Modul Psikologi Industri dan Organisasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI
INDUSTRI
ORGANISASI
Fakultas
Program Studi
Psikologi
Psikologi
Abstract
Tatap Muka
04
&
Kode MK
Disusun Oleh
MK61010
Irfan Aulia, M.Psi. Psi
Kompetensi
Mampu
menjelaskan
dan 1. Kondisi kerja
mengkomunikasikan
psikologi 2. Pendekatan psikologi
kerekayasaan (ergonomika/human
dalam rancangan
factor) sebagai pendekatan dalam
pekerjaan
menyesuaikan pekerjaan dengan
3. Human factor & design
individu
4. Keselamatan dan
kesehatan kerja (stres
kerja, fatique, boredom)
Pendahuluan
Dalam modul sebelumnya banyak dibicarakan mengenai cara pekerja menyesuaikan
pekerjaan, kali ini dibicarakan mengenai kondisi kerja dengan tenaga kerjanya, rancangan
ruang kerja yang disesuaikan dengan keterampilan dan keterbatasan manusia atau pekerja.
Dalam sub bidang psikologi industri organisasi, kerekayasaan lingkungan kerja dengan
manusia atau kerekayasaan manusia sering disebut dengan psikologi kerekayasaan kerja
atau psikologi ergonomi. Menurut Charpanis (1976) psikologi kerekayasaan adalah
penemuan dan penerapan informasi tentang perilaku manusia dalam kaitannya dengan
mesin-mesin, peralatan, pekerjaan, dan lingkungan kerja.
Sumbangsih psikologi dalam lingkungan kerja dari sudut pandang kerekayasaan adalah
mengubah
1. Mesin atau alat yang digunakan manusia sehingga menjadikan manusia lebih
efesien dan produktif
2. Lingkungan tempat manusia bekerja sehingga lebih nyaman dan lebih produktif
Sasaran dari psikologi kerekayasaan adalah menggalakkan efektifitas penggunaan alat atau
fasilitas yang digunakan pekerja atau manusia dan untuk memelihara dan menunjang
kesejahteraan dan produktifitas pekerja.
Psikologi Kerekayasaan
Ahli manajemen seperti Frederick W. Taylor telah menekankan pentingnya efesiensi dalam
melakukan pekerjaan, dengan cara membuat alat atau fasilitas yang disesuaikan dengan
kebutuhan manusia.
Ahli manajemen seperti Gilbreth melakukan kajian analisis waktu dan gerak dengan
menjadikan subjek penelitian adalah pemasangan batu tembok bata. Dengan analisis waktu
dan gerak dari Gilberth menghasilkan penyederhanaan kerja dan pembakuan kerja
sehingga pekerjaan menjadi lebih produktif dan efesien.
Ahli manajemen seperti Hawthorne melakukan penelitian tentang dampak lingkungan kerja
terhadap produktivitas seperti dampak suhu, dampat cahaya, tingkat kebisingan dan jumlah
kerja. Hasil penelitian hawthorne memicu pentingnya lingkungan kerja terhadap
produktivitas dan efesiensi kerja.
Ahli lalin seperti Schultz (1982) melakukan penelitian mengenai pengaruh ruang kantor dan
produktivitas pekerja. Dari hasil penelitian kantor dengan keterbukaan dan tanpa sekat
membuat rintangan psikologis antara departemen dan atasan dengan bawahan menjadi
lebih mudah teratasi dan kerja tim meningkat. Kelemahan model kantor seperti ini adalah
privasi menjadi lebih sedikit dan banyak kebisingan dan kesulitan untuk berkonsentrasi.
‘13
2
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kondisi fisik kerja
Berikut ini adalah kondisi fisik kerja yang mempengaruhi tingkat produktivitas pekerja
1. Penerangan
Suyatno (1985) menceritakan secara rinci apa yang harus dilakukan untuk menjadikan
penerangan membuat pekerja menjadi lebih produktif. Hal hal ini seperti penempatan
sumber cahaya, sudut pandang antara mata dan sumber cahaya, pemakaian perabot kerja
yang menimbulkan pantulan dan kilauan.
2. Warna
Warna dapat digunakan untuk memberikan penegasan pada alat dan fungsi alat tertentu.
Contoh dari ini adalah seperti tabung pemadam kebakaran yang berwarna merah, alat
penolong keselamatan yang berwarna hijau. Dengan memberikan warna – warna tertentu
memudahkan pekerja untuk mendapatkan dan mengenali alat – alat khusus.
Warna juga memberikan dampak pada efek psikologis ruang kerja. Hal ini disampaikan
Schultz (1982) mengenai efek psikologis ruang kerja. Salah satu contoh ruangan yang dicat
dengan warna gelap memberikan efek lebih sempit dan kukuh. Sebaliknya dinding – dinding
yang dicat berwarna muda memberikan efek lebih luas dan terbuka.
3. Bising
Kebisingan menurut definisi dari McCormick (1970) adalah segala bunyi yang tidak
mempunyai pengaruh terhadap peningkatan produktivitas dan efektifitas kerja. Dari definisi
ini maka pengaruh kebisingan memberikan efek terhadap produktivitas dan efektivitas kerja.
Sebagai contoh akibat dari tingkat bising yang tinggi adalah
a. Terjadi perubahan fisiologis pada pekerja
b. Adanya dampak psikologis pada pekerja
Untuk mengurangi kebisingan ini bisa dilakukan beberapa cara seperti:
a. Mengurangi sumber kebisingan seperti mesin atau suara ac, atau suara lingkungab
luar
b. Memasang dinding yang kedap suara
c. Memperbaiki akustik ruangan
d. Mengharuskan pekerja memakai alat pelindung tellinga
4. Musik dalam bekerja
Musik dalam bekerja menurut penelitian membantu untuk pekerjaan yang sederhana dan
tidak menuntut kosentrasi mental yang tinggi. Dalam pekerjaan yang menuntut konsentrasi
mental yang tinggi, musik malah bisa mengganggu produktivitas.
Suyatno (1985) memberikan gambaran mengenai musik yang bisa meningkatkan aktivitas
pekerjaan yaitu :
a. Musik harus menciptakan suasana yang menghasilkan efek positif bagi pikiran
‘13
3
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
b. Musik akan bernilai pada pekerja yang melakukan pekerjaan repetitif dan
memerlukan sedikit kegiatan mental
c. Musik bernada semangat diperdengarkan secara singkat pada permuaan kerja untuk
membangkitkan gairah
d. Tempo musik jangan terlalu lambat karena akan menidurkan dan jangan terlalu
cepat karena bisa mengganggu dan menimbulkan ketergesaan
e. Musik tidak akan bernilai tinggi jika ada suara lain yang mengganggu
Kondisi dan lama waktu bekerja
Jumlah jam kerja menentukan produktivitas dalam bekerja. Di indonesia biasanya
perusahaan membagi jumlah jam kerja menjadi 40 jam atau 8 jam kerja per lima hari. Di
dalam memahami jam kerja ada jam kerja aktual dan jam kerja nominal. Jam kerja nominal
adaah jumlah jam kerja yang ditetapkan oleh perusahaan dan jam kerja aktual adalah jam
kerja yang benar benar dipakai oleh pekerja.
Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa jam kerja aktual tidak sama dengan jam kerja
nominal. Pada umunnya jam kerja aktual lebih sedikit dibandingkan jam kerja nominal,
namun pertambahan jam kerja nominal bisa mengurangi jam kerja aktual, oleh karena itu
perusahaan harus dapat menentukan model jam kerja yang tepat untuk masing masing
pekerjaan.
Salah satu dari pendekatan jam kerja ini adalah jam kerja lentur, disini pekerja diminta untuk
menetapkan sendiri mulai jam kerja dan akhir kerja. Dengan demikian pekerja dapat
mengatur waktu kerja mereka sendiri. Pada penelitian di Jerman Barat, jam kerja lentur
memberikan keuntungan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Produktivitas naik pada hampir separo perusahaan
Angka absensi berkurang pada lebih dari 75 % perusahaan
Angka keluar masuk kerja berkurang
Semangat kerja meningkat
Penerapan jam kerja lentur harus dapat dilihat sebagai terobosan, namun tidak semua
pekerjaan bisa diterapkan jam kerja lentur. Pekerjaan pabrik yang mekanistis dan tidak
menuntut banyak variasi pekerjaan mungkin tidak tepat untuk diterapkan jam kerja lentur.
Namun untuk pekerjaan manajerial, pekerjaan kreativitas seperti ahli it, atau pekerjaan
profesional bisa diterapkan jam kerja lentur untuk meningkatkan produktivitas pekerja.
Kepuasan Kerja
Dalam bekerja setiap pekerja ingin mendapatkan kepuasan kerja. Hal ini disebabkan bekerja
dengan kepuasan akan meningkatkan produktivitas kerja bagi pekerja dan perusahaan.
Definisi kepuasan kerja yang banyak dipakai adalah dari Locke (1976).
“ . . . a pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of one ’s job or job
experiences”
dari definisi ini maka pekerjaan dapat dipandang memuaskan atau menghasilkan emosi
positif dari jenis dan pengalaman mengerjakan pekerjaan tersebut.
‘13
4
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dari sekian banyak faktor yang membuat kepuasan kerja, ada satu faktor penting yaitu
kondisi kognitif pekerja terhadap pekerjaan. Dari faktor kognitif ini maka ada tiga hal penting
yang berkorelasi dengan kepuasan kerja yaitu
1. Kinerja pekerja
Kinerja pekerja berkaitan dengan kepuasan kerja. Dari penelitian ditemukan pekerja yang
merasa bahagia dengan pekerjaannya akan menghasilkan kinerja yang positif walapupan
tidak langsung berhubungan. Dari penelitian pekerja yang memiliki kinerja positif lebih
mungkin menghasilkan kepuasan kerja
2. Tingkah laku negatif dalam pekerjaan
Kepuasan kerja akan berkaitan dengan hilangnya tingkah laku negatif dalam pekerjaan
seperti bolos kerja atau keluar kerja.
3. Kepuasan hidup
Kepuasan kerja akan meningkatkan kualitas hidup pekerja.
Desain pekerjaan
Gambar 1.1 Desain pekerjaan
Dari gambar 1.1 nampak terlihat alur melakukan desain pekerjaan. Dimulai dari memahami
konteks industri tempat pekerjaan berlangsung. Ada dua hal yang penting dalam
memahami industri yaitu pengaruh sosial dan pengaruh struktural. Dalam pengaruh sosial
yang perlu dipahami adalah interaksi sosial antara pekerja baik secara horizontal maupun
vertikal. Dalam pengaruh struktural yang perlu dipahami adalah struktur organisasi,
teknologi, dan lingkungan fisik. Ketiga hal ini merupakan hal – hal yang menjadi aspek
penting dalam pengaruh struktural.
‘13
5
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Setelah memahami konteks pekerjaan ,maka desain pekerjaan harus memahami tahap
berikutnya yaitu kompleksitas pekerjaan. Dalam tahap ini yang dibutuhkan adalah
pemahaman tentang :
1. Kompleksitas pekerjaan
2. Lingkungan sosial pekerjaan
3. Usaha fisik yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan
Setelah memahami kompleksitas pekerjaan, maka tahap berikutnya adalah mekanisme
yang bisa mempercepat atau memberdayakan pekerja untuk lebih produktif dalam bekerja.
Hal hal ini seperti :
1. Kondisi psikologi
2. Pemberdayaan pekerja
3. Level pengetahuan
Tahap terakhir dari desain pekerjaan adalah memahami hasil dari pekerjaan. Hasil dari
pekerjaan ini terbagi menjadi :
1.
2.
3.
4.
Hasil psikologis
Hasil tingkah laku
Hasil sumber daya manusia
Peran dari pekerjaan
Stress dan keselamatan kerja
Stress didefinisikan sebagai tekanan yang dialami pekerja dalam bekerja. Menurut Seyle jika
reaksi badan terhadap stress tidak dalam kondisi adekuat, maka stres dapat menyebabkan
penyakit. Pada umumnya stress dibedakan menjadi dua kondisi yaitu eustress (tekanan
pada pekerjaan yang menyebabkan produktivitas meningkat) dan distress (tekanan pada
pekerjaan yang menyebabkan produktivitas menurun).
Umumnya grafik stress dan pekerjaan seperti kurva u. Pada titik tertentu stress
mengakibatkan unjuk kerja positif hingga pada titik tertentu tingka stress berada pada titik
optimal, setelah itu stress mempunyai dampak negatif pada pekerjaan.
Tanda tanda distress pada pekerja bisa ditandakan sebagai berikut
a. Tanda tanda suasana hati
- Menjadi terlalu semangat
- Merasa tidak pasti
- Sulit tidur pada malam hari
- Menjadi mudah bingung dan lupa
- Menjadi tidak nyaman
- Menjadi gugup
b. Tanda tanda pada otot
- Jari dan tangan gemetar
- Tidak dapat duduk diam dan berdiri secara lama
- Kepala mulai sakit
- Leher menjadi kaku
- Merasa otot menjadi tegang dan kaku
‘13
6
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Tanda – tanda pada organ dalam
- Perut mulas dan mual
- Merasa jantung berdebar
- Banyak berkeringat
- Mengalami kedinginan
- Mendengar bunyi berdering pada telinga
Pembangkit stress dalam pekerjaan
Ada faktor intrisik dan faktor ekstrinsik dalam pekerjaan yang dapat membangkitkan stess.
Faktor intrisik seperti :
1. Tuntutan fisik dari pekerjaan
Contoh tuntutan fisik adalah suara bising. Hal ini dialami oleh pekerja pabrik atau
pekerja tambang yang harus berhadapan dengan mesin yang mengeluarkan suara
kerja. Contoh tuntutan fisik adalah getaran atau suasana kerja yang berpindah
seperti pilot dan pramugari
2. Tuntutan tugas
Salah sumber stress adalah pengaturan jam kerja (shift). Menurut Monk dan Folkard
(1983) ada tiga faktor yang harus baik agar dapat menciptakan situasi kerja dalam
kerja shift ; faktor tidur, faktor fisik, dan faktor sosial dan keluarga.
Faktor ekstrinsik dalam pekerjaan seperti
1.
2.
3.
4.
Konflik peran
Ketidak jelasan peran dalam pekerjaan
Struktur dan iklim organisasi
Hubungan sosial dalam pekerjaan
Manajemen Stress
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk melakukan rekayasa terhadap stress
kerja. Teknik pertama adalah melakukan kerekayasaan organisasi, teknik kedua melakukan
kerekayasaan terhadap kepribadian pekerja, teknik ketiga adalah dengan melakukan
penenangan pikiran, teknik keempat adalah dengan melakukan teknik penenangan dengan
aktivitas fisik.
Teknik perekayasaan organisasi melakukan rekayasa terhadap struktur organisasi, desain
pekerjaan, lingkungan pekerjaan, atau alur kerja. Sebagai contoh beberapa organisasi
mewajibkan pekerja melakukan tidur siang lima belas menit sampai dengan setengah jam
untuk memastikan pekerja tetap dalam kondisi fit dan produktif. Salah satu contoh lain
adalah pengaturan jam kerja di perusahaan minyak yang memberikan jam kerja dua pekan
kerja satu pekan libur.
Teknik perekayasaa kepribadian adalah melakukan kerekayasaan terhadap pribadi pekerja.
Yang dimaksud pribadi pekerja meliputi pengetahuan, mental, emosi, motivasi, dan
keterampilan. Hal ini dimaksudkan agar pekerja menjadi lebih siap untuk menghadapi
lingkungan pekerjaan. Sebagai contoh tentara pasukan khusus dikarenakan medan tempur
yang dihadapi khusus, maka diadakan pelatihan – pelatihan yang meningkatkan ambang
motivasi dan mental prajurit.
‘13
7
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Teknik penenangan pikiran adalah melakukan kerekayasaan dengan aktivitas yang
memperkuat pikiran dan mental pekerja. teknik ini bisa digunakan dalam bentuk bina mental
pegawai seperti mengadakan pembinaan ruhani melalui agama atau pemberian pelatihan
aktivitas relaksasi mental.
Teknik penenangan melalui aktivitas fisik bisa dilakukan dengan menjadwalkan olahraga
bersama antar pegawai. Di indonesia beberapa perusahaan dan BUMN melakukan aktivitas
perlombaan rutin olahraga antar pegawai. Ada juga perusahaan yang memberikan
kewajiban bagi pegawai di level tertentu untuk mengikuti atau memilih olahraga rutin
sebagai kompensasi untuk melepaskan lelah dalam pekerjaan.
Daftar Pustaka
Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Schults, Duane P., Sydney E. Schultz. (1994). Psychology and Work Today 6th Edition. New York: Mc
Millan Publishing Company.
Yuwono, Ino, et.al.(2005). Psikologi Industri dan Organisasi. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas
Airlangga
Gatewood, Robert D., Hobert S. Feild. (2001). Human Resource Selection. South Western
‘13
8
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Pengampu
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download