pengaruh kebijakan lingkungan hidup dan peran serta masyarakat

advertisement
Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di RSU Kabanjahe Tahun 2014
HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSU KABANJAHE TAHUN
2014
Elvi Era Liesmayani
Dosen STIKes Helvetia Medan, Indonesia
ABSTRACT
Anemia in pregnan mothers is a health problem experienced by women all over
the world especislly in the developing countries including Indonesia. The World
Health Organization (WHO) argued that the prevalence of pregnant women
experiencing deficiency was about 35% - 75% and it has influenced almost half of
all pregnant women suffering anemia in the world in which 52% in the developing
countries and 23% in the developed countries and this condition keeps increasing
in line with the increase of gestational age. The purpose of thsis study was to find
out the relationship between anemia in pregnant mothers and the incident of the
baby with low birth weight at Kabanjahe General Hospital in 2014.The samples
for this descriptive analytical study with cross-sectional design were 69 pregnant
mothers. The data used in this study were the secondary data. The data obtained
were statistically analyzed through Chi-square test.The rersult of this study
showed that of the 69 pregnant mothers, 38 of them (55.1%) delivered the babies
with low birth weight and 31 of them (44.9%) did not deliver the babies with low
birth weight. The result of Chi-square test showed that p = 0.04 < α = 0.05
meaning that there was a relationship between pregnant mother suffering from
anemia and the incident of the baby delivered with low birth weight.The
conclusion drawn is that there is a relationship between pregnant mother
suffering from anemia and the incident of the baby delivered with low birth
weight.
Keywors
: Anemia, Low Birth Weight Babies
Bibliography : 13 (2010-2013)
PENDAHULUAN
Anemia defisiensi pada wanita hamil
merupakan problema kesehatan yang
dialami oleh wanita diseluruh dunia
terutama
dinegara
berkembang
(Indonesia).WHO melaporkan bahwa
prevalensi wanita hamil yang
mengalami defisiensi sekitar 35- 75%,
dan mempengaruhi hampir separuh
dari semua wanita hamil di dunia.
52% terdapat di negara berkembang,
sedangkan untuk negara maju 23%
serta semakin meningkat seiring
dengan bertambah usia kehamilan.
Menurut WHO 40% kematian ibu di
negara berkembang berkaitan dengan
anemia
pada
kehamilan
dan
kebanyakan anemia pada kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut, bahkan tidak jarang
keduanya saling berinteraksi (1).
Kehamilan adalah hal fisiologis yang
menjadi dambaan setiap pasangan
suami
istri
yang
baru
saja
menikah.Namun
tidak
semua
kehamilan itu berjalan dengan
lancar.Ada saja hambatan yang terjadi
pada setiap kehamilan.Anemia adalah
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 68
Elvi Era Liesmayani
salah satu faktor yang menjadi resiko
pada ibu hamil.Anemia atau yang
sering di sebut orang awam sebagai
penyakit kurang darah atau kelelahan
itu adalah merupakan suatu kondisi
medis dimana jumlah sel darah merah
atau hemoglobin kurang dari normal.
Ibu hamil yang anemia biasanya akan
merasa lemas, pusing, berkunangkunang dan tidak dapat berdiri terlalu
lama. Ibu yag anemia akan mudah
lelah dan tidak dapat melakukan
pekerjaan berat. Biasanya ibu yang
hamil dengan Anemia itu memiliki
resiko
ketika
kehamilan
dan
persalinan berupa abortus, bayi lahir
premature atau BBLR, perdarahan
dan dapat juga terjadi kematian
perinatal.
Anemia merupakan suatu kondisi
yang terjadi ketika jumlah sel darah
merah
(eritrosit)
dan
jumlah
hemoglobin yang ditemukan da lam
sel-sel darah merah menurun dibawah
normal.Sel
darah
merah
dan
hemoglobin yang terkandung di
dalamnya
diperlukan
untuk
tranportasi dan pengiriman oksigen
dari
paru-paru
keseluruh
tubuh.Anemia dapat ringan, sedang
atau berat tergantung pada sejauh
mana menghitung tingkat hemoglobin
yang menurun (2).
Anemia pada saat hamil jikaa
tidakdalampengawasan
dapat
mengakibatkan efek buruk, baik bagi
ibu maupun kepada bayi yang
dilahirkannya.
Anemia
dapat
mengurangi suplai oksigen pada
metabolisme ibu karena kekurangan
kadar hemoglobin untuk mengikat
oksigen yang dapat mengakibatkan
efek tidak langsung pada ibu dan bayi
antara
lain
kematian
bayi,
bertambahnya
kerentanan
ibu
terhadap infeksi dan anemia pada ibu
hamil
mempunyai
konstribusi
terhadap tingginya angka BBLR di
Indonesia
yang
diperkirakan
mencapai 350.000 bayi setiap
tahunnya.
Oleh
karena
itu
penanggulangan anemia menjadi satu
program
potensial
untuk
meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yang telah dilaksanakan
pemerintah
sejak
pembangunan
jangka panjang.(3)
Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mencegah terjadinya anemia pada ibu
hamil seperti perbaikan asupan gizi,
program pemberian tablet zat besi,
dan pemberian preparat besi jauh
sebelum
merencanakan
kehamilan.Akan tetapi upaya – upaya
tersebut belum memuaskan, dimana
anemia pada ibu hamil masih terjadi.
Penyebab anemia biasanya bisa
terjadi karena banyak kehilangan
darah karena perdarahan, rusaknya
sel darah merah karena penyakit
seperti malaria, dan kurang produksi
sel darah merah karena ibu kurang
mengkonsumsi makanan. Kegagalan
kenaikan berat badan ibu pada
trimester I dan II akan meningkatkan
kemungkinan lahirnya bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR). Hal
ini terjadi karena plasenta mengecil
sehingga
mengakibatkan
berkurangnya
zat-zat
makanan
kejanin.Bayi dengan berat badan lahir
rendah mempunyai resiko kematian
lebih tinggi dibanding dengan bayi
yang lahir dengan berat badan normal
(4).
Prevalensi bayi berat lahir rendah
(BBLR) diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran didunia dengan
batasan 3,3%-3,8% dan lebih sering
terjadi di Negara-negara berkembang
atau sosio-ekonomi rendah. Secara
statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR
didapatkan
dinegara
berkembang dan angka kematiannya
35 kali lebih tinggi dibandingkan
pada bayi dengan berat lahir lebih
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 69
Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di RSU Kabanjahe Tahun 2014
dari 2500 gr. Secara nasional
berdasarkan analisa lanjut SDKI,
angka BBLR sekitar 7,5% (5).
Dalam pernyataan yang diterbitkan di
laman resmi WHO itu dijelaskan, untuk
mencapai target MDGs penurunan
angka kematian ibu antara 1990 dan
2015 seharusnya 5,5 persen per tahun.
Namun data WHO, UNICEF, UNFPA
dan Bank Dunia menunjukkan angka
kematian ibu dengan komplikasi
anemia hingga saat ini masih kurang
dari satu persen per tahun, sebanyak 99
persen kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di
negara-negara berkembang.
Rasio
kematian ibu di negara-negara
berkembang merupakan yang tertinggi
dengan 450 kematian ibu per 100 ribu
kelahiran bayi hidup jika dibandingkan
dengan rasio kematian ibu di sembilan
negara maju dan 51 negara
persemakmuran
terlebih
lagi,
rendahnya penurunan angka kematian
ibu global tersebut merupakan
cerminan belum adanya penurunan
angka kematian ibu secara bermakna di
negara-negara yang angka kematian
ibunya rendah. Hanya Asia Timur yang
penurunannya telah mendekati target
yakni 4,2 persen per tahun serta Afrika
Utara, Asia Tenggara. Di Sumatera
Utara, data tahun 2008 menunjukkan
jumlah Angka Kematian Ibu yaitu
113,96/100000
kelahiran
hidup.
Sedangkan tahun 2009, tercatat jumlah
AKI 100,04/100000 kelahiran hidup.
Target AKI 2014 RPJMN adalah
114/100.000KH dan target MDG’s
AKI Tahun 2015 102/100.000KH.
Tingginya angka kematian ibu (AKI ),
serta penurunannya yang relatif lambat
menandakan bahwa derajat kesehatan
ibu masih belum seperti yang
diharapkan. Kematian banyak terjadi
pada kasus rujukan kebidanan yang
terlantar atau terlambat dirujuk
kekomplikasi abortus dan penanganan
abortus yang tidak aman. Kejadian
komplikasi kehamilan dan persalinan
masih sering dijumpai, antara lain umur
ibu yang terlalu muda atau terlalu tua,
paritas tinggi dan jarak antara
kehamilan dan persalinan yang terlalu
dekat (kurang dari 2 tahun). Selain itu
ternyata 63,5% ibu hamil menderita
anemia. Tingkat pendidikan ibu, tingkat
sosial ekonomi serta faktor budaya juga
mempengaruhi tingginya kematian ibu
(6).
Berdasarkan hasil survei awal data
Medical Record RSU Kabanjahe pada
tahun 2014, didapati kasus anemia
dengan kelahiran BBLR pada tahun
2011 sebanyak 33 orang, pada tahun
2012 sebanyak 39 orang dan pada
tahun 2013 sebanyak 40 orang. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk
meneliti
tentang
ibu
hamil
dengananemia
yang
melahirkan
dengan BBLR di rumah sakit tersebut
karena makin meningkatnya angka
BBLR selama 3 tahun belakangan ini.
Pemantauan kesehatan dan status gizi
ibu hamil baik pada awal kehamilan
dan
selama
masa
kehamilan
merupakan upaya pendekatan yang
potensial dalam kaitannya dengan
peningkatan kesejahteraan ibu dan
anak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa dari data diatas apabila ibu
hamil mengalami anemia dapat
menyebabkan Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) .
RUMUSAN MASALAH
RumusanMasalah penelitian :
Apakah ada Hubungan anemia pada
ibu hamil dengan Kejadian Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSU
Kabanjahe Tahun 2014 ?
TUJUAN PENELITIAN
Tujun Umum
70
Elvi Era Liesmayani
Untuk mengetahui hubungan anemia
pada ibu hamil dengan kejadian Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
RSU Kabanjahe Tahun 2014..
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian inimenggunakan desain
deskriptif analitik dengan rancangan
crossectinal,
karena
pengukuran
variabel bebas ( anemia) dengan
variabel terikat
( Kejadian BBR)
dilakukan sekali waktu pada saat yang
bersamaan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSU
Kabanjahepada bulan Maret sampai
dengan September 2014.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil dengan anemia
yang memeriksakan kehamilannya
dan melahirkan di RSU Kabanjahe
dari bulan Maret sampai bulan
Agustus 2014 berdasarkan catatan
medical record yang ada,
yaitu
sebanyak 69 orang ibu hamil dengan
anemia.
Sampel
Peneliti mengambil
sampel dan
seluruh jumlah populasi (total
populasi), yaitu 69 orang ibu hamil
dengan anemia.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data
sekunder, yaitu data yang diambil
berdasarkan pencatatan pada Medical
Record di RSU Kabanjahe tahun
2014.
Metode Analisis Data
Analisis univariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik
setiap
variabel
penelitian.
Analisis bivariat untuk mengetahui
hubungan antara variable penelitian
dengan uji statistik chi square pada
batas kemaknaan 95%.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Dapat diketahui bahwa dari 69 ibu
hamil yang mengalami anemia,
distribusi frekuensi
yang anemia
sedang sebanyak 28 orang (40,6%),
dengan anemia berat sebanyak 27
orang (39,1%) dan dengan anemia
ringan sebanyak 14 orang (20,3%).
Sedangkan dari 69 bayi yang lahir di
RSU kabanjahe, dapat diketahui
distribusi frekuensi dengan BBLR
sebanyak 38 bayi (55,1%),dan bayi
yang tidak mengalami BBLR sebesar
31 bayi (44,9%).
Analisis Bivariat
Hasil tabulasi silang bahwa antara
BBLR dan tidak BBLR dari 69 ibu
hamil penderita anemia didapati
sebanyak 38 orang (55,1%) yang
melahirkan BBLR dan yang tidak
melahirkan BBLR sebanyak 31 orang
(44,9%). Hasil uji statistik chi square
pada tingkat kepercayaan 0,05
diperoleh nilai p = 0,039< 0,05 maka
ada hubungan anemia dengan
kejadian bayi berat badan lahir rendah
(BBLR) dengan perbedaan 10,2% di
RSU Kabanjahe Tahun 2014.
Tabel 1 Tabulasi Silang Ibu Hamil
Penderita Anemia Dengan
Kejadian Bayi BBLR dan
Tidak
BBLR
di
RSU
Kabanjahe Tahun 2014
Kejadian
bayi BBLR
No Penderita
anemia BBLR
1.
2.
3.
Anemia
Ringan
Anemia
Sedang
Anemia
Berat
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Jumlah
f
Tidak
BBLR
% f %
6
8,7 8 11,6 14 20,3
F
Nilai
p
%
12 17,4 16 23,2 28 40,6
20 29,0 7 10,1 27 39,1
Page 71
0,03
9
Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di RSU Kabanjahe Tahun 2014
Total
38 55,1 31 44,9 69 100,0
PEMBAHASAN
Prevalensi Ibu Hamil Anemia
Pada umumnya ibu hamil yang
berkunjung ke RSU Kabanjahe
cenderung mengalami anemia, dari 69
orang ibu hamil sebanyak 14 orang
denagn anemia ringan (20,3%), dan
ibu hamil anemia sedang sebanyak 28
orang (40,6%) sedangkan ibu hamil
anemia berat sebanyak 27 orang
(39,1%). Menurut peneliti bahwa ibu
hamil penderita anemia masih tinggi.
Walaupun anemia dalam kehamilan
merupakan fisiologis, namun perlu
dicegah dengan pemberian tablet zat
besi selama masa kehamilan, agar ibu
hamil tidak mengalami anemia berat
dan bayi yang dilahirkan tidak
mengalami
BBLR.
Selain itu
perlunya peningkatan kesadaran dan
pengetahuan wanita usia subur dalam
pencegahan
anemia
dengan
melakukan pola hidup yang baik.
Prevalensi Berat Badan Lahir
Rendah
Diketahui bahwa bayi yang dilahirkan
dari 69 orang ibu hamil denagna
anemia , yang mengalami BBLR
sebanyak 38 bayi (55,1%) dan yang
tidak mengalami BBLR sebanyak 31
bayi (44,9%). Bayi berat lahir rendah
adalah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500
gram. Ibu penderita anemia saat
kehamilan berpengaruh terhadap janin
sehingga
keadaan
anemia
mengganggu
pertumbuhan
dan
perkembangan
janin
dalam
rahim.(22). Menurut peneliti bahwa
BBLR
sangat
rentan
untuk
mengalami
komplikasi
dan
meningkatkan angka kematian pada
bayi. Maka dari itu dianjurkan kepada
ibu hamil agar mengkonsumsi
makanan yang bergizi dengan menu
seimbang dan banyak mengandung
zat besi serta asam folat
Hubungan
Anemia
dengan
kejadian BBLR
Hasil penelitian pada tabulasi silang
menunjukkan bahwa anemia berat
pada ibu hamil paling banyak
menyebabkan kejadian BBLR, yaitu
sebanyak 20 orang (29%) dan yang
tidak melahirkan BBLR sebanyak 7
orang (10,1%). Dan untuk ibu hamil
dengan anemia sedang menyebabkan
kejadian BBLR lebih kecil, yaitu
sebanyak 12 orang (17,4%) dan tidak
menyebabkan BBLR sebanyak 16
orang (23,2%). Namun ternyata ibu
hamil dengan anemia ringan juga
dapat menyebabkan kejadian BBLR,
yaitu sebanyak 6 orang (8,7%) dan
yang tidak BBLR sebanyak 8 orang (
11,%). Diketahui dalam tabel 1
bahwa P Value yang diperoleh adalah
0,039, nilai ini menunjukkan bahwa
P Value 0,039 (< alpha0,05). Hasil
penelitian
ini
lebih
kecil
dibandingkan jumlah kejadian BBLR
pada ibu dengan anemia yang
dilakukan pada penelitian Masrifah,
bahwa ibu hamil yang menderita
anemia melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) sebesar
41,7% (8).
Volume plasma maternal meningkat
secara bertahap sebanyak 50% atau
sekitar 1200 ml pada saat cukup
bulan. Peningkatan SDM (sel darah
merah) total adalah 25% atau kirakira 300 ml. Hemodilusi relatif ini
menyebabkan penurunan konsentrasi
Hb yang mencapai titik terendah pada
trimester kedua kehamilan dan
meningkat kembali pada trimester
ketiga. Perubahan ini bukanlah
perubahan patologis tetapi merupakan
perubahan fisiologis kehamilan yang
diperlukan untuk perkembangan
janin. Pada saat ibu dengan
72
Elvi Era Liesmayani
konsentrasi hemoglobinnya sangat
rendah atau sangat tinggi akan
meningkatkan insiden BBLR dan
kelahiran prematur. Karena kadar Hb
yang rendah akan mempengaruhi
kemampuan sistem maternal untuk
memindahkan oksigen dan nutrisi
yang cukup ke janin. Sedangkan
kadar Hb yang tinggi dianggap
mencerminkan ekspansi volume
plasma yang buruk seperti pada
kondisi patologis, misalnya preeklamsia (2).
Anemia pada saat hamil dapat
mengakibatkan efek buruk baik pada
ibu maupun kepada bayi yang
dilahirkannya.
Anemia
dapat
mengurangi suplay oksigen pada
metabolisme ibu karena kekurangan
kadar hemoglobin untuk mengikat
oksigen yang dapat mengakibatkan
efek tidak langsung pada ibu dan bayi
antara
lain
kematian
bayi,
bertambahnya
kerentanan
ibu
terhadap infeksi dan kemungkinan
bayi lahir prematur.
Pada anemia ringan mengakibatkan
terjadinya kelahiran prematur dan
BBLR.Sedangkan pada anemia berat
selama
masa
hamil
dapat
mengakibatkan resiko morbiditas dan
mortalitas pada ibu maupun bayi yang
dilahirkan.Selain itu anemia juga
dapat
mengakibatkan
hambatan
tumbuh kembang janin dalam rahim,
ketuban pecah dini (KPD).
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa
resiko, menurut penelitian tingginya
angka kematian ibu berkaitan dengan
anemia.Anemia juga menyebabkan
rendahnya
kemampuan
jasmani
karena sel-sel tubuh tidak cukup
mendapat pasokan oksigen.Pada
wanita hamil, anemia meningkatkan
frekuensi komplikasi pada kehamilan
dan
persalinan.Resiko
kematian
maternal, angka prematuritas, bayi
berat badan lahir rendah, dan angka
kematian
perinatal
meningkat.
Perdrahan antepartum juga sering
dijumpai pada wanita yang anemis
dan lebih sering berakibat fatal, sebab
wanita yang anemis tidak dapat
mentolerir kehilangan darah (13).
Pengaruh anemia saat kehamilan
dapat mengakibatkan
keletihan, sakit kepala, sesak nafas,
nyeri dada, takikardia, penurunan
daya tahan terhadap infeksi, gangguan
fungsi otot, peningkatan kehilangan
darah selama persalinan, toleransi
yang rendah terhadap kehilangan
darah,
abortus,
persalianan
prematuritas,
hambatan
tumbuh
kembang janin dalam rahim, mudah
terjadi
infeksi,
hiperemesis
gravidarum, perdarahan antepartum,
ketuban pecah dini (KPD), dll.
Bahaya terhadap janin sekalipun
tampaknya janin mampu menyerap
berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi
dengan anemia akan mengurangi
kemampuan
metabolisme
tubuh
sehingga mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan janin dalam rahim
sampai pada kemampuan kognitif
yang buruk (7).
Pendapat peneliti berdasarkan hasil
penelitian di RSU Kabanjahe, bahwa
anemia dalam kehamilan dapat
mempengaruhi kesejahteraan ibu,
baik dalam kehamilan, persalinan
maupun dalam masa nifas terutama
juga pada bayi yang ajkan dilahirkan,
diantaranya dapat mengalami BBLR
dan beresiko komplikasi yang serius.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian,
bahwa ditemukan ada hubungan
antara BBLR dengan ibu hamil
penderita anemia.
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang
Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil
Dengan Kejadian Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Di RSU
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 73
Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di RSU Kabanjahe Tahun 2014
Kabanjahe Tahun 2014, maka dapat
diambil simpulan sebagai berikut :
Distribusi frekuensi ibu hamil anemia
terbanyak dengan anemia sedang
sebanyak 28 orang (40,6%). Hal ini
disebabkan
oleh
kurangnya
pemenuhan gizi seimbang dalam
kehamilan dan tidak teraturnya ibu
memeriksakan kehamilannya serta
mengkonsumsi tablet zat besi. Masih
dijumpainya berat badan lahir bayi
rendah di RSU Kabanjahe dengan
prevalensi sebanyak 38 bayi (55,1%).
Ada hubungan anemia dengan
kejadian bayi berat badan lahir rendah
di RSU Kabanjahe Tahun 2014 (P
0,04< α 0,05).
Saran
Tenaga kesehatan
di RSU
Kabanjahe, khususnya bidan, untuk
melakukan konseling dan peendidikan
kesehatan kepada ibu hamil yang
datang memeriksakan kehamilannya,
diantaranya
tentang pentingnya
pemeriksaan
kehamilan
sebagai
deteksi dini ibu hamil resiko tinggi
dalam rangka mencegah kelahiran
bayi BBLR.
Ibu hamil, diharapkan untuk lebih
memperhatikan setiap perubahan pada
kehamilannya, aail perubahan fisik
maupun psikologisnya, dan mau
memeriksakan kehamilannya ke
tenaga kesehatan sebagai upaya
memantau kesehatan janin, seperti
kontrol Anc minimal selama kehamila
4 kali, pada trimester 1 satu kali
kunjungan, trimester II satu kali
kujungan dan trimester III dua kali
kujungan, sebagaiupaya deteksi dini
tanda bahaya pada kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
WHO, Problema kesehatan yang
dialami wanita, 2012
Proverawati, Atikah, Anemia dan
Anemia Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika, 2011
Ai Yeyeh Rukiyah. Asuhan
Kebidanan Patologi 4. Trans Info
Media: Jakarta, 2013
Maryunani, A, Puspita, EAsuhan
Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal. Trans Info Media: Jakarta,
2013.
Pantiawati, Ika, Bayi Dengan
BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika,
2010.
Dr. Luh Seri Ani, Anemia
Defisiensi Besi. Jakarta: ECG, 2013.
Soleha, N., Hubungan Anemia
Dengan Kejadian BBLR di RSU.Haji
Medan.,
Akademi
Kebidanan
Helvetia: Medan, 2013.
Masrifah, H.,Hubungan
Karakteristik Ibu Hamil Dengan
Kejadian BBLR Di RSUD. Dr.
Pirngadi Medan, Universitas Prima
Indonesia: Medan, 2010.
Agustini,
Nelly,
Hubungan
Anemia Pada Ibu Hamil Dengan
Kejadian Bayi Berat Badan Lahir
Rendah(BBLR) di Badan Pengelola
Rumah Sakit Umum (BPRSU)
Rantauprapat Kabupaten Labuhan
Batu Tahun 2008 , 2009.
Prawirohardjo, Sarwono, Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Cetakan V.
Jakarta: Bina Pustaka, 2010.
Prof.Dr.Rustam Mochtar M.
Sinopsis Obstetri. Jakarta: ECG;
2010.
Rukiyah, A & Lia Yulianti,
Asuhan Kebidanan 4 (Patologi).
Jakarta: CV. Trans Info Media, 2010.
Tarwoto & Wasnidar, 2010.
Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil.
Jakarta: Trans Info Medica
74
Elvi Era Liesmayani
Proverawati,
A,
Cahyo
Ismawati,. BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah). Yogyakarta: Nuha Medica,
2010
Wylie,L, & Helen Bryce,
Manajemen Kebidanan Gangguan
Medis Kehamilan Dan Persalinan.
Alih bahasa: Monica Ester &
Anastasia Onny Tampubolon, Jakarta:
EGC, 2010.
Sunita almatsier. Prinsip Dasar
Ilmu Gizi. Jakarta Gramedia Pustaka
Utama, 2009.
Notoatmodjo, S. Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010.
Arikunto, S., Prosedur Penelitian.
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.
Muhammad,
Iman,.Panduan
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
Bidang Kesehatan. Bandung: Cipta
Pustaka Media Perintis, 2011.
Profil Kesehatan Rumah Sakit
Umum Kabanjahe, 2014
Maryanti
D.
Buku
Ajar
Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta
Timur: Trans Info Media 2011.
Jurnal Kebidanan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Page 75
Download