update peraturan terbaru dan pelaksanaan PMK

advertisement
Up Date Terbaru Peraturan
Organisasi IAI
Dan
Pelaksanaan PMK 31
tahun 2016
Wimbuh Dumadi,S.Si.M.H,Apt
Ketua PD IAI D I Yogyakarta
Outline Presentasi
SK PP IAI No. SK.Kep.094/PP.IAI/1418/2016 Tentang Tata Laksana Pelaporan SKP
Tahunan Program Resertifikasi Profesi Apoteker Dengan Metode SKP
PO. 002 / PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Rekomendasi Surat Izin Praktik ApotekerPO.
002 / PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Rekomendasi Surat Izin Praktik Apoteker
Pelaksanaan PMK 31 tahun 2016 ======> Praktek 3 tempat di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian
PO. 003/ PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Pembinaan Praktik Kefarmasian Di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian
• SK PP IAI No. SK.Kep.094/PP.IAI/1418/2016 Tentang Tata
Laksana Pelaporan SKP Tahunan Program Resertifikasi
Profesi Apoteker Dengan Metode SKP
SK PP IAI No. SK.Kep.094/PP.IAI/1418/2016 Tentang Tata Laksana Pelaporan
SKP Tahunan Program Resertifikasi Profesi Apoteker Dengan Metode SKP
• Pedoman Resertifikasi 2014 maka resertifikasi kompetensi apoteker
melalui metode Satuan Kredit Partisipasi (SKP) dengan jumlah SKP 150
SKP yang terdiri dari :
•
•
•
•
•
Kinerja Profesional
= 60-75 SKP ( 5 tahun )
kinerja pembelajaran
= 60 – 75 SKP (5 tahun )
kinerja pengabdian Masy.
= 7,5 – 22,5 SKP (5 tahun)
Kinerja Publikasi ilmiah/Populer = 0 -37,5 SKP ( 5 tahun )
kinerja pengembangan ilmu = 0-37,5 SKP ( 5 tahun )
PELAKSANAAN
1. Setiap Apoteker yang memiliki Sertifikat Kompetensi harus
melaksanakan Pelaporan Perolehan SKP sampai dengan
tahun 2016.
2. Perolehan SKP sampai dengan tahun 2016 sudah bisa
dilaporkan kepada Pengurus Daerah IAI melalui Pengurus
Cabang IAI setempat sejak 31 Oktober 2016 sampai dengan
31 Maret 2017.
3. Perolehan SKP selama tahun 2017 dilaporkan pada tahun
2018 sesuai dengan ketentuan.
4. Pelaporan SKP tahunan pada tahun 2018 dan tahun
berikutnya, dilaksanakan 2 (dua) kali pertahun, dengan
ketentuan :
a. Bagi Apoteker yang memiliki sertifikat kompetensi dengan
habis masa berlaku antara bulan Januari hingga Juni, maka
pelaporan SKP tahunan dilaksanakan pada bulan September
sampai Oktober tahun sebelumnya.
b. Bagi Apoteker yang memiliki sertifikat kompetensi dengan
habis masa berlaku antara bulan Juli hingga Desember, maka
pelaporan SKP tahunan dilaksanakan pada bulan Maret
sampai April di tahun yang sama.
5. Bagi Apoteker yang akan melakukan resertifikasi
guna memenuhi persyaratan pengurusan STRA, maka
pelaporan SKP tahunan harus dilakukan minimal 6
(enam) bulan sebelum masa berlaku sertifikat
kompetensi berakhir menggunakan borang sesuai
dengan yang tercantum pada Pedoman Resertifikasi.
• PO. 003/ PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Pembinaan Praktik
Kefarmasian Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
REKOMENDASI SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER
1. Pemohon mengajukan surat permintaan rekomendasi SIPA kepada PC IAI
setempat dengan mengisi Formulir Permohonan Rekomendasi Surat Izin
Praktik Apoteker.
2. Surat Permintaan Rekomendasi harus melampirkan dokumen sebagai
berikut:
a. Fotokopi dokumen identitas dan profesi, yaitu:
i. KTP atau Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan sesuai dengan
tempat praktik / kerja;
ii. KTA atau SKK yang masih berlaku;
iii. SERKOM Apoteker dengan masa berlaku minimal 3 bulan sebelum
berakhir;
iv. STRA dengan masa berlaku minimal 3 bulan sebelum berakhir; dan
v. Melampirkan SIPA yang masih berlaku (jika ada)
b.Surat Pernyataan Praktik Bertanggungjawab (SP2B),
bermaterai cukup
i. Untuk
melaksanakan
Praktik
Apoteker
bidang
Pengelolaan Sarana/Prasarana Apotek; atau
ii. Untuk melaksanakan Praktik Apoteker bidang Pelayanan
Kefarmasian di Apotek / Klinik / Puskesmas / Rumah
Sakit;
iii. Untuk
melaksanakan
Praktik Apoteker
bidang
Pengelolaan Perbekalan Kefarmasian di Instansi
Pemerintah / Industri Farmasi / Industri Obat Tradisional /
Industri Kosmetika / Distributor;
c. Surat Pernyataan Terkait Sarana/Prasarana/Permodalan (SPTSP2)
bermaterai cukup, yang terdiri dari:
i. Daftar SIPA yang telah dimiliki dengan keterangan jam praktik dan
alamat Praktik-nya beserta lampiran dokumen fotokopi SIPA-nya
(kecuali di sarana pelayanan kefarmasian dengan sistem gilir kerja);
d. Kepemilikan Modal Sendiri (bagi pemohon sebagai pemilik sarana apotek)
atau Izin / kerjasama pemanfaatan sarana untuk Praktik Pelayanan
Kefarmasian dari penanggungjawab sarana (bagi pemohon bukan sebagai
pemilik / penanggungjawab sarana).
e. Akte Notaris Perjanjian Kerjasama Apoteker dengan Investor (bagi
Apoteker dengan modal milik pihak lain) di Apotek atau Klinik.
• Pelaksanaan PMK 31 tahun 2016 ======> Praktek 3
tempat di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Latar Belakang PMK 31
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
UU No 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Permenkes Nomor 889/2011 Tentang Registrasi, Izin
Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
PMK 31 adalah perubahan PMK 889/MENKES/PER/V/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
Perubahan-mendasar ada pada pasal 17, 18, dan 19.
Permenkes 31 tahun 2016 ini terdiri dari 2 pasal,
Pasal I
Merubah nomenklatur dari Surat Izin Kerja menjadi Surat Izin
Praktik. Selain itu pada ketentuan ayat (2) pasal 17,18 dan 19
diubah sehingga menjadi berbunyi sebagai berikut dst
Pasal II
Mulai berlaku saat diundangkan pada tanggal 4 Agustus 2016
Pasal 17
(1)Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan
pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai
tempat tenaga kefarmasian bekerja.
(2) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
a. SIPA bagi Apoteker, atau
b. SIPTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian
Pasal 18
(1)SIPA bagi Apoteker di fasilitas kefarmasian hanya diberikan
untuk 1 (satu) fasilitas kefarmasian.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1)
SIPA bagi apoteker di fasilitas pelayanan kefarmasian dapat
diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas
pelayanan kefarmasian.
(3) Dalam hal Apoteker telah memiliki Surat Izin Apotek, maka
Apoteker yang bersangkutan hanya memiliki 2 (dua) SIPA
pada fasilitas pelayanan kefarmasian lain.
(4) SIPTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat
fasilitas kefarmasian
Pasal 19
SIPA atau SIPTTK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 diberikan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota
atas
rekomendasi
pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten / kota
tempat
Tenaga
Kefarmasian
menjalankan
praktiknya.
( UU No. 36 tahun 2014)
Perizinan
Pasal 46
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang
pelayanan kesehatan wajib memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
dalam bentuk SIP.
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas
rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan
menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Tenaga Kesehatan harus memiliki:
a. STR yang masih berlaku;
b. Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan
c. tempat praktik.
Pelaksanaan Praktik 3 Tempat
-
Hal – Hal Yang menjadi Perhatian
Tatacara pemberian surat ijin praktek apoteker
Apoteker boleh memiliki SIPA max. 3 (SIPA I, II, II) di fasilitas pelayanan
kefarmasian
IAI mengatur ketentuan penerbitan surat rekomendasi pembuatan SIPA
Apoteker yg memiliki sipa dan SIA agar mencatumkan jam praktek.
Organisasi profesi IAI merumuskan aturan bagi apoteker yangg mau
mengajukan rekomendasi untuk mendapatkan SIPA.
IAI merumuskan komponen jasa profesi
PENERBITAN SIPA
1. Penerbitan SIPA disesuaikan dengan Permenkes 31
tahun 2016 pasal II
2. Apoteker melaksanakan praktik di fasilitas
pelayanan kefarmasian paling banyak 3 (tiga) dan
hanya satu yang melekat pada Surat Izin Apotek
(SIA)
3. Apoteker bekerja di fasilitas kefarmasian selain
pelayanan hanya boleh memiliki 1(satu) SIPA
4. Mencantumkan jam Praktik pada SIPA
5. Apoteker yang bekerja di Instalasi Farmasi Kabupaten / Kota /
Provinsi / Pusat / Institusi Kefarmasian TNI-Polri dapat
memperoleh SIPA-2 dan SIPA-3
6. Untuk pengurusan SIPA harus mendapat rekomendasi dari PC
IAI tempat kerja
7. Untuk pengurusan rekomendasi SIPA-2 atau SIPA-3, harus
mendapatkan surat pengantar dari PC IAI dimana tempat
praktik SIPA-1 berada apabila lintas kabupaten/kota untuk
lintas Propinsi daerah perbatasan harus ada surat pengantar
antar PD ditujukan ke PC tempat bekerja.
8.
Pemberian SIPA ( termasuk SiPA-2 dan SIPA -3 harus mempertimbangkan
- Waktu tempuh dari domisili ke tempat praktek, maksimal 1 (satu)
jam perjalanan darat dari jarak tempat Praktek 1, 2 dan 3
- Pelaksanaan praktek Apoteker bertanggung jawab
- kondisi mental dan fisik apoteker yang akan berpraktek
9. Dalam hal apoteker yang sedang bertugas ditempat praktek tersebut,
Apoteker tersebut boleh mengubah jam prakteknya dan emberitahukan
kepada pasien untuk apoteker yang jadwalnya berubah-ubah
10. Tidak ada apoteker supervisi, akan tetapi apabila ada apoteker yang tidak
dapat melaksanakan kerjanya karena kepentingan tertentu misal (
melahirkan, haji, umroh dll) dapat digantikan oleh apoteker yang
memiliki SIPA di kab/kota yang sama dengan tetap memperhatikan jarak
tempuh dari tempat berdomisili
TIDAK ADA PELAYANAN KEFARMASIAN
TANPA ADA APOTEKER
• PO. 003/ PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Pembinaan Praktik
Kefarmasian Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian
Pembinaan Praktik ( UU No.36 Tahun 2014)
Pasal 48
(1) Untuk terselenggaranya praktik tenaga kesehatan
yang bermutu dan pelindungan kepada masyarakat,
perlu dilakukan pembinaan praktik terhadap tenaga
kesehatan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Menteri bersama-sama dengan
Pemerintah Daerah, konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan, dan Organisasi Profesi sesuai dengan
kewenangannya.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 80
Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan
kepada Tenaga Kesehatandengan melibatkan konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan dan Organisasi Profesi sesuai dengan kewenangannya.
Prosedur pembinaan
a. PD IAI membuat surat tugas pembinaan fasilitas pelayanan
kefarmasian di wilayahnya kepada Tim (dibentuk PD atas
usulan PC)
b. Tim melakukan kunjungan langsung kefasilitas pelayanan
kefarmasian
c. Sebelum melakukan tugasnya, Tim memperkenalkan diri dan
menunjukkan surat tugasnya kepada Apoteker di fasilitas
pelayanan kefarmasian tersebut
d. Tim melakukan pencatatan sesuai instrumen monitoring yang
telah ditentukanorganisasi
e. Apabila diperlukan, Tim dapat meminta penjelasan dari
tenaga / staf yang lain di fasilitas pelayanan pelayanan
kefarmasian tersebut.
f. Tim membuat laporan hasil kegiatan pembinaan kepada PC IAI
g. PC IAI membuat laporan kegiatan pembinaan secara periodik(
Tri wulan) disertai evaluasi dan rekomendasi untuk di
sampaikan kepada unit terkait.
h. Rekomendasi dari PC adalah : Pembinaan berupa Teguran
dan/ Surat Peringatan ,Penghentian sementara kegiatan/
pembekuan izin, Pencabutan izin, Reward poin/ usulan
Award
i. Unit terkait selanjutnya dapat menindaklanjuti rekomendasi
PC IAI sesuai dengan kewenangan masing – masing.
TERIMA KASIH
Download