bab 3

advertisement
18
Geologi Daerah Penelitian
BAB III
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
III.1. Geomorfologi
Daerah Penelitian merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan
ketinggian yang berkisar antara 40-90 meter di atas permukaan laut.
Dominasi vegetasi tidak terlalu lebat karena secara administratif daerah
penelitian merupakan area lahan transmigrasi yang sudah mengalami
pembukaan lahan menjadi lahan perkebunan penduduk dengan tanaman
bernilai ekonomis tinggi seperti karet, kelapa sawit dan durian.
Analisis geomorfologi mencakup pembagian satuan geomorfologi, pola
aliran sungai dan tahapan geomorfik. Diharapkan dengan analisis ini akan
sangat membantu untuk memahami kondisi bentang alam daerah penelitian.
III.1.1. Satuan Geomorfologi
Area penelitian dibagi oleh penulis menjadi 2 satuan geomorfologi
berdasarkan klasifikasi morfologi Lobeck (1939), yaitu satuan Perbukitan
Homoklin dan Satuan Dataran Aluvial (gambar 3-1).
Gambar 3-1 Peta geomorfologi daerah penelitian
Geologi Dan Endapan Batubara Desa Petiduran Baru, Kecamatan Mandiangin,
Kabupaten Sarolangun, Jambi
21
Geologi Daerah Penelitian
Sungai-sungai yang terdapat di daerah penelitian umumnya tidak
diberi nama oleh penduduk setempat karena sifatnya hanya sebagai paritan
yang berfungsi mengalirkan air bagi area perkebunan di sekitarnya.
Aliran sungai di area penelitian relatif berukuran kecil dengan lebar
sungai < 3meter, lembah masih berbentuk ‘V’ (gambar 3-3) dan umumnya
berakhir di suatu rawa dengan aliran yang menjadi sangat lambat, sehingga
proses erosi kurang berpengaruh dan lebih banyak terjadi proses sedimentasi
juga pelapukan.
Pola aliran sungai dapat merefleksikan tingkat kekerasan lithologi,
adanya struktur atau bidang lemah berupa sesar, dan tahap erosional yang
dialami suatu daerah. Berdasarkan Klasifikasi Howard (1967), pola aliran
sungai di daerah penelitian bisa dikelompokkan menjadi pola aliran sub-
dendritik (gambar 3-4).
Pola subdendritik ini disertai juga dengan keberadaan meandermeander dalam skala kecil yang menunjukkan kesamaan tingkat kekerasan
litologi di suatu aliran sungai.
III.1.3. Tahapan Geomorfik
Gambar 3-5 Foto lembahan sungai yang berbentuk V
Geologi Dan Endapan Batubara Desa Petiduran Baru, Kecamatan Mandiangin,
Kabupaten Sarolangun, Jambi
22
Geologi Daerah Penelitian
Dilihat dari ciri-ciri satuan geomorfologinya, yaitu lembahan sungai
berbentuk V, pola aliran sub-dendritik, dan keberadaan meander-meander
kecil, maka disimpulkan bahwa daerah penelitian memiliki tahapan
geomorfik yang tergolong muda-dewasa.
III.2. Stratigrafi Daerah Penelitian
Pembagian stratigrafi daerah penelitian menggunakan sistem
penamaan tidak resmi. Sistem penamaan tidak resmi ini didasarkan kepada
kesamaan ciri-ciri litologi dari singkapan yang meliputi jenis batuan,
asosiasi litologi dan keseragaman litologi di suatu daerah dan tetap
menggunakan kaidah Sandi-Sandi Stratigrafi (Martodjojo, 1996). Data
sekunder berupa data pemboran juga digunakan untuk mengetahui pola
persebaran batuan.
Dengan dasar di atas, maka daerah penelitian dapat dikelompokkan
menjadi 4 satuan batuan tidak resmi, yaitu Satuan Batulempung, Satuan
Batupasir, Satuan Batulempung-2, Satuan Endapan Aluvial.
III.2.1. Satuan Batulempung
III.2.1.1.Penyebaran dan Ketebalan
Satuan Batulempung ini menempati sekitar 40% daerah penelitian
dengan kemiringan lapisan relatif mengarah ke timur. Singkapan satuan
batuan ini banyak ditemukan di mata air di perkebunan karet dan singkapan
di tebing perumahan penduduk. Singkapan yang sangat baik teramati berada
di titik Leo 3.3 dan Leo 3.1.
Ketebalan lapisan ini berdasakan penampang geologi, ditafsirkan
tidak kurang dari 380 meter dengan batas bawah yang tidak tersingkap di
daerah penelitian namun kontak dengan satuan di atasnya tersingkap pada 1
singkapan pada Leo 3.2.
Geologi Dan Endapan Batubara Desa Petiduran Baru, Kecamatan Mandiangin,
Kabupaten Sarolangun, Jambi
25
Geologi Daerah Penelitian
III.2.1.5. Umur
Sampel yang diambil untuk membuat preparasi analisis foraminifera
adalah batulempung dari titik Leo 3.1.
Berdasarkan analisis mikropaleontologi (Pringgoprawiro et al.,
1999), ditemukan beberapa fosil foraminifera di sampel batulempung satuan
ini (tabel 3-1). Fosil foraminifera kecil yang ditemukan antara lain :
Orbulina universa, Globoquadrina altispira, Globoquadrina dehiscen.
KLASIFIKASI BOLLI & SAUNDERS, 1985
NAMA FOSIL
OLIGOSEN
N1
N2
MIOSEN
N3
N4
N5
N6
N7
N8
N9
N10
N11
PLIOSEN
N12
N13
N14
N15
N16
N17
N18
N19
N20
Orbulina
universa
Globoquadrina
altispira
Globoquadrina
dehiscens
Tabel 3-1 Zona kumpulan foraminifera kecil dari analisis mikropaleontologi dari
sampel titik Leo 3.1
Dengan zonasi kumpulan biostratigrafi menunjukkan kisaran antara
N9-N17, maka disimpulkan bahwa satuan batuan ini diendapakan pada
umur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir.
III.2.2. Satuan Batupasir
III.2.2.1. Penyebaran dan Ketebalan
Satuan batuan ini menempati sekitar 43% daerah penelitian. Pola
penyebaran berdasar kemiringan lapisan mengarah ke timur dengan sudut
kemiringan lapisan relatif datar, berkisar 100-160. Ketebalan lapisan ini
berdasarkan rekonstruksi penampang sekitar 400m.
III.2.2.2. Ciri Litologi
Litologi
daerah
ini
terdiri
dari
perselingan
batupasir dan
batulempung, dengan adanya perlapisan seam batubara sebanyak 8 lapisan
(pembahasan lebih lengkap pada Bab V).
Geologi Dan Endapan Batubara Desa Petiduran Baru, Kecamatan Mandiangin,
Kabupaten Sarolangun, Jambi
N21
N22
N23
Download