silabus pendidikan - Sub Spesialis Fertilitas

advertisement
SILABUS PENDIDIKAN Deskripsi pendidikan Pendidikan Subspesialis FER selama 4 (empat) semester dirancang untuk menyiapkan para peserta didik agar mampu menjadi sumber daya manusia yang profesional dan kompeten untuk mengatasi masalah dibidang FER dengan standar internasional Materi pembelajaran ilmu dasar adalah sebagai berikut : ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI
NO 1 MODUL PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI Anatomi dan Memahami dan mendiskusikan : Fisiologi Organ 1. Organ Genitalia eksterna dan genetalia pria Reproduksi 2. Organ Genetalia interna a. Ovarium b. Uterus c. Tuba Falopii 3. Organ sistem neuroendokrin a. Badan Pineal b. Hipotalamus c. Hipofisis 4. Organ Sistem Endokrin a. Kelenjar Tiroid b. Kelenjar Adrenal c. Kelenjar Pankreas 5. Payudara
KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
1.
Mampu menunjukkan anatomi fungsi organ reproduksi saat praktek klinik terutama saat praktek pembedahan ETIK DAN ASPEK LEGAL NO 2 MODUL Etika dan aspek legal PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI Memahami dan mendiskusikan Etika dan Aspek Legal di bidang Obstetri KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
Mempraktekkan etika saat praktek klinik dan Ginekologi pada umumnya dan bidang FER pada khususnya. EMBRIOLOGI NO 3 MODUL Embriologi PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI 1. Embriologi traktus genital, sistem urogenital KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
1. Mampu bekerja observasi di laboratorium embriologi 2. Embriologi hipotalamus / hipofisis ‐ ovarium – adrenal – tiroid 3. Maturasi dan transport gament, fertilisasi dan implantasi 4. Kelainan sistem dan fungsi reproduksi dan urogenital termasuk kelainan anatomi sistem endokrinologi. IMUNOLOGI NO MODUL 4 Imunologi
PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI 1. Dasar‐dasar imunologi mencakup respon imun, imunitas Innate dan KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
2.
3.
4.
5.
6.
adaptive Pengenalan antigen‐antibodi, MHC dan APC Maturasi dan aktivasi limfosit dan immunological tolerance Mekanisme efektor respon imun termasuk sitokin, imunitas seluler dan humoral Sistem imun dan perannya dalam kegagalan reproduksi pria dan wanita, abortus berulang, infertilitas dan kontrasepsi Efek imunisasi aktifdan pasifpadajaringan target hormon spesifik. 7. Pengetahuan penyakit auto‐
immune yang mempengaruhi reproduksi. 8. Peran prosedur diagnostik imunologis yang berkaitan dengan infertilitas, fertilitas, kegagalan gonad dan disfungsi endokrin. GENETIKA NO 5 MODUL Genetika PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI 1.
2.
Genetika normal, struktur dan regulasi gen, struktur kromosom dan momenklatur sitogenetika standar dan diagnosis DNA yang terkait endokrinologi reproduksi Prinsip analisis pewarisan Mendel, pedigree, dan linkage analysis. 3.
Basis genetik sindroma klinik termasuk abnormalitas kromosomal terutama sindroma. yang mempengaruhi perkembangan seksual dan fungsi KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
reproduksi pada pria dan wanita. 4.
Relevansi genetika bagi infertilitas pria dan wanita, inseminasi buatan, dan early pregnancy loss. 5.
6.
7.
8.
Teknik Karyotyping kromosom, deteksi DNA‐RNA (misal. Southern blotting, Northen blotting). Teknik amplicikasi gena (misal PCR) dan sistem assay lainnya (FISH, dll) Genetika abnormal : gametogenic errors, kelainan gen, sitogenetika dan mutasi yang berkaitan dengan kelainan endokrinologi reproduksi (misal, disgenesis ganad, sindroma Klinefelter, hiperplasia adrenal kongenital, defisiensi growth hormone Type I A, sindroma kallmann, dsb) Infertilitas dan abortus berulang peran meiotic errors, kelainan sitogenetik dan embryonic lethal mutations Skrining mutu prakonsepsi untuk kelainan genetik pada pasangan dengan problem reproduksi PATOLOGI NO MODUL 4 Patologi
PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI 1. Histologi dan patologi organ reproduksi yang berkaitan dengan gangguan endokrinologi reproduksi dan infertilitas, mencakup vagina, serviks, endometrium, myometrium, tuba, ovarium, hipothalamus‐hipofisis, testis, tiroid, adrenal, plasenta dan peritoneum. 2. Teknik imunohistokimiawi, hibridisasi DNA‐RNA untuk KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
mendeteksi kelainan endokrin, parakrin dan autokrin spesifik yang berkaitan dengan fungsi reproduksi. BIOLOGI MOLEKULER
NO 7 MODUL Biologi Molekuler PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI 1. Struktur, organisasi dan fungsi sel serta organ sel 2. Biologi Molekuler dasar 3. Mekanisme molekuler aktivitas hormon 4. Metode laboratorium pada biologi molekuler, termasuk : ‐ PCR ‐ DNA sequencing ‐ Teknik Blotting 5. Genetic engineering : ‐ Recombinant DNA ‐ Recombinant protein ‐ Gene cloning METODOLOGI PENELITIAN DAN STATISTIK
NO MODUL 8 Metodologi penelitian dan statistik 1.
2.
PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI Metode penelitian kwalitatif dengan rich picture analysis atau triangle analysis Metode penelitian kwantitatif mencakup penelitian observasional, exploratif, experimental, non randomized clnical trial dan randomzed KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
1.
Pembuatan proposal penelitian, penulisan tesis, dan publikasi. 3.
4.
5.
6.
clinical trial Proporsi, Rate, dan Ratio Deskrite, Continue, Nominal, Ordinal, Interval untuk Dependent, Independent dan Counfounding Variables Coefficient Variation, Convidence Interval, Tipe I dan Type II Error Univariate, Bivariate, Statifikasi, dan Multivariate Analysis EVIDENCE BASED MEDICINE
NO 9 MODUL PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI Evidence Based 1. Memahami metodologi penelitian termasuk didalamnya : Medicine  Uji Diagnostik  Uji Klinik 2. Memahami cara melakukan telaah pustaka KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI 1.
2.
Mampu mengkritisi/menelaah jurnal berdasarkan EBM Menerapkan hasil kritisi pada penatalaksanaan secara paripurna Materi pembelajaran ilmu FER adalah sebagai berikut : ENDOKRINOLOGI REPRODUKSI No MODUL 1 Endokrinologi Reproduksi PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI 1. Pengukuran hormon pada berbagai cairan tubuh untuk evaluasi berbagai gangguan sistim endokrin reproduksi KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI 1.1 Mampu melakukan anamnesis dengan baik mengenai data‐data yang diperlukan dalam mengevaluasi berbagai gangguan sistim endokrin reproduksi 1.2 Mampu menentukan jenis pemeriksaan hormon yang diperlukan dalam menegakkan diagnosis suatu gangguan sistim endokrin reproduksi. 1.3 Mampu menjelaskan dan memberikan konsultasi yang baik kepada pasien mengenai proses perjalanan penyakit endokrin reproduksi yang dialami. 1.4 Mampu memformulasikan suatu rencana penatalaksanaan penyakit yang didasarkan pada temuan pemeriksaan hormon endokrin reproduksi 1.5 Mampu berdiskusi dan mengembangkan kerjasama dengan sejawat dari disiplin ilmu yang lain yang terkait dalam rangka menyusun suatu rencana penatalaksanaan gangguan sistim endokrin reproduksi 1.6 Mampu menerapkan rencana penatalaksanaan dalam praktek klinis dan melakukan modifikasi yang diperlukan 1.7 Mampu menjelaskan alternatif dan pilihan terapi dalam penatalaksanaan gangguan endokrin reproduksi yang dimaksud 1.8 Mampu menjelaskan dengan jelas komplikasi dan efek samping dari terapi yang diberikan 2.
Fungsi neuroendokrin, sistim saraf pusat dan sistim hipofisis‐
hipotalamus 2.1 Mampu menjelaskan anatomi, fisiologi dan fungsi dari hipotalamus, neurovaskuler yang terlibat, system portal, dan target sel untuk hormone hipofisis 2.2 Mampu menjelaskan stuktur suprahipotalamus dan stuktur neuron yang terlibat dengan proses reproduksi 2.3 Mempu menjelaskan tempat produksi, bagaimana mekanisme aksi biologis, pengontrolan produksi oksitosin, vasopressin dan neurophysin 2.4 Mampu menjelaskan dasar‐dasar aksi biokimia dari hormon‐
hormoan neuroendokrin yang bersifat agonis dan antagonis 2.5 Menjelaskan fungsi dan aksi kerja hypofisis 2.6 Menjelaskan mekanisme kerja blood‐brain barrier dalam kaitannya dengan produksi hormon‐hormon neuroendokrin 2.7 Mampu menjelaskan neuron‐
neuron yang memproduksi hormone steroid sex 2.8 Mampu menjelaskan distribusi dan karakteristik seluler dari sel‐sel hipofisis yang memproduksi hormone dengan perhatian khusus pada gonadotrophe dan lactotrophe 2.9 Mampu menjelaskan aspek anatomis dan fungsional dari sistim peptidergic dan cathecolaminergic dan pengaruh kontrolnya terhadap sekresi hormon hipofisis. 2.10 Mampu menjelaskan struktur dan fungsi hormon hipofisis dan neuropeptida yang dihasilkan 2.11 Mampu menjelaskan pengontrolan aktifitas sekresi hormon hipofisis, termasuk menjelaskan ritme long‐
term dan short term yang terjadi dan pengaruhnya terhadap organ target. Serta mampu menjelaskan sistim feed back dari hipofisis dan organ target 2.12 Mampu menjelaskan regulasi neuroendokrin dari siklus menstruasi 2.13 Mampu menjelaskan fungsi neuroendokrin dari fetus dan plasenta 2.14 Mampu menjelaskan gangguan hipotalamus dan hipofisis dalam bentuk gangguan hipopituarism atau oversekresi dari hormon tersebut 2.15 Mampu menjelaskan gangguan organik berupa lesi dan gangguan fungsi yang terjadi pada sistim hypothalamus‐hipofisis 3.
Fungsi tiroid dan tahapan perkembangan penyakit tiroid 3.1
3.2
Mampu menjelaskan berbagai gangguan tiroid Mampu menjelaskan produksi dan fungsi thyrotropin releasing hormone, thyroid stimulating 3.3
homone dan fisiologi hormon tiroid Mampu menginterprestasikan nilai‐nilai diagnostik untuk thyroid stimulating hormone, total dan free thyroid, thyroid‐stimulating immunoglobulin dan interprestasi tes‐tes diagnostik lain yang berkaitan 3.4
Mampu menjelaskan biosintesis, mekanisme kontrol dan metabolism dari hormon tiroid 3.5 Mampu menjelaskan tampakan klinis dan menjelaskan patofisiologi yang berkaitan dengan kondisi hiper‐dan hipotiroidism khususnya yang berkaitan dengan gangguan menstruasi dan fertilitas 3.6 Mampu menjelaskan pengaruh kehamilan dan perubahan‐
perubahan yang terjadi akibat gangguan fungsi hormon tiroid pada ibu dan efek dari fungsi tiroid maternal yang abnormal pada fetus 3.7 Mampu menjelaskan fisiologi hormon tiroid pada bayi baru lahir dan mampu mengidentifikasi kasus risiko tinggi neonatal thyrotoxicosis 3.8 Mampu menjelaskan dampak pengaangkatan tiroid dan terapi obat anti tiroid pada fetus 3.9 Mampu menjelaskan patofisiologi dari thyroiditis 3.10 Mampu menjelaskan fungsi tiroid pada stroma ovarium, kehamilan mola, dan choriocarcinoma 3.11 Mampu menjelaskan penatalaksanaan medical dan surgical pada non‐toxic goiter, hypo‐ dan hyperthyroidism 4.
Fungsi adrenal dan tahapan perkembangan penyakit adrenal 4.1 Mampu menjelaskan regulasi dan produksi dari hormon adrenocortical 4.2 Mampu menjelaskan assessment klinis dan laboratorium terhadap fungsi adrenocortical hormon 4.3 Mampu menjelaskan farmakologi dan pengaruh glukokortikoid dan mineralokortikoid alami maupun sintetik 4.4 Mampu menjelaskan gangguan yang diakibatkan oleh hipo atau hiperaktivitas kelenjar adrenal (seperti Cushing hyperplasia, adenoma, carcinoma) 4.5 Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan congenital adrenal hyperplasia 4.6 Mampu menjelaskan efek dari aberasi fungsi kelenjar adrenal pada fungsi hipotalamus‐hipofisis‐
ovarium termasuk syndroma Nelson. 4.7 Mampu menjelaskan gangguan aldosteron dan gangguan sistim renin dan angiotensin 4.8 Mampu menjelaskan gangguan sistim katekolamin 4.9 Mampu menjelaskan berbagai gangguan kelenjar adrenal seperti Cushing syndrome, Nelson syndrome, Addison’s disease dan adrenal hiperplasia 5.
Anatomi dan fisiologi neuroendokrin 5.1 Mampu menjelaskan dan memberikan konsultasi yang baik kepada pasien mengenai proses perjalanan penyakit yang diakibatkan gangguan neuroendokrin 5.2 Mampu memformulasikan suatu rencana penatalaksanaan penyakit yang didasarkan pada temuan pemeriksaan hormon neuroendokrin 5.3 Mampu berdiskusi dan mengembangkan kerjasama dengan sejawat dari disiplin ilmu yang lain yang terkait dalam rangka menyusun suatu rencana penatalaksanan gangguan sistim neuroendokrin. 5.4 Mampu menerapkan rencana penatalaksanaan dalam praktek klinis dan melakukan modifikasi yang diperlukan dalam menangani gangguan neruoendokrin 5.5 Mampu menjelaskan alternatif dan pilihan terapi dalam penatalaksanaan gangguan neuroendokrin yang dimaksud 5.6 Mampu menjelaskan dengan jelas komplikasi dan efek samping dari terapi yang diberikan 6.
Disfungsi poros hipotalamus‐
hipofisis 6.1 Mampu menjelaskan gambaran klinis, patofisiologis dan penatalaksanaan hypogonadotropic hypogonadism 6.2 Mampu menjelaskan gambaran klinis, patofisiologis dan penatalaksanaan Kalman syndrome 6.3 Mampu menjelaskan gambaran klinis, patofisiologis dan penatalaksanaan Pituatary adenoma 6.4 Mampu menjelaskan gambaran klinis, patofisiologis dan penatalaksanaan hiperprolactinemia 6.5 Mampu menjelaskan gambaran klinis, patofisiologis dan penatalaksanaan gangguan growth hormone 7.
Gangguan sekresi hormon androgen 7.1 Mampu menjelaskan produksi, fisiologi dan metabolism androgen pada wanita normal 7.2 Mampu menjelaskan mekanisme aksi dari androgen 7.3 Mampu menjelaskan sign dan symptoms yang terjadi akibat androgen yang berlebihan 7.4 Mampu menjelaskan fisiologi pertumbuhan rambut yang normal dan abnormal 7.5 Mampu menjelaskan tumor ovarium baik yang jinak maupun yang ganas yang mensekresi hormon androgen 7.6 Mampu menjelaskan perubahan stroma yang jinak pada ovarium yang menyebabkan meningkatnya produksi androgen 7.7 Mampu menjelaskan kondisi PCOS terhadap produksi hormone yang abnormal 7.8 Mampu menjelaskan apa yang dimaksud kondisi androgen‐
resistant 7.9 Mampu menjelaskan hyperplasia adrenal kongenital maupun dapatan, termasuk didalamnya menjelaskan etiologi, morfologi genital, efek metabolik menyeluruh dan berbagai alternatif aksi dan pengobatan 7.10 Mampu menjelaskan penatalaksanaan kelebihan hormone androgen dan hirsutism 7.11 Mampu menjelaskan farmakologi antiandrogen 8.
Endokrinologi dalam kehamilan 8.1 Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan unit fetoplasental. Termasuk didalamnya fisiologi dan patofisiologi hormon steroid (yaitu estrogen, progesterone, kortikosteroid) 8.2 Mampu menjelaskan fisiologi dari hormone peptide yang terdapat dalam sistim desidua‐chorionic‐
plasental (yaitu gonadotropin, somatomamotropin, thyrotropin, adrenocortocotropic hormone, opioid pepatides dan prolactin) 8.3 Mampu menjelaskan inisiasi persalinan, termasuk fisiologi dan patofisiologi dan farmakologi dari prostaglandin 8.4 Mampu menjelaskan fungsi kelenjar adrenal fetus 8.5 Mampu menjelaskan patofisiologi endokrin dan sitokin yang terjadi pada pre‐eklampsia dan eklampsia 8.6 Mampu menjelaskan patofisiologi dari perubahan kadar hormon tiroid maternal dan status pancreas selama kehamilan 9.
9.1 Mampu menjelaskan CT/MRI pada ipofisis 9.2 Mampu menjelaskan CT/MRI pada pelvis 9.3 Mampu menjelaskan CT abdomen termasuk kelenjar adrenal Pemeriksaan radiologi sebagai penunjang pemeriksaan endokrinologi OVARIUM DAN SINDROMA OVARIUM POLIKISTIK (SOPK) NO 2 MODUL PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI Ovarium dan 1. Mengenal dan memahami Sindroma anatomi, fisiologi , fungsi Ovarium endokrin dan pathology ovarium Polikistik (SOPK) 2. Menjelaskan patofisologi , menegakkan diagnosis dan tatalaksana Sindroma Ovarium Polikistik (SOPK) KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI 1.1 Menjelaskan anatomi ovarium 1.2 Menjelaskan fisiologi ovarium 1.3 Menjelaskan fungsi endokrin ovarium 1.4 Menjelaskan pathology ovarium secara makroskopis maupun mikroskopis 2.1 Menjelaskan patofisiologi SOPK 2.2 Melakukan anamnesa dan pemeriksaan klinis kasus SOPK 2.3 Melakukan pemeriksaan imaging dan menginterpretasikan hasilnya pada kasus SOPK 2.4 Melakukan interpretasi hasil investigasi endokrin pada kasus SOPK 2.5. Melakukan interpretasi hasil investigasi gangguan toleransi glukosa pada kasus SOPK 2.6. Melakukan analisis dan memformulasikan semua hasil pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis SOPK 2.7. Melakukan tatalaksana SOPK GINEKOLOGI REMAJA DAN PEDIATRIK 3 MODUL Ginekologi remaja dan Pediatrik PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI 1.
2.
Permasalahan yang dihadapi pada hymen imperforata. Mengetahui patofisologi, KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
1.1 Gejala klinis dan pemeriksaan hymen imperforata. 1.2 Penanganan / insisi hymen imperforata. 2.1 Membuat anamnesa, klasifikasi, manfaat pemeriksaan sitogenetik pada kasus ambigua genitalia 3. Patofisiologi, kriteria dan permasalahan PUD pada pediatri
2.2
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
Patogenesis dan permasalahan yang dihadapi pada hirsutisme pediatrik 5. Memahami pubertas prekok dan penyebabnya 4.1
4.
4.2
pemeriksaan fisik yang lengkap dan diagnosis untuk pengelolaan Ambigous genitalia. Pengobatan dan pilihan terapi serta pembedahan pada pasien dengan Ambigous genitalia Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan mengetahui pemeriksaan pebunjang yang diperlukan. Mengetahui diagnosis banding PUD pediatri. Menegakkan diagnosis klinis PUD pediatri. Melakukan penatalaksanaan dan pengobatan PUD pediatri. Melakukan konseling pilihan pengobatan pada PUD pediatri. Pemeriksaan dasar dan pemeriksaan tambahan yang berhubungan dengan hirsutisme pediatik pengobatan/penatalaksanaan hirsutisme pediatrik 5.1 Pemeriksaan klinis dan laboratorium pada pubertas precok 5.2 Menegakkan diagnosa pubertas precok 5.3 Penatalaksanaan pubertas precoc yang sesuai KONTRASEPSI HORMONAL NO MODUL 4 Kontrasepsi hormonal PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI 1. Pemilihan kontrasepsi hormonal KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI 1.1. Melakukan Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis Teknik Kontrasepsi 1.2. Konseling : • Kontrasepsi • Sterilisasi 1.3. Melakukan : • Insersi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim • Insersi Sistem Intrauterin (LNG‐
IUS) 2.1. Manajemen Emergensi Kontrasepsi 2. Melakukan konsultasi pada pasien berkaitan dengan efek samping 2.2. Konseling dan Penatalaksanaan kontrasepsi hormonal dan Efek Samping dan Komplikasi manajemen kontrasepsi emergensi Kontrasepsi Hormonal KLIMAKTERIUM DAN PREMATURE OVARIAN FAILURE (POF) NO 5 MODUL Klimakterium 1.
dan Premature Ovarian Failure (POF) PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
1.1. Menegakkan diagnosis Menjelaskan definisi dan klimakterium dan POF patofisiologi, menegakkan 1.2. Melakukan perencanaan dan diagnosis dan menatalaksana analisis pemeriksaan pada pasien Klimakterium dini, perimenopause, pre menopause, menopause dan Klimakterium akhir dan premature pasca menopause ovarian failure (POF) termasuk 1.3. Menentukan pemberian terapi hormonal menentukan tatalaksana pemberian HRT
2. Konseling pada pasien Klimakterium dan POF serta mengadakan kerjasama dengan bidang disiplin lain secara klinis dan non klinis dalam penanganan Klimakterium dan premature ovarian failure 3. Melakukan investigasi imunologi pada POF 4. Menginterpretasikan hasil DEXA bone scan 1.4. Melakukan penatalaksanaan pada postmenopausal bleeding 2.1 Melakukan konseling pada kasus Klimakterium dan POF 2.2 Melakukan konseling pada pre terapi hormonal dan post terapi hormonal 2.3 Mampu melakukan pengamatan lanjut post konseling 2.4 Mampu menentukan bidang kerjasama yang terkait dengan Klimakterium dan POF 2.5 Mampu menentukan waktu yang tepat untuk merujuk ke bidang lain 2.6 Mampu melakukan kolaborasi dengan bidang lain 3.1 Mampu memahami definisi dan patofisiologi premature ovarian failure (POF) 3.2 Mampu memahami hubungan antara autoimmune dan POF 3.3 Mampu melakukan investigasi imunologi pada POF 3.4 Mampu menentukan manajemen POF 4.1 Memberikan rekomendasi DEXA scans pada pasien dengan faktor risiko tinggi 4.2 Melakukan interpretasi hasil DEXA bone scans 4.3 Melakukan kerjasama dengan bidang radiologi dalam pelaksanaan DEXA bone scans 4.4 Melakukan konseling pada pasien ENDOMETRIOSIS NO MODUL 6 Endometriosis PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI 1. Patogenesis dan etiologi endometriosis 2. Mekanisme pengaruh endometriosis terhadap infertilitas , diantaranya defek folikulogenesis, gangguan ovulasi, hiperprolaktinemia, penyakit autoimun, perubahan pada zalir peritoneum, distorsi anatomi organ reproduksi dll 3. Diagnosis, stadium serta prognosis endometriosis 4. Manajemen endometriosis, medikamentosa dan terapi pembedahan 5. Peran serta farmakodinamik serta farmakokinetik penggunaan obat‐
obat untuk endometriosis, diantaranya : pil kontrasepsi oral, progestin, danazol, gestrinone, gonadotrophin‐releasing hormone (GnRH) analog dan aromatase inhibitor 6. Peran Tehnik Reproduksi Berbantu pada endometriosis 7. Tanda dan gejala  Metode pemeriksaan  Penasahan laboratorium ( patologi klinik‐ patologi anatomi – biomolekuler )  Imaging pada endometriosis :Ultrasonografi/ CT scan/ MRI  Endoskopi pada endometriosis 8. Endometriosis dan nyeri :  Manajemen nyeri  CT scan/ MRI pelvis  Neurektomi dan neurolisis KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
1.
2.
3.
4.
Mampu melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan genitalia serta pemeriksaan penunjang yang ada hubungannnya dengan endometriosis Terapi pembedahan endometriosis 
Diatermi/Koagulasi endometriosis permukaan 
Eksisi endometriosis 
Kistektomi endometrioma 
Pembedahan endometriosis rektovaginal Terapi medikamentosa endometriosis : 
Pil kontrasepsi oral 
Terapi progestogen 
GnRH analog 
Danazol 
Aromatse inhibitor Konseling 9. Evidence based study pada endometriosis BEDAH REPRODUKSI DAN ENDOSKOPI NO 7 MODUL Bedah reproduksi dan endoskopi PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mengetahui peralatan utama dan tambahan untuk laparoskopi dan histeroskopi , termasuk media distensi yang digunakan Safety entry dan pneumoperitoneum Prinsip dasar sistim energi electro surgery monopolar dan bipolar Maksud dan tujuan dalam melakukan tindakan laproskopi dan histeroskopi diagnostik Mengetahui bagaimana melakukan tindakan laparoskopi operatif, berupa : a. Lisis adesi pada perlekatan ringan b. Salpingektomi partial dan total c. Oklusi tuba baik menggunakan maupun tanpa menggunakan energi elektro kauter d. Punksi kista ovarium atau kistektomi atau ovariektomi (kista ovarium jinak) Mengetahui prinsip dasar bedah mikro untuk mengurangi perlekatan Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada bedah laparoskopi dan histeroskopi KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mengenali peralatan utama dan tambahan untuk laparoskopi dan histeroskopi serta kegunaannya masing‐masing Melakukan safety entry dan pneumo peritoneum pada trokar utama dan pneumoperitoneum saat melakukan laparoskopi Menyiapkan dan menggunakan peralatan electro surgery dalam melakukan tindakan laparoskopi dan histeroskopi Melakukan tindakan laparoskopi dan histeroskopi diagnostik dengan benar Melakukan tindakan laproskopi operatif berupa : a. Lisis adesi pada perlekatan ringan b. Salpingektomi partial maupun total c. Oklusi tuba baik menggunakan maupun tanpa menggunakan elektro kauter d. Punksi kista ovarium atau kistektomi ovariektomi Melakukan prinsip dasar bedah mikro baik pada laparoskopi maupun laparotomi Mengenal dan dapat mengatasi komplikasi dini maupun lanjut pada saat da setelah tindakan laparoskopi dan histeroskopi INFERTILITAS NO 8 MODUL Infertilitas PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Faktor penyebab terjadinya infertilitas Mengetahui harga normal dari pemeriksaan : a. Sperma analisa b. Profil hormon wanita c. Profil hormon pria Mengetahui cara kerja obat induksi ovulasi : a. Anti‐estrogen b. Gonadotropin Memahami proses inseminasi ntra uteri Memahami proses fertilisasi in vitro Memahami pencitraan uterus dan tubal : a. Histerosalpingografi b. Histerosalpingo‐contrast‐
sonografi c. Saline sonohisterografi d. Computed tomography (CT)/magnetic resonance imaging (MRI) e. Laparoskopyi KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
1.
2.
3.
Mampu untuk : a. Anamnesis yang tepat pada pasangan infertil b. Melaksanakan investigasi infertilitas c. Interpretasi hasil sperma analisa d. Interpretasi hasil profil hormon wanita e. Interpretasi hasil hormon pria Mampu berkomunikasi dan konsultasi dengan sejawat lain dalam penatalaksanaan infertilitas Mampu melakukan organisasi dan konseling untuk penatalaksanaan infertilitas, berupa : a. Induksi ovulasi b. Inseminasi intra uteri c. Fertilisasi in vitro 4.
Menrencanakan dan melakukan pencitraan pada uterus and tuba : 
Saline infusion sonography (SIS) 
Hysterosalpingografi 
HyCosy 
CT / MRI KEGAGALAN PADA KEHAMILAN AWAL NO MODUL 9 Kegagalan pada kehamilan awal PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI 1. Etiopatogenesis Kehamilan Ektopik Memahami prognosis pasien yang mengalami keguguran berulang KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kehamilan ektopik 2. Memformulasikan rencana tata laksana kehamilan ektopik 2. Memahami penyebab euploidik 3.
dan eneuploidic abortion (sporadis atau berulang), termasuk insiden 4.
relatifnya 3. Memahami penyebab genetik dan mekanisme kelainan sitogenik 5.
dalam kematian embrionik 4. Memahami kontribusi mullerian dan kelainan anatomis lainnya, kongenital atau didapat, pada 6.
keguguran berulang 5. Memahami kontribusi faktor endokrin, temasuk gangguan 7.
hipotalamus, pituitary, thyroid, adrenal dan defek korpus luteum pada keguguran berulang. 8.
Mengerti garis besar alasan dari setiap faktor tersebut sebagai penyebab infertilitas atau keguguran berulang 6. Memahami kontribusi faktor imunologis, termasuk tipe HLAs, Lupus Anticoagulant dan anticardiolipin antobodi pada keguguran berulang (antiphospolipid antibody syndrome) 7. Memahami kontribusi gangguan sistemik, termasuk diabetes dan gangguan autoimun, pada keguguran berulang 8. Memahami kontribusi paparan lingkungan, termasuk radiasi dan paparan teratogenik, pada keguguran berulang Bekerjasama dengan disiplin lain dalam tata laksana kehamilan ektopik (bila dibutuhkan) Melakukan konseling terhadap kasus kehamilan ektopik dan penatalaksanaannya Melakukan tindakan medis yang dibutuhkan dalam penatalaksanaan Kehamilan Ektopik Melakukan tindakan Transvaginal Sonografi (TVS), Laparaskopi Diagnostik dan Operatif. Mengidentifikasi dan melakukan tata laksana gawat darurat dalam kehamilan ektopik terganggu (KET) Merencanakan tindak lanjut pasca tindakan operatif pada kehamilan ektopik (infertilitas) ANDROLOGI NO MODUL 10 Andrologi
PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI 1.
Memahami cara investigasi :  Analisa sperma  Profil hormon pria KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
1.
Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan pada pria subfertil :  Examinasi pria subfertil 2.
3.
4.
Anatomi and fsiologi testis Investigasi azoospermia Memahami fungsi Aksis hipotalamo‐pituitari‐tiroid 2.
 Melakukan investigasi  Interpret asi analisa sperma  Interpretasi profil hormon pria  Investigasi azoospermia Membuat perencanaan penatalaksanaan yang tepat 5.
6.
Memahami impotensi Mengetahui terapi :  Endokrin  Gonadotropin TEKNOLOGI REPRODUKSI BANTUAN NO MODUL 11 Teknologi Reproduksi Bantuan PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
pemeriksaan dan 1. Konsep dasar folikulogenesis dan 1. Melakukan keputusan klinis pada pasangan pematangan oosit infertilitas 2. Prinsip dasar cadangan ovarium a. Pemeriksaan pada wanita dan (ovarian reserved) pria 3. Prosedur fertilisasi in vitro (FIV) b. Merencanakan pemeriksaan a. Hiperstimulasi ovarium penunjang terkendali c. Menginterpretasi hasil b. Siklus alamiah pemeriksaan c. Stimulasi ovarium minimal i. Analisis semen d. Maturasi oosit in vitro ii. Profil hormon wanita dan e. Pemantauan perkembangan pria folikel dengan USG iii. Pemeriksaan azoospermia f. Petik oosit 2. Menyusun dan melakukan g. Transfer embrio penanganan infertilitas yang tepat h. Penunjang fase luteal 4. Konsep dasar hiperstimulasi 3. Melakukan prosedur fertilisasi in ovarium terkendali vitro 5. Protokol hiperstimulasi ovarium a. Protokol panjang terkendali b. Protokol pendek a. Protokol panjang dengan c. Protokol antagonis agonis GnRH d. Transfer embrio pasca simpan b. Protokol pendek dengan beku agonis GnRH e. Siklus alamiah c. Protokol pendek dengan f.
Petik oosit antagonis GnRH g. Transfer embrio 6. Siklus alamiah dalam FIV 4. Melakukan pemeriksaan 7. Maturasi oosit in vitro ultrasonografi 8. Prinsip dasar insufisiensi fase luteal a. Melakukan pemeriksaan folikel dalam FIV antral basal 9. Prinsip dasar kriopreservasi / simpan beku a. Simpan beku embrio b. Simpan beku oosit c. Simpan beku sperma 10. Transfer embrio pasca simpan beku 11. Dasar‐dasar pemeriksaan ultrasonografi dalam fertilisasi in vitro 5.
a. Pemantauan perkembangan folikel b. Pemantauan endometrium c. Doppler velocytometri d. Pemantauan tanda kehamilan awal atau kehamilan ektopik pasca FIV 12. Farmakokinetik dan farmakodinamik obat yang digunakan dalam hiperstimulasi ovarium terkendali 13. Konseling dalam prosedur fertilisasi in vitro 14. Masalah etik dalam prosedur fertilisasi in vitro a. Jumlah embrio yang ditransfer b. Simpan beku sperma, oosit dan embrio c. Surrogacy d. Kloning dan sel punca 15. Dasar penyakit terkait genetik dan transmisi penyakit genetik a. Penyakit karena kelainan tunggal gen (single gene disorders) b. Penyakit terkait kromosom seks c. Aneuploidy 16. Genetik a. Konseling genetik b. Siklus sel c. Pendekatan analisis kromosom d. Diagnosis prenatal e. Pre implantation genetic diagnosis 17. Teknik laboratorium a. Kultur sel b. Kultur embrio c. Assisted hatching d. Polymerase chain reaction b.
Pemantauan perkembangan folikel c. Melakukan pengukuran dan penilaian endometrium d. Melakukan pemeriksaan dopller velocytometri pada ovarium dan endometrium e. Melakukan penilaian kehamilan awal pasca fertilisasi in vitro Melakukan konseling dalam fertilisasi in vitro MODUL GENERIK NO MODUL 12 Modul Generik 1.
2.
3.
4.
5.
PENGETAHUAN YANG HARUS DIKUASAI KETRAMPILAN YANG HARUS DIKUASAI
Komunikasi, kerjasama tim,dan keahlian kepemimpinan 1.1 Mampu berkomunikasi secara verbal dan tulisan dengan pasien dan keluarga termasuk :  Pemecahan kabar/masalah buruk  Kesesuaian dan penafsiran 1.2 Mampu berkomunikasi secara verbal dan tulisan dengan sejawat 2.1 Mampu mengenali dan memanfaatkan kesempatan untuk belajar 2.2 Mampu meningkatkan informed consent terhadap :  Perawatan pasien  prosedur Penelitian 3.1 Mempersiapkan dan menyampaikan suatu bagian pengajaran ‐ Kelompok kecil (<10) ‐ Kelompok besar (>10) ‐
Disamping pasien 3.2 Prosedur mengajar praktek (termasuk ultrasound) 4.1 Melakukan penelitian ilmiah  Menunjukan evidence  Membuat hipotesa dan gambaran penelitian untuk menguji hipotesa  Menentukan sample  Melakukan percobaan  Melakukan analisis data statistik  Menggambarkan kesimpulan yang sesuai dengan hasil 5.1 Kompetensi klinik  Menentukan standar berdasar Praktik Kedokteran Terpuji dan mempertahankan kepercayaan Pengajaran Penelitian Kebijakan klinik dan manajemen resiko 6.
7.

5.2
5.3
5.4
Administrasi dan manajemen pelayanan Pengguna Informasi dan pelayanan 6.1
6.2
7.1
evidence
Menyiapkan proyek dan mengumpulkan data Audit ulang dan menutup audit Formulasi kebijakan 

Membuat dan melaksanakan penuntun klinik  Tujuan dan ruang lingkup  Identifikasi dan klarifikasi evidence  Formulasi rekomendasi  Identifikasi standar audit Partisipasi dalam manajemen risiko  Investigasi  Persiapan proyek dan mengumpulkan data  Audit ulang dan menutup audit loop  Formulasi kebijakan Melakukan penilaian Pengembangan dan pelaksananan perubahan organisasi:  Pengembangan strategi  Formulasikan rencana bisnis  Mengatur proyek Dapat berpartisipasi dalam pengrekrutan:  Spesifikasi pekerjaan  Wawancara dan seleksi Dapat menggunakan yang relevan:  Software  Databases  Web sites KETRAMPILAN : Penanganan kasus Penanganan kasus rawat jalan Selama satu minggu pertama peserta mengikuti Staf / tenaga pendidik untuk mengelola kasus‐kasus endokrinologi di poliklinik. Selanjutnya pada minggu kedua, ketiga, keempat dan seterusnya peserta didik dengan bimbingan staf / tenaga pendidik diwajibkan mengelola sendiri kasus‐kasus fertilitas dan endokrinologi reproduksi berikut. JENIS KASUS No 1 Amenorea primer 2. Amenorea sekunder 3. Perdarahan Uterus Disfungsi 4. Gangguan ovulasi / Ovarium polikistik
5. Hiperprolaktinemia 6. Endometriosis
7. Amenorea pasca kontrasepsi steroid
8. Infertilitas 9 Klimakterium, menopause 10. Post Coital test 11. USG folikel 12. Kelainan hormon : ‐ Hipogonadotropin Hipogonadisme
‐ Hipergonadotropin Hipogonadisme
‐ Kelainan Tiroid JUMLAH
20
50
50
20
10
50
5
50
20
5
20
10
10
5
Apabila salah satu atau beberapa kasus yang dikelola tidak mencapai jumlah yang ditetapkan (<60% kasus yang diwajibkan), peserta didik diwajibkan mempelajari kembali kasus sejenis yang sudah selesai ditangani untuk didiskusikan bersama staf pendidik. Peserta didik melakukan tugas baca dan mendiskusikan kasus tersebut bersama staf pendidik. Semua hal yang tidak jelas hendaknya ditanyakan kepada staf pendidik. Semua perencanaan dan tindakan harus ditulis pada status penderita untuk menjaga kesinambungan penanganan setiap kasus. Memungkinkan menggunakan pasien pribadi untuk peserta didik sebagai penambahan kasus. Semua aktifitas tersebut diatas harus dicatat dan ditulis di buku Log. Penanganan kasus rawat inap Semua penanganan kasus fertilitas dan endokrinologi reproduksi yang dirawat inap harus ikut ditangani oleh peserta didik bersama‐sama dengan peserta pendidikan lain yang bertugas di ruang rawat inap. Penanganan kasus di kamar operasi Peserta didik diwajibkan mengikuti dan berperan aktif pada kegiatan penanganan kasus‐
kasus fertilitas endokrinologi reproduksi yang dilakukan operasi, sebagai berikut : NO. 1. 2. JENIS KASUS
Laparoskopi diagnostik Laparoskopi operatif : ‐ Lisis adesi JUMLAH 5 20 ‐
Salpingektomi ‐
Oklusi tuba ‐
Punksi / Kistektomi / Ovariektomi
4. 5 6. Histerokopi diagnostik / operatif
Laparotomi / bedah mikro pada kasus FER Ovum Pick‐Up
10 10 10 7. Transfer embrio 10 Apabila jumlah kasus tersebut tidak dicapai (<60% kasus yang diwajibkan), peserta didik diwajibkan mempelajari kumpulan kasus sejenis yang sudah selesai ditindak lanjuti dan melakukan tugas baca serta berlatih pada model untuk meningkatkan ketrampilannya. Perserta didik diperbolehkan mengikuti dan berperan pada tindakan operatif lain pada kasus‐kasus yang tidak diwajibkan untuk menambah wawasan dibawah bimbingan dan tanggung jawab staf pendidik. Kegiatan di laboratorium Hormon dan Fertilisasi invitro. Peserta didik diwajibkan bekerja di Laboratorium hormon dengan maksud sebagai berikut : A. Laboratorium hormon 1. Mengetahui cara‐cara pengambilan darah percontoh untuk pemeriksaan hormon. 2. Mengetahui cara pengolahan, cara pengemasan dan cara pengiriman darah percontoh. 3. Mengetahui cara pemeriksaan hormon 4. Mengetahui cara penghitungan hasil peneraan. 5. Mengetahui cara penafsiran hasil peneraan hormon. 6. Mengetahui dasar‐dasar kontrol kualitas. B. Laboratorium sperma, cukup mampu menilai tentang : 1. Analisis sperma 2. Penilaian spermatozoa X‐Y 3. Persiapan inseminasi intra uteri 4. Persiapan Fetilisasi in vitro C. Laboratorium Fertilisasi InVitro, cukup dapat memahami tentang : 1. Deteksi dan penilaian mutu oosit 2. Deteksi terjadinya hasil konsepsi 3. Penilaian mutu hasil konsepsi 4. Pemeliharaan hasil konsepsi 5. Penilaian kelayakan alat dan media kultur untuk fertilisasi in vitro 6. Kriopreservasi 7. Intra Cytoplasmic Sperm Injection Tugas karya Ilmiah Selama pendidikan Sub Spesialis FER selama 4 semester (2 tahun) peserta didik mendapat tugas membuat karya ilmiah : 1. Sinopsis : minimal sebanyak jumlah modul ilmu FER 2. Studi Kasus : minimal sebanyak jumlah modul ilmu FER 3. Penelitian : sebanyak 1 penelitian Sinopsis : Selama pendidikan peserta didik diwajibkan mengajukan sinopsis dengan topik fertilitas endokrinologi reproduksi sesuai modul. Hendaknya 1 minggu sebelumnya sinopsis yang akan diajukan tersebut dikemukakan terlebih dahulu kepada KPS atau SPS untuk mendapat persetujuan. Materi sinopsis yang telah disetujui harus disampaikan kepada semua staf / tenaga pendidik selambat‐lambatnya 3 hari sebelum disajikan. Untuk rnenunjang diskusi, peserta didik diwajibkan melengkapi sinopsis ini dengan 2‐3 rujukan lain yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Tulisan ilmiah ini diberikan penilaian dan nilai batas adalah 75. Studi Kasus 1. Setiap hari setelah selesai pekerjaan di poliklinik peserta didik diberi kesempatan untuk mencari kasus dan berdiskusi tentang kasus yang telah dikelola pada hari itu. 2. Peserta didik diwajibkan untuk mengajukan kasus menarik atau perlu didiskusikan di depan forum ilmiah, khususnya kasus yang sulit untuk diputuskan penanganannya bersama seorang staf / tenaga pendidik. Presentasi studi kasus diberi penilaian dan nilai batas adalah 75. Penelitian Selama masa pendidikan Subspesialis FER peserta didik diwajibkan untuk membuat 1 (satu) buah penelitian. Tata cara pengusulan topik penelitian adalah sebagai berikut : 1. Paling lambat pada semester 3 peserta didik harus sudah mengajukan usulan penelitian kepada KPS / SPS. 2. Ujian usulan penelitian harus sudah dilaksanakan paling lambat pada akhir semester 3 3. Hasil penelitian harus sudah dipresentasikan dihadapan tim penilai pada akhir semester 4 dalam ujian penelitian. 4. Penilaian ujian hasil penelitian akan menentukan keikutsertaan peserta didik untuk mengikuti ujian nasional. 
Download