan
organisasi pemerintah maupun luar organisasi
pemerintahan seperti adanya perubahan atau
tidak terlaksananya suatu kegiatan yang
mengakibatkan
ketidakpastian
dalam
melaksanakan kegiatan operasional dan dapat
mempengaruhi tingkat transparansi pada
suatu kegiatan terhadap publik. Selain itu juga
akan berpengaruh terhadap
strategi
pemerintah yang menyebabkan pengambilan
keputusan semakin terdesentralisasi. Sebagai
dampak dari kelemahan pengendalian intern,
perencanaan,
pelaksanaan
dan
pertanggungjawaban program atau kegiatan
juga belum berjalan optimal, hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya beberapa temuan
tindak pidana korupsi yang terjadi di
kabupaten lamongan. Dapat dilihat dari sudut
pandang sistem pengendalian itu dapat
dikatakan tidak terlaksana secara menyeluruh
dan secara integral. Oleh karena itu diperlukan
adanya sistem pengendalian yang kuat dalam
rangka pengelolaan kegiatan dan resiko serta
pemilihan
metode
tata
kelola
atas
perencanaan kegiatan yang tepat sehingga
mampu dikendalikan dan diperolehnya suatu
hasil kegiatan yang diinginkan, selain itu
dengan adanya suatu pengendalian yang kuat
maka akan tercipta suatu wujud transparansi
yang efektif dan efisien karena sistem
pengendalian intern juga diperlukan untuk
meningkatkan kegunaan dan keandalan
informasi baik keuangan dan non keuangan
kepada publik.
Hasil ini bertolak belakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Diana Sari
(2012) yang meneliti tentang pengaruh sistem
pengendalian intern pemerintah terhadap
transparansi laporan keuangan pemerintah
daerah, hasil penelitian ini menunjukan bahwa
sistem pengendalian intern pemerintah
berpengaruh
secara
positif
terhadap
Page 10
transparansi laporan keuangan pemerintah
kota Cimahi. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hubungan yang terjadi
merupakan hubungan yang kuat dan searah,
dimana peningkatan pengendalian internal
yang terjadi akan seiring dengan peningkatan
transparansi laporan keuangan pemerintah
Kota Cimahi.
Hasil hipotesis keempat mengenai
penyajian
laporan
keuangan
terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
memperoleh hasil yang tidak signifikan, yang
menunjukan nilai koefisien sebesar -886
dengan signifikansi 0,378 lebih besar dari 0,05
maka hipotesis dalam penelitian ini ditolak.
Hasil ini tidak konsisten dengan pernyataan
Sande (2008: 10) yang menyatakan bahwa
semakin baik penyajian laporan keuangan
pemerintah maka akan berimplikasi terhadap
peningkatan
terwujudnya
akuntabilitas
pengelolaan keuangan daerah.
Salah satu bukti penyebab penyajian
laporan keuangan yang tidak akuntabel salah
satunya yaitu laporan keuangan pemerintah
kabupaten Lamongan yang mendapat opini
wajar dengan pengecualian (WDP). Opini
wajar dengan pengecualian (WDP) merupakan
pendapat yang diberikan oleh BPK ketika
laporan keuangan dikatakan wajar dalam hal
yang material, tetapi terdapat sesuatu yang
menyimpang atau kurang lengkap pada pospos tertentu, sehingga harus dikecualikan.
Salah satu faktor yang menyebabkan laporan
keuangan yang mendapat opini WDP adalah
adanya bukti yang disajikan kurang cukup,
adanya pembatasan ruang lingkup dan
terdapat
penyimpangan
dalam
prinsip
akuntansi yang berlaku umum yaitu standar
akuntansi keuangan (SAK). Menurut SA 508
paragraf 20 (508.11) jenis pendapat ini
diberikan apabila terdapat ketentuan sebagai
berikut:
Pertama Tidak adanya suatu bukti
yang kompeten dan cukup atau adanya
pembatasan terhadap lingkup audit yang
mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa
ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar
tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan
tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.
Kedua Auditor yakin, atas dasar
auditnya, bahwa laporan keuangan berisi
Universitas Trunojoyo Madura
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia, yang berdampak
material, dan ia berkesimpulan untuk tidak
menyatakan pendapat tidak wajar.
Ketiga Jika auditor menyatakan
pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus
menjelaskan semua alasan yang menguatkan
dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang
dicantumkan sebelum paragraf pendapat. Ia
harus
juga
mencantumkan
bahasa
pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke
paragraf penjelasan di dalam paragraf
pendapat.
Hipotesis kelima menunjukan bahwa
aksesibilitas laporan keuangan daerah tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
dengan nilai koefisien sebesar 1,940 dan nilai
signifikansi sebesar 0.055, dari hasil output
mengindikasikan bahwa nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 maka hipotesis dalam
penelitian ini ditolak. Ketidaksignifikan antara
aksesibilitas laporan keuangan terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
karena diduga pemerintah daerah hanya
mempublikasikan informasi terkait laporan
keuangan maupun kinerja pemerintah hanya
melalui internet saja, sedangkan pada media
lainya kurang efektif, padahal Perlu diingat
kembali tentang kondisi masyarakat yang
apatis akan teknologi informasi, bahwasanya
tidak semua masyarakat mengetahui internet,
karena kebanyakan akses internet lebih aktif
dipergunakan untuk mempublikasikan laporan
keuangan oleh pemerintah daerah dari pada
media nirmasa seprti Koran, majalah, surat
kabar dan televisi.
Hal ini tidak mendukung pernyataan
Mustofa (2012: 2), bagi Mustofa Aksesibilitas
laporan keuangan dapat diartikan sebagai
sarana
pertanggungjawaban
pemerintah
daerah kepada publik secara terbuka dan jujur
berupa laporan keuangan yang dapat di akses
dengan mudah oleh berbagai pihak yang
berkepentingan. Oleh karena itu setiap
pemerintah daerah wajib memliliki media
sebagai informasi keuangan daerah yang
dapat bermanfaat bagi pihak eksternal dan
pihak internal yang membutuhkan. Sama
halnya seperti yang diungkapkan oleh Shende
Page 11
dan Bennet, (2004) dalam Aliyah dan Nahar
(2012) bahwa Dalam demokrasi yang terbuka,
akses ini diberikan oleh media, seperti surat
kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan
website
(internet),
dan
forum
yang
memberikan perhatian langsung atau peranan
yang mendorong akuntabilitas pemerintah
terhadap masyarakat.
Hasil hipotesis keenam menunjukan
bahwa sistem pengendalian intern pemerintah
berpengaruh secara signifikan terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
dengan niali koefisien sebsar 2.620 dan nilai
signifikansi sebesar 0,010 lebih kecil dari 0,05
maka hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Hasil yang signifikan terhadap sistem
pengendalian
intern
pemerintah
dapat
dibuktikan dengan adanya penerapan sistem
Term Of Reference (TOR). Term of reference
(TOR) dimaksudkan untuk mempermudah
pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) sekaligus menerapkan
penyelenggaraannya di Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Lamongan sesuai dengan
kondisi dan kompleksitas permasalahan yang
ada, dan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah. Dengan
adanya
sistem
ini
diharapkan
dapat
mempermudah pemahaman atas berlakunya
PP Nomor 60 tahun 2008 sehingga
pengendalian
dapat
terlaksana
secara
menyeluruh dan secara integral. Selain itu hal
ini juga dapat diperkuat dengan adanya
pengungkapan suatu tindak pidana korupsi
yang terjadi di kabupaten Lamongan.
Pengungkapan inilah yang menandakan
bahwa sistem pengendalian intern serta
pengawasan yang di lakukan oleh pemerintah
kabupaten Lamongan cukup dinilai baik dan
sudah berjalan efektif. Dengan dilakukanya
sistem pengendalian intern secara menyeluruh
dan secara integral maka diharapkan
pemerintah mampu mengelola kekayaan
daerah dengan sebaik mungkin agar tercipta
kesejahteraan bagi masyarakat serta dapat
meminimalkan dan memberantas adanya
tindak korupsi.
Dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi sistem pengendalian intern
pemerintah
yang
diterapkan
secara
menyeluruh dan integral akan mampu
Universitas Trunojoyo Madura
menciptakan suatu akuntabillitas pengelolaan
keuangan yang baik.
Hasil
penelitian
ini
mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Zalni (2013)
tentang Pengaruh Komitmen Karyawan dan
Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) Terhadap Pengelolaan
Keuangan Daerah, yang menyatakan bahwa
Pengaruh
antara
penerapan
sistem
pengendalian intern pemerintah dengan
pengelolaan keuangan daerah adalah bahwa
semakin baik penerapan sistem pengendalian
intern pemerintah maka semakin terwujudnya
pengelolaan keuangan daerah yang efektif,
efisien, transparan, dan akuntabel.
SIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI
Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka simpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut: penyajian laporan
keuangan dan sistem pengendalian intern
pemerintah tidak berpengaruh terhadap
transparansi namun aksesibilitas laporan
keuangan berpengaruh terhadap transparansi.
Penyajian laporan keuangan dan aksesibilitas
laporan keuangan tidak berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah
sedangkan
sistem
pengendalian
intern
pemerintah
berpengaruh
terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.
Pengujian pada hipotesis pertama (H1)
menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,310
lebih besar dari 0,05 maka hipotesis pertama
dalam penelitian ini ditolak. Hal ini terjadi
dikarenakan penyajian laporan keuangan yang
disajikan oleh pemerintah daerah belum
disajikan secara lengkap dan transparan
kepada publik.
Pengujian hipotesis yang kedua (H2)
menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,000
lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis kedua
dalam penelitian ini diterima. Hal ini
menunjukan
bahwa
semakin
tinggi
aksesibilitas laporan keuangan maka akan
meningkatkan transparansi. Dengan pernyatan
ini maka Aksesibilitas merupakan hal yang
penting bagi pemerintah daerah, karena
dengan adanya suatu aksesibilitas akan
Page 12
mendukung terciptanya transparansi. Selain itu
dengan meningkatkan aksesibilitas laporan
keuangan pada suatu pemerintah akan
memberikan kemudahan bagi masyarakat
untuk mengakses serta memperoleh informasi
mengenai keuangan daerah.
Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3)
menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,545
lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ketiga
dalam penelitian ini ditolak. Hal ini dipengaruhi
oleh adanya lingkungan organisasi pemerintah
maupun luar organisasi pemerintahan seperti
adanya perubahan atau tidak terlaksananya
suatu
kegiatan
yang
mengakibatkan
ketidakpastian dalam melaksanakan kegiatan
operasional dan dapat mempengaruhi tingkat
transparansi pada suatu kegiatan terhadap
publik. Selain itu juga akan berpengaruh
terhadap
strategi
pemerintah
yang
menyebabkan
pengambilan
keputusan
semakin terdesentralisasi. Sehingga dari sudut
pandang sistem pengendalian itu dapat
dikatakan tidak terlaksana secara menyeluruh
dan secara integral.
Pengujian hipotesis ke empat (H4)
menunjukan nilali signifikansi 0,378 lebih besar
dari 0,05 maka hipotesis keempat ditolak. hal
ini terjadi dikarenakan pertanggungjawaban
keuangan dari pemerintah daerah yang belum
maksimal. Dilihat dari Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD)
kabupaten
Lamongan, yang mendapat opini wajar dengan
pengecualian (WDP).
Pengujian hipotesis kelima (H5)
menunjukan nilai signifikansi 0,055 maka
hipotesis kelima ditolak. Hal ini diduga laporan
keuangan yang dipublikasikan dalam media
massa belum memberikan keyakinan yang
memadai
serta
kelengkapan
informasi
mengenai keuangan daerah, Selain itu diduga
pemerintah daerah hanya mempublikasikan
informasi terkait laporan keuangan maupun
kinerja pemerintah hanya melalui internet saja,
sedangkan pada media masa lainya kurang
efektif, adanya ketidaktepatan penyajian
laporan keuangan juga dapat menghambat
masyarakat atau pengguna laporan keuangan
untuk memperoleh informasi.
maka hipotesis ke enam diterima. Hasil yang
signifikan dapat dibuktikan dengan adanya
pengungkapan tindak pidana korupsi. Dengan
terungkapnya suatu tindak pidana korupsi
menandakan bahwa sistem pengendalian
internal pemerintah sudah berjalan efektif dan
integral.
Adapun keterbatasan dan saran yang
dapat disampaikan oleh peneliti adalah
sebagai berikut: a) Keterbatasan waktu dalam
penyebaran kuesioner sehingga dalam
penyebaran
kuesioner
tidak
dapat
dilaksanakan di SKPD secara keseluruhan,
seperti jumlah kecamatan yang terlalu banyak,
sehingga peneliti hanya mengambil 1
kecamatan saja. b) Dalam penelitian ini
penyebaran kuesioner ditinggal ditempat
responden. Dalam pengisian kuesioner
tersebut peneliti tidak bisa mengawasi secara
langsung apakah pengisian kuesioner telah
diisi sesuai dengan fungsi yang telah dijadikan
sampel oleh peneliti atau tidak. c) Penelitian ini
hanya berfokus pada satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) sebagai pihak internal
pemerintah yang berfungsi sebagai pengelola
keunagan.
Dari keterbatasan yang ada dan
berdasarkan simpulan yang diuraikan maka
peneliti dapat memberikan saran sebagai
berikut: a) Untuk peneliti selanjutnya, selain
menggunakan metode pengumpulan data
dengen menyebar kuesioner, peneliti juga
dapat melakukan tanya jawab atau wawancara
dengan responden terkait dengan tema
penelitian, dengan adanya tanya jawab atau
wawancara maka dapat mendukung hasil
kuesioner. Serta diusahakan agar peneliti
mengawasi
serta
menunggu
pengisian
kuesioner , dengan cara ini diharapkan akan
menghasilkan kuesioner yang relevan dan
sesuai harapan peneliti. b) Untuk peneliti
selanjutnya, dapat menggunakan sampel dan
populasi yang lebih besar sehingga akan
menghasilkan kondisi yang sebenarnya dan
lebih respresentatif. c) Untuk Penelitian
selanjutnya dapat dilakukan lebih dari satu
objek dengan kasus yang berbeda. d) Untuk
peneliti selanjutnya dapat menggunakan
populasi di pihak internal yaitu pengelola
Pengujian hipotesis ke enam (H6) keuangan pemerintah dan pihak eksternal
menunjukan nilai signifikansi sebesar 0,10 yaitu pengguna laporan keuangan.
Universitas Trunojoyo Madura
Page 13
Daftar Pustaka
Algifari. 1997. Analisis Regresi, Teori, Kasus
dan Solusi. Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE
Universitas Gajah Mada.
Hartadi, Bambang. 1999. Sistem Pengendalian
Intern. Yogyakarta: BPFE.
Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor Publik:
Akuntansi
Keuangan
Daerah.
Aidil. 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Jakarta: Salemba Empat
Kemampuan Penyusunan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Hanim, Sustika, 2009, Pengaruh Penyajian
(Studi Empiris Pada Pemerintah
Laporan
Keuangan
Daerah
Kota Tebing Tinggi). Thesis.
Terhadap
Transparansi
dan
Universitas Sumatra Utara Medan.
Akuntabilitas
Pengelolaan
Keuangan Daerah (Studi Kasus
Aliyah, Siti dan Aida, Nahar. 2012. Pengaruh
Pada Pemerintah Kota Langsa,
Penyajian
Laporan
Keuangan
Skripsi, Jurusan Akuntansi Fakultas
terhadap
Transparansi
dan
Ekonomi, Universitas Sumatera
Akuntabilitas Pegelolaan Keuangan
Utara, Medan.
Daerah. jurnal Akuntansi dan
Auditing Volume 8 No. 2: 97-189. Hartadi, Bambang. 1999. Sistem Pengendalian
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Intern. Yogyakarta: BPFE.
Nahdlatul Ulama Jepara.
Mahsun Mohammad, Firma Sulistiyowati dan
Arfianti, Dita. 2011. Analisis Faktor-Faktor
Heribertus Andre Purwanugraha.
Yang Mempengaruhi Nilai Informasi
2006. Akuntansi Sektor Publik.
Pelaporan Keuangan Pemerintah
Yogyakarta: BPFE.
Daerah (Studi pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah di Kabupaten
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.
Batang). Skripsi. Jurusan Akuntansi
Yogyakarta: ANDI.
Fakultas Ekonomi. Universitas
Diponegoro.
_________. 2006. Perwujudan Transparansi
dan Akuntabilitas Publik Melalui
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
Akuntansi. Yogyakarta : ANDI.
Suatu
Pendekatan
Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Mustofa, Anies iqbal. 2012. Pengaruh
Penyajian
dan
Aksesibilitas
Bastian, Indra. 2007. Akuntansi Sektor Publik.
Laporam
Keuangan
Terhadap
Jakarta: Salemba Empat
Akuntabilitas
Pengelolaan
Keuangan Kabupaten Pemalang.
Baswir,
Revrisond.
2000.
Akuntansi
ISSN
2252-6765.
Universitas
pemerintahan
Indonesia.
Negeri Semarang.
Yogyakarta: BPFE.
Mulyana, Budi. 2006. Pengaruh Penyajian
Darise, Nurlan. 2007. Pengelolaan Keuangan
Neraca Daerah dan Akesisbilitas
Pada Satuan Kerja Perangkat
Laporan
Keuangan
Daerah
Daerah (SKPD). Jakarta: PT
Terhadap
Transparansi
dan
Indeks.
Akuntabilitas
Pengelolaan
Keuangan
Daerah.
Jurnal
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis
Akuntansi Pemerintahan. Volume 2,
Multivariate Dengan Program IBM
No. 1: 65-78. Universitas Gajah
SPSS 21, Edisi 7.. Semarang:
Mada.
Universitas Diponegoro.
Universitas Trunojoyo Madura
Page 14
Nordiawan, Deddi dan Hertianti. 2010.
Akuntansi Sektor Publik. Jakarta.
Salemba Empat.
Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor
Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Ekonomi Universitas
Bandung.
Widyatama
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R DAN D. Bandung: Alfabeta.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik ________. 2012. Statistika Untuk Penelitian.
Data Dengan SPSS. Yogyakarta:
Bandung: Alfabeta.
Mediakom.
Suwardjono.2012. Teori Akuntansi. BPFEPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Yogyakarta. Yogyakarta
Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
Tentang Perbendaharaan Negara.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974
Sistem
Informasi
Keuangan
Tentang
Pokok-pokok
Daerah.
Pemerintahan.
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 2008
Nomor 60 Tahun 2008 Tentang
Tentang Keterbukaan Informasi
Sistem
Pengendalian
Intern
Publik.
Pemerintah (SPIP).
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Tentang Penyelenggaraan Negara
Nomor 71 Tahun 2010 tentang
yang Bersih dan Bebas dari
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Tentang Pemerintah Daerah.
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
Rachmat. 2010. Akuntansi Pemerintahan.
Tentang Perimbangan Keuangan
Bandung: CV Pustaka Setia.
Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah.
Sande, Peggy. 2013. Pengaruh penyajian Yuwono, Sony, Indarajaya Tengku Agus dan
laporan keuangan dan aksesibilitas
Ahriyandi. 2005. Penganggaran
laporan
keuangan
terhadap
sektor publik. Malang: Bayumedia
akuntabilitas
pengelolaan
publishing.
keuangan daerah (studi empiris Zalni, Fitri. 2013. Pengaruh Komitmen
pada pemerintah provinsi Sumatra
Karyawan dan Penerapan Ssitem
barat).Skripsi: Fakultas Ekonomi
Pengendalian Intern Pemerintah
Universitas Negeri Padang.
(SPIP)
Terhadap
Pengelolaan
Keuangan Daerah. Skripsi. Bidang
Sari,
Diana.
2012. Pengaruh Sistem
studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Pengendalian Intern Terhadap
Universitas Negeri Padang.
Transparansi Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah. Bandung. www.lamongan.go.id (Di akses pada tanggal
ISSN
22523936.
Fakultas
10 november 2013).
Universitas Trunojoyo Madura
Page 15
www.antarajatim.com (Di akses pada tanggal
18 juni 2014).
keuda.kemendagri.go.id/transparansikeuangan
/nasional16: (Diakses16 juni 2014)
Lampiran tabel 1 distribusi dan pengambilan kuesioner
Kuesioner yang disebarkan
Kuesioner yang kembali
Kuesioner tidak kembali
Kuesioner yang tidak dapat diolah
Kuesioner yang dapat diolah
100%
81,25%
18,75%
4,68%
76,56%
128 kuesioner
104 kuesioner
24 kuesioner
6 kuesioner
98 kuesioner
Lampiran 2 deskripsi profil responden
laki-laki
Perempuan
Jumlah
20-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
>50 tahun
jumllah
SMA/SMK
D1/D2/D3
S1
S2
S3
jumlah
Jenis Kelamin Responden
57
58%
42
42%
98
100%
Usia Respoennd
17
32
30
19
98
Pendidikan Terakhir Responden
6
6,1%
7
7,1%
59
60,2%
26
26,5%
98
100%
Jabatan responden
Kepala SKPD
20
Bendahara pengeluaran
25
PPK-SKPD
29
Akuntansi
24
Jumlah
98
Universitas Trunojoyo Madura
17,3%
32,6%
30,6%
19,3%
100%
20,4%
25,5%
29,5%
24,4%
100%
Page 16
Lampiran tabel 3 hasil uji validitas
Uji Validitas
Penyajian Laporan Keuangan (X1)
Item Pertanyaan
r hitung
r tabel
Keterangan
X1.1
0,664
0,199
Valid
X1.2
0,711
0,199
Valid
X1.3
0,711
0,199
Valid
X1.4
0,609
0,199
Valid
X1.5
0,684
0,199
Valid
X1.6
0,797
0,199
Valid
X1.7
0,693
0,199
Valid
X1.8
0,739
0,199
Valid
X1.9
0,575
0,199
Valid
Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2)
X2.1
0,575
0,199
Valid
X2.2
0,799
0,199
Valid
X2.3
0,905
0,199
Valid
X2.4
0,893
0,199
Valid
X2.5
0,615
0,199
Valid
X2.6
0,716
0,199
Valid
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (X3)
Item Pertanyaan
r hitung
r tabel
Keterangan
X3.1
0,597
0,199
Valid
X3.2
0,787
0,199
Valid
X3.3
0,625
0,199
Valid
X3.4
0,717
0,199
Valid
X3.5
0,700
0,199
Valid
X3.6
0,707
0,199
Valid
X3.7
0,615
0,199
Valid
X3.8
0,709
0,199
Valid
X3.9
0,707
0,199
Valid
X3.10
0,623
0,199
Valid
X3.11
0,727
0,199
Valid
X3.12
0,700
0,199
Valid
X3.13
0,592
0,199
Valid
X3.14
0,663
0,199
Valid
Transparansi (Y1)
Item Pertanyaan
r hitung
r tabel
Keterangan
Y1.1
0,774
0,199
Valid
Y1.2
0,612
0199
Valid
Y1.3
0,576
0,199
Valid
Y1.4
0,725
0,199
Valid
Y1.5
0,776
0,199
Valid
Universitas Trunojoyo Madura
Page 17
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y2)
Y2.1
0,564
0,199
Valid
Y2.2
0,617
0,199
Valid
Y2.3
0,395
0,199
Valid
Y2.4
0,483
0,199
Valid
Y2.5
0,555
0,199
Valid
Y2.6
0,569
0,199
Valid
Y2.7
0,520
0,199
Valid
Y2.8
0,349
0,199
Valid
Y2.9
0,427
0,199
Valid
Y2.10
0,288
0,199
Valid
Y2.11
0,305
0,199
Valid
Y2.12
0,417
0,199
Valid
Lampiran tabel 4 hasil uji reliabilitas
Variabel
Penyajian Laporan Keuangan (X1)
Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2)
Cronbach
Alpha
0,850
Kriteria
Keterangan
0,70
Reliabel
0,841
0,70
Reliabel
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
0,904
0,70
Reliabel
(X3)
Transparansi (Y1)
0,720
0,70
Reliabel
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
0,703
0,70
Reliabel
Daerah (Y2)
Lampiran 5 uji normalitas
Hasil Uji Normailtas Data terhadap transparansi (Y1)
Unstandardiz
ed Residual
N
98
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation
1.99294145
Most Extreme Differences
Absolute
.096
Positive
.090
Negative
-.096
Kolmogorov-Smirnov Z
.950
Asymp. Sig. (2-tailed
.328
Universitas Trunojoyo Madura
Page 18
Hasil Uji Normalitas Data terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y2)
N
Normal Parameters
Unstandardized
ed Residual
98
.0000000
2.96078304
.056
.056
-.042
.550
.923
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme Differences
Kolomogrov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Lampiran 6 uji multikolonearitas
Hasil Uji Multikolinearitas pada variabel transparansi (Y1)
Variabel
Penyajian Lpaoran
Keuangan
Aksesibilitas Laporan
Keuangan
Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah
Tolerance
0,766
Nilai VIF
1,305
0,641
1,561
0,533
1,807
Kesimpulan
Bebas
Multikolonearitas
Bebas
Multikolonearitas
Bebas
Multikolonearitas
Hasil Uji Multikolonearitas pada variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y2)
Variabel
Tolerance
Nilai VIF
Kesimpulan
Penyajian Lpaoran
0,766
1.305
Bebas
Keuangan
Multikolonearitas
Aksesibilitas Laporan
0,641
1.561
Bebas
Keuangan
Multikolonearitas
Sistem Pengendalian
0,553
1.807
Bebas
Intern Pemerintah
Multikolonearitas
Lampiran 7 uji heterokedastisitas
Hasil Uji Park pada variabel Transparansi (Y1)
Model
1 (Constant)
Penyajian laporan
keuangan
Aksesibilitas laporan
keuangan
Sistem pengendalian
intern pemerintah
Unstandardized
Coeficients
B
Std.
Error
-15.679 9.651
.479
2.401
Standardized
Coeficients
Beta
T
Sig.
.020
-1.625
.174
.108
.862
-.389
1.440
.034
-.270
.787
3.754
2.788
.181
1.346
.181
Universitas Trunojoyo Madura
Page 19
Uji Park pada variabel akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y2)
Model
Unstandardized
Coeficients
B
Std.
Error
2.957
9.208
-.0222
2.291
1 (Constant)
Penyajian laporan
keuangan
Aksesibilitas laporan
keuangan
Sistem
pengendalian intern
pemerintah
Standardized
Coeficients
Beta
T
Sig.
-.001
.321
-.010
.749
.992
.185
1.374
.017
.135
.893
-.636
2.660
.033
-.239
.811
Lampiran 8 uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi pada variabel Transparansi (Y1)
Nilai Durbin
Watson
Kesimpulan
1.953
Tidak ada Autokorelasi
Uji Autokorelasi pada variabel Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah (Y2)
Nilai Durbin
Kesimpulan
Watson
1.697
Tidak ada Autokorelasi
Lampiran 9 Pengujian Hipotesis
Hasil Uji Regresi linier berganda pada variabel Transparansi Y1
Model
1
(Constant)
Penyajian
laporan
keuangan
Aksesibilitas
laporan
Unstandardized
Coeficients
B
Std.
Error
8.838
2.247
Standardized
Cieficients
Beta
Keterangan
T
Sig.
3.933
.000
.058
.057
.101
1.020
.310
Tidak
Signifikan
.270
.065
.449
4.146
.000
Signifikan
Universitas Trunojoyo Madura
Page 20
keuangan
Sistem
pengendalian
intern
pemerintah
R = 0.541
R2 = 0.292
.028
.046
.071
.0607
.545
Tidak
Signifikan
Hasil Uji Regresi linier berganda pada variabel Akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah (Y2)
Model
Unstandardized Standardized
Keterangan
Coeficients
Cieficients
Beta
T
Sig.
B
Std.
Error
1
38.983 3.338
11.678 .000
(Constant)
Penyajian
-.075
.085
-.093
-.886
.378
Tidak
laporan
Signifikan
keuangan
Aksesibilitas
.188
.097
.223
1.940 .055
Tidak
laporan
Signifikan
keuangan
Sistem
.178
.068
.324
2.620 .010
Signifikan
pengendalia
n intern
pemerintah
R = 0.454
R2 = 0.206
Universitas Trunojoyo Madura
Page 21
Download