GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015 ISSN 1693

advertisement
ISSN 1693-7945
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF JIGSAW BERBASIS
LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOLABORATIF
MAHASISWA DI UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oleh:
Eka Vasia Anggis
Universitas Wiralodra
ABSTRAK
Berdasarkan observasi pada Matakuliah Strategi Belajar Mengajar Off B, pada tanggal
5,10, dan 12 Sepetember 2013 di GKB 204 dan BIO 108 Universitas Negeri Malang, didapatkan
kondisi pembelajaran yang sudah baik. Namun terdapat beberapa mahasiswa sudah mencoba
untuk mengemukaan ide yang ada dipikirkan tetapi salah konsep. Sewaktu presentasi membahas
materi, tiap anggota kelompok tidak memiliki tanggung jawab akan tugas masing-masing, mereka
jarang melakukan diskusi dengan kelompoknya sehingga tidak terorganisir.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui keterlaksanaan pembelajaran Model
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw_LS, (2) Mengetahui peningkatan keterampilan kolaboratif
mahasiswa SBM melalui Jigsaw_LS. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Penelitian
Tindakan Kelas Berbasis Lesson Study dengan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Prosedur
penelitian Penelitian tindakan kelas berbasis Lesson Study yang dilakukan terdiri dari 2 siklus.
Setiap siklus dilaksanakan pada 1 pokok bahasan untuk mengetahui hasil yang telah dicapai oleh
subyek penelitian sebagai dasar untuk perbaikan pada siklus selanjutnya. Setiap siklus terdiri atas
4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian
adalah mahasiswa UM off B jurusan biologi yang sedang menempuh matakuliah SBM pada
semester V. Jumlah mahasiswa sebanyak 27 orang.
Berdasarkan hasil penelitian, keterlaksanaan pembelajaran jigsaw berbasis Lesson Study
mengalami peningkatan antara siklus I dan II sebesar 6,00%, siklus I sebesar 80% dan siklus II
sebesar 86%. Data keterampilan kolaboratif mahasiswa mengalami peningkatan sebesar 8,26%
yangmana siklus I sebesar 85,08 siklus II sebesar 93,342%. Kesimpulan dari penelitian ini
penerapan model Jigsaw berbasis Lesson Study dapat meningkatkan keterampilan kolaboratif k
mahasiswa SBM off B semester V .
Kata Kunci: Model Jigsaw_ LS, keterampilan kolaboratif
PENDAHULUAN
Berdasarkan Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) dikoordinasikan oleh The
International Association for the Evaluation of Educational Achievement) (IEA) yang
berkedudukan di Amsterdam, Belanda menyampaikan informasi bahwa Indonesia tahun 2003
berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, dan tahun 2007 berada di peringkat ke 36 dari 49 negara,
pada tahun 2011 peringkat 54 dari 59 Negara (TIMSS, 2011: 45).
Berdasarkan hasil observasi, melalui wawancara pada Matakuliah Strategi Belajar
Mengajar Off B, pada tanggal 5,10, dan 12 Sepetember 2013 di GKB 204 dan BIO 108 didapatkan
mahasiswa sudah mencoba untuk mengemukaan ide, walaupun terkadang ada yang salah konsep,
ketika diadakan presentasi, para audience tidak duduk dengan kelompoknya masing-masing, letak
tempat duduk tidak memungkan tiap kelompok untuk saling berinteraksi sehingga kurang adanya
penukaran ide, tiap anggota kelompok tidak memiliki tanggung jawab akan tugas masing-masing.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukannya strategi pembelajaran yang tepat.
Berdasarkan Depdiknas (2008: 31), strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada
metode pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir guru dalam
1
GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015
mengajar. Menurut Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi,dkk, 2004:61) pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang
saling asah, asih, dan asuh antar siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model kooperatif jigsaw yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan kolaboratif siswa sehingga antar siswa saling bertukar ide sampai
menemukan pemahaman atas konsep baru, kegiatan ini akan meningkatkan tingkat hasil belajar
kognitif Model kooperatif jigsaw menggunakan kelompok ahli dan kelompok asal untuk saling
bertukar pikiran dan nantinya kelompok ahli tersebut akan mempresentasikan di depan kelas.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif
jigsaw berbasis lesson study untuk meningkatkan keterampilan kolaboratif mahasiswa Off B pada
Matakuliah Strategi Belajar Mengajar Prodi S1 Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang.
Manfaat dari penelitian ini adalah mempelajari kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran
jigsaw berbasis Lesson study jika diaplikasikan dalam pembelajaran. Apabila terdapat kekurangan
maka dapat disempurnakan pada pengalaman-pengalaman selanjutnya.
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbasis LS (Lesson Study),
pendekatan penelitian berupa deskriptif kualitatif.. Setiap pertemuan dalam PTK tersebut
dilaksanakan dalam siklus LS dalam arti melalui tahapan plan (perencanaan bersama tim LS), do
(pelaksanaan dilakukan dosen model dengan diobserveri oleh tim LS), dan see (refleksi bersama tim
LS)
Kehadiran dan Peran peneliti di Lapangan
Kehadiran peneliti di lapangan menjadi dosen model yang akan memberikan pengajaran di kelas
tersebut sebanyak 4 kali pertemuan. Peneliti mencoba untuk mengobati permasalahan yang
ditemukan dalam suatu penelitian
Kancah Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas off B Matakuliah Strategi Belajar Mengajar (SBM), Prodi S1
Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Gedung Bio 108 di Universitas Negeri Malang (UM) Tahun
2013. Alamat kampus terletak Jl. Gombong No.4. Karakteristik dari jurusan biologi di kampus UM
memiliki akreditas A dengan para dosen biologi yang berkualitas. Kegiatan penelitian dilakukan
pada hari Selasa Jam 1-2 dan hari kamis jam ke 1-3 sejak tanggal 5 September sampai November
2013.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa UM off B jurusan biologi yang sedang menempuh
matakuliah SBM pada semester V. Jumlah mahasiswa sebanyak 27 orang dengan 24 mahasisiwi
dan 3 mahasiswa
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian meliputi perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.
Perangkat pembelajaran meliputi meliputi SAP, Lembar Kegiatan Mahasiswa. Instrumen
pengumpulan data yang diperlukan pada penelitian ini meliputi wawncara dan catatan lapangan
untuk memperoleh data awal, lembar keterlaksanaan pembelajaran jigsaw_LS oleh dosen model,
catatan lapangan, lembar observasi keterlaksanaan keterampilan kolaboratif mahasiswa yangmana
aspek yang akan dicapai adalah aspek bekerja secara produktif, aspek menghargai, aspek
berkompromi dan aspek saling berkontribusi dan berbagi dengan penuh tanggung jawab, instrumen
lain yaitu soal post test siklus I dan II untuk mengetahui tingkat hasil belajar kognitif yangmana soal
diberikan dalam tingkatan kognitif tingkat tinggi C3-C5, kemudian lembar istrumen plan, do, see
untuk penilaian keterlaksanaan LS.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data untuk uji Data keterampilan kolaboratif siswa diperoleh melalui lembar
observasi keterampilan kolaboratif siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung pada siklus I
2
ISSN 1693-7945
dan siklus II. Data yang terdapat dalam lembar observasi keterampilan kolaboratif kemudian
dihitung frekuensi yang muncul pada tiap siswa, dengan menggunakan rumus seperti berikut.
∑ skor yang dicapai
Persentase keterampilan kolaboratif siswa = ∑skor maksimum x 100%
Data tentang aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh guru dalam penerapan model
pembelajaran yang telah ditentukan, dicatat dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran jigsaw Lesson study oleh guru pada pertemuan pertama sampai pada pertemuan
keempat. dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
F
P = N x 100%
Keterangan:
P = persentase ketercapaian tindakan guru
F= jumlah tindakan yang dilakukan
N= jumlah tindakan yang diobservasi
Tabel 3.3 Penentuan Taraf Keberhasilan
Persentase
Kategori
85 -100 %
A
80 - 84 %
A75 - 79 %
B+
70 - 74 %
B
65 - 69 %
B60 - 64 %
C+
55 - 59 %
C
40 - 54 %
D
0 - 39 %
E
(Sumber: Biro Akademik Universitas Negeri Malang, 2013:90)
HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian Siklus I
Pada pertemuan pertama, semua instrumen dan SAP disusun sendiri oleh dosen model,
kemudian didiskusikan bersama dengan tim LS yang terdiri dari 3 anggota untuk mendapatkan
masukan, kritikan. Hal yang direncanakan sebagai berikut SAP tentang materi pemahaman konsep
model pembelajaran biologi, rubrik keterampilan kolaboratif, denah tempat duduk, LKM, lembar
keterlaksanaan pembelajaran dan lembar-lembar instrumen LS, dan materi pembelajaran yang akan
disampaikan. Kegiatan plan LS 100 % sudah terlaksana. Setelah mendapatkan kesepakatan bersama
maka diberikan kepada dosen pengampu matakuliah SBM untuk mendapatkan masukan sampai
didapatkan kesepakatan bersama.
Pada tahap pelaksanaan (do) dosen model mencoba menerapkan dikelas secara mandiri SAP
yang telah direncanakan bersama dengan diobserver oleh tim LS dan dosen pengampu matakuliah,
Tahap ini meliputi tahap pendahuluan dengan memberi paresepsi dan motivasi, tahap perencanaan
kooperatif yaitu pengelompokkan dan mengorganisasikan tugas belajar, tahap implementasi yaitu
tahap pelaksanaan dari pengorganisasian tugas belajar, tahap penutup
Pada tahap refleksi didapatkan memberikan penguatan dan meberikan kelompok untuk
berpendapat bimbingan yang diberikan sudah baik, ada beberapa pertanyaan di LK yang rancu
sehingga mahasiswa merasa bingung, redaksi di LK bisa lebih diperbaiki, ada beberapa mahasiswa
yang bingung. Pada Pertemuan kedua, diadakan plan dengan memperhatikan refleksi pertemuan
selanjutnya. Hal yang direncanakan adalah SAP tentang pemodelingan model pembelajaran biologi
terdiri atas PBL, PJBL dan inkuiri, LKM (Lembar Kerja Mahasiswa), keterampilan kolaboratif,
lembar keterlaksanaan pembelajaran Jigsaw_LS pertemuan kedua, lembar-lembar LS, materi
pembelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan plan LS 100 % sudah terlaksana. Pada tahap
pelaksanaan (do) dosen model mencoba menerapkan dikelas secara mandiri SAP yang telah
direncanakan bersama dengan diobserver oleh tim LS dan dosen pengampu matakuliah. Tahap ini
3
GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015
meliputi tahap pendahuluan dengan memberi paresepsi dan motivasi, tahap perencanaan kooperatif
yaitu pengelompokkan dan mengorganisasikan tugas belajar, tahap implementasi yaitu tahap
pelaksanaan dari pengorganisasian tugas belajar, tahap penutup. Pada tahap refleksi keseluruhan
kelompok yang saya amati sudah dapat berkolaborasi dengan baik daripda pertemuan, sebelumnya,
masing-masing anggota kelompok mampu berpendapat, pada kegiatan penguatan walau sempat
bingung akan instruksi LKM tetapi setelah didiskusikan bersama menjadi tidak bingung.
Berdasarkan pembelajaran Jigsaw_LS maka didapatkan data tentang keterlaksanaan
Jigsaw_LS pada siklus I sebesar 80,69% dengan taraf keberhasilan A-. Sementara itu, pada data
keterampilan kolaboratif siklus I sebesar 85,075% dalam kategori A. Berikut ini, nilai yang
didapatkan pada tiap aspek yaitu aspek bekerja secara produktif sebesar 78,74 dalam kategori B+,
aspek menghargai 88,60%, aspek berkompromi sebesar 84,356%, aspek berbagi dan berkontribusi
sebesar 88,60%.
Hasil dari refleksi siklus I yaitu dosen model masih kurang mampu melakukan bimbingan
pada kelompok kecil secara menyeluruh. Namun dosen model dapat menguasai kelas dengan baik
dimana siswa selalu mengikuti instruksi dari dosen model dengan baik. Prosedur kerja dibuat oleh
masing-masing kelompok. Selain itu agar semua kelompok mau maju mempresentasikan laporan
yang telah dibuat maka dosen model memberi instruksi agar tiap perwakilan kelompok maju.
Mahasiswa belum terlalu memahami model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan LKM pada
siklus
I
ini
sehingga
mahasiswa
sedikit
mengalami
kesulitan
untuk
melaksanakan tahap-tahap pembelajaran dan melaksanakan keterampilan kolaboratif. Berdasarkan
hasil refleksi siswa pada siklus I siswa mengaku bingung akan instruksi aturan main dari dosen
model yang diterapkan dan instruksi LKM agak membingungkan. Namun secara keseluruhan sudah
baik.
Hasil Penelitian Siklus II
Pada pertemuan ketiga, tahap perencanaan meliputi semua instrumen dan SAP disusun
sendiri oleh dosen model, kemudian didiskusikan bersama dengan tim LS yang terdiri dari 3
anggota untuk mendapatkan masukan, kritikan. Hal yang direncanakan sebagai berikut SAP tentang
materi pemahaman konsep model kooperatif, keterampilan kolaboratif, denah tempat duduk, LKM,
lembar keterlaksanaan pembelajaran dan lembar-lembar instrumen LS, materi pembelajaran yang
akan disampaikan.
Kegiatan plan LS 100 % sudah terlaksana. Tahap do dilaksanakan pada tanggal 12
November 2013 diobserver oleh 4 orang yaitu 3 anggota teman sejawat dan 1 dosen pengampu
matakuliah SBM. Tahap ini meliputi tahap pendahuluan dengan memberi paresepsi dan motivasi,
tahap perencanaan kooperatif yaitu pengelompokkan dan mengorganisasikan tugas belajar, tahap
implementasi yaitu tahap pelaksanaan dari pengorganisasian tugas belajar, tahap penutup. Pada
tahap refleksi pertemuan ketiga keterampilan kolaboratif mahasiswa sudah baik, dosen model sudah
berusaha terus memantau diskusi dan membenahi adanya kesalahan konsep sewaktu proses
pembelajaran berlangsung.
Pada pertemuan keempat, tahap perencanaan yang dilakukan meliputi SAP tentang
pemodelingan model kooperatif terdiri atas TGT, TPS dan GI, LKM (Lembar Kerja Mahasiswa),
keterampilan kolaboratif, lembar keterlaksanaan pembelajaran pertemuan kedua, lembar-lembar LS,
materi pembelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan plan LS 100 % sudah terlaksana. Tahap do
dilaksanakan pada tanggal 14 November 2014, meliputi tahap pendahuluan dengan memberi
paresepsi dan motivasi, tahap perencanaan kooperatif yaitu pengelompokkan dan
mengorganisasikan tugas belajar, tahap implementasi yaitu tahap pelaksanaan dari pengorganisasian
tugas belajar, tahap penutup. Pada tahap refleksi yaitu secara keseluruhan keterampilan kolaboratif
pada pertemuan kali ini meningkat.
Berdasarkan pembelajaran Jigsaw_LS siklus II, didapatkan data keterlaksanaan Jigsaw_LS
sebesar 85, 42% berarti keterlaksanaan pembelajaran dalam kategori A. Data Keterlaksanaan
kolaboratif sebesar 93,34% yangmana aspek yang dinilai meliputi aspek bekerja secara produktif
sebesar 92,93% mengahargai sebesar 90,76%, aspek berkompromi sebesar 93, 48%, aspek berbagi
dan berkontribusi sebesar 96,19%.
4
ISSN 1693-7945
Berdasarkan data siklus I dan II, maka didapatkan perbandingan siklus I dan II yaitu pada
keterlaksanaan pembelajaran Jigsaw_LS dapat dilihat pada Grafik 1.1 Keterlaksanaan pembelajaran
Jigsaw_LS siklus I dan II, Grafik 1.2 Data Keterampilan Kolaboratif Mahasiswa, Tabel 1.1 Data
Hasil Belajar Kognitif
Grafik 1.1 Keterlaksanaan Pembelajaran Jigsaw_LS Siklus I dan II
DATA KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN JIGSAW_LS
SIKLUS I DAN II
88.00%
86.00%
Aspek
84.00%
82.00%
80.00%
78.00%
76.00%
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS
Grafik 1.2 Grafik Data Ketermapilan Kolaboratif Mahasiswa Siklus I dan II
DATA KETERAMPILAN KOLABORATIF MAHASISWA
SIKLUS I DAN II
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
092.934
090.761
093.478
096.196
078.7393
088.604
084.366
088.604
siklus 2
0
0
0
0
0
siklus 1
Hasil refleksi siklus II yaitu dosen model telah mampu memperbaiki kekurangan pada siklus
I. Bimbingan pada kelompok kecil sangat baik dan menyeluruh ke semua kelompok. Dosen model
juga telah menguasai kelas dengan baik dimana siswa selalu mengikuti instruksi dari dosen model
dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan observer kekurangan dari dosen model adalah
kurangnya penguatan, masih diperlukannya pendalaman konsep sehingga dapat menguasai materi
dengan sangat baik. Secara umum, kegiatan pada siklus II ini menunjukkan peningkatan pada
semua aspek keterampilan kolaboratif mahasiswa. Pada hasil belajar kognitif juga menunjukkan
peningkatan meskipun belum signifikan seperti keterampilan kolaboratif.
5
GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015
PEMBAHASAN
Pelaksanaan Pembelajaran Jigsaw_LS untuk Meningkatkan Keterampilan Kolaboratif
Pelaksanaan model pembelajaran koopertif jigsaw berbasis LS dilakukan sebanyak dua
siklus. Siklus I, terjadi penurunan antara pertemuan pertama dan kedua sebanyak 2,62%. Pada
siklus I, semua point-point keterlaksanaan pembelajaran sudah dilaksanakan semua oleh dosen
model. Namun, skor yang diberikan dari para observer, terjadi penurunan karena pada pertemuan
kedua terdapat kurang jelasnya instruksi dari dosen model, kurang adanya penguatan, apersepsi dan
motivasi perlu ditingkatkan lagi,
Oleh karena itu, masih diperlukan refleksi bagi dosen model untuk mencari kelebihan dan
kekurangan dari apa saja yang diaplikasikan. Kekurangan yang didapatkan diperbaiki pada kegiatan
plan pada pertemuan ketiga siklus II. Awalnya, dosen model hanya memikirkan ide sendiri,
kemudian ide tersebut didiskusikan dengan tim LS PPL untuk mendapatkan kritikan dan masukan
sewaktu melakukan kegiatan plan sampai mendapatkan kesepakatan bersama. Setelah itu, hasil
kegiatan plan didiskusikan dengan dosen pengampu matakuliah SBM untuk mendapat masukan
agar mendapatkan perencanaan yang lebih baik.
Setelah itu, dosen model mencoba untuk memperbaiki rencana pembelajaran sesuai dengan
hasil kegiatan plan yang dilakukan. Hasil perbaikan tersebut akan diimplementasikan pada kegiatan
do (tindakan) pada pertemuan ketiga. Pada kegiatan ini diobserveri oleh ketiga observer (teman
sejawat) dan satu observer dari dosen pengampu matakuliah SBM. Setelah kegiatan do selesai maka
dilakukan kegiatan see (refleksi).
Hasil refleksi, nilai keterlaksanaan pembelajaran pada pertemuan ketiga, didapatkan
84,43%, hal ini terjadi peningkatan dari pertemuan kedua dengan pertemuan ketiga. Jadi,
perencanaan pada pertemuan ketiga dapat memperbaiki keterlaksanaan pembelajaran pada
pertemuan kedua. Setelah kegiatan refleksi selesai, dilanjutkan plan pada pertemuan keempat.
Pelaksanaan plan sama dengan kegiatan plan sebelum-sebelumnya, plan yang dilakukan pada
pertemuan keempat, hal ini diharapkan agar tidak terjadi penurunan ketika dilakukan tindakan
kelas.
Hasil refleksi pertemuan keempat, didapatkan 86,41%. Jadi, terjadi peningkatan antara
pertemuan ketiga dengan pertemuan keempat sebesar 6,37%. Upaya dosen model yang
dilaksanakan untuk meningkatkan keterlaksanaan pembelajaran model jigsaw, dengan memperbaiki
point-point keterlaksanaan yang sebelumnya masih rendah untuk diperbaiki lagi terutama pada
point motivasi, penguatan yang sebelumnya hanya mendapat skor 1 atau 2 saja. Pada siklus II
pertemuan keempat, memang dalam keterlaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan namun
tidak sampai 100%. Hal ini dikarenakan, penguatan masih perlu dioptimalkan, ada kelompok TGT
yang mengalami misskomunikasi antar anggota kelompok dalam melakukan pemodelan disebabkan
kurang adanya kerjasama kelompok diluar jam pelajaran sehingga materi yang didskusikan kelas
dari dosen model selama 1 jam dalam memberikan pengetahuan awal sekaan akan terbuang
percuma bagi kelompok TGT. Harapan dari dosen pengampu matakuliah SBM bagi dosen model
adalah masih diperlukan peningkatan keterampilan profesional dan pedagogik agar lebih baik
dengan mencoba mengajar dan mengajar walau PPL berakhir sehingga lebih banyak
pengalamannya karena pengalaman adalah guru yang berharga dan merupakan pembelajaran yang
bersifat kontekstual untuk mendapatkan pengalaman yang bermakna
Pelaksanaan pembelajaran dengan model Jigsaw yang dikemas dalam bentuk Lesson Study
memberikan situasi baru bagi guru dan siswa. Guru yang biasanya mengajar seorang diri dalam
kegiatan Lesson Study ditemani oleh keempat observer. Hal ini sesuai dengan penelitian tesis
Miyatiwi (2013) tentang PTK_LS yang menyatakan bahwa Lesson study merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Menurut Susilo (2012:13) PTK dilaksanakan
berbasis Lesson Study dalam rangka terutama agar dapat memperkuat pelaksanaan PTK yang
merupakan proses yang dinamis di mana ada empat tahap yaitu 1) perencanaan tindakan, 2)
pelaksanaan atau implementasi tindakan, observasi dan asesmen 3) análisis hasil observasi dan
asesmen dilanjutkan dengan interpretasi, 4) refleksi. Setiap pertemuan dalam PTK tersebut
dilaksanakan dalam siklus LS dalam arti melalui tahapan plan, do, dan see.
6
ISSN 1693-7945
Peningkatan Keterampilan Kolaboratif Mahasiswa Melalui Pembelajaran Jigsaw_LS
Keterampilan kolaboratif mahasiswa merupakan keterampilan yang menekankan pada tugas
spesifik dan berbagi tugas dalam kerja kelompok, membandingkan kesimpulan dan prosedur kerja
kelompok, dan memberikan keleluasaan yang lebih besar pada siswa dalam kerja kelompok.
Keterampilan kolaboratif memiliki empat aspek yaitu bekerja secara produktif, menghargai,
berkompromi, berbagi dan kontribusi (Greenstein, 2012: 105). Berdasarkan hasil penelitian
penerapan Jigsaw terjadi peningkatan keterampilan kolaboratif mahasiswa sebesar 8,264% yaitu
pada siklus I sebesar 85,078% dan pada siklus II adalah sebesar 93,34%.
Menurut Tu’u (2004 : 15) salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
adalah pemilihan strategi yang digunakan dalam pembelajaran. Strategi yang memberikan hasil
yang baik adalah strategi pembelajaran yang banyak melibatkan siswa berfikir, berargumen,
berbicara, dan mengutarakan gagasan-gagasannya. Sebaliknya hasil yang diperoleh akan rendah
apabila siswa hanya pasif dan menjadi pendengar ceramah guru dengan metode monolog dari guru.
Pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan keterampilan kolaboratif siswa sehingga dapat
melatih kerjasama. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki kelompok asal dan
kelompok ahli. Kelompok ahli mengajarkan kepada kelompok asal dan seluruh kelas dengan
presentasi hasil diskusi. Siswa-siswa dari kelompok ahli mengajarkan keahlian mereka (materi yang
mereka pelajari atau dalami) kepada seluruh kelas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Keterlaksanaan pembelajaran jigsaw_LS dari siklus I dan II mengalami peningkatan 6,00%.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw berbasis Lesson Study dapat meningkatkan
keterampilan kolaboratif mahasiswa Strategi Belajar Mengajar Off B sebesar 8,26%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan.
1. Sebaiknya pendidik selain memiliki penguasaan konsep juga memiliki keahlian bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta didik dan tidak terjadi salah tafsir.
2. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebaiknya digunakan pada materi dalam bentuk narasi,
materi yang berhubungan dengan parktikum, ekksperimen, investigasi, lebih cocok
menggunakan model pembelajaran ilmiah seperti PBL, PJBL, Diskovery Inkuiri.
3. Model pembelajaran kooperatif Jigsaw, hendaknya dicobakan dan dikembangkan oleh peneliti
yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Biro Akademik. 2013. Pedoman pendidikan UM. Malang: Universitas Negeri Malang
Ali. 2013. Penerapan Pemebelajaran dengan Metode Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study
Disertai Penulisan Jurnal Belajar Untuk Meningkatkan Keterampilan Metkognitif Siswa. Tesis
tidak diterbitkan: Pasca UM
Arikunto, Suharsini. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsini,dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Jacob, Cornelis. 2013. Belajar kolaboratif melawan belajar kooperatif. Online.
(http://file.upi.edu/direktori/fpmipa/jur._pend._matematika/194507161976031cornelis_jacob/belajar_kolaboratif_lawan_kooperatif.pdf). Diakses tanggal 5 November 2013.
Nurhadi, Y., Burhan & Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.
Nur. 2007. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dalam Pembelajaran Biologi Siswa
Kelas III SLTP NU Pakis. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UM.
7
GEMA WIRALODRA VOL.VII No.1 JUNI 2015
Permendikbud. 2013. Standar Proses. (online). (http://urip.files.wordpress.com/2013/06/03-bsalinan-lampiran-permendikbud-no-65-tahun-2013-ttg-standar-proses.pdf). Diakses tanggal 2
September 2013.
Permendikbud.
2013.
Kerangka
dasar
dan
struktur
kurikulum.
(online).
http://urip.files.wordpress.com/2013/06/04-a-salinan-permendikbud-no-69-tahun-2013-ttgkerangka dasar dan struktur kurikulum pdf. Diakses tanggal 2 September 2013.
Permendikbud. 2013. Standar isi. (online). http://urip.files.wordpress.com/2013/06/04-a-salinanpermendikbud-no-69-tahun-2013-ttg-standar-penilaian.pdf. Diakses tanggal 2 September
2013.
Sunarmi dan Triastono Imam. 2003. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Malang: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi.
Tu’u, Tulus. 2004. Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT. Gramedia Widiasrana
Indonesia.
Sudrajat.
2011.
Model-model
pembelajaran.
2013.
Online.
(http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201146.pdf). Diakses tanggal 3
November 2013.
Susilo, Herawati. 2012. Lesson Study dalam Bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sebagai
Sarana Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Makalah disajikan dalam Seminar Pendidikan
Biologi dengan tema “Lesson Study sebagai Peningkatan Kualitas Pengajaran”di Gedung
Soetarjo Universitas Jember, 27 Oktober 2012.
Team Peneliti LPPM Universitas
Wiralodra Indramayu, sedang uji coba
alat/ reaktor pengolah limbah plastik
kresek menjadi minyak bakar/ bensin.
(25-April-2015)
8
Download