this PDF file

advertisement
JURNAL APLIKASI FISIKA
VOLUME 11 NOMOR 1
FEBRUARI
2015
EKSTRAKSI LOGAM KROMIUM (Cr) DAN TEMBAGA (Cu) PADA BATUAN
ULTRABASA DARI DESA PUNCAK MONAPA KECAMATAN LASUSUA
KOLAKA UTARA MENGGUNAKAN LIGAN POLIEUGENOL
1
Hasria, 2La Harimu, 3Cici Fatmawati
1
Jurusan Fisika FMIPA UHO
2
Jurusan Pendidikan PMIPA Prodi Pendidikan Kimia FKIP UHO
3
Jurusan Fisika FMIPA UHO
Email: [email protected]
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang pemisahan kromium dan tembaga dalam batuan
ultrabasa yang terdapat dari Desa puncak Monapa Kec. Lasusua Kab. Kolaka Utara
Propinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
kemampuan ligan polieugenol dengan memisahkan logam kromium dan tembaga untuk
logam murni maupun aplikasinya untuk memisahkan logam kromium (Cr) dan logam
tembaga (Cu) dengan menggunakan metode ekstraksi. Metode penelitian ini adalah
bersifat eksperimental. Konsentrasi ion logam kromium (Cr) dan tembaga (Cu) dari logam
murni yang diekstraksi adalah masing-masing 10 ppm, dan konsentrasi ligan polieugenol
adalah10 ppm. Untuk konsentrasi ion logam kromium (Cr) dan tembaga (Cu) dalam
batuan ultrabasa dengan 20 kali dan 30 kali pengenceran adalah 8,3875 ppm dan 3,50
ppm dan 1,3590 ppm dan 2,001 ppm untuk ion logam tembaga (Cu). Hasil penelitian
menunjukan bahwa kemampuan ligan polieugenol untuk mengekstraksi logam kromium
(Cr) dan tembaga (Cu) untuk logam murni dengan metode terpisah mempunyai persen
ekstraksi (%E) adalah masing-masing 83,33% dan 88,40%. Sedangkan kemampuan
pemisahan logam kromium (Cr) dengan tembaga (Cu) secara tercampur adalah masingmasing 80,54% dan 87,57%. Untuk aplikasinya memisahkan ion logam kromium (Cr) dan
tembaga (Cu) pada batuan ultrabasa untuk 20 kali pengenceran persen ekstraksinya
adalah masing-masing 77,99% dan 72,72%, dan 30 kali pengenceran adalah masingmasing 72,62% dan 59,01%. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ligan
polieugenol lebih baik untuk ion logam kromium (Cr).
Kata kunci : Logam kromium, logam tembaga, batuan ultrabasa,ligan polieugenol
meningkatnya kebutuhan ion logam
tersebut diberbagai bidang industri, maka
upaya untuk mencari sumber-sumber ion
logam dan memisahkan ion logam tersebut
terus dilakukan. Untuk mendapatkan ion
logam tersebut dalam keadaan yang lebih
murni maka perlu dilakukan ekstraksi dari
pengotor-pengotornya. Hasil pengolahan
dari industri logam besi dan nikel dalam
buangannya terdapat ion logam tersebut.
1. Pendahuluan
Batuan Ultrabasa adalah batuan beku yang
kandungan silikanya rendah (< 45%),
kandungan MgO > 18%, tinggi akan
kandungan mineral mafiknya lebih dari 90
%. Kromium dan tembaga merupakan
logam yang banyak digunakan dalam
berbagai keperluan teknik dan industri
diantaranya industri baja tahan karat dan
bahan pelapis logam. Seiring dengan
31
32
JAF, Vol. 11 No. 1 (2015), 31-39
Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk
memisahkan atau mengurangi konsentrasi
logam berat dalam perairan. Salah satu
metode
yang
diharapkan
mampu
memisahkan logam-logam tersebut adalah
metode ekstraksi pelarut (Morrison dan
Freisher, 1996 ).
Dengan memperhatikan perkembangan
dari jenis-jenis ligan yang disintesis
maupun
metode-metode
dalam
penanganan logam-logam berat, maka
penelitian
ini
diarahkan
untuk
mengembangkan suatu jenis ligan baru
yang
memiliki
sifat-sifat
yang
menguntungkan untuk pemisahan. Ligan
yang akan disintesis adalah senyawa asam
polieugenil oksiasetat dengan sisi aktif
gugus karboksil.
2. Prinsip Dasar GPR
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil analisis XRF sampel batuan
ultrabasa yang telah dilakukan oleh
peneliti sebelumnya (Sudarmini, 2013)
memberi informasi tentang kandungan
unsur batuan ultrabasa dari Desa Puncak
Monapa Kec. Lasusua Kab. Kolaka Utara.
Salah satunya adalah Cr, Cu, Fe, Ni, Mg,
Mn, P, Zn dan T (Sudarmini, 2013).
Penelitian tentang kandungan mineral
logam dalam batuan ultrabasa di Desa
Puncak Monapa, Kec. Lasusua juga
dilakukan oleh Rajab (2013), tetapi dengan
menggunakan metode yang berbeda, yaitu
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
salah satunya Cr, Cu, Fe dan Ni.
Karakterisasi besi (Cr)
Logam krom merupakan logam
golongan transisi, diketemukan di alam
sebagai bijih terutama kromit (FeCr2O4).
Krom merupakan elemen berbahaya di
permukaan bumi dan dijumpai dalam
kondisi oksida antara Cr(II) sampai
Cr(VI). Krom bervalensi tiga umumnya
merupakan bentuk yang umum dijumpai di
alam, dan dalam material biologis krom
selalu berbentuk valensi tiga, karena krom
valensi enam merupakan salah satu
material organik pengoksidasi yang tinggi
(Suhendrayatna,2001).
Karakterisasi nikel (Cu)
Tembaga (Cu) adalah suatu unsur
logam berat yang ditemukan di alam dalam
keadaan bebas dan sebagai senyawanya.
Tembaga dalam bentuk senyawa umumnya
terdapat dalam mineral-mineral, terutama
mineral sulfida, oksida dan karbonat.
Tembaga merupakan unsur transisi
berwarna
coklat
kemerahan
yang
mempunyai nomor atom 29 kerapatan 8,93
gram/cm3. Tembaga banyak digunakan
dalam industri alat-alat listrik, zat warna
dalam industri cat, dan dapat digunakan
sebagai fungisida, yaitu tembaga sulfat
(CuSO4). Tembaga memiliki tingkat
oksidasi dari 0 sampai 2+, yang
merupakan oksidasi tertinggi dari tembaga
dalam bentuk senyawa (Ekowaty, 2005).
Metode
Spektrofotometer
Serapan
Atom
Spektrofotometer merupakan suatu
metode
analisis
kuantitatif
yang
pengukurannya berdasarkan banyaknya
radiasi yang dihasilkan atau yang diserap
oleh spesi atom atau molekul analit. Salah
satu bagian dari Spektrofotometer ialah
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA),
merupakan metode analisis unsur secara
kuantitatif
yang
pengukurannya
berdasarkan penyerapan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu oleh atom
logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al.,
2000).
Ligan
Ligan adalah molekul sederhana yang dalam
senyawa kompleks bertindak sebagai donor
pasangan elektron (basa Lewis). Ligan
memiliki satu atau lebih pasangan elektron
Ekstraksi Logam Kromium (Cr) dan ….……………………..(Hasria, dkk)
bebas yang dapat terikat secara koordinasi
pada ion pusat dalam suatu senyawa
kompleks. Secara umum kation-kation
keras (asam) membentuk kompleks paling
stabil dengan ligan keras (basa), sedangkan
asam lunak membentuk kompleks paling
stabil dengan basa lunak.
Ligan Polieugenol
Dengan
memperhatikan
perkembangan dari jenis-jenis ligan yang
disintesis maupun metode-metode dalam
penanganan logam-logam berat, maka
penelitian
ini
diarahkan
untuk
mengembangkan suatu jenis ligan baru
yang
memiliki
sifat-sifat
yang
menguntungkan untuk pemisahan, seperti
yang pernah dilakukan oleh Sriyanto
(2002) yaitu ligan yang bersifat dapat
terdeprotonasi
sekaligus
bersifat
pengkhelat dan ligan yang berbobot
molekul besar berupa senyawa polimer.
Ligan yang akan disintesis adalah senyawa
asam polieugenil oksiasetat dengan sisi
aktif gugus karboksil. Diharapkan ligan
tersebut mampu bersifat selektif terhadap
logam
tertentu
sehingga
dapat
meningkatkan nilai ekonomis eugenol dan
membantu menangani pencemaran limbah
perairan yang disebabkan oleh logamlogam berat. Eugenol merupakan salah
satu bahan alam yang potensial untuk
dikembangkan menjadi suatu jenis ligan.
Keberadaan eugenol yang cukup melimpah
di Indonesia menjadi salah satu alasan
mengapa
eugenol
layak
untuk
dikembangkan. Sebagai penghasil minyak
atsiri utama di dunia, salah satu
diantaranya minyak daun cengkeh, negara
Indonesia memenuhi hampir separuh
kebutuhan minyak cengkeh dunia pada
awal tahun delapan puluhan (Anwar,
1994). Struktur dari polieugenol adalah
sebagai berikut :
33
OH
OCH3
H2
C
H2
C
CH
n
Gambar 2.1 Struktur polieugenol
(Sastrohamidjojo, 1981),
3. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian disajikan
seperti pada diagram alir berikut :
34
JAF, Vol. 11 No. 1 (2015), 31-39
4. Hasil dan Pembahasan
Kemampuan ekstraksi mineral
logam kromium dan tembaga pada sampel
logam murni dan pada batuan ultrabasa
menggunakan ligan Polieugenol diketahui
dengan
membuat
analisis
persen
ekstraksinya.
Kurva Kalibrasi Besi (Cr)
Tabel 1. Hubungan antara konsentrasi ion
logam kromium dengan absorbansnya
No
Absorban
Konsentrasi (ppm)
.
s
1.
0,5
0,017
2.
1
0,0302
3.
2
0,0567
4.
4
0,104
Tabel 1 menunjukkan bahwa absorbans
larutan
standar
kromium
semakin
meningkat
dengan
peningkatan
konsentrasi.
0.12
y = 0.0248x + 0.0055
R² = 0.9991
a 0.1
b
s 0.08
o
r 0.06
b
0.04
a
n 0.02
s
0
i
0
1
2
3
4
5
konsentrasi Cr (ppm)
Gambar 4. Grafik
hubungan
antara
konsentrasi larutan standar Cr
terhadap absorbans
Dari grafik pada Gambar 1 dapat di lihat
bahwa dengan memasukkan data variasi
konsentrasi sebagai X dan nilai absorbans
dari hasil pengukuran spektrofotometer
serapan atom sebagai Y pada program
regresi linier diperoleh persamaan regresi
Y = 0,024x + 0,005 dimana nilai slope (a)
= 0,024 dan intersep (b) = 0,005
sedangkan nilai koefisien korelasi, R =
0,999. Persamaan regresi yang diperoleh
akan digunakan untuk menghitung
konsentrasi ion logam kromium hasil
ekstraksi.
Nilai
koefisien
korelasi
menunjukan bahwa interpretasi kekuatan
hubungan antara dua variabel yang
dilakukan dengan melihat angka koefisien
korelasi
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan kriteria bahwa jika angka
koefisien korelasi mendekati 1, maka
kedua variabel mempunyai hubungan
semakin kuat, seperti diperoleh untuk ion
logam kromium mendekati 1 yaitu 0,999
menunjukan hasil yang baik.
Tabel 2. Data pengukuran absorbans ion
logam kromium pada sampel
logam kromium murni
No.
Sampel
Absorbans
1. Kromium
0,045
2. Cu + Cr
0,0517
Menentukan konsentrasi ion logam
kromium setelah ekstraksi (X1) pada
sampel logam kromium murni dengan cara
berikut:
1. Konsentrasi logam kromium pada
sampel Cr tunggal, dengan absorbans
kromium
(Y) = 0,045, yaitu:
X1 =
) = 1,6667ppm
2. Konsentrasi logam kromium pada
sampel campuran Cr dan Cu, dengan
absorbans kromium (Y) = 0,0517, yaitu:
X1 =
) = 1,9458 ppm
Dengan mengetahui konsentrasi ion logam
kromium, maka dapat dibuat analisis
Ekstraksi Logam Kromium (Cr) dan ….……………………..(Hasria, dkk)
persen ekstraksi ion logam kromium (%E)
pada sampel logam kromium murni.
1. Persen ekstraksi ion logam kromium
pada sampel Cr tunggal yang memiliki
X1 kromium = 1,6667 ppm dan X0
kromium = 10 ppm adalah sebagai
berikut :
(% E) =
x 100 = 83,33%
2. Persen ekstraksi kromium pada sampel
campuran Cr dan Cu yang memiliki
X1 kromium = 1,9458 ppm dan X0
kromium = 10 ppm adalah sebagai
berikut :
(% E) =
x 100 = 80,54%
85
80
83.33
80.54
75
Cr
Cr + Cu
Gambar 5. Persen ekstraksi ion logam
kromium murni dalam bentuk
tunggal
dan
campuran
menggunakan
ligan
Polieugenol
Kemampuan ligan untuk ekstraksi ion
kromium pada keadaan tunggal lebih besar
dibandingkan dengan keadaan campuran.
Perbedaan tersebut disebabkan karena
pada larutan campuran terjadi peningkatan
viskositas dan pengurangan aktivitas
masing-masing ion logam dalam larutan.
Kemampuan
Logam
Kromium
Terekstraksi dari Batuan Ultrabasa
Menggunakan Ligan Polieugenol
Ekstraksi mineral logam kromium dalam
batuan ultrabasa menggunakan ligan
Polieugenol dilakukan pada pengenceran
20 kali dan 30 kali, masing-masing pada
pH 5,5 (volume 10 ml).
35
Tabel 3. Data pengukuran absorbans ion
kromium pada batuan ultrabasa
(sebelum ekstraksi)
No.
Sampel
Absorbans
Pengenceran 20
1.
8,3875
kali
Pengenceran 30
2.
3,5
kali
Tabel 4. Data pengukuran absorbans ion
kromium pada batuan ultrabasa
(setelah ekstraksi)
No.
Sampel
Absorbans
Pengenceran 20
1.
77,99
kali
Pengenceran 30
2.
72,62
kali
Menentukan konsentrasi awal ion logam
kromium sampel batuan ultrabasa 20 kali
dan 30 kali pengenceran dengan cara
berikut:
1. Konsentrasi awal ion logam kromium
sampel batuan ultrabasa 20 kali
pengenceran,
dengan
absorbans
kromium (Y0) = 0,2063, yaitu:
X0 =
) x 20 = 167,75 ppm
2. Konsentrasi awal ion logam kromium
sampel batuan ultrabasa 30 kali
pengenceran,
dengan
absorbans
kromium (Y0) = 0,089, yaitu:
X0 =
) x 30 = 105 ppm
Menentukan konsentrasi ion logam
kromium sampel batuan ultrabasa 20 kali
dan 30 kali pengenceran setelah ekstraksi..
1. Konsentrasi logam kromium pada
batuan ultrabasa 20 kali pengenceran,
dengan absorbans kromium (Y) =
0,00493
X1 =
) x 20 = 77,99 ppm
36
JAF, Vol. 11 No. 1 (2015), 31-39
2. Konsentrasi logam kromium pada
batuan ultrabasa 30 kali pengenceran,
dengan absorbans kromium (Y) = 0,028
X1 =
) x 30 = 72,62 ppm
Dengan cara yang sama dengan
perhitungan persen ekstraksi (%E) ion
logam kromium sampel logam murni,
maka
diketahui
kemampuan
ligan
polieugenol untuk ekstraksi ion logam
kromium pada sampel batuan ultrabasa 20
kali dan 30 kali pengenceran seperti yang
disajikan pada Gambar 6.
80
75
70
65
77.99
20 kali
72.62
30 kali
Gambar 6. Persen ekstraksi ion logam
kromium
pada
batuan
ultrabasa pada 20 kali dan 30
kali pengenceran
Persen ekstraksi ion logam kromium
sampel batuan ultrabasa 20 kali
pengenceran lebih besar dibandingkan
dengan persen ekstraksi ion logam
kromium sampel batuan ultrabasa 30 kali
pengenceran
menggunakan
ligan
Polieugenol. Perbedaan persen ekstraksi
ion logam kromium tersebut disebabkan
karena pada pengenceran 20 kali
konsentrasi ion logam kromium lebih
besar. Pada konsentrasi yang lebih besar
jumlah yang terikat atau terkomplekskan
dengan ligan menjadi lebih besar.
Akibatnya jumlah ion logam yang
terekstraksi ke fasa organik dalam bentuk
kompleks juga menjadi lebih besar.
Kurva Kalibrasi Tembaga(Cu)
Penentuan persamaan regresi linear ion
logam tembaga diperoleh dari absorbans
larutan
standar
tembaga
dengan
konsentrasi 0,5; 1; 2,5; 5; dan 10 ppm,
yaitu dengan membuat grafik hubungan
antara konsentrasi larutan standar tembaga
terhadap absorbansnya yang terukur pada
SSA Hubungan konsentrasi dan absorbans
menunjukkan bahwa absorbans semakin
meningkat
dengan
peningkatan
konsentrasi.
Berdasarkan grafik diperoleh informasi
bahwa persamaan regresi ion logam
tembaga adalah Y = 0,249x + 0,210. Dari
persamaan regresi tersebut diperoleh nilai
slope = 0,249 dan intersep adalah 0,210.
Dengan persamaan regresi yang diperoleh
digunakan untuk menghitung konsentrasi
ion logam tembaga baik secara tunggal
maupun dalam campuran dengan ion logam
kromium.seperti yang diperoleh seperti
yang diperoleh untuk ion logam tembaga
mendekati
1
yaitu
0,9933
yang
menunjukkan hasil yang baik.
Kemampuan Ekstraksi Logam Murni
Kromium
Secara
Tunggal
dan
Campuran
dengan
Tembaga
Menggunakan Ligan Polieugenol
Pengujian
kemampuan
ligan
Polieugenol dilakukan pada sampel ion
logam tembaga murni secara tunggal
maupun campuran (kroomium dan
tembaga) pada pH 5,5. Dengan konsentrasi
awal masing-masing sampel adalah 10
ppm dalam volume 10 ml. Kemampuan
ligan polieugenol untuk mengekstraksi ion
logam tembaga murni dalam bentuk
tunggal dan campuran pada Gambar 7
dapat diketahui dengan membuat analisis
data seperti pada uji kemampuan ligan
untuk ekstraksi ion logam tembaga.
Kemampuan
ligan
polieugenol
mengekstraksi ion logam tembaga bentuk
sampel tunggal dibandingkan dengan
bentuk sampel campuran. Perbedaan
tersebut disebabkan karena pada larutan
Ekstraksi Logam Kromium (Cr) dan ….……………………..(Hasria, dkk)
campuran terjadi peningkatan viskositas
dan pengurangan aktivitas masing-masing
ion logam dalam larutan.
37
66
64
62
64.81
77
76
75
74
73
72
71
70
60
59.01
58
56
76.35
20 kali
30 kali
72.31
Cu
Cu + Cr
Gambar 7. Persen ekstraksi ion logam
tembaga
murni
dalam
bentuk
tunggal
dan
campuran
menggunakan
ligan polieugenol.
Kemampuan
Logam
Tembaga
Terekstraksi dari Batuan Ultrabasa
Menggunakan Ligan Polieugenol
Untuk menguji kinerja ligan polieugenol
dalam memisahkan ion logam dalam
larutan baik untuk logam murni maupun
aplikasinya dalam bidang pertambangan
dengan metode ekstraksi maka
diuji
dengan memisahkan tembaga dalam
batuan ultrabasa. Percobaan ekstraksi
pemisahan
tembaga
dalam
batuan
ultrabasa dilakukan pada kondisi pH 5,6
yang telah diencerkan 20 kali dan 30 kali
setara dengan konsentrasi 2,0301 dan
1,359 ppm. Hasil pengukuran absorbansi
dan persen ekstraksi logam tembaga dalam
batuan ultrabasa ditunjukan pada Gambar
8.
Gambar 8. Persen ekstraksi ion logam
tembaga
pada
batuan
ultrabasa pada 20 kali dan
30
kali
pengenceran
menggunakan
ligan
polieugenol.
Berdasarkan pada Gambar 4.6 dapat
diketahui bahwa persen ekstraksi ion
logam tembaga dalam batuan ultrabasa
pada pengenceran 20 kali dan 30 kali
berbeda dengan persen ekstraksi masingmasing adalah 64,81% dan 59,01%.
Perbedaan tersebut disebabkan karena
pada pengenceran 20 kali konsentrasi ion
logam tembaga dalam larutan lebih besar
dibandingkan dengan pengenceran 30 kali
sehingga peluang untuk membentuk
kompleks dengan ion logam tembaga lebih
besar. Karena pada konsentrasi tinggi
jumlah ion logam dalam larutan menjadi
besar. Namun pada umumnya peningkatan
persen ekstraksi ion logam dalam larutan
seiring dengan meningkatnya konsentrasi
ion logam dalam larutan sampai
konsentrasi optimum.
JAF, Vol. 11 No. 1 (2015), 31-39
38
Perbandingan Persen Ekstraksi Ion
Logam Kromium dengan Ion Logam
Tembaga untuk Logam Murni dan
Batuan Ultrabasa Menggunakan Ligan
Polieugenol
100
80
88.33
77.99
76.35 80.54
72.62
72.31
64.81
59.01
60
40
20
0
1
2
Cr
3
4
Cu
Gambar 9. Persen ekstraksi ion logam
kromium dan ion logam
tembaga dalam logam murni
dan batuan ultrabasa.
Berdasarkan
Gambar
9
menunjukkan bahwa persen ekstraksi
ion logam kromium lebih dari pada ion
logam kromium baik pada logam murni
maupun
pada
batuan
ultrabasa.
Perbedaan besarnya persen ekstraksi
disebabkan karena ion logam kromium
bersifat asam keras dan ligan
polieugenol bersifat basa keras karena
mengandung gugus OH. Berdasarkan
konsep asam basa keras lunak ion
logam kromium tergolong asam keras
dan ion tembaga tergolong asam
menengah. Menurut konsep tersebut
menerangkan bahwa asam keras akan
membentuk kompleks yang lebih baik
dan stabil dengan basa keras, dan untuk
asam menengah akan lebih baik dengan
basa menengah. Akibatnya karena ion
logam logam kromium lebih banyak
membentuk kompleks yang dapat
terekstraksi di fasa organik
dibandingkan dengan ion logam
tembaga, maka persen ekstraksi logam
kromium lebih besar.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yng diperoleh seperti
diuraikan
pada
pembahasan
dapat
disimpulkan bahwa:
1. Kemampuan ion logam kromium murni
secara tunggal maupun campuran
dengan
tembaga
lebih
besar
dibandingkan dengan ion logam
tembaga
menggunakan
ligan
polieugenol dengan persen ekstraksi
masing-masing 83,33% dan 76,35%
untuk tunggal dan 80,54% dan 72,31%
untuk campuran.
2. Kemampuan ekstraksi ion logam
kromium
dalam
sampel
batuan
ultrabasa lebih besar dibandingkan ion
logam tembaga baik untuk 20 kali
pengenceran
maupun
30
kali
pengenceran dengan persen ekstraksi
masing-masing 77,99% dan 64,81%
untuk 20 kali pengenceran dan 72,62%
dan 59,01% untuk 30 kali pengenceran.
Daftar Pustaka
[1]. Al Anshori,
Jamaludin,
2005,
Spektrometri Serapan Atom, Staf
Laboratorium Kimia Bahan Alam dan
Lingkungan Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Padjadjaran, Bandung,
[2] Nilawati, 2011, Analisis Logam Berat
Pb, Zn, dan Cr padaTtiga Jenis
Tanaman Peneduh Pinggir Jalan di
Kota Batam Kepulauan Riau. Tesis S2, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
[3] Notodarmojo, S., 2005, Pencemaran
Tanah dan Air Tanah, ITB, Bandung.
[4] Rajab,
2013,
Karakterisasi
Kandungan Mineral Logam Pada
Batuan Ultrabasa dari Desa Puncak
Monapa
Kecamatan
Lasusua
Kabupaten Kolaka Utara Provinsi
Ekstraksi Logam Kromium (Cr) dan ….……………………..(Hasria, dkk)
[5]
[6]
[7]
[8]
Sulawesi
Tenggara
dengan
Menggunakan
Metode
Spektrofotometer
Serapan
Atom
(SSA), Skripsi S1 Fisika FMIPA,
Universitas Halu Oleo, Kendari
Sastrohamidjojo,19981,Struktur
poliugenol,ITB,Bandung.
Sudarningsih dan Fahruddin, 2008.
Penggunaan Metoda Difraksi Sinar X
dalam
Menganalisa
Kandungan
Mineral Pada Batuan Ultrabasa
Kalimantan Selatan. Staf Pengajar
Program Studi Fisika, FMIPA,
Universitas Lampung Mangkurat.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
5208165173.pdf, 17 Februari 2012.
Sudarmini, Luh, 2013, Kajian Potensi
MgO Dan CaO Batuan Ultrabasa di
Desa Puncak Monapa Kecamatan
Lasusua Kabupaten Kolaka Utara
Provinsi Sulawesi Tenggara untuk
Menanggulangi
Emisi
Karbon
Dioksida, Skripsi S1 Fisika FMIPA,
Universitas Halu Oleo, Kendari.
Magetsari, N. A., 2000, Geologi Fisis,
ITB, Bandung.
39
Download