peraturan daerah kota bandar lampung

advertisement
PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG
NOMOR 10 TAHUN 2007
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJP)
KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2005 - 2025
PEMERINTAH
KOTA BANDAR LAMPUNG
2007
PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG
NOMOR 10 TAHUN 2007
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH
KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2005 - 2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BANDAR LAMPUNG
Menimbang
: a.
Bahwa
dalam
Undang-undang
Dasar
1945
dan
amandemen menentukan Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN) tidak perlu dibuat lagi, namun
Pengelolaan Pembangunan memerlukan Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Daerah;
b.
Bahwa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
memerlukan
perencanaan
yang
sistemik
dan
berkesinambungan untuk menentukan arah dan prioritas
kegiatan pembangunan;
c.
Bahwa pasal 150 ayat: (3) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan pasal 13
ayat (1) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan
Nasional
mengamanatkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJID) ditetapkan dengan Peraturan Daerah
(Perda);
d.
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman dimaksud
pada huruf a, b, dan c perlu menetapkan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar
Lampung Tahun 2005 - 2025 dengan Peraturan Daerah;
Mengingat
: 1.
Undang-undang
Nomor
28
Tahun
1959
tentang
Penetapan Undangundang Nornor 4 Drt. Tahun 1956
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 55); Undang-undang Nomor 5 Drt. Tahun 1956
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 56); dan Undang-undang Nomor 6 Drt. Tahun
1956 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 57) Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II
termasuk Kotapraja dalam Lingkungan Daerah Tingkat I
Surnatera Selatan, sebagai Undang-undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 73,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1821);
2.
Undang-Undang Nomor
17
Tahun
2003
tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
3.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4.
Undang-undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437);
5.
Peraturan Pernerintah Nomor 3 Tahun 1982, tentang
Perubahan Batas wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Tanjungkarang-Telukbetung
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3213);
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1983 tentang
Perubahan
Nama
Kotamadya
Daerah
Tingkat
II
Tanjungkarang-Telukbetung menjadi Kotamadya Daerah
Tingkat II Bandar Lampung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 30, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3254);
7. Peraturan Pernerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pernerintah,
Pemerintahan Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/
Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara nomor 4737);
8.
Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 03
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Kota
Bandar Lampung;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANDAR
LAMPUNG
Dan
WALI KOTA BANDAR LAMPUNG
Menetapkan
:
MEMUTUSKAN :
PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)
DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2005 2025.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kota Bandar Lampung
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah kota Bandar Lampung
c. Walikota adalah Walikota Bandar Lampung;
d. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar Lampung Tahun
2005-2025 yang selanjutnya disebut sebagai RPJPD Kota Bandar Lampung
Tahun 2005-2025 adalah dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk
peride 20 (dua puluh) Tahun terhitung sejak Tahun 2005 sampai dengan
Tahun 2025;
e. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2005-2010yang
selanjutnya disebut sebagai RPJMD Kota Bandar Lainpung Tahun 2005-2010
adalah dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk periode 5 (lima)
tahun terhitung sejak Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2010;
BAB II
SISTEM PERENCANAAN
Pasal 2
RPJP Daerah Kota Bandar Lampung diharapkan memberikan jaminan sebagai
berikut:
a. Terlaksananya koordinasi perencanaan ;
b. Terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi rencana baik
antarwaktu, antarfungsi Pemerintah Daerah Kota Bandar
antar ruang,
Lampung
dengan
Pemerintah Propinsi Lampung dan Pemerintah Pusat ;
c. Adanya konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
d. pelaksanaan dan pengawasan;
e. Tercapaiya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan
berkelanjutan; dan
f. Partisipasi masyarakat dalam proses perencanaa, penyusunan, pelaksanaan
dan pengawasan pelaksanaan rencana.
BAB III
PENYUSUNAN
Pasal 3
1) Penyusunan
RPJP
Daerah
Kota
Bandar
Lampung
mengacu
pada RPJP Propinsi Lampung dan RPJP Nasional.
2) Dalam
menyusun
RPJP
Daerah
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat (1), Kepala Bappeda Kota Bandar Lampung dapat melakukan konsultasi
dan koordinasi dengan Bappenas, Depdagri Cq. Ditjen Bangda dan Pemda
Propinsi Cq. Bappeda Propinsi Lampung.
Pasal 4
1) Pemerintah Propinsi Lampung melakukan pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan RPJP Daerah Kota Bandar Lampung.
2) Tatacara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Pasal 5
1) Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2005- 2025 dilaksanakan
sesuai dengan RPJP Daerah Kota Bandar Lampung.
2) RPJP Daerah Kota Bandar Lampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Peratuaran Daerah
ini.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP
Pasal 6
Ketentuan mengenai RPJM Daerah Kota Bandar Lampung yang telah ada
sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini wajib disesuaikan dengan RPJP Daerah
Kota Bandar Lampung sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 7
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Bandar Lampung.
Ditetapkan di Bandar Lampung
Pada Tanggal 31Desember 2007
WALI KOTA BANDAR LAMPUNG
EDDY SUTRISNO
Diundangkan di Bandar Lampung
Pada tanggal 2 Januari 2008
SEKRETARIS DAERAH
KOTA BANDAR LAMPUNG
SUDARNO EDDI, SH, MH
Pembina Utarna Muda
NIP. 460 013 375
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2008 NOMOR 03 SERI E NOMOR'03
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG
NOMOR 10 TAHUN 2007
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2005-2025
1. UMUM
Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Propinsi Lampung. Oleh karena itu
Kota Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial politik,
pendidikan dan kebudayaan, Berta merupakan pusat kegiatan perekonomian dari
Propinsi Lampung.
Sebelum tanggal 18 Maret 1964 Propinsi Lampung merupakan keresidenan,
dengan ditetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3
tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964.
Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Propinsi Lampung dengan Ibu
KotanyaTanjungkarang-Telukbetung.
Selanjutnya
berdasarkan
Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1983 Kotamadya Daerah Tingkat II Tanjungkarang
-Telukbetung diganti menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung
terhitung sejak tanggal 17 Juni 1983, dan tahun 1999 berubah menjadi Kota
Bandar Lampung. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun1982 tentang Perubahan
Batas Wilayah, maka Kota Bandar Lampung diperluas dengan pemekaran dari 4
kecamatan 30kelurahan menjadi 9 kecamatan58 kelurahan.Kemudian
Berdasarkan SK Gubernur nomor G/185.B.111IHk/1988 tanggal 6 Juli1988 serta
surat persetujuan MENDAGRI nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei198
tentang Pemekaran
Kelurahan di Wilayah Kota Bandar Lampung, maka Kota Bandar Lampung terdiri
dari 9 kecamatan dan 84 kelurahan. Pada Tahun 2001 berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04,Tahun 2001 tentang Pembentukan,
Penghapusan dan Penggabungan Kecamatan dan Kelurahan Kota Bandar
Lampung menjadi 13 Kecamatan dengan 98 Kelurahan.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kota Bandar Lampung disusun sebagai penjabaran visi, misi,dan arah
pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung. Dengan demikian, dokumen ini
lebih bersifat visioner dan hanya memuat hal-hal yang mendasar sedemikian
sehingga memberi keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana jangka
menengah dan tahunannya. Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya
Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2025
adalah untuk:
a) Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan; menjamin terciptanya
integrasi, sinkronisasi dan sinergi rencana baik antardaerah, antarruang,
antarwaktu,
antarfungsi
Pemerintah
Kota
Bandar
Lampung
dengan
Pemerintah Propinsi Lampung dan Pemerintah Pusat;
b) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan;
c) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan; dan
d) mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Kota Bandar Lampung diwujudkan dalam visi, misi dan arah
pembangunan daerah yang mencerminkan cita- cita kolektif yang akan dicapai
oleh masyarakat Kota Bandar Lampung serta strategi untuk mencapainya.
Visi merupakan penjabaran dari apa yang dicita-citakan sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 45, yaitu terciptanya
masyarakat yang terlindungi, sejahtera dan cerdas serta berkeadilan. Bila
visi telah terumuskan, maka juga perlu dinyatakan secara tegas misi, yaitu
upaya-upaya ideal untuk mencapai visi tersebut. Misi ini dijabarkan ke dalam
arah kebijakan dan strategi Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota
Bandar Lampung.
Perencanaan jangka panjang lebih condong pada kegiatan olah pikir yang
bersifat visioner, sehingga penyusunannya akan lebih menitik beratkan partisipasi
segmen masyarakat yang memiliki olah pikir visioner seperti perguruan tinggi,
lembaga-lembaga strategic, individu-individu pemikir-pemikir visioner serta
unsur-unsur penyelenggara negara yang memiliki kompetensi olah pikir visioner.
Oleh karenanya, rencana pembangunan jangka panjang daerah Kota Bandar
Lampung yang dituangkan dalam bentuk visi, mini dan arah pembangunan daerah
adalah produk dari
semua elemen masyarakat, pemerintah, organisasi
kemasyarakatan, organisasi politik.
Mengingat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar
Lampung menjadi lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini,
maka batang tubuh dari PERDA tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2025 cukup terdiri dari 7 (tujuh) pasal
yang mengatur tentang pengertian-pengertian, muatan RPJP, hubungan konsultasi
dalam penyusunan RPJP Daerah Kota Bandar Lampung, pemantauan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan RPJP Daerah Kota Bandar Lampung, dan ruang untuk
melakukan perubahan terhadap RPJM Daerah Kota Bandar Lampung dengan
berlakunya PERDA RPJP Daerah Kota Bandar Lampung Tahun,2005-2025 ini.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Konsultasi dan koordinasi adalah merupakan proses yang sangat penting untuk
menciptakan sinkronisasi antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2025 dengan RPJP Propinsi Lampung dan
RPJP Nasional. Pelaksanaan konsultasi dan koordinasi
diperlukan karena
berdasarkan Pasal 5 UU Nomor 25 Tahun 2004, penyusunan RPJP Daerah Kota
Bandar Lampung mengacu pada RPJP Propinsi Lampung dan RPJP Nasional.
Sehingga setelah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Bandar
Lampung Tahun 2005-2025 ditetapkan menjadi PERDA berdasarkan Pasal 13
UU Nomor 25 Tahun 2004, maka Kepala Bappeda perlu melakukan konsultasi
dan koordinasi dengan Bappenas, Depdagri Cq. Ditjen Bangda, dan Bappeda
Provinsi Lampung untuk menyusun RPJP Daerah Kota Bandar Lampung yang
akan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Pasal 4
Pengendalian dan evaluasi yang dilakukan oleh Kepala Bappeda Kota Bandar
Lampung terhadap pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2025 merupakan bagian dari proses
perencanaan pembangunan daerah secara keseluruhan dalam rangka mewujudkan
tujuan pembangunan daerah Kota Bandar Lampung. Sebagaimana ditetapkan
dalam UU Nomor 25 Tahun 2004, pengendalian pelaksanaan dan evaluasi
Pelaksanaan rencana pembangunan Kementrian /
Lembaga/ Satuan Kerja
Perangkat Daerah dilakukan oleh masingmasing pimpinan Kementrian/Lembaga
/Satuan Kerja Perangkat Daerah. Dalam hal ini Kepala Bappeda Kota Bandar
Lampung menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi
pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Berdasarkan hasil evaluasi secara
keseluruhan tersebut, maka Kepala Bappeda Kota Bandar Lampung menyusun
RPJP Daerah Kota Bandar Lampung berikutnya.
Pengendalian dilakukan dengan maksud untuk dapat menjamin bahwa
pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Kegiatan ini meliputi kegiatan pemantauan, pengawasan dan tindak
lanjut. Serangkaian kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
Evaluasi yang dilakukan mencakup evaluasi terhadap pelaksanaan substansi
perencanaan, Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan
pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai
dalam
pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan
pelaksanaan rencana pembangunan di masa mendatang. Fokus utama evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan diarahkan kepada hasil, manfaat, dan dampak
dari rencana pembangunan,sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 30 UU Nomor
25 Tahun 2004, maka Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan akan ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN.....................................................................
1.1 PENGANTAR....................................................................
1.2 PENGERTIAN ..................................................................
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN ... ............................................
1.4 LANDASAN ......................................................................
1.5 TATA URUT .....................................................................
KONDISI UMUM DAERAH...................................................
2.1 Kondisi Pada Saat Ini ... .....................................................
A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama ......................
B. Ekonomi..........................................................................
C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi...................................
D. Sarana dan Prasarana......................................................
E. Politik..............................................................................
F. Keamanan dan Ketertiban...............................................
G. Hukum dan Aparatur ......................................................
H. Wilayah dan Tata Ruang ................................................
I. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup ....................
2.2 Tantangan ... .......................................................................
A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.....................
B. Ekonomi ........................................................................
1
1
7
8
9
10
11
11
11
D. Sarana dan Prasarana ....................................................
E. Politik.............................................................................
F. Keamanan dan Ketertiban .............................................
G. Hukum dan Aparatur.....................................................
H. Wilayah dan Tata Ruang...............................................
I. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup ..................
2.3 MODAL DASAR ..............................................................
42
43
43
44
22
23
25
28
30
32
35
36
38
38
40
BAB. III ANALISIS ISU STRATEGIS ..................................................
45
46
47
49
3.1 Permasalahan Umum ... .....................................................
A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama .....................
B. Ekonomi.........................................................................
C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi..................................
D. Sarana dan Prasarana.....................................................
E. Politik .............................................................................
49
49
51
51
52
52
BAB.IV
BAB. V
BAB VI
F. Keamanan dan Ketertiban..............................................
G. Hukum dan Aparatur .....................................................
H. Wilayah dan Tata Ruang ...............................................
I. umberdaya Alam dan Lingkungan Hidup ... .................
3.2 Isu-Isu Strategis .................................................................
VISI DAN MIST PEMBANGUNAN DAERAH ....................
4.1 Visi Pembangunan Daerah ................................................
4.2 Misi Pembangunan Daerah ... ............................................
ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN
DAERAH JANGKA PANJANG TAHUN 2005-2025 ............
5.1 Arah Pembangunan ............................................................
1. Mewujudkan Sumberdaya Manusia Berkualitas
Yang Dilandasi Keimanan dan Ketaqwaan
Kepada Tuhan Yang Maha Esa .....................................
52
53
54
2. Mewujudkan Pembangunan Ekonomi ..........................
76
3 Mewujudkan Pembangunan Industri Kepariwisataan...
78
54
55
56
56
59
68
68
68
4. Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih, Berwibawa .
dan Bertanggung Jawab ... ........................................
78
5. Mewujudkan Stabilitas dan Kesadaran Politik dalam
Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara ................... 79
6. Mewujudkan Penegakan Supremasi Hukum,
Keamanan dan Ketertiban Berdasarkan Keadilan yang
Demokratis ................................................................... 80
7. Mewujudkan Tata Ruang, Sarana dan Prasarana
Perkotaan yang Berkualitas............................................ 81
8. Mewujudkan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Secara Adil dan Berkualitas....................... 84
5.2 TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS .......................... 86
1. TAHAP PEMBANGUNAN KE-1 (2005- 2010) .......... 86
2. TAHAP PEMBANGUNAN KE-2 (2010- 2015) .......... 90
3. TAHAP PEMBANGUNAN KE-3 (2015- 2020) .......... 95
4. TAHAP PEMBANGUNAN KE-4 (2020- 2025) .......... 99
Matrik Tahapan dan Skala Prioritas .............................. 104
KAIDAH PEMBANGUNAN .................................................. 130
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
PENGANTAR
1 Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung, dan sebagai
konsekuensinya Kota Bandar Lampung berfungsi sebagai pusat kegiatan
pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, serta merupakan
pusat kegiatan perekonomian di Provinsi Lampung. Sebelum tanggal 18 Maret
1964 Provinsi Lampung merupakan keresidenan, dengan ditetapkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undangundang Nomor 14 tahun 1964. Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi
Provinsi Lampung dengan Ibu Kota-nya Tanjungkarang-Telukbetung.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1983 Kotamadya
Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung diganti menjadi Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandar Lampung terhitung sejak tanggal 17 Juni 1983, dan
tahun 1999 berubah menjadi Kota Bandar Lampung. Dengan Undang-undang
No. 5 Tahun1975 dan Peraturan Pemerintah No.3 Tahun
1982
tentang
perubahan wilayah, maka Kota Bandar Lampung diperluas dengan pemekaran
dari 4 kecamatan 30 kelurahan menjadi 9 kecamatan 58 kelurahan.KemudiaN
berdasarkan SK Gubernur nomor G/185.B.111 /Hk/1988 tanggal 6 Juli 1988
serta surat persetujuan MENDAGRI nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei
1987 tentang pemekaran kelurahan di Wilayah Kota Bandar Lampung, maka
Kota Bandar Lampung terdiri dari 9 kecamatan dan 84 kelurahan. Pada tahun
2001 berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 04 Tahun
2001 Kota Bandar Lampung menjadi 13 kecamatan dengan 98 Kelurahan.
2. Sejak berdirinya Kota Bandar Lampung, upaya peningkatan potensi-potensi
yang ada terus dilakukan dengan upaya peningkatan pembangunan daerah
yang dilakukan melalui
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pembangunan yang lebih terpadu dan terarah agar sumberdaya yang ada dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Perkembangan pembangunan
yang digerakan pemerintah, swasta dan masyarakat, sebagian dilakukan
dalam rangka deregulasi dan debirokratisasi sebagai terobosan terhadap
tatanan yang ada untuk mempercepat tercapainya pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan serta persiapan menghadapi era globalisasi.
3. Perencanaan pembangunan untuk suatu daerah adalah suatu paradoks,
semakin kita membutuhkannya, semakin kita sulit/rumit untuk melakukannya.
Di satu pihak, perencanaan itu makin esensial jika kelangkaan sumber daya
dan kegunaan strategisnya makin besar. Di pihak lain, justru kelangkaan ini
pula yang membuat perencanaan formal kian tidak mudah. Untuk
Perencanaan tidak saja berasumsi bahwa perencanaan berarti alokasi
sumber,
tetapi
kelembagaan.
harus
Karena
dibarengi
dengan
pembangunan
merencanakan
biasanya
menuntut
perubahan
perubahan
institusional, proses perencanaan yang tidak mengacuhkan komponen ini akan
menggerogoti kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya sendiri. Dalam
pembangunan daerah/kota pada hakekatnya mempunyai tujuan yang
mengarah pada dua aspek utama, yaitu: (1) bertujuan memacu pertumbuhan/
perbaikan ekonomi, sosial, budaya dan hukum, pertahanan dan keamanan
(Hankam) dan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS), (2)
memperbaiki serta meningkatkan kemampuan daerah dalam melaksanakan
pembangunan melalui kemampuan menyusun perencanaan sendiri dan
pelaksanaan program/proyek dalam rangka pembangunan daerah secara
efisien dan efektif.
4. Secara internal, upaya-upaya pembangunan yang mengarah pada kedua aspek
tersebut di atas, tentunya harus dipahami sebagai upaya-upaya pemanfaatan
potensi-potensi yang ada(SDA,SDM), serta dengan memperhitungkan daya
dukung lahan yang terdapat pada suatu
daerah/wilayah tertentu secara
seimbang, serasi dan berkeadilan, dengan letap memperhatikan karakteristik
fisik
dan
ke-aneka-ragaman
sumberdaya
lersebut.
Secara
eksternal,
pembangunan daerah dipengaruhi oleh potensi pada skala regional dan
internasional. Beberapa potensi tersebut adalah,secara geografis posisi Bandar
Lampung
yang
berdekatan
dengan
daerah-daerah
yang
mempunyai
pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang begitu cepat, akan berpengaruh
pula pada pola pembangunan Kota Bandar Lampung ini_ Begitu pula keadaan
internasional, terjadinya pergeseran perdagangan ke Asia khususnya ASEAN.
Perkembangan ekonomi di dunia internasional seperti AFTA dan APEC,
serta kerjasama ASEAN seperti IMT-GT, IMS-GT BIMP-AGA dan AIDA
yang pasti akan mempengarui terhadap perkembangan wilayah di daerahdaerah
di
Indonesia.
Secara
umum,
potensi-potensi
regional
dan internasional tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bangkitan dalam
pelaksanaan pembangunan di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan keamanan (poleksosbudhankam) dan IPTEKS. Untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut, maka perlu dilakukan suatu analisis yang rasional dan
obyektif terhadap potensi dan sebaran sumberdaya yang terdapat pada daerah
dimaksud. Selanjutnya hasil analisis tersebut merupakan dasar untuk
penyusunan
perencanaan
pembangunan
yang
merupakan
kebijakan
pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan tersebut sangat dibutuhkan
sebagai arahan koordinasi program-program pembangunan daerah lintas
sektoral dan sub sektor sekaligus sebagai informasi penting bagi pihak lain
(stakeholders) tentang pola pembangunan yang direncanakan.
5. Reformasi yang dimulai pada tahun 1998 telah berdampak pada pergeseran
nilai-nilai pembangunan. Perubahan nilai yang terjadi setelah reformasi
meliputi pergeseran kebijakan pemerintahan dari sentralistik menjadi
desentralistik, dari top down menjadi bottom up, dari keseragaman menjadi
keberagaman, dari budaya petunjuk menjadi budaya prakarsa, dan dari
instruksi menjadi pilihan. Kenyataan tersebut telah memberikan kewenangan
yang Iebih besar kepada daerah/kota untuk mengurus rumah tangganya
sendiri.
6. Desentralisasi daerah
sebagai
suatu
antitesis
dari
pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan sebelumnya, memiliki beberapa tujuan yaitu:
Pertama, desentralisasi dilaksandkan untuk mewujudkan suatu kondisi yang
akan Iebih membuka kesempatan bagi masyarakat daerah tersebut untuk
dapat berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik di tingkat lokal. Kedua,
desentralisasi
dimaksudkan
sebagai
pemenuhan
kehendak
untuk
meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan
dan aspirasi masyarakat. Dan ketiga, desentralisasi akan memberikan
keleluasaan kepada Pemerintah Daerah, dengan dasar bahwa Pemerintah
Daerah Iebih mengetahui permasalahan maupun kearifan lokal, sehingga akan
mempermudah antisipasi terhadap persoalan dan kebutuhan masyarakat serta
dapat
Iebih
mengarahkan
pada
upaya
percepatan
program-program
pembangunan. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah tersebut
dilaksanakan sesuai dengan Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang
penyelenggaraan otonomi daerah; pengaturan, pembagian, dan pemanfatan
sumber daya nasional yang berkeadilan; serta Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tap MPR tersebut selanjutnya diimplementasikan dengan merevisi UU
Nomor
5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan UU No.
5/1979 Tentang Pemerintahan Desa, menjadi UU No. 22/1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antar Pusat dan Daerah. Kebijakan otonomi ini berlaku secara efektif sejak
Januari 2001. Implementasi UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999 pada
perkembangannya menimbulkan persoalan seperti: (i) belum jelasnya
pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, (ii) berbedanya
persepsi para pelaku pembangunan terhadap kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah, (iii) masih rendahnya kerjasama antar pemerintah daerah,
(iv) belum terbentuknya kelembagaan pemerintah daerah yang efektif dan
efesien, (v) masih terbatasnya dan rendahnya kapasitas aparatur pemerintah,
(vi) masih serbatasnya kapasitas keuangan daerah dan pembentukan daerah
otonom baru yang masih belum sesuai dengan tujuannya. Hal-hal tersebut,
antara lain yang menyebabkan tuntutan kuatnya revisi terhadap UU tentang
Pemerintahan Daerah, dan kemudian ditindaklanjuti dengan keluarnya Ut)
Nomor 32/2004 dan UU Noomor 33/2004. Revisi tersebut membawa
implikasi pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang berimbang,
dimana peran pemerintah pusat terhadap daerah relatif memberi keleluasaan,
yang ditandai dengan adanya peran kewenangan pemerintah daerah yang
dapat mengambil kebijakan terkait dengan daerah. Hal ini dimaksudkan untuk
mengarahkan pemerintah daerah agar bersinergis dengan pemerintah pusat.
7. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan UU
Pemerintahan
Daerah
No.
32/2004
harus
didasarkan
pada
kriteria
eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian
tata pemerintahan. Kriteria eksternalitas merupakan pendekatan dalam
pernbagian urusan pemerintahan dengan memperhatikan dampak yang
ditimbulkan
dalam
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan.
Kriteria
akuntabilitas merupakan pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan
dengan mempertimbangkan tingkat pemerintahan dalam menangani urusan
pemerintahan yang lebih dekat dengan dampak dari urusan yang ditangani.
Sedangkan kriteria efisiensi merupakan pendekatan dari sisi ketersediaan
sumberdaya (personil, Jana, dan peralatan) untuk mendapatkan ketepatan,
kepastian, dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam penyelenggaraan
bagian urusan. Kriteria-kriteria tersebut merupakan batasan bagi subtansi
pelaksanaan otonomi daerah. Substansi otonomi daerah antara lain adalah: (i)
pemberdayaan (ekonomi, politik, dan sosial, dll.) masyarakat, (ii) efisiensi dan
efektivitas pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat, (iii) pemerataan
dan percepatan pembangunan di daerah. Perpaduan kriteria dan subtansi
dalam penyelenggaraan otonomi daerah tersebut harus dilakukan dengan
perencanaan yang matang. Secara akademik, perencanaan adalah bagian dari
fungsi manajemen, dimana manajemen sendiri adalah sebuah proses
pencapaian optimal dari tujuan organisasi (Stoner & Freeman, 1992). Dalam
konteks pembangunan daerah, perencanaan adalah suatu proses untuk
menentukan tindakan m}asa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan
memperhitungkan sumberdaya yang tersedia (UU No. 25/2004 Tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Bab I point 1). Sebagai salah
satu aspek penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, perencanaan
merupakan sebuah input yang harus dapat merangku aspek-aspek yang tidak
hanya fisik, melainkan juga faktor manusianya yang merupakan subjek
danobjek pembangunan. Sebagai subjek, faktor manusia adalah
pelaku
pembangunan itu sendiri, sedangkan sebagai objek dimaksudkan
bahwa
muara dari seluruh upaya pembangunan adalah peningkatan kualitas hidup
manusianya. Ketentuan umum yang berlaku tentang
nasional adalah satu kesatuan tatacara
sistem
perencanaan
perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah (UU No. 25/2004, tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional Bab I point 3). Dengan demikian proses
perencanaan harus terintegrasi dengan perencanaan pada tingkat di atasnya.
Hal ini berarti
bahwa penyusunan rencana pembangunan Kota Bandar
Lampung harus sesuai dengan arah dan kebijakan umum rencana
pembangunan Provinsi dan nasional, dimana setiap institusi penyelenggara
negara diwajibkan untuk menyusun rencana-rencana tersebut termasuk
provinsi dan kabupaten/kota.
8. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, yang mengatur sistem perencanaan
pembangunan nasional, yang disesuaikan dengan era otonomi daerah. Salah
satu
amanat
dalam
Undang-undang
tentang
sistem
perencanaan
pembangunan nasional tersebut adalah kewajiban untuk menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).
Berkaitan
dengan
hal
tersebut, Kota Bandar Lampung berkepentingan bagi adanya sebuah
rancangan
rencana
yang
terintegrasi
dalam
Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional. Tujuan integrasi tersebut adalah untuk menjamin
terciptanya sinergi kebijakan dan sinkronisasi program secara vertikal antar
tingkat pemerintahan yang berbeda. Salah satunya adalah Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). RPJP tersebut sebagai payung hukum
bagi
penyelenggaraan
pembangunan
jangka
panjang.
Penyusunan
RPJP Kota Bandar Lampung dibuat untuk menyediakan sebuah dokumen
perencanaan komprehensif untuk 20 (dua puluh) tahunan, yang akan
digunakan sebagai acuan dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka
menengah (RPJM) 5 tahunan, dan Rencana Pembangunan Jangka Pendek
(RPJP) tahunan. Fungsi RPJP adalah sebagai dokumen publik yang
merangkum daftar rencana kegiatan 20 (dua puluh) tahunan di bidang
Pelayanan umum pemerintahan.
1.2 PENGERTIAN
Rancangan Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Bandar Larhpung
merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai penjabaran dari
RPJP Provinsi dan RPJP Nasional yang telah disesuaikan dengan kondisi yang
ada di Kota Bandar Lampung. Dokumen perencanaan tersebut mencakup visi,
misi den arah pembangunan Kota Bandar Lampung untuk masa 20 (dua puluh)
tahun he depan, dengan kurun waktu 2005-2025
RPJP disusun melalui serangkaian forum musyawarah perencanaan pertisipatif
yang melibatkan seluruh stakeholders di Kota Bandar Lampung. Dengan
demikian, matriks rencana program dan kegiatan dua puluh tahunan yang demikan
dalam dokumen RPJP merupakan hpsil kesepakatan seluruh unsur pelaku
pembangunan dengan tetap memperhatikan kebijakan dan program s -ategis
nasional dan Provinsi.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Bandar Lampung
2005-2025 disusun dengan maksud untuk memberikan arahan yang sekaligus
acuan bagi seluruh komponen masyarakat (pemerintah dan stakeholders) dalam
mewujudkan cita-cita yang sesuai dengan visi, misi dan arch pembangunan yang
disepakati bersama, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh masing-masing
pelaku pembangunan akan Iebih sinergis, koordinatif, dan sating melengkapi.
Selain itu, juga sebagai acuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) sampai kepada penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renstra SKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka RPJP Kota Bandar lampung 2005-2025 ini disusun
dengan tujuan sebagai berikut :
1. Tersedianya satu pedoman resmi bagi seluruh jajaran pemerintah kota dan
DPRD dalam menentukan arah program dan kegiatannya yang akan dibiayai
oleh APBD maupun APBN.
2. Mendukung koordinasi antara perilaku pembangunan.
3. Menjamin tercapainya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi balk antar daerah,
antar waktu, antar fungsi pemerintah daerah dan pusat.
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat Kota Bandar Lampung.
5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya Kota Bandar Lampung yang
efesieri, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
6. Menjaga kesinambungan pembangunan Kota Bandar Lampung yang
dilaksanakan per-lima tahunan.
7. Tersedianya satu tolok ukur untuk melakukan evaluasi kinerja dalam
pembangunan (jangka menengah dan jangka pendek).
8. Memberi gambaran tentang kondisi umum daerah Kota Bandar Lampung
saat ini dalam konstalasi regional dan nasional sekaligus memahami arah dan
tujuan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi daerah.
9. Adanya arahan dalam memahami dan menilai arah kebijakan dan program
serta kegiatan operasional pembangunan jangka menengah maupun jangka
pendek
1.4 LANDASAN
Yang
menjadi
landasan
idiil
dad
penyusunan
Rencana
Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Kota Bandar Lampung adalah Pancasila dan Undangmdang Dasar 1945. Sedangkan yang menjadi landasan operasionalnya,
perencanaan
tersebut
di
atas
mengacu
kepada
seluruh
ketentuan
perundangmdangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan nasional dan
daerah, yaitu :
1. Undang-undang Nomor 17 tahun2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No. 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 4286).
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
No.4400).
3. Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan
Keuangan
Negara.
4. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 Tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional.
5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4437).
6. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 No. 126, Tambahan
Lembaran Negara Rebublik
Indonesia No.4438)
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
8. Ketetapan MPR Republik Indonesia Nomor VII / MPR / 2001 tentang Visi
Indonesia Masa Depan.
9. Peraturan Perfierintah No.56 Tahun2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan
Pemerinbtahan Daerah, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.
4124.
10. Peraturan Pemerintah No.25 Tahun2000 tentang Pembinaan danPengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
11. 11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009
Tentang
12. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007, Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
13. 13. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2007 tanggal 21
Nopember 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Provinsi Lampung Tahun 2005-20025.
1.5 TATA URUT
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Bandar Lampung Tahun
2005-2025, dilakukan dengan sitematika sebagai berikut:
Bab I.
Pendahuluan
Bab II.
Kondisi Umum Daerah
Bab III
Analisis Isu Strategis
Bab IV
Visi dan Misi Pembangunan Kota Bandar Lampung Tahun 2005 - 2025
Bab V
Arah, Tahapan, dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Tahun
2005 – 2025
Bab VI
Kaidah Pembangunan
KONDISI UMUM DAERAH
2.1 KONDISI PADA SAAT INI
Pembangunan Kota Bandar Lampung yang telah dilaksanakan selama ini
menunjukkan kemajuan diberbagai bidang kehidupan masyarakat yang meliputi
bidang sosial budaya dan kehidupan beragama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan
teknologi dan seni (ipteks), politik, ketentraman dan ketertiban, hukum dan
aparatur, pembangunan wilayah dan tata ruang, penyediaan sarana dan prasarana,
serta pengelolaan sumberdaya alam dan Iingkungan hidup. Disamping banyak
kemajuan yang telah dicapai, masih banyak pula tantangan atau masalah yang
belum sepenuhnya terselesaikan. Untuk itu masih diperlukan upaya mengatasinya
dalam penbangunan daerah 20 tahun ke depan.
A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
Pembangunan bidang sosial budaya dan keagamaan terkait erat dengan kualitas
hidup manusia dan masyarakat. Kondisi kehidupan masyarakat dapat tercermin
pada aspek kuantitas dan struktur umur penduduk serta kualitas penduduk, seperti
pendidikan, kesehatan, dan Iingkungan.
1. Pendidikan
Pada dasarnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) sangat menentukan
kehidupan berbangsa dan bernegara, baik yang telah terjadi yang kita rasakan
pada saat ini maupun pada perkembangannya di kemudian hari. SDM yang
berkualitas tentu dihasilkan oleh salah satu faktor yang terpenting yaitu proses
pendidikan yang berkualitas pula. Oleh karenanya pembangunan pendidikan perlu
mendapatkan perhatian yang komprehensif pada rencana pembangunan dua
puluh tahun kedepan. Selain sarana dan prasarana yang memadai balk kuantitas
maupun kualitasnya, jumlah dan kualitas guru juga masih perlu ditingkatkan.
2. Kesehatan
Kota Bandar Lampung sebagai kota besar dan lbukota Provinsi Lampung saat ini
menghadapi berbagai permasalahan di bidang kesehatan. Kondisi bidang
kesehatan di Bandar Lampung antara lain:
1) Derajat dan kondisi kesehatan masyarakat Kota Bandar Lampung secara
umum relatif masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari tingginya angka (kasus)
kematian ibu melahirkan, angka kematian bayi, morbidity rate, persentase
penduduk dengan masalah kesehatan, persentase penduduk yang melakukan
pengobatan sendiri, serta masih adanya kasus gizi masyarakat. Beberapa
faktor penyebab langsung kematian ibu melahirkan antara lain: (a) eklampsia
(25%), (b) pendarahan, (50%), (c) infeksi (5%), (d) dan lain-lain (20%).
2) 2) Sementara itu beberapa faktor penyebab tidak langsung kematian ibu antara
lain: rendahnya status gizi, tingginya KEK (Kekurangan Energi Kronis),
tingginya prevalensi anemia ibu hamil, kehamilan 4 terlalu (terlalu dini, terlalu
rapat, terlalu sering, dan terlalu tua), 3 terlambat (3T): terlambat datang,
terlambat merujuk, terlambat penanganan; rendahnya tingkat ekonomi dan
pendidikan, serta bias gender dan sosial budaya yang merugikan. Sementara
itu, penyebab langsung Angka Kematian Bayi (AKB) antara lain adalah:
BBLR,
asfeksia, tetanus neonatorum, dan lain-lain. Adapun penyebab tidak langsung
tingginya angka kematian bayi antara lain adalah: rendahnya status gizi
masyarakat. Hal ini berarti upaya untuk menurunkan AKI dan AKB
diperlukan upaya preventif dan promotif yang lebih sistematis dan kontinyu.
3) Tingginya persentase penduduk yang melakukan pengobatan sendiri secara
implisit menunjukkan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
berperilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu juga hal itu menunjukkan
rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap insititusi pelayanan kesehatan
medis. Fakta ini mengisyaratkan bahwa di masa mendatang, diperlukan
intensifikasi upaya-upaya preventif dan promotif kesehatan.
4) Secara umum rendahnya derajat kesehatan masyarakat Bandar Lampung
yang ditunjukkan berbagai indikator tersebut, diduga disebabkan oleh
berbagai faktor. Pertama adalah rendahnya investasi yang dialokasikan untuk
pengembangan sumberdaya manusia terutama sektor kesehatan. Hal ini
ditunjukkan dari rendahnya alokasi dana yang bersumber balk dari APBD dan
APBN maupun sumber-sumber lain untuk pembangunan kesehatan. Kedua,
rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan,
dan ketiga rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat terutama keluarga miskin. Faktor terakhir ini sangat berkaitan
dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang belum menjadi acuan bagi
petugas kesehatan di puskesmas sebagai provider terdepan dalam pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Hal ini terjadi, mengingat ketentuan yang
berakitan SPM merupakan ketentuan baru yang belum sepenuhnya dipahami
petugas.
5) Kondisi kebersihan lingkungan hidup di beberapa kawasan di Kota Bandar
Lampung belum kondusif bagi terwujudnya pola hidup bersih dan sehat
(PHBS). Beberapa kawasan yang masih tergolong kumuh di Bandar Lampung
meliputi Kota Karang, Kaliawi, Panjang, Kampung Sawah. Salah satu
indikasi
rendahnya kualitas lingkungan tersebut adalah tingginya tingkat polusi
(pencemaran) air dan udara dan dampaknya terhadap kasus kesehatan yaitu
terjadinya penyakit menular.
6) Saat ini tingkat polusi di kawasan tersebut sudah sampai pada tingkat yang
membahayakan bagi kelangsungan hidup penduduk sekitar. Kondisi ini
semakin "lengkap" dengan rendahnya akses masyarakat terhadap air bersih.
Berdasarkan data National Human Development Report, persentase penduduk
yang tidak memiliki akses terhadap air besih masih sebesar 33,9% pada tahun
2002. Hal ini secara langsung berakibat tingkat penyebaran beberapa penyakit
yang bersifat epidemik (seperti malaria, diare, ISPA, TB paru) menjadi sangat
cepat dan berpotensi menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Kenyataan
saat ini menunjukkan bahwa tingkat morbiditas untuk penyakit-penyakit yang
berbasis lingkungan tersebut niasih cukup menonjol.
7) Tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan kesehatan sebagai hak asasi
manusia sebagaimana visi Indonesia sehat 2010, amanat UUD 1945, serta
berbagai mandat internasional seperti MDG's (Milenium Development
Goals), ICPD Kairo, masih sangat berat.
8) Komponen yang membentuk HDI adalah umur harapan hidup (life expectacy),
persentase penduduk dewasa yang melek huruf (adult literacy rate), rata rata
lama sekolah (mean years of schooling), dan rata-rata pengeluaran perkapita
per tahun. Data tahun 2002 menunjukkan untuk masing-masing komponen
tersebut adalah67,8; 96,5%; 9,6tahun; dan594,9ribu rupiah. Tingginya angka
HPI di Bandar Lampung terutama ditunjang oleh tingginya persentase
penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih (33,9%) serta
tingginya persentase balita yang kekurangan gizi (28,7%). GDI merupakan
ukuran kesenjangan jender di suatu wilayah. Kesenjangan jender yang terjadi
di Bandar Lampung terutama terlihat dari persentase penduduk dewasa yang
melek huruf (perempuan:laki-laki=94,2%:98,7%), rata-rata lama sekolah
(perempuan:laki-laki = 9,1:10,2) dan share pendapatan keluarga (perempuan:
Iaki-laki=28,3%:71,7%). Sementara itu, rendahnya GEM di Bandar Lampung
ditunjang oleh rendahnya partisipasi perempuan di parlemen (2,2%),
rendahnya angkatan kerja perempuan (35,4%), serta kesenjangan rata-rata
tingkat upah kerja di sektor non pertanian antara perempuan dan laki-laki
(416,4 ribu rupiah:578,6 ribu rupiah).
9) Puskesmas sebagai pusat pembinaan kesehatan masyarakat di wilayah
kerjanya, memilki sumberdaya kesehatan berupa sarana yang masih jauh dari
memadai. Hal ini ditunjukkan dari keberadaan puskesmas yang belum friendly
(comfortable) bagi masyarakat miskin. Fakta menunjukkan bahwa pada tahun
2003, persentase keluarga miskin yang memanfaatkan puskesmas sebagai
tempat layanan kesehatan dasar hanya berjumlah 42,5%. Persoalan lain yang
berkaitan dengan puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan masyarakat
adalah rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dasar.
10) Kondisi yang ada menunjukkan bahwa puskesmas sebagai ujung tombak
layanan kesehatan masyarakat belum didukung oleh tenaga kesehatan yang
memadai (terutama tenaga paramedis), akan tetapi tenaga Dokter sudah lebih
dari cukup. Hal ini berimplikasi terhadap rendahnya aksesibilitas dan mutu
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai kondisi ideal masih diperlukan
langkah-langkah terobosan yang inovatif, sehingga pelayanan kesehatan yang
merupakan public good benar-benar memenuhi lima prasyarat keberhasilan
yakni availability, accesability, affordability, acceptability, dan quality.
11) Peran dan fungsi puskesmas pada dasarnya tidak hanya sekedar memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat akan tetapi melakukan pembinaan
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya secara komprehensif dan terpadu
(preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif). Namun demikian dalam
kenyataannya, puskesmas saat ini masih cenderung hanya menitikberatkan
pada upaya kuratif dan rehabilitatif. Hal ini disebabkan puskesmas masih
dibebani dengan fungsinya sebagai sumber PAD, pencapaian berbagai target
penemuan kasus-kasus penyakit, serta beban kerja-kerja dalam mendukung
birokrasi kesehatan (18 program kerja, kerja administrasi, rapat-rapat
koordinasi dsb). Sementara itu dukungan sarana dan prasarana, tenaga,
menejemen, dan finansial masih sangat terbatas.
12) Mutu pelayanan kesehatanmasyarakat yang diberikan oleh (puskesmas/pustu)
belum sesuai dengan standar pelayanan minimal. Hal ini terlihat dari capaian
rata-rata beberapa indikator SPM (Standar Pelayanan Mutu) puskesmas di
Bandar Lampung. Menurut Surat Edaran Mendagri No 100/757/OTDA/2002,
SPM adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja
penyelenggaraan Kewenangan Wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan
dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator, dan nilai.
13) Kondisi yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar indikator SPM belum
terpenuhi oleh puskesmas yang ada di Bandar Lampung. Terdapat beberapa
faktor yang menjadi penyebab belum terpenuhinya indikator SPM antara lain
bahwa
SPM
sebagai
salah
satu
acuan
kinerja
puskesmas
belum
disosialisasikan atau belum dipahami oleh petugas kesehatan. Sebagai
perbandingan, hasil penelitian yang dilakukan oleh Koalisi untuk Lampung
Tengah sehat yang melakukan penelitian di 7 puskesmas di Lampung Tengah
menujukkan bahwa SPM belum tersosialisasi sampai ke petugas puskesmas.
Selanjutnya beberapa faktor lain yang menghambat pelaksanaan SPM
meliputi:
keterbatasan
Jana,
rendahnya
pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat akan kesehatan, rendahnya dukungan masyarakat/pihak lain,
serta keterbatasan tenaga serta sarana/prasarana (KULTS, 2005).
3. Demografi
1) Perkembangan penduduk Kota Bandar Lampung dari tahun ke tahun (20002005) relatif meningkat, dari jumlah 743.109 jiwa (2000) menjadi 809.860
jiwa (2005) atau dengan pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1.70 %
pertahun. Tingkat penyebaran penduduk tidak merata, bila dirinci perkecamatannya jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Teluk Betung
Selatan yaitu sebanyak 92.506 jiwa. Apabila dilihat dad kepadatan penduduk
berdasarkan luas wilayah, maka tingkat kepadatan penduduk berada di
Kecamatan Tanjung Karang Pusat dengan jumlah penduduk 11.217 jiwa/km2,
terjarang pada Kecamatan Kemiling dengan jumlah penduduk 1.980
jiwa/km2.
2) Jumlah penduduk miskin Kota Bandar Lampung didasarkan 14 variabel
kemiskinan sebanyak 59.183 kepala keluarga, yang dibagi menjadi 3 kategori
yaitu hampir miskin, miskin dan sangat miskin. Yang termasuk penduduk
hampir miskin berjumlah 32581 Kepala keluarga (KK), miskin berjumlah
23018 Kepala keluarga (KK), dan sangat miskin berjumlah 3584
Kepala
keluarga (KK). Apabila diasumsikan setiap kepala keluarga memiliki jumlah
5 anggota keluarga, maka jumlah penduduk miskin di Kota Bandar Lampung
berjumlah
295.915 jiwa, dibandingkan dengan jumlah penduduk total
809.860 jiwa pada tahun 2005, maka persentase jumlah penduduk miskin
sebanyak 36,54%. Kecamatan yang memiliki persentase penduduk miskin
terbesar adalah Kecamatan Telukbetung Selatan, dengan Jumlah penduduk
miskin sebanyak 7.871 KK (sekitar 39.355 jiwa) atau sekitar 13.30% dari
jumlah total penduduk miskin Kota Bandar Lampung.
3) Kondisi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) pada tahun 2005
anak terlantar 911 jiwa, Jompo 2769 jiwa, Wanita Rawan Sosial 2568 jiwa.,
Keluarga yang tinggal dilingkungan tidak layak sebesar 5.799 jiwa, anak nakal
138 jiwa, korban narkoba 29 jiwa, penyandang cacat 1925 jiwa, bekas terkena
penyakit kronis 545 jiwa, gelandangan/pengemis 164 jiwa, Tuna susila 172
jiwa, bekas narapidana 98 jiwa, dan fakir miskin 16847 jiwa. Penyandang
cacat menurut data dari BPS Kota Bandar Lampung dari tahun ke tahun
meningkat,untuk tahun 2001 562 jiwa, tahun 2005 1.925 jiwa, dengan ratarata pertumbuhan sebesar 24,11 % pertahun.
4) Jumlah anak terlantar menurut data dari BPS Kota Bandar Lampung,
padatahun 2001berjumlah 3941 jiwa, tahun 2005 berjumlah 911 jiwa. Dari
data tersebut menunjukkan adanya penurunan.
5) Di Kota Bandar Lampung korban kekerasan terhadap kaum perempuan dari
tahun 2000 s/d 2005 sebanyak 509 kasus atau 44,97% dari total kekerasan
terhadap perempuan di Provinsi Lampung, kekerasan tersebut didominasi oleh
pemerkosaan terhadap perempuan (Damar, 2006).
6) Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja Kota Bandar
Lampung pada tahun 2005 sebagai berikut; 13.715 jiwa pencari kerja laki-laki
dan banyak 12. 613 jiwa perempuan hingga total pencari kerja yang terdaftar
keseluruhan 26.328 Jiwa, sedangkan jumlah angkatan kerja meningkat dari
tahun ke tahun, tahun 2004 saja angkatan keda berjumlah 391.247 jiwa, yang
jadi masalah perkembangan jumlah angkatan kerja tersebut tidak diimbangi
dengan ketersediaannya lapangan kerja.
7) Struktur penduduk menurut agama di Kota Bandar Lampung adalah sebagai
berikut; penganut agama Islam berjumlah 577.029 jiwa, penganut agama
Kristen Protestan berjumlah 23.844 jiwa, penganut agama Katolik berjumlah
20.859 jiwa, penganut agama Hindu berjumlah 6.066 jiwa, dan penganut
agama Budha berjumlah 14.046 jiwa. Tempat ibadah untuk penganut agama
Islam ada 1.198 unit, penganut agama Kristen Protestan ada 56 unit, penganut
agama Katolik ada 8 unit, penganut agama Hindu ada 2 unit, dan penganut
agama Budha ada 10 unit.
4. Seni dan Budaya
1) Berbagai suku yang ada di Indonesia ini memang unik dan beragam
keberadaannya, dengan berbagai kehidupan budaya dan seninya yang
mempunyai corak dan has pula. Tak terkecuali di Kota Bandar lmpung ini
yang dihuni oleh berbagai suku yang ada di Indonesia termasuk di dalamnya
suku asli yaitu suku Lampung.
2) Luasnya cakupan ruang lingkup budaya, maka pada garis besamya dapat
dikelompokkan dalam dua bagian besar. Pertama, kebudayaan immaterial
terdiri dari filsafat, ilmu pengetahuan, kesenian, kaidah-kaidah budaya,
bahasa/aksara,
agama,
politik,
pendidikan
dan
sebagainya.
Kedua,
kebudayaan material, terdiri dari apa yang dapat kita lihat dalam bentukbentuk
alat-alat penguasaan alam, alat-alat perlengkapan hidup (seperti
pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat produksi, senjata, alat-alat
transportasi dsb.), sawah, ladang, kebun, jalan, irigasi, alat komunikasi, dan
peralatan untuk kebudayaan immaterial itu sendiri.
3) Sebagai suku bangsa yang mempunyai identitas tersendiri, suku Lampung
mempunyai bentuk bahasa/aksara dan kesenian yang tersendiri pula. Yang
menyangkut kesenian itu diantaranya adalah seni bangunan (arsitektur), seni
rupa, seni pahat, seni lukis, seni kerajinan tangan, seni tari, dan seni sastra.
Dalam bidang arsitektur rumah tradisional Lampung, kita melihat bahwa
bentuk bangunan Lampung kelihatan statis. Bangunan rumah kediaman dan
sejenisnya selalu merupakan rumah panggung bertiang, dengan variasi yang
sederhana. Bentuk atap yang lazim dipergunakan disebut bubungan perahu
(dengan sebelah menyebelah semacam trapesium dan bagian depan dan
belakangnya dihubungkan dengan bagian atap. segitiga sama kaki).
Kemampuan membuat rumah diutamakan oleh kelompk orang Lampung
sendiri dan pengaruh dari luar belum nampak.
4) Secara umum tipologi rumah adat Lampung ada 5 macam yakni ; tipe rumah
limas panjang, tipe rumah limas burung, tipe rumah limas Melayu, tipe rumah
pesagi, dan tipe rumah limas Palembang, sedangkan elemen bangunan yang
merupakan unsur arsitektur Lampung adalah; siger, paguk, andang-andang,
tighai, dan bikkai. Motif-motif dekoratif sebagai penghias bangunan adalah ;
motif paku sura, motif kain tapis, motif kain-kapal/kain-tampan, motif sulur
malai pinang, motif bunga melur. Simbol-simbol lain yang dikenal sebagai
budaya Lampung antara lain adalah ; simbol burung garuda, kayu arra,
payung, gajah, paccah oju, dll. Penggunaan unsur arsitektur Lampung pada
bangunan gedung penting dilakukan, untuk pelestarian nilai-nilai budaya
masyarakat Lampung. Mendorong dan memberdayakan serta menumbuhkan
peran serta masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai- nilai
arsitektur Lampung sehingga tercermin identitas dan jati diri masyarakat dan
budaya Lampung. Menurut Pergub Lampung No 22 tahun 2006, bahwa unsur
arsitektur Lampung yang digunakan atau diterapkan pada bangunan gedung
dapat berupa; tata ruang dan bentuk lingkungan bangunan, tipologi bentuk
bangunan, elemen bangunan, elemen dekoratif, simbol simbol lain dalam
khazanah budaya Lampung.
5) Dalam bidang Iainnnya seperti seni pahat, seni ukir, seni lukis tidak terlihat
gejala bahwa kesenian ini berkembang menjadi suatu bentuk yang merupakan
mata pencaharian hidup di daerah Lampung. Kalaupun ada hanya sekedar
pemuasan akan perasaan keindahan saja. Dalam bidang kerajinan tangan
terdapat perkembangan yang cukup Iumayan tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari hari. Walaupun masih sedikit sekali kepandaian
kerajinan tangan ini yang sudah mulai dikembangkan menjadi suatu
pencaharian khusus (masih berupa untuk souvenir), kerajinan berupa kain
tenun dan aksesoris pakaian Iainnya. Sesungguhnya kalau kita cermati di
masyarakat Lampung masih terdapat adanya sisa-sisa keterampilan membuat
tikar dari pandan, rotan, bambu, dan sebagainya. Oleh karena keperluan hidup
sehari-hari banyak didatangkan dari luar, maka keahlian ini tidak berkembang
pada saat ini.
6) Dalam bidang seni tari sebagai suatu kesenian yang tertua disamping seni
suara, mempunyai sangkut paut dengan upacara adat. Dalam periode masa
lalu, tarian kiasik harus dipelajari oleh setiap muda mudi kalau is tidak mau
tersisih dalam masyarakat. Tari-tarian dipergelarkan pada saat upacara adat
seperti pada pesta perkawinan, upacara penyambutan tamu agung, upacara
pelantikan untuk memperoleh gelar adat dan sebagainya. Dalam seni sastra
berkembang dengan baik yang disebut cerita rakyat (folkior dalam arti
khusus), peribahasa, pepatah, pantun, teka-teki, dan sebagainya. Jadi ada
prosa dan
ada puisi. Yang tergolong prosa ialah serambi (cerita-cerita
panjang), cerita curika (cerita pendek), dan cecawan (keluhan jiwa). Yang
tergolong puisi ialah bebandung, pantun, dan campuran antara bebandung dan
pantun. Tergolong juga dalam kelompok ini ialah segala dan kias, yang
banyak didapati di daerah Lampung
pesisir.
Semua
kepandaian
yang
diperoleh generasi penerus ialah melalui pendidikan tradisional sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada
waktu itu. Oleh karena sebelum pendidikan
modern berkembang, maka pendidikan tradisional memegang peranan penting
7) Bahasa daerah sudah semestinya merupakan identitas yang sangat mencolok
untuk suatu daerah/kota. Sungguh ironis apabila masyarakat Kota Bandar
Lampung tidak bisa/mengerti akan bahasa daerah setempat. Oleh karena itu
bahasa/aksara Lampung perlu diajarkan sejak sekolah dasar dengan porsi
waktu yang cukup memadai, agar betul-betul bisa dipahami serta dimengerti,
dan bahasa tersebut akan dipakai sehari-harinya, sehingga bahasa/aksara
daerah Lampung akan Iebih terjamin kelestarian dan kesinambungannya.
8) Fi'il Pesanggiri merupakan falsafah orang Lampung yaitu sesuatu keharusan
hidup bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu diri dan kewajiban. Disamping itu
mereka mengenal Bejuluk dan Beadek ; yaitu keharusan berjuang
meningkatkan kesempurnaan hidup, bertata tertib dan tata krama sebaik
baiknya. Nemui nyimah, Nengah Nyappur, dan Sekai Sembayan. Dalam
Nemui Nyimah terdapat keharusan untuk berlaku hormat terhadap sesama
anggota dan menghormati tamu, Nengah Nyappur keharusan untuk bergaul
dan bermusyawarah, Sakai Sembayan keharusan berjiwa sosial, gotong
royong dan berbuat balk terhadap sesama manusia. Filsafat hidup orang
Lampung yang dikenal sebagai Fi'il Pesanggiri seperti tersebut di atas, telah
digariskan bahwa mereka itu bersifat terbuka. Bersifat terbuka ini bukan hanya
dalam kelompok kesatuannya, tetapi juga terhadap orang luar atau dunia di
luar mereka sendiri. Mereka akan menyambut balk semua orang, sejak dahulu
kediaman mereka terbuka buat dunia luar. Dengan demikian adanya
hubungan dengan dunia luar, disebabkan oleh adanya perniagaan karena
memang Lampung memiliki komoditi hasil bumi. Disamping itu hubungan
kekerabatan yang balk dengan daerah sekitarnya seperti Palembang maupun
dengan Banten yang mereka ikat pada waktu waktu selanjutnya. Sebagai
akibat dari hubungan tersebut maka daerah Lampung merupakan daerah yang
terbuka bagi orang luar, baik dari utara (Palembang) dan Bengkulu mapun dari
Banten sendiri yang pada periode tertentu sudah mulai mendiami daerahdaerah tertentu di Lampung. Penduduk asli dan pendatang yang menghuni
"Say Bumi Ruwa Jurai" ini hidup rukun dan damai dengan rasa persatuan
kebangsaan Indonesia.
B. Ekonomi
1) Struktur perekonomian Kota Bandar Lampung didominasi oleh perdagangan,
hotel dan restoran, dan jasa-jasa yang memberikan kontribusi besar dalam
pembentukan PDRB Kota Bandar Lampung,
2) Inflasi Kota Bandar Lampung mencapai 9,71% lebih tinggi dibandingkan
dengan inflasi nasional 9,06%.
3) PDRB perkapita Kota Bandar Lampung atas dasar harga berlaku
Rp.8.207.353, sedangkan atas dasar harga konstan adalah Rp.5.881.469.
lebih besar dari pendapatan regional perkapita, baik. atas dasar harga berlaku
Rp.7154312, maupun atas dasar harga konstan Rp.5.130.893. rata-rata
selisihnya 14%.
4) Nilai Penanaman Modal Dalam Negeri/Asing (PMDN/PMA) sebesar $
108.870,000 dengan 3 proyek investasi.
5) Pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak daerah mengalami
peningkatan realisasi di atas 100%. Pendapatan asli daerah yang berasal dari
retribusi daerah mengalami fluktuasi akan tetapi masih di atas 88,55%. Selama
masa pembayaran bunga pinjaman tersebut mencapai Iebih dari 100%
6) Bagian hasil pajak terus mengalami peningkatan dan melebihi dari target
yang ditetapkan (145%).
7) Pendapatan yang berasal dari bagi hasil bukan pajak mengalami peningkatan
yang mencapai 125,10%.
8) Bagian lain-lain pendapatan yang sah mengalami peningkatan lebih dari 115%
9) Pendapatan yang diperoleh dad DAU terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya lebih dari 103%.
10) Peningkatan penerimaan DAK mengalami perkembangan di atas 46,15%.
11) Bagian laba daerah yang diterima mengalami peningkatan di atas 59%
12) Lain-lain PAD yang sah yang diperoleh selalu mengalami peningkatan diatas
115%
13) Besarnya
dana
Bagian
Sisa
Lebih
Perhitungan
APBD
mengalami
perkembangan yang fluktuatif akan tetapi masih di atas 44%.
14) Realisasi pertumbuhan perdagangan mengalami peningkatan yang fluktuatif
selama kurun waktu 10 tahun terakhir, akan tetapi secara rata-rata masih di
atas 115%.
15) Kontribusi sektor perdagangan dan jasa terhadap PDRB cukup besar, sekitar
45,83%.
16) Sektor perdagangan dan jasa ternyata memberikan paluang yang cukup besar
terhadap kesempatan bekerja, sekitar 90%
C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
1) Kota Bandar Lampung dalam hal kemampuan pemanfaatan, pengembangan,
serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami peningkatan
yang signifikan. Berbagai hasil penelitian, pengembangan dan rekayasa
teknologi telah mulai dimanfaatkan oleh pihak industri dan masyarakat.
Jumlah publikasi ilmiah terus meningkat. Hal ini menunjukkan peningkatan
kegiatan
penelitian, transparansi ilmiah dan aktivitas diseminasi hasil
penelitian dan pengembangan, walaupun perkembangnya tergolopg masih
lambat.
2) Di masyarakat juga terlihat telah mulai dimanfaatkannya teknologi, terutama
pada penerapan tanaman pangan dengan berbagai hasil penelitian,
pengembangan, dan rekayasa teknologi. Implikasi terjadinya pemanfaatan
teknologi ini terlihat terjadinya peningkatan produktivitas komoditi tanaman
pangan seperti hasil tanaman padi dan agroindustri lainnya (tanaman jamur,
durian,
bunga,
dan
lain-lain).
Peningkatan
produktivitas
tersebut
mengindikasikan terjadinya peningkatan pemanfaatan IPTEK dan aktivitas
diseminasi hasil penelitian pada masyarakat pertanian di Kota Bandar
Lampung, walaupun dalam perkembangannya masih jauh dari yang
diharapkan.
3) Hal yang masih menjadi kendala adalah terbatasnya perkembangan IPTEK di
Kota Bandar Lampung ini. Hal ini tidak terlepas dari masih rendahnya
kontribusi institusi penghasil IPTEK, seperti misalnya BPPT, Balitbang
maupun Perguruan Tinggi yang ada di kota ini. Keadaan ini tidak terlepas
dari sangat minimnya SDM, sarana dan prasarana serta pembiayaan untuk
kemajuan IPTEK itu sendiri.
4) Kemajuan IPTEK dalam dunia kesehatan yang begitu pesat pada saat ini,
sangat mempengaruhi minat masyarakat Kota Bandar Lampung untuk
memanfaatkannya. Namun bagi masyarakat ini akses untuk memperoleh
manfaat dari kemajuan IPTEK di bidang kesehatan ini masih sangat jauh dari
ideal. Hal ini disebabkan belum memadainya fasilitas kesehatan dengan
peralatan canggih yang tersedia di Kota Bandar Lampung. Kondisi ini
menyebabkan sebagian masyarakat mampu terpaksa berobat ke Jakarta
bahkan ke luar negeri. IN tentunya, kedepan kota ini sudah harus tanggap
untuk mampu menyediakan rumah sakit yang representatif yang mengikuti
perkembangan teknologi kesehatan pada saat ini.
5) Kemajuan IPTEK dunia yang sangat pesat pada saat ini, telah membawa
perubahan paradigma yang sangat mendasar pada sistem dan mekanisme di
pemerintahan maupun pada dunia usaha/swasta.
6) Dalam kaitannya dengan globalisasi, telah terjadi revolusi teknologi dan
informasi yang akan mempengaruhi terjadinya perubahan dalam berbagai
bidang. Dan sampai saat ini di Kota Bandar Lampung penggunaan teknologi
informasi untuk keperluan pelayanan publik masih belum begitu memadai
sehingga pelayanan tersebut belum mencapai tahap yang optimal. Hal ini
disebabkan masih terbatasnya sumber daya manusia maupun infrastrukturnya.
7) Pemanfaatan IPTEK yang berbasiskan teknologi informasi untuk pelayanan
publik, yaitu untuk meningkatkan kualitas SDM perlu di budayakan seperti
misalnya penggunan teknologi informasi dalam bentuk cyber-net (internet)
baik untuk kalangan pendidikan, dunia usaha, dan institusi pemerintahan.
Namun sampai saat ini, penggunaan cyber-net di kalangan tersebut diatas
masih sangat terbatas, kecuali di kalangan institusi Perguruan tinggi yang
sudah lebih maju. Oleh karenanya untuk masa depan, Pemerintah Kota harus
sudah merancang untuk memberikan akses yang lebih luas dan dengan biaya
yang terjangkau di pusat-pusat pendidikan dan sekolah-sekolah, dalam rangka
peningkatan dan pengembangan kualitas SDM di Kota Bandar Lampung.
8) Pemanfaatan teknologi informasi tersebut sangat penting untuk lebih
mendorong meningkatkan daya saing dan akses terhadap pasar, baik lokal
maupun internasional, sehingga dunia perdagangan dan jasa akan tumbuh
dan berkembang dengan lebih pesat. Namun demikian kemampuan daerah ini
dalam penguasaan dan pemanfaatan IPTEK nampaknya masih belum
memadai untuk meningkatkan daya saing. Hal ini dapat kita lihat antara lain
oleh masih rendahnya sumbangan IPTEK di sektor produksi, belum
efektifnya mekanisme intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan, belum
berkembangnya budaya IPTEK di masyarakat, dan terbatasnya sumber daya
IPTEK.
D. Sarana dan Prasarana
1) Saat ini, luas kawasan pemukiman menempati18,37persen dari luas kota yang
192 km2, dan ini menempatkan posisi kawasan permukiman sebagai
pengguna Iahan terluas di Kota Bandar Lampung. Namun, meskipun
menempati lahan yang terluas, masih banyak penduduk yang belum memiliki
tempat tinggal akibat penyediaan perumahan yang tidak secepat pertambahan
jumlah penduduk akibat arus urbanisasi yang tinggi, diluar angka kelahiran
yang juga tinggi.
2) Panjang jalan di Kota Bandar Lampung, adalah 1009,340 km (2005), yang
terdiri dari Jalan Nasional, Jalan Provinsi, dan Jalan Kota. Kondisi jalan
sebagian besar dalam kondisi balk dan sedang, sementara sisanya dalam
kondisi rusak. Perbaikan jalan yang dilakukan berdampak sangat rendah pada
pertumbuhan panjang jalan yang dalam kondisi baik. Hal ini disebabkan oleh
kualitas perbaikan jalan yang rendah dan penggunaan jalan oleh kendaraan
yang membawa beban melebihi kemampuan badan jalan. Kondisi drainase
jalan raya yang buruk juga turut berperan pada percepatan kerusakan badan
jalan.
3) Saat ini masih kurang dari 25 persen dari total panjang jalan yang ada yang
dilalui oleh angkutan umum kota. Hal ini menjadi salah satu penyebab jumlah
masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi lebih besar daripada
jumlah masyarakat yang menggunakan angkutan umum kota sebagai sarana
pergerakannya dari satu tempat ke tempat yang lain. Jumlah angkutan kota
(Angkot) saat ini 2800 unit yang terdiri dari 2700 unit mikrolet dan 100 unit
Bis Damri dan swasta, ditambah dengan taksi yang berjumlah 60 unit.
Kuantitas dan kualitas angkutan kota saat ini masih rendah yang dibuktikan
dengan
semakin bertambah banyaknya penggunaan kendaraan pribadi,
sementara jumlah penumpang angkot yang mengalami penurunan. Hingga
saat ini, jumlah kendaraan pribadi yang ada di Kota Bandar Lampung
mencapai 195.442 unit, yang terdiri dari 8.050 unit mobil dan 187.392 sepeda
motor.
4) Jumlah sambungan pipa air bersih saat ini adalah 31.855 unit.
Jumlah
ini
masih dirasa kurang mengingat masih banyak masyarakat yang belum teraliri
oleh air yang berasal dari jaringan pipa air bersih milik PDAM Way Rilau
Kota Bandar Lampung. Kondisi ini mendorong masyarakat menggunakan
sumur bor untuk mengambil air tanah sebagai sumber utama air bersihnya.
Jika kondisi ini dibiarkan maka ketersediaan air tanah dapat menurun dan
beresiko menimbulkan krisis air tanah dan penurunan permukaan tanah.
Sementara itu, ketersediaan air permukaan yang dapat digunakan sebagai
sumber air bersih, jika dimanfaat dengan baik akan mampu melayani 1,3 juta
jiwa (2002).
5) Ketersediaan listrik pada Tahun 2004 hanya 744 juta KWH. Dan yang mampu
terjual baru 616 juta KWH (2004). Data ini mengandung anomali, karena pada
kenyataaannya masih banyak terjadinya pemadaman bergilir yang dilakukan
oleh PT PLN selaku penyedia energi listrik di dalam Wilayah Kota Bandar
Lampung. Karena itu diperkirakan bahwa ketersediaan energi listrik yang
tersedia pada saat jam puncak berada dibawah jumlah permintaan akan
energi.
6) Pelanggan telepon hingga Tahun 2004 mencapai 67.343 unit.
Data
ini
menunjukkan jumlah penggunaan telepon kabel. Jika dihitung dengan
memasukkan jumlah pengguna telepon nirkabel maka jumlah masyarakat
yang terakses oleh sistem komunikasi telepon akan jauh Iebih besar daripada
data yang ada tersebut. Penggunaan telepon kabel juga terhitung tidak
mengalami pertumbuhan yang besar seperti sebelumnya, bahkan cenderung
mengalami penurunan akibat beralihnya kecenderungan pemilik bangunan
baru yang Iebih memilih menggunakan jaringan telepon nirkabel sebagai
fasiltas bangunannya daripada telepon kabel. Kecenderungan ini diperkirakan
akan terus berlangsung dimasa yang akan datang seiring dengan semakin
berkembang cepatnya kemajuan teknologi.
7) Kondisi drainase Kota Bandar Lampung juga belum begitu memadai.
Akibatnya, titik banjir mencapai31 titik(2006). Hal ini cukup meresahkan
masyarakat yang daerahnya terendam oleh air. Dampaknya terhadap kegiatan
ekonomi juga cukup besar. Upaya untuk menbatasi masalah ini harus segera
dilakukan segera sehingga dampak buruknya dapat diminimalisir
8) Produksi sampah Kota Bandar Lampung adalah 416 m3 perhari, atau 129.792
m3 pertahun. Dengan produksi tersebut, TPA Bakung sebagai tempat
pembuangan akhir sampah, hanya dapat beroperasi hingga Tahun 2012. Itu
artinya, Pemerintah Kota Bandar Lampung perlu segera memanfaatkan
sampah yang ada sehingga dapat memperpanjang usia penggunaan TPA
Bakung, atau pemerintah mencari alternatif lokasi TPA yang baru.
E.Politik
1) Kesadaran politik pada suprastruktur politik dirasakan masih rendah, hal ini
dapat terlihat dari sikap dan perilaku yang lebih mendahulukan kepentingan
personal, sedangkan pada infrastruktur politik terlihat dari partisipasi publik
yang formil dalam proses pengambilan keputusan politik. Sementara itu,
kesadaran hidup bernegara, balk pada suprastruktur maupun infrastruktur
politik, juga masih rendah, karena mereka cenderung lebih mementingkan
atau menuntut hak-haknya daripada kewajiban terhadap negara.
2) DPRD Pemerintah Kota Bandar Lampung sebagai lembaga legislatif masih
belum representatif dan kurang efektif dalam menjalankan fungsi-fungsi
pengawasan ( controlling), legislasi ( legislation ), dan anggaran (budgeting).
3) Partai politik belum efektif menjalankan fungsi pendidikan politik kepada
para kader politik dan' masyarakat. Budaya politik dan etika politik belum
melembaga (institutionalized) dalam peraturan organisasi dan praktiknya yang
tercermin dalam perilaku politik yang balk. Orientasi kepentingan dari para
pelaku politik (political actors) tidak jelas tujuannya, yaitu memperjuangkan
kepentingan rakyat, partai politik atau justru kepentingan pribadinya.
4) Benturan kepentingan (conflict of interests) potensi terjadi antaranggota
legislatif, antarpartai politik, maupun antar lembaga-lembaga legislatif dan
eksekutif, sehingga dapat berakibat terhadap kelancaran proses pembangunan
daerah
5) Penegakan supremasi hukum masih belum efektif untuk memberikan
pengaruh yang baik terhadap sikap dan perilaku para pelaku politik.
6) Komunikasi politik masih belum kondusif dengan tuntutan pembangunan
daerah. Kinerja dari organisasi non-pemerintah atau lembaga swadaya
masyarakat sebagai representasi dari civil society masih belum efektif dan
potensi untuk disalahgunakan sebagai sarana untuk memperjuangkan tujuantujuan yang tidak jelas orientasinya.
7) Stabilitas politik masih belum mantap karena komunikasi politik dan
konsolidasi demokrasi belum mengarah pada kesamaan tujuan (common
objective) sebagaimana tertuang dalam Alinea IV Pembukaan UUD
45.Kesadaran dan partisipasi politik masih berupa mobilitas politik, sehingga
dukungan politik atas keputusan politik lebih bersifat formil atau semu.
8) Proses rekrutmen politik dalam pengisian jabatan politik di lembaga DPRD
masih belum demokratis, akibat para kader politik lebih berorientasi pada
kepentingan sesaat dan bersifat sempit ketika menjadi anggota legislatif.
Rekrutmen Kepala Daerah lebih didasarkan pada figur personal daripada
pertimbangan rasional, hal ini dikarenakan partai politik belum melakukan
rekrutmen politik yang rasional dan demokratis.
9) Partai politik dan para kadernya masih belum optimal dalam menyerap,
menghimpun, dan menyalurkan aspirasi politik dari warga masyaraka
Rekrutmen politik oleh partai politik belum sebanding berdasarkan keadilan
gender.
10) Penyelenggaraaan pemilihan langsung Walikota Bandar Lampung pada tahun
2004 masih belum optimal, karena cukup besar jumlah warga atau
pendudukyang tidak terdaptar dalam daftar pemilih tetap (DPT). Berdasarkan
data pemilih dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Bandar
Lampung mencapai 543.018pemilih
dan
menurut
panitia
pengawas
(PANWAS)sebanyak 226.238 orang tidak terdaftar dalam DPT dan sebanyak
28.350 orang memiliki atau memegang kartu, pemilih rangkap atau dobel.
11) Partai politik belum berperan efektif secara optimal dalam menciptakan iklim
politik yang kondusif agar stabilitas politik dapat mendukung untuk
kesejahteraan masyarakat.
F. Keamanan dan Ketertiban
1) Situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di Kota Bandar
Lampung secara umum relatif cukup aman, namun masih perlu ditingkatkan
patroli dari petugas atau aparat keamanan di lokasi-lokasi tertentu seperti di
pusat-pusat keramaian kota dan pads waktu tertentu mengingat kejahatan
seringkali muncul pada jam jam tertentu (crime time). Kriminalitas atau
kejahatan di Kota Bandar Lampung didominasi oleh kejahatan yang bersifat
konvensional,
seperti
pembunuhan,
pencurian
dengan
kekerasan,
perampokan, penodongan, penjambretan, perkosaan, penganiayaan, penipuan
dan pencopetan.
2) Kejahatan dengan menggunakan intelektual dan dilakukan oleh pelaku
terpelajar (blue collar crime) berkenaan dengan tindak pidana korupsi, seperti
kasus korupsi yang dilakukan oleh petugas atau pelaksana proyek, kolusi dan
konspirasi antara petugas proyek dan rekanan, bagaikan fenomena "gunung
es" kasus yang diajukan ke pengadilan jumlahnya relatif sedikit, sedangkan
dalam praktiknya banyak terjadi, namun tidak diproses, antara lain seperti
penyuapan kepada aparat pemerintah dan "premanisme" yang dilakukan oleh
aparat birokrasi dan bahkan oleh aparat penegak hukum.
3) Kemacetan lalulintas semakin sering terjadi dan merata di Kota Bandar
Lampung, hal ini karena jumlah petugas polisi Lalulintas (Polantas) masih
belum sebanding dengan tingkat penggunaan jalan dan volume kendaraan.
4) Keamanan dan ketertiban masyarakat belum kondusif dengan pembangunan
daerah dan iklim investasi.
5) Pemerintah Kota Bandar Lampung belum memiliki perencanaan yang
komprehensif dalam penataan Pedagang Kaki Lima (PKL), akibatnya timbul
status quo dan kerancuan (ambiguity) tidak hanya bagi aparat pemerintah,
melainkan juga bagi masyarakat dan PKL. Padahal, PKL merupakan sektor
informal yang keberadaannya di butuhkan, namun karena lokasi PKL terkesan
kumuh dan menimbulkan kemacetan, sehingga harus diusir atau dievakuasi
dari lokasi berdagang tanpa kejelasan solusi.
6) Jumlah gelandangan dan anak jalanan masih menjadi faktor pengganggu
terhadap ketertiban kota. Meskipun angka dan jumlah anak jalanan
berdasarkan data Tahun 2000 dari Kantor Dinas Sosial mencapai 1.975 orang
dan cenderung menurun poada tahun 2001, yaitu mencapai 1.314 orang
(33,47%) dan tahun 2005 menurun lagi menjadi 911 orang. Berdasarkan data
dari BPS daerah Lampung pada Tahun 1999 berjumlah 227 orang, pada Tahun
2000 jumlah PSK meningkat sehingga mencapai 544 orang dan pada Tahun
2005 menurun menjadi 172 orang.
7) Kekerasan terhadap perempuan di Kota Bandar Lampung masih terjadi dan
bahkan cenderung meningkat, baik kekerasan dalam rumah tangga (ranah
privat) maupun di masyarakat (ranah publik). Kekerasan terhadap perempuan
di Kota Bandar Lampung dari tahun 2000 s/d 2005 terjadi 509 kasus (44,97%)
dari total kekerasan terhadap perempuan di Provinsi Lampung yang
didominasi oleh pemerkosaan terhadap perempuan.
8) Pengguna atau pemakai narkoba cenderung meningkat, jumlahnya semakin
meluas di kalangan profesional dan pelajar, dari SMP hingga Mahasiswa.
9) Meningkatnya kejahatan di Kota Bandar Lampung banyak dipengaruhi oleh
faktor ekonomi seperti kemiskinan sehingga daya beli masyarakat menurun,
sebagai dampak dari naiknya harga BBM, meningkatnya angka pengangguran
karena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau terbatasnya kesempatan kerja.
Sementara itu, tuntutan dan desakan akan pemenuhan kebutuhan ekonomi itu
sangat kuat karena dipengaruhi oleh faktor-faktor gaya hidup perkotaan yang
cenderung konsumtif dan tidak produktif, kecemburuan sosial sebagai akibat
dari kesenjangan (GAP) sosial dan ekonomi.
G. Hukum dan Aparatur
1) Budaya hukum dan kesadaran hukum pada segenap lapisan masyarakat Kota
Bandar Lampung masih rendah, karena walaupun masyarakat sadar dan tahu
tentang hukum dan peraturan yang berlaku, namun baru akan mematuhinya
jika ada petugas atau aparat penegak hukum, atau jika peraturan hukum itu
menguntungkan kepentingannya. Hukum belum berfungsi secara efektif,
sehingga hukum belum digunakan atau dimanfaatkan dengan optimal dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
2) Penegakan supremasi hukum dirasakan masih belum mencerminkan nilai-nilai
dan rasa keadilan masyarakat karena ternyata masih bersifat diskriminatif.
Keberadaan dan jumlah peraturan hukum yang ada sudah banyak, namun
belum responsif karena substansinya tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Jumlah peraturan hukum yang banyak belum menjamin
terciptanya ketertiban
dan kepastian hukum
dalam
penerapan
dan
implementasinya.
3) Masyarakat masih sulit memperoleh akses atas hukum positif atau peraturan
yang
berlaku.
Apalagi
peraturan
hukum
yang
berkenaan
kepentingannya, yaitu hukum perolehan hak dan perizinan usaha.
dengan
4) Sinkronisasi vertikal dan horizontal antarperaturan hukum yang berlaku masih
belum balk dan kurang tertib, karena ada ketidaksesuaian substansi dalam
UUD 45, Undang-undang, Peraturan perundang-undangan, dan Peraturan
daerah (Perda). Peraturan hukum yang berlaku masih lemah dalam
penyusunan, perancangan, dan perumusannya, sehingga pelaksanaannya
kurang dapat dipahami oleh masyarakat.
5) Peraturan daerah (Perda) Kota Bandar Lampung masih belum responsif dan
antisipatif dengan kebutuhan masyarakat perkotaan. Karena selain jumlah
Perda Kota Bandar Lampung dirasakan masih kurang, subtansi atau mated
yang diatur dalam Perda itu pun ternyata Iebih banyak yang memuat ketentuan
tentang pajak daerah, retribusi dan pungutan-pungutan daripada yang
berkenaan dengan kepentingan masyarakat seperti partisipasi publik dalam
pembangunan daerah dan hak-hak serta kepentingan rakyat. Hukum adat
belum digunakan dengan efektif dalam proses penegakan hukum.
6) Penegakan
hukum
dalam
bidang
Iingkungan
hidup
masih
bersifat
diskriminatif, karena terhadap pengusaha dan perusahaan besar tidak
dikenakan tindakan tegas, meskipun belum atau tidak memenuhi persyaratan
dan kualifikasi baku mutu Iingkungan. Aparat penegak hukum masih bersikap
diskriminatif dalam penegakan hukum, jika orang miskin yang melapor tidak
segera direspon, begitu pula jika pelaku tindak pidana orang miskin cenderung
akan segera di proses dan dihukum. Aparat penegak hukum masih belum
bersikap
profesional dalam penanganan perkara ; sehingga berpotensi
merugikan kepentingan pelapor atau pun pelaku tindak pidana.
7) Lembaga penegak hukum cenderung belum imparsial dalam penegaka hukum,
sehingga rentan terhadap intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan
dengan kasus hukum yang sedang ditanganinya.
8) Anggaran biaya operasional lembaga penegak hukum dirasakan masih belum
memadai dalam menangani perkara hukum yang ada. Akibatnya, patroli oleh
pihak Pori dirasakan masih kurang,intensif. Fasilitas pendukung bagi aparat
dan petugas penegak hukum dari Polri dan Satuan Polisi Pamong Praja
sebagai aparat penegak Pemda Kota Bandar Lampung masih belum memadai.
Citra Polisi dan Polisi Pamong Praja terkesan Iebih bersifat militeristik
daripada sebagai pelayan masyarakat.
9) Proses penegakan hukum belum transparan sehingga masyarakat beranggapan
lebih merasa sebagai obyek daripada sebagai subyek dalam penegakan hukum.
Proses penegakan hukum terkesan lamban, berbelit-belit, dan memakan biaya
yang mahal.
10) Kinerja dari aparat penegak hukum yang kurang baik berpengaruh terhada
wibawa hukum secara keseluruhan, sehingga mendorong masyarakat untuk
mengambil tindakan hukum sepihak. Hukum belum berfungsi dengan efektif
dan optimal sebagai sarana untuk membentuk masyarakat yang adil dan
makmur.
11) Kebijakan Walikota Bandar Lampung yang dituangkan dalam Peraturan dan
Keputusan belum responsif dan akomodatif dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat perkotaan yang heterogen atau pluralistis. Kinerja Pemerintah
Kota Bandar Lampung masih belum mewujudkan prinsip-prinsip tata
kepemerintahan yang balk (good governance) ke dalam praktek pelaksanaan
secara nyata.
12) Pemerintah Kota Bandar Lampung belum efektif dalam pencapaian tujuan
kemakmuran bagi masyarakat Kota Bandar Lampung dan terkesan kurang
efisien dalam melaksanakan fungsi pemerintahan. Partisipasi publik dalam
pembangunan daerah, belum optimal dan cenderung hanya bersifat formalitas,
itu pun belum setiap tahap pembangunan melibatkan masyarakat.
13) Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam merencanakan dan menggunakan
anggaran dalam APBD masih belum sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntabilitas (accountability) karena alokasi anggaran lebih berorientasi pada
proyek (project oriented) daripada untuk kesejahteraan rakyat.
14) Aparat birokrasi Pemerintah Kota Bandar Lampung belum berorientasi pada
pelayanan kepentingan publik, belum memiliki pedoman dan standar
pelayanan minimal (SPM) yang didasarkan pada kebutuhan dan kemampuan
pembiayaan. Jabatan pada struktur pemerintahan terkesan belum memenuhi
persayaratan kualifikasi sesuai dengan analisis jabatan.
15) Sistem dan proses pemerintahan dirasakan masih belum bersih dari unsur
unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), sehingga citra dan wibawa para
aparat pemerintah menurun di masyarakat. Penegakan hukum di bidang
administrasi pemerintah belum efektif, sehingga disiplin kerja dan tata aliran
kerja antarsatuan kerja belum terkoordinasi dengan balk.
16) Para aparat birokrasi cenderung bersikap parsial dan ego sektoral sehingga
kurang sinkron dengan misi pelayanan. Prosedur dan mekanisme kerja
birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan publik belum terpadu,
kurang sederhana, dan cenderung mempersulit. Pengawasan terhadap proses
dan jalannya pemerintahan masih sebatas pada pengawasan formal yang
dilakukan secara kelembagaan.
17) Struktur Pemerintah Kota Bandar Lampung cenderung kurang fungsional,
sehingga
terkesan
belum
responsif
terhadap
kebutuhan
masyarakat.
Rekrutmen pegawai daerah masih belum transparan dan tidak berorientasi
pada profesionalisme, sehingga terkesan bernuansa korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
18) Reformasi birokrasi masih belum dilaksanakan secara sistematik, sehingga
kinerja birokrasi pemerintah dirasakan belum efektif dan belum dapat
diandalkan untuk dapat mengundang dan meningkatkan investasi.
H. Wilayah dan Tata Ruang
1) Secara Geografis Wilayah Kota Bandar Lampung terletak diantara 5°20' - 5°30'
Lintang Selatan, dan 105°28' - 105°37' Bujur Jimur. Letak wilayah tersebut
berada pada Teluk Lampung di ujung selatan pulau Sumatra, dengan luas wilayah
192 Km2 yang terdiri dari13 Kecamatan dan 98 Kelurahan. Posisi Kota Bandar
Lampung yang strategis karena sebagai daerah transit kegiatan perekonomian
antara pulau Sumatera dan pulau Jawa.
2) Topografi Kota Bandar Lampung sangatlah beragam, mulai dari dataran pantai
sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan
antara 0 sampai 700 m diatas permukaan taut (dpl). Kondisi kemiringan wilayah
dibedakan dalam beberapa tingkatan yaitu kemiringan 0-2 % seluas 6.178,50 ha
(32%), daerah yang landai dengan kemiringan 2-20 % seluas 10.746 ha (56 %),
daerah dengan kemiringan 20-40 % seluas 1.549,50 ha (8 %) dad daerah yang
sangat miring samai curam dengan kemiringan lebih dari 40 % seluas 726 ha (4
%). Kondisi geologi terdiri dari: a. Formasi Tarahan (Tpot) yang mengandung
struktur-stuktur "mats ikan", b. Formasi Lampung (Qti) berupa Tuf riolit-dasit dan
vulkano kiasika tufaan dan c. Satuan Gunung Api Muda (Qhp) berupa lava andesit
basal, breksi dan tuf.
3) Kota ini mempunyai dua sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan
23 sungai-sungai kecil, semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran
Sungai) yang berada dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar
bermuara di Teluk Lampung. Secara keseluruhan kondisi tata guna
dikelompokkan dalam kawasan terbangun dan ruang terbuka. Was
lahan
kawasan
terbangun kota Bandar Lampung mencapai 6.448,49 ha atau sekitar 33,55% dari
wilayah kota, selebihnya merupakan lahan non terbangun (ruang terbuka).
1. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
1) Geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5° 20' sampai dengan 5° 30'
lintang selatan dan 105° 28' sampai dengan 105° 37' bujur timur. Sumber daya
alam dan lingkungan hidup dapat dijadikan sebagai modal pertumbuhan
ekonomi (resource based economy) dan juga berfungsi sebagai penopang
sistem kehidupan (life support system). Keunikan morfologi mulai dari
pegunungan, perbukitan, daratan, hingga pantai yang terletak dibagian dalam
teluk Lampung, menjadikan Kota Bandar Lampung sangat potensial.
2) Kerupakan lingkungan karena penambangan yang tidak melakukan penataan
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku dibidang pertambangan.
Jumlah sungai yang ada di Bandar Lampung merupakan aset untuk
dimanfaatkan
dan
dilestarikan,
akan
tetapi
Iemahnya
kesadaran
masyarakat/swasta dengan membuang Iimbah padat maupun cair ke sungai
membuatkualitas air sungai semakin buruk. Secara fisik, kimia maupun
biologi air sungai telah menunjukkan penurunan, hanya bagian hulunya saja
yang masih baik. Bukit atau gunung yang dieksplorasi terus menerus dengan
cara penggundulan hutan dan pekerjaan galian C. Kegiatan tersebut sedikit
banyak akan menggangu sistem tata air karena berkurangnya kawasan/daerah
resapan air.
3) Wilayah pesisir Bandar Lampung memiliki garis pantai sepanjang 27,01 km,
akan tetapi pemanfaatan dan pengelolaannya masih rendah. Belum adanya
perencanaan makro menyebabkan pesisir menjadi daerah kumuh di kota ini.
Sampah-sampah yang berasal dari daerah hulu yang terbawa oleh songai
menumpuk di sepanjang pantai.
4) Minimnya daerah atau ruang terbuka hijau di perkotaan, dan belum adanya
upaya yang sistematis oleh pemkot untuk merealisasikan daerah atau ruang
terbuka hijau (RTH) di ruang publik menjadikan kota ini tampak gersang.
Penerapan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) juga semakin menghilangkan
daerah hijau di rumah-rumah tinggal, perkantoran dan sebagainya.
5) Peningkatan aktivitas masyarakat yang kurang peka terhadap pencemaran
sehingga membawa keterpurukan kualitas lingkungan hidup. Sebagai misal
adalah semakin meningkatnya pencemaran udara akibat gas buangan
kendaran roda dua maupun empat. Akibat eksploitasi air tanah yang tidak
terkendali dan terkontrol menyebabkan intrusi air laut ke daratan, ancaman
land subsidence (penurunan muka tanah) mulai menghantui kota ini.
6) Ancaman bencana alam sering terjadi. Bencana alam seperti gempa bumi,
ongsor, tsunami, angin puting beliung terkait erat dengan kondisi
geomorfologi kota dan kedekatan dengan anak gunung Krakatau. Semua jenis
bencana tersebut pernah terjadi di kota ini misalnya adalah gempa bumi yang
mengguncang daerah Kemiling dan sekitarnya tahun 2006, lalu puting beliung
yang merobohkan rumah penduduk, pohon-pohon dan atribut kota (misal
tiang-tiang reklame) dan longsor di beberapa bukit/gunung.
7) Sistem, regulasi dan penerapan hukum yang Iemah. misal belum tertatanya
sistem drainase yang baik dan tidak adanya sistem pengendalian banjir
mengakibatkan ancaman banjir semakin tak terkendali. Kemudian, regulasi
terkait dengan pengendalian Iingkungan masih minim apalagi Iemahnya Low
Enforcement menjadi semakin memprihatinkan.
2.2 TANTANGAN
A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
1. Pendidikan
1) Tuntutan
mutu
pelayanan
pendidikan
semakin
tinggi,
meliputi
sarana,prasarana, proses pendidikan, tenaga pendidik dan hasil pendidikan
(anak didik). Dan menghendaki perluasan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja (perdagangan, jasa, kelautan).
2) Perkembangan teknologi informasi, komunikasi di bidang pendidikan yang
cepat, tidak diimbangi dengan perkembangan sarana dan prasarananya.
3) Era globalisasi akan berpengaruh terhadap persaingan global di dunia
pendidikan, dan persaingan pendidikan di tingkat lokal (negeri maupun
swasta)
2. Kesehatan
1) Menghendaki pelayanan kesehatan yang murah dan Iebih terjangkau
masyarakat Kota secara luas. Dan pelayanan kesehatan gratis untuk rakyat
misikin.
2) Profesionalisme dan kualitas pelayanan yang semakin baik.
3) Persaingan dengan tenaga kesehatan yang berasal dari luar negeri akan
semakin ketat dan bersaing.
4) Meningkat kualitas dan kenyamanan rumah sakit yang ada, sesuai dengan
perkembangan kemampuan ekonomi dan selera masyarakat.
5) Kondisi rumah sakit saat ini masih perlu dibenahi untuk menghadapi
tantangan ke depan dengan kemungkinan keberadaan rumah sakit yang berasal
dari luar negeri dengan sarana dan prasarana yang sangat modern.
6) Untuk meningkatkan kepercayaan pada masyarakat berpenghasilan tinggi,
perlu penguasaan teknologi dan SDM kesehatan yang canggih dengan
pelayanan yang aman dan nyaman.
3. Demografi
1) Pada tahun2025 diperkirakan jumlah penduduk Kota Bandar Lampung
mencapai 1.084373 jiwa, di mana hal ini akan membawa konsekuensi:
(a)Semakin beratnya usaha untuk memenuhi kebutuhan akan sandang,
pangan, papan dan infrastruktur, untuk masa 20 tahun ke depan. (b) Semakin
beratnya usaha yang harus dilakukan dalam usaha meningkatkan kualitas
SDM dan mengentaskan kemiskinan, memperluas kesempatan dan lapangan
kerja, dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, sebagai konsekuenasi
semakin meningkatnya jumlah penduduk Kota Bandar Lampung.
2) Usaha mengurangi masalah PMKS. Di mans pada 20 tahun ke depan jumlah
anak terlantar diperkirakan mencapai 3.246 orang, korban narkoba mencapai
4.20 orang, dan fakir miskin mencapai 26.000 orang.
Mengurangi
tindak
kekerasan terhadap kaum perempuan.
3) Implementasi yang Iebih tegas terhadap tindak kekerasan terhadap perempuan.
4) Mengatasi kurangnya alokasi waktu untuk pendidikan agama
5) Memelihara sarana ibadah, dan mengaktifkan kegiatan ibadah keagamaan
6) Agama tidak dijadikan alasan perselisihan (konflik),akan tetapi agama
menjadi bagian pengikat kerukunan masyarakat.
4. Seni dan Budaya
1) Tingginya persaingan globalisasi perdagangan dan jasa yang berhubungan
dengan seni, budaya dan parawisata.
2) Perkembangan teknologi yang mungkin bisa mengembangkan kualitas seni
dan Budaya daerah dalam arti yang luas.
3) Persaingan usaha perdagangan dan jasa yang berbasiskan seni dan budaya
daerah.
4) Kurangnya sumber Jana untuk pengembangnan sektor seni dan budaya daerah.
5) Kurangnya kerjasama bidang seni dan budaya dengan pihak lain, baik di
tingkat nasional maupun internasional
B. Ekonomi
1) Meningkatkan kemandirian pendanaan untuk mengurangi ketergantungan
sumber - sumber pembiayaan dari pemerintah pusat. Untuk itu perlu terus
meningkatkan dan mencari sumber-sumber penerimaan baru,
2) Meningkatkan kontribusi pelabuhan panjang sebagai pelabuhan perdagangan
nasional dan internasional yang strategis, terhadap pembangunan Kota Bandar
Lampung.
3) Penyediaan fasilitas jasa perdagangan seperti perdagangan eceran, grosir dan
jasa bisnis seperti jasa keuangan dan perbankan, jasa administrasi
pemerintahan, jasa kepentingan sosial dan pribadi seperti rumah sakit, restoran
dan salon kecantikan dan lain sebagainya.
4) Penguasaan dan penerapan teknologi serta peningkatan produktivitas SDM.
5) Menekan Inflasi yang cenderung terus naik terutama yang disumbang oleh
sektor pangan.
6) Meningkatkan daya bell masyarakat.
7) Globalisasi dan perdagangan bebas yang berlaku, mengakibatkan persaingan
menjadi semakin terbuka.
8) Meningkatkan daya saing yang tinggi.
9) Regulasi biaya tinggi terhadap prosedur investasi ekonomi biaya tinggi.
10) Tuntutan lklim usaha yang sehat serta adanya kepastian hukum, sehingga
memungkinkan para investor akan menjadi lebih tertarik dalam berinvestasi.
Pelayanan kebutuhan dasar (infrastruktur) yang belum memadai (listrik,
air
minum).
C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
1) Persaingan globalisasi perdagangan dan teknologi yang semakin tinggi.
2) Persaingan antar produsen teknologi informasi, teknologi produksi dll.
3) Perkembangan teknologi yang semakin tinggi, sehingga teknologi yang ada
cepat kadaluwarsa.
4) Persaingan usaha perdagangan dan jasa yang berbasiskan IPTEK.
5) Terbatasnya sumber dana.
6) Mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam (Gempa,
Tsunami,
dll.),
Sehubungan dengan perubahan iklim dan cuaca serta sering terjadinya
bencana alam.
7) Terbatasnya ketersediaan dan kualitas sumber daya IPTEK, balk SDM, sarana
dan prasarana, maupun pembiayaan IPTEK.
D. Sarana dan Prasarana
1) Transportasi Kota Bandar Lampung akan semakin parah seiring dengan
semakin bertambah banyaknya jumlah penggunaan kendaraan pribadi yang
hadir akibat ketidakmampuan pemerintah untuk menyediakan sistem
angkutan umum massal yang handal di Kota Bandar Lampung.
2) Pencemaran akibat aktivitas industri dan rumah tangga, juga oleh aktivitas
transportasi akan berdampak pada penurunan kesehatan Iingkungan dimana
manusia berada. Akibatnya kesehatan manusia juga turut penurunan. Dan hal
ini berdampak pada semakin rendahnya produktivitas kerja.
sebagai pusat kegiatan, sangat membutuhkan produktivitas
Padahal,
kota
penduduknya
yang tinggi untuk mengimbangi kebutuhan kota dan daerah lainnya, yang
menjadikan kota sebagai daerah yang dapat memenuhi / menyuplai kebutuhan
daerah lain tersebut. Upaya menangani pencemaran lingkungan hidup yang
hingga saat ini tidak gencar, beresiko pada terjadinya kerusakan Iingkungan
hidup yang semakin parah di Kota Bandar Lampung.
3) Ketersediaan air bersih yang sudah semakin terbatas, berdampak pada
timbulnya ancaman terjadi krisis air bersih. Pameo hujan banjir kemarau
kekeringan, sudah cenderung dianggap biasa. Hal ini disebabkan oleh
ketidakmampuan
pemerintah
untuk
"menabung"
air
dengan
segala
programnya. Kerusakan Iingkungan hidup mendominasi seluruh aktivitas di
Kota Bandar Lampung, dan ancamannya pada kota cukup besar, balk secara
langsung maupun tidak Iangsung. Jika hal ini dibiarkan maka kerusakan
lingkungan ini, 20 tahun yang akan datang, akan membawa dampak negatif
pada kemajuan kota seperti yang diharapkan.
E. Politik
1) Partai politik yang banyak dapat mengganggu stabilitas politik jika masingmasing partai
politik:
tidak
mengembangkan
budaya
politik
yang
berlandaskan
pada etika politik yang balk, tidak ada inisiatif untuk melakukan komunikasi
pilitik dengan pihak-pihak lain, tidak menjalankan fungsinya dengan baik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2) DPRD Kota Bandar Lampung sebagai lembaga legislatif dapat menjadi
penghambat dalam pengambilan keputusan publik: jika tidak memiliki
orentasi tujuan yang jelas, tidak menjalankan fungsinya dengan balk sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3) Kesadaran politik yang rendah akan menjadi penghambat dan kontra produktif
dengan proses politik.
F. Keamanan dan Ketertiban
1) Kriminalitas
akan
menghambat
dan
pembangunan Kota Bandar Lampung.
tidak
kondusif
dengan
proses
2) 2) Konflik atau benturan kepentingan-kepentingan (conflict of interest) akibat
dari kenaikan harga-harga barang dan kesenjangan ekonomi akan menjadi
penghambat dalam pemberantasan kriminalitas.
G. Hukum dan Aparatur
1) Penegakan supremasi hukum yang diskriminatif akan menurunkan wibawa,
penghormatan, dan kepercayaan terhadap hukum di masyarakat.
2) Peraturan hukum yang tidak sinkrbn dan tidak akomodatif dengan tuntutan
dan kebutuhan rakyat akan menghambat daya efektifitas dalam penerapan
hukumnya.
3) Sikap, perlakuan, dan kinerja para aparat penegak hukum termasuk para
satuan polisi pamong praja yang tidak profesional, tidak simpatik,
diskriminatif, tidak transparan, berbelit-belit dan mengenakan biaya yang
mahal akan menghambat pelayanan hukum bagi rakyat dalam mencari
keadilan.
4) Prasarana, sarana, dan fasilitas yang terbatas sehingga tidak responsif dengan
tuntutan dan kebutuhan rakyat akan menghambat proses pemenuhan rasa
Ieadilan rakyat.
5) Kesadaran dan budaya hukum yang rendah akan menghambat dan kontra
produktif dengan program pembangunan Kota Bandar Lampung.
6) Meningkatnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat cenderung lebih cepat dan
beragam pertumbuhannya dibandingkan dengan penyediaan prasarana, sarana,
dan fasilitas termasuk mata anggarannya.
7) Pelayanan yang buruk dari Pemerintah Kota Bandar Lampung kepada rakyat
akan berakibat terhadap menurunnya kewibawaan aparat birokrasi dan
dukungan rakyat terhadap kebijakan dan program pembangunan daerah.
8) Pemerintah Kota Bandar Lampung jika tidak kreatif mengembangkan ikli
investasi, balk yang dilakukan oleh pihak swasta (private investment) maupu
oleh
pihak
pemerintah
(public
investment),
akan
sulit
mengatasi
pengangguran dan munculnya kerawanan sosial.
9) Ethos dan kiat bekerja yang tidak disiplin dan tidak berorentasi pada prestasi
(need of achievement) akan cenderung menimbulkan iklim kerja yang tidak
kondusif dan mendorong untuk dilakukannya KKN karena kompetisi
antarpegawai menjadi tidak sehat (unfair), sehingga akan berdampak terhadap
rendahnya kualitas kerja, ketidakjelasan jenjang karir aparat birokrasi,
kompetisi.
10) Pemerintahan yang tidak transparan dan tidak partisipatif yang tercermin dari
sulitnya memperoleh akses atas informasi dan tidak melibatkan rakyat dalam
pengambilan keputusan dan proses pembangunan daerah akan sulit mendapat
dukungan rakyat.
11) Rekrutmen dan rotasi pegawai daerah yang tidak transparan dan tidak sesuai
dengan prinsip-prinsip profesionalitas akan menimbulkan iklim KKN dan
menimbulkan kesenjangan dengan rakyat.
12) Mengusahakan agar pengelolaan APBD untuk kepentingan rakyat sesuai
dengan prinsip-prinsip anggaran yang balk, seperti transparansi, efisiensi,
efektif, responsif, partisipatif, dan akuntabilitas.
H. Wilayah dan Tata Ruang
1) Pertumbuhan jumlah penduduk akan mendesak kebutuhan lahan. Hal ini
dipicu dan dipengaruhi oleh meningkatnya natalitas dan menurunnya mortalitas.
Disamping itu, adanya urbanisasi semakin menambah kebutuhan lahan untuk
pemukiman.
2) Alih fungsi lahan yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga
memberikan ancaman bagi kehidupan masyarakat Bandar Lampung.
3) Kondisi geologi yang belum stabil akan menimbulkan ketegangan bagi
masyarakat
Bandar
Lampung
dimana
saat
menuju
stabil
tersebut
menimbulkan getaran atau gempa juga kemCngkinan penurunan tanah.
I.Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
1) Pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan yang tak terkendali.
2) Berubahnya fungsi bukit seb'agai daerah tangkapan air dan penghijauan
menjadi daerah pemukiman dan atau hotel serta restoran.
3) Berubahnya fungsi hutan menjadi daerah pemukiman.
4) Daerah pesisir belum dikembangkan secara balk dan berkelanjutan.
5) Sungai-sungai yang sudah kurang layak untuk dapat dikonsumsi secara
langsung.
6) Perubahan iklim global yang mempengaruhi kondisi klimatologi dan
meteorologi Bandar Lampung yang menjadikan anomali bagi lingkungan.
Fenomena El Nina dan La Nino menyebabkan musim penghujan dan musim
kemarau tidak teramal dengan tepat, sehingga kala kemarau menjadi
berkepanjangan sedangkan di musim hujan, intensitas semakin tinggi
sehingga berakibat buruk seperti terjadinya angin puting beliung, banjir dan
Iongsor.
7) Masih adanya sebagian oknum yang lebih mementingkan kepentingan sesaat
sehingga merusak lingkungan. Hal ini terkait dengan pembiaran terhadap
pelanggaran lingkungan seperti penebangan pohon, pembangunan rumah/
kantor/ perumahan di sepanjang bibir sungai, eksploitasi bukit, pencemaran
sungai, pengeboran air tanah yang tak terkontrol dan sebagainya.
8) Lambannya birokrasi dalam membuat paket-paket regulasi dan mengawalnya
sehingga kerusakan lingkungan menjadi tak terkendali. Laju pergerakan
pencemaran
lingkungan
meningkat
setiap
saat
hal
ini
disebabkan
pertambahan jumlah penduduk namun tidak diiringi oleh kecepatan,
kecermatan aparatur pemerintah dalam mengantisipasi hal tersebut. Banyak
faktor mengapa itu terjadi, misalnya rendahnya SDM aparatur, kesadaran
bahwa kelestarian Iingkungan adalah mutlak bagi kelangsungan pembangunan
dan sistem dalam penyelenggaran terlalu birokratis.
9) Adanya ketimpangan sosial dan ekonomi dalam strata kehidupan memaksa
masyarakat untuk bertindak nekad lalu merusak tatanan lingkungan yang telah
tercipta. Masyarakat miskin seolah memiliki pembenaran untuk melakukan
hal itu akibat desakan ekonomi yang melilit kehidupan mereka. Lalu mereka
nekad dengan menebang pohon, menggerus bukit dan sebagainya.
10) Minimnya sosialisasi terhadap masyarakat untuk menciptakan lingkungan
yang sehat. Masyarakat terbiasa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
instan seperti membuang sampah ke sungai, selokan dan MCK langsung ke
sungai. Sehingga lingkungan menjadi kumuh dan kotor ini berdampak bagi
kesehatan masyarakat.
11) Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan yang kurang mengakomodir
pelestarian lingkungan oleh sebagaian stakeholders. Misalnya pengatasan
kemacetan dengan membabat pepohonan di median jalan pada beberapa ruas
jalan di Bandar Lampung. Pembangunan perumahan yang berada di daerah
konservasi, pinggiran sungai dan bukit/gunung yang tidak melakukan kajian
mendalam terhadap lingkungan.
2.3 MODAL DASAR
Modal
dasar
pembangunan
Kota
Bandar
Lampung
adalah
seluruh
kekuatan Kota Bandar Lampung baik yang efektif maupun yang potensial yang
dimiliki dan didayagunaklan dalam pembangunan Kota Bandar Lampung yang
pada akhimya juga akan menunjang pembangunan Provinsi Lampung dan
Nasional.
1. Berdasarkan letak geografis Kota Bandar Lampung, menjadikannya sebagai
pintu gerbang Provinsi Lampung dan Pulau Sumatera, dengan pelabuhan
internasional yang terletak di Panjang. Aktivitas pelabuhan ini melayani
kegiatan impor dan ekspor berbagai komoditi, baik yang berasal dari dalam
maupun luar Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung juga memiliki Stasiun
Kereta Api yang menghubungkan Sumatera Selatan dan Lampung
2. Kota Bandar Lampung yang memiliki wilayah pesisir dengan panjang pantai
27,01 km, merupakan pusat kegiatan ekonomi baik bagi Kota Bandar
Lampung dan juga bagi Provinsi Lampung, karena Bandar Lampung adalah
juga sebagai Ibu kota Provinsi Lampung.
3. Konsekuensi Bandar Lampung sebagai Ibukota Provinsi Lampung, dan
sebagai pusat berbagai aktivitas sosial, budaya, ekonomi, dapat merupakan
kekuatan dan sekaligus kelemahan, dan memberikan peluang serta ancaman,
yang menjadi basis bagi kebijakan pembangunan di berbagai bidang sosial,
budaya, ekonomi, industri, Iingkungan hidup, dan keamanan.
4. Kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang terdapat di darat, but
sangat terbatas jumlahnya, sehingga pendayagunaannya harus dilakukan
secara bertanggung jawab untuk kemakmuran rakyat.
5. Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung yang cukup besar dengan budaya
yang sangat beragam, sebagai konsekuensi kota pantai (water front city),
merupakan sumberdaya potensial dan produktif bagi pembangunan Kota
Bandar Lampung yang akan menunjang pembangunan Provinsi Lampung dan
Nasional.
ANALISIS ISU STRATEGI
3.1. PERMASALAHAN UMUM
Pembangunan Kota Bandar Lampung bertitik tolak dari kenyataan yang ada
dan harapan masyarakat. Perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya
permasalahan dalam pembangunan, atau dikenal adanya kesenjangan antara
harapan dan kenyataan. Beberapa permasalahan yang muncul dari hasil
konsultasi publik yang dilakukan dalam rangka penyusunan RPJP Kota Bandar
Lampung Tahun 2005 - 2025, yang antara lain adalah sebagai berikut:
A. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
1. Pendidikan
1) Kualitas tenaga pendidik yang belum merata pada setiap sekolah. Sehingga
memerlukan percepatan dalam proses sertifikasi guru.
2) Gaji/pendapatan guru yang masih rendah.
3) Sarana dan prasarana gedung tempat pendidikan belum memenuhi standar
pelayanan
mutu.
Kedepan
sudah
harus
difikirkan
pengembangan
pembangunan kearah vertikal dengan utilitas yang modern, karena
keterbatasan dan harga lahan di perkotaan.
4) Rendahnya kuantitas dan kualitas sarana pendukung laboratorium (bahasa
IPA, dan sejarah), perpustakaan.
5) Pendidikan belum dapat menghasilakan anak didik yang dapat memenuh
tuntutan dunia kerja (lokal, regional, internasional).
2. Kesehatan
1) Ratio tenaga paramedis (perawat, bidan) terhadap jumlah penduduk yang
masih dibawah standar Nasional.
2) Tingginya angka kematian bayi (124 per 1.000 kelahiran).
3) Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan yang masih rendah.
4) Masih kurangnya sarana dan prasarana kesehatan di Kota Bandar Lampung.
5) Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi berpeluang penyebaran
penyakit menular, seperti: flu burung, HIV/AIDS dll.
6) Belum tersedianya data base/pemetaan wilayah rawan wabah penyakit,
pemetaan tipologi masyarakat miskin kota dan daerah kumuh. Data tersebut
diperiukan untuk membantu dalam perencanaan pembangunan kesehatan.
3. Demografi
1) Pengendalian pertumbuhan penduduk yang sampai saat ini belum berhasil.
2) Perlunya pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM.
3) Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kurang berpihak terhadap
kepentingan masyarakat miskin.
4. Tenaga kerja
1) Lapangan kerja masih rendah
2) Kerjasama dengan luar negeri dalam upaya mencari peluang kerja di luar
negeri masih rendah
3) Upaya kegiatan pelatihan-pelatihan, untuk mempersiapkan tenaga kerja yang
slap pakai masih rendah
5. PMKS
1) Tindak kekerasan terhadap kaum perempuan masih tinggi
2) Penegakkan hukum terhadap tindak kekerasan terhadap perempuan masih
kurang tegas.
3) Fasilitasi terhadap korban tindak kekerasan terhadap perempuan masih rendah
6. Seni dan Budaya
1) Terbatasnya sumberdaya pengelola seni dan budaya
2) Rendahnya kontribusi dari sektor produk seni dan budaya.
3) Rendahnya hasil produksi yang berbasis seni dan budaya.
4) Rendahnya usaha pemasaran hasil produksi yang berbasis seni budaya.
5) Kurangnya sarana pengembangan pada sektor seni dan budaya.
6) Rendahnya pemanfaatan teknologi dalam usaha pengembangan sektor seni
dan budaya.
7) Terbatasnya ketersediaan dan kualitas SDM pelaku seni dan budaya, sarana
dan prasarana pendukung.
8) Mash kurangnya masukkan pendidikan seni budaya pada kurikulum
pendidikan sekolah-sekolah umum.
7. Agama :
1) Tenaga pendidik bidang agama, yang sampai saat ini masih sangat minim.
2) Peran sektor agama terhadap perubahan perilaku manusia ke arah yang baik
masih rendah.
B. Ekonomi
1) SDM yang berkualitas dan produktif serta berjiwa wiraswasta masih terbatas.
2) Pengembangan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana dasar belum
optimal.
3) Iklim investasi secara umum belum sepenuhnya kondusif
4) Kebutuhan lahan tempat usaha yang semakin sulit
5) Belum aktif dan efektifnya kinerja koperasi.
6) Pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah belum optimal
C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
1) Terbatasnya sumberdaya IPTEK
2) Rendahnya kontribusi institusi penghasil IPTEK, seperti misalnya BPPT,
Balitbang maupun Perguruan Tinggi.
3) Penggunaan teknologi informasi untuk keperluan pelayanan publik belum
memadai sehingga pelayanan tersebut belum mencapai tahap yang optimal 4)
Rendahnya pemanfaatan teknologi jasa perkantoran yang terkoneksi
D.Sarana dan Prasarana
1) Penyediaan infrastruktur yang belum memadai.
2) Iklim investasi infrastruktur belum sepenuhnya kondusif
3) Kemampuan sumber daya manusia (SDM) aparatur Pemerintah Kota Bandar
Lampung dalam melakukan percepatan proses penyediaan infrastruktur kota
juga terhitung masih sangat rendah.
4) Kondisi kota sudah cenderung tidak apik, sehingga butuh program yang dapat
dengan cepat diimplementasikan.
5) Masih
terbatasnya
pemahaman
stakeholders
terkait
dengan
kondisi
infrastruktur kota yang pasti tidak akan murah dan mudah untuk diwujudkan.
E.Politik
1) Kesadaran dan pendidikan politik belum dilaksanakan dengan optimal oleh
partai-partai politik.
2) Budaya politik yang mencerminkan etika politik yang baik masih belum
tampak dalam perilaku politik para pelaku politik.
3) Komunikasi politik belum efektif sehingga proses politik menjadi terhambat,
khususnya berkenaan dengan proses pengambilan keputusan antara DPRD
dan Pemerintah Kota Bandar Lampung berkenaan dengan kebijakan publik
dan pembangunan daerah.
F. Keamanan dan Ketertiban
1) Rasio jumlah aparat penegak hukum dan jumlah penduduk Kota Bandar
Lampung belum berimbang.
2) Perencanaan penanggulangan dan pemberantasan kriminalitas belum optimal
dan pelaksanaannya masih bersifat parsial dan belum secara terpadu
(integrated).
3) Prasarana, sarana, dan fasilitas untuk menjalankan operasi Kamtibmas masih
belum memadai dan dengan sumber daya yang terbatas.
G. Hukum dan Aparatur
1) Sinkronisasi peraturan Perundang-undangan dan Perda masih menjadi
permasalahan hukum
2) Substansi peraturan Perundang-undangan dan Perda belum responsif,
antisipatif, dan akomodatif dengan tUntutan dan kebutuhan rakyat.
3) Sikap, perlakuan, dan kinerja aparat penegak hukum belum memberikan
pelayanan yang optimal kepada rakyat yang sedang mencari keadilan.
4) Mafia peradilan dan KKN masih dirasakan oleh rakyat dalam memperoleh
pelayanan keadilan.
5) Belum terlaksananya prosedur hukum dan mekanisme cepat, sederhana,
murah
6) Kinerja aparatur belum optimal dalam merealisasikan prinsip-prinsip tata
pemerintahan yang balk (good governance).
7) Sistem, prosedur, dan mekanisme kerja antarlembaga di dalam struktur
Pemerintah Kota Bandar Lampung belum optimal dalam melaksanakan
koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi
8) Sikap dan perilaku para aparat birokrasi belum berorientasi pada pelayanan
kepada masyarakat.
9) Pengelolaan APBD masih belum berorientasi pada kepentingan dan kebutuhan
untuk rakyat, tetapi lebih berorientasi pada proyek (project oriented).
10) Tingginya ego sektoral.
11) Jumlah dan perawatan sarana prasarana yang minim.
12) Belum ada perencanaan tenaga kerja.
13) Belum ada SPM untuk pelayanan dasar.
H. Wilayah dan Tata Ruang
1) Belum adanya perencanaan yang matang dan menyeluruh dalam mengelola
sumberdaya lahan kota sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
2) Rendahnya kesadaran pihak-pihak terkait menyikapi ancaman bencana alam
seperti longsor, banjir, gempa bumi dan tsunami.
3) Lemahnya peraturan dan regulasi yang mengatur keberlangsungan dan
kelestarian bukit, sungai, pantai dan sebagainya akan menyulitkan penegakan
hukum bahkan membuka celah bagi penyelewengan.
I.Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
1) Potensi sumberdaya alam Batu Putu dan sekitarnya, serta wilayah pesisir yang
belum ditata dan dikembangkan.
2) Kontribusi dan pengembangan kawasan pelabuhan taut belum menguntungkan
Kota Bandar Lampung.
3) Penggunaan lahan untuk permukiman dan lain-lain akan mengancam
keberadaan dataran tinggi/perbukitan ataupun hutan dan terganggunya
keseimbangan tata air.
4) Meningkatnya kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh laju
pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan ini, perubahan gaya hidup yang
konsumtif, serta rendahnya kesadaran masyarakat
lingkungan hidup.
terhadap kualitas
5) Pencemaran udara sebagai dampak kemajuan transportasi dan industrialisasi,
pencemaran sungai dan tanah karena limbah industri dan limbah rumah
tangga memberikan dampak yang negatif dan akan mengakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan sistem lingkungan secara keseluruhan dalam menyangga
kehidupan manusia.
6) Masih banyaknya kepemilikan lahan oleh beberapa pihak (perseorangan) pada
bukit/gunung sehingga mempersulit proses pengawasan dan pemantauan
terhadap pencemaran lingkungan.
7) Lemahnya pengawasan terhadap pencemaran Iingkungan karena minimnya
SDM aparatur pemerintah.
8) Meningkatnya penggunaan kendaraan yang dapat memicu semakin buruknya
kwalitas udara.
9) Sistem drainase yang tidak baik akan menimbulkan kebanjiran semakin
menjadi.
10) Lemahnya pemerintah dalam menegakkan peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan perlindungan daerah konservasi seperti hutan, situ dan daerah
sempadan sungai.
11) Adanya ego sektoral di pemerintahan yang menimbulkan kerancuan dalam
menjaga Iingkungan menjadi tumpang tindih bahkan saling lempar tanggung
jawab.
3.2. ISU-ISU STRATEGIS
Berdasarkan permasalah seperti telah dikemukakan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan beberapa isu strategis dalam Pembangunan Jangka Panjang
Kota Bandar Lampung, sebagai berikut:
1 Rendahnya kualitas sumberdaya manusia,
2 Belum optimalnya pengembangan potensi ekonomi,
3 Belum optimalnya penegakkan supremasi hukum dan peningkatan kesadaran
politik,
4 Belum
optimalnya
penyelenggaraan
pemerintahan
yang
bersih
dan
berwibawa,
5 Terbatasnya pembangunan sarana dan prasarana dasar,
6 Belum optimalnya pengelolaan sumberdaya alam dan Iingkungan hidup secara
berkelanjutan,
7 Kota Bandar Lampung rawan bencana alam banjir, Iongsor, gempa bumi, dan
tsunami.
VISI DAN MISI
PEMBANGUNAN DAERAH
4.1 VISI PEMBANGUNAN DAERAH
Visi merupakan pandangan jauh ke depan dan merupakan cita-cita yang
ingin
dicapai
oleh
mempertimbangkan
suatu
initiation,
institusi
di
masa
ideas-idealism,
depan,
disusun
information,
dengan
identification,
inception dan forecasting, yakni pemikiran tentang kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi di masa depan serta memperhatikan keinginan stakeholders.
Visi dibuat dengan keyakinan, rasa optimis, dan semangat membangun Kota
Bandar Lampung untuk menjadi kota yang unggul berdaya saing tinggi untuk
menuju terwujudnya masyarakat yang sejahtera,berbudaya, serasi, dan
bertanggungjawab.
Beberapa alasan dan kesepakatan dasar stakeholders Kota Bandar Lampung
tentang perlunya Visi Kota Bandar Lampung 2005-2025, dengan beberapa asumsi
sebagai berikut :
1. Visi dibuat dengan mempertimbangkan keunggulan potensi Bandar Lampung
pada saat ini dan masa mendatang. Visi pada dasarnya mencerminkan apa
yang ingin dicapai oleh sebuah kota. Fungsi visi dalam hal ini adalah sebagai
alat kendali institusi sehingga memiliki arah yang jelas yang telah ditentukan.
Adanya kebutuhan mengenai arah dan fokus strategi yang jelas. Visi akan
mengarahkan seluruh jajaran institusi memiliki titik tolak dalam merumuskan
misi dan tujuan organisasi secara lebih operasional.•Adanya kebutuhan untuk
mengeksploitasi potensi dan kesempatan yang ada atau untuk mengatasi
tantangan baru.
2. Visi merupakan perekat yang menyatukan berbagai gagasan strategi yang
terdapat dalam institusi sehingga menumbuhkan saling pengertian dalam
merumuskan peran dan fungsi masing-masing jajaran dalam mewujudkan
citacita kota. Visi akan menstimulasi solusi stratejik operatif terhadap
masalahmasalah operasional setiap jajaran institusi. Hal tersebut akan
memberikan arahan yang jelas terhadap masalah-masalah operasional yang
dihadapi oleh seluruh jajaran institusi.
3. Visi akan menumbuhkan rasa kebermaknaan pada setiap jajaran institusi
dalam upaya untuk mencapai tujuan institusi. Hal ini akan mendorong
antusiasme dan keterlibatan emosional pada segenap jajaran institusi. Adanya
kebutuhan untuk menjamin kesinambungan kepemimpinan. Oleh karena itu
Visi akan memberikan pedoman bagi segenap jajaran institusi dalam aktivitas
operasionalnya dalam mencapai cita-cita institusi sehingga momentum
pergantian kepemimpinan kota tidak memberikan kendala bagi pelaksanaan
operasional rutin institusi.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas dan berdasarkan kondisi alami saat ini,
tantangan dalam 20 tahun mendatang, dengan memperhitungkan modal dasar
yang dimiliki Kota Bandar Lampung, maka disusun Visi Pembangunan Daerah
Kota Bandar Lampung Tahun 2025, adalah : " BANDAR LAMPUNG PUSAT
PERDAGANGAN DAN JASA SUMATERA BAGIAN SELATAN 2025 "
A. Perdagangan
1. Perdagangan yang disebut juga dengan perniagaan secara umum dapat
diartikan sebagai aktifitas penjualan dan pembelian suatu barang atau jasa
antar individu, perusahaan, negara (impor-ekspor).
2. Kondisi perdagangan di Kota Bandar Lampung sampai tahun 2025 diprediksi
akan berkembang pesat dan akan menjadi pusat perdagangan barang dan jasa
Sumatera Bagian Selatan, yang akan mendorong pertumbuhan industri kecil
dan menengah yang kuat, mandiri, dan berkesinambungan.
3. Perkembangan pusat perdagangan dan jasa Sumatera Bagian Selatan,
ditunjang oleh potensi letak geografis Kota Bandar Lampung sebagai pintu
gerbang Pulau Sumatera, jaraknya yang sangat dekat dengan Jakarta,
perhubungan transportasi yang sangat menunjang baik darat, laut maupun
udara, potensi sumberdaya alam pesisir yang sangat strategis dan indah untuk
pengembagan kepelabuhan (port), kegiatan perdagahgan internasional, wisata
bahari, gunung dan bukit untuk wisata alam, dan komitment kuat masyarakat
Bandar Lampung yang selama ini ingin mengembangkan kegiatan
perdagangan dan jasa secara lebih luas lagi. Kondisi pelabuhan Panjang pada
saat ini adalah sebagai Pelabuhan Laut Internasional
B.Jasa
1. Jasa adalah setiap tindakan atau aktivitas yang bersifat intangible (tidak
berwujud fisik), yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak ke pihak yang lain,
dimana konsumen terlibat secara aktif dalam proses produksi, dan tidak
menghasilkan kepemilikan sesuatu.
2. Pelayanan jasa yang dapat ditawarkan dapat berupa jasa keuangan dan
perbankan, jasa lingkungan untuk kepariwisataan, jasa komunikasi dan
transportasi, jasa administrasi pemerintah, dll. Untuk kondisi Bandar
Lampung Jasa lingkungan untuk kepariwisataan cukup menonjol, seperti jasa
lingkungan pesisir yang dapat diunggulkan untuk pengembangan pariwisata
bahari, dan wilayah perbukitan yang dapat dikembangkan untuk pariwisata
alam. Di wilayah bagian tengah Kota Bandar Lampung dapat dikembangkan
sebagai pusat pengembangan ekonomi terpadu dan juga sebagai wisata
belanja, boga, dan olahraga.
3. Dengan terwujudnya Bandar Lampung sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa
Sumatera Bagian. Selatan, maka akan tercipta dan berkembang jasa pemasaran
hasil produk-produk pertanian dan industri baik dari Bandar Lampung
maupun dari kabupaten/kota di Provinsi Lampung serta dari kabupaten/kota
provinsi-provinsi se Sumatera Bagian Selatan.
4.2 MISI PEMBANGUNAN DAERAH
Misi merupakan kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pencapaian visi,
yang selanjutnya dijadikan sebagai suatu pedoman dalam penyusunan strategi
yang dirumuskan dalam arah kebijakan dan program prioritas dalam
mengalokasikan sumber daya daerah. Misi Pemerintah Kota Bandar Lampung
sebagai berikut;
1. MENINGKATKAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA YANG
DILANDASI KEIMANAN DAN KETAQWAAN KEPADA TUHAN YANG
MAHA ESA
Pelaksanaan misi ini dilandasi oleh kesadaran bahwa keberhasilan pembangunan
sangat ditentukan oleh kualitas SDM dan orientasi pembangunan dengan
paradigma pembangunan kualitas manusia yang sehat dan sejahtera serta
berkarakter. Misi ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
melalui peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan pendidikan serta
pengembangan pendidikan dan latihan yang berorientasi kepada kualitas untuk
menjawab tantangan global.
Melalui misi ini akan disinergikan semua potensi yang dimiliki oleh pemerintah
Kota Bandar Lampung dan masyarakat melalui keterpaduan kebijakan,
pendekatan program kerja, dan alokasi anggaran berimbang. Tujuan misi ini
adalah:
a. Pendidikan:
1) Mengembangkan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau yang dilandasi
oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
2) Pendidikan yang berbasis kepada potensi lokal.
3) Memperluas kesempatan mengikuti pendidikan dasar dan menengah.
b. Pendidikan dan Latihan (Diktat):
1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas diktat untuk kecakapan hidup (life skill)
masyarakat perkotaan. Sehingga secara bertahap akan tumbuh kelompokkelompok usaha-bersama.
2) Meningkatkan kuantitas dan kualitas diktat pada aparatur pemerintahan baik
keterampilan maupun manajerialnya.
3) Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat terhadap objek-objek
strategis di Iingkungan kota, yang dapat dijadikan objek wiasata.
4) Meningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia dalam pengelolaan Iingkungan
hidup.
c. Seni dan Budaya:
1) Mengembangkan dan memberdayakan kekayaan seni budaya Lampung.
2) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sebagai wadah untuk kegiatan
kebudayaan.
d. Kependudukan:
1) Meningkatkan kualitas administrasi kependudukan.
2) Meningkatkan akurasi data kependudukan untuk mendukung perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan,
3) Mendorong terakomodasinya hak penduduk dan perlindungan sosial.
e. Kepemudaan:
1) Meningkatkan kualitas dan partisipasi pemuda dalam pembangunan
masyarakat dan lingkungannya.
2) Meningkatkan kesadaran terhadap bahaya pergaulan bebas dan bahaya
narkoba.
f. Keolahragaan:
1) Meningkatkan budaya dan prestasi olahraga
2) Melengkapi sarana dan prasarana olahraga yang berstandar internasional.
g. Ketenagakerjaan:
1) Mendorong terciptanya lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja di sektor informal.
2) Menciptakan hubungan industrial yang harmonis, perlindungan yang layak,
serta miningkatkan kualitas tenaga kerja.
3) Perlindungan terhadap hak-hak tenaga kerja perempuan sesuai dengan
kodratnya sebagai perempuan.
h. Pemberdayaan Perempuan:
1) Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumberdaya perempuan.
2) Menciptakan sumberdaya perempuan tidak rentan terhadap berbagai penyakit,
dan meningkatkan status kesehatan reproduksi bagi wanita usia subur, ibu
hamil dan ibu menyusui.
3) Perlindungan terhadap persamaan hak dan kehidupan perempuan
4) Meningkatkan kualitas hidup dan partisipasi perempuan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan perlindungan anak.
5) Meningkatkan kualitas hidup perempuan agar terciptanya kesetaraan lelaki
dan perempuan dalam segala bidang.
i. Pemberdayaan Masyarakat Miskin:
1) Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan masyarakat miskin,
2) Meningkatkan tanggungjawab sosial agar secara bertahap masyarakat dapat
membangun semangat kebersamaan.
3) Perlu adanya pemetaan tipologi dan meningkatkan kemampuan masyarakat
miskin di perkotaan.
j.Kesehatan:
1) Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan keluarga
berencana.
2) Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan sebagai
kesejahteraan dan investasi keluarga.
3) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan bermutu.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warga negara yaitu setiap
individu, keluarga, dan masyarakat tanpa meninggalkan upaya menyembuhkan
penyakit dan atau memulihkan kesehatan
k. Kehidupan Beragama:
1) Mendorong pelaksanaan pembangunan agar tidak hanya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dari segi fisik, akan tetapi juga secara immaterial
dan spiritual yang bersumber dari ajaran agama Menciptakan kehidupan
beragama yang harmonis
2) Menciptakan media saling pengertian untuk mendorong antar umat beragama
saling bekerja sama dalam pembangunan.
3) Peningkatan kuantitas dan kualitas tempat-tempat ibadah, yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku sehingga tidak akan menimbulkan konflik sosial.
4) Peningkatan kuantitas dan kualitas dalam penyelenggaraan seni dan budaya
yang bernuansa keagamaan.
1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi:
1) Menguasai teknologi dasar dan terapan yang bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat luas.
2) Mendukung upaya pengembangan dan pelatihan teknologi pada masyarakat.
3) Melindungi hasil pengembangan dan penelitian.
2. MENINGKATKAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Meningkatkan pembangunan ekonomi secara umum termasuk di dalamnya
pembangunan di bidang perdagangan dan jasa kepariwisataan, yang ditujukan
untuk membangun dan mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi daerah dalam
rangka memberikan peluang seluas-Iuasnya bagi masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi. Misi ini bertujuan:
1) Meningkatkan kegiatan perdagangan antar daerah dan memperkokoh sistem
distribusi barang yang efisien dan efektif serta menjamin kepastian berusaha.
2) Meningkatkan aktifitas impor dan ekspor melalui pelabuhan laut intemasional
Panjang.
3) Meningkatkan pengembangan potensi industri kecil dan menengah, yang akan
menjadi prioritas dengan didukung oleh sub sektor turunan ketiga sektor
tersebut.
4) Mengembangkan objek-objek wisata seperti objek wisata bahari, wisata
budaya, wisata alam, wisata pendidikan, wisata olahraga, dan wisata belanja.
5) Menciptakan iklim pariwisata yang aman, nyaman, indah, berkesan, serta
meningkatkan kemampuan pemandu wisata yang sopan, ramah, menguasai
bahasa dan objek wisata.
3. MENYELENGGARAKAN
PEMERINTAHAN
YANG
BERSIH,
BERWIBAWA, DAN BERTANGGUNG JAWAB
Untuk
mencapai
kondisi
tata
kepemerintahan
yang
baik,
yaitu
tata
pemerintahan yang dilaksanakan secara transparan perlu dukungan aparatur yang
akuntabel, profesional, efisien dan efektif serta berkeadilan. Misi ini bertujuan:
1) Meningkatkan kapasitas, kualitas dan profesionalisme aparatur berdasarkan
kompetensi (Good Governance).
2) Membangun aparatur pemerintahan yang intensif, efektif, efisien dan
berkesinambungan baik secara internal, fungsional maupun pengawasan yang
dilakukan oleh masyarakat.
3) Meningkatkan kinerja pelayanan publik yang berorientasi pada kepuasan
masyarakat dan pengembangan standar pelayanan minimal, disesuaikan
dengan standar ISO.
4) Menerapkan sistem kearsipan berbasis teknologi informasi yang didukung
oleh SDM yang terampil dan profesional serta sarana dan prasarana
kearsipan.
4. MENINGKATKAN
SUPREMASI
HUKUM,
KEAMANAN
DAN
KETERTIBAN SERTA KESADARAN POLITIK DALAM KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA
Misi ini dimaksudkan untuk menegakkan tata peraturan perundangundangan yang
berlaku, mengatur serta memperkuat hak seluruh warga kota, dan kondisi politik
yang kondusif untuk semakin memperkuat rasa persatuan dan kesatuan seluruh
elemen warga kota. Misi ini bertujuan:
1) Meningkatkan pelaksanaan penegakan hukum yang transparan, adil dan
bersih, sehingga ditaati oleh masyarakat dan aparat penegak hukum.
2) Meningkatkan keikutsertaan stakeholders dalam penyusunan peraturanperaturan daerah, sebagai partisipasi publik untuk mewujudkan demokrasi.
3) Menciptakan kondisi rasa aman, nyaman, dan tentram bagi semua warga kota
dan dunia usaha sehingga semua aktivitas sosial, ekonomi dan budaya dapat
tumbuh dan berkembang dengan lancar.
4) Mewujudkan kehidupan demokrasi yang dinamis dan sehat sebagai basis
perwujudan civil society.
5) Mengembangkan etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat,
6) Menumbuhkembangkan komunikasi politik, kesadaran atas hak kewajiban
politik rakyat serta meningkatkan fungsi dan peran DPRD dalam penjaringan
dan penyaluran aspirasi masyarakat.
5. MENINGKATKAN PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PERKOTAAN YANG BERKUALITAS SESUAI DENGAN TATA RUANG
Misi ini ditujukan untuk mempercepat ketersediaan sarana dan prasarana
perkotaan dan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang
pertumbuhan dan perkembangan perkotaan. Pemanfaatan dan penataan sarana dan
prasarna kota ini harus sesuai dengan rencana penataan ruang, yang bertujuan:
1) Melaksanakan pembangunan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bandar Lampung,
2) Meningkatkan pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan
perdagangan dan jasa kepariwisataan.
3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas cakupan pelayanan sarana dan
prasarana perkotaan, seperti transportasi, listrik, informasi dan telematika, air
bersih, permukiman, persampahan, serta mengembangkan sarana dan
prasarana barn.
4) Meningkatkan pembangunan infrastruktur di wilayah pesisir Kota Bandar
Lampung.
6. MENINGKATKAN
PENGEMBANGAN
DAN
PENGELOLAAN
SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SECARA ADIL
DAN BERKELANJUTAN
Dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana maka
semua aktivitas pembangunan tidak akan merusak lingkungan yang dapat
berakibat menurunkan daya dukung lingkungan. Keberhasilan misi ini sangat
tergantung dari komitmen politik pemerintah kota dan peran serta masyarakat.
Oleh karenanya, pendekatan untuk membangun kesadaran publik, komitmen,
kebijakan dan perencanaan tata ruang serta keterpaduan program pelestarian
lingkungan hidup sangat penting dilakukan. Misi ini bertujuan:
1) Meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam secara adil, seperti lahan, bukit
dan gunung, sebagai kawasan konservasi, permukiman terbatas, dan
pengembangan
wisata
alam
yang
berbasis
Iingkungan
secara
berkesinambungan,
2) Meningkatkan dan mengembangkan pengelolaan wilayah pesisir Kota Bandar
Lampung.
3) Meningkatkan mutu Iingkungan hidup yang sehat untuk memenuhi kebutuhan
dasar hidup sehat,
4) Menyelenggarakan program peningkatan Iingkungan fisik, sosial, dan budaya
masyarakat dengan memaksimalkan potensi sumber daya secara mandiri,
5) Mengembangkan sistem mitigasi bencana alam.
ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
TAH UN 2005-2025
5.1 ARAH PEMBANGUNAN
Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung selama dua puluh tahun
kedepan, disusun sedemikian rupa agar Visi dan Misi pembangunan jangka
panjang dapat tercapai pada tahun 2025. Indikasi keberhasilannya harus terlihat
pada setiap periode lima tahunan (dalam RPJM), untuk menjamin terjadinya
keterkaitan yang erat antara Visi, Misi dan Arah Kebijakan Pembangunan. Arah
Pembangunan Jangka Panjang 2005 - 2025 Kota Bandar Lampung diuraikan
berikut ini.
1. MEWUJUDKAN SUMBERDAYA MANUSIA BERKUALITAS YANG
DILANDASI KEIMANAN DAN KETAQWAAN KEPADA TUHAN
YANG MAHA ESA
Untuk mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas yang dilandasi keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhaan Yang maha Esa, maka arah pembangunannya
ditujukan pada beberapa bidang yang berperan penting yaitu bidang pendidikan,
kesehatan,
kepemudaan,
pemberdayaan
perempuan,
ketenagakerjaan,
keolahragaan, IPTEK, pemberdayaan masyarakat miskin, pendidikan dan latihan,
kependudukan, dan kehidupan beragama. Arah pembangunan bidang-bidang
tersebut diuraikan berikut ini.
a. Arah Pembangunan Bidang Pendidikan, adalah :
1) Terwujudnya kualitas dan kuantitas guru sesuai tuntutan kemajuan teknologi
dan perkembangan masyarakat
2) Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan secara merata di wilayah
Bandar Lampung,
3) Terwujudnya kemampuan IPTEKS dan IMTAQ bagi peserta didik,
4) Terwujudnya pemberdayaan potensi lokal dalam proses belajar mengajar,
5) Meningkatnya pendanaan bagi pendidikan, dan terjalinnya kerjasama dengan
pihak swasta,
6) Berkembangnya pendidikan dasar dan menengah, termasuk pra sekolah.
b. Arah Pembangunan Bidang Pendidikan dan Latihan, adalah :
1) Terbentuknya Badan Litbang Kota Bandar Lampung, yang berorientas pada
kebutuhan masyarakat dan aparatur pemerintah Kota Bandar Lampung,
2) Meningkatnya kegiatan Badan Litbang untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pendidikan dan latihan aparatur dan masyarakat perkotaan,
3) Berkembangnya kelompok usaha bersama masyarakat Kota Bandar Lampung,
4) Meningkatnya keterampilan masyarakat dalam usaha kecil menengah,
5) Meningkatnya pendidikan dan latihan dalam bidang keterampilan dan
manajerial aparatur,
6) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pemandu wisata terhadap
obejek-objek wisata, sebagai ujung tombak sosialisasi dan promosi wisata
kota.
7) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan
Iingkungan hidup
c. Arah Pembangunan Bidang Kesehatan, adalah :
1) Meningkatnya keterampilam dan kualitas medis dan para medis dalam
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana,
2) Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat meliputi:
a) Menurunnya angka mortalitas dan morbiditas.
b) Meningkatnya status gizi masyarakat.
c) Meningkatnya kualitas Iingkungan hidup dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
d) Meningkatnya sumberdaya kesehatan.
e) Meningkatnya akses dan mutu layanan kesehatan.
3) Berdayanya organisasi kesehatan dan menejemen kesehatan yang efektif dan
efisien.
4) Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan keluarga
berencana.
5) Terpenuhinya sarana dan prasarana kesehatan dan keluarga berencana.
6) Terpenuhinya keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin.
7) Meningkatnya daya tanggap terhadap penyakit berbahaya dan menular, dan
peningkatan derajat kesehatan Iingkungan masyarakat.
8) Tersedianya pembiyaan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan, serta
pembenahan manajemen kesehatan.
9) Terwujudnya peningkatan gizi masyarakat terutama anak-anak di bawah umur
lima tahun (Balita).
d. Arah Pembangunan Bidang Kependudukan, adaiah :
a) Terwujudnya sistem administrasi kependudukan yang berbasis Teknologi
Informasi,
b) Terwujudnya pelayanan kependudukan yang prima, cepat dan akurat, serta
perlindungan sosial dan hak penduduk,
c) Terwujudnya keseimbangan pertumbuhan penduduk dengan program keluarga
berencana,
d) Terwujudnya pusat informasi mobilisasi penduduk.
e. Arah Pembangunan Bidang Kepemudaan, adaiah :
1) Meningkatnya kepedulian dan kesadaran pemuda terhadap pembangunan dan
Iingkungannya, serta terhadap bahaya pergaulan bebas dan bahaya narkoba
2) Meningkatnya keikutsertaan pemuda dalam proses pembangunan daerah
sekitarnya dan proses memberantas bahaya pergaulan bebas dan bahaya
narkoba,
3) Meningkatnya penguasaan dan kualitas IPTEKS dan IMTAQ khusus bagi
pemuda.
f. Arah Pembangunan Bidang Keolahragaan, adaiah :
1) Terwujudnya keprofesionalan pembinaan keolahragaan secara terpadu, dengan
melibatkan stakeholders yang peduli terhadap kemajuan keolahragaan,
2) Terpenuhinya sarana dan prasarana keolahragaan, untuk mencapai prestasi
baik nasional maupun internasional,
3) Berkembangnya bidang keolahragaan, sesuai dengan potensi lokal,
4) Terwujudnya kualitas dan keikutsertaan olahragawan Kota Bandar Lampung
ke berbagai event olahraga balk daerah, nasional, dan internasional,
5) Meningkatnya gizi dan kesejahteraan olahragawan.
g. Arah Pembangunan Pemberdayaan Perempuan adalah :
1) Meningkatnya kemampuan dan kualitas sumberdaya perempuan, balk
keterampilan maupun kualitas kesehatannya,
2) Terwujudnya persamaan hak, partisipasi, dan keikutsertaan perempuan dalam
proses pembangunan,
3) Meningkatnya kualitas perlindungan anak,
4) Meningkatnya kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam segala bidang.
h. Arah Pembangunan Bidang Ketenagakerjaan, adalah :
1) Terwujudnya penyediaan lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan
pekerja baik di sektor formal maupun informal,
2) Terwujudnya kualitas tenaga kerja, yang mendukung produktivitas kerjanya
menjadi lebih baik dan lebih efisien,
3) Terwujudnya perlindungan dan hubungan pekerja-industrial yang harmonis,
untuk lebih meningkatkan efektivitas keda,
4) Terwujudnya penjaminan perlindungan terhadap hak-hak tenaga kerja
perempuan.
i. Arah Pembangunan Pemberdayaan, Masyarakat Miskin, adalah :
1) Meningkatnya pembinaan masyarakat miskia, dan partisipasi masyarakat
sebagai
tanggung
jawab
sosial
dan
semangat
kebersamaan
dalam
pemberdayaan masyarakat miskin dan pengentasan kemiskinan,
2) Meningkatnya keikutsertaan masyarakat miskin dalam proses pembangunan
dan mengisi lapangan kerja,
3) Terwujudnya pets tipologi masyarakat miskin sebagai dasar dalam
menentukan Iangkah-Iangkah pembinaan masyarakat miskin.
4) Terwujudnya pemenuhan kebutuhan hak-hak dasar rakyat dengan prinsip
kesetaraan dan non-deskriminasi.
5) Meningkatnya
pemerataan
pendapatan
masyarakat
untuk
pemenuhan
kebutuhan dasar yang pada gilirannya bermuara pada peningkatan
perekonomian daerah.
j.Arah Pembangunan Bidang Seni dan Budaya, adaiah :
1) Terwujudnya seni dan kerajinan masyarakat Lampung, sebagai kekuatan
wisata budaya Lampung,
2) Terpenuhinya sarana dan prasarana pengembangan kebudayaan masyarakat
Kota Bandar Lampung,
3) Terwujudnya budaya lokal sebagai kekuatan untuk memfilter budaya asing
yang tidak sesuai dengan kearifan lokal,
4) Terwujudnya budaya mandiri masyarakat.
5) Terwujudnya•revitalisasi identitas suku Lampung dalam bentuk bahasa/aksara
dan kesenian, diantaranya adalah seni bangunan (arsitektur), seni rupa, seni
pahat, seni lukis, seni kerajinan tangan, seni taxi, dan seni sastra.
6) Terpeliharanya arsitektur rumah tradisional Lampung, yaitu berupa rumah
panggung bertiang, dengan variasi yang sederhana, bentuk atap bubungan
perahu (dengan sebelah menyebelah semacam trapesium dan bagian depan
dan belakangnya dihubungkan dengan bagian atap segitiga sama kaki). Secara
umum tipologi rumah adat Lampung ada 5 macam yakni ; tipe rumah limas
panjang, tipe rumah limas burung, tipe rumah limas Melayu, tipe rumah
pesagi, dan tipe rumah limas Palembang.
7) Elemen bangunan yang merupakan unsur arsitektur Lampung adalah siger,
paguk, andang-andang, tighai, dan bikkai. Motif-motif dekoratif sebagai
penghias bangunan adalah ; motif paku sura, motif kain tapis, motif kainkapal/kain-tampan, motif sulur malai pinang, motif bunga melur. Simbolsimbol lain yang dikenal sebagai budaya Lampung antara lain adalah ; simbol
burung garuda, kayu arra, payung, gajah, paccah oju, dll.
8) Berkembangnya seni sastra Lampung, berupa cerita rakyat (folklor dalam arti
khusus), peribahasa, pepatah, pantun, teka-teki, dan sebagainya. Jadi ada
prosa dan ada puisi. Yang tergolong prosa ialah serambi (cerita-cerita
panjang), cerita curika (cerita pendek), dan cecawan (keluhan jiwa). Yang
tergolong puisi ialah bebandung, pantun, dan campuran antara bebandung dan
pantun. Tergolong juga dalam kelompok ini ialah segala dan kias, yang
banyak didapati di daerah Lampung pesisir.
9) Bahasa/aksara Lampung perlu diajarkan sejak sekolah dasar dengan porsi
waktu yang cukup memadai, agar betul-betul bisa dipahami serta dimengerti,
dan bahasa tersebut akan dipakai sehari-harinya, sehingga bahasa/aksara
daerah Lampung akan lebih terjamin kelestarian dan kesinambungannya.
10) Fi'il Pesanggiri merupakan falsafah orang Lampung yaitu sesuatu keharusan
hidup bermoral tinggi, berjiwa besar, tahu din dan kewajiban. Disamping itu
mereka
mengenal
Bejuluk
dan
Beadek;
yaitu
keharusan
berjuang
meningkatkan kesempurnaan hidup, bertata tertib dan tats krama sebaik
baiknya. Nemui nyimah, Nengah Nyappur, dan Sekai Sembayan. Dalam
Nemui Nyimah terdapat keharusan untuk berlaku hormat terhadap sesama
anggota dan menghormati tamu, Nengah Nyappur keharusan untuk bergaul
dan bermusyawarah, Sakai Sembayan keharusan berjiwa sosial, gotong
royong dan berbuat baik terhadap sesama manusia.
k. Arah Pembangunan Kehidupan Beragama, adalah :
Meningkatnya pengajaran dan pengamalan ajaran agama,
1) Tersedianya sarana dan prasarana pengajaran dan pengamalan keagamaan.
2) Terwujudnya kehidupan beragama yang harmonis, saling menghormati
keyakinan agamanya masing-masing,
3) Terwujudnya komunikasi antar umat beragama,
4) Terwujudnya harmonisasi kegiatan kebudayaan yang bemuansa keagamaan,
5) Terwujudnya pemberdayaan nilai-nilai agama sebagai standar moral dalam
kehidupan sehari-hari.
6) Terwujudnya sosialisasi nilai-nilai agama kepada masyarakat melalui
penyuluhan dengan memanfaatkan berbagai media yang mudah diakses
masyarakat,
7) Terwujudnya pemberdayaan nilai-nilai agama, dalam usaha menangkal
perjudian, minum minuman keras, penyalahgunaan obat terlarang dan
pergaulan bebas,
1. Arah Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, adalah :
1) Terwujudnya pelatihan keterampilan masyarakat di bidang teknologi dasar
dan terapan,
2) Terwujudnya pemanfaatan teknologi dasar dan terapan oleh masyarakat,
3) Terwujudnya penelitian dan pengembangan teknologi dasar dan terapan, dan
ilmu pengetahuan secara umum,
4) Terwujudnya penguasaan IPTEK untuk kesejahteraan masyarakat.
5) Berkembangnya
lembaga
penelitian
yang
memiliki
kemandirian
di
dalampembiayaan, perwujudan sistem pengakuan atas hasil temuan (royalty
system, patent) dan kualitas produk (SNI, ISO).
6) Terwujudnya standar mutu yang mengacu pada sistem pengukuran,
standarisasi, pengujian, peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan
prasarana iptek, untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berbasis
pengetahuan.
7) Terwujudnya pembangunan IPTEK untuk mendukung ketersediaan energi,
teknologi informasi dan komunikasi, serta pelestarian sumber daya alam dan
Iingkungan hidup.
2. MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Untuk mewujudkan pembangunan perekonomian jangka panjang, maka arah
pembangunan jangka panjang bidang ekonomi, adalah sebagai berikut.
1) Terwujudnya sinergi potensi pelaku ekonomi, dunia usaha, lembaga keuangan
dan kelembagaan Iainnya dalam rangka membangun ekonomi berdaya saing
tinggi, baik secara nasional maupun intemasional.
2) Terwujudnya pembangunan ekonomi yang tangguh dan berdaya saing tinggi.
3) Terwujudnya pemberdayaan potensi industri kecil dan menengah.
4) Meningkatnya daya saing dan akses pasar ekspor.
5) Terwujudnya kelembagaan perdagangan yang efektif melindungi konsumen
dan persaingan usaha secara sehat.
6) Meningkatnya kesadaran penggunaan produksi lokal
7) Meningkatnya perdagangan antar wilayah dan ketersediaan barang pokok
8) Terwujudnya spesifikasi lokal, standar produk barang dan jasa yang
berkualitas ekspor.
9) Terwujudnya ketersediaan fasilitas pelabuhan ekspor yang representative.
10) Terwujudnya kualitas jasa transportasi (udara,
keuangan dan usaha Iainnya.
darat,
laut),
perdagangan,
11) Terwujudnya penerapan sistem dan strandar pengelolaan nasional, yang
mampu mendorong peningkatan ketahanan dan nilai tambah perekonomian
daerah.
12) Terwujudnya penguasaan dan pemanfaatan teknologi, yang mendukung
pengembangan kegiatan perekonomian.
13) Terwujudnya pembangunan hukum untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
dan investasi.
14) Terwujudnya peranan ekonomi kerakyatan sebagai komponen utama
pembangunan ekonomi Kota Bandar Lampung.
15) Terwujudnya UMKM dan Koperasi menjadi pelaku ekonomi berbasis IPTEK,
dan berdaya saing dengan produk impor,
16) Terwujudnya pengembangan UMKM melalui pengembangan rumpun
industri, percepatan alih teknologi, dan peningkatan kualitas SDM.
17) Terwujudnya struktur industri yang sehat dan berkeadilan, dengan pengelolaan
usaha yang balk dan benar (good corporate govemance).
18) Terwujudnya aksessibilitas masyarakat lokal dalam pemanfaatan SDA di
sekitamya. Terwujudnya pasar kerja untuk mendorong terciptanya lapangan kerja
3. MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI KEPARIWISATAAN
Untuk mewujudkan pengembangan dan kualitas industri kepariwisataan jangka
panjang, maka arah pembangunan jangka panjang bidang kepariwisataan, adalah
sebagai berikut:
1) Terwujudnya penggalian dan peningkatan kualitas objek-objek wisata.
2) Terwujudnya master plan pengembangan kepariwisataan secara terpadu,
3) Terwujudnya pengemasan objek-objek wisata bahari, wisata budaya, wisata
alam, wisata pendidikan, wisata olahraga, dan wisata belanja, menjadi
kegiatan terpadu dan sinergis dan disinergikan dengan wilayah Iainnya, di
Sumatera Bagian Selatan,
4) Terciptanya pemandu wisata yang sopan, ramah, menguasai bahasa, dan
objek-objek wisata,
5) Terwujudnya kerjasama dengan pihak swasta balk yang ada di Lampung
maupun
luar
Lampung,
untuk
menumbuhkembangkan
usaha-usaha
kepariwisataan,
6) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung kebutuhan wisatawan seperti:
bank, informasi kepariwisataan, transportasi dan akomodasi, atraksi wisata
serta kebutuhan Iainnya,
7) Terwujudnya kegiatan promosi objek wisata Bandar Lampung, secara terpadu
dan berkesinambungan
4. MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH, BERWIBAWA,
DAN BERTANGGUNG JAWAB
Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan bertanggung
jawab, maka arah pembangunan jangka panjang bidang pemerintahan, diuraikan
seperti di bawah ini
1 Terwujudnya pendidikaLn dan Iatihan kemampuan aparatur pemerintah
menuju kepemerintahan yang baik (Good Governance).
2 Terwujudnya
pembinaan
pola
karir
berdasarkan
merit
system
dan
mengoptimalkan mekanisme pengkaderan secara terpola, konsisten dan
berkelanjutan.
3 Terwujudnya sistem informasi kepegawaian sebagai bagian integral dari
sistem informasi dan komunikasi pemerintahan daerah.
4 Terwujudnya kelembagaan pemerintahan daerah yang baik, ramping, luwes,
responsif dan antisipatif.
5 Terwujudnya pembinaan dan pengawasan kineija pelayanan publik yang
berorientasi pada pelayanan prima.
6 Terwujudnya infrastruktur pelayanan pemerintahan dengan menerapkan
sistem informasi manajemen d aerah melalui pemakaian teknologi informasi.
7 Terwujudnya kearsipan berbasis teknologi informasi, yang ditunjang oleh
pengembangan sarana dan prasarana kearsipan.
8 Terwujudnya penertiban dan pengawasan penyalahgunaan kewenangan
aparatur Negara.
9 Terwujudnya etika birokrasi dan budaya keda yang tinggi, yang diikuti dengan
peningkatan pengetahuan dan pemahaman para penyelenggara negara
terhadap prinsip-prinsip ketata pemerintahan yang baik.
5. MEWUJUDKAN STABILITAS DAN KESADARAN POLITIK DALAM
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA
Untuk mewujudkan stabilitas kesadaran politik dalam kehidupan bermasyarakat,
maka arah pembangunan jangka panjang bidang politik, adalah sebagai berikut:
1) Terwujudnya pembinaan organisasi politik, organisasi masyarakat, dan
organisasi sosial untuk meningkatkan kesadaran dan menciptakan kehidupan
yang demokratis yang harmonis, sebagai basis perwujudan civil society.
2) Terwujudnya komunikasi politik dan peran DPRD dalam penjaringan dan
penyaluran aspirasi masyarakat.
3) Terwujudnya etika dan budaya politik dalam proses penanaman nilai-nilai
demokratis, penghormatan nilai-nilai HAM, nilai-nilai persamaan, anti
kekerasan, serta nilai-nilai toleransi, melalui berbagai wacana dan media; bagi
peningkatan kesadaran pentingnya memelihara persatuan bangsa,
4) Terwujudnya komunikasi dan informasi proses pencerdasan masyarakat
dalam kehidupan politik.
6. MEWUJUDKAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM, KEAMANAN
DAN KETERTIBAN BERDASARKAN KEADILAN YANG
DEMOKRATIS
Untuk mewujudkan penegakan supremasi hukum, keamanan dan ketertiban
berdasarkan keadilan yang demokratis, maka arah pembangunan jangka panjang
bidang hukum, keamanan, dan ketertiban, adalah sebagai berikut:
1) Terwujudnya struktur hukum yang diarahkan untuk memantapkan dan
mengefektifkan organisasi dan lembaga hukum, profesi hukum dan badan
peradilan sehingga aparatur hukum mampu melaksanakan tugas dan
kewajibannya secara profesional.
2) Terwujudnya kualitas kemampuan aparatur hukum yang profesionalisme.
3) Terwujudnya sikap aparatur hukum yang menjunjung tinggi kejujuran,
kebenaran, keterbukaan dan keadilan, bebas dad korupsi, kolusi dan
nepotisme, serta bertanggung jawab dalam bentuk perilaku yang teladan.
4) Tersedianya sarana dan prasarana hukum yang memadai.
5) Terwujudnya penegakan hukum dan HAM secara tegas, lugas dan profesional.
6) Terwujudnya kesadaran hukum masyarakat dengan Iebih memberikan akses
terhadap informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
7) Terwujudnya akses masyarakat dalam berbagai proses pengambilan
keputusan pelaksanaan pembangunan daerah.
8) Terwujudnya pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat secara
sederhana, murah dan cepat.
7. MEWUJUDKAN
TATA
RUANG,
SARANA
DAN
PRASARANA
PERKOTAAN YANG BERKUALITAS
Untuk mewujudkan keserasian tata ruang, pembangunan prasarana dan
sarana perkotaan yang berkualitas dalam jangka panjang, maka arah
pembangunannya diarahkan pada bidang tata ruang, transportasi, infrastruktur
kelistrikan, infrastruktur informasi dan telematika, air bersih, perumahan, dan
persampahan. Arah pembangunan masing-masing bidang adalah sebagai berikut:
a. Arah Pembangunan Bidang Tata Ruang, adalah :
Terwujudnya pembangunan sesuai dengan rencana penataan ruang.
Terwujudnya keserasian pembangunan antar kecamatan di wilayah Bandar
Lampung dan keserasian pembangunan Bandar Lampung dengan Provinsi dan
Kabupaten/Kota Iainnya baik di dalam maupun di luar wilayah Provinsi
Lampung.
Terwujudnya pengembangan wilayah Kota Bandar Lampung.
b. Arah Pembangunan Infrastruktur Bidang Transportasi, adalah :
1) Terwujudnya transportasi yang meningkatkan laju pergerakan orang, barang
dan jasa melalui penyediaan jalan bebas hambatan yang menghubungkan Kota
Bandar Lampung dengan daerah-daerah lain.
2) Terwujudnya pelayanan transportasi laut dan udara. Pengguna jasa
transportasi perlu diberi banyak pilihan altematif yang sesuai dengan
kebutuhan dan daya jangkau masyarakat.
3) Terwujudnya diversifikasi moda angkutan masal dengan kelengkapan
infrastrukturnya, khususnya di pusat perkotaan.
4) Terwujudnya jalan kereta api yang menghubungkan Kota Bandar Lampung
dengan daerah-daerah lain guna mendapatkan sistem transportasi barang,
orang dan jasa yang cepat, murah dan nyaman.
5) Terwujudnya transportasi menuju objek-objek wisata dan sentra-sentra
ekonomi lain.
6) Terwujudnya jalan lingkar (ring-mad) kota, dalam rangka meningkatkan
aksesibilitas dan mobilitas orang, barang dan jasa antara wilayah serta untuk
mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama
antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam mendukung
peluang berusaha dan investasi, serta mengatasi kemacetan lalu lintas yang
melebihi daya dukung jalan yang ada.
7) Terwujudnya pengaturan dan penegakan hukum dalam kaitannya dengan
bidang transportasi diarahkan pada terwujudnya penataan dan pemeliharaan
sarana transportasi secara baik.
Arah Pembangunan bidang Infrastruktur Kelistrikan, adalah
Terwujudnya pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber energi altematif.
Terwujudnya pembangunan dan pengembanngan infrastruktur kelistrikan untuk
memenuhi kebutuhan kota.
d. Arah Pembangunan Infrastruktur Bidang Informasi dan Telematika,
adalah :
1) Berkembangnya teknologi informasi balk perangkat keras maupun lunak guna
menuju era sistem pemerintahan elektronik (e-govemment) yang efektif dan
efisien.
2) Meningkatnya profesionalisme SDM di bidang teknis dan manajemen
statistik, komputasi data dan administrasi, sistem informasi statistik, sistem
informasi geografis, diseminasi informasi statistik, dan sistem informasi
manajemen guna mendukung kelancaran penyelenggaraan kegiatan statistik
dasar dan memenuhi kebutuhan informasi dan data statistik bagi pemerintah
maupun stakeholder.
3) Tersedianya sarana dan prasarana komunikasi yang mampu melayani sistem
informasi data,
4) Tersedianya sistem informasi komoditi andalan dan unggulan Kota Bandar
Lampung guna meningkatkan posisi tawar masyarakat produsen terhadap
pasar.
5) Berkembangnya sistem jaringan informasi pelayanan umum dan pendidikan
yang efisein.
e. Arah Pembangunan Infrastruktur Bidang Air Bersih, Perumahan, dan
Persampahan, adalah :
1) Terwujudnya perumahan yang layak dan terjangkau oleh daya beli
masyarakat.
2) Meningkatnya pembangunan rumah masal kearah vertikal sebagai kebutuhan
masyarakat perkotaan dengan lahan yang terbatas.
3) Terwujudnya perumahan tahan gempa, angin puting beliung, dan tsunami
(untuk kawasan pantai).
4) Terwujudnya pengelolaan limbah dan sampah rumah tangga secara modern,
sehingga mempunyai nilai tambah.
8. MEWUJUDKAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN SECARA ADIL DAN BERKUALITAS
Untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, maka arah
pembangunannya ditujukan pada bidang sumberdaya alam dan bidang lingkungan
hidup, sebagai berikut:
a. Arah Pembangunan Bidang Sumberdaya Alam, adalah :
1) Terwujudnya pembangunan wilayah pesisir sesuai dengan Renstra, Zonasi dan
Masterplan pengelolaan wilayah pesisir.
2) Terwujudnya pengambangan Usaha perikanan berbasis agribisnis.
3) Meningkatnya keterlibatan masyarakat pesisir dalam proses pembangunan
pariwisata bahari di wilayah pesisir.
4) Meningkatnya pengawasan pengembangan bukit dan gunung untuk keperluan
terbatas dan lebih ditekankan untuk kawasan konservasi.
5) Meningkatnya pengelolaan hutan' kota dan hutan lindung yang berada di
wilayah Kota Bandar Lampung sesuai dengen fungsinya.
6) Terwujudnya sistem drainase dan ruang terbuka hijau.
7) Meningkatnya pengelolaan daerah tangkapan air catchment area) dan menjaga
kelestarian air tanah, baik air tanah dangkal (soil water) maupun air tanah
dalam (ground water).
8) Terwujudnya Perda peruntukan sungai-sungai yang ada di Bandar Lampung.
Peruntukan sungai ini terdiri dari peruntukan sungai untuk kebutuhan air
minum, pertanian, peternakan dan industri,
9) Meningkatnya pemberdayaan dan kualitas pelayanan kelembagaan sumber
daya air bagi masyarakat.
b. Arah Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup, adalah :
1) Meningkatnya penataan lingkungan sesuai dengan daya dukungnya.
2) Meningkatnya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan.
3) Meningkatnya usaha-usaha pemulihan dan rehabilitasi lingkungan hidup,.
4) Meningkatnya kewaspadaan dan peringatan dini terhadap bencana alam
seperti gempa bumi, tsunami, angin puting beliung dan banjir.
5) Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam usaha mitigasi bencana alam,
dan melakukan sosialisasi bencana alam dan daerah-daerah rawan bencana
alam.
6) Terwujudnya penegakan hukum bagi keselamatan SDA dan lingkungan.
7) Meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk memelihara
lingkungan sehat.
8) Meningkatnya interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman
bahaya yang berasal dari lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan
individu, keluarga, dan masyarakat secara optimal.
5.2 TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS
Dalam usaha mempertajam sasaran pembangunan, maka arah
jangka
panjang
membutuhkan
tahapan
dan
skala
pembangunan
prioritas
yang
akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka berikutnya yaitu
pembangunan jangka menengah. Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan
merupakan permasalahan yang dianggap paling membutuhkan perhatian yang
hendak dicarikan solusinya, tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh
karena itu, tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan tidak akan sama, tetapi
semua itu harus berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam
rangka mewujudkan sasaran pokok pembangunan jangka panjang.
Setiap sasaran pokok dalam sembilan misi pembangunan jangka panjang dapat
ditetapkan prioritasnya dalam masing-masing tahapan. Prioritas masingmasing
misi
dapat
diperas
kembali
menjadi
prioritas utama. Prioritas utama
menggambarkan makna strategis dan urgensi permasalahan. Atas dasar tersebut,
tahapan dan skala prioritas utama dapat disusun sebagai berikut.
1. TAHAP PEMBANGUNAN Ke-1 (2005-2010)
Tahap Pembangunan ke-1 diarahkan untuk menata kembali dan membangun
Daerah Kota Bandar Lampung disegala bidang yang ditujukan untuk menciptakan
kota yang aman dan damai, tertib dan bersih, indah dan nyaman, adil dan
demokratis, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat
yang diprioritaskan pada peningkatan ekonomi kerakyatan, kesehatan masyarakat,
peningkatan kualitas dan pemerataan pendidikan.
Prioritas pembangunan dalam Tahap Pembangunan ke-1, adalah sebagai berikut:
1) Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
wajib
belajar,
dan
pemberantasan buta aksara.
2) Peningkatan kualitas guru.
3) Meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana, seperti: Ruang Belajar,
Laboratorium, Perpustakaan, ditingkat pendidikan menengah.
4) Kurikulum telah memasukkan keunggulan daerah, dan media pembelajaran
yang memanfaatkan teknologi. '
5) Peningkatan sikap kewirausahaan melalui pendidikan keterampilan hidup
(Life Skill) terutama bagi yang mencari kerja.
6) Peningkatan
jumlah
sekolah
yang
kualitas
kesehatan
mendapat
standar
nasional
dan
intemasional.
7) Peningkatan
penduduk
dengan
penurunan
angka
kekurangan gizi, yang didukung oleh peningkatan sarana dan prasarana
kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas.
8) Peningkatan ketrampilan SDM bidang kesehatan (medis dan paramedis), dan
adanya Perda pengaturan kerangka regulasi dan sistem pembiayaan dalam
pelayanan kesehatan masyarakat miskin.
9) Peningkatan peserta Keluarga Berencana mandiri, yang ditunjang oleh Perda
Pengaturan Sistem Pembiayaan dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Miskin (pelayanan kesehatan dari swasta dan Pemerintah).
10) Pengendalian laju pertumbuhan penduduk, yang didukung oleh peningkatan
peserta Keluarga Berencana (KB) aktif, penurunan jumlah keluarga miskin
dan tingkat pengangguran.
11) Pengendalian tingkat urbanisasi, yang didukung oleh sistem administrasi
kependudukan yang berbasis teknologi informasi.
12) Penurunan angka kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan kemitraan
antara pengusaha dengan buruh, peningkatan UMR menjadi 92 % dari KHL
(Kebutuhan Hidup Layak)
13) Peningkatan kesetaraan gender di berbagai instansi dan lembaga, membuka
kesempatan yang Was bagi perempuan untuk mengembangkan kemampuan
diri, serta adanya upaya untuk membatasi ruang-gerak kekerasan terhadap
kaum perempuan, yang membutuhkan perlindungan, baik berupa hukum
maupun fasilitasi.
14) Peningkatan pembinaan olah raga secara terpadu dengan melibatkan
stakeholders, peningkatan sarana dan prasarana olahraga untuk mencapai
prestasi nasional, perkembangan bidang keolahragaan sesuai dengan
potensi lokal yang ditunjang oleh peningkatan kesejahteraan olahragawan.
15) Pemberdayaan seni dan budaya, serta kerajinan Lampung sebagai kekuatan
wisata budaya, yang didukung oleh sarana dan prasarana pengembangan
kebudayaan Lampung.
16) Peningkatan kepedulian dan kesadaran pemuda terhadap pembangunan,
Iingkungannya, bahaya pergaulan bebas dan narkoba, dan penguasaan
IPTEKS dan IMTAQ.
17) Kebebasan mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya, pada sekolah-sekolah umum yang membawa misi keagamaan.
Peningkatan fungsi sarana ibadah bagi masing-masing umat beragama dan
peningkatan kualitas kerukunan umat beragama di berbagai wilayah
perkotaan.
18) Perencanaan pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (Way Halim,Antasari
dan Yos Sudarso).
19) Pembangunan infrastruktur kawasan pesisir Bandar Lampung, untuk
menunjang kegiatan perdagangari, wisata bahari, dan industri perikanan.
20) Pembangunan infrastruktur kawasan wisata alam Batuputuk dan sekitarnya.
21) Pembangunan sistem informasi perdagangan dan jasa.
22) Peningkatan volume penanaman modal PMDN dan PMDA di wilayah Kota
Bandar Lampung.
Peningkatan dan pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi.
a) Meningkatkan kemitraan antara pengusaha dengan buruh yang ditandai
dengan peningkatan UMR menjadi 92 % dari KHL (Kebutuhan Hidup
Layak), serta adanya jaminan hak-hak tenaga kerja.
b) Pengembangan agroindustri berbasis ikan.
c) Peningkatan pengembangan dan pemanfaatan IPTEKS dibidang produksi,
telekomunikasi, dan jasa.
d) Pembentukan Badan Litbang Kota Bandar Lampung.
e) Penyusunan konsep transportasi kota yang handal, efisien, dan ramah
lingkungan hidup.
f) Pembangunan sistem drainase yang terpadu dan handal.
g) Pembangunan dan pengembangan sistem penyediaan air minum,
penanganan banjir, mitigasi bencana, penanganan tsunamai, pengelolaan
sampah secara komprehensif.
h) Pembangunan rumah susun bagi warga.
i) Peningkatan
kinerja
pelaku
politik
wakil
rakyat
yang
tangguh,
keberpihakan terhadap kepentingan rakyat, budaya politik yang beretika
tinggi, komunikasi politik yang lancar diantara pelaku politik maupun
pemerintah dalam mengambil keputusan sesuai dengan harapan publik.
j) Peningkatan jumlah produk hukum seperti perda-perda yang sesuai dengan
kebutuhan dan sinkron dengan Perundang-undangan yang berlaku.
k) Peningkatan pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat secara
sederhana, murah, dan cepat, dan penegakan hukum dan HAM secara
tegas, lugas, dan profesional serta meningkatkan kesadaran hukum
masyarakat.
l) Peningkatan kualitas SDM, kesejahteraan aparatur serta kualitas pelayanan
birokrasi, dan perencanaan yang terpadu antar dinas/instansi/lembaga serta
unit-unit pelayan teknis.
m) Penyediaan Sarana dan fasilitas untuk menunjang kinerja aparat
kamtibmas.
23) Pengembangan kepariwisataan secara terpadu, melalui peningkatan pemandu
wisata yang profesional, kerjasama kepariwisataan dengan pihak lain,
pembangunan sarana
dan prasarana pendukung kepariwisataan,
dan
peningkatan kegiatan promosi kepariwisataan.
24) Pembangunan kawasan wisata alam, wisata budaya dan wisata agro di
wilayah Batuputuk dan sekitamya, dan pengembangan kawasan Hutan Kota
Way Halim.
25) Pengelolaan dan pengawasan sumber pencemaran lingkungan hidup, seperti
penambangan bukit, penimbunan pantai, Iimbah industri dan rumah tangga
serta penyusunan regulasi terkait dengan lingkungan hidup.
2. TAHAP PEMBANGUNAN Ke-2 (2011-2015)
Tahap Pembangunan ke-2 ditujukan untuk Iebih memantapkan penataan
kembali daerah Kota Bandar Lampung di segala bidang dengan menekankan
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan
kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian.
Prioritas pembangunan dalam Tahap Pembangunan ke-2, adalah sebagai berikut:
1) 1) Sebagian besar anak usia dini (60%)
telah
mendapatkan
pendidikan,
pelaksanaan Wajib Belajar telah menjangkau seluruh anak usia sekolah,
seluruh masyarakat Bandar Lampung telah Bebas Buta Aksara. Proses
Pembelajaran paket-paket A, B, dan C yang diselenggarakan oleh masyarakat
mutunya semakin meningkat
2) Delapan puluh persen (80%) Guru Sekolah Dasar berpendidikan Sarjana dan
empat puluh persen (40%) Guru sudah mengikuti dan lulus sertifikasi.
3) Pembangunan sarana dan prasarana seperti: Ruang Belajar, Laboratorium,
Perpustakaan, ditingkat pendidikan menengah telah Iengkap.
4) Peningkatan implementasi Kurikulum Sekolah Dasar dan Menengah berbasis
keunggulan daerah, dan peningkatan pemanfaatan teknologi, metode dan
media pembelajaran.
5) Peningkatan sikap kewirausahaan melalui pendidikan keterampilan hidup
(Life Skill) terutama bagi yang mencari kerja.
6) Sebagian SMP, dan SMA/SMK sudah memperoleh standar Nasional, Pondok
Pesantren menjadi lembaga pendidikan yang kompetitif, lulusan SD, SMP dan
SMA/SMK sederajat nilainya semakin meningkat.
7) Peningkatan
kualitas
kesehatan
penduduk
dengan
penurunan
angka
kekurangan gizi, meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan di Rumah
Sakit dan Puskesmas.
8) Peningkatan ketrampilan SDM bidang kesehatan (medis dan paramedis), dan
implementasi Perda pengaturan kerangka regulasi dan sistem pembiayaan
dalam pelayanan kesehatan masyarakat miskin.
9) Peningkatan peserta Keluarga Berencana mandiri, yang ditunjang oleh Perda
Pengaturan Sistem Pembiayaan dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Miskin (pelayanan kesehatan dan swasta dan Pemerintah).
10) Pengendalian laju pertumbuhan penduduk, yang didukung oleh peningkatan
peserta Keluarga Berencana (KB) aktif, penurunan jumlah keluarga miskin
dan tingkat pengangguran.
11) Pengendalian tingkat urbanisasi, yang didukung oleh sistem administrasi
kependudukan yang berbasis teknologi informasi.
12) Penurunan angka kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan kemitraan
antara pengusaha dengan buruh, peningkatan UMR menjadi 95 % dad KHL
(Kebutuhan Hidup Layak)
13) Peningkatan kesetaraan gender di berbagai instansi dan lembaga, membuka
kesempatan yang Was bagi perempuan untuk mengembangkan kemampuan
diri, serta adanya upaya untuk membatasi ruang-gerak kekerasan terhadap
kaum perempuan, yang membutuhkan perlindungan, baik berupa hukum
maupun fasilitasi.
14) Peningkatan pembinaan olah raga secara terpadu dengan melibatkan
stakeholders, peningkatan sarana dan prasarana olahraga untuk mencapai
prestasi nasional, perkembangan bidang keolahragaan sesuai dengan
potensi lokal yang ditunjang oleh peningkatan kesejahteraan olahragawan.
15) Pemberdayaan seni dan budaya, serta kerajinan Lampung sebagai kekuatan
wisata budaya, yang didukung oleh sarana dan prasarana pengembangan
kebudayaan Lampung.
16) Peningkatan
kualitas
kepedulian
dan
kesadaran
pemuda
terhadap
pembangunan dan lingkungannya, pergaulan bebas dan narkoba, dan
peningkatan penguasaan IPTEKS dan IMTAQ.
17) Kebebasan mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya, pada sekolah-sekolah umum yang membawa misi keagamaan.
Peningkatan fungsi sarana ibadah bagimasing-masing umat beragama dan
peningkatan kualitas kerukunan umat beragama di berbagai wilayah
perkotaan.
18) Pembangunan Kawasan Ekonomi Terpadu (Way Halim, Antasari dan Yos
Sudarso).
19) Pembangunan infrastruktur kawasan pesisir Bandar Lampung, untuk
menunjang kegiatan perdagangan, wisata bahari, dan industri perikanan,
20) Pengembangan infrastruktur kawasan wisata alam Batuputuk dan sekitamya,
21) Pengembangan pelabuhan laut internasional Panjang.
22) Pengembangan sistem informasi perdagangan dan jasa.
23) Peningkatan volume penanaman modal PMDN dan PMDA di wilayah Kota
Bandar Lampung.
24) Peningkatan dan pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi,
25) Pengembangan kemitraan antara pengusaha dengan buruh yang ditandai
dengan peningkatan UMR menjadi 95 % dari KHL (Kebutuhan Hidup
Layak), serta adanya jaminan hak-hak tenaga kerja.
26) Pengembangan agribisnis berbasis ikan dan produk pertanian lainnya.
27) Pengembangan IPTEK dibidang produksi, telekomunikasi,
dan
jasa,
peningkatan fungsi Balitbangda, peningkatan temuan dan hasil karya
masyarakat yang mendapat hak patent dan royalty, dan peningkatan penerapan
Standar Mutu (SNI, ISO).
28) Meningkatkan fungsi Badan Lithang Kota Bandar Lampung.
29) Implementasi konsep sistem angkutan umum massal (SAUM), terlaksananya
pembangunan
Pelabuhan
Srengsem
dan
pengembangan
Pelabuhan
Panjang, Terlaksananya proses pembangunan Ring Road Kota Bandar
Lampung, Pembangunan jalan layang pada titik-titik kemacetan yang tidak
mungkin untuk pelebaran jalan.
30) Pengembangan sistem drainase trpadu.
31) Pengembangan sistem penyediaan air minum, penanganan banjir, mitigasi
bencana, penanganan tsunami, pengelolaan sampah secara komprehensif.
32) Pengembangan pembangunan rumah susun bagi warga.
33) Peningkatan kinerja pelaku politik wakil rakyat yang tangguh, keberpihakan
terhadap kepentingan rakyat, budaya politik yang beretika tinggi, komunikasi
politik yang lancer diantara pelaku politik maupun pemerintah dalam
mengambil keputusan sesuai dengan harapan publik.
34) Peningkatan jumlah produk hukum seperti perda-perda yang sesuai dengan
kebutuhan dan sinkron dengan Perundang-undangan yang berlaku.
35) Peningkatan pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat secara
sederhana, murah, dan cepat, dan penegakan hukum dan HAM secara tegas,
lugas, dan profesional serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
36) Peningkatan kualitas SDM Aparatur yang
ditandai
oleh
semakin
meningkatnya produktifitas kerja, implementasi hasil Kajian Kebutuhan
Aparatur, peningkatan kesejahteraan Aparatur rata-rata 15% per tahun,
Kualitas Pelayanan Birokrasi, kebutuhan struktur organisasi pemerintah,
perencanaan yang terpadu antar dinas/instansi/lembaga serta unit-unit pelayan
teknis.
37) Penyediaan Sarana dan fasilitas untuk menunjang kinerja aparat kamtibmas.
38) Pengembangan kepariwisataan secara terpadu, melalui peningkatan pemandu
wisata yang profesional, kerjasama kepariwisataan dengan pihak lain,
pembangunan sarana
dan prasarana pendukung kepariwisataan,
dan
peningkatan kegiatan promosi kepariwisataan.
39) Pembangunan kawasan wisata alam, wisata budaya dan wisata agro di
wilayah Batuputuk dan sekitamya, dan pengembangan kawasan Hutan Kota
Way Halim.
40) Pengembangan pengelolaan sumber pencemaran Iingkungan hidup, seperti
penambangan'bukit, penimbunan pantai, limbah industri dan rumah tangga,
dengan penegakkan regulasi dan pelaksanaan perda penanggulangan terhadap
kegiatan yang berpotensi merusak Iingkungan hidup.
3. TAHAP PEMBANGUNAN Ke-3 (2016-2020)
Tahap Pembangunan ke-3 ditujukan untuk memantapkan pembangunan secara
menyeluruh diberbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing,
kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang berkualiatas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus
meningkat.
Prioritas pembangunan dalam Tahap Pembangunan ke-3, adalah sebagai berikut:
1) Sebagian besar anak usia dini(80 %)
telah
mendapatkan
pendidikan,
pelaksanaan Wajib Belajar telah menjangkau seluruh anak usia sekolah,
seluruh masyarakat Bandar Lampung telah Bebas Buta Aksara.
2) Sebagian Guru Sekolah Dasar (50 %) berpendidikan Sarjana.
3) Pengembangan pembangunan sarana dan prasarana seperti: Ruang Belajar,
Laboratorium, Perpustakaan, ditingkat pendidikan menengah.
4) Pengembangan
Kurikulum
Sekolah
Dasar
dan
Menengah
berbasis
keunggulan daerah, dan peningkatan pemanfaatan teknologi, metode dan
media pembelajaran.
5) Peningkatan sikap kewirausahaan melalui pendidikan keterampilan hidup
(Life Skill) terutama bagi yang mencari kerja
6) Pondok Pesantren menjadi lembaga pendidikan yang kompetitif, lulusan SD,
SMP dan SMAISMK sederajat nilainya semakin meningkat dan merata
7) Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk dengan penurunan angka
kekurangan gizi, meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan di Rumah
Sakit dan Puskesmas menjadi Iengkap dan berstandar internasional.
8) Peningkatan kualitas SDM bidang kesehatan (dokter spesialis, dokter umum,
dan paramedis), dan implementasi Perda pengaturan kerangka regulasi dan
sistem pembiayaan dalam pelayanan kesehatan masyarakat miskin.
9) Lima puluh persen (50%) masyarakat menjadi peserta Keluarga Berencana
mandiri.
10) Pengendalian laju pertumbuhan penduduk, yang didukung oleh peningkatan
peserta Keluarga Berencana (KB) aktif, penurunan jumlah keluarga miskin
dan tingkat pengangguran.
11) Pengendalian tingkat urbanisasi, yang didukung oleh sistem administrasi
kependudukan yang berbasis teknologi informasi.
12) Penurunan angka kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan kemitraan
antara pengusaha dengan buruh, peningkatan UMR menjadi sembilan puluh
sembilan (99%) dari KHL (Kebutuhan Hidup Layak).
13) Peningkatan kesetaraan gender di berbagai instansi dan lembaga, membuka
kesempatan yang Was bagi perempuan untuk mengembangkan kemampuan
diri, serta adanya upaya untuk membatasi ruang-gerak kekerasan terhadap
kaum perempuan, yang membutuhkan perlindungan, baik berupa hukum
maupun fasilitasi.
14) Peningkatan pembinaan olah raga secara terpadu dengan melibatkan
stakeholders, peningkatan sarana dan prasarana olahraga untuk mencapai
prestasi nasional, perkembangan bidang keolahragaan sesuai dengan
potensi lokal yang ditunjang oleh peningkatan kesejahteraan olahragawan.
15) Pengembangan pemberdayaan seni dan budaya, serta kerajinan Lampung
sebagai kekuatan wisata budaya, yang didukung oleh sarana dan prasarana
pengembangan kebudayaan Lampung.
16) Peningkatan
kualitas
kepedulian
dan
kesadaran
pemuda
terhadap
pembangunan dan lingkungannya, pergaulan bebas dan narkoba, dan
peningkatan penguasaan IPTEKS dan IMTAQ.
17) Kebebasan mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya, pada sekolah-sekolah umum yang membawa misi keagamaan.
Peningkatan fungsi sarana ibadah bagi masing-masing umat beragama dan
peningkatan kualitas kerukunan umat beragama di berbagai wilayah
perkotaan.
18) Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (Way Halim, Antasari dan Yos
Sudarso).
19) Pengembangan pembangunan infrastruktur kawasan pesisir Bandar Lampung,
untuk menunjang kegiatan perdagangan, wisata bahari, dan industri perikanan.
20) Pengembangan infrastruktur kawasan wisata alam Batuputuk dan sekitarnya.
21) Pengembangan kualitas pelayanan pelabuhan laut intemasional Panjang.
22) Pengembangan sistem informasi perdagangan dan jasa.
23) Peningkatan volume penanaman modal PMDN dan PMDA di wilayah Kota
Bandar Lampung.
24) Pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi.
25) Pengembangan kemitraan antara pengusaha dengan buruh yang ditandai
dengan peningkatan UMR menjadi sembilan puluh sembilan (99%) dari KHL
(Kebutuhan Hidup Layak),- serta adanya jaminan hak-hak tenaga kerja.
26) Pengembangan agribisnis berbasis ikan dan produk pertanian lainnya.
27) Pengembangan IPTEK dibidang produksi, telekomunikasi,
dan
jasa,
peningkatan fungsi Balitbangda, peningkatan temuan dan hasil karya
masyarakat yang mendapat hak patent dan royalty, dan peningkatan penerapan
Standar Mutu (SNI, ISO).
28) Pengembangan fungsi Badan Litbang Kota Bandar Lampung.
29) Pengembangan sistem angkutan umum massal (SAUM),
teriaksananya
pembangunan Pelabuhan Srengsem dan pengembangan Pelabuhan Panjang,
Terlaksananya proses pembangunan Ring Road Kota Bandar Lampung,
Pembangunan jalan layang pada titik-titik kemacetan yang tidak mungkin
untuk pelebaran jalan.
30) Pengembangan sistem drainase terpadu.
31) Pengembangan sistem penyediaan air minum, penanganan banjir, mitigasi
bencana, penanganan tsunami, pengelolaan sampah secara komprehensif.
32) Pengembangan pembangunan rumah susun bagi warga.
33) Peningkatan kinerja pelaku politik wakil rakyat yang tangguh, keberpihakan
terhadap kepentingan rakyat, budaya politik yang beretika tinggi, Romunikasi
politik yang lancar diantara pelaku politik maupun pemerintah dalam
mengambil keputusan sesuai dengan harapan publik.
34) Peningkatan jumlah produk hukum seperti perda-perda yang sesuai dengan
kebutuhan dan sinkron dengan Perundang-undangan yang berlaku.
35) Peningkatan pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat secara
sederhana, murah, dan cepat, dan penegakan hukum dan HAM secara tegas,
lugas, dan profesional serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
36) Peningkatan kualitas SDM Aparatur yang
meningkatnya
ditandai
oleh
semakin
produktifitas kerja, implementasi hasil Kajian Kebutuhan
Aparatur, peningkatan kesejahteraan Aparatur rata-rata 15%
per
tahun
Kualitas Pelayanan Birokrasi, kebutuhan struktur organisasi pemerintah,
perencanaan yang terpadu antar dinas/instansUlembaga serta unit-unit pelayan
teknis.
37) Penyediaan Sarana dan fasilitas untuk menunjang kinerja aparat kamtibmas.
38) Pengembangan kepariwisataan secara terpadu, melalui peningkatan pemandu
wisata yang profesional, kerjasama kepariwisataan dengan pihak lain,
pembangunan sarana
dan prasarana
pendukung kepariwisataan,
dan
peningkatan kegiatan promosi kepariwisataan.
39) Pembangunan kawasan wisata alam, wisata budaya dan wisata agro di wilayah
Batuputuk dan sekitarnya, dan pengembangan kawasan Hutan Kota Way
Halim.
40) Pengembangan pengelolaan sumber pencemaran lingkungan hidup, seperti
penambangan bukit, penimbunan pantai, limbah industri dan rumah tangga,
dengan penegakkan regulasi dan pelaksanaan perda penanggulangan terhadap
kegiatan yang berpotensi merusak Iingkungan hidup.
4. TAHAP PEMBANGUNAN Ke-4 (2021-2025)
Tahap Pembangunan ke-4 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat kota
yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan
diberbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang
kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang didukung oleh SDM berkualitas
dan berdaya saing.
Prioritas pembangunan dalam Tahap Pembangunan ke-4, adalah sebagai berikut:
1) Seluruh anak usia dini telah mendapatkan pendidikan, pelaksanaan Wajib
Belajar telah menjangkau seluruh anak usia sekolah, seluruh masyarakat
Bandar Lampung telah Bebas Buta Aksara.
2) Seluruh Guru Sekolah Dasar berpendidikan Sarjana.
3) Pengembangan pembangunan sarana dan prasarana seperti: Ruang Belajar,
Laboratorium, Perpustakaan, ditingkat pendidikan menengah telah Iengkap
dan merata.
4) Pengembangan
Kurikulum
Sekolah
Dasar
dan
Menengah
berbasis
keunggulan daerah, dan peningkatan pemanfaatan teknologi, metode dan
media pembelajaran.
5) Peningkatan sikap kewirausahaan melalui pendidikan keterampilan hidup
(Life Skiff) terutama bagi yang mencari kerja.
6) Pondok Pesantren menjadi lembaga pendidikan yang kompetitif, lulusan SD,
SMP dan SMA/SMK sederajat nilainya semakin meningkat dan merata.
7) Meningkatnya kualitas kesehatan penduduk dengan penurunan angka
kekurangan gizi, meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan di Rumah
Sakit dan Puskesmas menjadi Iengkap dan berstandar internasional.
8) Peningkatan ketrampilan SDM bidang kesehatan (medis dan paramedis), dan
implementasi Perda pengaturan kerangka regulasi dan sistem pembiayaan
dalam pelayanan kesehatan masyarakat miskin.
9) 9) Lima puluh lima persen(55%)
masyarakat
menjadi
peserta
Keluarga
Berencana mandiri
10) Pengendalian laju pertumbuhan penduduk, yang didukung oleh peningkatan
peserta Keluarga Berencana (KB) aktif, penurunan jumlah keluarga miskin
dan tingkat pengangguran.
11) Pengendalian tingkat urbanisasi, yang didukung oleh sistem administrasi
kependudukan yang berbasis teknologi informasi.
12) Penurunan angka kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan kemitraan
antara pengusaha dengan buruh, peningkatan UMR menjadi 100 % dari i KHL
(Kebutuhan Hidup Layak)
13) Peningkatan kesetaraan gender di berbagai instansi dan lembaga, membuka
kesempatan yang Was bagi perempuan untuk mengembangkan kemampuan
diri, serta adanya upaya untuk membatasi ruang-gerak kekerasan terhadap
kaum perempuan, yang membutuhkan perlindungan, balk berupa hukum
maupun fasilitasi.
14) Peningkatan pembinaan olah raga secara terpadu dengan melibatkan
stakeholders, peningkatan sarana dan prasarana olahraga untuk mencapai
prestasi nasional, perkembangan bidang keolahragaan sesuai dengan
potensi lokal yang ditunjang oleh peningkatan kesejahteraan olahragawan.
15) Pengembangan pemberdayaan seni dan budaya, serta kerajinan Lampung
sebagai kekuatan wisata budaya, yang didukung oleh sarana dan prasarana
pengembangan kebudayaan Lampung.
16) Peningkatan
kualitas
kepedulian
dan
kesadaran
pemuda
terhadap
pembangunan dan Iingkungannya, pergaulan bebas dan narkoba, dan
peningkatan penguasaan IPTEKS dan IMTAQ.
17) Kebebasan mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya, pada sekolah-sekolah umum yang membawa misi keagamaan.
Peningkatan fungsi sarana ibadah bagi masing-masing umat beragama dan
peningkatan kualitas kerukunan umat beragama di berbagai wilayah
perkotaan.
18) Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (Way Halim, Antasari dan Yos
Sudarso).
19) Pengembangan kawasan pesisir Bandar Lampung, untuk menunjang kegiatan
perdagangan, wisata bahari, dan industri perikanan.
20) Pengembangan kawasan wisata alam Batuputuk dan sekitarnya.
21) Pengembangan kualitas pelayanan pelabuhan laut internasional Panjang
22) Pengembangan sistem informasi perdagangan dan jasa.
23) Peningkatan volume penanaman modal PMDN dan PMDA di wilayah Kota
Bandar Lampung
24) Pengembangan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi.
25) 25) Pengembangan kemitraan antara pengusaha dengan buruh yang ditandai
dengan peningkatan UMR menjadi 100% dari KHL (Kebutuhan
Hidup
Layak),- serta adanya jaminan hak-hak tenaga kerja.
26) Pengembangan agribisnis berbasis ikan dan produk pertanian lainnya.
27) 27) Pengembangan IPTEK dibidang produksi, telekomunikasi,
peningkatan
dan
jasa,
fungsi Balitbangda, peningkatan temuan dan hasil karya
masyarakat yang mendapat hak patent dan royalty, dan peningkatan penerapan
Standar Mutu (SNI, ISO).
28) Pengembangan fungsi Badan Litbang Kota Bandar Lampung menjadi mandiri.
29) 29) Pengembangan sistem angkutan umum massal (SAUM),
terlaksananya
pembangunan Pelabuhan Srengsem dan pengembangan Pelabuhan Panjang,
Terlaksananya proses pembangunan Ring Road Kota Bandar Lampung,
Pembangunan jalan layang pada titik-titik kemacetan yang tidak mungkin
untuk pelebaran jalan.
30) Pengembanngan sistem drainase terpadu.
31) Pengembangan sistem penyediaan air minum, penanganan banjir, mitigasi
bencana, penanganan tsunami, pengelolaan sampah secara komprehensif.
32) Pengembangan perumahan bagi warga.
33) Peningkatan kinerja pelaku politik wakil rakyat yang tangguh, keberpihakan
terhadap kepentingan rakyat, budaya politik yang beretika tinggi, komunikasi
politik yang lancar diantara pelaku politik maupun pemerintah dalam
mengambil keputusan sesuai dengan harapan publik.
34) Produk-produk hukum seperti perda-perda telah sesuai dengan kebutuhan dan
sinkron dengan Perundang-undangan yang berlaku.
35) Pelayanan dan bantuan hukum kepada masyarakat telah dilaksanakan secara
sederhana, murah, dan cepat, dan penegakan hukum dan HAM secara tegas,
lugas, dan profesional serta meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
36) 36) Peningkatan kualitas SDM Aparatur yang
ditandai
oleh
semakin
meningkatnya produktifitas kerja, implementasi hasil Kajian Kebutuhan
Aparatur, peningkatan kesejahteraan Aparatur rata-rata 15% per tahun,
Kualitas Pelayanan Birokrasi, kebutuhan struktur organisasi pemerintah,
perencanaan yang terpadu antar dinas/instansi/lembaga serta unit-unit pelayan
teknis.
37) Pengembangan Sarana dan fasilitas untuk menunjang kinerja aparat
kamtibmas.
38) 38) Pengembangan kepariwisataan secara terpadu, melalui peningkatan
pemandu wisata yang profesional, kerjasama kepariwisataan dengan pihak
lain, pembangunan sarana dan prasarana pendukung kepariwisataan, dan
peningkatan kegiatan promosi kepariwisataan.
39) Pengembangan kawasan wisata alam, wisata budaya dan wisata agro di
40) wilayah Batuputuk dan sekitarnya, dan pengembangan kawasan Hutan Kota
41) Way Halim.
42) Pengembangan pengelolaan sumber pencemaran Iingkungan hidup, seperti
43) penambangan bukit, penimbunan pantai, limbah industri dan rumah tangga,
Download