Tinjauan Pustaka - Repository | UNHAS

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peningkatan suara Partai Demokrat pada pemilu 2009 merupakan
suatu fenomena politik yang menarik untuk dibahas, untuk menjawab hal
tersebut diperlukan suatu konsep dan teori maka pada bagian tinjauan
pustaka ini peneliti merumuskan arah tujuan penelitian. Perumusan arah
tujuan ini berdasarkan pada beberapa konsepsi dasar yang disadur dari
beberapa referensi yang dianggap memiliki kompetensi demi pencapaian
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
Adapun konsep dan teori tersebut antara lain pendekatan
Institusional baru sebagai pendekatan yang digunakan penulis dalam
penelitian ini. Konsep partai politik, partai politik yang dimaksud di sini
adalah kumpulan orang yang tergabung dalam suatu kelompok dan
memiliki kesamaan tujuan guna memperoleh legitimasi kekuasaan melalui
pemilihan umum yang sah secara prosedur serta terdaftar sebagai peserta
pemilu. Konsep eksistensi partai adalah keberadaan sebuah partai politik
untuk memegang bagian dalam sistem politik karena kedudukan atau
status yang dimilikinya dan konsep pemilihan umum yaitu proses
penggunaan hak suara yang dilakukan oleh pemilih melalui aturan-aturan
yang ditetapkan, guna memperoleh atau mempertahankan eksistensi
sebuah partai politik.
8
A. PENDEKATAN INSTITUSIONAL BARU
Pendekatan institusional baru lebih merupakan suatu visi yang
meliputi beberapa pendekatan lain, berbeda dengan institusional lama
yang memandang institusi negara sebagai suatu hal yang statis dan
terstruktur. Pendekatan intitusional baru memandang negara sebagai hal
yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan tertentu.
Institusional baru sebenarnya dipicu oleh pendekatan behavioralis
atau perilaku yang melihat politik dan kebijakan publik sebagai hasil dari
perilaku kelompok besar atau massa, dan pemerintah sebagai institusi
yang hanya mencerminkan kegiatan massa itu1. Bentuk dan sifat dari
institusi ditentukan oleh aktor beserta juga dengan segala pilihannya. Inti
dari Institusional baru dirumuskan oleh Robert E. Goodin Sebagai Berikut :





1
Aktor dan kelompok melaksanakan proyeknya dalam suatu
konteks yang dibatasi secara kolektif.
Pembatasan - pembatasan itu terdiri dari institusi-institusi, yaitu
pola norma dan pola peran yang telah berkembang dalam
kehidupan sosial dan perilaku dari mereka yang memengang
peran itu. Peran itu telah ditentukan secara sosial dan
mengalami perubahan terus-menerus.
Sekalipun demikian, pembatasan-pembatasan ini dalam banyak
hal juga memberi keuntungan bagi individu atau kelompok
dalam mengejar proyek mereka masing-masing .
Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang membatasi
kegiatan individu dan kelompok, juga mempengaruhi
pembentukan preferensi dan motivasi dari aktor dan kelompokkelompok.
Pembatasan ini mempunyai akar historis, sebagai peninggalan
dari tindakan dan pilihan-pilihan masa lalu.
Miriam Budiardjo.Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi), (PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 2008) hal. 96
9

Pembatasan-pembatasan ini mewujudkan, memelihara, dan
memberi peluang serta kekuatan yang berbeda kepada individu
dan kelompok masing-masing2.
Pendekatan institusional baru lebih banyak mengkaji tentang
bagaimana mengajak masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan, hal ini bertujuan untuk membentuk institusi yang
lebih bernilai dalam konteks tertentu.
Pemilihan umum merupakan saat dimana terjadinya partisipasi
yang paling konvensional yang dapat ditemui dihampir semua negara
demokratis melalui proses pemberian suara. Melalui pemberian suara saat
pemilihan umum ini rakyat kemudian dapat ikut berpartisipasi dalam
sistem politik melalui wakil yang telah dipilihnya dalam pemilu, seperti
yang dikemukakan oleh Ramlan Subakti bahwa pemilihan umum
merupakan sarana memobilisasi dan menggalang dukungan rakyat
terhadap negara dan pemerintah dengan jalan ikut serta dalam proses
politik3.
Penggalangan dukungan rakyat terhadap negara memerlukan
partai politik sebagai institusi yang hadir untuk mewujudkan hal tersebut.
Partai politik menjalankan fungsi-fungsinya dalam sistem politik antara lain
sebagai
sarana
partisipasi
politik
dan
fungsi
sebagai
pemandu
kepentingan, tetapi fungsi utama dari partai politik ialah mencari dan
mempertahankan eksistensi dalam bentuk kekuasaan untuk mewujudkan
program-program yang disusun berdasarkan ideologi partai tersebut.
2
3
Miriam Budiardjo. Op.Cit hal. 98
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (PT. Grasindo. Jakarta, 2010) hal. 233
10
Sebagai sebuah institusi pola perilaku partai politik tertata oleh
aturan yang telah ditetapkan, tetapi pada kenyataanya aktor dalam partai
politik memiliki kecenderungan dalam menentukan pola perilaku partai
politik tersebut. Dari penjelasan diatas penulis memilih menggunakan
pendekatan institusional baru untuk melihat eksistensi partai politik dalam
mencapai atau mempertahankanya, sebagai rumusan masalah dan untuk
keperluan analisis teori dan pendekatan-pendekatan sehubungan dengan
inti masalah dalam skripsi ini.
B. Partai Politik
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu
kelompok
yang
terorganisir
yang
anggota-anggotanya
mempunyai
orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Partai Politik adalah
kendaraan untuk mencapai tujuan politik.
Partai Politik diterjemahkan
sebagai organisasi yang dibentuk oleh sekelompok warga negara secara
sukarela
atas
dasar
memperjuangkan
dan
kesamaan
kehendak
membela
kepentingan
dan
cita-cita
politik
untuk
anggotanya,
masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar tahun 1945.4
4
UU No.2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik.
11
Substansi sebuah partai politik adalah sebuah lembaga yang
didirikan atas suatu kehendak. Kehendak yang dimaksud disini adalah
sebuah konsep ideologis yang mendasari dibentuknya sebuah parpol.
Sehingga yang membedakan antara partai politik yang satu dengan yang
lain adalah konsep ideoligis atau platform partai. Masing-masing parpol
memiliki konsep khas, yang berbeda dengan partai politik lainnya, mereka
yang memiliki cara pandang yang sama, konsep ideologis yang sama,
bergabung dalam satu partai politik tertentu.
Partai politik dianggap sebagai pusat politik dalam sistem
Demokrasi, tujuan partai politik ialah untuk memperoleh kekuasaan politik
dan merebut kedudukan politik yang biasanya dengan cara konstitusionil
untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.
Dalam literatur politik, setidaknya dikenal 80 defenisi mengenai
partai politik. Namun, terlepas dari variasi yang ada, para pakar politik
sepakat bahwa partai politik memiliki beberapa ciri umum sebagai berikut :
a. Kumpulan orang-orang yang se-ide dan berupaya mewujudkan
ide-ide mereka dalam kehidupan masyarakat,
b. Memiliki organisasi yang rapi, yang menjamin kontinyutas
kegiatan sepanjang tahun,
c. Berupaya menyusun agenda kebijakan publik, serta berusaha
mempengaruhi pengambilan keputusan atas agenda tersebut,
d. Berambisi
menempatkan
wakil-wakilnya
dalam
jajaran
pemerintahan.
12
Partai politik adalah unsur penting dalam kehidupan politik dan
pemerintahan. Partai politik menghubungkan masyarakat madani dengan
negara dan lembaga-lembaganya. Selain itu, partai menyuarakan
pandangan serta kepentingan berbagai kalangan masyarakat. Serupa
lembaga-lembaga politik lainnya, partai politik tentu memiliki kelemahan
dan kekurangan. Akan tetapi, sentimen anti partai, emoh partai, yang
berkembang selama ini bersumber dari orde politik yang melecehkan
peran serta warga negara supaya segolongan masyarakat dapat berkuasa
dan mengontrol seluruh rakyat dan sumberdaya nasional dengan caracara yang monopolistik dan monolitik.
Partai politik dapat berarti organisasi yang mempunyai basis
ideologi yang jelas, dimana setiap anggotanya mempunyai pandangan
yang sama dan bertujuan untuk merebut kekuasaan atau mempengaruhi
kebijaksanaan negara baik secara langsung maupun tidak langsung serta
ikut pada sebuah mekanisme pemilihan umum untuk bersaing secara
kompetitif guna mendapatkan eksistensi.
Lapalombara dan Myron Weiner melihat partai politik sebagai
organisasi untuk mengekspresikan kepentingan ekonomi sekaligus
mengapresiasikan dan mengatur konflik5. Partai politik dilihat sebagai
organisasi yang mempunyai kegiatan yang berkesinambungan serta
secara organisatoris memiliki cabang mulai dari tingkat pusat sampai ke
tingkat daerah.
5
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Gramedia. Jakarta, 1992) hal.113
13
Secara
umum
partai
politik
adalah
suatu
kelompok
yang
terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita
yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan
politik dan kedudukan politik yang biasanya dengan cara konstitusional
untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka6.
Menurut Ichlasul Amal partai politik merupakan satu keharusan
dalam kehidupan politik yang modern dan demokratis7. Partai politik
secara ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat,
mewakili kepentingan tertentu, memberikan jalan kompromi bagi pendapat
yang saling bersaing, serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan
secara absah (legitimate) dan damai.
Partai Politik sebagai lembaga kontrol politik tentu saja mempunyai
peranan yang sentris untuk menunjukkan kesalahan atau penyimpangan
administrasi yang dilakukan oleh oknum yang ingin merusak tatanan
demokrasi Indonesia. Seperti yang dikemukakan oleh Leo Agustino bahwa
salah satu fungsi partai politik adalah melakukan kontrol politik. Kontrol
politik sangat dibutuhkan dalam negara demokratis, ia tidak saja sebagai
sarana untuk menyediakan nuansa checks and balances yang aktual,
tetapi juga kontrol politik berupa kegiatan dalam menunjukkan kesalahan,
kelemahan, dan penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintah yang
6
7
Mochtar Mas’oed & Collin Mc. Andrews, Perbandingan Sistem Politik (Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta, 1989 hal.16
Ichlasul Amal, Teori-Teori Mutakhir Partai, (PT. Tiara Wacana. Yogyakarta, 1998) hal.
11
14
berkuasa8. Entah dalam hal isi suatu kebijakan ataupun implementasi
kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah, tidak hanya itu
tujuan dari kontrol politik yang dilakukan oleh partai politik adalah
berusaha meluruskan pelaksanaan kebijakan yang menyimpang dan
memperbaiki kekeliruan-kekeliruan yang tengah terjadi. Penyimpangan
yang akut, kekeliruan yang mewabah, serta berbagai persoalan politik
yang terjadi, sebenarnya dapat diselesaikan manakala kontrol politik
menjadi instrumen penting dalam membangun kehidupan politik yang
sehat.
Kegiatan seseorang dalam partai politik merupakan suatu bentuk
patisipasi politik. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan sukarela di
mana seseorang turut serta dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin
politik dan turut serta secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembentukan kebijaksanaan umum. Kegiatan-kegiatan ini mencakup
kegiatan memilih dalam pemilihan umum, menjadi anggota golongan
politik seperti partai, kelompok penekan, kelompok kepentingan, duduk
dalam lembaga politik seperti dewan perwakilan rakyat atau mengadakan
komunikasi dengan wakil-wakil rakyat yang duduk dalam badan tersebut,
berkampanye, menghadiri kelompok diskusi dan sebagainya.
8
Leo Agustino, 2007. Prihal Ilmu Politik : Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik,
(Graha Ilmu. Yogyakarta, 2007) hal. 105
15
Carl J. Friedrich melihat partai politik sebagai sekelompok manusia
yang
terorganisir
secara
stabil
dengan
tujuan
merebut
atau
mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota
partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materil9. Sejalan dengan
Carl J. Friedrich, R. H. Soltau melihat partai politik sebagai sekelompok
warga Negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai
suatu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya
untuk memilih guna menguasai pemerintahan dan melaksanakan
kebijaksanaan umum mereka10.
Berbeda dengan dua pemikir sebelumnya yang melihat partai politik
lebih berorintasi pada kekuasaan Sigmund Neumann dalam karangannya
Modern Political Parties mengemukakan bahwa Partai politik adalah
organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai
kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar
persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang
mempunyai pandangan yang berbeda11. Sigmund Neumann melihat partai
politik sebagai sarana untuk mewadahi kepentingan politik.
9
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik ( PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta,
1977 ) hal.161
10 Ibid
11
Miriam Budiardjo, Op.Cit hal. 162
16
Perlu
diterangkan
bahwa
partai
berbeda
dengan
gerakan
(movement). Suatu gerakan merupakan kelompok atau golongan yang
ingin mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga politik
atau kadang-kadang malahan ingin menciptakan suatu tata masyarakat
yang baru sama sekali, dengan memakai cara-cara politik. Dibanding
dengan partai politik, gerakan mempunyai tujuan yang lebih terbatas dan
fundamentil sifatnya dan kadang-kadang malahan bersifat ideologi.
Orientasi ini merupakan ikatan yang kuat di antara anggota-anggotanya
dan dapat menumbuhkan suatu identitas kelompok (group identity) yang
kuat. Organisasinya kurang ketat dibanding dengan partai politik. Berbeda
dengan partai politik, gerakan sering tidak mengadukan nasib dalam
pemilihan umum.
Partai politik juga berbeda dengan kelompok penekan (pressure
group) atau istilah yang lebih banyak dipakai dewasa ini, kelompok
kepentingan (interest group). Partai politik bertujuan memperjuangkan
suatu kepentingan dalam skala yang luas melalui mekanisme pemilu,
sedangkan kelompok penekan atau kelompok kepentingan yang lain
seperti kelompok profesi, kelompok adat, organisasi kemasyarakatan
hanya mengejar kepentingan-kepentingan sesaat dalam ruang lingkup
yang lebih kecil serta melewati meknisme politik formal seperti pemilu.
17
Dari penjelasan diatas dapat ditarik satu kesimpulan bahwa partai
politik adalah organisasi yang berusaha menghimpun kekuatannya dari
dukungan rakyat pemilih dan berusaha mendudukkan atau menempatkan
anggotanya
pada
jabatan-jabatan
politik
untuk
mempertahankan
eksistensinya.
C. Eksistensi Partai
Penulis melihat eksistensi partai sebagai keberadaan sebuah partai
politik untuk memegang bagian dalam sistem politik karena kedudukan
atau status yang dimilikinya. Keberadaan atau eksistensi partai politik
dalam sistem politik ditentukan oleh jumlah suara yang diperoleh pada
pemilu, sehingga penulis mengaggap untuk mengukur eksistensi partai
adalah dengan melihat upaya dari partai politik dalam memperoleh suara
pada pemilu.
Untuk memperoleh suara dalam pemilu diperlukan mesin partai
yaitu kader yang hadir melalui proses rekrutmen. Rekrutmen partai politik
dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui eksistensi sebuah
partai politik. Merupakan suatu hal yang mutlak bagi partai politik untuk
merekrut kader untuk berpartisipasi secara aktif dalam kampanye dan
mengajukan calon untuk menduduki posisi struktural dalam pemerintahan
( pilkada) mereka harus mendapatkan simpati rakyat dengan menawarkan
ide dan tujuan yang membuat mereka merasa bahwa mereka bagian dari
proses politik (simbol integritas) dengan begitu mereka akan membentuk
pemerintahan dan saluran internal untuk menghasilkan program yang
18
memuaskan untuk sebagian besar warga negara (fungsi agregasi),
(Scimitter (1999: 477-478)12, sementara menurut
Ramlan Subakti
rekutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan
kekuasaan13.
Basis massa merupakan salah satu indikator eksistensi suatu
partai, dimana loyalitas seorang konstituen pada sebuah partai ditentukan
oleh identitas partai tersebut. Menurut M. Khoirul Anwar & Vina Salviana
identitas partai merupakan perasaan terikat pada kelompok dimana ia
menjadi anggota maupun kelompok yang ia pilih 14. Loyalitas massa
pendukung partai akan berpengaruh terhadap perolehan suara sebuah
partai politik dalam pemilu, bahkan partai akan melakukan segala upaya
agar loyalitas konstituenya tetap terjamin termasuk menggunakan caracara yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi.
Aktor sentral dalam partai politik merupakan indikator eksistensi
sebuah partai politik. Menurut Bima Arya aktor central dalam partai politik
lebih penting bagi pemilih untuk menentukan partai apa yang dipilih
ketimbang alasan-alasan lainnya seperti keyakinan agama, ideologi, etnis
dan geografis15. Dengan karakter pemilih Indonesia yang rata-rata masih
menyandarkan diri pada ketokohan personal dalam preferensi pilihan
12http://se2/isn/chserviceengineFilesEINIRAS47085ipublicationdocument_singledocumen
t95DCB6FD-EC71-4D92-82F1-FC2AD430FFE6enwp44.pdf
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (PT. Grasindo. Jakarta, 2010) hal.151
14 M. Khoirul Anwar & Vina Salviana, Perilaku Partai Politik : Studi Partai Politik dalam
Kampanye dan kecenderungan Pemilih pada Pemilu 2004 ,(UMM Press. Malang,
2006) hal. 28
13
15
http://www.bima-arya.com/?p=171
19
politiknya, untuk kebutuhan merebut simpati rakyat, kharisma dan
popularitas citra figur tokoh adalah kekuatan referen partai politik di
Indonesia.
Selain indikator yang telah disebutkan di atas strategi partai
merupakan salah satu indikator eksistensi partai, berbagai strategi partai
politik yang telah dilakukan sebagaimana yang tertuang dalam platform
partai atau dalam manifesto partai yang telah digariskan arah dan
perjuangan
partai
untuk
mencapai
tingkat
popularitas
dalam
memenangkan suatu pemilu yang berlangsung.
Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk mengetahui
eksistensi partai politik adalah dengan melihat institutionalisasi partai
politik, yang dimaksud dengan institutionalisasi partai politik ialah situasi di
mana terdapat stabilitas dalam kompetisi antar-partai, sehingga partai
akan memiliki akar stabil di masyarakat, dan partai-partai yang
berkompetisi dalam pemilihan umum diterima sebagai alat yang sah untuk
menentukan siapa yang akan mengelolah pemerintah, dan partai memiliki
aturan yang relatif stabil dan terstruktur (Mainwaring dan Scully, 1995;1)16.
Secara lebih spesifik Vicky Randall dan Lars Svasand
(2002; 13-14)
mengusulkan empat kriteria untuk mengukur eksistensi partai17 yaitu :
16
http://people/uncw/edutanpCSEA2006/html
http://se2/isn/chserviceengineFilesEINIRAS47085ipublicationdocument_singledocument95DCB
6FD-EC71-4D92-82F1-FC2AD430FFE6enwp44.pdf
17
20

Derajat kesisteman
Derajat kesisteman adalah proses pelaksanaan fungsi-fungsi partai
politik,
termasuk
penyelesaian
konflik,
dilakukan
menurut
aturan,
persyaratan, prosedur, dan mekanisme yang disepakati dan ditetapkan
dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) partai
politik. AD/ART partai politik dirumuskan secara komprehensif dan rinci
sehingga
mampu berfungsi sebagai
acuan
dan
prosedur dalam
melaksanakan semua fungsinya sebagai partai politik. Suatu partai politik
dapat dikatakan telah terinstitutionalisasi dari segi kesisteman bila partai
politik melaksanakan fungsinya semata-mata menurut AD/ART yang
dirumuskan secara komprehensif dan rinci itu. Derajat kesisteman suatu
partai poilitik dapat dilihat dari asal-usul partai politik tersebut, apakah
dibentuk dari atas, dari bawah, atau dari atas yang disambut dari bawah.
Berikutnya siapakah yang lebih menentukan dalam partai, apakah
seorang pemimpin yang disegani atau pelaksanaan kedaulatan anggota
menurut prosedur dan mekanisme yang ditetapkan organisasi sebagai
suatu kesatuan. Siapakah yang menentukan dalam pembuatan keputusan
faksi-faksi dalam partai ataukah partai secara keseluruhan merupakan
salah satu indikator derajat kesisteman suatu partai politik dan bagaimana
partai memelihara hubungan dengan anggota dan simpatisan, apakah
bersifat klientelisme atau pertukaran dukungan dengan pemberian materi
atau menurut konstitusi partai (AD/ART).
21
Pemimpin yang dominan dalam partai politik tidaklah dengan
sendirinya buruk. Peran pemimpin dominan akan menimbulkan akibat
buruk
bila
sang
pemimpin
menggunakan
kharismanya
untuk
melanggengkan dominasinya, sedangkan peran dominan pemimpin akan
menimbulkan
akibat
positif
bila
sang
pemimpin
menggunakan
kharismanya membangun kesisteman dalam partai.
Faksi, dan pengelompokan dalam partai juga tidak dengan
sendirinya buruk. Bila pengelompokan dalam partai terbentuk atas dasar
primordial, maka pengelompokan akan merusak solidaritas partai karena
akan menimbulkan konflik diantara faksi partai tersebut. Tetapi bila
pengelompokan berdasar perbedaan pola dan arah kebijakan, maka
pengelompokan atau faksi itu justru akan membuat partai politik tersebut
akan kaya dengan ide dan konflik yang terjadi justru lebih membangun
partai politik tersebut.
Partai politik merupakan wadah konflik atau wadah mengatur dan
menyelesaikan konflik. Partai politik juga merupakan peserta konflik dalam
pemilihan umum dan dalam pembuatan keputusan di lembaga legislatif.
Bahkan, dari fungsinya, partai politik berfungsi menampung dan
mengagregasikan
bertentangan
berbagai
menjadi
suatu
kepentingan
yang
alternatif
kebijakan
berbeda
bahkan
publik.
Dengan
melaksanakan fungsi agregasi kepentingan ini, partai politik juga berperan
sebagai pihak yang menyelesaikan konflik. AD/ART yang dirumuskan
secara komprehensif dan rinci harus mampu memberi kaidah dan
22
prosedur penuntun tindakan partai politik untuk melaksanakan fungsi
sebagai lembaga konflik, peserta konflik, dan peyelesaian konflik.

Identitas nilai
Identitas nilai merupakan orientasi kebijakan dan tindakan partai
politik menurut ideologi atau platform partai. Identitas nilai seperti ini tidak
hanya tampak pada pola dan arah kebijakan yang diperjuangkan partai
politik tetapi juga tampak pada basis sosial pendukungnya. Lapisan sosial
atau golongan masyarakat memberi dukungan kepada suatu partai karena
mengidentifikasi orientasi politiknya dengan ideologi atau platform partai
politik tersebut. Indikator derajat identitas nilai suatu partai politik dapat
dilihat dari bagaimana hubungan partai dengan kelompok masyarakat
tertentu, apakah partai politik tersebut merupakan gerakan sosial yang
didukung kelompok masyarakat tertentu, seperti buruh, petani, dunia
usaha, kelas menengah, komunitas agama tertentu, komunitas kelompok
etnik tertentu, dan apa yang akan di dapat jika menjadi anggota partai
tersebut apakah anggota tersebut akan mendapatkan materi ataukah
partai politik tersebut dapat bertindak berdasarkan ideologi partai.
Suatu partai politik dapat dikatakan telah terinstitutionalisasi dari
segi identitas nilai, apabila partai itu telah memiliki lapisan sosial atau
golongan masyarakat sebagai pendukung loyal atau basis sosial. Karena
pola dan arah kebijakan yang diperjuangkannya dan bila dukungan yang
diberikan kepada partai itu bukan semata-mata karena menerima materi
23
tertentu dari partai tetapi karena orientasi politiknya sesuai ideologi atau
platform partai itu.
Partai politik yang mempunyai basis sosial pendukung yang jelas
akan memiliki identitas nilai yang jelas pula, seperti partai buruh sesuai
namanya jelas memiliki basis sosial pendukung dari kalangan buruh
karena pola dan arah kebijakan yang diperjuangkan partai itu berorientasi
pada kepentingan buruh.

Derajat otonomi
Derajat otonomi suatu partai politik dalam pembuatan keputusan
berkait dengan hubungan partai dengan aktor luar partai, baik dengan
sumber otoritas tertentu yaitu penguasa, pemerintah maupun dengan
sumber dana seperti pengusaha, penguasa, negara atau lembaga luar,
dan sumber dukungan massa yaitu organisasi masyarakat. Pola
hubungan suatu partai dengan aktor di luar partai dapat berupa hubungan
ketergantungan kepada aktor luar, hubungan itu bersifat saling tergantung
dan hubungan itu berupa jaringan
yang memberi dukungan kepada
partai.
Indikator institusional partai politik dapat di ukur dari kemandirian
partai tersebut dalam membuat suatu keputusan, apabila keputusan partai
politik itu tidak didikte pihak luar tetapi diputuskan sendiri dengan atau
tanpa konsultasi dengan aktor luar yang menjadi mitra atau jaringan
pendukung partai itu. Suatu partai akan memiliki otonomi dalam
pembuatan keputusan apabila partai tersebut mandiri dalam pendanaan.
24

Pengetahuan publik
Derajat
pengetahuan
publik
tentang
partai
politik
merujuk
pertanyaan apakah keberadaan partai politik itu telah tertanam bayangan
masyarakat seperti dimaksudkan partai politik itu. Yang menjadi isu utama
di sini bukan terutama tentang sikap masyarakat mengenai partai politik
umumnya, tetapi tentang kiprah masing-masing partai politik bagi
masyarakat. Bila sosok dan kiprah partai politik tertentu telah tertanam
pada pola pikir masyarakat seperti dimaksudkan partai politik tersebut itu,
maka pihak lain baik individu maupun lembaga di masyarakat akan
menyesuaikan aspirasi dan harapannya atau sikap dan perilaku mereka
dengan keberadaan partai politik itu.
Institutionalisasi partai politik dapat dari segi pengetahuan publik,
apabila masyarakat umum mendefinisikan sosok dan kiprah partai politik
itu sesuai identitas nilai atau platform partai tersebut dan masyarakat pun
dapat memahami mengapa suatu partai politik melakukan jenis tindakan
tertentu dan tidak melakukan jenis tindakan lain. Derajat pengetahuan
publik ini merupakan fungsi dari waktu dan kiprah partai politik tersebut.
Makin tua umur suatu partai politik makin jelas definisi atau pengetahuan
publik mengenai partai itu. Makin luas dan mendalam kiprah suatu partai
dalam percaturan politik, makin mudah bagi kalangan masyarakat untuk
mengetahui sosok dan kiprah partai politik itu.
25
Selain beberapa indikator yang telah di sebutkan di atas eksistensi
partai politik dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar partai itu sendiri. Sebagai
institusi, partai politik mengikuti aturan main yang telah di sepakati,
menurut Miriam Budiardjo, institusi adalah organisasi yang tertata melalui
pola perilaku yang diatur oleh peraturan yang telah diterima sebagai
standar18. Dalam mempertahankan eksistensi partai politik dihadapkan
oleh aturan main. Mekanisme penetapan calon terpilith berdasarkan pada
sistem suara terbanyak merupakan mekanisme yang menjadikan
tantangan bagi partai politik sebagai institusi yang menerima pengaruh
dari adanya perubahan ini terutama pada upaya untuk memperoleh
eksistensi pada Pemilu Legislatif 2009. Selain mekanisme suara
terbanyak eksistensi partai dipengaruhi oleh sistem kepartaian.
Sistem multi-partai merupakan sistem kepartaian yang diterapkan
di Indonesia, sistem memberi kesempatan bagi tumbuhnya partai-partai
baru, salah satu hasil reformasi yang terpenting adalah dibukanya
kebebasan berpendapat dan berkumpul yang ditandai dengan banyaknya
partai dengan berbagai asas dan ciri tetap harus mengakui satu-satunya
asas negara, yakni Pancasila. Partai-partai baru bermunculan dan
dideklarasikan
bahkan
tampil
dalam
berbagai
kesempatan
untuk
mempropagandakan ide-ide dan program-program mereka. Namun disisi
lain sistem multi-partai merupakan tantangan tersendiri bagi partai-partai
lain untuk memperoleh eksistensi.
18
Miriam Budiardjo.Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi), (PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 2008) hal. 97
26
Perilaku
mempengaruhi
memilih
masyarakat
eksistensi
partai.
merupakan
Keikutsertaan
faktor
yang
masyarakat
dalam
pemilihan umum adalah sebuah keputusan bagi seseorang apakah akan
menggunakan hak pilihnya atau tidak dan akan memilih partai yang mana.
Partai politik memperjuangkan untuk memperoleh suara seseorang dalam
pemilu untuk memperoleh eksistensinya. Dari sudut pandang pilihan
rasional pemilih pertimbangan untung dan rugi, digunakan untuk membuat
keputusan tentang partai politik atau kandidat yang akan dipilih19.
Dari
penjelasan
diatas
penulis
memperoleh
konsep
untuk
mengetahui upaya sebuah partai untuk memperoleh eksistensi dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhinya, sebagai rumusan masalah dalam
skripsi ini.
D. Pemilihan Umum
Demokrasi, pada mulanya merupakan satu gagasan tentang pola
kehidupan yang muncul sebagai reaksi terhadap kenyataan sosial politik
yang tidak manusiawi di tengah-tengah masyarakat. Reaksi tersebut tentu
datangnya dari orang-orang yang berpikir idealis dan bijaksana. Mereka
terusik dan tergugah melihat adanya pengekangan dan pemerkosaan
terhadap hak-hak asasi manusia.
Ada tiga nilai ideal yang mendukung demokrasi sebagai satu
gagasan kehidupan yaitu kemerdekaan (freedom), persamaan (ekuality),
dan keadilan (justice). Dalam kenyataan hidup, ide tersebut direalisasikan
19
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik ( PT. Grasindo. Jakarta. 2010) hal 187
27
melalui perwujudan symbol-simbol dan hakekat dari nilai-nilai dasar
demokrasi sungguh-sungguh mewakili atau diangkat dari kenyataan hidup
yang sepadan dengan nilai-nilai itu sendiri20.
Sejalan dengan makin mendunianya demokrasi, pemikiran tentang
demokrasi pun semakin berkembang. Tapi pada umumnya pemikiran itu
berintikan tentang kekuasan dalam Negara. Dalam Negara demokrasi,
rakyatlah yang memiliki dan mengendalikan kekuasan dan kekuasaan itu
dijalankan demi kepentingan rakyat. Abraham Lincoln pernah mengatakan
bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.
Suatu
pemerintahan
itu
dapat
disebut
demokratis
apabila
pemerintahan tersebut dapat memberikan kesempatan konstitusional yang
teratur bagi persaingan damai untuk memperoleh kekuasaan politik untuk
berbagai kelompok yang berbeda, tanpa menyisihkan bagian penting dari
penduduk
manapun
dengan
kekerasan.
Rezim-rezim
demokratis
dibedakan oleh kekerasan, legalitas, dan legitimasi berbagai organisasi
dan himpunan yang relatif bebas dalam hubungannya dengan pemerintah
dan dengan dirinya satu sama lain. Salah satu hal penting untuk
memenuhi
prasyarat
tersebut
diatas
yaitu
dengan
melaksanakan
pemilihan umum, karena tidak ada demokrasi tanpa diikuti pemilihan
umum yang merupakan wujud yang paling nyata dari demokrasi.
20
Arbi Sanit, Perwakilan Politik Indonesia, (CV. Rajawali. Yogyakarta.1985) hal 83
28
Melihat struktur kepartaian yang demikian, konflik-konflik antara
partai-partai politik di Indonesia pada dasarnya merupakan konflik antar
sosial kultural berdasarkan perbedaan-perbedaan suku-bangsa, agama,
daerah dan stratifikasi sosial. Tentu saja tidak dapat disangkal bahwa
perilaku politik dari berbagai partai politik di Indonesia di dalam
hubungannya satu sama lain jauh lebih kompleks daripada sekedar
bersumber dari dalam perbedaan-perbedaan suku-bangsa, agama,
daerah dan stratifikasi sosial. Kompleksitas itulah yang telah membuka
kemungkinan membuka pola bagaimana cara melihat pola kepartaian dan
perilaku politik yang diwujudkan oleh berbagai partai di Indonesia. Herbert
Feith menyatakan konflik-konflik politik di Indonesia sebagai konflik
ideologi yang bersumber di dalam ketegangan-ketegangan yang terjadi
antara pandangan dunia tradisional di satu pihak, dengan pandangan
dunia modern di pihak lainya21. Sementara itu Donald Hindley menyatakan
keragaman pola kepartaian di Indonesia bersifat saling menyilang, yaitu
golongan yang bersifat keagamaan di satu pihak dan penggolongan atas
penganut pandangan dunia tradisional dan dunia modern di pihak lain22.
1. Arti Pemilhan Umum
Pada hakikatnya pemilu di Negara manapun mempunyai esensi
yang sama. Pemilu berarti rakyat melakukan kegiatan memilih orang atau
sekelompok orang yang menjadi pemimpin rakyat atau pemimpin Negara.
21
Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia suatu pengantar. (Ghalia
Indonesia. Jakarta, 1998). hal. 71
22 Jacobus Ranjabar. Op.Cit hal. 72
29
pemimpin yang terpilih akan menjalankan kehendak rakyat yang
memilihnya.
Pemilihan umum merupakan salah satu sarana utama untuk
menegakkan tatanan politik yang demokratis. Fungsinya sebagai alat
menyehatkan dan menyempurnakan demokrasi. Esensinya sebagai
sarana demokrasi untuk membentuk suatu sistem kekuasaan Negara
yang pada dasarnya lahir dari bawah menurut kehendak rakyat sehingga
terbentuk kekuasaan Negara yang benar-benar memancarkan kebawah
sebagai suatu kewibawaan sesuai dengan keinginan rakyat, oleh rakyat,
menurut sistem permusyawaratan perwakilan23.
Pemilihan Umum pada hakekatnya merupakan pengakuan dan
perwujudan dari hak-hak politik rakyat dan sekaligus merupakan
pendelegasian
hak-hak
politik
rakyat
pada
wakil-wakilnya
untuk
menjalankan pemerintahan. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan
kendaraan politik, partai politik kemudian hadir dan menawarkan kaderkadernya untuk mewakili hak-hak politik rakyat dalam negara. Tetapi untuk
memperjuangkan hak-hak politik rakyat partai politik terlebih dahulu harus
memperoleh eksistensi yang dapat dilihat dari perolehan suara dalam
pemilihan umum.
23Rusli
Karim M, Perjalanan Partai Politik di Indonesia : Sebuah Potret Pasang Surut,
(CV. Rajawali. Jakarta.1991) hal. 120
30
Pemilihan umum adalah suatu sarana atau cara untuk menentukan
orang-orang yang akan mewakili rakyat dalam menjalankan roda
pemerintahan, kepentingan rakyat perlu diwakali. Karena pada saat
sekarang ini tidak mungkin melibatkan rakyat secara langsung dalam
kegiatan tersebut mengingat jumlah penduduk sangat besar. Maka dari itu
partai politik manawarkan calon-calon untuk mewakili kepentingan rakyat.
Pemilihan umum merupakan saat dimana partai politik bertarung untuk
memperoleh eksistensi di lembaga legislatif.
2. Fungsi Pemilihan Umum
Dalam negara demokratis (pemerintah dari, oleh, dan untuk rakyat)
maka salah satu ciri utamanya adalah pemilhan umum untuk memilih
partai politik yang akan mendapat kepercayaan rakyat. Pemilihan umum
merupakan gambaran yang ideal bagi suatu pemerintahan yang
demokratis. Menurut Seymour Martin Lipset demokrasi yang stabil
membutuhkan konflik atau pemisahan sehingga akan terjadi perebutan
jabatan politik, oposisi terhadap partai yang berkuasa dan pergantian
partai-partai berkuasa24.
Karena itu pemilu bukan hanya untuk menentukan partai yang
berkuasa secara sah, namun jauh lebih penting dari adalah sebagai bukti
bahwa demokrasi yang berjalan dengan stabil, dimana terjadi pergantian
partai-partai politik yang berkuasa.
24Seymour
Martin Lipset, Political Man : Basis Sosial Tentang Politik, (Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.1960) hal. 1
31
F. Kerangka Pikir
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas, penulis akan
lebih cenderung melihat proses pemilihan umum sebagai proses politik
dimana partai politik saling bertarung untuk memperoleh eksistensi dalam
sistem politik. Sistem politik yang dimaksudkan mencakup lembagalembaga politik yakni legislatif, eksekutif dan yudikatif baik pada skala
nasional maupun dalam kewilayahan. Hal tersebut didasari oleh pemikiran
bahwa eksistensinya sebuah partai politik dibutuhkan untuk menyatukan
tujuan partai politik agar dapat memperjuangkan kepentingan rakyat
sesuai dengan platfom partai tersebut. Sebagaimana yang dimaksud oleh
Ramlan Subakti, yakni fungsi utama partai politik ialah mencari dan
mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang
disusun berdasarkan ideologi tertentu. Cara yang digunakan oleh suatu
partai
politik
dalam
sistem
demokrasi
untuk
mendapatkan
dan
mempertahankan kekuasaan ialah ikut serta dalam pemilihan umum25.
Untuk memperoleh eksistensi dalam sistem politik, partai politik
harus memperoleh suara yang bersaing dalam pemilihan umum.
Perebutan suara dalam pemilihan umum dihadapkan pada realitas sosial
tiap daerah yang mengedepankan norma-norma tertentu, norma yang
dimaksud adalah bentuk budaya politik lokal yang terbangun dalam tiap
masyarakat suatu wilayah, dan kedekatan emosional yang masih sangat
mempengaruhi proses perjuangan partai dalam memperoleh eksistensi.
25
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (PT. Grasindo. Jakarta, 2010) hal.149
32
Rasionalitas masih berada pada urutan kedua dari segala bentuk
perjuangan partai dalam pemilihan umum.
Bertitik tolak dari semua pemikiran tersebut di atas, maka untuk
menyamakan persepsi terhadap permasalahan yang dikemukakan, akan
digambarkan skema berpikir sebagai berikut :
SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN
Partai Demokrat
33
Download