PERBEDAAN KARAKTERISIK TANAH PADA LAHAN

advertisement
PERBEDAAN KARAKTERISIK TANAH PADA LAHAN
REKLAMASI PASCATAMBANG DENGAN TANAH ASLI
TANPA TOP SOIL
(STUDI KASUS DI PT. INCO SOROWAKO, SULAWESI SELATAN)
Oleh:
DESI NADALIA
A24104014
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
RINGKASAN
DESI NADALIA. Perbedaan Karakteristik Tanah pada Lahan Reklamasi
PascaTambang dengan Tanah Asli tanpa Top Soil (Studi Kasus di PT.INCO
Sorowako, Sulawesi Selatan). Di bawah bimbingan HERU B. PULUNGGONO
dan SRI DJUNIWATI.
Penambangan Nikel secara umum dilakukan dengan metode open pit
mining yaitu pengupasan tanah dan batuan penutup nikel yang menyebabkan
terjadinya perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Perubahan tersebut
berupa hilangnya hara dan kandungan bahan organik tanah, pemadatan tanah,
pencemaran, merubah susunan lapisan tanah, erosi dan sedimentasi serta
menurunnya populasi mikroorganisme tanah. Hilangnya top soil mengakibatkan
tanaman tidak dapat tumbuh secara normal sehingga tanah tidak produktif. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan karakteristik
tanah (sifat fisik, kimia dan biologi tanah) pada lahan reklamasi pascatambang
dengan tanah asli tanpa top soil.
Penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu pengambilan sampel
tanah kimia dan biologi yang dilakukan secara acak dan komposit. Untuk analisis
sifat kimia tanah diambil pada kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm, 20-30 cm, 30-40
cm, 40-50 cm, dan 50-60 cm dan untuk analisis biologi tanah diambil pada
kedalaman 0-10 cm. Sedangkan pengambilan sampel tanah fisik dilakukan pada
titik-titik tertentu pada setiap lokasi dengan menggunakan ring sample pada
kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Pengambilan sampel tanah fisik, kimia dan
biologi tanah dilakukan di areal pasca tambang PT. INCO Sorowako, Sulawesi
Selatan. Sampel tanah tersebut diambil pada 2 lokasi yaitu lokasi reklamasi
pascatambang (Harapan) dan lokasi yang belum ditambang tetapi top soil nya
telah dikupas sampai kedalaman ±1 meter (Shelly).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan sifat fisik dan biologi
tanah di Shelly relatif lebih baik daripada Harapan. Hal ini berdasarkan sifat fisik
pada kedalaman 0-30 cm di Shelly bobot isi lebih rendah dan porositas lebih
tinggi daripada di Harapan. Sifat biologi pada kedalaman 0-10 cm menunjukkan
total fungi, total mikroorganisme tanah, respirasi mikroorganisme tanah dan Cmic pada tanah di lokasi Shelly lebih tinggi daripada di Harapan. Pada kedalaman
0-10 cm sifat kimia (C-Organik, N-Total, dan KTK) termasuk sangat rendah di
Harapan, sedangkan di Shelly rendah. Untuk lokasi Harapan dan Shelly PTersedia dan Na-dd termasuk rendah, Ca-dd sangat rendah, Mg-dd tinggi dan
unsur mikro sangat tinggi kecuali Zn tergolong cukup. Kandungan K-dd di
Harapan sedang dan di Shelly rendah. Harapan mempunyai KB sangat tinggi
dengan pH 6.7, sedangkan KB di Shelly tinggi dengan pH 5.8.
Kata Kunci: Top soil, Reklamasi pascatambang, Tanah Asli
SUMMARY
DESI NADALIA. Difference of Soil Characteristic between Reclaimed Post
Mining Land and Natural Soil without Top Soil (Case Study in PT. INCO
Sorowako, South Sulawesi). Under Supervision of HERU B. PULUNGGONO
and SRI DJUNIWATI.
Generally, nickel mining was conducted by open pit mining method. This
method caused the change of soil physical, chemical and biological properties.
For instance, those change are lost of nutrient and organic matter, soil
compaction, pollution, change of soil layer, erotion, sedimentation, and the
population decrease of soil microorganism. The effect of the top soil lost is the
plant cannot grow normally, so that soil is not productive. Therefore, the research
was aimed to know the soil characteristic differences (soil physical, chemical and
biological) between reclaimed post mining land and natural soil without top soil.
That are survey method is used to taking soil sampling for chemical and
biological randomly and composite. Soil sampling for chemical properties was
taken from 0-10 cm, 10-20 cm, 20-30 cm, 30-40 cm, 40-50 cm and 50-60 cm
depth, and soil sampling for biological properties was taken in 0-10 cm depth.
However, sampling for soil physic properties was done in certain points of each
location used ring sample in 0-30 cm and 30-60 cm depth. Soil sampling for
physical, chemical and biological properties was conducted in post mining PT.
INCO Sorowako area, South Sulawesi. This soil sample was taken in 2 locations,
which are Reclaimed Post Mining (Harapan) and location not yet mined but the
top soil was disected until ±1 meter depth (Shelly).
The results of this study showed that based on physical and biological
properties of soil in Shelly was better than Harapan. Based on physical properties
in Shelly of 0-30 cm depth. The bulk density in Shelly was lower and porosity
was higher than in Harapan. Biological properties of 0-10 cm depth showed the
total fungi, total of soil microorganism, respiration of soil microorganism and Cmic of Shelly was higher than Harapan. The chemical properties of 0-10 cm depth
(C-organic, N-total and CEC) in Harapan was very low, on the other hand in
Shelly low. Harapan and Shelly had low P-available and Na-dd, very low Ca-dd,
high Mg-dd and very high micro nutrient content except enough for Zn, K-dd
content in Harapan medium and Shelly was low. Harapan had very high BS with
pH 6.7, and BS in Shelly had high with pH 5.8.
PERBEDAAN KARAKTERISIK TANAH PADA LAHAN
REKLAMASI PASCATAMBANG DENGAN TANAH ASLI
TANPA TOP SOIL
(STUDI KASUS DI PT. INCO SOROWAKO, SULAWESI SELATAN)
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
DESI NADALIA
A24104014
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul Penelitian
:Perbedaan Karakteristik Tanah pada Lahan
Reklamasi
PascaTambang dengan Tanah Asli tanpa Top Soil
(Studi Kasus di PT. INCO Sorowako, Sulawesi Selatan)
Nama Mahasiswa : Desi Nadalia
Nomor Pokok
: A24104014
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir Heru B. Pulunggono, MAgr
Dr Ir Sri Djuniwati, MSc.
NIP. 131 667 781
NIP. 130 902 751
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof Dr Ir Didy Sopandie, MAgr.
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 25
Desember 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Didi Tarmidi dan Ibu (Alm) Tuti Setiati.
Pendidikan formal yang telah dijalani oleh penulis adalah TK. Gelatik
Sindang laut, Cirebon pada tahun 1991, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar
Negeri Cipeujeuh Wetan 1 Cirebon pada tahun 1992. Pendidikan selanjutnya
ditempuh di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Karang Sembung, Cirebon pada
tahun 1998. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Lemahabang, Cirebon.
Pada tahun 2004 penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur
USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB).
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis berkesempatan menjadi
pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) periode 2005-2007. Tahun
2005-2006 penulis menjadi Bendahara HMIT dan tahun 2006-2007 penulis
menjadi anggota biro Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) HMIT.
Pada tahun ajaran 2005/2006 penulis berkesempatan menjadi asisten praktikum
mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah untuk program S1 Geofisika dan
Meteorologi, asisten praktikum mata kuliah Ilmu Tanah untuk program D3
Analisis Lingkungan pada tahun ajaran 2007/2008, serta menjadi asisten
praktikum Analisis Tanah pada tahun ajaran 2008/2009.
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul
”Perbedaan
Karakteristik
Tanah
pada
Lahan
Reklamasi
PascaTambang dengan Tanah Asli tanpa Top Soil (Studi Kasus di PT.INCO
Sorowako, Sulawesi Selatan)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, dukungan dan semangat,
baik selama penelitian maupun dalam penulisan skripsi.
Ungkapan rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Ir Heru Bagus Pulunggono, MAgr. selaku dosen pembimbing skripsi
pertama serta Ibu Dr Ir Sri Djuniwati, MSc. selaku dosen pembimbing
akademik dan sekaligus pembimbing kedua skripsi atas bimbingan, masukan
dan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Aris Prio Ambodo, S. Hut selaku Superintendent Mine Rehablitation,
PT. International Nickel Indonesia, Tbk yang telah memberikan kesempatan
kepada saya untuk melakukan penelitian di sana dan atas kenyamanan
akomodasi serta fasilitas yang telah diberikan selama saya di sana.
3. Bapak Dr Ir Suwarno, Msc selaku dosen penguji atas masukannya terhadap
penulisan skripsi.
4. Ayahanda Didi Tarmidi dan adik tercinta Siti Nuryanti yang selalu
memberikan doa, motivasi dan kasih sayang yang begitu besar kepada saya.
5. Teman satu team yaitu Yesy yang setia atas kerjasamanya selama penelitian
dan penulisan skripsi.
6. Pak Yohan dan Ibu Erlin atas masukan dan bantuannya dalam melaksanakan
penelitian selama di sana.
7. Pak Edi dkk, mas Agus, ka Dedi, ka Faisal dan seluruh alumni IPB sekaligus
supervisor lapang bagian revegetasi PT. Inco atas bantuannya mulai dari
survey lapang sampai pengambilan contoh tanah.
8. Seluruh teman-teman di bagian Nursery PT. Inco atas bantuan serta
kerjasamanya selama penelitian di sana.
9. Seluruh teman-teman di losmen Nurmala atas bantuan dan kebersamaan yang
tak akan tergantikan selama tinggal disana.
10. Seluruh Staf Laboratorium Kesuburan tanah, Fisika Tanah, dan Bioteknologi
Tanah IPB yang selalu membantu penulis selama penelitian berlangsung.
11. Teman-teman kosan La-Sapienza atas kebersamaan yang begitu indah selama
ini.
12. Inga dan Mersi atas pinjaman laptopnya selama menyusun skripsi.
13. Soilers ’41 atas kenangan yang tak terlupakan.
14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini semoga dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Februari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nikel ................................................................................................... 3
2.2 Karakteristik Lahan Tambang dan Proses Rehabilitasinya ................... 3
2.3 Sifat Fisik Tanah ................................................................................. 5
2.4 Sifat Kimia Tanah ............................................................................... 6
2.5 Sifat Biologi Tanah ............................................................................. 7
III. KONDISI UMUM PT. INCO
3.1 Sejarah PT. INCO ............................................................................. 9
3.2 Lokasi PT.INCO ............................................................................... 9
3.3 Iklim ................................................................................................. 10
3.3.1 Curah Hujan .............................................................................. 10
3.4 Geologi ............................................................................................ 10
3.5 Topografi ......................................................................................... 11
3.6 Morfologi Tanah .............................................................................. 12
3.7 Kandungan Bijih Nikel Sorowako .................................................... 14
IV. BAHAN DAN METODE
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 16
4.2 Bahan dan Alat.................................................................................... 16
4.3 Metode Penelitian ............................................................................... 16
4.3.1 Pengambilan Contoh Tanah Fisik........................................ 16
4.3.2 Pengambilan Contoh Tanah Kimia...................................... 17
4.3.3 Pengambilan Contoh Tanah Biologi .................................... 17
4.3.4 Analisis Tanah .................................................................... 18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil ................................................................................................ 19
5.1.1 Sifat Fisik Tanah ..................................................................... 19
5.1.2 Sifat Kimia Tanah ................................................................... 20
5.1.3 Sifat Biologi Tanah.................................................................. 23
5.2 Pembahasan ..................................................................................... 23
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 28
6.2 Saran ................................................................................................ 28
VII. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 29
VIII. LAMPIRAN ....................................................................................... 31
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks
1. Parameter pengamatan dan metode analisis ............................................... 18
2. Sifat fisik tanah ......................................................................................... 19
3. C-organik, N-total, P-tersedia dan KTK di lokasi Harapan dan Shelly ....... 20
4. pH, KTK, basa-basa yang dapat ditukar dan KB tanah Harapan
dan Shelly ................................................................................................. 21
5. pH dan unsur mikro di lokasi Harapan dan Shelly ..................................... 22
6. Daya hantar listrik..................................................................................... 22
7. Respirasi, kandungan C-mic, jumlah fungi, dan total mikrob .................... 23
Lampiran
1. Kriteria penilaian sifat kimia tanah............................................................ 31
2. Indeks bahaya salinisasi ............................................................................ 31
3. Kriteria unsur mikro berdasarkan metode DTPA ....................................... 32
4. Klasifikasi indeks stabilitas agregat tanah ................................................. 32
5. Tekstur tanah ............................................................................................ 32
6. Curah hujan tahunan di areal penambangan PT. INCO tahun 1996-2006... 33
7. Data sifat fisik tanah Harapan dan Shelly .................................................. 34
8. S-total lokasi Harapan dan Shelly.............................................................. 35
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks
1. Profil lapisan tanah penutup dan batuan bijih pada lokasi penambangan ... 15
2. Tahapan proses penambangan bijih nikel .................................................. 15
Lampiran
1. Lokasi penelitian....................................................................................... 36
2. Contoh lahan pascatambang sebelum dan sesudah direklamasi.................. 36
3. Profil tanah lokasi Harapan ....................................................................... 36
4. Peta lokasi wilayah PT. INCO da kabupaten Luwu Timur provinsi
Sulawesi ................................................................................................... 37
5. Peta geologi regional daerah kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan .... 37
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertambangan adalah suatu industri vital yang ekonomis untuk beberapa
negara dan memberikan keuntungan ekonomi yang cukup besar. Indonesia
dikenal sebagai negara dengan potensi mineral yang tinggi. Sumberdaya mineral
Indonesia dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu mineral energi (minyak
dan gas bumi), mineral logam (nikel, timah, emas, perak, tembaga, dan
sebagainya), dan mineral bukan logam (batu gamping, lempung, pasir kuarsa, dan
lain-lain). Dalam pemanfaatan sumberdaya mineral logam, dilakukan usaha
penambangan di lokasi-lokasi yang memiliki kandungan mineral logam seperti
penambangan Nikel di PT. INCO, Sorowako yang tersebar hampir di sepanjang
pegunungan Verbeek, Sulawesi Selatan dalam jumlah yang sangat besar.
Bijih Nikel diperoleh dengan menerapkan metode tambang terbuka (open
pit mining). Metode ini dilakukan dengan pengupasan tanah dan batuan penutup
nikel. Kegiatan pengupasan ini menyebabkan terjadinya degradasi lahan yang
meliputi perubahan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, seperti terbukanya
kawasan vegetasi hutan, hilangnya hara dan kandungan bahan organik tanah,
pemadatan tanah, perubahan topografi, pencemaran, merubah susunan lapisan
tanah, erosi dan sedimentasi, serta terjadi penurunan jumlah mikroorganisme
tanah.
Dalam hal pemulihan daya dukung lingkungan maka rehabilitasi lahan
pascatambang secara berkelanjutan merupakan bagian terpenting, agar lahan
tersebut dapat berfungsi kembali sebagai media tumbuh tanaman. Upaya-upaya
rehabilitasi lahan yang umum dilakukan oleh pihak pertambangan difokuskan
kepada reklamasi lahan (Ambodo, 2008).
Tanah
merupakan
medium
yang
dinamis
tempat
tanaman
dan
mikroorganisme hidup bersama dan saling berhubungan satu sama lain. Tanah
yang berkembang baik dan tidak terganggu mempunyai sifat dan ciri penampang
yang khas. Lapisan atas atau olah atau disebut juga top soil suatu penampang
tanah yang kedalamannya ±10-20 cm biasanya mengandung banyak bahan
organik dan berwarna gelap karena akumulasi bahan organik. Lapisan ini juga
merupakan daerah utama bagi pertumbuhan perakaran, dan banyak mengandung
unsur hara dan air tersedia bagi tanaman. Lapisan di bawah lapisan olah dikenal
dengan lapisan bawah yang kedalamannya lebih dari 20 cm, dimana kandungan
bahan organik, unsur hara, dan air tersedia menurun dengan kedalaman tanah
(Soepardi, 1983). Dengan demikian, hilangnya top soil dapat mengakibatkan
solum tanah sebagai media tumbuh tanaman tidak dapat menunjang pertumbuhan
tanaman secara normal sehingga tanah tidak produktif.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menilai karakteristik
tanah (sifat fisik, kimia, dan biologi) pada tanah asli tanpa top soil dan tanah pada
lahan pascatambang dengan adanya pengembalian top soil dalam menunjang
pertumbuhan tanaman.
I.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik tanah
(sifat fisik, kimia dan biologi tanah) pada lahan reklamasi pascatambang dengan
tanah asli tanpa top soil.
I.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi perbedaan
karakteristik tanah pada lahan reklamasi pascatambang dengan tanah asli tanpa
top soil. Informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
perusahaan dalam upaya mencapai keberhasilan reklamasi lahan pascatambang.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nikel
Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan
ultramafik pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim
tropis
sampai
dengan
subtropis.
Pengaruh
iklim
tropis
di
Indonesia
mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga beberapa daerah di
Indonesia memiliki profil laterit (produk pelapukan) yang tebal dan menjadikan
Indonesia sebagai salah satu negara penghasil nikel laterit yang utama. Proses
konsentrasi nikel pada endapan nikel laterit dikendalikan oleh beberapa faktor
yaitu, batuan dasar, iklim, topografi, air tanah, stabilitas mineral, mobilitas unsur,
dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kelarutan mineral
(Rachman, 2008).
2.2. Karakteristik Lahan Tambang dan Proses Rehabilitasinya
Kegiatan industri pertambangan seperti penambangan dan pemurnian nikel
PT. Inco merupakan komoditi yang tidak dapat diperbaharui dan berpotensi
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan melalui pembukaan lahan,
penggalian dan penimbunan tanah penutup, pembuangan limbah dan lain-lain
(Ambodo, 2008).
Operasi penambangan nikel PT. INCO di Sorowako digolongkan sebagai
tambang terbuka dengan tahapan secara umum sebagai berikut:
1. Pengupasan lapisan tanah penutup dan limonit setebal 15 – 20 meter ditimbun
di tempat tertentu atau digunakan langsung untuk menutupi daerah bekas
penambangan.
2. Penggalian lapisan tanah ketiga yang berkadar nikel tinggi (bijih nikel) setebal
7 – 10 meter diangkut ke stasiun penyaring.
3. Pemisahan bijih di stasiun penyaring berdasarkan ukurannya. Produk akhir
hasil penyaringan bijih tipe Blok Timur adalah –18/-6 mesh, sedangkan produk
akhir hasil penyaringan bijih tipe Blok Barat adalah – 4 mesh.
4. Penyimpanan bijih yang telah disaring ditimbun di tempat tertentu untuk
pengeringan dan penyaringan ulang di pabrik.
5. Penghijauan (revegetasi) lahan-lahan daerah bekas tambang (purna tambang),
mulai dari penimbunan material, pembuatan terasering dan penanaman kembali
(Hutamadi, 2006).
Menurut Kusnoto dan Kusumodirjo (1995) dalam Saptaningrum (2001)
dampak lingkungan akibat kegiatan penambangan antara lain berupa:
(1) penurunan produktivitas tanah
(2) pemadatan tanah
(3) terjadinya erosi dan sedimentasi
(4) terjadinya gerakan tanah dan longsoran
(5) terganggunya flora dan fauna
(6) terganggunya keamanan dan kesehatan penduduk
(7) perubahan iklim mikro
Sumberdaya alam tanah dan air, mudah mengalami kerusakan atau
degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi oleh kehilangan unsur hara dan bahan
organik di daerah perakaran, proses salinisasi, penjenuhan tanah oleh atau air
(waterlogging) dan erosi. Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut
menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan
atau menghasilkan barang dan jasa (Riquer, 1977 dalam Arsyad, 2000).
Tujuan
jangka
pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam
(landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu rehabilitasi juga bertujuan untuk
mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan
sebagai lahan produktif (Bapedal, 2001).
Tahap awal dari upaya rehabilitasi lahan yang telah dilakukan adalah
konservasi top soil, pengelolaan sedimen, penataan lahan, penanaman cover
crops, dan penanaman tanaman pioneer. Berdasarkan pengalaman, pemilihan jenis
tanaman penutup (cover crop) dan jenis tanaman pioneer sangat menentukan
keberhasilan rehabilitasi lahan pascatambang. Cover crop yang baik adalah yang
memiliki kriteria seperti mudah ditanam, cepat tumbuh dan rapat, bersimbiosis
dengan bakteri ataupun fungi yang menguntungkan (Rhizobium, frankia,
azospirilium, dan mikoriza), menghasilkan biomassa yang melimpah dan mudah
terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan tanaman pokok dan tidak melilit
(Ambodo, 2008).
Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki lahan
pasca penambangan. Reklamasi adalah kegiatan pengelolaan tanah yang
mencakup perbaikan kondisi fisik tanah overburden agar tidak terjadi longsor,
pembuatan waduk untuk perbaikan kualitas air asam tambang yang beracun, yang
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi. Revegetasi sendiri bertujuan
untuk memulihkan kondisi fisik, kimia dan biologi tanah tersebut (Dindin, 2009).
2.3. Sifat Fisik Tanah
Berbagai aktivitas dalam kegiatan penambangan menyebabkan rusaknya
struktur, tekstur, porositas dan bulk density sebagai karakter fisik tanah yang
penting bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang kompak karena
pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and
percolation) dan aerasi (peredaran udara) yang secara langsung dapat membawa
dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat
berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara
akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal tetapi
tetap kerdil dan tumbuh merana (Setiadi, 1996).
Porositas adalah indeks dari volume pori dalam tanah. Pada umumnya
nilainya berkisar dari 0.3-0.6 (30%-60%). Pori tanah ditempati oleh pori mikro
untuk air dan udara oleh pori makro. Ruang pori berubah dengan kedalaman
tanah. Tanah lapisan bawah kadang-kadang mempunyai ruang pori sebanyak
26%-30%. Hal ini menyebabkan aerasi lapisan tersebut menjadi buruk
(Soepardi,1983). Tanah bertekstur kasar akan mempunyai ruang pori total yang
lebih kecil, karena terdiri dari pori makro yang menyebabkan aerasi tanah baik.
Pada tanah berliat mempunyai aerasi tanah yang buruk ketika basah, karena
sebagian ruang pori terdiri dari pori mikro.
Foth (1990) menyatakan bahwa tanah yang mempunyai drainase baik
maka ruang pori yang berukuran besar akan diisi udara dan ruang ini disebut pori
aerasi tanah.
Bobot isi adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam keadaan
utuh, dinyatakan dalam gram tiap sentimeter kubik. Unit volume terdiri dari
volume yang terisi bahan padat dan volume ruang diantaranya. Bobot isi dan
porositas tanah dapat berubah dan beragam tergantung pada keadaan struktur
tanah, khususnya dalam hubungannya dengan proses pemadatan tanah dan
penambahan bahan organik (Wahjunie dan Murtilaksono, 2004).
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh salinitas dan sodisitas yang
mengakibatkan
terganggunya
sifat
fisik
tanah
(berkurangnya
infiltrasi,
permeabilitas dan porositas) dan terganggunya penyerapan hara (Pierzynski,
2005).
2.4. Sifat Kimia Tanah
Dalam profil tanah yang normal lapisan tanah atas merupakan sumber
unsur-unsur hara makro dan mikro esensial bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu
juga berfungsi sebagai sumber bahan organik untuk menyokong kehidupan
mikroba. Hilangnya lapisan tanah atas (top soil) yang proses pembentukannya
memakan waktu ratusan tahun dianggap sebagai penyebab utama buruknya
tingkat kesuburan tanah pada lahan-lahan bekas pertambangan (Setiadi, 1996).
Bahan organik selain dapat meningkatkan sifat kimia tanah juga
mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik
dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta
membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah (Prasetyo dan
Suriadikarta, 2006).
Pada kedalaman tanah yang berbeda terdapat perbedaan kandungan
nitrogen. Kandungan N yang tertinggi terdapat pada permukaan tanah yang
umumnya semakin menurun dengan kedalaman tanah. Nitrogen dalam tanah
berasal dari berbagai sumber, diantaranya (1) fiksasi oleh mikroorganisme, (2) air
irigasi dan hujan, (3) perombakan bahan organik, dan (4) pemupukan. Bahan
organik tanah mengandung sekitar 2% - 8% N. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan tanah menyediakan nitrogen adalah (1) kadar bahan organik, (2)
iklim dan vegetasi, (3) topografi, (4) sifat fisik dan kimia tanah.
Fosfor dalam tanah terdiri dari P-anorganik dan P-organik yang berasal
dari bahan organik dan mineral yang mengandung apatit. Unsur P dalam tanah
tidak bergerak (immobil). Fosfor terikat oleh liat, bahan organik serta oksida Fe
dan Al pada tanah yang pH nya rendah (pH 4-5.5) dan oleh Ca dan Mg pada tanah
yang pH nya tinggi (Tan, 1991).
Kalsium dihasilkan dari mineral kalsit, dolomit, gypsum, feldspar, apatit,
dan amphibol. Dolomit, biotit, serpentin, hornblende, dan olivin mengandung
unsur magnesium. Tanaman memerlukan Ca dan Mg lebih rendah daripada K.
Magnesium dijerap pada permukaan pertukaran kation lebih rendah daripada
kalsium. Kecuali, tanah yang berasal dari serpentin (kaya magnesium) dan sangat
rendah kalsium yang dapat dipertukarkan (Foth, 1990).
Kation-kation yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda
untuk menukar kation yang dijerap. Jumlah yang dijerap sering tidak setara
dengan yang ditukarkan. Ion-ion divalen biasanya diikat lebih kuat daripada ionion monovalen, sehingga akan lebih sulit untuk dipertukarkan (Tan, 1991). Besar
kecilnya Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah,
tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat, bahan organik dan pengapuran serta
pemupukan.
2.5. Sifat Biologi Tanah
Hilangnya lapisan top soil dan serasah (litter layer) sebagai sumber karbon
untuk menyokong kehidupan mikroba potensial merupakan penyebab utama
buruknya kondisi populasi mikroba tanah. Hal ini secara tidak langsung akan
sangat mempengaruhi kehidupan tanaman yang tumbuh di permukaan tanah
tersebut. Keberadaan mikroba tanah potensial dapat memainkan peranan sangat
penting bagi perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman. Aktivitasnya tidak
saja terbatas pada penyediaan unsur hara, tetapi juga aktif dalam dekomposisi
serasah dan bahkan dapat memperbaiki struktur tanah (Setiadi, 1996).
Ma’shum, et al. (2003) mengemukakan bahwa faktor lingkungan seperti
pH tanah, pupuk anorganik, kandungan bahan organik dan kelembaban tanah
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi. Fungi
kebanyakan terdapat pada tanah masam. Meski demikian, ada juga fungi yang
terdapat pada tanah netral atau tanah alkalis. Penambahan bahan organik kedalam
tanah berpengaruh terhadap jumlah populasi fungi, karena fungi bersifat
heterotrof. Sekaitan dengan tingkat kelembaban tanah, perkembangan dan
aktifitas fungi memerlukan kelembaban nisbi kering dibandingkan dengan bakteri.
Peran utama fungi dalam kaitan dengan kesuburan tanah adalah merombak dan
membantu membentuk agregat tanah.
Tingginya aktivitas mikroorganisme dapat diukur dengan cara respirasi
tanah dan biomassa karbon mikroorganisme (C-mic) tanah. Hasil penelitian
Anisah, et al. (2006) menunjukkan bahwa C-mic dapat memberikan respon yang
lebih cepat terhadap terjadinya perubahan dibanding C-total. Beberapa hasil
penelitian
sebelumnya,
juga
menunjukkan
bahwa
Cmic
merupakan
parameter/indikator dari kualitas tanah yang jauh lebih peka dibanding dengan
sifat kimia tanah (seperti C-organik total) maupun sifat fisik tanah.
Pengukuran respirasi mikroorganisme tanah merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah.
Tingkat respirasi yang diukur dari besarnya CO2 yang dikeluarkan merupakan
indikator yang baik bagi aktifitas mikroorganisme tanah. Menurut Ma’shum et al.
(2003), peranan mikrob dalam kesuburan tanah ditunjukkan dalam aktifitasnya
dalam memperbaiki struktur tanah dan ketersediaan hara bagi tanaman. Berkaitan
dengan pembentukan struktur remah, mikrob berperan sebagai pembangun
agregat tanah yang mantap. Dalam kaitannya dengan peningkatan ketersediaan
hara, mikrob berfungsi untuk mempercepat dekomposisi bahan organik dan
sebagai pemacu tingkat kelarutan senyawa anorganik yang tidak tersedia menjadi
bentuk tersedia.
III. KONDISI UMUM PT. INCO
3.1. Sejarah PT. INCO, Tbk.
PT. INCO merupakan anak perusahaan INCO Limited dari Kanada, salah
satu perusahaan tambang penghasil nikel terkemuka di dunia. Perusahaan ini
berlokasi di kota Sorowako, kurang lebih 700 km sebelah utara dari kota
Makassar, Propinsi Sulawesi Selatan. PT. INCO menghasilkan nikel matte, yaitu
produk setengah jadi dari bijih nikel laterite. Daya saing PT. INCO terletak pada
cadangan bijih dalam jumlah besar, tenaga kerja yang terampil dan terlatih, biaya
terendah, fasilitas produksi yang canggih dan pasar yang terjamin untuk hasil
produksinya. PT. INCO merupakan salah satu perusahaan nikel terbesar di
Indonesia dengan target produksi kurang lebih 165 juta pounds per tahun.
Pada bulan juli 1968 PT. INCO menandatangani kontrak karya. Kontrak
karya tersebut didasarkan pada UU No. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal
Asing, dan ditetapkan berlaku selama 30 tahun (terhitung sejak produksi
komersial 1978). Setelah itu kegiatan eksplorasi dilakukan pada tahun 1968-1973
untuk meneliti sumber endapan bijih nikel. Saat ini PT. INCO hanya
mempertahankan luas daerah konsesi 218.000 Ha yang sebelumnya 6.6 juta Ha
dengan melakukan pengembalian daerah konsesi kepada pemerintah RI secara
bertahap. Semenjak beroperasi, PT. INCO telah melakukan pembangunan
proyeknya secara bertahap. Sejak tahun 1973 hingga tahun 1999 tercatat telah
melakukan empat tahapan proyek. Pada akhir tahun 2005, PT. INCO diakuisi oleh
sebuah perusahaan tambang yang memproduksi bijih besi, mangan dan pellet dari
Brazil, yang bernama CVRD (Companhia Vale de Rio Doce).
3.2. Lokasi PT. INCO, Tbk
Lokasi penambangan PT. INCO terletak di desa Sorowako, Kecamatan
Nuha, Kabupaten Luwu Utara, Propinsi Sulawesi Selatan, yang ditempuh melalui
jalur darat dan udara. Secara geografis, lokasi konsesi awal PT. INCO terletak
pada posisi 120045I-123030I BT (Sua-Sua s/d Torokulu) dan 6030I-5030I LS
(Kolonedale s/d Malapulu). Topografi daerah penambangan berupa perbukitan
dengan ketinggian antara 290 m-900 m di atas permukaan laut. Vegetasi yang
tumbuh adalah tumbuhan tropis berupa perdu dan hutan yang ditumbuhi
pepohonan yang berdiameter antara 10-40 cm. Keadaan iklim daerah Sorowako
dipengaruhi oleh musim kemarau dan penghujan dengan rata-rata curah hujan
perbulan 176.381 mm. Tipe iklim Sorowako berdasarkan pengklasifikasian iklim
menurut Schmith-Ferguson adalah tipe iklim A. Hujan berlangsung sepanjang
tahun. Suhu udara berkisar antara 25-260C dengan kelembaban rata-rata 80%.
3.3. Iklim
3.3.1. Curah Hujan
Data curah hujan di areal studi dikumpulkan dari 11 stasiun pengamatan
curah hujan PT Inco, yaitu Dam Site, HydroPlant, Matano, Nuha, Palimbu,
Timampu, Togo, Tokalimbo, Plant Site, Wawondula dan Ledu-Ledu. Hasil
pengumpulan data curah hujan tahunan dari tahun 1996 sampai 2006 dapat dilihat
pada Tabel Lampiran 6.
3.4. Geologi
Beberapa formasi geologi yang terkait erat dengan kegiatan PT. Inco
adalah
Formasi Matano (Kml), Komplek Ultramafik (MTosu), Wasuponda
Melange (MTmw), Formasi Larona (Tpls), Deposit Lakustrin (Ql), dan Aluvium
(Qal). Formasi Matano terletak pada bagian atas ophiolite, terdiri dari limestone
dan calcilutite, shale, marl dengan sisipan slate dan chert. Komplek Ultramafik
terdiri dari harzburgite, lherzolite, wehrlite, web-sterite, serpentinite dan dunite.
Wasuponda Melange tersusun dari scist, gneiss, batu mafic, amphibolite,
Etadiabase, batu ultramafik, lembaran limestone dan clogite. Formasi Larona
tersusun dari konglomerat, sandstone, claystone dengan sisipan tuff. Deposit
Lakustrine terdiri dari lempung, pasir dan krikil, sedangkan Aluvium tersusun dari
lumpur, liat, pasir, gravel dan peebles.
Berdasarkan kelompok batuan, struktur dan biostratigrafinya, areal studi
termasuk ke dalam struktur geologi bagian timur. Batuan tertua pada daerah ini
adalah lempeng ophiolite yang terdiri dari kelompok batuan ultramafik (meliputi
harzburgite, dunite, pyroxenite, wehrlite, dan serpentinitea), dan pada beberapa
tempat terdiri dari batuan mafik (meliputi gabro dan basalts). Umur lempeng
ophiolite pada areal ini belum diketahui dengan pasti, diperkirakan barumur
tersier awal. Sedangkan batuan termuda adalah batuan aluvium yang terdiri dari
deposit sungai, danau dan pantai.
3.5. Topografi
Topografi areal PT Inco terdiri dari lima kelas lereng yaitu a) 0 – 8%
(datar); b) 8 – 15% (landai); c) 15 – 25% (agak curam); d) 25 – 45% (curam); dan
e) > 45% (sangat curam). Areal PT Inco didominasi oleh lereng datar (41,26%)
dan landai (28,04%). Sedangkan luas lereng sangat curam sebesar 0,15% (182,09
ha) dan lereng 25-45% sebesar 8,13% (9.624,63 ha).
Secara umum kelima kelas lereng terdapat pada seluruh lokasi tambang
kecuali di lokasi tambang Lasobonti tidak terdapat areal sangat curam (>45%).
Kelas lereng 0-8% yang paling besar terdapat
di lokasi tambang Sorowako
sebesar 55,24% dan Mahalona sebesar 51,43%, Sedangkan yang terkecil terdapat
di lokasi tambang Bulubalang 20,91%.
3.6. Morfologi Tanah
Jenis tanah di areal PT. Inco diklasifikasikan ke dalam 4 ordo, yaitu
Entisols, Inceptisol, Ultisols, dan Oxisols.
1) Ultisol
Jenis tanah Ultisol tersebar dilokasi tambang Bulubalang, Lengkobale,
Lasobonti, Lingkona, Lampesue S, Petea, Tanah Merah, Mahalona, Larona,
Sorowako, Timampu dan Lampesue N. Jenis tanah ini terbentuk dari batuan
induk ultrabasa, drainase baik, struktur granular sampai gumpal bersudut,
tekstur lempung berliat samapi liat, dan konsistensi lekat. Ultisols di lokasi
penelitian terdapat pada wilayah kelembaban Udie (basah). Penyebaran tanah
ini cukup luas dijumpai pada grup angkatan dan patahan dari intrusi batuan
basa dan ultramafik. Ultisol diareal studi dikategorikan ke dalam Tropudults.
2) Entisol
Jenis tanah Entisols mempunyai karakteristik jenuh air pada beberapa waktu
sepanjang tahun dan pada kedalaman > 50 cm mengandung fragmen kasar >
35%. Dengan demikian Entisol dilokasi studi dikategorikan kedalam
Tropofluvent, Tropaquents, Hydraquents dan Fluvaquents. Jenis tanah ini
tersebar dilokasi tambang Bulubalang, Lingke N, Lengkobale, Sorowako,
Timampu, Nuha, Matano, Lingke S, Lasobonti, Tanamalia, Lingkona,
Lampesue S, Topemanu, Petea, Mahalona, dan Lampesue N. Entisols
tergolong tanah-tanah yang belum mempunyai perkembangan profil dengan
susunan horizon AC, ACR, atau AR dengan solum tipis. Di daerah penelitian
tanah ini mempunyai penyebaran sempit dijumpai pada grup fisiografi alluvial
(jalur meander sungai, dan dataran sempit antar perbukitan).
Di dataran aluvial, tanah Entisols umumnya dalam, berstruktur pasir–pasir
berlempung dan mempunyai statifikasi bahan jelas. Drainase baik dan
permeabilitas agak cepat dan reaksi tanah agak masam.
Pada daerah perbukitan, tanah Entisols mempunyai kedalaman dangkal,
berkerikil dan berbatu di bagian bawah. Drainase baik dan permeabilitas agak
cepat. Tekstur lempung sampai lempung berpasir, reaksi tanah agak masam.
Pada bekas lokasi tambang yang sudah direvegetasi, tanah mempunyai
kedalaman agak bervariasi, agak dangkal, berkerikil dan berbatu. Drainase
agak buruk dan buruk. Tekstur lempung sampai lempung berliat, reaksi tanah
masam.
3) Inceptisols
Jenis tanah Inceptisols tergolong tanah masih muda, perkembangan tanahnya
masih lemah dan dicirikan oleh horizon B-kambik dengan susunan horizon
ABwC atau ABgC. Bahan induk tanah bervariasi, terdiri dari endapan
alluvium/lakustrin
dan
endapan
kolovial,
konglomerat,
serpih
dan
batulempung. Inceptisol di areal studi dikategorikan ke dalam Dystropepts,
Humitropepts, Eutropepts, Tropaquepts, dan Ustropepts. Tanah Inceptisols
pada depresi alluvial atau dataran alluvial agak cekung mempunyai drainase
terhambat akibat stagnasi air, tekstur liat, reaksi tanah agak masam,
mempunyai kedalaman tanah dangkal sampai sedang. Pada bekas lokasi
tambang yang sudah direvegetasi, tanah mempunyai kedalaman agak
bervariasi, agak dangkal berkerikil dan berbatu.
4) Oxisols
Oxisols di daerah penelitian termasuk tanah-tanah yang sudah mengalami
perkembangan lanjut yang dicirikan oleh terbentuknya horizon Box, struktur
lemah, warna coklat tua kemerahan, diferensiasi horizon kurang jelas. Tanah
ini berkembang dari batuan ultramafik, terdapat pada daerah berombak,
bergelombang sampai berbukit dan bergunung. Jenis tanah ini tersebar di
seluruh lokasi tambang kecuali Lingke N, Tanamalia, Topemanu, Nuha,
Matano, Lingke S, dan Pongkeru. Oxisols di areal studi dikategorikan
kedalam Haplorthox. Oxisols di lokasi penelitian pada rejim kelembaban
Udie. Penyebaran tanah ini sangat luas dijumpai pada grup angkatan dan
patahan dari intrusi batuan ultramafik.
3.7. Kandungan Bijih Nikel Sorowako
Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya
di daerah Sorowako termasuk ke dalam jenis laterit nikel dan bijih nikel silikat
(garnierit). Bijih nikel tersebut akibat pelapukan dan pelindian (leaching) batuan
ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit dari rombakan batuan ultrabasa. Bijih
laterit nikel daerah Sorowako terdiri dari beberapa lapisan antara lain, lapisan
tanah penutup, lapisan limonit berkadar menengah (pada bagian bawah lapisan
tanah penutup dengan tebal 3 meter), lapisan bjih (pada bagian bawah lapisan
limonit dengan tebal 7 meter), dan lapisan batuan dasar. Lapisan yang bernilai
ekonomis untuk ditambang adalah lapisan bijih dengan kadar nikel paling tinggi,
karena itulah diperlukan adanya pembukaan lapisan tanah untuk dapat mengambil
lapisan bijih.
Berdasarkan hasil eksplorasi dan penelitian diperoleh data bahwa profil
nikel laterit di daerah Sorowako secara umum dapat dibagi dua berdasarkan ciri
fisik dan kimianya, yaitu Blok Barat (West Block) dan Blok Timur (East Block)
yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaannya berdasarkan topografi, pada
umumnya di blok timur mempunyai topografi yang landai sedikit berbukit
sedangkan di Blok Barat pada umumnya topografi terjal membentuk pegunungan.
Blok Barat (West Block) meliputi 36 bukit dengan luas sekitar 46,5 km persegi,
secara umum merupakan batuan peridotit yang tidak terserpentinisasi dengan
bentuk morfologi yang relatif lebih terjal dibandingkan blok timur (karena
pengaruh struktur yang kuat), banyak dijumpai bongkah-bongkah segar peridotit
(Boulder) sisa proses pelapukan sehingga perolehan (recovery) menjadi kecil.
Umumnya bongkahan dilapisi oleh zona pelapukan tipis di bagian luarnya.
Daerah pada Blok Barat banyak mengandung urat-urat kuarsa yang sulit dikontrol
pola penyebarannya. Sementara itu di daerah Blok Timur (East Block) meliputi 44
bukit menempati area seluas 36.3 km persegi. Topografi pada daerah ini relatif
lebih landai daripada daerah Blok Barat. Batuan dasar dari tipe ini umumnya
adalah serpentine peridotite, lherzolite, dengan derajat serpentin yang bervariasi.
Pada daerah ini tidak banyak mengandung endapan nikel yang high grade kecuali
pada jebakan struktur dengan perkembangan lokal garnierite.
Gambar 1. Profil lapisan tanah laterit dan batuan bijih nikel
Proses Penambangan
Gambar 2. Tahapan proses penambangan bijih nikel.
IV. BAHAN DAN METODE
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di areal konsesi tambang PT. INCO Sorowako
Sulawesi Selatan. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli - November 2008.
4.2. Bahan dan Alat
Contoh tanah berasal dari tanah asli yang telah dikupas top soilnya ±1 meter
pada tahun 2004 dan sudah mulai tumbuh secara alami tanaman lokal seperti
Bonu (Thricospermum buretii) dan Trema orientalis yang berumur ± 4 tahun
(Shelly), sedangkan tanah pada lahan reklamasi telah direvegetasi ± 4 bulan
(Harapan). Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis fisika, kimia dan biologi
tanah di laboratorium disesuaikan dengan parameter yang diteliti.
Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel tanah, yaitu : ring sampel,
cangkul/sekop, meteran, tali rafia, aluminium foil, kertas label, karet gelang,
kaleng, pisau lapang, penggaris, ayakan 2 mm, ayakan 0.5 mm, gunting, cutter,
dan ice box.
4.3. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey. Sebagai
persiapan penelitian dilakukan kegiatan pengamatan lapangan seperti penentuan
lereng dan penentuan lokasi pengambilan contoh tanah. Pengambilan contoh
tanah untuk sifat kimia dan biologi dilakukan secara acak dan komposit
sedangkan sifat fisik pada titik-titik tertentu di setiap lokasi penelitian.
4.3.1. Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat fisik
Pengambilan contoh tanah pada masing-masing lokasi dilakukan dengan
menggunakan ring sampel pada kedalaman lapisan tanah 0-30 cm, dan 30-60 cm
sebanyak 3 ulangan pada masing-masing lokasi. Contoh tanah utuh dalam ring
dibungkus dengan aluminium foil agar kadar air tetap seperti kondisi awal.
Agregat tanah utuh diambil pada kedalaman lapisan tanah 0-30 cm dan 30-60 cm.
Agregat tanah dikering udarakan terlebih dahulu sebelum dianalisis.
4.3.2. Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat kimia
Pengambilan contoh tanah di lokasi Harapan untuk analisis sifat kimia
diambil secara acak dan komposit dari 14 titik sampling dan di Shelly diambil dari
6 titik sampling, masing-masing pada kedalaman tanah 0-10 cm, 10-20 cm, 20-30
cm, 30-40 cm, 40-50 cm, dan 50-60 cm. Sebelum dianalisis, dilakukan persiapan
contoh tanah. Adapun cara persiapan tanahnya adalah sebagai berikut :
1. Contoh tanah dihaluskan terlebih dahulu dengan cara ditumbuk.
2. Tanah yang telah halus kemudian diayak dengan saringan berdiameter 2
mm. Dari hasil saringan ini kemudian ditumbuk lagi agar lolos saringan
berdiameter 0.5 mm. Dengan demikian diperoleh sejumlah tanah yang
siap untuk dianalisis.
3. Tanah-tanah yang telah lolos saringan kemudian dimasukkan ke dalam
botol yang benar-benar kering dan tertutup.
4. Untuk menghomogenkan kondisi dan kadar air masing-masing tanah,
contoh tanah dimasukkan ke dalam oven pada temperatur 600C selama
±24 jam. Setelah itu tanah-tanah dimasukkan ke dalam eksikator dalam
keadaan botol tertutup agar kondisi tanah yang akan dianalisis memiliki
kondisi dan kadar air yang sama.
4.3.3. Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat biologi
Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat biologi di lokasi Harapan
diambil secara acak dan komposit dari 18 titik sampling dan di Shelly diambil dari
6 titik sampling, masing-masing pada kedalaman tanah 0-10 cm. Tanah komposit
sebelum dianalisis dimasukkan ke dalam plastik tertutup kemudian disimpan
dalam ice box.
4.3.4. Analisis Tanah
Analisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah berikut metodenya tertera pada
Tabel 1.
Tabel 1. Parameter pengamatan dan metode analisis
Analisis sifat fisik tanah
Parameter yang diukur
Bobot isi (BI)
Kemantapan agregat
Tekstur
Metode
Ring sample
Pengayakan kering dan basah
Pipet
Analisis sifat kimia tanah
pH H2O (1:1) dan DHL
Elektrode gelas
C-organik
Walkley dan Black
N-total
Kjeldahl
P-tersedia
Bray 1
KTK dan KB
1 N NH4OAc pH 7.0
Basa-basa dapat ditukar (Ca, Mg, 1 N NH4OAc pH 7.0
K, dan Na)
Mg terlarut dalam air (water
Pelarut air destilata (Aquades)
soluble)
Ketersediaan unsur mikro Fe,Cu, DTPA
Zn dan Mn
Unsur mikro Fe, Cu, Zn, dan Mn Pelarut air destilata (Aquades)
terlarut dalam air (water soluble)
Na2CO3
S-total
Analisis sifat biologi tanah
Mikroorganisme total
Cawan hitung
Fungi
Cawan hitung
Biomassa karbon mikrooganisme Sonifikasi
Respirasi tanah
Evolusi CO2
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis sifat-sifat tanah yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup
analisis kimia, terdiri dari pH, DHL, C-organik, KTK, KB, basa-basa yang dapat
dipertukarkan (Ca, Mg, K dan Na), water soluble Mg, N-total, P-tersedia, Fe, Mn,
Zn dan Cu tersedia, water soluble Fe, Mn, Zn dan Cu dan S-Total. Sifat fisik
terdiri dari bobot isi, kadar air, tekstur, porositas, dan kemantapan agregat. Sifat
biologi terdiri dari total mikrob, total fungi, respirasi tanah, dan C-mic. Parameter
ini diambil karena kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman
merupakan persoalan utama dalam produksi tanaman. Salah satu faktor yang
menyebabkan keberhasilan reklamasi pascatambang nikel adalah pemilihan jenis
vegetasi yang tepat sehingga efektif dan efisien serta sesuai dengan kondisi
ekologi setempat dalam memperbaiki kualitas tanah pasca penambangan.
5.1. Hasil
5.1.1. Sifat Fisik Tanah
Hasil analisis sifat fisik tanah (Bobot isi, porositas, dan kelas kemantapan
agregat) di Harapan dan Shelly pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm tertera
pada Tabel 2.
Tabel 2. Sifat fisik tanah
Lokasi
Sifat Fisik
Bobot isi (g/cm3)
Porositas (%)
Kelas
kemantapan
agregat
Harapan
0-30 cm
30-60 cm
1.57
37.48
Agak
stabil
1.01
46.65
Stabil
Shelly
0-30 cm
30-60 cm
1.16
56.18
Kurang stabil
1.41
46.94
Stabil
Pada kedalaman tanah 0-30 cm di Harapan memiliki bobot isi lebih tinggi
daripada di Shelly. Tanah di lokasi Harapan bertekstur lempung berdebu yang
termasuk kelas tekstur sedang, sedangkan Shelly bervariasi pada kedalaman 0-10
cm (debu) dengan kelas tekstur sedang, 10-20 cm (liat berdebu) dengan kelas
tekstur agak halus dan 20-30 cm (lempung liat berdebu) dengan kelas tekstur
halus. Dengan demikian, pada kedalaman lapisan 0-30 cm Harapan mempunyai
ruang pori total yang lebih rendah daripada tanah di Shelly, yang akhirnya
membentuk bobot isi lebih tinggi di Harapan daripada Shelly.
Berdasarkan data pada Tabel 2 tanah di Harapan pada kedalaman 0-30 cm
mempunyai kemantapan agregat rendah, menurut klasifikasi indeks stabilitas
agregat termasuk kriteria agak stabil dan tanah di Shelly mempunyai kemantapan
agregat kurang stabil.
Pada kedalaman tanah 30-60 cm di Harapan mempunyai bobot isi lebih
rendah daripada Shelly, sehingga porositas lokasi Harapan lebih tinggi daripada di
Shelly. Kemantapan agregat pada tanah Harapan dan Shelly termasuk stabil.
5.1.2. Sifat Kimia Tanah
Kriteria tingkat kesuburan tanah untuk menilai hasil analisis sifat kimia
tanah di laboratorium yang digunakan mengacu pada kriteria kesuburan tanah dari
Pusat Penelitian Tanah (1983).
Kandungan C-organik, N-total dan P-tersedia disajikan masing-masing
pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. C-organik, N-total, P-tersedia dan KTK di lokasi Harapan
Kedalaman
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
30-40 cm
40-50 cm
50-60 cm
C-Organik
N-Total
.. ..…………(%)………...........
0.09
0.017
0.09
0.020
0.35
0.031
0.55
0.025
0.39
0.023
0.90
0.004
P-Tersedia
…..(ppm).....
5.67
5.87
4.78
5.94
4.73
6.48
Tabel 4. C-organik, N-total, P-tersedia dan KTK di lokasi Shelly
C-Organik
N-Total
P-Tersedia
Kedalaman
………………..(%)………….........
...…(ppm)…..
0-10 cm
1.11
0.154
5.31
10-20 cm
0.57
0.070
6.74
20-30 cm
0.74
0.090
5.80
30-40 cm
0.55
0.075
7.22
40-50 cm
0.19
0.033
7.64
50-60 cm
0.47
0.025
6.35
KTK
me/100 g
2.49
3.20
2.97
3.32
4.25
4.15
KTK
me/100 g
7.63
4.38
5.25
5.22
5.16
5.54
Berdasarkan hasil analisis tanah pada kedalaman 0-10 cm kandungan (Corganik, N-total dan KTK) di Shelly relatif lebih tinggi daripada di Harapan. Akan
tetapi parameter tersebut di atas pada lokasi Shelly termasuk kriteria rendah,
sedangkan di Harapan tergolong kriteria sangat rendah. Untuk tanah Harapan, Ptersedia relatif hampir sama dengan tanah Shelly (Tabel 3 dan 4). Akan tetapi, Ptersedia di Shelly meningkat dengan bertambahnya kedalaman tanah, sedangkan
di Harapan bervariasi atau berfluktuasi. Kandungan Na-dd pada kedua lokasi
relatif hampir sama (Tabel 5 dan 6). Berdasarkan kriteria PPT (1983) P-tersedia
dan Na-dd termasuk kriteria rendah.
Tabel 5. pH, KTK, basa-basa yang dapat ditukar dan KB di lokasi Harapan
Kedalam
an
pH
H2O
Basa-basa yang dapat ditukar
Ca
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
30-40 cm
40-50 cm
50-60 cm
6.69
6.65
6.58
6.7
6.85
6.75
Mg
Na
Mg
Terlarut
dalam air
…………….…………..(me/100g)………………
1.43
2.9
0.20
0.34
1.97
1.04
4.12
0.15
0.28
2.27
0.73
4.15
0.15
0.26
2.18
0.98
12.33
0.09
0.23
4.82
1.00
11.50
0.13
0.22
5.67
1.02
11.67
0.17
0.23
5.73
KTK
KB
……..
2.49
3.20
2.97
3.32
4.25
4.15
(%)
100
100
100
100
100
100
K
Tabel 6. pH, KTK, basa-basa yang dapat ditukar dan KB di lokasi Shelly
Kedalam
an
pH
H2O
Basa-basa yang dapat ditukar
Ca
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
30-40 cm
40-50 cm
50-60 cm
5.81
5.61
5.5
5.28
5.72
5.77
Mg
Na
KTK
Mg
Terlarut
dalam air
…………….…………..(me/100g)……………
1.04
3.48
0.15
0.27
0.47
0.85
1.43
0.18
0.20
0.28
0.82
1.27
0.11
0.19
0.38
0.76
0.77
0.12
0.21
0.10
0.55
0.60
0.16
0.14
0.08
0.74
0.68
0.10
0.14
0.12
KB
K
……..
7.63
4.38
5.25
5.22
5.16
5.54
(%)
64.83
60.75
45.42
35.59
27.98
29.91
Kandungan Ca-dd di Harapan (1.43 me/100 g), sedangkan di Shelly (1.04
me/100 g). Akan tetapi, Ca-dd pada kedua lokasi termasuk sangat rendah.
Kandungan Mg-dd di Harapan tergolong kriteria tinggi dan dengan bertambahnya
kedalaman Mg-dd dan Mg terlarut dalam air semakin tinggi dan lebih tinggi
daripada tanah di Shelly. Sedangkan kandungan Mg-dd di Shelly menurun dengan
bertambahnya kedalaman. Kandungan K-dd di tanah Harapan tergolong kriteria
sedang, sedangkan tanah di Shelly termasuk rendah.
Reaksi tanah (pH) di Harapan termasuk netral (pH 6.69-6.85) dan pH
tanah di Shelly agak masam (pH 5.28-5.81). Hal ini dikarenakan kejenuhan basa
(KB) pada tanah Harapan lebih tinggi daripada di Shelly. Berdasarkan kriteria
PPT (1983), KB pada tanah Harapan termasuk sangat tinggi dan tanah Shelly
termasuk kriteria tinggi.
Tabel 7. pH dan unsur mikro di lokasi Harapan
pH H2O
Unsur Mikro Tersedia
(DTPA)
Fe
Mn
Zn
Cu
Unsur Mikro Terlarut
Dalam Air
Fe
Mn
Zn
Cu
Kedalaman
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
30-40 cm
40-50 cm
50-60 cm
…………..………………………(ppm)…............................................................
6.69
9.4 10.35
1.0 2.15
0.05
0.25
0.05
0.2
6.65
9.4
9.4
0.95
3.2
tr
0.15
0.05
0.25
6.58 9.35
8.65 0.85 2.15
0.1
0.6
0.35
0.2
6.7 7.15
8.8
1.4 2.2
0.05
0.35
0.1
0.05
6.85
6.6
7.25 1.25 1.95
tr
0.35
0
0.25
6.75 6.15
7.65
0.8 1.25
tr
0.25
0.1
0.05
Tabel 8. pH dan unsur mikro di lokasi Shelly
Unsur Mikro Tersedia
(DTPA)
Fe
Mn
Zn
Cu
Unsur Mikro Terlarut
Dalam Air
Fe
Mn
Zn
Cu
Kedalaman
pH H2O
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
30-40 cm
40-50 cm
50-60 cm
…………..………………………(ppm)…............................................................
5.81
28.8 105.45 0.95 2.05
0.6
0.05
0.2
0.05
5.61 21.55
84.95 1.25 3.75
0.55
tr
0.1
0.05
5.5 19.85
74.95 1.25 2.35
0.95
0.05
0.15
0.05
5.28
16.6
57.45
0.6
2.6
3.5
0.05
0.3
0.1
5.72
13.2
56.95
0.6 1.7
1.45
tr
0.2
0.1
5.77
12
31.95
0.6 1.95
6.85
0.05
0.2
0.25
Ketersediaan dan kelarutan Fe, Cu, Zn dan Mn di lokasi Shelly lebih tinggi
daripada lokasi Harapan. Pada tanah Harapan dan Shelly ketersediaan unsur Fe,
Mn, dan Cu termasuk sangat tinggi, sedangkan unsur Zn termasuk cukup
berdasarkan kriteria dari metode DTPA.
Tabel 9. Daya hantar listrik
Lokasi
Harapan
Shelly
DHL (mmhos/cm)
Kedalaman
0-10 cm 10-20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40-50 cm 50-60 cm
0,135
0,14
0,18
0,25
0,183
0,21
0,048
0,013
0,015
0,01
0,011
0,02
5.1.3. Sifat Biologi Tanah
Tabel 10. Respirasi, kandungan C-mic, jumlah fungi, dan total mikrob
Lokasi
Jumlah Fungi Jumlah mikrob total
Respirasi
………………..(∑ sel/g BKM)…………… (mg C-CO2/kg
tanah/hari)
Harapan
3
8,9 . 10
Shelly
32,6 . 10
(µg/g)
7
4.63
838.69
7
5.31
916.06
3,6 . 10
3
C-mic
8,9 . 10
Tabel 10 menunjukkan bahwa total fungi, total mikroorganisme tanah,
respirasi mikroorganisme tanah dan C-mic pada tanah di lokasi Shelly lebih tinggi
daripada di Harapan.
5.2. Pembahasan
Sifat fisik tanah di Shelly lebih baik daripada Harapan. Hal ini berdasarkan
bobot isi pada kedalaman tanah 0-30 cm di Harapan lebih tinggi dibandingkan
dengan Shelly. Tanah di Harapan bertekstur lempung berdebu yang termasuk
kelas tekstur sedang, sedangkan di Shelly bervariasi pada kedalaman tanah 0-10
cm (debu) dengan kelas tekstur sedang, 10-20 cm (liat berdebu) dengan kelas
tekstur agak halus dan 20-30 cm (lempung liat berdebu) dengan kelas tekstur
halus. Dengan demikian, pada kedalaman lapisan 0-30 cm di Harapan mempunyai
ruang pori total yang lebih rendah daripada tanah di Shelly, yang akhirnya
membentuk bobot isi lebih tinggi di Harapan daripada di lokasi Shelly.
Kedudukan ruang pori sangat penting, karena akan sangat mempengaruhi sifat
fisik (struktur dan aerasi tanah), kimia (pergerakan hara) dan biologi tanah
(aktifitas mikrooganisme tanah) yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman.
Pada kedalaman tanah 30-60 cm di Harapan mempunyai bobot isi lebih
rendah daripada Shelly, dikarenakan porositas tanah di Harapan lebih tinggi
daripada di Shelly. Hal ini disebabkan oleh kandungan bahan organik di Harapan
lebih tinggi dibandingkan dengan Shelly (Tabel 3 dan 4). Kondisi ini dapat terjadi
dikarenakan tanah pada lahan reklamasi pascatambang bukan penampang asli,
dimana telah terjadi pencampuran antara top soil dengan overburden. Diduga
lapisan overburden bagian bawah menjadi berada di bagian atas, sehingga
kandungan bahan organik pada lapisan tanah 30-60 cm lebih tinggi dibandingkan
dengan lapisan atas, yang mengakibatkan bobot isi lebih rendah dan porositas
lebih tinggi. Selain itu pula, menyebabkan sangat bervariasinya reaksi tanah (pH)
dan kandungan unsur hara pada areal-areal yang ditanami.
Kemantapan agregat pada lahan Harapan dan Shelly pada kedalaman
tanah 0-30 cm termasuk rendah. Menurut klasifikasi indeks stabilitas agregat,
tanah Harapan termasuk kriteria agak stabil dan Shelly kurang stabil. Hal ini
adanya pengambilan top soil dengan alat-alat berat yang dapat menghancurkan
bongkah-bongkah dan agregat-agregat yang telah terbentuk, baik pada top soil
maupun pada lapisan tanah di bawahnya. Pemberian kompos yang disebar di atas
top soil sebagai usaha reklamasi di Harapan belum dapat meningkatkan stabilitas
agregat, serta tidak didukung dengan adanya pemberian sisa tanaman atau serasah
sebagai mulsa. Sedangkan di Shelly terlindung oleh tumpukan serasah daun-daun
tanaman lokal. Oleh karena itu, tanah di lokasi Harapan mudah dirusakkan oleh
hujan dan mudah terjadinya erosi, terutama pada lahan yang berlereng sehingga
bahan organik akan terkikis. Tanah akan becek karena dispersi dari fraksi-fraksi
halus dan kemudian menjadi padat. Pergerakan air dan udara menjadi buruk dan
ini akan mempengaruhi proses kimia dan biologi tanah (Leiwakabessy, 1999).
Menurut
Prasetyo
dan
Suriadikarta
(2006)
menyatakan
bahwa
penambahan bahan organik dari pupuk kandang maupun sisa-sisa tanaman dapat
memperbaiki sifat fisik tanah, seperti menurunkan bobot isi tanah serta
meningkatkan porositas tanah. Akan tetapi, bobot isi tanah Harapan pada
kedalaman 0-30 cm lebih tinggi daripada Shelly. Hal ini karena kandungan bahan
organik di Harapan relatif lebih rendah daripada Shelly (Tabel 3 dan 4). Kadar
bahan organik tanah mempengaruhi kemampuan tanah menyediakan nitrogen.
Oleh karena itu, kandungan C-organik dan N-total di Harapan termasuk kriteria
sangat rendah, sedangkan di Shelly termasuk rendah. Rendahnya kandungan
bahan organik berpengaruh terhadap kapasitas tukar kation (KTK), dimana KTK
di Harapan sangat rendah dan di Shelly tergolong rendah. Selain dipengaruhi oleh
bahan organik, KTK dipengaruhi pula oleh tekstur atau jumlah liat.
Kandungan bahan organik di Shelly berasal dari tumpukan serasah daundaun tanaman lokal seperti tanaman Bonu (Thricospermum buretii) dan Trema
orientalis yang terdekomposisi dan akar-akar halus dari tanaman tersebut. Selain
itu bahan organik tanah di Shelly diduga berasal dari hutan alami di sekitar lokasi
penelitian, dimana posisi lokasi Shelly lebih rendah daripada hutan alami. Dalam
hal ini terjadi akumulasi serasah hutan di permukaan tanah Shelly. Pada lokasi
Shelly (Tabel 3) menunjukkan kandungan C-organik, N-total, dan P-tersedia
termasuk kriteria rendah berdasarkan kriteria PPT (1983). Hal ini diduga bahan
organik yang berasal dari serasah belum mampu menyuplai kadar C-organik dan
unsur hara makro yang tinggi. Akan tetapi, kandungan bahan organik di Shelly
relatif lebih tinggi daripada Harapan, dimana respirasi mikroorganisme tanah
memiliki korelasi yang baik dengan kandungan bahan organik. Respirasi
mikroorganisme tanah mencerminkan aktifitas mikroorganisme tanah yang diukur
berdasarkan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah. Tingkat
respirasi yang tinggi menunjukkan populasi mikroorganisme total yang tinggi.
Biomassa mikroorganisme tanah (C-mic) mempunyai korelasi yang sangat
erat dengan sifat-sifat biologi tanah yang lain seperti total dan aktivitas
mikroorganisme, dan lain-lain. Mikroba memanfaatkan
karbon
sebagai
pembentuk tubuhnya. Aktivitas mikroorganisme dapat dilihat dari kandungan
C yang berasal dari karbon mikroorganisme (C-mic). Kandungan C-mic yang
tinggi diikuti
dengan
respirasi
mikroorganisme yang
tinggi menunjukkan
kualitas tanah yang sehat (Anisah et al., 2006).
Kandungan Na-dd pada kedua lokasi relatif hampir sama (Tabel 5 dan 6).
Berdasarkan kriteria PPT (1983) Na-dd termasuk kriteria rendah. Kandungan Cadd di Harapan (1.43 me/100 g), sedangkan di Shelly (1.04 me/100 g). Akan tetapi,
Ca-dd pada kedua lokasi termasuk sangat rendah. Kandungan Mg-dd di Harapan
tergolong kriteria tinggi dan dengan bertambahnya kedalaman Mg-dd dan Mg
terlarut dalam air semakin tinggi dan lebih tinggi daripada tanah di Shelly. Hal ini
dikarenakan adanya pengaruh bahan induk yang terbentuk dari batuan serpentin
(3MgO.2SiO2.2H2O) dimana Magnesium lebih tinggi daripada Kalsium (Foth,
1990). Untuk kandungan Mg-dd di Shelly menurun dengan bertambahnya
kedalaman, diduga bahan induk bukan berasal dari batuan serpentin. Kandungan
K-dd di tanah Harapan tergolong kriteria sedang, sedangkan tanah di Shelly
termasuk rendah. Jenis tanah di Harapan termasuk ke dalam ordo oxisol. Tanah
tersebut telah mengalami perkembangan lanjut yang ditunjukkan oleh warna
coklat tua kemerahan, KTK sangat rendah, diferensiasi horizon kurang jelas dan
tanah ini berkembang dari batuan ultramafik.
Persentase kejenuhan basa sangat tinggi di Harapan, dikarenakan kationkation yang dijerap dan dipertukarkan didominasi oleh kation-kation basa. Basabasa tersebut diduga berasal dari penambahan kompos, top soil dan perbedaan
kandungan basa-basa pada lapisan tersebut yang berasal dari bahan induk.
Pemberian top soil ini sangat penting, karena sebagai sumber unsur hara makro
dan mikro (Setiadi, 1996). Persentase kejenuhan basa dan pH terdapat korelasi
yang nyata. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa pH di Harapan netral
berkisar (pH 6.58-6.85) dan pH di Shelly agak masam berkisar (pH 5.28-5.81).
Namun, KTK di Harapan sangat rendah dan Shelly termasuk rendah. Rendahnya
KTK merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini
berpangaruh terhadap ketersediaan dan kelarutan kation-kation basa. KTK
merupakan sifat kimia tanah yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan
tanah, sebab apabila KTK rendah tanah tidak akan mampu menyerap dan
menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kesuburan tanah maka perlu penambahan bahan organik untuk
meningkatkan KTK.
Pada pH agak masam fungi mendominasi karena bakteri dan
aktinomycetes tidak dapat hidup dengan baik pada kondisi demikian. Selain itu,
populasi fungi tinggi pada tanah yang memiliki kandungan C-organik yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tanah yang memiliki kandungan C-organik rendah.
Hal ini dikarenakan fungi bersifat heterotrof yang menggunakan C-organik
sebagai sumber energinya. Fungi juga bersifat aerob sehingga membutuhkan
oksigen. Dengan demikian, populasi fungi pada tanah Harapan lebih rendah
dibandingkan dengan Shelly (Tabel 10).
Ketersediaan dan kelarutan Fe, Cu, Zn dan Mn di Shelly lebih tinggi
daripada Harapan (Tabel 7 dan 8), hal ini ditunjukkan dengan pH di lokasi Shelly
lebih rendah. Selain itu, adanya pengaruh bahan induk dari batuan ultramafik.
Batuan ultramafik atau sering juga disebut sebagai batuan ultrabasa terdiri atas
peridotit, dunit dan serpentinit. Di Indonesia bebatuan ini dapat dijumpai pada
daerah-daerah yang secara geologis cukup tua, seperti Karangsambung dan Bayat
di Jawa Tengah, Sulawesi terutama di Sorowako (Warmada, 2008). Kation-kation
unsur mikro membentuk senyawa hiroksida Fe dan Mn, dimana senyawa tersebut
sukar larut. Hal ini terlihat pada kelarutan unsur mikro pada kedua lokasi rendah.
Dengan demikian tanaman kemungkinan tidak terjadi keracunan unsur mikro.
Menurut Islami dan Utomo (1995) menyatakan bahwa konsentrasi Fe dan Mn
yang terlarut dalam air setinggi 10 ppm atau lebih telah menyebabkan kerusakan
tanaman.
Daya hantar listrik (DHL) sering dipakai sebagai indeks bahaya salinisasi.
Bahaya salinisasi dianggap rendah jika mempunyai nilai <0.75 mmhos/cm (Tan,
1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa DHL di tanah Shelly lebih rendah
dari DHL di harapan. Hal ini dikarenakan faktor yang mempengaruhi DHL adalah
kandungan garam. Kandungan garam ini salah satunya disebabkan tingginya
konsentrasi basa-basa (Ca, Mg, Na) sebagai ion-ion penyusun garam. Konsentrasi
Mg yang sangat tinggi mempengaruhi konsentrasi garam terlarut dalam larutan
tanah. Dengan demikian kandungan garam terlarut di lokasi harapan lebih tinggi
dibandingkan dengan lokasi Shelly.
Jenis tanah di lokasi Shelly diduga berasal dari ordo ultisol. Hal ini terlihat
dari warna coklat kemerahan karena adanya penimbunan oksida-oksida besi dan
mangan, adanya horizon argilik yaitu horizon bawah permukaan yang mempunyai
kandungan liat lebih tinggi daripada horison di atasnya (Tabel Lampiran 5) dan
memiliki KTK rendah. Ultisol masih mempunyai mineral yang mudah lapuk dan
biasanya terbentuk di atas permukaan tanah yang tua di bawah vegetasi hutan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan sifat fisik dan biologi
tanah di Shelly relatif lebih baik daripada Harapan. Hal ini berdasarkan sifat fisik
pada kedalaman 0-30 cm di Shelly bobot isi lebih rendah dan porositas lebih
tinggi daripada di Harapan. Sifat biologi menunjukkan total fungi, total
mikroorganisme tanah, respirasi mikroorganisme tanah dan C-mic pada tanah di
lokasi Shelly lebih tinggi daripada di Harapan. Pada kedalaman 0-10 cm sifat
kimia (C-organik, N-total, dan KTK) termasuk sangat rendah di Harapan,
sedangkan di Shelly rendah. Untuk lokasi Harapan dan Shelly P-tersedia dan Nadd termasuk rendah, Ca-dd sangat rendah, Mg-dd tinggi dan unsur mikro sangat
tinggi kecuali Zn tergolong cukup. Kandungan K-dd di Harapan sedang dan di
Shelly rendah. Namun, Harapan mempunyai KB sangat tinggi pH netral berkisar
(pH 6.58-6.85), sedangkan KB di Shelly tinggi dengan pH agak masam berkisar
(pH 5.28-5.81).
6.2. Saran
Perlu penambahan bahan organik dalam jumlah yang lebih banyak pada
lahan reklamasi pascatambang. Salah satunya adalah untuk meningkatkan
kapasitas tukar kation. Selain itu, perlu dilakukan tindakan-tindakan khusus dalam
penyiapan lahan dan pengelolaan tanah pada lahan reklamasi pasca tambang agar
sesuai dengan lingkungan tumbuh tanaman lokal. Diantaranya penanaman
tanaman Legume Cover Crops pada awal reklamasi sampai merata dan pemberian
serasah atau bahan hijauan sebagai mulsa yang berasal dari pangkasan tanaman
legume yang dapat mempertahankan dan meningkatkan bahan organik dalam
tanah, sehingga dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian
Tanah, 1983)
Sifat Tanah
C (%)
N (%)
C/N
P2O5 HCl (mg/100g)
P2O5 Bray 1 (ppm)
P2O5 Olsen (ppm)
K2O HCl 25 %
(mg/100g)
KTK (me/100 g)
Susunan Kation :
K (me/100 g)
Na (me/100 g)
Mg (me/100 g)
Ca (me/100 g)
Kejenuhan Basa (%)
Kejenuhan Al (%)
Sangat
Rendah
<1.00
<0.10
<5
<10
<10
<10
Rendah
1.00-2.00
0.10-0.20
5-10
10-20
10-15
10-25
Sedang
2.01-3.00
0.21-0.50
11-15
21-40
15-25
26-45
Tinggi
3.01-5.00
0.51-0.75
16-25
41-60
26-35
45-60
Sangat Tinggi
>5.00
>0.75
>25
>60
>35
>60
<10
<5
10-20
5-16
21-40
17-24
41-60
25-40
>60
>40
<0.10
<0.10
<0.4
<2
<20
<10
0.1-0.2
0.1-0.3
0.4-1.0
20-35
20-35
10-20
0.3-0.5
0.4-0.7
1.1-2.0
6-10
36-50
21-30
0.6-1.0
0.8-1.0
2.1-8.0
11-20
51-70
31-60
>1.0
>1.0
>8.0
>20
>70
>60
Sangat
Masam
Masam
pH H2O
< 4.5
4.5-5.5
Sumber : Pusat Penelitian Tanah (1983)
Agak Masam Netral
5.6-6.5
6.6-7.5
Agak Alkalis Alkalis
7.6-8.5
>8.5
Tabel Lampiran 2. Indeks bahaya salinisasi (Richards, 1954 dalam Tan, 1991)
Bahaya Salinitas
DHL, mmhos/cm pada 250
Rendah
< 0.75
Sedang
0.75-1.5
Tinggi
1.5-3.0
Sangat Tinggi
>3.0
Sumber : Richards, 1954 dalam Tan, 1991
Tabel Lampiran 3. Kriteria unsur mikro berdasarkan metode DTPA
Unsur Mikro
Defisiensi
Marginal
Zn (ppm)
0.5
0.5-1.0
Fe (ppm)
2.5
2.5-4.5
Mn (ppm)
1.0
Cu (ppm)
0.2
Sumber : Pusat Penelitian Tanah (1980)
Cukup
1.0
4.5
1.0
0.2
Tabel Lampiran 4. Klasifikasi indeks stabilitas agregat tanah adalah:
Kelas
Indeks Stabilitas
Sangat stabil sekali
>200
Sangat stabil
80-200
Stabil
66-80
Agak Stabil
50-66
Kurang stabil
40-50
Tidak stabil
<40
Sumber : Wahjunie dan Murtilaksono (2004)
Tabel Lampiran 5. Tekstur tanah
Lokasi
Harapan
Shelly
Kedalaman
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
30-40 cm
40-50 cm
50-60 cm
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
30-40 cm
40-50 cm
50-60 cm
% pasir
% debu
% liat
Kriteria
LB
12.57
74.03
13.41
LB
16.08
66.91
17.00
LB
10.52
74.29
15.19
LB
11.93
79.66
8.41
LB
17.52
71.41
11.07
LB
20.67
71.12
8.21
D
7.38
87.17
5.45
LD
8.01
45.72
46.28
LLB
7.47
56.76
35.77
LD
9.93
47.14
42.93
LB
11.52
63.23
25.25
LLB
10.75
56.59
32.66
Keterangan : LB = Lempung berdebu
LD = Liat berdebu
D = Debu
LLB = Lempung liat berdebu
Tabel Lampiran 6.Curah hujan tahunan (mm) di areal pertambangan PT Inco,
tahun 1996 – 2006
Tahun
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Januari
220
266
136
203
240
307
188
338
376
354
197
Februari
387
149
292
259
175
210
316
284
150
429
196
Maret
163
180
206
245
283
302
435
385
296
337
167
April
353
310
306
277
393
472
397
435
363
485
403
Mei
288
159
336
259
187
300
338
367
128
369
311
Juni
251
105
297
333
385
238
242
105
134
89
226
Juli
256
203
260
155
238
123
71
157
190
270
94
Agustus
239
12
146
131
258
48
44
202
42
175
198
September
124
23
251
159
71
70
42
119
32
138
76
Oktober
448
77
236
181
363
83
19
116
23
254
32
November
211
94
300
242
279
244
186
224
152
265
125
Desember
121
278
192
190
98
230
331
298
289
403
-
Total
3.062
1.857
2.958
2.632
2.970
2.626
2.608
3.031
2.176
3.568
2.025
Sumber : Stasiun Pengamatan Cuaca PT Inco, 1996-2006
Tabel Lampiran 7. Sifat fisik tanah Harapan
Kedalaman
0-30 cm
0-30 cm
0-30 cm
30-60 cm
30-60 cm
30-60 cm
Bobot
isi
Porositas
Kadar
air
(g/cm3) ...........(%)..............
1.50
43.38
34.97
1.61
39.20
31.10
1.59
40.02
32.18
1.61
39.11
35.57
0.65
75.38
118.09
0.78
70.41
106.70
Bobot
isi
Ratarata
(g/cm3)
1.57
Porositas
Rata-rata
(%)
37.487
Kelas
agregat
Agak stabil
Stabil
1.01
46.650
Tabel Lampiran 8. Sifat fisik tanah Shelly
Kedalaman Bobot
isi
0-30 cm
0-30 cm
30-60 cm
30-60 cm
(g/cm3)
1.03
1.29
1.46
1.35
Porositas Kadar
air
Bobot
isi
Ratarata
.............(%)........... (g/cm3)
61.09
33.81
1.16
51.27
29.84
44.92
37.56
48.96
36.37
1.41
Porositas
Rata-rata
(%)
56.18
46.94
Kelas
agregat
Kurang
stabil
Stabil
Tabel Lampiran 9. S-total lokasi Harapan
Kedalaman
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
30-40 cm
40-50 cm
50-60 cm
BKU (mg)
200
200
200
200
200
200
Absorban
0.043
0.096
0.047
0.082
0.039
0.053
ppm S
larutan
1
2.77
1.13
2.3
0.87
1.33
S (%)
0.08
0.23
0.09
0.19
0.07
0.11
Tabel Lampiran 10. S-total lokasi Shelly
Kedalaman
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
30-40 cm
40-50 cm
50-60 cm
BKU(mg)
200
200
200
200
200
200
Absorban
0.061
0.056
0.072
0.114
0.094
0.035
ppm S larutan
1.6
1.43
1.97
3.37
2.7
0.73
S (%)
0.13
0.12
0.16
0.28
0.22
0.06
(A)
(B)
Gambar Lampiran 1. Lokasi penelitian : (A) Harapan dan (B) Shelly.
Sebelum direklamasi
Setelah direklamasi
Gambar Lampiran 2. Contoh lahan pasca tambang sebelum dan setelah direklamasi.
Gambar Lampiran 3. Profil tanah lokasi Harapan.
Gambar Lampiran 4. Peta lokasi wilayah PT. INCO di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi
Sulawesi
Gambar Lampiran 5. Peta geologi regional daerah Kab.Luwu Timur, Sulawesi
Selatan (Sumber : Dinas Pertambangan, Kehutanan dan
Lingkungan Hidup Kab. Luwu Timur).
Download