PENGEMBANGAN KIT PEMBELAJARAN IPA DENGAN

advertisement
PENGEMBANGAN KIT PEMBELAJARAN IPA DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 8 MALANG MATERI
SISTEM EKSKRESI
Isma Nisaatul U., Hadi Suwono, dan Nuning Wulandari
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5 Malang
Email: [email protected]; [email protected],
[email protected]
ABSTRAK: Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan KIT
Pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VIII SMPN 8 Malang materi Sistem Ekskresi yang valid, praktis, dan
efektif. Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan Borg
dan Gall yang terdiri dari 10 tahapan, namun disederhanakan menjadi 7, yaitu
melakukan penelitian dan pengumpulan informasi, melakukan perencanaan,
mengembangkan produk awal, melakukan uji coba lapangan tahap awal,
melakukan revisi terhadap produk utama, melakukan uji coba lapangan utama, dan
melakukan revisi terhadap produk operasional. Berdasarkan hasil validasi oleh
ahli pendidikan, ahli materi dan praktisi lapangan diperoleh modus 4. Skor
tersebut menunjukkan bahwa KIT Pembelajaran tergolong dalam kriteria sangat
layak. Selain itu, nilai pretes dan postes memiliki N-gains 0.74 atau kriteria sangat
tinggi. Sehingga, penelitian dan pengembangan ini menghasilkan KIT
Pembelajaran IPA yang valid, praktis, dan efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
Kata kunci: KIT Pembelajaran, Pendekatan Saintifik, Hasil Belajar, Sistem
Ekskresi.
ABSTRACT: The purpose of this research and development was to produce
Science Learning KIT with scientific approach to improve students’ learning
outcomes in Class VIII SMPN 8 Malang material Excretion system which are
accurate, practical, and effective. Research and development were used a model
of Borg and Gall that contain of 10 steps, but being simplefied become 7, that were
initial research (pre survey), planning, developing initial product, doing initial
field test, doing revision to the main product, doing the main field test, and doing
revision to the operational product. Based on validation by education expert,
materials expert, and teacher with a score mode 4. The score shows which
Learning KIT was classified in very good criteria. In addition, the value of pretest
and posttest has N-gains 0.74 or very high criteria. So, it can be conclude that
research and development produce a Learning KIT with Scientific Approach
which are accurate, practical, and effective to improve students’ teaching learning
outcomes.
Keywords: KIT, Scientific Approach, Learning Outcomes, and Excretion system
IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berawal dari fenomena
alam. Menurut Zubaidah dkk (2014: 2) IPA didefinisikan dengan pengetahuan yang
sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat
kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan. Paradigma pembelajaran IPA di
sekolah mengalami pergeseran dari paradigma teacher-oriented ke student-
1
2
oriented. Peran guru bergeser dari menentukan ”apa yang akan dipelajari siswa”
ke ”bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”.
Pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar
aktif, berarti mengubah pola pembelajaran guru yang selalu memberikan informasi
dan sumber pengetahuan bagi siswa. Hal inilah yang menjadi paradigma baru
dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 6 Januari 2015
di SMPN 8 Malang, menunjukkan bahwa siswa memiliki hasil belajar kurang
maksimal dilihat pada saat kegiatan menyimpulkan pada akhir pembelajaran, hanya
siswa tertentu yang berhasil menyimpulkan dengan benar. Hasil belajar kognitif
IPA juga masih rendah yang dapat ditunjukkan dari dokumen nilai Ujian Tengah
Semester (UTS) dimana ± 40% siswa tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) dengan nilai 76,00. Dilihat dari hasil belajar ranah sikap dan keterampilan,
siswa sudah memperoleh nilai dengan kategori baik dan sangat baik. Hasil belajar
kognitif masih belum mencapai ketuntasan klasikal yaitu 85%. Berdasarkan analisis
terhadap soal UTS dan hasilnya, siswa mengalami kesulitan dalam hal tingkatan
kognitif C3 dan C4. Banyak siswa yang menjawab salah soal-soal tentang analisis.
Pendekatan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa diperlukan agar dapat
mendukung pembelajaran menjadi lebih baik dan kondusif sehingga mampu
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa
Peralatan praktikum yang ada di SMPN 8 Malang tergolong cukup lengkap,
banyak terdapat alat-alat dan media lain yang dapat menunjang proses
pembelajaran. Hal lain yang menjadi kendala dalam pelaksanaan praktikum di
SMPN 8 Malang adalah adanya sistem moving class. Setiap selesai 2 jam pelajaran
harus pindah ke kelas lain. Permasalahan lain yang dialami adalah tidak semua
kelas mendapatkan Laboratorium IPA dalam pembelajaran IPA, sehingga sering
guru IPA kerepotan membawa alat-alat praktikum jika waktu moving class.
Berdasarkan pemaparan tersebut, perlu adanya suatu seperangkat alat pembelajaran
yang dikemas dalam suatu kotak yang dapat dengan mudah dibawa ketika moving
class.
Berbagai permasalahan dalam pembelajaran tersebut harus segera diatasi
agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Solusi untuk mengatasi masalah
3
pembelajaran tersebut adalah dengan pengembangan KIT pembelajaran yang
dilengkapi dengan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Tujuan dari penelitian dan
pengembangan ini adalah untuk menghasilkan KIT Pembelajaran IPA dengan
pendekatan saintifik untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 8
Malang materi Sistem Ekskresi yang valid, praktis, dan efektif.
METODE
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
pengembangan
yang
akan
menghasilkan sebuah produk yaitu KIT Pembelajaran dan LKS IPA Sistem
Ekskresi kelas VIII semester 2. Model yang digunakan adalah model
pengembangan
Borg
dan
Gall
yang
dimodifikasi
(1983:775).
Model
pengembangan ini memiliki 10 tahapan sebagai berikut.
1.
Penelitian dan Pengumpulan Informasi (Research and Information collecting)
2.
Perencanaan (Planning)
3.
Pengembangan bentuk produk awal (Develop Preliminary form of product)
4.
Uji coba lapangan tahap awal (Preliminary field testing)
5.
Revisi produk utama (Main Product Revision)
6.
Uji coba lapangan utama (Main Field Testing)
7.
Revisi produk operasional (Operational Product Revision)
8.
Uji coba lapangan operasional (Operational product revision)
9.
Revisi produk terakhir (Final product revision)
10. Penyebarluasan dan penerapan (Dissemination and Implementation)
Penelitian ini hanya dilakukan pada tahap 1 sampai 7. Penelitian tahap 8-10
akan dilakukan pada jenjang study lebih lanjut. Desain uji coba dilakukan pada uji
coba lapangan tahap utama. Uji coba lapangan tahap utama ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana KIT Pembelajaran dan LKS IPA yang dikembangkan
dapat diterima oleh siswa. Subjek uji coba adalah 30 siswa Sekolah Menengah
Pertama yang sedang menempuh pokok bahasan Sistem Ekskresi di SMPN 8
Malang.
Data yang diperoleh dalam pengembangan KIT Pembelajaran sistem
ekskresi berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil pengisian
lembar validasi KIT Pembelajaran dan LKS oleh validator serta hasil observasi
4
keterlaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer. Data kuantitatif diperoleh
dari skor pretes dan postes serta total skor angket respon siswa terhadap
pembelajaran yang nantinya akan dikonversi menjadi nilai. Sesuai dengan data
yang ingin diperoleh, maka instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian terdiri dari dua jenis instrumen. Instrumen pertama merupakan instrumen
pengumpulan data kualitatif, berupa lembar validasi oleh ahli pendidikan, ahli
materi dan praktisi lapangan yang mengikuti bentuk skala Likert (4,3,2,1) serta
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Instrumen kedua merupakan
instrumen pengumpulan data kuantitatif, berupa soal pretes dan postes serta angket
respon siswa terhadap pembelajaran.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Teknik analisis deskriptif kualitatif dilakukan berdasarkan hasil validasi yang
dilakukan oleh para ahli pendidikan, materi, dan praktisi lapangan dalam skala Likert
(1-4) pada Tabel 1.
Tabel 1 Skor Angket berupa Penilaian Ahli dengan Skala Likert
Kriteria
Jika sangat layak/ sangat sesuai/ sangat baik
Jika layak/ sesuai/ baik
Jika tidak layak/ tidak sesuai/ kurang baik
Jika sangat tidak layak/ sangat tidak sesuai/ tidak baik
(diadaptasi dari Wahyuni, 2013)
Skor
4
3
2
1
Analisis secara keseluruhan dilakukan dengan melihat modus yang akan
dijadikan patokan dalam melakukan revisi. Berdasarkan skala tersebut, maka dari
hasil validasi pengembangan produk berupa KIT Pembelajaran dan LKS bisa
dinyatakan layak jika diperoleh modus dengan skor 4 atau 3. Apabila diperoleh
modus dengan skor 2 atau 1 maka perlu dilakukan revisi.
Teknik analisis deskriptif kuantitatif didasarkan pada skor pretes dan postes
serta total skor angket respon siswa terhadap pembelajaran. Skor pretes dan postes
siswa dianalisis dengan menggunakan rumus N-Gains.
g=
% postes − % pretes
(100% − % pretes)
Keterangan:
g = nilai N-Gain
Kriteria tingkat gain dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
5
Tabel 2 Kriteria Tingkat Gain
Nilai Gain
Kriteria
g ≥ 0.70
Tinggi
0.30 < g ≤ 0.70
Sedang
g < 0.30
Rendah
(Ariesta dan Supartono, 2011:64)
Respon siswa terhadap pembelajaran dianalisis dengan menggunakan
persentase sebagai berikut.
P=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
x 100%
Keterangan:
P = persentase penilaian
Respon positif siswa terhadap pembelajaran ditentukan berdasarkan
beberapa kriteria. Kriteria respon positif siswa dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Kriteria Respon Positif Siswa
Respon Siswa
Kriteria
RS ≥ 85%
Sangat Positif
70% ≤ RS < 85%
Positif
50% ≤ RS < 70%
Kurang Positif
RS < 50%
Tidak Positif
(Khabibah (dalam Yamasari, 2010:4))
Keterangan:
RS = Respon siswa terhadap kriteria tertentu
HASIL
Produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah KIT
Pembelajaran. KIT Pembelajaran dikembangkan berdasarkan KD 3.9 dan 4.9. KIT
Pembelajaran ini merupakan suatu kotak yang berisi berbagai alat yang digunakan
dalam pembelajaran Sistem Ekskresi. Spesifikasi produk KIT Pembelajaran
sebagai berikut.
1. Kotak KIT (Gambar 4.1) terbuat dari papan triplek dengan ketebalan 1.5 cm
dengan ukuran kotak yaitu panjang 35 x lebar 35 x tinggi 20 cm.
2. Media yang terdapat dalam KIT Pembelajaran terdiri dari alat laboratorium,
bahan, dan Pop Up book Sistem Ekskresi.
a. Alat laboratorium yang terdapat dalam KIT adalah alat yang digunakan untuk
melakukan percobaan mekanisme penyaringan sederhana oleh ginjal,
6
pembuktian pernapasan menghasilkan CO2 dan H2O, serta uji urin yang terdiri
dari: (1) tabung reaksi, (2) rak tabung reaksi, (3) pipet tetes, (4) gelas kimia 250
ml, (5) termometer, (6) pembakar spirtus, (7) kasa, (8) kaki tiga, (9) kaca, (10)
penjepit tabung reaksi, (11) corong, (12) pengaduk, dan (13) gelas air mineral.
b. Bahan yang terdapat dalam KIT adalah bahan yang digunakan untuk percobaan
mekanisme penyaringan sederhana oleh ginjal, pembuktian pernapasan
menghasilkan CO2 dan H2O, serta uji urin yang terdiri dari: (1) kertas label, (2)
aluminium foil, (3) air kapur, (4) larutan benedict, (5) larutan biuret, (6) air, (7)
kertas saring, (8) tepung, dan (9) sedotan.
c. Pop Up Book adalah sebuah buku yang berisi gambar dua dimensi. Pop Up
Book ini berisi gambar dua dimensi ruang lingkup sistem ekskresi manusia,
organ ginjal, organ paru-paru, organ hati, organ kulit, dan perbandingan paruparu manusia perokok dan paru-paru sehat.
3. LKS untuk siswa memiliki bagian yang terdiri dari cover, kata pengantar,
daftar isi, pendahuluan, petunjuk penggunaan LKS untuk siswa, Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar, Peta Konsep, Kegiatan Belajar, Uji Kompetensi,
dan Daftar Pustaka.
Hasil validasi dari tiga validator dan subjek uji coba lapangan utama produk
pengembangan KIT Pembelajaran dengan pendekatan saintifik materi sistem
ekskresi sebagai berikut.
Validator Ahli Pendidikan
Ahli pendidikan menilai terkait dengan nilai pendidikan yang terdapat
dalam KIT Pembelajaran. Modus yang diperoleh adalah 4 dengan kriteria sangat
layak dari berbagai aspek yang dinilai. Tabel 4 menyajikan ringkasan hasil validasi
yang dilakukan oleh ahli pendidikan.
Tabel 4 Ringkasan Data Hasil Validasi LKS oleh Ahli Pendidikan
No
1
Media
KIT
Pembelajaran
2
LKS
Aspek yang dinilai
Nilai Pendidikan
Keamanan Bagi Siswa
Kebermanfaatan Media
Efisiensi Media
Kotak KIT
Kelayakan Isi
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Petunjuk Penggunaan LKS
Modus
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
Kriteria
Sangat Layak
Sangat layak
Sangat Layak
Sangat layak
Sangat Layak
Sangat layak
Sangat Layak
Sangat layak
Layak
Sangat Layak
7
Tujuan Pembelajaran
4
Sangat layak
Lanjutan Tabel 4 Ringkasan
Data
Hasil Validasi LKS oleh Ahli
Peta
Konsep
4 Pendidikan Sangat Layak
No
Media
Aspek yang dinilai
Modus
Kriteria
2
LKS
Kegiatan Belajar
4
Sangat layak
Daftar Pustaka
4
Sangat Layak
4
Sangat layak
Modus
Komentar dan saran dari validator ahli pendidikan adalah pembelajaran
tentang kulit bisa ditambahkan uji keringat dengan menggunakan kertas lakmus,
kedalam materi disesuaikan dengan kemampuan siswa SMP, ukuran gambar
diseimbangkan dan perlu diperhatikan batas atas dan bawah setiap halaman, perlu
penambahan indikator dan tujuan pembelajaran pada kata pengantar, dan penulisan
daftar pustaka disesuaikan lagi. Berbagai saran dan komentar tersebut dijadikan
bahan pertimbangan dalam merevisi KIT Pembelajaran dan LKS.
Validator Ahli Materi
Ahli materi menilai KIT Pembelajaran dan LKS terkait dengan lingkupan
materi. Berdasarkan hasil validasi oleh ahli materi, diperoleh modus 4 atau dengan
kriteria sangat layak. Berikut ini disajikan ringkasan data hasil validasi KIT
Pembelajaran oleh ahli materi yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Ringkasan Data Hasil Validasi LKS oleh Ahli Materi
No
1
2
Media
KIT
Pembelajaran
LKS
Aspek yang dinilai
Keterkaitan dengan Konsep
Hubungan dengan Siswa
Kebermanfaatan
Set Percobaan Penyaringan Darah Sederhana
oleh Ginjal
Set Percobaan Pernapasan
Set Percobaan Uji Urin
Pop Up Book
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
Petunjuk Penggunaan LKS
Kompetensi Dasar
Peta Konsep
Kegiatan Belajar
Kunci Jawaban
Daftar Pustaka
Modus
Modus
3
4
4
3
4
3
3
4
3
4
3
3
4
4
4
4
3
4
Kriteria
Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Layak
Sangat Layak
Layak
Layak
Sangat Layak
Layak
Sangat Layak
Layak
Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Layak
Sangat Layak
Selain pengisian angket oleh validator, juga diperoleh data berupa komentar
dan saran. Komentar dan saran yang diperoleh dari ahli materi adalah terkait dengan
susunan kalimat sesuai dengan SPOK, perlu diseimbangkan kegiatan belajar 2 dan
3, perlu konsistensi kata kalian atau siswa, perlu adanya keterangan gambar dan
8
kalimat pengantar sebelum gambar, serta pembenaran konsep tentang filtrasi dan
kencing manis. Semua saran dari ahli materi digunakan dalam merevisi produk
sehingga layak untuk digunakan.
Validator Praktisi Lapangan
Validator
praktisi
lapangan
menilai
keterpakaian
produk
dalam
pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil validasi oleh praktisi lapangan, diperoleh
modus 4 atau dengan kriteria sangat layak. Berikut ini ringkasan data hasil validasi
KIT Pembelajaran oleh praktisi lapangan pada Tabel 6.
Tabel 6 Ringkasan Data Hasil Validasi LKS oleh Praktisi Lapangan
No
1
Media
KIT
Pembelajaran
2
LKS
Aspek yang dinilai
Nilai Pendidikan
Keamanan Bagi Siswa
Kebermanfaatan Media
Efisiensi Media
Kotak KIT
Kelayakan Isi
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Petunjuk Penggunaan LKS
Tujuan Pembelajaran
Peta Konsep
Kegiatan Belajar
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Daftar Pustaka
Keterpakaian dalam Pembelajaran
Modus
Modus
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Kriteria
Sangat Layak
Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak
Selain pengisian angket oleh praktisi lapangan juga diperoleh data berupa
komentar dan saran. Komentar dan saran yang diperoleh oleh validator praktisi
lapangan yaitu perlu diperhatikan lagi penyusunan kata pengantar agar sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia, pada tahap mengamati perlu diberi arahan atau
panduan dari Guru, ide pop up nya kreatif dan menarik untuk siswa, dan desain
LKS bagus dan menarik. Semua saran dan komentar dari praktisi lapangan
dijadikan sebagai masukan dalam merevisi KIT Pembelajaran dan LKS sistem
ekskresi.
Uji Coba Lapangan Utama
Uji coba lapangan utama ini dilakukan 30 siswa kelas VIII SMPN 8 Malang.
Pretes dan postes digunakan untuk mengetahui keefektifan KIT Pembelajaran yang
dikembangkan terhadap hasil belajar siswa. Hasil pretes dan postes 30 siswa kelas
VIII SMPN 8 Malang dilakukan analisis data. Analisis data nilai pretes dan postes
9
siswa didasarkan pada nilai KKM yang telah ditentukan oleh SMPN 8 Malang,
yaitu 76. Berdasarkan tabel nilai prestes dan postes uji coba lapangan tahap utama
dari 30 siswa hanya 30% siswa yang mencapai nilai KKM. Rata-rata kelas untuk
nilai pretes adalah 67. Nilai tersebut masih di bawah KKM yang sudah ditentukan
oleh sekolah. Setelah siswa mempelajari sistem ekskresi dengan menggunakan
KIT Pembelajaran yang kemudian dilakukan postes, didapatkan rata-rata kelas
untuk nlai postes menjadi 91. N-gain yang diperoleh berdasarkan hasil pretes dan
postes adalah 0.74. Berdasarkan kriteria tingkat N-gain 0.74 termasuk kategori
tinggi atau menunjukkan perbandingan yang tinggi antara pretes dan postes.
Kriteria N-gain yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar siswa setelah mempelajari sistem ekskresi dengan KIT Pembelajaran. Hasil
belajar kognitif juga dilihat ulangan harian sistem ekskresi. Berdasarkan nilai
ulangan harian didapatkan 30 siswa sudah mencapai ketuntasan minimal yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 76.00.
Pengisian
angket
respon
siswa
terhadap
pembelajaran
dengan
menggunakan KIT Pembelajaran sistem ekskresi juga dilakukan selain pretes dan
postes. Pengisian angket keterlaksanaan pembelajaran ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat keterpakaian KIT Pembelajaran dan keterlaksanaan
pendekatan saintifik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Berdasarkan
analisis data didapatkan data respon siswa terhadap pembelajaran adalah 90%
artinya skor tersebut memiliki respon yang sangat positif terhadap pembelajaran.
Aspek lain yang dinilai adalah keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
angket keterlaksanaan pembelajaran. Angket ini bertujuan untuk mengetahui
keterlaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
KIT
Pembelajaran.
Berdasarkan data yang diperoleh yaitu hasil observasi oleh observer yang terdiri
dari dua orang, didapatkan data bahwa semua aspek yang diamati yang meliputi
mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan dalam
kegiatan belajar mengajar menggunakan KIT Pembelajaran kegiatan siswa dan
guru terlaksana. Catatan lapangan oleh observer adalah terkait dengan pengelolaan
kelas dan rencana pelaksanaan sudah sesuai dengan praktik lapangan.
PEMBAHASAN
10
Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk KIT Pembelajaran
Sistem Ekskresi. KIT Pembelajaran sistem ekskresi merupakan sebuah kotak yang
berisi semua peralatan yang digunakan dalam pembelajaran sistem ekskresi. Hal ini
sesuai dengan yang dipaparkan oleh Winanto (2011) yang menyatakan KIT IPA
adalah suatu alat yang digunakan sebagai perantara untuk menjelaskan konsepkonsep IPA, fenomena alam dengan cara melakukan percobaan-percobaan
sehingga dapat mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep IPA yang
disampaikan oleh guru. KIT Pembelajaran Sistem Ekskresi berisi set penyaringan
darah sederhana oleh ginjal, set percobaan pembuktian pernapasan, set percobaan
uji urin, dan pop up book.
KIT Pembelajaran juga dilengkapi dengan LKS dengan pendekatan
saintifik. LKS ini berisi langkah-langkah kegiatan yang harus dikerjakan oleh
siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prastowo (2014: 204), LKS merupakan
suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas berisi materi, ringkasan, dan
petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh
siswa, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai. LKS Sistem
Ekskresi memandu siswa dalam memahami konsep dan melakukan berbagai
percobaan berdasarkan alat dan bahan yang terdapat dalam KIT Pembelajaran.
Pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan
saintifik
adalah
pembelajaran yang menuntut siswa dapat menggunakan metode-metode ilmiah
yaitu menggali pengetahuan melalui mengamati, mengklasifikasi, memprediksi,
merancang, melaksanakan eksperimen, dan mengkomunikasikan pengetahuannya
kepada orang lain. Langkah-langkah dalam pembelajaran saintifik ada 5, yaitu
observing (mengamati), questioning (menanya), experimenting (mencoba),
assosiating (menalar), dan networking (mengkomunikasikan). KIT Pembelajaran
Sistem Ekskresi yang dikembangkan dengan pendekatan Saintifik, digunakan
dalam beberapa pertemuan. Berikut penjelasan penggunaan KIT Pembelajaran
Sistem Ekskresi dengan Pendekatan Saintifik.
a. Mengamati
Kegiatan mengamati menuntun siswa untuk mengamati objek atau
fenomena yang ada di sekitar siswa. Pada kegiatan mengamati siswa dilatih
kepekaan alat indra mata yaitu melalui menggunakan media Pop Up Book, gambar
11
pada LKS, dan kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh Guru. Pop up book yang
digunakan dalam tahap ini berisi lingkup sistem ekskresi pada manusia, organ
ginjal, paru-paru, hati, kulit sebagai organ ekskresi, serta perbedaan paru-paru sehat
dan perokok. Media Pop up book digunakan pada kegiatan belajar 1 sampai 5.
Kegiatan mengamati dengan menggunakan media Pop up dan gambar organ
ekskresi memfasilitasi siswa untuk mempelajari struktur dari berbagai organ dalam
sistem ekskresi. Selain pop up book, juga diperkuat oleh adanya gambar pada LKS
kegiatan 1, 2, 4, dan 5 yaitu gambar sistem ekskresi manusia, struktur ginjal, orang
yang sedang melakukan cuci darah, serta perbedaan paru-paru sehat dan perokok.
Demontrasi yang dilakukan oleh guru dilakukan pada kegiatan belajar 3 yaitu guru
mendemonstrasikan pernapasan menghasilkan H2O dengan menghembuskan udara
pada kaca. Tingkatan koginitif pada tahap ini adalah tingkatan C2 yaitu memahami.
Keseluruhan kegiatan mengamati memfasilitasi siswa agar dapat mencontohkan
organ-organ penyusun sistem ekskresi dan menjelaskan struktur serta fungsi organ
sistem ekskresi.
b. Menanya
Tahap kedua dari pendekatan saintifik adalah menanya. Guru berperan
untuk memicu siswa bertanya atau merumuskan masalah. Tahap ini dilaksanakan
menggunakan LKS dengan cara menuliskan pertanyaan siswa pada LKS. Hasil
belajar yang diperoleh siswa dalam ranah kognitif adalah tingkatan C2 dan C3 yaitu
memahami dan menerapkan. Siswa memahami struktur organ penyusun sistem
ekskresi dan dapat menemukan permasalahan untuk merumuskan pertanyaan
terkait dengan fenomena yang dihadirkan oleh guru. Sehingga, siswa dapat
menerapkan untuk merumuskan masalah dengan cara menuliskan pada LKS sistem
ekskresi.
c. Mencoba
Tahap ketiga dari pendekatan saintifik adalah mencoba. Pada kegiatan
belajar 1 dan 5, siswa diarahkan untuk menjawab rumusan masalah yang telah
dibuat secara kelompok. Tingkatan kognitif dalam tahap ini adalah memahami yaitu
C2. Siswa dapat menjelaskan sistem ekskresi manusia dan pola hidup sehat untuk
menjaga sistem ekskresi. Siswa diarahkan untuk melakukan percobaan penyaringan
darah sederhana ginjal secara kelompok pada kegiatan belajar 2. Kegiatan mencoba
12
ini digunakan set percobaan penyaringan darah sederhana yang terdiri dari corong,
kertas saring, gelas air mineral, pengaduk, tepung terigu, dan air. Tingkatan kognitif
dalam tahap ini adalah menerapkan yaitu C3. Siswa dapat melakukan percobaan
penyaringan darah sederhana oleh ginjal.
Pada pertemuan ketiga, siswa diarahkan untuk melakukan percobaan
pembuktian paru-paru sebagai organ ekskresi secara kelompok. Kegiatan mencoba
ini digunakan set percobaan pernapasan yang terdiri dari gelas air mineral, sedotan,
air kapur, dan aluminium foil. Percobaan ini membuktikan bahwa pernapasan
mengeluarkan CO2 yang dibuktikan dengan air kapur berubah warna menjadi lebih
keruh. Hasil belajar yang diperoleh siswa termasuk tingkatan kognitif C3 yaitu
menerapkan. Siswa dapat melakukan percobaan bahwa pernapasan menghasilkan
CO2. Pada pertemuan kelima, siswa diarahkan untuk melakukan percobaan uji urin.
Kegiatan mencoba ini digunakan set percobaan uji urin yang terdiri dari tabung
reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, kertas label, kaki tiga, pembakar spirtus, kasa,
penjepit tabung reaksi, termometer, gelas kimia, urin, air larutan benedict, dan
larutan biuret. Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesehatan organ
ekskresi manusia. Tingkatan kognitif dalam tahap ini adalah menerapkan yaitu C3.
Siswa dapat melakukan uji urin untuk mengidentifikasi kesehatan organ ekskresi.
d. Menalar
Tahap keempat dari pendekatan saintifik adalah menalar. Kegiatan menalar
pada kegiatan belajar 1, siswa diarahkan untuk menuliskan pokok pikiran terkait
dengan sistem ekskresi. Pokok pikiran tersebut akan dibuat peta pikiran yang
dituliskan di LKS. Tingkatan kognitif dari tahap ini adalah C2 yaitu memahami.
Siswa dapat memahami sistem ekskresi dengan cara menuliskan pokok pikiran
tentang sistem ekskresi pada manusia. Menalar pada kegiatan 2, 3, dan 4 adalah
siswa diarahkan untuk menjawab pertanyaan pada LKS terkait dengan kegiatan
mencoba yang telah dilakukan. LKS yang terdapat dalam KIT Pembelajaran
memfasilitasi siswa untuk menganalisis hasil kegiatan mencoba. Tingkatan kognitif
dari tahap ini adalah C4 yaitu menganalisis. Siswa dapat menganalisis struktur
jaringan organ ginjal, paru-paru, hati, dan kulit serta keterkaitannya dengan
bioproses pada manusia. Menalar pada kegiatan belajar 5, siswa diarahkan untuk
menalar hasil jawaban secara kelompok dengan cara menuliskannya di LKS.
13
Tingkatan kognitif dari tahap ini adalah C4 yaitu menganalisis. Siswa dapat
menganalisis beberapa penyakit pada organ ginjal, paru-paru, hati, dan kulit serta
upaya untuk menjaga kesehatan organ tersebut.
e. Mengkomunikasikan
Tahap terakhir dari pendekatan saintifik adalah mengkomunikasikan.
Kegiatan mengkomunikasikan ini merupakan kegiatan untuk melatih rasa percaya
diri dan tanggung jawab siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas. Hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa dalam tahap ini adalah C2 yaitu
memahami. Siswa dapat memahami sistem ekskresi dan mengemukakan hasil
analisis secara verbal di depan kelas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penilaian hasil belajar kognitif
dilakukan berdasarkan nilai pretes, postes, dan penilaian Ulangan Harian Sistem
Ekskresi. Nilai pretes dan postes dilakukan perhitungan N-gain untuk mengetahui
perbedaan nilai pretes dan postes. Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan nilai
N-gain sebesar 0.74. Nilai N-gain tersebut tergolong kriteria tinggi atau
menunjukkan perbandingan yang tinggi antara pretes dan postes. Kriteria N-gain
yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa
setelah mempelajari sistem ekskresi dengan KIT Pembelajaran. Siswa mengalami
peningkatan hasil belajar kognitif dilihat dari kegiatan pembelajaran, yaitu siswa
sudah menerapkan tingkatan kognitif C3 sampai C4. Hal ini mengalami
peningkatan jika dilihat dari hasil UTS yang rata-rata siswa menjawab pertanyaan
C1 dan C2 dengan benar tetapi menjawab salah pertanyaan yang berhubungan
dengan C3 dan C4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan produk berupa KIT
Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Saintifik materi Sistem Ekskresi kelas VIII.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dihasilkan KIT Pembelajaran yang
valid berdasarkan validasi ahli dengan skor modus dari ahli pendidikan, materi, dan
praktisi lapangan adalah 4. Skor tersebut menunjukkan bahwa KIT Pembelajaran
tergolong dalam kriteria layak. KIT Pembelajaran Sistem Ekskresi juga praktis
digunakan dalam pembelajaran, hal ini dilihat dari respon siswa diperoleh skor 90%
artinya skor tersebut memiliki respon yang sangat postif terhadap pembelajaran.
14
Dilihat dari aspek keefektifan, KIT Pembelajaran Sistem Ekskresi efektif untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, hal ini dibuktikan dengan pretes dan
postes yang dikerjakan oleh siswa memiliki N-gain yang tinggi yaitu sebesar 0.74.
Siswa juga mengalami peningkatan hasil belajar kognitif dilihat dari kegiatan
pembelajaran, yaitu siswa sudah menerapkan tingkatan kognitif C3 dan C4.
Berdasarkan simpulan di atas, maka penggunaan dari KIT Pembelajaran
perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
a. Guru sebaiknya menyiapkan petunjuk keamanan agar tidak terjadi hal yang
tidak diinginkan seperti, pecahnya peralatan yang berbahan gelas.
b. KIT Pembelajaran terbuat dari papan triplek yang mudah terkontaminan jamur,
sehingga sebaiknya disimpan di tempat yang kering.
c. Siswa diarahkan untuk berhati-hati dalam menggunakan api yang terdapat pada
bunsen terkait dengan uji kandungan urin.
DAFTAR RUJUKAN
Ariesta dan Supartono. 2011. Pengembangan Perangkat Perkuliahan Kegiatan
Laboratorium Fisika Dasar II Bebasis Inkuri Terbimbing untuk
Meningkatkan Kerja Ilmiah Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia, 7(1), 62-68
Borg, W.R dan Gall, M.D. 1983. Educational Research: An Introductin, London:
Longman, Inc.
Mardiana, N., Zulirfan., Ma’aruf, Z. 2012. Pengembangan KIT Alternatif Cahaya
dan Optik Sebagai Media Eksperimen Sains di Rumah Bagi Siswa SLTP,
(Online),(http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/40
41/1.NANA%20MARDIANA.pdf?sequence=1), diakses 8 November
2014.
Prastowo, A. 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta:
DIVA Press.
Sani, B., Kurniasih, I. 2014. Panduan Membuat Bahan Ajar Buku Teks Pelajaran
Sesuai dengan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena.
Suprayitno, T. 2011. Pedoman Pembuatan Alat Peraga Fisika untuk SMA. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal
Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Wahyuni, D.S. 2013. Pengembangan Petunjuk Praktikum Kimia SMA Kelas XI
pada Topik Kapasitas Larutan Penyangga. (Online) http://a-
15
research.upi.edu/operator/upload/s_kim_0706475_chapter3.pdf diakses 3
Desember 2014.
Winanto, A. 2011. Efektivitas Penggunaan KIT IPA Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Kelas V SD. Scholaria Jurnal Ilmiah Pendidikan, 1 (2), 155176.
Yamasari, Y. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Berbasis
ICT yang Berkualitas. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
Pascasarjana X, ITS, Surabaya, 4 Agustus.
Zubaidah, S., Mahanal, S. Yuliati, L, Sigit, D. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Download