strategi-bisnis-2

advertisement
Strategi Bisnis Rasulullah
1
Strategi Bisnis : Pengembangan Sumberdaya
Manusia
M. Suyanto
Strategi pengembangan sumberdaya manusia yang dilakukan
Nabi Muhammad s.a.w. meliputi merencanakan dan menarik
sumberdaya manusia yang berkualitas, mengembangkan sumberdaya
manusia agar berkualitas, menilai kinerja sumberdaya manusia,
memberikan motivasi dan memelihara sumberdaya manusia yang
berkualitas.
1. Perencanaan Sumberdaya Manusia
Perencanaan sumberdaya manusia yang dilakukan Nabi
Muhammad s.a.w. mengacu pada Al Qur’an untuk menjadikan orang
berlaku adil, berbuat kebajikan, memberi bantuan, melarang
kemungkaran, kekejian dan permusuhan seperti disebutkan dalam
surat An Nahl ayat : 90 : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat
dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajara. Berbuat kebajikan dijelaskan dalam surat Ali
Imran ayat 133-134:Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi
yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orangorang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun
sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.
Nabi Muhammad s.a.w. menganjurkan kepada manusia untuk
menjadi rahmat bagi manusia lainnya dengan budi pekerti yang
luhur, karena merupakan anjuran Allah, seperti disebutkan Al
Qur’an surat Al Anbiyaa’ ayat 107: Dan tiadalah Kami mengutus
kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Rahmat Allah dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 159: Maka
disebabkan dari rahmat Allah-lah kamu (Muhammad) berlaku lemah
Strategi Bisnis Rasulullah
2
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena
itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal
kepada-Nya. Firman Allah tersebut turun pada saat perang Uhud.
Budi pekerti yang luhur merupakan manusia yang diidamidamkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. dan Beliau dipuji oleh Allah
dalam surat Qalam ayat 4 : Dan sesungguhnya kamu (Muhammad)
benar-benar berbudi pekerti yang agung. Rasulullah s.a.w. bersabda
: Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan budi pekerti
(Ahmad, Hakim dan Baihaqi).
Bukit Uhud
Selain beribadah dan berbuat kebajikan, manusia diminta untuk
berlaku sabar dan rendah hati. Al Qur’an surat Luqman ayat 17-19 :
Strategi Bisnis Rasulullah
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhla (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai.
2. Penarikan Sumberdaya Yang Berkualitas
Penariakan sumberdaya manusia merupakan pencarian
sejumlah calon karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah
tertentu sehingga dari mereka dapat menyeleksi orang yang paling
tepat
untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada dan
menyesuaikan seseorang dengan jabatan yang akan dipegangnya,
berdasarkan pada kebutuhan jabatan dan pengetahuan, ketrampilan,
kemampuan, preferensi dan kepribadian karyawan tersebut. Kriteria
sumberdaya manusia yang dibutuhkan adalah yang kuat dan dapat
dipercaya. Al Qashash ayat 26 : Salah seorang dari kedua wanita
itu berkata : Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja
(pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi
dapat dipercaya. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda
: ”Orang yang kuat itu bukanlah orang yang menang berkelahi,
tetapi orang kuat ialah yang dapat menguasai dirinya di waktu
marah” (Bukhari).
Tidak boleh meninggalkan orang mukmin. Al Qur’an surat An
Nisaa’ ayat 144 : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang
nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)? Wali jamaknya auliyaa
mempunyai pengertian teman yang akrab atau penolong atau
pelindung.
Tidak menerima orang yang meminta pekerjaan. Dari Abu
Musa r.a. katanya : ”Saya datang menghadap Nabi saw, beserta saya
3
Strategi Bisnis Rasulullah
ada dua orang laki-laki Asy’ari. Kataku, ”Aku tidak tahu bahwa
orang yang berdua itu mencari kerja.” Sabda Nabi saw, ”Kami tidak
mempekerjakan orang yang minta bekerja pada pekerjaan kami.”
(Bukhari).
Makam Imam Bukhari
3. Pengembangan sumberdaya manusia
Pengembangan sumberdaya manusia merupakan usaha yang
sengaja dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekarang dan yang
akan datang dengan meningkatkan kemampuan. Kegiatan
pengembangan untuk mempersiapkan para karyawan untuk
kemajuan karir dikemudian hari, bahkan bila hal tersebut belum
diidentifikasi. Kegiatan pengembangan juga menjamin bahwa para
karyawan memenuhi syarat untuk posisi yang mereka cita-citakan.
Kedudukan tinggi bagi orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan. Dalam surat Al Mujaadilah ayat 11 : Hai orang-orang
yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ”Berlapang-lapanglah
dalam majlis”, maka Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan
apabila dikatakan :”Berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
4
Strategi Bisnis Rasulullah
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui yang kamu kerjakan.
Belajar ilmu dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Surat At
Taubah ayat 122 : Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin
itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan untuk kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Rasulullah
s.a.w. bersabda : Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari
ilmu pengetahuan, maka dengan apa yang dilakukannya itu Allah
akan menempuhkan suatu jalan untuknya guna menuju surga
(Muslim). Rasulullah s.a.w. juga bersabda : Niscaya andaikata
engkau berangkat kemudian engkau belajar satu bab dari ilmu
pengetahuan, maka hal itu adalah lebih baik daripada kamu sholat
seratus rekaat (Ibnu Abdilbarr). Rasulullah s.a.w. bersabda pula :
Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib atas setiap orang muslim
(Ibnu Abdilbarr).
Dari Abu Musa r.a.,katanya Nabi s.a.w. bersabda:
”Perumpamaan petunjuk dan ilmu pengetahuan, yang Allah
mengutus aku untuk menyampaiakannya, seperti hujan lebat jatuh ke
bumi. Bumi itu ada yang subur,menghisap air, menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Adapula
yangkeras, tidak menghisap air sehingga tergenang. Maka Allah
memberi manfaat dengan dia bagi manusia. Mereka dapat minum
dan memberi minum (binatang ternak) dan untuk bercocok tanam.
Dan adapula hujan yang jatuh ke bagian lain, yaitu di atas tanah
yang tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan
rumput. Begitulah perumpamaan orang yang belajar agama yang
maumemanfaatkan apa yang aku disuruh Allah menyampaikannya,
mempelajarinya
dan
mengajarkannya.
Dan
begitupula
perumpamaan orang yang tidak mau memikirkan dan mengambil
peduli dengan petunjuk Allah yang aku diutus untuk
menyampaikannya” (Bukhari). Meskipun demikian Rasulullah
s.a.w. berrdoa untuk berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak
bermanfaat. Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah s.a.w. pernah
berdoa, “Allahumma inni a’udzu bika min ‘ilmin laa yanfa’wa min
qalbin laa yakhsya’ wa min nafsin laa tasyba’ wa min du’aain laa
5
Strategi Bisnis Rasulullah
yusma’ (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari dari ilmu yang
tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak pernah
merasa kenyang (puas) dan doa yang tidak didengar).” (HR. AnNasa’i, hadits ini juga terdapat di dalam Muslim dan At-Tirmidzi
dari hadits Zaid bin Arqam).
Allah dan Rasul-Nya menganjurkan untuk mengenal dan
mempelajari belajar bahasa dan tulisannya. Allah berfirman dalam
surat Al Hujuraat ayat 13 : Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa
di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. Dari Zaidbin Tsabit r.a. bahwa Nabi s.a.w. menyuruhnya
supaya mempelajari tulisan Yahudi, sehingga saya menuliskan untuk
Nabi s.a.w. surat-surat beliau (untuk orang Yahudi) dan
membacakan surat-surat orang Yahudi), apabila berkirim surat
kepada beliau (Bukhari).
Salah Satu Surat Nabi
Allah mendidik Nabi mulai dari penggembala. Surat At Thaaha
ayat 54 : Makanlan dan gembalakanlah binatang-binatangmu.
6
Strategi Bisnis Rasulullah
Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal. Dari Jabir bin
Abdullah r.a.,katanya : Kami pernah memetik buah kabats bersama
Rasulullah s.a.w.. Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Ambillah buah yang
hitam, karena itulah lebih baik”.Mereka bertanya : ”Pernahkan tuan
menggembala kambing?”. Jawab beliau : ”Nabi-nabi pernah
menggembalakannya”.
Allah sampai menegur Nabi Muhammad s.a.w. untuk
memberikan pengajaran kepada orang buta, disebutkan dalam surat
’Abasa ayat 1-4 : Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
karena datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali
ia ingin membersihkan diri atau dia (ingin) mendapatkan
pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Adapun orang dirinya serba cukup maka kamu melayaninya.
Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia membersihkan diri
(beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan
bersegera (untuk mendapatkan pengajaran, sedang ia takut kepada
(Allah) maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian!)
Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan.
4. Penilaian Kinerja Sumberdaya Manusia
Penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem yang mengukur,
menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan, perilaku dan hasil yang dikerjakannya.
Manusia yang paling baik kinerjanya di sisi Allah adalah orang
yang bertakwa. Allah berfirman dalam surat Al Hujuraat ayat 13 :
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Sifat-sifat orang
bertakwa disebutkan dalam surat Al Baqarah ayat 2-4 : Kitab (Al
Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang
bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
medirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami
anugrahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada
Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab
yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yang yakin akan
adanya (kehidupan) akhirat. Al Baqarah ayat 177 : Bukanlah
7
Strategi Bisnis Rasulullah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan orang-orang
yang menepati janjinya apabila berjanji dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orangorang yang bertakwa. Ali Imran 134-135 : (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan yang memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang berbuat kebajikan.
Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon
ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak
meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui.
Al A’raaf ayat 2001 : Sesungguhnya orang-orang bertakwa bila
mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah,
maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. Adz
Dzariyaat ayat 17-19 : Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.
Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.
Nabi Muhammad s.a.w. memerintahkan juga untuk berlaku
jujur. Rasulullah s.a.w. bersabda : Pedagang yang jujur dan dapat
dipercaya termasuk golongan para nabi, orang yang benar-benar
tulus dan para syuhada (Tirmidzi, Darimi dan Daraqutni).
Rasulullah juga bersabda : Para saudagar, pada Hari Kebangkitan
akan dibangkitkan sebagai pelaku kejahatan, kecuali mereka yang
bertaqwa kepada Allah, jujur dan selalu berkata benar (Tirmidzi,
Ibnu Majah, Darimi dan Baehaqi). Dari Ma’qil r.a. katanya : Saya
akan menceritakan kepada engkau hadis yang saya dengar dari
Rasulullah s.a.w. dan saya telah mendengar beliau bersabda
”Seseorang yang telah ditugaskan Tuhan memerintah rakyat, kalau
8
Strategi Bisnis Rasulullah
dia tidak memimpin rakyat itu dengan jujur, niscaya dia tiada akan
memperoleh bau surga” (Bukhari).
Kinerja terbaik adalah berbuat sebaik-baiknya. Rasulullah
s.a.w. bersabda : ”Sebaik baik pekerjaan adalah usahanya seorang
pekerja apabila ia berbuat sebaik-baiknya.”(Ahmad).
5. Kompensasi
Sistem kompensasi terdiri dari kompensasi finansial dan
kompensasi nonfinansial. Kompensasi moneter melibatkan penilaian
kontribusi karyawan guna membagikan kompensasi langsung dan
kompensasi tidak langsung secara wajar dan adil.
Kompensasi finansial mempunyai tujuan untuk menarik pelamar
kerja yang potensial, mempertahankan karyawan yang berkualitas,
meraih keunggulan kompetitif, meningkatkan produktivitas,
memudahkan sasaran strategis, menentukan dan mengokohkan
struktur organisasi dan melakukan pembayaran sesuai aturan hukum.
Kompensasi finansial terdiri dari kompensasi langsung dan
kompensasi tidak langsung.
Kompensasi terbaik adalah dari Tuhan. Surat Al Mukminun ayat
72 : Atau kamu meminta upah kepada mereka? Maka upah dari
Tuhanmu adalah lebih baik dan Dia adalah Pemberi rezki Yang
Paling Baik.
Kompensasi langsung hendaknya dibayarkan secepatnya. Dari
Ibnu Umar r.a., ia berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : “Berikanlah
upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering” (Ibnu Majah).
Tingkat upah yang diterima Muhammad. ”Khatijah, setujukah
engkau mengupah Muhammad?” tanya Abu Thalib. ”Aku
mendengar engkau mengupah orang dengan dua ekor anak unta.
Tapi buat Muhammad aku tidak setuju kurang dari empat ekor”.
”Kalau permintaan itu buat orang jauh dan tidak kusukai, akan
kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai” jawab
Khatijah. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw, sabdanya : ”Allah
tidak mengutus seorang Nabi, melainkan orang itu gembala
kambing.”Para sahabat bertanya : ”Dan anda sendiri bagaimana ?”
9
Strategi Bisnis Rasulullah
Jawab Nabi, ”Ya, aku pernah gembala kambing orang Mekah
dengan (upah) beberapa qirath.” (Bukhari).
Upah yang dibayarkan kepada pekerja yang diberikan Rasulullah
s.a.w.. Dari ’Aisyah, isteri Nabi saw, katanya : ”Rasulullah s.a.w.,
dan Abu Bakar mengupah seorang laki-laki yang pintar sebagai
penunjuk jalan. Laki-laki itu berasal dari Bani Dil, termasuk Kafir
Quraisy. Beliau berdua menyerahkan kendaraannya kepada laki-laki
itu (sebagai upah), dan keduanya berjanji kepadanya akan bermalam
di guna Tsaur selama tiga malam. Pada pagi hari yang ketiga,
keduanya menerima kendaraannya.” (Bukhari).
Abdullah bin Sa’di menceritakan bahwa dia datang kepada Umar di
masa pemerintahannya, lalu Umar bertanya kepadanya :”Benarkah
apa yang diceritakan orang kepada saya, bahwa engkau mengepalai
beberapa urusan orang banyak, tetapi apabila diberikan kepada
engkau pembayaran (gaji), engkau menolak?”. Saya menjawab :
”Benar begitu”. Kata Umar : ”Apa maksud engkau dengan
penolakan itu?”. Saya menjawab : ”Bahwa saya ada mempunyai
beberapa ekor kuda dan beberapa hamba sahaya, sedang saya dalam
keadaan serba cukup. Saya bermaksud hendak menjadikan gaji itu
sedekah kepada kaum Muslimin”. Kata Umar : ”Jangan engkau
berbuat begitu. Saya pernah menghendaki seperti yang engkau
kehendaki, tetapi Rasulullah s.a.w. memberikan kepada saya
pemberian, lalu saya mengatakan: ”Berikanlah itu kepada orang
yang lebih memerlukan dari saya !”. Sampai pada satu kali Nabi
memberikan uang kepada saya, sedang saya tetap mengatakan:
”Berikanlah itu kepada orang yang lebih memerlukan dari saya !”.
Lalu Nabi s.a.w. bersabda : ”Ambillah itu dan punyailah dan
kemudian boleh engkau sedekahkan. Mana yang diberikan kepada
engkau dari harta itu (bayaran jabatan), sedang engkau tidak
mengharapkan dan tidak meminta, hendaklah engkau ambil!. Dan
kalau tidak ada jangan engkau perturutkan keinginanmu (untuk
memperoleh)” (Bukhari).
Dari Abu Sa’id r.a., katanya : “Beberapa orang sahabat
bepergian, sehingga mereka berhenti pada suatu kampung diantara
kampung-kampung Arab. Para sahabat itu minta supaya mereka
dijamu, tetapi orang kampung enggan menjamu mereka.
Sementara itu, kepala kampung itu digigit binatang berbisa, dan
telah mereka uasahakan segala-galanya untuk mengobatinya, tetapi
10
Strategi Bisnis Rasulullah
tidak satupun yang bermanfaat baginya. Seorang di antara mereka
berkata “Pergilah kamu kepada para sahabat yang berhenti itu,
mudah-mudahan ada diantara mereka yang dapat menolong.” Lalu
mereka pergi menemui para sahabat, kata mereka, “Wahai, orang
banyak ! Kepala kampung kami digigit bintang berbisa. Telah
kami uasahakan segala sesuatu untuk mengobatinya, tetapi tidak
ada yang memberi manfaat baginya. Adakah di antara anda yang
dapat menolong ?” Seorang di antara mereka menjawab, ”Ya, demi
Allah ! Sesungguhnya aku bisa mengobatinya. Tetapi demi Allah !
Kami telah meminta kepada kalian supaya kami dijamu. Tetapi
kalian tidak mau menjamu kami. Aku tidak akan mengobatinya
sebelum kalian menentukan berapa upah kami. Akhirnya mereka
berdamai dan berjanji akan menyerahkan sekumpulan kambing.
Maka pergilah sahabat itu mengobatinya. Ia menyebut si sakit dan
membaca : Alhamdulillah rabbil ’alamin (Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam). Maka bagaikan tali yang diuraikan
simpulnya, si sakit itu langsung berjalan dan sakitnya pun hilang.
Katanya : ”Bayarlah secukupnya upah mereka yang telah
dijanjikan tadi.” Di antara mereka yang menerima upah berkata,
Bagi-bagilah upah itu !” Kata yang membaca mentera. ”Jangan
kalian lakukan itu, sebelum kita datang kepada Nabi s.a.w.
menceritakan hal ini serta menunggu keputusan dari beliau.”
Mereka pun pergi menghadap Rasulullah saw., lalu mereka
ceritakan hal itu kepada beliau. Sabda beliau, ”Apakah sebabnya
kamu mengatakan bahwa ucapan itu mantera ?” Kemudian beliau
bersabda lagi, ”Sesungguhnya kalian telah betul. Bagi– bagilah
upahmu, dan beri aku sebagian.” Kemudian Rasulullah saw,
tertawa (Bukhari).
Tidak mau mengupah pekerja dimusuhi Rasulullah s.a.w. di
hari kiamat. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw, sebdanya :
”Allah berfirman : Ada tiga macam, Aku menjadi musuh mereka
pada hari kiamat. 1. Orang yang memberi karena-Ku, kemudian
tidak diakuinya, dan 2. Orang yang menjual orang yang merdeka,
kemudian dimakannya uang harganya, dan 3. Orang yang
mengupah kepada pekerja lalu disuruh sempurnakannya kerja itu
dan tidak dibayarnya upah pekerja itu.” (Bukhari).
Sedangkan kompensasi nonfinansial mencakup imbalan dari
Allah dan dari manusia. Imbalan dari manusia berupa imbalan karir
11
Strategi Bisnis Rasulullah
dan sosial yang seringkali sangat dihargai oleh karyawan. Imbalan
karir meliputi rasa aman, pengembangan diri, fleksibilitas karir dan
peluang karir. Imbalan sosial meliputi simbol status, pujian dan
pengakuan, kenyamanan tugas dan persahabatan.
Upah dari Allah untuk kaum Muslimin dilebihkan
dibandingkan kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Dari Abu Musa r.a.
dari Nabi saw, sabdanya: ”Perbandingan orang Yahudi dan Nasrani
dengan Kaum Muslimin seumpama orang yang mengupah satu
kaum. Mereka bekerja untuk orang itu satu hari penuh sampai
malam dengan upah tertentu. Tetapi setelah mereka bekerja setelah
hari, mereka berkata : Kami tidak butuh upah yang telah Anda
janjikan untuk kami. Dan apa yang telah Kami kerjakan, semuanya
batal. Kata si pengupah kepada mereka, ”Janganlah kamu berbuat
begitu. Selesaikanlah sisa pekerjaanmu dan ambillah upahmu
secukupnya.” Mereka menolak, dan meninggalkan pekerjaan
mereka. Kemudian, si pengupah mengupah dua orang upahan
sesudah mereka, dan berkata kepada keduanya, ”Sempurnakanlah
sisa harimu ini, untukmu upah yang telah saya janjikan kepada
mereka.” Mereka pun bekerjalah. Setelah tiba waktu Ashar,
keduanya berkata, ”Apa yang telah kami kerjakan batal. Untuk
Andalah upah yang telah Anda janjikan kepada kami.” Kata si
pengupah,
”Sempurnakanlah
sisa
pekerjaanmu,
karena
sesungguhnya sisa yang tinggal itu hanya sedikit saja. Tetapi
keduanya menolak. Maka si pengupah mengupah satu kaum untuk
mengerjakan sisa hari mereka. Lalu bekerjalah mereka hingga
menerima terbenam. Sesudah itu mereka menerima upah mereka,
meliputi upah kedua golongan yang telah mendahului mereka tadi.
Begitulah perumpamaan mereka, dan hasil yang mereka terima dari
cahaya (petunjuk) ini.” (Bukhari).
Upah dari Allah yang dapat menyelamatkan musibah. Dari
Abdullah bin Umar r.a, katanya dia mendengar Rasulullah saw,
bersabda : ”Telah pergi tiga golongan dari orang-orang yang
sebelum kamu sehingga mereka bertemu dengan sebuah gua tempat
bermalam, lalu mereka masuk ke dalamnya. Tiba-tiba sebuah batu
besar jatuh dari gunung, lantas menutup pintu gua sehingga mereka
terkurung di dalamnya. Kata mereka, ”Tidak ada yang dapat
melepaskan kalian dari bencana batu ini, melainkan apabila kamu
mendo’a kepada Allah dengan amal salehmu.” Maka mendo’alah
12
Strategi Bisnis Rasulullah
seorang di antara mereka, ”Wahai, Allah ! Aku mempunyai ibubapak yang sudah tua. Biasanya aku tidak mau memberi minum
keluarga dan hamba sahayaku sebelum keduanya selesai minum.
Pada suatu hari aku pergi mencari sesuatu, sedangkan aku lama
baru kembali kepada keduanya sehingga mereka tertidur. Aku
memeras susu untuk mereka, tetapi kudapati kedunya masih tidur.
Dan aku tidak mau memberikan minuman itu kepada keluarga dan
sahayaku, sebelum kedua orang tuaku itu minum lebih dahulu. Aku
diam menunggu beliau berdua bangun dari tidurnya, sedangkan
gelas tetap berada ditanganku hingga keduanya bangun ketika fajar
telah menyingsing. Setelah mereka bangun, lalu kuberi mereka
minum dengan minuman yang telah kusediakan itu. Wahai, Allah !
Jika aku berbuat demikian betul-betul karena mencari ridha Engkau,
maka bukakanlah bagi kami batu ini dimana kami terkurung di
dalam gua ini karenanya.” Maka bergeserlah batu itu sedikit, tetapi
mereka masih belum dapat keluar. Nabi saw. menceritakan bahwa
yang lain mendo’a pula. Katanya “Wahai, Allah ! Ada seorang
gadis yang sangat kucintai, ialah anak pamanku sendiri. Pada suatu
ketika aku mengingini dirinya, tetapi ia menolak permintaanku.
Setelah berlalu setahun lamanya, yaitu ketika menghadapi musim
kemarau, ia datang kepadaku dan aku memberikan kepadanya
seratus dua puluh dinar, supaya ia mau lari denganku permintaanku
ini diturutinya. Tetapi ketika aku telah sanggup hendak
menguasainya, ia berkata kepadaku. Tidak aku bolehkan engkau
merusak kesucianku, melainkan dengan cara yang benar (hak).
Karena itu aku merasa keberatan melakukan pekerjaan itu lalu aku
pergi daripadanya, sedangkan dia seorang gadis yang sangat
kucintai. Emas yang telah kuberikan kepadanya kutinggalkan
semuanya. Wahai. Allah ! Kalaulah perbuatanku itu telah sesuai
dengan kesedihan Engkau, bukakanlah batu ini bagi kami.” Maka
bergeser pulalah batu itu sedikit, tetapi mereka masih belum dapat
keluar dari gua itu. Kata Nabi saw, orang ketiga pun mendo’a pula.
Katanya : “Wahai, Allah ! Aku mengupah beberapa orang pekerja
dan telah kubayar lunas upah mereka, kecuali hanya seorang,
karena ia pergi dan upahnya tinggal. Maka kutanam upahnya itu
sehingga banyak membuahkan harta benda. Kemudian ia datang
kepadaku!” Aku katakan kepadanya, “Semua yang engkau lihat ini
adalah upahmu. Unta, lembu, kambing dan biri-biri serta sahaya.”
13
Strategi Bisnis Rasulullah
Katanya, “Wahai, Hamba Allah ! Janganlah engkau meperolokolokkanku.” Jawabku, “Sungguh ! Aku tidak memperolokolokkanmu.” Maka diambilnya hartanya itu semuanya tanpa satu
pun yang ketinggalan. Wahai, Allah ! Kalaulah yang demikian itu
saya perbuat semata-mata karena menuntut keredhaan-Mu,
bukakanlah pintu gua ini bagi kami terkurung disini.” Maka
bergeserlah batu itu sehingga mereka dapat keluar dari gua itu
(Bukhari).
6. Pemeliharaan SDM
Pemeliharaan sumberdaya manusia meliputi hubungan antar
manusia, keselamatan dan kesehatan kerja. Hubungan antar manusia
tersebut antara lain saling mencintai, memberi salam, menjaga
kehormatan, menghormati kepada yang lebih tua dan rendah hati,
wajah yang berseri, memberi pertolongan, bercermin pada diri
sendiri, mendamaikan yang berselisih, menutup cela orang lain,
dekat dengan orang kecil, suka memberi rasa gembira, suka
menjenguk orang sakit, tidak menyakiti, dan tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan. Keselamatan dan kesehatan kerja
menunjuk kepada kondisi fisiologis-fisik dan psikologis tenaga kerja
yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan.
Dalam Al Qur’an surat An Nisaa’ ayat 86 : Dan apabila kamu
semua diberi penghormatan dengan suatu kehormatannya, maka
balaslah kehormatan yang diberikannya itu dengan yang lebih baik
atau jawablah sebagaimana adanya penghormatan tadi. Demikian
pula Rasulullah s.a.w. bersabda : Demi Dzat yang jiwaku dalam
kekuasaanNya, tidaklah kamu semua masuk surga sehingga kamu
semua beriman dan tidaklah kamu semua dinamakan beriman
sehingga kamu semua saling cinta dan mencintai. Bukankah kamu
semua suka jikalau saya tunjukkan suatu amalan yang apabila kamu
semua lakukan, maka sudah berarti cinta-mencintai?. Para sahabat
menjawab : Ya, suka Rasulullah. Beliau bersabda lagi : Siar-siarkan
salam di antara kamu semua (Muslim). Dari Abu Musa r.a. Nabi
bersabda : ”Orang yang beriman dengan orang yang beriman yang
lain adalah seperti rumah, bagian yang satu menguatkan bagian
14
Strategi Bisnis Rasulullah
yang lain.” Dan sebagai perumpamaan beliau mempersilangkan
anak-anak jari beliau (Bukhari).
Rasulullah s.a.w. menganjurkan untuk menjaga kehormatan
kepada yang lebih tua dan memberikan kasih sayang dengan yang
lebih muda serta tidak merusak nama baik orang lain serta berlaku
rendah hati. Rasulullah s.a.w. bersabda : Tidaklah termasuk dalam
golongan kita orang yang tidak menghormati yang tua-tua dan tidak
mengasihi yang muda-muda (kecil-kecil) (Bukhari, Thabrani dan
Abu Dawud). Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah bersabda :”Siapa
yang merusak nama baik atau harta benda orang lain, maka
mintalah maaflah kepadanya sekarang ini, sebelum datang hari di
mana mata uang tidak laku lagi. Kalau ia mempunyai amala baik,
sebagian dari amal baiknya itu akan diambil, sesuai dengan kadar
aniaya yang telah dilakukannya. Kalau ia tidak mempunyai amal
baik, maka dosa orang lain itu diambil dan ditambahkan
kepadanya” (Bukhari).
Rasulullah s.a.w. juga bersabda :
”Sesungguhnya Allah mewahyukan supaya kamu semua itu rendah
hati, sehingga tidak ada seorangpun yang merasa lebih tinggi
(bangga) di atas lainnya” (Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Dalam berhubungan dengan orang lain, Rasulullah
s.a.w.bersabda : ”Adakah kamu semua mengetahui orang yang
haram dimasukkan dalam neraka?” Para sahabat menjawab :
”Allah dan RasulNya sajalah yang lebih mengetahui”. Beliau s.a.w.
lalu bersabda : ”Yaitu orang yang lemah lembut, mudah dalam
segala hal, ringan tenaga dan suka mendekat kepada siapapun
(Tirmidzi). Demikian pula Rasulullah s.a.w. bersabda :
“Sesungguhnya Allah menciptakan anak Adam dengan delapan
sifat. Empat sifat untuk ahli Surga, yaitu wajah yang manis, lisan
yang fasih, hati yang suci dan tangan yang memberi bantuan, dan
empat sifat untuk ahli Neraka, mereka yang berwajah muram,
ucapan yang keji, hati yang keras, tangan yang tidak mau
membantu”.
Bercermin pada diri sendiri merupakan senjata yang ampuh
untuk berbuat kepada orang lain. Rasulullah s.a.w.bersabda : ”Hai
Abu Darda, berlaku baiklah dalam mendapingi orang yang
mendapingimu. Dengan begitu engkau disebut orang mukmin.
Cintailah untuk semua orang apa yang sekiranya engkau cintai
15
Strategi Bisnis Rasulullah
untuk dirimu sendiri. Dengan begitu engkau disebut seorang
muslim” (Khara’ithi).
Mendamaikan dua orang atau dua kelompok golongan yang
berkonflik sangat dianjurkan. Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Seutamautama sedekah adalah mendamaikan orang yang berselisih
(Thabrani). Demikian pula diboleh untuk menyampaikan yang baik
demi kedamaian. Rasulullah s.a.w. bersabda : Bukan termasuk
pendusta seorang yang mendamaikan antara dua orang yang
berselisih, lalu menyampaikan yang baik (pada salah satu di antara
keduanya sekalipun bukan sesungguhnya) (Bukhari dan Muslim).
Menutup cela orang lain dan tidak menyampaikan kepada orang
lain merupakan hal yang dapat mencegah rusaknya hubungan
dengan orang lain tersebut. Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Barang
siapa menutupi cela orang Islam, maka ia akan ditutupi celanya oleh
Allah Ta’ala di dunia dan akhirat” (Muslim). Sabda beliau juga :
”Tidaklah seorang mukmin itu melihatsuatu cela dari saudaranya
kemudian menutupinya, malainkan ia akan masuk surga”
(Thabrani). Demikian pula Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Hai
kelompok orang yang hanya beriman dengan ucapannya tetapi
keimanannya itu belum lagi meresap dalam hatinya! Janganlah
kamu semua mengumpat orang-orang lain, jangan pula meneliti cela
mereka, sebab barang siapa yang meneliti cela saudaranya sesama
muslim, maka Allah akan meneliti celanya sendiri dan barang siapa
yang diteliti celanya oleh Allah, maka Allah akan membuka rahasia
itu sekalipun di dalam rumahnya”(Abu Dawud dan Tirmidzi).
Dalam hal menyampaikan kejelekan kepada orang lain, Rasulullah
s.a.w. bersabda : ”Tidak dapatmasuk surga orang yang gemar
menyampaikan berita buruk” (Bukhari dan Muslim).
Bergaul dengan orang miskin dan anak yatim termasuk yang
disukai Rasulullah s.a.w. seperti dalam do’anya : ”Ya Allah,
hidupkanlah saya sebagai orang miskin, matikanlah saya sebagai
orang miskin pula dan kumpulkanlah saya dalam lingkungan
golongan orang-orang miskin” (Ibnu Majah, Hakim dan Tirmidzi).
Rasulullah s.a.w. juga bersabda : ”Saya dan pemelihara anak yatim
itu bagaikan dua ini. Beliau bersabda demikian itu sambil
mengacungkan kedua jari tangannya” (Bukhari). Demikian pula
Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Barang siapa yang memelihara
16
Strategi Bisnis Rasulullah
seorang yatim sehingga ia merasa dalam kecukupan, maka wajiblah
surga untuknya” (Ahmad dan Thabrani).
Memberikan rasa gembira kepada orang lain merupakan sesuatu
yang disukai oleh Rasulullah s.a.w. dalam sabdanya : ”Barang siapa
memberikan rasa gembira di pandangan seorang mukmin, maka
Allah akan memberikan rasa gembira dipandangan matanya pada
hari kiamat” (Ibnul Mubarak). Rasulullah s.a.w. juga bersabda :
”Barang siapa yang melapangkan seorang mukmin yang sedang
dalam kesusahan atau menolong seorang yang dianiaya, maka
dimaafkanlah dosanya” (Ibnu Hibban). Demikian pula Rasulullah
s.a.w. bersabda : ”Setengah daripada amalan-amalan yang amat
dicintai oleh Allah ialah memasukkan rasa gembira dalam hati
orang mukmin, melapangkan kesusahannya, mengembalikan hutang
yang dimilikinya kepada orang lain atau memberi makan dari
kelaparan” (Thabrani).
Menjenguk orang sakit dapat mengeratkan hubungan antar
manusia dan berpahala besar. Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Apabila
seorang muslim meninjau saudaranya yang sakit atau berziarah
biasa, maka Allah Ta’ala berfirman : Engkau baik benar hatimu,
baik pula perjalananmu dan engkau dapat menempati gedung dalam
surga” (Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Rasulullah s.a.w. membalas perbuatan buruk dengan perbuatan
baik. ’Aisyah bercerita bahwa pada suatu hari ada seorang lelaki
minta izin kepada Rasulullah s.a.w. untuk menemuinya. Beliau
bersabda : ”Izinkanlah masuk, tetapi ia sebenarnya adalah seburukburuk manusia untuk diajak bergaul”. Setelah ia masuk, lalu beliau
menunjukkan sikap lemah lembuhnya serta sangat ramah, sehingga
saya mengira bahwa ia mempunyai kedudukan istimewa disamping
beliau itu. Ketika orang itu telah keluar lalu saya bertanya kepada
beliau :”Bukankah sebelum masuknya tadi Tuan mengatakan betapa
buruknya, tetapi setelah masuk ke dalam, Tuan perlakukan ia dengan
cara yang sangat baik sekali”. Beliau s.a.w. bersabda : ”Hai Aisyah,
sesungguhnya seburuk-buruk orang tentang kedudukannya di sisi
Allah pada hari kiamat ialah orang yang ditinggalkan oleh orang
banyak karena dikuatirkan perbuatan jahatnya” (Bukhari dan
Muslim).
Keselamatan dan kesehatan kerja menunjuk kepada kondisi
fisiologis-fisik dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
17
Strategi Bisnis Rasulullah
lingkungan kerja yang disediakan. Bahkan Rasulullah s.a.w.
memperlakukan pelayan dan budak (hamba saya) harus dengan baik,
tidak boleh memperkerjakan secara paksa. Dari Amr bin Huraits
bahwa Nabi s.a.w. bersabda : ”Pekerjaan yang engkau ringankan
dari pelayanmu akan menjadi pahala bagimu dalam timbangan
kebaikanmu” (Abu Ya’la dan Ibnu Hibban). Dari Ibnu Umar r.a., ia
berkata :”Seorang laki-laki datang kepada Nabi s.a.w. dan berkata :
Wahai Rasulullah, berapa kali aku harus memaafkan (kesalahan) dari
seorang pelayan?”. Beliau mengatakan :”Setiap hari, tujuh puluh
kali” (Abu Daud, Tirmidzi dan Abu Ya’la). Dari Ammar bin Yasir
r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda kepadaku : ”Barang siapa memukul
hamba sahaya secara zhalim, maka ia akan dibalas pada hari
kiamat kelak” (Thabrani).
6.4. Strategi Keuangan Nabi Muhammad s.a.w.
Strategi keuangan Nabi Muhammad s.a.w. bertujuan
pemanfaatan sumberdaya keuangan untuk mendukung bisnis, baik
jangka panjang maupun jangka pendek. Strategi keuangan ini
mencakup penghapusan riba, spekulasi (gharar) dan perjudian
(maisir) dalam semua transaksi, peningkatan kekayaan dan
pemerataan distribusi pendapatan serta pencapaian masyarakat yang
sejahtera dibawah perlindungan Allah SWT. Prinsip transaksi bisnis
tersebut meliputi prinsip bagi hasil, prinsip jual beli, prinsip
kepercayaan, prinsip sewa dan prinsip kebajikan.
6.4.1. Prinsip Bagi Hasil
Prinsip bagi hasil (Profit and Loss Sharing) mencakup
musyarakah, mudharabah, muzara’ah dan musaqah. Prinsip bagi
hasil seperti mudharabah dan musyarakah sudah ada sebelum
datangnya Islam. Di Timur Tengah Pra-Islam, kemitraan-kemitraan
bisnis yang berdasarkan atas konsep mudharabah berjalan
berdampingan dengan konsep sistem bunga sebagai cara membiayai
berbagai aktivitas ekonomi (Crone, 1987; Kazarian, 1991; Cizaka,
1995).
18
Strategi Bisnis Rasulullah
Teknik kemitraan bisnis, dengan menggunakan prinsip
mudharabah, dipraktekkan sendiri oleh Nabi Muhammad saw.
Ketika bertindak sebagai mudharib (wakil atau pihak yang dimodali)
untuk istrinya Khadijah. Sementara Khalifah yang kedua, Umar bin
Khattab, menginvestasikan uang anak yatim pada para saudagar
yang berdagang di jalur perdagangan antara Madinah dan Irak.
Kemitraan bisnis berdasarkan bagi-hasil (profit-and-loss
sharing) yang sederhana semacam ini berlanjut dengan bentuk yang
sama sekali tidak berubah selama beberapa abad, tetapi tidak
berkembang menjadi sarana investasi berskala luas yang
membutuhkan pengumpulan dana besar-besaran dari banyak
penabung perorangan, meskipun menurut mazhab Hanafi, bisa saja
memperluas kemitraan mudharabah dengan mengikuti bentuk
sederhana seperti itu. Perkembangan tidak terjadi sampai
bermunculannya institusi-institusi keuangan Islam (Algaoud dan
Lewis,2001, 14-15).
Masjid Nabawi di Madinah
19
Strategi Bisnis Rasulullah
6.4.1.1. Musyarakah (Syirkah)
Syirkah atau syarikah atau musyarakah merujuk pada
kemitraan dua orang atau lebih. Al Qur’an menggunakan akar kata
sy-r-k sebanyak 170 kali, walaupun tidak ada yang menggunakan
istilah musyarakah yang mempunyai arti kemitraan dalam suatu
kongsi bisnis. Namun demikian, surat berkait erat dengan
musyarakah adalah An Nisaa’ ayat 12 : ...Tetapi jika saudarasaudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersyarikat
dalam yang sepertiga itu. Demikian pula surat Shaad ayat 24 : ....
Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat
itu sebagian berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh....
Rasulullah s.a.w. melakukan kemitraan (syirkah) dalam
berbisnis. Dari As-Saib bin Syuraik, dia berkata : ”Aku mendatangi
Rasulullah s.a.w.,lalu para sahabat menyanjungku. Rasulullah s.a.w.
kemudian bersabda :”Aku lebih tahu daripada kalian tentang dirinya
(Saib)”. Aku berkata : ”Engkau benar, demi bapak dan ibuku engkau
adalah mitra usahaku dan engkau adalah sebaik-baik mitra, engkau
tidak membujuk dan tidak membantah (Abu Daud). Demikian pula
dari Abu Hurairah r.a., ia berkata : ”Rasulullah s.a.w. bersabda :
Allah azza wa jalla berfirman : Aku adalah ketiga dari dua orang
yang berserikat, selama salah seorang dari keduanya tidak
mengkhianati sahabatnya. Apabila ia telah mengkhianatinya, maka
Aku keluar dari keduanya (Abu Daud dan Al Hakim).
6.4.1.2. Mudharabah
Mudharabah berasal dari kata dh-r-b, di dalam Al Qur’an
terdapat 58 buah, yang mempunyai arti perjalanan atau perjalanan
untuk tujuan dagang. Secara istilah, mudharabah merupakan
kontrak antara dua pihak, pihak pertama disebut rab al maal
(shahibul maal) atau investor mempercayakan kepada pihak kedua,
yang disebut mudharib, dengan tujuan menjalankan dagang.
Mudharib menyediakan tenaga dan waktunya serta mengelola
kongsi mereka sesuai dengan syarat-syarat kontrak. Keuntungan
dibagi antara rab al maal dengan mudharib berdasarkan yang telah
disepakati. Jika mengalami kerugian, ditanggung shahibul maal,
20
Strategi Bisnis Rasulullah
selama kerugian itu bukan kelalaian mudharib. Orang Medinah
menyebut kemitraan ini dengan muqaradhah, yang berasal dari
bahasa Arab qarad yang berarti pemberian hak atas modal oleh
pemilik kepada pemakai modal. Muqaradhah juga disebut qiradh.
Surat dalam Al Qur’an yang memiliki kaitan erat dengan
mudharabah antara lain surat Al Baqarah ayat 272 : (Berinfaklah)
kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah,
mereka tidak dapat (berusaha) dimuka bumi, orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari mintaminta. Surat An Nisaa’ ayat 101: Dan apabila kamu berjalan di
muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqashar shalat (mu),
jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang
kafir itu musuh yang nyata bagimu. Demikian pula surat Al
Muzzammil ayat 20 : ..Orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah ...
Dari Shalih bin Suhaib r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :
Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara
tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual (Ibnu
Majah).
6.4.1.3. Muzara’ah
Muzara’ah adalah kerjasama antara orang yang mempunyai
tanah yang subur untuk ditanami dengan orang yang mempunyai
ternak dan mampu untuk menggarapnya, imbalannya berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak atau prosentase dari hasil panen yang
telah ditentukan. Kata muzara’ah tidak terdapat dalam Al Qur’an.
Muzara’ah berasal dari kata zara’a yang berarti menyemai,
menanam, menaburkan benih.
Suku kata zara’a (za-ra-’ain) di dalam Al Qur’an baik sebagai
kata kerja maupun kata benda disebutkan 7 kali, yang mempunyai
arti tanam-tanaman. Surat yang berkait erat dengan akar kata
tersebut dalah surat Al An’aam ayat 141 : Dan Dialah yang
menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam
buahnya, zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak sama.
Makanlah dari buahnya bila dia berbuah dan tunaikanlah haknya di
21
Strategi Bisnis Rasulullah
hari memetik hasilnya dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihlebihan.
Dari Abdullah bin Umar r.a., ia bercerita bahwa Nabi s.a.w.
mempekerjakan penduduk Khaibar dengan (upah) seperdua hasil
daerah itu yang berupa buah-buahan dan tanam-tanaman. Beliau
memberi para isteri beliau seratus wasq, yaitu 80 wasq kurma dan 20
wasq gandum. Kemudian Umar membagi-bagikan tanah Khaibar.
Para isteri Nabi disuruh memilih tanah atau hasil. Di antara mereka
yangmemilih tanah dan adapula yang memilih wasq. Aisyah r.a.
memilih tanah (Bukhari dan Muslim).
Bentuk lain dari muzara’ah adalah mukhabarah. Mukhabarah
adalah menyewakan kebun atau ladang dengan pembayaran 1/3 atau
1/4 hasil panennya atau seperberapanya. Dari Thawus, bahwa ia
pernah menyuruh orang lain untuk menggarap ladangnya dengan
sistem mukhabarah. Kata Amru : Saya katakan kepada Thawus,
”Hai ayah Abdurrahman! Sebaiknya kau hindari sistem mukhabarah
ini! Karena orang-orang mengatakan bahwa Nabi s.a.w. melarang
mukhabarah.” Kata Thawus : ”Hai Amru! Saya telah diberitahu
orang yang lebih tahu tentang itu (yakni, Ibnu Abbas r.a.) bahwa
Nabi s.a.w. tidak melarang mukhabarah. Beliau hanya bersabda
:”Seseorang mempersilakan saudara muslimnya untuk menggarap
tanahnya, tanpa sewa adalah lebih baik daripada dia memungut
sewa tertentu.” (Bukhari dan Muslim).
6.4.1.4. Musaqah
Musaqah merupakan kerjasama antara orang yang memiliki
tanah yang ditanami pohon menghasilkan buah-buahan dengan orang
yang mampu memelihara (menyirami) pohon tersebut dengan
imbalan orang yang memelihara tersebut mendapat imbalan sesuai
dengan kesepakatan dari hasil panen. Musaqah berasal dari akar kata
saqyu. Surat dalam Al Qur’an yang berhubungan dengan akar kata
saqyu adalah Surat Ar Ra’d ayat 4 : Dan di bumi ini terdapat
bagian-bagian yang berdampingan dan kebun-kebun anggur,
tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak
bercabang disirami dengan air yang sama.
22
Strategi Bisnis Rasulullah
Rasulullah s.a.w. memberi kepada Yahudi-yahudi Khaibar kebun
kurma Khaibar dan tanah-tanahnya dengan perjanjian mereka akan
kerjakan dengan modal mereka dan buat mereka separoh dari
buahnya. (Muslim).
6.4.2. Prinsip Jual Beli
6.4.2.1. Murabahah
Secara bahasa, murabahah merupakan bentuk mutual (saling)
dari kata ribh yang artinya keuntungan, yakni pertambahan nilai
modal atau saling mendapatkan keuntungan. Sedangkan menurut
terminologi ilmu fiqih, murabahah adalah menjual dengan modal
asli bersama tambahan keuntungan yang jelas.
Dalam surat Al Baqarah ayat 275 : Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Demikian pula
dalam Al Qur’an surat An Nisaa’ ayat 29 : Hai orang-orang yang
beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dari Suhaib ar-Rumi r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :
”Tiga hal yang di dalam nyamengandung keberkahan; jual beli
secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual.
6.4.2.2. Salam
Secara bahasa, salam atau salaf artinya terdahulu. Sedangkan
menurut terminologi ilmu fiqih, salam atau salaf adalah jual beli
terhadap satu barang yang digambarkan dan dalam kepemilikan
dengan pembayaran tunai dalam perjanjian, tetapi penyerahan
23
Strategi Bisnis Rasulullah
barangnya tertunda. Dalam bermuamalah secara tidak tunai, Allah
memerintahkan untuk menuliskannya. Dalam surat Al Baqarah ayat
282 : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya.
Rasulullah s.a.w. menganjurkan dalam salam untuk
menggunakan takaran yang pasti, timbangan yang pasti dan waktu
yang pasti. Dari Ibnu Abbas r.a. katanya : ”Nabi s.a.w., datang ke
Madinah, sedangkan mereka tengah mensalafkan buah dua atau tiga
tahun. Sabda Nabi s.a.w.: ”Barangsiapa mensalafkan sesuatu, maka
hendaklah dengan takaran yang pasti, timbangan yang pasti dan
untuk masa yang pasti” (Bukhari dan Muslim).
Dari Abdullah bin Abu Mujalid r.a. katanya : Abdullah bin
Syaddad bin Haad pernah berbeda pendapat dengan Abu Burdah
tentang salaf. Alu mereka utus saya kepada Ibnu Abi Aufa. Lantas
saya tanyakan kepadanya perihal itu. Jawabnya, ”Sesungguhnya
pada masa Rasulullah s.a.w., pada masa Abu Bakar dan pada masa
Umar, kami pernah mensalafkan gandum sya’ir, buah anggur dan
kurma. Dan saya pernah pula bertanya kepada Ibnu Abza, jawabnya
pun seperti itu juga.” (Bukhari).
Dari Muhammad (Abdullah)bin Abu Mujalid r.a, katanya :
”Abdullah bin Syaddad dan Abu Burdah mengutusku kepada
Abdullah bin Abi Aufa, keduanya berkata : Tanyakanlah, pernahkah
para sahabat Nabi s.a.w., mensalafkan gandum pada masa Nabi
s.a.w. ?” Abdullah berkata, ”Kami dengan penduduk Syam
peranakan pernah mensalafkan gandum, sya’ir dan minyak dengan
takaran ayng pasti hingga masa yang pasti.” Aku berkata kepada
orang yang punya pohon. Kata Abdullah, ”Kami tidak pernah
bertanya kepada mereka tentang hal itu.” Kemudian keduanya
mengutus saya kepada Abdurrahman bin Abza, lalu saya bertanya
kepadanya. Jawabnya, ”Para sahabat Nabi s.a.w., pernah mensalaf
pada masa beliau, tetapi kami tidak pernah bertanya kepada mereka
apakah mereka mempunyai kebun atau tidak.” (Bukhari).
6.4.2.3. Istishna’ (Pemesanan).
Secara bahasa, istishna’ artinya pemesanan atau meminta
dibuatkan. Sedangkan menurut terminologi fiqih, istishna’
24
Strategi Bisnis Rasulullah
mengandung arti perjanjian terhadap barang jualan yang berada
dalam kepemilikan penjual dengan syarat dibuatkan oleh penjual
atau meminta dibuatkan dengan cara khusus sementara bahan
bakunya dari pihak penjual.
Istishna’ menurut sebagian besar ulama termasuk aplikasi jual
beli salam, sehingga berlaku persyaratan jual beli salam, misalnya
dengan pembayaran di muka, adanya batasan waktu dan tidak
adanya hak pilih. Sedangkan menurut Abu Hanifah, istishna’
merupakan perjanjian non permanen sebelum kepentingan kedua
belah pihak terlaksana, tanpa perlu diperselisihkan dan kedua belah
pihak mempunyai hak pilih untuk membatalkannya.
6.4.2.4. Syuf’ah
Syuf’ah merupakan hak membeli bagian dari rumah atau yang
dipunyai oleh dua orang yang bersekutu. Satu tanah atau satu rumah
yang dipunyai oleh dua orang yang batas-batasnya dan jalanjalannya belum dibuat, maka seorang dari dua orang itu tidak boleh
menjual bagiannya kepada orang lain, sebelum ditawarkan kepada
sekutunya. Sebaliknya, Satu tanah atau satu rumah yang dipunyai
oleh dua orang yang batas-batasnya dan jalan-jalannya sudah dibuat
atau sudah dipisah, maka masing-masing orang dari boleh menjual
bagiannya kepada orang lain.
Allah menyuruh berbuat baik dengan tetangga, seperti dalam
surat An Nisaa’ ayat 36 : Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim,
tetangga yang dekat dan yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri.
Dari Jabir bin Abdullah r.a., ia berkata : ”Rasulullah s.a.w. telah
memutuskan (adanya) syuf’ah pada tiap-tiap yang belum dibagi,
tetapi apabila sudah dibatasi dan sudah diatur jalannya, maka tidak
ada syuf’ah” (Bukhari dan Muslim). Demikian pula dari Umar bin
Syarid r.a. katanya : ”Pada suatu waktu, ketika aku berdiri dekat
Sa’ad bin Abi Waqqas, maka datanglah Miswar bin Makhramah lalu
diletakkannya tangannya di atas bahuku. Ketika itu, Abu Rafi’ maula
Nabi s.a.w. datang pula. Katanya, ”Hai, Sa’ad ! Belilah dua buah
25
Strategi Bisnis Rasulullah
rumahku yang terletak dalam kampungmu.” Jawab Sa’ad, ”Tidak !
Tidak mungkin aku (sanggup) membeli keduanya.” Kata Miswar,
”Demi Allah ! harus engkau beli keduanya !.” Jawab Sa’ad,
”Wallah! Aku tidak sanggup membayarnya lebih daripada empat
ribu secara menyicil.” Kata Abu Rafi, ”Orang telah menawarnya
kepadaku lima ratus dinar. Kalau tidaklah karena aku mendengar
Nabi s.a.w. bersabda : Tetangga lebih berhak dengan yang
berdekatan dengannya, tidaklah akan kuberikan rumah itu kepadamu
dengan harga empat ribu, karena orang telah menawar kepadaku
lima ratus dinar. Akhirnya rumah itu diberikannya kepada Sa’ad.”
Dari ’Aisyah r.a, katanya : ”Ya, Rasulullah ! Aku mempunyai dua
tetangga Yang manakah di antara keduanya akan kuberi hadiah ?”
Jawab Nabi s.a.w., ”Kepada yang lebih dekat pintunya denganmu.”
6.4.3. Prinsip Kepercayaan
6.4.3.1. Wadi’ah
Wadi’ah secara bahasa berarti meninggalkan atau meletakkan,
yaitu meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara atau
dijaga. Sedangkan menurut istilah, wadi’ah mempunyai pengertian
memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya /
barangnya dengan secara terang-terangan atau dengan isyarat yang
bermakna itu.
Dalam surat An Nisaa’ ayat 58 : Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu menyampaikan amanah kepada ahlinya. Demikian pula dalam
surat Al Baqarah ayat 283 : ..hendaklah yang dipercaya itu
menunaikan amanahnya.
Rasulullah s.a.w. bersabda : Tunaikanlah amanah yang
dipercayakan kepadamu dan janganlah kamu mengkhianati yang
telah mengkhianatimu. Demikian pula dari ’Amr bin Syuaib, dari
bapaknya dan datuknya dari Nabi s.a.w., beliau bersabda :
Barangsiapa dititipkan satu titipan, maka tidak ada tanggungan
atasnya (Ibnu Majah).
6.4.3.2. Wakalah
26
Strategi Bisnis Rasulullah
Wakalah atau wikalah secara bahasa berarti perwakilan atau
pemberian mandat atau penyerahan wewenang atau pendelegasian.
Sedangkan menurut istilah wakalah adalah menjadikan orang lain
sebagai wakil dalam melakukan setiap pekerjaan, misalnya
memungut zakat, melunasi utang, membeli barang, membayar budak
dan sebagainya.
Rasulullah s.a.w. mewakilkan Umar untuk memungut zakat. Dari
Abu Hurairah r.a., ia berkata : ”Rasulullah s.a.w. mengirim Umar
untuk memungut zakat” (Bukhari dan Muslim). Demikian pula
Rasulullah s.a.w. mewakilkan para sahabat untuk membayar utang.
Dari Abu Hurairah r.a. katanya : “Seorang laki-laki datang kepada
Nabi saw, menagih piutangnya. Dan orang itu menagih dengan sikap
kasar. Karena itu timbullah para sahabat hendak memukul orang itu.
Beliau bersabda, “Biarkanlah dia ! Dia berhak untuk menagih.”
Selanjutnya beliau menambahkan, “Berikanlah kepadanya unta
yang sebanding dengan untanya?” Kata mereka, “Ya, Rasulallah
!Tidak kami dapati unta yang sebanding dengan untanya, tetapi ada
yang lebih daripada untanya.” Sabda beliau, “Berikanlah kepadanya
! Sesungguhnya orang yang paling baik di antaramu, ialah yang
paling baik pembayannya.” (Bukhari dan Muslim).
Dari Shal bin Sa’d r.a. katanya : ”Seorang wanita datang kepada
Rasulullah saw. Lalu katanya : Ya Rasulallah ! Aku menyerahkan
diriku kepada anda.” Maka berkata seorang laki-laki, ”Kawinkanlah
aku dengannya.” Sabda beliau, ”Kami kawinkan engkau akan dia
dengan maharnya Qur’an yang telah engkau pelajari.”(Bukhari).
Dari Ka’ab bin Malik r.a. katanya : ”Sesungguhnya mereka
mempunyai kambing yang digembalakannya di Sal’a. Seorang gadis
kami melihat seekor domba di antara kambing-kambing kami hampir
mati. Lalu dipecahnya sebuah batu dan disembelihnya kambing itu
dengan batu itu. Kata Ka’ab, ”Janganlah kamu makan sebelum saya
tanyakan kepada Nabi saw atau saya kirim orang untuk
menanyakannya. Ka’ab atau wakilnya memang bertanya kepada
Nabi s.a.w. Ternyata beliau menyuruh memakannya.”
6.4.3.3. Kafalah
Kafalah secara bahasa berarti jaminan atau borg. Sedangkan
menurut istilah, kafalah berarti jaminan yang diberikan oleh orang
27
Strategi Bisnis Rasulullah
mampu kepada orang yang memberikan utang, karena orang yang
diberi utang tersebut tidak mampu membayarnya.
Dari Jabir r.a. katanya : “Abdullah bin ‘Amru bin Harani
meninggal dunia sedangkan ia mempunyai hutang. Saya minta
tolong kepada Nabi s.a.w. supaya orang-orang yang mempiutanginya
sudi meringankan hutangnya. Nabi s.a.w. menyampaikan permintaan
itu kepada mereka, tetapi mereka tidak mau memenuhinya. Nabi
s.a.w., bersabda kepadaku, “Pergilah atur kurma engkau bermacammacam! Ajwah sebagian dan ‘Azqa Zaid. Kemudian beritahukan
kepadaku kalau sudah selesai. Lantas apa yang diperintahkan Nabi
s.a.w., itu saya laksanakan, dan setelah selesai kuberitahukan kepada
beliau. Beliau duduk diatas atau ditengah tengah kurma itu, lalu
beliau bersabda: “Nah, gantanglah untuk kaum yang berpiutang
itu.” Lalu saya gantangi dan saya berikan secukupnya kepada
mereka masing-masing Ternyata kurmaku yang tinggal tidak kurang
satu jua pun dari semula.”
6.4.3.3. Hawalah
Hawalah atau hiwalah secara bahasa berarti pemindahan atau
pengalihan atau penyerahan. Sedangkan menurut istilah, hawalah
berarti pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang
lain untuk menanggung hutangnya.
Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rasulullah s.a.w., bersabda
“Orang kaya yang melambat-lambatkan (membayar hutang, zakat
harta dan lain-lain kewajiban yang harus dibayarnya) adalah zalim
(aniaya). Apabila seorang diantaramu dipindahkan utangpiutangnya kepada orang yang berpunya (kaya) hendaklah
diturutinya (ditagihnya).” (Bukhari dan Muslim). Dari Salamah bin
Akwa r.a., katanya “Pada suatu ketika, kami duduk dekat Nabi s.a.w.
Tiba-tiba datang orang membawa jenasah. Kata mereka, “Sudilah
anda shalatkan jenazah ini.” Tanya beliau, “Adakah dia mempunyai
hutang ?” Jawab mereka, Tidak! ”Tanya Nabi, “Adakah dia
meninggalkan warisan ?” Jawab mereka, Tidak !” Lalu beliau
shalatkan jenazah itu Kemudian datang pula orang membawa
jenazah yang lain. Kata mereka, “Ya, Rasulullah ! Sudilah anda
shalatkan jenazah ini.” Tanya Nabi, “Adakah dia mempunyai
hutang ?” Dijawab oleh mereka. “Ya, ada !” Tanya beliau, “Adakah
28
Strategi Bisnis Rasulullah
dia meninggalkan sesuatu wanita ?” Jawab mereka. “Ada, tiga
dinar !” Lalu beliau shalatkan jenazah itu. Kemudian dibawa orang
pula kepada beliau jenazah yang ketiga. Tanya Nabi, “Adakah ia
meninggalkan sesuatu (wanita) ?“ Jawab mereka, “Tidak !” Tanya
Nabi saw, “Adakah dia mempunyai hutang ?” Jawab mereka, “Ada,
tiga dinar !” Sabda Nabi saw, “Shalatkanlah temanmu itu !” Kata
Abu Qatadah, “Shalatkanlah ya, Rasulullah ! Biarlah saya yang
menanggung hutangnya. Maka Rasulullah saw, shalat untuk jenazah
itu.” (Bukhari).
Dari Jabir r.a. katanya Nabi s.a.w. pernah bersabda. “Kalau
datang harta dari Bahrain, akan kuberi engkau sekian, sekian dan
sekian.” Belum lagi harta dari Bahrain itu datang. Nabi s.a.w., telah
wafat. Ketika harta itu tiba, Abu Bakar yang memerintah. Maka ia
memberitahukan : “Barangsiapa ada janji dengan Nabi s.a.w., atau
dia ada piutang kepada Nabi s.a.w., hendaklah ia datang kepada
kami.” Lalu saya datang kepadanya dan berkata, “Nabi s.a.w.,
pernah menjanjikan kepadaku bahwa aku akan diberinya sekalian
dan sekian.” Abu Bakar mengabaikan (uang) untukku segenggam.
Setelah saya hitung, kebetulan lima ratus. Katanya, ”Ambillah
sebanyak itu lagi.” (Bukhari).
Dari Abu Hurairah r.a. katanya : “Sesungguhnya pernah dibawa
orang kepada Rasulullah saw, jenasah orang yang mempunyai
hutang. Lalu sabda beliau, “Adakah dia meninggalkan harta untuk
pembayar hutangnya ?” Kalau dikatakan kepada beliau bahwa mayit
itu ada meninggalkan harta yang mencukupi untuk pembayar
hutangnya, maka mayit itu beliau shalatkan. Tetapi kalau tidak,
beliau bersabda kepada seorang muslim, “Shalatkanlah temanmu itu
!” Setelah Allah memberikan kemenangan demi kemenangan bagi
kaum Muslimin, beliau bersabda, “Aku lebih mengutamakan orangorang mukmin daripada diri mereka sendiri. Barangsiapa orang yang
meninggal dunia, sedangkan ia meninggalkan hutang maka
tanggunganku membayarnya. Dan siapa yang meninggalkan
warisan, maka warisan itu untuk ahli warisnya.” (Bukhari).
6.4.3.4. Rahn (Gadai).
Secara bahasa ar-rihan bentuk tunggalnya rahnun, artinya
barang-barang yang dijadikan sebagai jaminan. Sedangkan menurut
29
Strategi Bisnis Rasulullah
istilah, rahn adalah menahan barang milik seseorang sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Allah membolehkan menggunakan barang tanggungan, jika tidak
memperoleh penulis. Dalam surat Al Baqarah ayat 283 : Jika kamu
dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedangkan
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan
tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanahnya (utangnya)
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya dan janganlah
kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa
yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Demikian pula Rasulullah s.a.w. pernah menggadaikan baju
besinya kepada orang Yahudi. Dari Anas r.a., bahwasanya dia pergi
kepada Nabi saw. membawa roti gandum dan keju yang banyak.
Kata Anas, “Nabi saw. telah menggadaikan baju besinya di
Madinah kepada orang Yahudi, dan beliau mengambil gandum dari
Yahudi itu untuk keluarga beliau.” Kata Qatadah, aku mendengar
Anas berkata. “Petang ini keluarga Muhammad s.a.w. tidak punya
gandum segantang pun dan tidak pula biji-bijian (makanan).
Padahal beliau mempunyai sembilan orang isteri (yang menjadi
tanggungan beliau)”(Bukhari).
6.4.4. Prinsip Sewa
6.4.4.1. Ijarah
Ijarah secara bahasa berarti menjual manfaat atau menjual
kegunaan. Sedangkan menurut istilah, ijarah adalah perjanjian untuk
mendapatkan manfaat dari pembayaran. Orang yang menyewakan
barang disebut musta’jir dan yangmembayar sewa disebut mu’jar.
Allah membolehkan pemindahan hak guna atas barang atau jasa
melalui upah sewa. Dalam surat Al Baqarah ayat 233 : Dan jika
kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kepada Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
30
Strategi Bisnis Rasulullah
Demikian pula dalam surat Al Qashash ayat 27 : Berkatalah dia
(Syu’aib) : ”Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu
dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa
kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan
sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka
aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.
Rasulullah s.a.w. juga membolehkan pemindahan hak guna atas
barang atau jasa melalui upah sewa. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi
saw, sabdanya : ”Allah tidak mengutus seorang Nabi, melainkan
orang itu gembala kambing.” Para sahabat bertanya : ”Dan anda
sendiri bagaimana ?” Jawab Nabi, ”Ya, aku pernah gembala
kambing orang Mekah dengan (upah) beberapa qirath” (Bukhari).
Demikian pula dari ’Aisyah, isteri Nabi saw, katanya : ”Rasulullah
s.a.w., dan Abu Bakar mengupah seorang laki-laki yang pintar
sebagai penunjuk jalan. Laki-laki itu berasal dari Bani Dil, termasuk
Kafir Quraisy. Beliau berdua menyerahkan kendaraannya kepada
laki-laki itu (sebagai upah), dan keduanya berjanji kepadanya akan
bermalam di guna Tsaur selama tiga malam. Pada pagi hari yang
ketiga, keduanya menerima kendaraannya” (Bukhari).
6.4.5. Prinsip Kesejahteraan Sosial
6.4.5.1. Qardh
Qardh adalah memberikan pinjaman kepada orang lain dengan
syarat pihak peminjam mengembalikan gantinya. Dinamakan qardh
karena orang yang memberikan qardh memotong sebagian dari
hartanya untuk dipinjamkan kepada orang lain.
Surat Al-Baqarah ayat 245 : “Siapakah yang mau memberi
pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya
di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran
kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.” Dalam surat Al Maa-idah ayat 12 : ”Dan
sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil
dan telah Kami angkat di antara mereka 12 orang pemimpin dan
Allah berfirman “Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya
31
Strategi Bisnis Rasulullah
jika kamu mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta beriman
kepada rasul-rasulKu dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan
kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya Aku akan
menghapus dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan
Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungaisungai. Maka barang siapa yang kafir di antaramu sesudah itu,
sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus.” Demikian
pula dalam surat Al Hadiid ayat 11 : “Siapakah yang mau memberi
pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik, maka Allah akan
melipat gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan akan
memperoleh pahala yang banyak.”
Nabi s.a.w. juga bersabda : ”Setiap muslim yang memberikan
pinjaman kepada sesamanya dua kali, maka dia itu seperti orang
yang bersedekah satu kali.”(Ibnu Hibban dan Ibnu Majah).
Demikian pula dari Ibnu Umar r.a., Nabi s.a.w. bersabda :
”Barangsiapa menyelamatkan seorang muslim dari salah satu
kesulitan dunia, pasti Allah akan menolongnya melepaskan diri dari
salah satu kesulitan di hari kiamat.”(Muslim).
6.4.5.1. Waqaf
Secara bahasa, waqaf berarti manahan. Sedangkan menurut
terminologi fiqih, waqaf adalah menahan harta yang dapat
dimanfaatkan untuk jalan kebaikan demi mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Waqaf terdiri dari dua macam, yaitu waqah ahli dan
waqaf khairi.
Waqah ahli adalah waqaf yang ditujukan kepada keluarga dan
kaum kerabat, seperti waqaf yang dilakukan oleh Abu Thalhah. Dari
Anas r.a., dia berkata :”Abu Thalhah adalah orang terkaya dari kaum
Anshar di Madinah.Harta miliknya yang paling ia cintai adalah
kebun Bairaha’ yang menghadap masjid, Rasulullah s.a.w. sering
memasukinya dan minum dari mata airnya. Anas r.a. berkata :
”Ketika turun ayat, Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang
kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya, maka Abu Thalhah segera
menghadap Rasulullah s.a.w. seraya berkata : ”Sesungguhnya Allah
Allah SWT. telah berfirman : Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
32
Strategi Bisnis Rasulullah
kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian
harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya dan sesungguhnya hartaku yang
paling aku cintai adalah kebun Bairaha’ dan sungguh itu aku telah
sedekahkan untuk Allah SWT. yang dengannya aku mengharapkan
kebaikan dan pahala di sisi Allah SWT. oleh karena itu wahai
Rasulullah, pergunakan kebun itu untuk apapun yang engkau
kehendaki”. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda :”Bagus, harta itu pasti
menguntungkan. Harta itu pasti menguntungkan. Aku mendengar
pernyataanmu dan aku berpendapat lebih baik kamu memberikan
kepada kerabatmu.” Maka Abu Thalhahpun membagikannya kepada
kerabatnya dan anak-anak pamannya (Bukhari dan Muslim).
Sedangkan waqaf khairi merupakan yang ditujukan untuk
kebajikan.
Dari Ibnu Umar r.a., berkata bahwa : ”Umar
memperoleh sebidang tanah di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi
s.a.w., untuk meminta petunjuknya tentang tanah itu, ia mengatakan
: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah memperoleh sebidang
tanah di Khaibar, aku belum pernah memperoleh harta yang lebih
berharga menurutku daripada tanah tersebut, maka apakah yang
akan engkau perintahkan kepadaku mengenainya?” Nabi s.a.w.
menjawab :”Jika engkau suka engkau boleh menahan pokoknya
(mewakafkannya) dan menyedekahkan (hasil)nya dengan ketentuan
pokoknya tidak boleh dijual dan tidak boleh pula dibeli, tidak boleh
diwariskan dan tidak boleh pula dihibahkan.” Maka Umar
menyedekahkannya. Ibnu Umar r.a. mengatakan : ”Lalu Umar r.a.
menyedekahkannya untuk kaum fakir miskin, kaum kerabatnya,
hamba-hamba sahaya, sabilillah, ibnus sabil dan untuk tamu. Tidak
mengapa bagi orang yang mengurusnya memakan sebagian
daripadanya dengan cara yang ma’ruf atau ia memberi makan
temannya dan tidak memperkaya diri dengan hasilnya.” (Bukhari
dan Muslim).
6.5. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran meliputi segmentasi pasar dan pembidikan
pasar, strategi produk, strategi harga, strategi tempat dan strategi
promosi. Pasar yang menonjol pada masa Nabi Muhammad s.a.w.
33
Strategi Bisnis Rasulullah
adalah pasar konsumen. Untuk pemasaran produk konsumen,
variabel segmentasi utama adalah segmentasi geografis,
segmentasi demografis, segmentasi psikografi, segmentasi perilaku
dan segmentasi manfaat.
6.5.1. Segmentasi Pasar dan Pembidikan Pasar.
Segmentasi geografi merupakan pembagian pasar menjadi unitunit geografis yang berbeda, misalnya wilayah, negara, propinsi,
kota, kepulauan dan berdasarkan musim. Surat Quraisy ayat 1-2:
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy (yaitu) kebiasaan mereka
bepergian (berdagang) pada musim dingin dan musim panas. Pada
musim panas biasanya mereka berdagangan sampai Busra (Syiria),
sedangkan pada musim dingin mereka berdagang sampai Yaman.
Demikian pula yang dilakukan Nabi Muhammad s.a.w., terutama
sebelum pada masa kenabian. Pasar yang terkenal pada masa
jahiliyah yang terletak di utara Kota Mekah antara meliputi Busra,
Dumatul Jandal, dan Nazat. Pasar yang terletak di selatan kota
Mekah mencakup Mina, Majinna, Ukaz, Sana’a, Aden, Shihr,
Rabiyah, Sohar dan Daba. Sedangkan pasar yang di timur kota
Mekah terdiri dari Musyaqqar, Sofa dan Hijar.
34
Strategi Bisnis Rasulullah
Reruntuhan Kota Busra
Segmentasi demografi yang dilakukan Muhammad adalah pasar
dikelompokkan berdasarkan keluarga, kewarganegaraan dan kelas
sosial. Untuk keluarga, Muhammad menyediakan produk peralatan
rumah tangga. Sedangkan produk yang dijual Nabi Muhammad
s.a.w. untuk warga negara asing di Busra terdiri dari kismis, parfum,
kurma kering, barang tenunan, batangan perak dan ramuan.
Segmentasi psikografi yang dilakukan Nabi Muhammad s.a.w.
mengelompokkan pasar dalam variabel gaya hidup, nilai dan
kepribadian. Gaya hidup ditunjukkan oleh orang-orang menonjol
dari pada kelas sosial. Minat terhadap suatu produk dipengaruhi oleh
gaya hidup, maka barang yang dibeli oleh orang-orang tersebut
untuk menunjukkan gaya hidupnya. Nabi mengetahui kebiasaan
orang Bahrain, cara hidup penduduk Bahrain, cara mereka minum
dan cara mereka makan.
Segmentasi perilaku yang dilakukan Nabi Muhammad s.a.w.
membagi kelompok berdasarkan status pemakai, kejadian, tingkat
penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembeli, sikap.
Pasar dapat dikelompokkan menjadi bukan pemakai, bekas pemakai,
35
Strategi Bisnis Rasulullah
pemakai potensial, pemakai pertama kali dan pemakai tetap dari
suatu produk. Hashim bin `Abdul Manaf memulai karir bisnisnya
dengan memperoleh ijin resmi untuk menjual barang-barang dari
kulit di Bizantium di wilayah Syiria. Demikian pula `Amr bin al-`As
dan pebisnis Hijaz menjual barang-barang dari kulit di Mesir dan
Abissinia.
Segmentasi manfaat mengklasifikasikan pasar berdasarkan
atribut (nilai) atau manfaat yang terkandung dalam suatu produk.
Konsumen akan mencari produk yang menyediakan manfaat khusus
untuk memuaskan kebutuhannya. Nabi Muhammad s.a.w. tidak
hanya berdasarkan manfaat material, tetapi lebih dari itu adalah
manfaat yang disebut maslahah. Maslahah merupakan kepuasan
kebutuhan manusia yang luas mencakup kebutuhan material (almal), jiwa (al-nafs), kebenaran (ad-din), kecerdasan (al-aql) dan
keluarga (al-nasl). Rasulullah s.a.w. menganjurkan agar mencari
nilai maslahah, dengan memberikan do’a sewaktu memasuki pasar.
Dari Umar bin Al Khaththab RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,
”Barangsiapa memasuki pasar kemudian mengucapkan ’laa ilaaha
illallah wahdahu laa syariika lah lahulmulku wa lahulhamdu yuhyii
wa yumiitu wa huwa hayyum laa yamuutu biyadihil khairu wa huwa
’alaa kulli syai in qadir’ (Tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya
kekuasaan dan segala puji milik-Nya, yang menghidupkan dan
mematikan. Dia Maha hidup dan tidak pernah akan mati, di tanganNya segala kebaikan dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu )
maka Allah tetapkan baginya satu juta kebaikan, Allah menghapus
darinya satu juta keburukan, dan Allah mengangkat baginya satu
juta derajat.” (HR. At-Tirmidzi).
Setelah melakukan segmentasi pasar, berikutnya, pemasar harus
membidik segmen pasar yang terbaik. Untuk melakukannya,
pemasar terlebih dulu harus mengevaluasi potensi laba masingmasing segmen. Nabi Muhammad s.a.w. memasarkan barang-barang
manufaktur, pakaian, barang mewah dan untuk orang kaya Mekah
dan memasarkan peralatan rumah tangga untuk keluarga biasa.
Sedangkan warga negara asing di Busra memasarkan kismis,
parfum, kurma kering, barang tenunan, batangan perak dan ramuan.
Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,
36
Strategi Bisnis Rasulullah
”Wahai manusia ! Sesungguhnya orang yang kaya itu bukan
lantaran banyak harta benda, akan tetapi orang kaya adalah orang
yang kaya jiwa.” Allah azza wa jalla memberikan bagian rezeki
kepada hamba-Nya sesuai yang telah ditetapkan baginya, maka
bersikap baiklah dalam menuntut rezeki, ambillah apa yang halal
dan tinggalkanlah yang harum.” (HR. Abu Ya’la, sanadnya hasan,
dan yang pertama adalah Muttafaq ’Alaih)
6.5.2. Penentuan Posisi (Positioning)
Pembidikan pasar juga berarti menentukan pesaing. Pada masa
Nabi Muhammad s.a.w. yang menonjol dalam kafilah dagang adalah
kesukuan dan kepribadian. Kafilah dagang harus meneliti posisi
pesaing dan memutuskan posisinya yang terbaik. Penentuan posisi
pedagang adalah tindakan untuk merancang citra pedagang serta
nilai yang ditawarkan sehingga pelanggan dalam suatu segmen
memahami dan menghargai kedudukan pedagang dalam kaitannya
dengan pesaingnya. Tugas penentuan posisi terdiri dari tiga
langkah: mengenali keunggulan bersaing yang mungkin untuk
dimanfaatkan, memilih yang paling tepat dan secara efektif mengisyaratkan kepada pasar tentang posisi yang dipilih pedagang.
Kafilah dagang Quraisy mempunyai positioning sebagai
”pemelihara Ka’bah”, sehingga keempat putra Abdul Manaf, yaitu
Hasyim, Abdul Syam, Muttalib dan Naufal berhasil mengantongi ijin
perjalanan dan keamanan dagang yang disebut Aylaf (persetujuan)
dari penguasa-penguasa tetangga. Sedangkan Muhammad
mempunyai positioning sebagai ”Al Amin” yang berarti orang yang
dapat dipercaya.
6.5.3. Strategi Produk
Produk pada dalam Al Qur’an dinyatakan dalam dua istilah,
yaitu al-tayyibat dan al-rizq. Kata al-tayyibat digunakan 18 kali,
sedangkan kata al-rizq digunakan 120 kali dalan Al-Qur’an. Altayyibat merujuk pada suatu yang baik, suatu yang murni dan baik,
sesuatu yang bersih dan murni, sesuatu yang baik dan menyeluruh
serta makanan yang terbaik. Al-rizq merujuk pada makanan yang
diberkahi Tuhan, pemberian yang menyenangkan dan ketetapan
37
Strategi Bisnis Rasulullah
Tuhan (Ali, 1975). Menurut Islam, produk konsumen adalah
berdaya guna, materi yang dapat dikonsumsi yang bermanfaat yang
bernilai guna yang menghasilkan perbaikan material, moral, spiritual
bagi konsumen. Sesuatu yang tidak berdaya guna dan dilarang dalam
Islam bukan merupakan produk dalam pengertian Islam. Dalam
barang ekonomi konvensional adalah barang yang dapat
dipertukarkan. Tetapi barang dalam Islam adalah barang yang dapat
dipertukarkan dan berdaya guna secara moral (Choudhury, 1991).
Dari Abu Daarda r.a., ia berkata, ”Rasulullah s.a.w. bersabda,
“Sesungguhnya rezeki itu akan mencari seorang hamba sebagimana
kematian mencarinya.” (HR. Ibnu Hibban, Al Bazzar, dan ArthThabrani dan lafazhnya, ”Sungguh rezeki itu akan mencari seorang
hamba lebih banyak daripada apa yang dicari oleh ajalnya.” Dari
Sa’d bin Abi Waqqash RA, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
s.a.w. bersabda, “Sebaik-baik dzikir adalah yang samar dan sebaikbaik rezeki adalah yang mencukupi.” (HR. Abu Awanah dan Ibnu
Hibban).
Produk meliputi kualitas, keistimewaan, desain, gaya,
keanekaragaman, bentuk, merek, kemasan, ukuran, pelayanan,
jaminan dan pengembalian. Kualitas didefinisikan oleh pelanggan.
Kualitas merupakan seberapa baik sebuah produk sesuai dengan
kebutuhan spesifik dari pelanggan. Dari Jabir r.a., katanya : ”Nabi
s.a.w. melarang menjual buah-buahan sebelum masak.” Lalu
ditanyakan orang kepada beliau, ”Bagaimanakah buah yang masak?”
Jawab Nabi s.a.w. :”Kemerah-merahan, kekuning-kuningan dan
dapat dimakan seketika.” (Bukhari).
Keistimewaan merupakan karakteristik yang melengkapi fungsi
dasar produk. Produk istimewa pada masa jahiliyah adalah perhiasan
dari emas, perak dan pakaian sutra. Sebelum Muhammad menjadi
Nabi perhiasan emas dan pakaian sutra boleh dipakai oleh pria dan
wanita. Dari Ibnu Umar r.a.,Rasulullah s.a.w.memakai cincin dari
emas atau perak dan dijadikannya muka cincin itu di sebelah telapak
tangan beliau dimana terukir tulisan ”Muhammad Rasulullah”.
Orang banyak mulai memakai cincin seperti itu pula. Setelah beliau
melihat orang ramai memakaicincin seperti itu, beliau lalu
membuang cincin itu dan bersabda :”Saya tidak akan memakainya
lagi untuk selama-lamanya.” Kemudian beliau memakai sebuah
cincin perak. Orang banyak juga mulai memakai cincin perak. Ibnu
38
Strategi Bisnis Rasulullah
Umar berkata : Setelah Nabi s.a.w., orang yang memakai cincin itu
adalah Abu Bakar, lalu Umar, lalu Utsman, sampai cincin itu jatuh
dan hilang oleh Utsman ke dalam sumur di Aris.
Produk ini lebih ditujukan kepada wanita dan untuk dijual. Dari
Abdullah bin Umar r.a, katanya : “Nabi s.a.w. pernah mengirimkan
pakaian sutera atau sutera campuran kepada Umar r.a., kemudian
beliau melihat pakaian itu dipakai oleh Umar. Sabda beliau,
“Sesungguhnya aku kirimkan pakaian itu kepadamu, bukanlah untuk
kau pakai. Yang akan memakainya ialah orang-orang yang tidak
beruntung baginya. Kukirimkan kepadamu ialah supaya engkau
dapat mengambil manfaat daripadanya, yakni supaya kau
jual.”(Bukhari).
Desain merupakan totalitas keistimewaan yang mempengaruhi
cara penampilan dan fungsi suatu produk dalam hal kebutuhan
pelanggan. Pakaian putih merupakan pakaian terbaik. Dari Ibnu
Abbas r.a. bahwa Rasulullah bersabda, ”Pakailah pakaian kalian
yang berwarna putih, karena pakaian putih adalah sebaik-baik
pakaian kalian dan kafanilah mayit kalian dengannya.”(Abu Daud,
Tirmidzi, ibnu Hibban). Ada tambahan : ”Karena sesungguhnya
pakaian itu lebih suci dan lebih baik.”(Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah
dan Al Hakim). Dari Aisyah r.a., ia berkata : ”Rasulullah s.a.w.
pernah keluar dengan memakai pakaian bulu yang dihiasi dengan
gambar pelana unta dari rambut hitam.” (Muslim). Demikian pula
kamar Rasulullah s.a.w. mempunyai desain interior yang menawan
yang membuat tenteram penghuninya.
Gaya menggambarkan penampilan dan perasaan itu bagi
pelanggan. Dari Aiman r.a.,katanya : Saya masuk kerumah Aisyah,
di situ ada baju perempuan yang terbikin dari benang seharga lima
dirham. Kata Aisyah : ”Lihatlah sahaya perempuan, perhatikanlah
dia! Ia merasa megah karena memakai pakaian itu dalam rumah.
Saya pernah memakai baju itu pada masa Rasulullah s.a.w. Setiap
wanita yang ingin berdandan di Madinah, selalu mengirim utusan
kepadaku untuk meminjaminya”(Bukhari).
39
Strategi Bisnis Rasulullah
Desain interior kamar Rasulullah s.a.w.
Produk fisik atau berwujud membutuhkan kemasan agar
tercipta manfaat-manfaat tertentu seperti misalnya perlindungan,
kemudahan, manfaat ekonomi dan promosi. Pedang Rasulullah
s.a.w. mempunyai selongsong yang indah. Demikian pula tempat
sikat gigi (siwak) Rasulullah s.a.w. mempunyai kemasan yang
cantik.
40
Strategi Bisnis Rasulullah
Tempat sikat gigi Rasulullah s.a.w.
Pelayanan pada pelanggan yang memang diingini oleh para
pelanggannya. Nabi Muhammad s.a.w. tetap memberikan pelayanan
terbaik, meskipun kadangkala pelanggannya berbuat kasar. Dari Abu
Hurairah r.a. katanya : “Seorang laki-laki datang kepada Nabi s.a.w.,
menagih piutangnya. Dan orang itu menagih dengan sikap kasar.
Karena itu timbullah para sahabat hendak memukul orang itu. Beliau
bersabda, “Biarkanlah dia ! Dia berhak untuk menagih.” Selanjutnya
beliau menambahkan, “Berikanlah kepadanya unta yang sebanding
dengan untanya?” Kata mereka, “Ya, Rasulullah !Tidak kami dapati
unta yang sebanding dengan untanya, tetapi ada yang lebih daripada
untanya.” Sabda beliau, “Berikanlah kepadanya ! Sesungguhnya
orang yang paling baik di antaramu, ialah yang paling baik
pembayarannya.” (Bukhari).
6.5.4. Strategi Penetapan Harga
Strategi harga yang digunakan Nabi Muhammad s.a.w.
berdasarkan prinsip suka-sama-suka. Dalam surat An Nisaa’ ayat 29
: ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
41
Strategi Bisnis Rasulullah
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.” Demikian pula Anas meriwayatkan
bahwa Nabi pernah menawarkan sebuah kain pelana dan bejana
untuk minum seraya mengatakan : “Siapakah yang ingin membeli
kain pelana dan bejana air minum?” Seorang laki-laki menawarnya
seharga satu dirham dan Nabi menanyakan apakah ada orang yang
akan membayar lebih mahal. Seorang laki-laki menawar padanya
dengan harga dua dirham dan ia menjual barang tersebut padanya
(Timidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah). Dari Anas r.a, katanya Nabi
saw. bersabda : “Hai Bani Najjar ! Tetapkanlah harga kebunmu
kepadaku didalamnya ada runtuhan dan pohon kurma.” (Bukhari).
Strategi harga yang digunakan Nabi Muhammad s.a.w. yang lain
adalah prinsip tidak menyaingi harga orang lain dan tidak
menyongsong membeli barang sebelum dibawa ke pasar serta tidak
berbohong. Dari Abdullah bin Umar r.a. katanya Rasulullah saw,
bersabda ”Janganlah kamu menjual menyaingi penjualan
saudaramu.” (Bukhari). Dari Abu Hurairah r.a. katanya :
“Rasulullah saw melarang orang kota menjualkan barang
(dagangan) orang desa dan janganlah kamu membohongkan harga
barang dan janganlah seseorang menjual menyaingi harga jual
saudaranya, janganlah menawar sesuatu yang sedang dalam
penawaran saudaranya dan jangan seorang wanita minta supaya
diceraikan saudaranya (madunya) untuk menunggangkan isi
bejananya.” (Bukhari).
Nabi Muhammad s.a.w. menetapkan strategi harga dengan
prinsip membantu orang lain. Dari Jabir bin Abdullah r.a., katanya :
“Aku pernah bersama-sama dengan Nabi saw. dalam suatu
peperangan tetapi untaku terlambat karena lelah. Nabi saw. datang
kepadaku seraya berkata, “Jabir !” Aku menyahut, “Ya, Rasulullah
!” Tanya Nabi, “Bagaimana kabarmu ?“ Jawabku, “Untaku lambat
dan lelah : makanya aku terlambat.”Lalu dihela beliau untaku itu
dengan tongkatknya, dan bersabda : “Nah, naiklah !” Lalu aku
naiki unta itu, dan agak kutahan jalannya supaya jangan
mendahului Rasulullah saw.” Tanya beliau, “Apakah engkau sudah
menikah ?” Jawabku, “Sudah, ya Rasulullah.” Tanya beliau pula,
“Apakah gadis atau janda ?” Jawabku, “Dengan janda, ya
42
Strategi Bisnis Rasulullah
Rasulullah.” Sabda beliau pula, “Kenapa tidak dengan gadis saja.
Engkau dapat bersedagurau dengannya dan dia dapat
bersendagurai denganmu.” Jawabku, “Aku mempunyai banyak
saudara perempuan. Aku ingin kawin dengan wanita yang mau
berkumpul, menyisiri dan mengurus mereka.” Sabda beliau,
“Sesungguhnya engkau bakal datang kepada mereka. Apabila
engkau tiba, maka senanglah, senanglah !” Selanjutnya beliau
bersabda, “Akan engkau jualkah untamu ?” Jawabku, “Ya.” Lalu
beliau beli dariku seharga satu uqiyah, Beliau tiba lebih dahulu
dariku, dan aku tiba pagi-pagi. Kami pergi ke mesjid, maka di sana
aku bertemu dengan beliau di pintu mesjid. Sabda beliau, “Baru
tibakah engkau ?” Jawabku, “Ya, benar.” Sabda beliau lagi,
“Tinggalkanlah untamu, masuklah dan shalatlah dua raka’at !” Aku
masuk ke mesjid, kemudian aku shalat. Beliau menyuruh Bilal
supaya menimbang untuk beliau satu uqiyah. Bilal menimbang, dan
diberatkannya timbangan untukku. Kemudian aku pergi, Tetapi baru
saja aku membelakang, beliau bersabda, “Panggil Jabir !.” Tibatiba beliau mengembalikan unta (yang telah dibelinya itu) kepadaku.
Belum pernah ada sesuatu lebih kubenci daripada hal itu. Sabda
beliau, “Ambillah kembali untamu serta uang harganya untukmu !”
(Bukhari).
Nabi Muhammad s.a.w. menetapkan strategi harga meskipun
dengan sahabat terdekatnya. Dari ’Aisyah r.a. katanya : ”Sungguh
sedikit waktu bagi Nabi saw. Pada hari-hari itu, namun beliau
memerlukan datang ke rumah Abu Bakar pagi atau petang. Maka
ketika telah diizinkan bagi beliau untuk pergi (hijrah) ke Medinah,
kami tidak pernah terkejut melainkan ketika beliau datang ke rumah
kami waktu Zuhur, Lalu kedatangan beliau itu diberitahukan kepada
Abu Bakar. Kata Abu Bakar, ”Nabi saw, tidak akan datang saat ini
melainkan karena ada urusan yang sangat penting.” Ketika Nabi
saw. Masuk ke tempat Abu Bakar, beliau bersabda kepadanya ”
Suruh keluarlah orang yang ada di dekatmu !” Kata Abu Bakar,
”Ya, Rasulullah ! Hanya ada dua orang anakku, ”Aisyah dan
Asma.” Sabda Nabi saw, ”Tahukah engkau bahwa sesungguhnya
aku telah diberi izin untuk keluar (hijrah) ?” Kata Abu Bakar,
”Anda perlu teman. Ya Rasulullah !” Sabda beliau, “Ya, kawan.”
Kata Abu Bakar, “Ya, Rasulullah ! Aku punya dua ekor unta yang
43
Strategi Bisnis Rasulullah
sengaja kusediakan untuk keluar (hijrah), ambillah seekor untuk
Anda” Sabda Nabi, “Kuambil seekor dengan harganya.” (Bukhari).
Strategi harga yang ditetapkan dalam jual beli kepada Allah,
dicontohkan oleh Ali bin Abu Thalib. Ali bin Abi Thalib. “Wahai
wanita, apakah kamu mempunyai sesuatu yang bisa dimakan
suamimu?” tanya Ali kepada istrinya Fátimah. “Demi Allah aku
tidak mempunyai sesuatu sedikitpun, Namur ini ada uang 6 dirham
dari hasil upahku memintal bulu. Uang tersebut akan aku belikan
makanan untuk Hasan dan Husain” jawab Fatimah. ”Wahai wanita
yang mulia, berikan uang 6 dirham itu kepadaku” kata Ali. Fátima
lalu memberikan uang 6 dirham itu kepada Ali bin Abi Thalib.
Sesudah uang diterima, Ali ke luar rumah dengan maksud membeli
makanan untuk kedua putranya. Tiba-tiba di tengah jalan ia bertemu
seorang yang berkata “Siapa yang mau meminjami Allah, Dzat Yang
Menguasai dan pasti Dia akan menepati Janji-Nya”. Akhirnya Ali
mendekati orang tersebut dengan menyerahkan uang 6 dirham yang
dibawanya dari rumah yang sedianya dibelikan makan untuk
anaknya. Setelah uang diberikan Ali langsung pulang. Ketika Fátima
mengetahui kepulangan suaminya ke rumah tanpa membawa
makanan apa-apa, ia terus menangis. Melihat istrinya menangis, Ali
langsung bertanya “Wahai wanita mulia, apa yang menyebabkan
engkau menangis?”. “Wahai putra paman Rasulullah, aku melihat
engkau pulang dengan tanpa membawa makanan sedikitpun” jawab
Fátimah. “Wahai wanita mulia, aku telah menghutangkan uang 6
dirham tadi kepada Allah” kata Ali. “Kalau itu yang engkau lakukan
aku setuju” kata Fatimah. Kemudian Ali bin Abi Thalib keluar
hendak menuju ke tempat Rasulullah saw, tiba-tiba di tengah jalan ia
bertemu seorang Badui yang sedang menuntun unta. Ali lalu
mendekati Badui tersebut, maka Badui itu berkata “Wahai ayah
Hasan, belilah unta ini”. “Aku tidak mempunyai uang sepeserpun
untuk membeli untamu itu” kata Ali. Badui :” Aku menjual unta ini
dengan cara dihutangkan”. Ali: “Kalau begitu, berapa harga unta ini
kamu jual?”. Badui: “Aku menjualnya dengan harga 100 dirham”.
Ali:“Baiklah, unta ini aku beli, namun pembayarannya nanti saja
setelah aku mendapatkan uang”. Setelah itu Ali bin Abi Thalib
menuntun unta yang baru dibelinya. Tetapi tidak begitu jauh Ali
dihadang oleh seorang Badui lain, yang bertanya kepadanya “Wahai
ayah Hasan, apakah kamu hendak menjual unta yang kamu tuntun
44
Strategi Bisnis Rasulullah
itu?”. Ali: “Benar, aku hendak menjual unta ini”. Badui: ” Berapa
harganya?”. Ali:“Harga unta ini 300 dirham”. Badui:“Baiklah, aku
beli untamu dengan harga tersebut”. Setelah orang Badui itu
menyetujui harganya, ia langsung membayar 300 dirham secara
tunai kepada Ali. Sesudah menerima pembayaran tersebut, Ali
menyerahkan kendali untanya kepada orang Badui tadi. Kemudian ia
pulang ke rumahnya. Tatkala Fatimah mengetahui suaminya datang,
ia menyambutnya dengan senyum kasih saying, sebagaimana
kebiasaan yang ia lakukan setiap kali menyambut kedatangan
suaminya. Fatimah lalu bertanya “Wahai ayah Hasan, apa yang
engkau bawa hari ini?”. “Wahai putri Rasulullah, aku telah membeli
seekor unta dengan dihutang cara pembayarannya seharga 100
dirham. Aku lalu menjual unta tersebut dengan harga 300 dirham
secara tunai” jawab Ali. “Aku setuju saja terhadap apa yang kamu
lakukan asalkan membawa kemanfaatan dan kemaslahatan” kata
Fatimah. Sesudah berbincang-bincang dengan Fatimah dirasa cukup,
ia keluar rumah lagi menuju tepat Rasulullah. Pada saat ia memasuki
pintu masjid Rasulullah saw melihatnya dengan tersenyum dan
ketika Ali sudah mendekat, beliau berkata ““Wahai ayah Hasan,
apakah kamu yang bercerita kepadaku, ataukah aku yang memberi
kabar kepadamu?”. “Engkau saja yang memberi kabar kepadaku”
jawab Ali. Rasulullah berkata ““Wahai ayah Hasan, apakah kamu
sudah mengerti, siapa sebenarnya Badui yang menjual unta
kepadamu itu, dan siapa Badui kedua yang membelinya?”. Ali:
“Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Rasulullah:
“Beruntung sekali kamu………beruntung ……….beruntung………
Wahai Ali, kamu telah menghutangi Allah dengan 6 dirham, maka
Allah memberimu 300 dirham sebagai pengganti setiap dirham
mendapat 50 dirham. Adapun orang Badui yang pertama adalah
Jibril, sedangkan yang kedua adalah Israfil“. Menurut riwayat lain
menyebutkan bahwa orang pertama yang menjual unta adalah
Jibril, sedangkan yang kedua adalah Mikail.
45
Strategi Bisnis Rasulullah
Masjid Imam Ali
6.5.5. Strategi Tempat
Nabi Muhammad s.a.w. menganjurkan untuk berjual beli di
pasar. Dari Abdullah bin Umar r.a., katanya : Rasulullah s.a.w.,
bersabda : “Janganlah kamu menjual menyaingi harga jual orang
lain, dan janganlah kamu menyongsong membeli barang dagangan
sebelum dibawa ke pasar.” (Bukhari). Dari Ibnu Umar r.a., katanya
: “Pada masa Rasulullah saw. Orang banyak membeli makanan dari
rombongan orang-orang berkendaraan. Nabi saw mengirim utusan
kepada mereka supaya melarang mereka menjual makanan di
tempat mereka beli, sehingga mereka dipindahkan ke tempat
menjual makanan (Bukhari).
Mekah dan Medinah merupakan tempat yang diberkahi. Dari
Abdullah bin Zaid r.a. dari Nabi saw, sabdanya : “Sesungguhnya
Nabi Ibrahim mengharamkan (menjadikan tanah suci) negeri
Mekkah dan mendo’a baginya. Dan aku mengharamkan negeri
Madinah seperti Nabi Ibrahim mengharamkan Mekkah dan aku pun
46
Strategi Bisnis Rasulullah
mendo’a bagi kemakmurannya sebagaimana Nabi Ibrahim mendo’a
bagi kemakmuran negeri Mekkah.” (Bukhari).
Masjid Nabi di Medinah
Pasar Qainuqa merupakan pasar di Medinah. Dari Abdurrahman bin
‘Auf r.a. katanya : “ketika kami tiba di Madianah, Rasulullah saw,
mempersaudarakan saya dengan Sa’ad bin Rabi’. Kata Sa’d bin
Rabi’, “Saya orang Anshar yang paling kaya. Aku bagi dua hartaku
denganmu. Dan tengoklah mana diantara isteriku yang engkau
senangi. Akan saya secarikan dia. Setelah ia halal, engkau boleh
mengawininya. Jawab Abdurrahman, “Saya tidak memerlukan
demikian. Di manakah pasar di sini ?” Jawab Sa’d, “Pasar
Qainuqa’,” Pagi-pagi Abdurrahman pergi ke pasar itu membawa
keju dan samin. Dan sesudah itu ia terus menerus pergi ke sana.
Tidak lama kemudian, Abdurrahma datang (kepada Nabi saw)
dengan kesan pucat (dimukanya). Rasulullah saw. bertanya,
“Kawinkah engkau ?” Jawab Abdurrahman, “Benar, ya Rasulullah
!” Tanya Nabi, “Dengan seorang wanita Anshar,!” Sabda Nabi,
47
Strategi Bisnis Rasulullah
“Berapa engkau beri maharnya ?” Jawabnya, “Emas seberat atau
sebesar biji kurna,” Sabda Nabi saw, “Adakanlah pesta, sekalipun
dengan seekor domba.” (Bukhari).
6.5.6. Strategi Promosi
Promosi yang dilakukan Rasulullah s.a.w. lebih menekankan
pada hubungan dengan pelanggan meliputi berpenampilan menawan,
membangun relasi, mengutamakan keberkahan, memahami
pelanggan, mendapatkan kepercayaan, memberikan pelayanan hebat,
berkomunikasi, menjalin hubungan yang bersifat pribadi, tanggap
terhadap permasalahan, menciptakan perasaan satu komunitas,
berintegrasi, menciptakan keterlibatan dan menawarkan pilihan.
Penampilan Rasulullah s.a.w. sangat menawan dengan wajah
yang tampan, muka yang ceria, telapak tangan yang lembut dan bau
keringat yang harum. Diriwayatkan dari Al-Barra’ r.a., dia berkata
Rasulullah s.a.w. berperawakan sedang, berpundak bidang,
rambutnya lebat terurai ke bahu hingga ke kedua cuping telinga.
Beliau pernah menggunakan pakaian berwarna merah. Aku tidak
pernah sama sekali melihat orang lebih tampan daripada beliau
(Bukhari dan Muslim). Demikian pula dari Anas bin Malik r.a., dia
berkata : Rasulullah s.a.w. senantiasa ceria, keringatnya bagai kilau
mutiara, apabila beliau berjalan langkahnya berayun, sutra yang
pernah aku sentuh tidak ada yang lebih halus daripada telapak tangan
Rasulullah s.a.w. dan minyak misik serta minyak ambar yang pernah
aku cium tidak ada yang melebihi bau wangi Rasulullah s.a.w.
(Bukhari dan Muslim).
Menurut Al Ghazali, Rasulullah s.a.w. memandang pakaian
sebagai penutup aurat dan penghias diri, seperti do’a yang beliau
ucapkan ketika mengenakan pakaian dengan mengucapkan
:”Segenap puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian padaku
sesuatu yang dapat menutupi auratku dan dapat saya gunakan
sebagai penghias diri terhadap orang lain.”
48
Strategi Bisnis Rasulullah
Rambut Rasulullah s.a.w.
Pakaian Rasulullah s.a.w.
49
Strategi Bisnis Rasulullah
Nabi Muhammad s.a.w. menyatakan bahwa membangun
silaturahim atau membangun relasi merupakan kunci keberhasilan
dalam pemasaran. Dari Anas bin Malik r.a., katanya dia mendengar
Rasulullah s.a.w., bersabda “Barangsiapa ingin supaya dimudahkan
(Allah) rezkinya, atau dipanjangkan (Allah) umurnya, maka
hendaklah dia memperhubungkan silaturahmi (hubungan kasih
sayang)”(Bukhari). Rezki juga akan dilancarkan apabila mempunyai
empat sifat sebagai pedagang. Dari Abu Umamah r.a., Rasulullah
s.a.w. bersabda :”Sesungguhnya seorang pedagang apabila
mempunyai empat sifat pedagang, maka rezkinya akan lancar.
Apabila ia membeli barang ia tidak mencela, apabila menjual ia
tidak memujinya dengan berlebihan, apabila menjual ia tidak
menipu
dan
apabila
menjual
atau
membeli
tidak
bersumpah”(Ashbahani).
Nabi Muhammad s.a.w. lebih mengutamakan keberkahan
daripada keberhasilan penjualan. Dari Abu Hurarirah r.a., katanya
dia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sumpah itu melariskan
dagangan, tetapi menghapus keberkahan” (Bukhari). Keberkahan
juga dapat diperoleh jika menimbang atau menakar dalam jual beli.
Dari Miqdam bin Ma’diytakriba r.a. dari Nabi saw, sabdanya :
“Gantanglah (timbanglah) makananmu, kamu akan diberi berkah”
(Bukhari).
Nabi Muhammad s.a.w. sangat memahami pelanggannya.
Ketika ratusan utusan datang pada Nabi setelah kemenangan kota
Mekah, seorang diantaranya Abdul Qais, datang menemui Nabi.
Selanjutnya, meminta agar mereka memanggil dan memberitahukan
pemimpin mereka, yaitu Al-Ashajj. Ketika menghadap, Nabi pun
mengajukan bermacam-macam pertanyaan, tentang penduduk
berbagai kota dan urusan-urusan mereka. Secara khusus Nabi juga
menyebutkan nama-nama Sofa, Musyaqqar, Hijar dan beberapa kota
lainnya. Pemimpin mereka Al-Ashajj, sangat terkesan dengan
pengetahuan luas yang dimiliki Nabi tentang negerinya sehingga ia
mengatakan “Ayah dan ibuku akan berkorban demi Anda, karena
Anda tahu banyak tentang negeriku dibanding aku sendiri dan
mengetahui nama-nama lebih banyak kota di negeri kami daripada
yang kami ketahui.” Bahkan Nabi mengetahui kebiasaan orang
Bahrain, cara hidup penduduk Bahrain, cara mereka minum dan cara
mereka makan.
50
Strategi Bisnis Rasulullah
Nabi Muhammad s.a.w. untuk mendapatkan kepercayaan
mengandalkan akhlaknya atau budi pekertinya. Dari ‘Atha’ bin
Yasar r.a, katanya dia bertemu dengan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash,
lalu katanya : “Ceritakanlah kepadaku tentang sifat Rasulullah saw.
Seperti yang tersebut dalam Kitab Taurat”.Jawab Abdullah, “Baiklah
! Demi Allah sesungguhnya Rasulullah saw. Telah disebut di dalam
Kitab Taurat dengan sebagian sifat beliau yang tersebut didalam Al
Qur’an : “Wahai, Nabi ! Sesungguhnya Aku mengutus engkau
untuk menjadi saksi, memberi kabar gembira, memberi peringatan
dan memelihara orang ummi. Engkau adalah hamba-Ku dan
pesuruh-Ku. Aku namakan engkau orang yang tawakkal (berserah
diri), tidak jahat budi, tidak kesat hati, tidak pula orang yang suka
berteriak di pasar-pasar, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan,
tetapi pemaaf dan memberi ampun. Dan Allah belum akan mencabut
nyawanya sehingga dia menegakkan agama selurus-lurusnya, yaitu
supaya mereka mengucapkan : “Laa illaaha illallaah” sehingga
dengan ucapan itu Allah membukakan mata yang buta dan telinga
yang tuli serta hati yang tertutup.” (Bukhari). Kepercayaan juga
dibangun dari tidak adanya penipuan. Dari Abdullah bin Umar r.a.,
katanya : ”Seorang laki-laki bercerita kepada Rasulullah saw. Bahwa
dia ditipu orang dalam hal jual beli. Maka sabda beliau ”Apabila
engkau berjual beli, maka katakanlah : Tidak boleh ada
tipuan.”(Bukhari).
Nabi Muhammad s.a.w. memberikan pelayanan hebat kepada
pelanggannya. Djabir r.a. berkata : Rasulullah saw, bersabda :”Allah
merahmati kepada orang yang ringan jika menjual atau membeli
dan jika menagih hutang.” (Bukhari). Abu Qotadah r.a. berkata :
Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda : Siapa yang ingin
diselamatkan Allah dari kesukaran hari qiyamat harus memberi
tempo pada orang yang masih belum dapat membayar hutang atau
menguranginya (Muslim). Dari Hudzaifah r.a., katanya Nabi saw,
pernah bersabda : “Para malaikat datang bertemu dengan ruh
orang-orang yang sebelum kamu. Mereka bertanya, “Amal baik apa
sajakah yang telah engkau laksanakan ?” Jawab orang itu, “Aku
pernah memerintahkan kepada para pelayanku supaya mereka
memberi janji kepada orang miskin dan bersikap lapang kepada
orang kaya.”Lantas para malaikat itu memberikan kelapangan
kepadanya (Bukhari). Dan juga Hudzaifah r.a. berkata: Ketika
51
Strategi Bisnis Rasulullah
dihadapkan kepada Allah seorang hamba yang telah diberiNya
kekayaan dan ditanya : “Apakah yang kau lakukan terhadap harta
kekayaan yang telah Aku berikan kepada kamu di dunia ?”
Hudzaifah berkata : Dan mereka ketika itu tidak dapat
menyembunyikan sesuatu apapun dari Allah. Maka jawab orang itu
kepada Allah : “Tuhanku saya dahulu telah mendapat karunia berupa
harta, maka saya telah melakukan hubungan dagang dengan orangorang dan kebiasaan saya memaafkan meringankan kepada orang
kaya dan memberi tempo orang yang tidak punya. Maka Allah
berfirman: “Saya lebih berhak daripadamu untuk demikian.
Maafkanlah hambaKu, Keterangan ini disambut oleh Uqbah bin
Amir dan Abu Mas’ud bahwa kedua orang ini telah mendengar
keterangan itu dari Rasulullah s.a.w. (Muslim).
Nabi Muhammad s.a.w. menjalin hubungan komunikasi
(bermusyawarah) dengan baik agar tidak terjadi perselisihan antara
orang melaksanakan jual beli. Dari Zaid bin Tsabit r.a. katanya
”Biasanya pada masa Rasulullah saw orang banyak berjual beli
buah-buahan, setelah tiba waktu memtik dan bayar membayar,
sipembeli mengatakan : buah ini busuk, kena penyakit, layu dan
macam-macam kerusakan yang mereka jadikan alasan. Ketika
mereka bertengkar sudah demikian rupa, Nabi saw. Bersabda : ’Jika
begitu, janganlah Tuan-tuan berjual beli sehingga telah nyata benar
buah itu baik.” Selaku orang yang suka bermusyawarah
(berkomunikasi secara demokratis), beliau memimpinkan hal itu
karena banyaknya terjadi pertikaian antara sesama mereka”
(Bukhari).
Nabi Muhammad s.a.w. menjalin hubungan yang bersifat
pribadi. Dari Anas bin Malik r.a, katanya ”Pada suatu waktu ketika
Nabi saw, sedang berada di pasar, seorang laki-laki memanggil
beliau, katanya, ”Hai, Abu Qasim !” Nabi saw, melenggong
kepadanya. Maka kata si laki-laki tadi. ”Saya memanggil orang ini.”
Sabda Nabi saw. : ”Berilah nama dengan namaku, tetapi jangan
kamu bergelar dengan gelarku.”
Nabi Muhammad s.a.w. tanggap terhadap permasalahan yang
dihadapi pelanggan. Rasulullah s.a.w. bersabda :“Allah mengasihi
orang yang mudah dalam penjualan, pembelian, pelunasan dan
penagihan. Barang siapa memberi penangguhan kepada orang yang
dalam kesusahan (untuk membayar hutang) atau membebaskannya,
52
Strategi Bisnis Rasulullah
maka Allah akan menghisabnya dengan penghisaban yang ringan.
Barang siapa menerima kembali pembelian dari orang-orang yang
menyesali pembeliannya, niscaya Allah membatalkan (menghapus)
kesalahannya pada hari kiamat.” (Bukhari dan Muslim). Demikian
pula permasalah yang terjadi pada orang lain, Nabi Muhammad
s.a.w. tetap membantu menyelesaikan permasalah tersebut. Dari
Jabir r.a. katanya : “Abdullah bin ‘Amru bin Harani meninggal dunia
sedangkan ia mempunyai hutang. Saya minta tolong kepada Nabi
saw. Supaya orang-orang yang mempiutanginya sudi meringankan
hutangnya. Nabi s.a.w. Menyampaikan permintaan itu kepada
mereka, tetapi mereka tidak mau memenuhinya. Nabi saw, bersabda
kepadaku, “Pergilah atur kurma engkau bermacam-macam! Ajwah
sebagian dan ‘Azqa Zaid. Kemudian beritahukan kepadaku kalau
sudah selesai.” Lantas apa yang diperintahkan Nabi saw, itu saya
laksanakan, dan setelah selesai kuberitahukan kepada beliau. Beliau
duduk diatas atau ditengah tengah kurma itu, lalu beliau bersabda,
“Nah, gantanglah untuk kaum yang berpiutang itu.” Lalu saya
gantangi dan saya berikan secukupnya kepada mereka masingmasing Ternyata kurmaku yang tinggal tidak kurang satu jua pun
dari semula.”
Nabi Muhammad s.a.w. menawarkan pilihan dalam memasarkan
produknya. Dari Ibnu Umar r.a., dari Rasulullah saw., bahwasanya
beliau bersabda : “Apabila dua orang telah melakukan jual beli,
maka tiap-tiap orang dari keduanya boleh khiyar (memilih) selama
mereka belum berpisah, dan keduanya masih berkumpul, atau salah
satu dari keduanya telah memberi khiyar kepada yang lain, dan
keduanya telah melakukan jual beli atas dasar khiyar itu, maka
sesungguhnya jual beli itu haruslah dilakukan atas yang demikian.
Jika keduanya telah berpisah sesudah melakukan jual beli, sedang
yang satu lagi belum meninggalkan (tempat) jual beli. Maka jual
beli itu harus berlaku demikian.” (Bukhari). Demikian pula dari
Ibnu Umar r.a., katanya Nabi saw. Bersabda : “Dua orang yang jual
beli boleh khiyar selama keduanya belum berpisah, atau salah satu
diantara keduanya mengatakan kepada yang lain, “pilihlah !” Dan
boleh jadi juga beliau mengatakan, “Atau jual beli itu dengan
khiyar.” Kata Nafi’ : “Pernah Ibnu Umar apabila membeli sesuatu
yang disenanginya, dia segera berpisah dengan penjualnya.”
(Bukhari).
53
Strategi Bisnis Rasulullah
54
DAFTAR PUSTAKA
Abbaasi, .M..,K.W. Hollman dan J.H. Murray, 1990. Islamic
Economics: Foundations and Practices. International Journal of
Social Economics. Vol. V.
Abu `Ubayd, 1975. Kitab al-Amwal, ed. M. Hiras, Cairo: Maktabat
al-Kulliyah al-Azhariyah and Dar al-Fikr
Ad-Duwaisy, Syaikh Ahmad bin Abdulrrazak, 1999. Fataawaa alLajnah ad-Daa-imah lil Buhuuts al-‘Ilmiyyah wal Iftaa’ Al
Buyuu’, Riyadh : Daarul ‘Ashimah
Afzalurrahman, 1982. Muhammad : Encyclopedia of Seerah. Vol. 2,
No. 3, London : The Muslim School Trust.
Ahmad, Khurshid, 1980. Studies in Islamic Economics. Leicester :
Islamic Foundation.
______, 1986. Problems of Reaseach in Islamic Economics with
Emphasis on Reasearch Administration and Finance. Leicester:
Islamic Foundation.
______, 1992. Nature and Significance of Islamic Economics.
Leicester: Islamic Foundation.
Ahmad, Mushtaq, 1995. Business Ethics in Islam. Islamabad : The
International Institute of Islamic Thought.
Ahmad, Syeikh Mahmud. 1952. Economic of Islam. Lahore :
Institute of Islamic Culture.
Ahmad, Ziauddin. 1998. Islam, Proverty and Income Distribution.
Lahore: The Islamic Fondation.
Al-Arabi, Mohammad Abdullah. 1966. Contemporary Banking
Transactions and Islam’s views thereon. Islamic Review,
London, May
Al-Asqalani, Ibnu Hajar, 1985. Mukhtashar At-Targhib wa AtTarhib, Beirut : Maktab al-Islami.
Al-Azdi, 1967. Ta'rikh al-Mawsil, ed. `A. Habibah, Cairo: Dar
Ahya' al-Turath al-Islami
al-Bakri, 1983. Mu`jam ma Usta`jam min Asma' al-Bilad wa alMawadi`, ed. M. al-Saqqa', Beirut: `Alam al-Kutub
Al-Baladhuri, 1959. Ansab al-Ashraf, ed. M. Hamidullah, Cairo:
Dar al-Ma`arif
Strategi Bisnis Rasulullah
Al-Baladhuri, 1978. Futuh al-Buldan, ed. R. Radwan, Beirut: Dar
Maktabat al-Hilal
Al-Bukhari, 1979. Sahih Al-Bukhari. Terjemahan oleh Mohammad
Muhsin Khan, Islamic University Al-Medina Al-Munawara,
Edisi Keempat, Lahore : Kazi Publication, Vol.VII, No.277, hal.
208-209.
Al-Dhahabi, 1990. Ta'rikh al-Islam: al-Maghazi, Beirut: Dar alKitab al-`Arabi
Al-Fanjari, Muhammad Shawqi, 1990. Dhatiyat al-siyasiyat aliqtisadiyat al-islamiyah. Cairo: Markaz al-Iqtisad al-Islami.
Al-Fasi, 1985. Al-`Iqd al-Thamin fi Ta'rikh al-Bilad al-Amin,
Beirut: Maktabat al-Risalah
Al-Halabi, 1980. Al-Sirah al-Halabiyah fi Sirat al-Amin alMa'mun, Beirut: Dar al-Ma`arif
Al-Hazimi, 1995. Kitab al-Amakin, ed. H. al-Jasir, Riyadh: Dar alYamamah
Al-Isfahani, 1974. Kitab al-Aghani, Cairo: Dar al-Kutub al-Misriyah
Al-Jahiz, 1966. Al-Tabassur fi al-Tijarah , Cairo: Dar al-Kitab alJadid
Al-Jarjawi, Syehk Ali Ahmad, 1997. Hikmah at-Tasyri’ wa
Falsafatuhu. Beirut: Darul El-Fikri.
Al-Jauziyyah, Ibnul Qayyim,1955. A’lamul Muwaqqi’in.
AlMaktabah at-Tijariyyah al-Kubra, Cairo, vol. III.
Algaoud, Lativa M., Lewis, Mervyn K. 2001. Islamic Banking.
Massachusetts: Islamic Edward Elgar
Ali, Syed Ameer. 1949. A short history of the Saracens, London:
Macmillan & Co., pp. 63-64.
Ali, A. Yusuf (Penerjemah), 1975. The Holy Qur’an. Lahore : Sh.
Muhammad Ashraf.
Al-Hamdani, 1977. Sifat Jazirat al-`Arab, ed. M. al-`Akwa, Riyadh:
Dar al-Yamamah
Al-Harbi, 1969. Kitab al-Manasik wa Amakin Turuq al-Hajj wa
Ma`alim al-Jazirah, Beirut: Matba`at al-Mutannabi
Al Kattani, Abd al Hay. 1975. Al Taratib al Sultaniyyah. Beirut:
Hasan Ju’na and M. Amin Damaj Pub.
Al-Khuza'i, 1980. Takhrij al-Dalalat al-Sam`iyah `ala ma Kana fi
Ahd al-Rasul , Cairo: al-Majlis al-A`la li'l Shu'un al-Islamiyah
55
Strategi Bisnis Rasulullah
Al-Maghluts, Sami bin Abdullah bin Ahmad, 2005. Athlas Tarikh alAnbiyaa wa al-Rusul, Obaikan.
Al-Maqrizy, Taqyuddin Ahmad bin Ali. 1988. Syuzur Al-Uqud fi
Zikri Al-Nuqud. Tahqiq Muhammad Bahr Al-Ulum, Beirut :
Daar Al-Zahra’.
Al-Maraghiy, Ahmad Mustafa, 1970. Tafsir al-Maraghiy.
Penterjemah Muhammad Thalib, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
Dan Pustaka.
Al-Marzuqi, 1914. Kitab al-Azminah wa al-Amkinah, Hyderabad:
Matba`at Da'irat al-Ma`arif.
Al Mawardi, Abu al Hasan. 1993. Al Ahkam al Sultaniyyah. Cairo:
Mustapha al Babi al Halabi.
Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyyur-Rahman, 1998. Ar-Rahiq alMakhtum Bahtsun fi as-Sirah an-Nabawiyah ‘ala Shahibina asShalat was-Salam. Cairo : Dar al-Hadits.
Al-Mushlih, A. ,Ash-Shawi, S. 2001. Ma La Yasa’ut Tajiru Jahluhu.
Riyadh : Dar Al-Muslim.
Al-Naqsyabandi, Nashir Al-Sayyid Mahmud, 1953. Al-Dinar AlIslami Fi Al-Muthaf Al-Iraqi, Beirut : Al-Rabithah.
Al-Qalqashandi, 1980. Nihayat al-Arab fi Ma`rifat Ansab al-`Arab
, Beirut: Dar al-Kutub al-Lubnani
Al-Qummi, 1967. Tafsir al-Qummi, ed. T. Al-Jaza'iri, Najaf:
Maktabat al-Huda
Al Qu’an dan Terjemahannya, Mekah : Khadim al Haramain asy
Syarifain
Al-Qurtubi, 1966. Al-Jami` li-Ahkam al-Qur'an, Cairo: Dar alQalam
Al-Qutbi, 1982. I`lam al-`Ulama' al-A`lam bi-Bina' al-Masjid alHaram, Riyadh: Dar al-Rifa`i
Al-Rashid, S, 1980. Darb Zubaydah, Riyadh: Riyadh Univ.
Libraries
Al-Ruqqun, M. , 1986. Kiswat al-Ka`bah al-Mu`azzamah `abr alTa'rikh, Cairo: Matba`at al-Jiblawi
Al-Samhudi, 1981. Wafa' al-Wafa' fi Ta'rikh Dar al-Mustafa,
Beirut: Dar Ahya' al-Turath al-`Arabi
Al-Sayf, A. , 1983. Al-Hayah al-Iqtisadiyah wa al-Ijtima`iyah fi alNajd wa al-Hijaz fi al-`Asr al-Umawi, Riyadh: Mu'assasat alRisalah
56
Strategi Bisnis Rasulullah
Al-Shami, Al-Salihi, 1975. Subal al-Hudan wa al-Rashad fi Sirat
Khayr al-`Ubbad, ed. `Abd al-`Aziz `Abd al-Haqq, Cairo: Lajnat
Ahya' al-Turath al-Islami
Al-Shawkani, 1979. Fath al-Qadir al-Jami` bayna Fana al-Riwayah
wa al-Dirayah min `Ilm al-Tafsir, Beirut: Dar al-Fikr
Al-Sudayli, 1978. Al-Rawd al-Unuf fi Tafsir al-Sirah alNabawiyah, Beirut: Dar al-Ma`rifah
Al-Tha'alibi, 1965. Thimar al-Qulub, ed. M. Ibrahim, Cairo: Dar
Nahdat Misr
Al-`Umari, 1985. Al-Hiraf wa al-Sina'at fi al-Hijaz fi `Asr Rasul
Allah, Riyadh: `A. al-`Umari
Al-Waqidi, 1965. Kitab Maghazi Rasul Allah, ed. M. Jones,
London: Oxford University Press
Al-Ya`qubi, 1939. Ta'rikh al-Ya`qubi (Najaf: al-Maktabah alMurtadawiyah
Al-Zubayr b. Bakkar, 1996. Al-Akhbar al-Muwaffaqiyat, ed. S. al`Ani, Beirut: `Alam al-Kutub
Anas, Malik b. , 1981. Al-Muwatta', Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah
Anouar, Hassoune. 2002. Profitability of Islamic Banks.
International Journal of Islamic Financial Services, Volume 4,
Number 2, July-Sept .
Ariff, Mohammad, 1982. Monetary and Fiscal Economics of Islam,
Jeddah : ICRIE.
______, 1985. Toward a Definition of Islamic Economics : Some
Scientific Consideration. Journal of Research
in Islamic
Economics, Winter.
______, 1988. Islamic Banking, Asian-Pacific Economic Literature,
Volume 2, Number 2, September, pp. 48-64.
______, 1989. Islamic Banking in Malaysia : Framework,
Performance and Lesson. Journal of Islamic Economics, Volume
2, Number 2.
______ dan Mannan, M.A., 1990. Developing a System of Financial
Instruments. Proceeding of Seminar held in Kuala Lumpur,
Malaysia, 28 April- 5 Mei.
______, 1997. The Role of the Market in the Islamic Paradigm.
IIUM Journal of Economics and Management, Malaysia
Armstrong, Karen. 1996. Muhammad, A Biography of the Prophet,
Second Edition, London : Victor Gollancz, The Cassell Group.
57
Strategi Bisnis Rasulullah
Aronsson,T.,Lofgren,K.G. and Backlund, K. 2004. Welfare
Measurement In Imperfect Markets : A Growth Theoretical
Approach. Cheltenham, Edward Elgar.
Arrow, K.J. and Scitowsky,T. 1969. Readings in Welfare
Economics, HomeWood, pp.255-283.
Asheim,G.B. and Buchholz,W. 2004. A General Approach to
Welfare Measurement Through National Income Accounting,
Scandinavian Journal of Economic 106, pp. 361-384.
Asheim,G.B. and Weitzman,M.L. 2001. Does NNP Growth Indicate
Welfare Improvement?, Economics Letters 73, pp. 233-239.
Atkinson, A. 1975. The Economics of Inequality. London: Oxford
University Press.
At-Tariqi, Abdullah Abdul Husain. 2004. Al-Iqtishad al-Islami :
Ushusun wa muba’un waakhdaf. Terjemahan, Yogyakarta :
Magistra Insannia Press.
Awd Allah, A. , 1981. Makkah fi `Asr ma Qabl al-Islam, Riyadh:
Da'irat al-Malik `Abd al-`Aziz
Ayati, M.I., 1980. The History of Prophet of Islam. ed. by A. Gordji,
Tehran University, Tehran.
Bahjat, Ahmad, 1995. Anbiya’ Allah, Cairo : Daar As-Syuruq.
Bakkar, Al-Zubayr b. , 1961. Jamharat Nasab Quraysh wa
Akhbaruha, ed. M. Shakir, Cairo: Maktabat Dar al-`Urubah
Baladhuri., 1966. Kitab Futuh Al-Buldan. Beirut:Terjemahan oleh
Philp Khori Hittli.
Bhattacharya, K.M., 2005. Islamic Banking : A Case for
Introduction in the Indian Banking System. IBA Bulletin,
Mumbai, December, p.1
Blackorby, C. and Donaldson, D. ,1987. Welfare Ratios and
Distributionally Sensitive Cost-Benefit Analysis. Journal of
Public Economics, 34, pp.265-90
Carbonell, A.F. 2002. Subjective Questions To Measure Welfare and
Well-being, Discussion Paper, Tinbergen Institute, Amsterdam,
pp 1-5.
Chapra, M. Umer, 1970. The Economic System of Islam :
Discussion of its Goal and Nature. London : The Islamic Cultural
Centre.
______, 1979. Objectives of the Islamic Economic Order. Leicester,
United Kingdom : The Islamic Foundation.
58
Strategi Bisnis Rasulullah
______, 1979. The Islamic Welfare State and its Role in the
Economy. Leicester, United Kingdom : The Islamic Foundation.
______, 1985. Toward a Just Monetary System. Leicester, United
Kingdom : The Islamic Foundation.
______, 1995. Islam and the Economic Challenge. Leicester, United
Kingdom : The Islamic Foundation.
______, 2000. The Future of Economics : An Islamic Perspective.
Leicester, United Kingdom : The Islamic Foundation.
Choudhury, M.A. ,1991. Social Choice in an Islamic Economic
Framework,
Choudhury, Masudul Alam and Houque, M. Ziaul. 2003 Islamic
Finance: A Westen Perspective – Revisited. International Journal
of Islamic Financial Services, Volume 5, Number 1, April-June.
Chowdhury, A. Abdul Mannan. 1999. Resource Allocation,
Investment Decision and Economic Welfare : Capitalism,
Socialism and Islam. University of Chittagong, Banladesh.
Cizaka, M., 1995. Encyclopedia of Islamic Banking and Insurance.
Institute of Islamic Banking and Insurance, London
Cohn, H.H., 1971. Interest, Encyclopedia Judaica. Jerusalem : Keter
Publishing House.
Crone, P. 1987. Meccan Trade and Rise of Islam. Oxford : Basil
Blackwell.
Dar, Humayon A. and Presley, John R. 2000, Lack of Profit Loss
Sharing in Islamic Bankingm : Management and Control
Imbalances, International Journal of Islamic Financial Services,
Volume 2, Number 2, September, pp. 9-12.
Doi, Abdur Rahman I. 1984. Shariah : The Islamic Law. 3rd Edition,
Kuala Lumpur : A.S. Noordeen Publishers.
Donner, F. 1977. Mecca's Food Supply and Muhammad's Boycott,
JESHO 20 : 249-66;
El-Diwani, Tarek, 2003. The Problem with Interest. 2nd edition,
London: Kreatoc, Ltd.,
Elliot, John E.. 1985. Comparative Economic Systems, Wadsworth
Publishing Company, Belmont, pp.408-429.
Fabozzi, Frank J Franco, Modigliani, Ferri, Michael G.,1994.
Foundations of Financial Markets and Institutios, New York :
Prentice-Hall Inc.
59
Strategi Bisnis Rasulullah
Federal Deposit Insurance Corporation, 2004. Bank Failure &
Assistance. June 25.
Friedman, Thomas L., 2001. The Lexus and The Olive Tree:
Undertanding Globalization, New York : Achor Book.
Ghazali, Imam. 1937. Al-Mustasyfa, Kairo : Al-Maktabah atTijariyyah al-Kubra, Vol.I hlm 139
Gilmore, M. et al., 1985. A Preliminary Report on the First Season
of Excavations at al-Mabiyat, an Early Islamic Site in the
Northern Hijaz, Atlal: Journal of Saudi Arabian Archaeology 9
Gopal, M.H. 1935. Mauryan Public Finance. London : George Allen
& Unwin.
Gordon, B..1982. Lending at Interest : Some Jewish, Greek and
Christian approach, 800 BC – AD 100, History of Political
Economy, Vol. 14 No.3, pp. 406-26.
Griffin, Keith.
1989. Alternative Strategies for Economic
Development, Macmillan, London, pp.218-219.
Grutchy, Allan G.
1977. Comparative Economic Systems.
Houghton : Mifflin Company.
Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., Anderson,R.E., & Tatham, R.L.,
2006. Multivariate Data Analysis. Sixth Edition, New Jersey :
Pearson Prentice Hall.
Hanafi, Khaled, 2003. Islamic Gold Dinar Will Minimize
Dependency on U.S. Dolla., Money File, The Case for Gold,
Cairo, January 8.
Haniffa, Roszaini dan Hudaib, Mohammad, 2004. Disclosure
Practices of Islamic Financial Institutions : An Exploratory
Study. The Islamic Perspective International Conference V,
Brisbane, Australia.
Harahap, Sofyan Syafri, 2004. Akuntansi Islam. Cetakan keempat,
Jakarta : Bumi Aksara
Haron, Sudin, 1996. The Effects of Managemet Policy on
Performance of Islamic Banks. Asia Pacific Journal of
Managemet, Oct, 13,2
Haron, Sudin, 1997. Islamic Banking : Rules & Regulations.
Selangor : Pelanduk Publications.
Haron, Sudin and Ahmad, Norafifah. 2000. The Effects of
Conventional Interest Rates and Rate of Profit on Funds
Deposited with Islamic Banking System
In Malaysia.
60
Strategi Bisnis Rasulullah
International Journal of Islamic Financial Services, Volume 1,
Number 4, January-March.
Haron, Sudin and Yamirundeng, KuMajdi. 2003. Islamic Banking
In Thailand: Prospects and Challenges, International Journal of
Islamic Financial Services, Volume 5, Number 2, September.
Hassan, Ahmad, 2004. A-lAuraq Al-Naqdiyah fi Al-Iqtishad AlIslamy, Terjemahan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hause,J.C. 1975. The Theory of Welfare Cost Measurement. Journal
of Political Economy 83, Juni, pp. 1145-1182.
Heck, G., 1999. Gold Mining in Arabia and the Rise of the Islamic
State,JESHO 42 : 363ff
Heilbroner, Robert and Lester Thurow, 1994. Economic Explained.
New York:Simon & Schuster.
Henry, Clement M., 1999. Special issue on Islamic Banking and
Finance. Thunderbird International Business Review, 41(5/6),
pp.355-609, July.
Hibatallah, Abu Baqa', 1984. Al-Manaqib al-Mazyadiyah (Amman:
Maktabat al-Risalah al-Hadithah
Hitti, Philip K., 2002. History of The Arabs, From the Earliest Time
to Present, New York : Palgrave Macmillan.
Hodgson, Marshall G.S., 1974. The Venture of Islam, Conscience
and History in a World Civilization, Chicago : The University of
Chicago Press.
Homby, A.S., 1974. Oxford Avanced Learner’s Dictionary of
Current English. Oxford University Press.
Hughes, T. P. , 1982. Dictionary of Islam, New Delhi: Cosmo
Publications
Ibn al-Athir, 1985. Al-Kamil fi al-Ta'rikh, Beirut: Dar al-Kitab al`Arabi.
Ibn Habib, 1942. Kitab al-Muhabbar, ed. I. Lichtenstadter,
Hyderabad: Da'iat al-Ma`arif al-`Uthmaniyah
Ibn Habib, 1985. Kitab al-Munammaq, Beirut: `Alam al-Kutub
Ibn Hajar, 1906. Kitab al-Isabah fi Tamyiz al-Sahabah, Cairo:
Matba`at al-Sharifah
Ibn Hazm, 1971. Jamharat Ansab al-`Arab, Cairo: Dar al-Ma`arif
Ibn Hisham, 1955. Kitab Sirat al-Nabi, ed. M. Al-Saqqa, Cairo:
Makatabat Mustafa al-Babi al-Halabi
61
Strategi Bisnis Rasulullah
Ibn Ishaq, 1976. Sirat Ibn Ishaq, ed. M. Hamidullah, Rabat: Ma`had
al-Dirasat wa al-Abhath
Ibn Ishaq, 1955. The Life of Muhammad, Oxford: Oxford
University Press
Ibn Kathir, 1966. Al-Bidayah wa al-Nihayah, Riyadh: Maktabat alNasr.
Ibn Khaldun, 1978. Muqaddimat Ibn Khaldun , Beirut: Dar al-Hilal
Ibn Khallikan, 1969. Wafayat al-A`yan, ed. Ahsan `Abbas, Beirut:
Dar al-Thaqafah
Ibn Qutaybah, 1966. Al-Shi`r wa al-Shu`ara', Cairo: Dar al-Ma`arif
Ibrahim, M., 1990. Merchant Capital and Islam. Austin: University
of Texas Press.
Ibrahim, Abdullah Lam, 2005. Ahkaamul Aghniyaa fisy Syari’ah Al
Islaamiyah wa Atsaaruhu. Amman : Darun Nafais.
Imam-ud-Din, S.M.,1982. A Historical Background of Modern
Islamic Banking, Islamic Research Economics Bureau, pp. 17583.
Iqbal, Z., 2004. Financial Intermediation and Design of Financial
System in Islam, Islamic Economic Studies, Vol.11,No.2, March.
Iqbal, Z. and Mirakhor, A. 2004. A Stakeholders Model of Corporate
Governance of Firm in Islamic Economic System. International
Seminar on Economics, Malaysia, September 22-24.
Iqbal, Z. and Mirakhor, A. 2007. An Introduction to Islamic Finance
: Theory and Practice, Singapore : John Wiley & Sons (Asia) Pte
Ltd.
International Association of Islamic Banks. 1997. Directory of
Islamic Banks and Financial Institutions. Jeddah : International
Association of Islamic Banks.
Ismail, A.H., 1986. Islamic Banking In Malaysia : Some Issues,
Problems, and Prospects. Kuala Lumpur : Bank Islam Malaysia
Berhad.
Janahi, A.L., 1995. Islamic Banking : Concept, Practice and Future.
Second Edition, Manama : Bahrain Islamic Bank.
Johnson, Marion, 1968. The Nineteenth-Century Gold 'Mithqal' in
West and North Africa, The Journal of African History, Vol. 9,
No. 4 , pp. 547-569
62
Strategi Bisnis Rasulullah
Kazarian, E. 1991. Finance and Economic Development, Islamic
Banking in Egypt. Lund Economic Studies No.45, University of
Lund, Lund.
Khalil, Syauqi Abu, 2003. Athlas al-Hadith al-Nabawi, Minal Kutub
ash-Shihaah as-Sittah, Damaskus : Dar al Fikr
________________, 2005. Athlas Al Qur’an, Amakin, Aqwam,
A’laam, Damaskus : Dar al Fikr
Khan, Muhammad Akram., 1989. Economic teachings of Prophet
Muhammad (may peace be upon him): a select anthology of
Hadith literature on economics. Islamabad: International Institute
of Islamic Economics: Institute of Policy Studies.
Khan, M. Fahim 1999. Financial Modernization in 21st Century and
Challenge for Islamic Banking. International Journal of Islamic
Financial Services, Volume 1, Number 3, Oct-Dec.
Khan, M. Mushin 1979. Sahih Al-Bukhari : Arabic-English, Islamic
University Al-Medina Al-Munawara, Kazi Publication, Lahore,
Vol.7 No.277. pp.208-209
Khan, Mohsin and Mirakhor, Abbas, 1987. Theoretical Studies in
Islamic Banking and Finance. Houston : IRIS Books.
Khan, Mohsin and Mirakhor, Abbas, 1992. Islam and the Economic
System, Review of Islamic Economics. Vol.2, No.1, pp. 1-29.
Kister, M. 1965. Makkah and Tamim: Some Aspects of Their
Relations. JESHO 8 : 117-63
Majid, Fakhry, 1997. A Short Introduction in Islamic Philosophy,
Theology and Mysticism. Oxford, England : Oneworld
Publications.
Maali, Bassam, Casson, Peter, and Napier, Christopher,2003. Social
Reporting by Islamic Banks. Discussion Papers in Accounting
and Finance, University of Southampton, September.
Mannan, M. A.,1970. Islamic Economics, Theory and Practic.
Leicester, United Kingdom.: The Islamic Foundation.
Mannan, M. A., 1984. The Making of Islamic Economic Society:
Islamic Dimensions in Economic Analysis. Cairo: International
Association of Islamic Banks.
Maududi, Sayyid Abu A’la. 1963. Economic and Political Teachings
of the Quran. Weisbaden, Otto Harasowitz, pp. 178-190.
McKenzie,G.W. 1982. Welfare Measurement : A Syntesis. The
American Economic Review 72(4), September, pp. 669-682.
63
Strategi Bisnis Rasulullah
Miles, G. , 1948. Some Early Arab Dinars, Museum Notes, New
York: American Numismatic Society
Mohmassani, Sobhi, 1978. Al-Awza’l wa Ta’alimuhu’l Insaniyah
wa’l Qanyniyah. Beirut : Dar al-Ilm li’l Mala’in.
Muslim, 1994. Sahih Muslim, Riyadh : Dar Ibni Khuzaimah
Nada, Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid, 2003. Mausuuah al-Adaab alIslaamiyyah al Murattabah ‘alaa al Huruuf al Hijaa’iyyah, Daar
Thayyibah li an-Nasyr wa at-Tawzi.
Nadwi, S.Abu Hasan Ali.1975. The Four Pillars of Islam. Edisi
kedua, Karachi : Majlis Nashreyat-e-Islam.
Naqvi, Syed Nawab Haider, 1994. Islam, Economics and Society,
London : Kagan Paul International.
Nashif, Syekh Manshur Ali, 1994. Attaajul Jaami’ lil ushuul fii
ahaaditsir Rasuul,
Nelson, Benjamin. 1949. The Idea of Usury : From Tribal
Brotherhood to Universal Otherhood. Princetone : Princetone
University Press.
Neusner, Jacob. 1990. The Talmud of Babylonia : An American
Translation. Atlanta: Scholar’s Press.
Patinkin, D.. 1968. Interest, International Encyclopeia of the Social
Sciences. London : Macmillan Inc.
Perlman, Richard. 1976. The Economics of Proverty,. New York :
Mc Graw Hill.
Petras, James and Veltmeyer, Henry. 2001. Globalization Unmasked
: Imperialismin the 21st Century, New York : Zed Books.
Pollack, R.A. and Wales, T.J.,1979. Welfare Comparisons and
Equivalence Scales. American Economic Review, 69, pp.216-21.
Qardhawi, Yusuf, 1990. Madkhal Li Dirasah Al-Syari’ah AlIslamiah. Kaherah : Maktabah Wahbah
Qardhawi, Yusuf, 2003. Fi Fiqh al-Aqaliyyah al-Muslimah. Kaherah
: Dar I-Shuruq.
Qureshi, Anwar Iqbal, 1974. Islam and the Theory of Interest.
Lahore : Sh. Muhammad Ashraf.
Rahman, Afzalur.,1980. Islamic Doctrine on Banking and Insurance.
London : Muslim Trust Company.
Rahman, Fazlur., 1964. Riba and Interest. Islamic Studies, Maret,
pp. 1-43
64
Strategi Bisnis Rasulullah
Rahman, Yahia Abdul. 1999. Islamic Instruments for Managing
Liquidity,.International Journal of Islamic Financial Services,
Volume 1, Number 1, Apr-Jun.
Rangaswami, K. 1927. Aspects of Ancient Indian Economic
Thought. Madras law Journal Press, Mylapore.
Ravallion, M. and Lokshin, M. .2000. Subjective Economic
Welfare. Development Research Group, World Bank.
Rosly, Saiful Azhar, 2004. The Inseparable Shari’ and Tabi’
Principle in Business Strategy. DinarStandard, Business
Strategies for Muslim World, December 3.
Russell, Bertrand. 1946. History of Western Philosophy. London :
George Sallen & Unwin.
Sabzwari, MA.1979. Zakah and Ushr with Special Reference to
Pakistan. Industries Printing Press, Karachi, p.5.
____________.1982. The Concept of Saving in Islam. An NIT
Publication, Karachi, p.1
Sadr, Kazim. 1989. Essays on Iqtishad : The Islamic Approach to
Economic Problems, Nur Corp.,MD, USA
Saqar, N. , 1981. Al-Ta'if fi al-`Asr al-Jahili wa Sadr al-Islam,
Jiddah: Dar al-Shuruq
Shamma, S., 1976. Al-Madinah: Ma'din Amir al-Mu'minin, AlMaskukat 7 : 106-9.
Sarker, Abdul Awwal. 1999. Islamic Business Contracts : Agency
Problems and The Theory of The Islamic Firms. International
Journal of Islamic Financial Services, Volume 1, Number 2, JulSep..
Serjeant, R. B. 1990. Meccan Trade and the Rise of Islam, JAOS
111 : 472.
Shaban, M. 1971. Islamic History: A New Interpretation. London:
Cambridge University Press.
Shahid, I.,1956. The Arabs in the Peace Treaty of 561 A.D.,
Arabica 3 : 185
Sharif, Mohammad, 2003. Application of Islamic Economic System
In a Contemporary Economy : An Illustration with Poverty and
Inequity in the USA, Humanomics, Patrington, Vol.19, p. 41.
Shibli, Nomani. 1962. Seeratun Nabi. Karachi : Matbee Maarif
Azamgarh, Vol.1
65
Strategi Bisnis Rasulullah
Siddiqi, Muhammad Nejatullah.1982. Recent Work on History of
Economic Thought in Islamic Survey. International Centre for
Research in Islamic Economic, King Abdul Aziz University,
Jeddah.
Siddiqui, Amir Hasan.1962. Studies in Islamic History, Karachi:
The Jamiyatul Falah Publications, p.102.
Simon, R. , 1989. Meccan Trade and Islam: Problems of Origin
and Structure, Budapest: Akademiai Kiado
Subhani, Ja’far, 1984. The Message, Karachi : Foreign Department
of Be’that Foundation
Taleqani, Sayyed Mahmood. 1983. Islam and Ownership, Lexington:
Mazda Publishers.
Tawney, R. H. , 1926. Relegion and the Rise of Capitalism, London
and New York : Harcourt Brace.
Ubaid, Abu. 1353H. Al Amwal. Cairo: Al Maktabah al Tijaryyah al
Kubra.
Uzair, Mohammad. 1956. An Outline of Interestless Banking.
Karachi : Raihan Publication.
Uzair, Mohammad. 1978. Interest Free Banking. Karachi : Royal
Book Company.
Vadillo, Umar I., 1996. The Return of the Gold Dinar : A Study of
Money in Islamic Law. Medinah : Medinah Press
Watt, Montgomery, 1953. Muhammad at Makkah. Oxford: Oxford
University Press.
________________, 1956. Muhammad at Madinah. Oxford: Oxford
University Press.
________________, 1964. Muhammad Prophet and Stateman.
Oxford: Oxford University Press
Wolf, E. 1951. The Social Organization of Mecca and the Origins
of Islam, Southwest Journal of Anthropology : 334-36
Yadegari, Mohammad. 1983. Ideological revolution in the Muslim
world. Bretnwood : IGPS.
Yusuf, Abu. 1302H. Kitab al Kharaj. Cairo : Shaybani’s Al Jami’al
Saghir.
Zahra, Muhammad Abu, 1978. Al Imam Zaid, Cairo : Dar al Fikr
al‘Araby, pp. 293-295.
Zahra, Muhammad Abu, 1978. Abu Hanifa, Cairo : Dar al Fikr
al‘Araby, p. 539.
66
Download