Keywords: Varietas Kedelai (Dering, Gema), Hasil

advertisement
PERBEDAAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine Max (L) Meriil ) VARIETAS DERING DAN
VARIETAS GEMA PADA KEKERINGAN
Zainol Arifin1
Fakultas Pertanian, Universitas Islam Madura
Email: [email protected]
Abstract
Kegiatan uji adaptasi/persiapan pelepasan varietas merupakan salah satu rangkaian dari suatu
proses menghasilkan varietas unggul baru dalam rangka peningkatan produksi kedelai. Penelitian
bertujuan untuk menguji perbedaan pertumbuhan dan produksi 2 varietas kedelai dan untuk
mengetahui dan mendapatkan varietas kedelai yang berdaya hasil tinggi, dilaksanakan di Desa
Pegantenan Kecamatan Pegantenan Kabupaten Pamekasan mulai bulan Juni sampai September
2015. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 vareitas kedelai
sebagai kelompok 3 perlakuan dan diulang 4 kali. 2 varietas kedelai adalah Gema dan Dering.
perlakuan penyiraman dengan kecekaman kekeringan dimulai setelah tanaman berbunga umur 5
minggu, menunjukkan perbedaan nyata pada variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah polong
pertanaman dan berat 100 butir, sedangkan pada variabel jumlah polong per tanaman
menunjukkan perbedaan tidak nyata. Dering 1 (1) dan dering 3 (4) merupakan galur berpenampilan
baik dengan sifat-sifat antara lain tinggi tanaman 57,5cm, jumlah polong per tanaman 501 buah,
dan berat 100 bijinya 13,01 g
Keywords: Varietas Kedelai (Dering, Gema), Hasil, Cekaman Air
hektar untuk mencukupi kebutuhan dalam
negeri
Ketersediaan kedelai dalam negeri
lebih banyak dipenuhi dari impor daripada
produksi dalam negeri. Dalam periode tahun
2005 s.d. 2013, besarnya impor kedelai ratarata sebesar 69,5 persen dari ketersediaan
dalam negeri. Sedangkan besarnya produksi
kedelai dalam negeri rata-rata hanya 30,5
persen. Total kebutuhan kedelai dalam negeri
pertahun mencapai 2,4 juta ton, sementara
produksi kedelai lokal hanya 900 ribu ton.
Artinya, produksi kedelai dalam negeri belum
mampu memenuhi kebutuhan untuk bahan
baku pangan dan pakan. Ketidakmampuan
produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri telah menyebabkan impor kedelai terus
meningkat setiap tahunnya.
Ketidakseimbangan antara kemampuan
untuk memproduksi kedelai di dalam negeri
dengan kenaikan permintaan, sebenarnya telah
terjadi dalam kurun waktu yang lama. Sebagai
gambaran,
selama
periode
1969-1985
kenaikan produksi kedelai telah mencapai
angka 4,75 %, tetapi angka tersebut belum
mampu mencukupi karena selama periode
tersebut angka permintaan akan kedelai lebih
1. PENDAHULUAN
Kedelai merupakan salah satu komoditas
tanaman pangan yang memegang peranan
penting di Indonesia, karena kedelai memiliki
kandungan gizi yang tinggi.Suprapto (2002)
menyatakan bahwa biji kedelai memiliki
kandungan gizi yang terdiri dari 40 % - 45 %
Protein, 18 % lemak, 24 %- 36 % karbohidrat,
8 % kadar air, asam amino dan kandungan gizi
lainnya yang bermanfaat bagi manusia.
Disamping itu, kedelai juga dapat digunakan
sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan
juga untuk pembuatan minyak
Kebutuhan akan kedelai dalam negeri
semakin meningkat untuk setiap tahunnya,
peningkatan ini seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk, Saat ini, total kebutuhan
kedelai RI mencapai 2,3-2,5 juta ton setiap
tahun. Padahal jumlah produksi kedelai RI saat
ini hanya sekitar 800.000 ton per
tahun.Dengan demikian, untuk mencukupi
kebutuhan kedelai dalam negeri, pemerintah
harus impor. untuk bisa menargetkan
swasembada kedelai pada 2014, pemerintah
menargetkan bisa mengakuisisi lahan baru
sekaligus bisa ditanami kedelai seluas 350.000
95
Zainol Arifin Perbedaan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril) Varietas Dering dan Gema 96
besar yaitu 5,74%. Hingga tahun 2007,
konsumsi kedelai nasional mencapai 1,9 juta
ton, sedangkan produksi yang didapatkan
masih rendah yaitu 600 ribu ton. Maka untuk
memenuhi kebutuhan kedelai tersebut
pemerintah mengimpor kedelai lebih kurang
1,3 juta ton (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2007)
Kesenjangan naik turunnya produksi
dan harga kedelai menjadi peluang untuk
dapat meningkatkan produksi.Menurut DPP
Serikat Petani Indonesia (2012) jika dilihat
dari tingkat produksi kedelai, penurunan
produksi
terjadi
dikarenakan
adanya
ketergantungan terhadap kedelai impor akibat
inflasi bahan pangan.Untuk meningkatkan
produksi kedelai nasional, salah satu upaya
yang harus dilakukan adalah melakukan
perluasan areal dan pengolahan lahan.
Perluasan areal dan pengolahan lahan sebagian
besar ditujukan pada lahan kering (Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, 2013). Pertanaman
kedelai pada lahan kering dewasa ini telah
mencapai sekitar 40% dari total luas panen
keseluruhan, namun dalam usaha perluasan
areal, nampaknya lahan kering lebih
memberikan prospek yang lebih baik terutama
untuk daerah-daerah di luar jawa sebagai
program transmigrasi. Di seluruh negeri
diperkirakan terdapat 25 juta ha lahan yang
dapat dibuka untuk lahan pertanian.
Hasil penelitian Nurhayati (2009),
mengenai cekaman air pada jenis tanah Ultisol
menunjukkan bahwa dalam keadaan cekaman
air
tanah,
tanaman
tidak
mampu
mempertahankan produksinya pada kisaran
cekaman air tanah 60% - 80% dari kapasitas
lapang.ini berarti bahwa salah satu kendala
yang dapat membatasi proses pertumbuhan
dan produksi tanaman pada lahan kering
adalah ketersediaan air yang terbatas. oleh
sebab itu, dalam pengembangan tanaman
kedelai perlu dilakukan usaha peningkatan
produksi sehingga volume impor dapat
ditekan. Salah satu usaha untuk meningkatkan
produksi adalah dengan penggunaan varietas
yang baik atau unggul sedangkan pengontrolan
penggunaan air dapat dilakukan dengan
pemberian air yang efektif salah satunya yaitu
melalui fraksi penipisan (p) air tanah tersedia.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
mengenai respon pertumbuhan dan hasil tiga
varietas kedelai (Glycine max [ L] Merill )
pada air tanah yang tersedia (available soil
water depletion) dengan tujuan untuk
mengetahui besarnya kebutuhan air irigasi
minimum yang masih dapat diterima oleh
tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan
berproduksi secara optimum
Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai.
Di Indonesia tanaman kedelai yang
tumbuh pada ketinggian 0-500 meter di atas
permukaan laut akan memberikan hasil yang
lebih baik. Sedangkan suhu optimal untuk
pertumbuhan tanaman kedelai 30°C, dimana
biji dapat berkecambah selama 4 hari setelah
tanaman,
suhu
yang
rendah
dapat
memperlambat perkecambahan benih serta
memperlambat pembungaan, suhu terlalu
tinggi
akan
berpengaruh
terhadap
perkembangan polong dan pengisian biji
(Adisarwanto, 2008). Kedelai dapat tumbuh
pada tanah yang bertekstur gembur, lembab,
tidak tergenang air, dan memiliki pH 6-6,8,
tetapi pada pH 5,5 masih dapat berproduksi
meskipun tidak sebaik pH 6-6,8 (Najiyati dan
Danarti, 1997 ).
Tanaman Kedelai merupakan tanaman
polong-polongan yang memiliki beberapa
nama botani yaitu Glycine max (kedelai
kuning) dan glycine soja (kedelai hitam).
Secara lengkap, tanaman kedelai mepunyai
klasifikasi sebagi berikut: Kingdom: Plantae,
Divisio:
Spermatopyta,
subdivision:
Angiospermae,
Kelas:
Dicotyledoneae,
Subkelas: Archihlamyadae, Ordo: Rosales,
Subordo:
Leguminosinae,
Familia:
Leguminosae, Subfamili: Polilonaceae, Genus:
Glycine, Spesies: Glycine max.L Merril
(Adisarwanto, 2005).
Menurut Pitojo (2003), ciri khas
tanaman kedelai yaitu batang tanaman kedelai
berkayu dan tingginya berkisar antara 30-1000
cm, memiliii 3-5 percabangan dan bebrbentuk
tanaman perdu. Tipe pertumbuhan batang
dapat dibedakan menjadi terbatas (determinet),
tidak terbatas (indeterminet), dan setengah
terbatas (semi-determinet). Tipe terbatas
memiliki ciri khas berbunga serentak dan
mngakiri poertumbuhan meninggi jika sudah
berbunga. Tanaman pendek sampai sedang,
ujung batang hamper samabesar dengan
batang bagian tengah daun teratas sama besar
dengan daun batng tengah. Tipe tidak terbatas
memiliki cirri berbunga secara bertahap dari
bawah ke atas. Tanaman berpostur sedang
sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari
97 PRIMORDIA VOLUME 12, NOMOR 2, OKTOBER 2016
bagian tengah. Tipe setengah terbatas
memiliki karateristik antara kedua tipe lainnya
(Adisarwanto 2005).
Di Indonesia kedelai dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik. Pada pH tanah 5,8 –
7 tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai
jenis tanah asalkan drainase dan aerasi tanah
cukup baik, disamping itu tanaman kedelai
merupakan salah satu tanaman yang peka
terhadap pH rendah (Margarettha, 2002).
Kesesuain pH pada tanah dapat meningkatkan
pertumbuhan
dan
perkembangan
akar
tanamanTanaman kedelai juga berproduksi
dengan baik pada dataran rendah sampai 900
m dpl, dan mampu beradaftasi didataran tinggi
sampai +- 1.200 m dpl. Kedelai tumbuh baik
pada daerah yang memiliki curah hujan 100400 mm/bulan, dengn suhu yang cocok antara
23 C – 30 C, serta kelembababn antara 60 – 70
%. Kedelai juga merupakan salah satu
tanaman yang dapat dibudidayakan pada lahan
pasang surut dengan hasil yang cukup
memadai, namun cara budidayanya berbeda
dari lahan sawah irigasi dan lahan kering
(Purwono et al., 2007).
Fachrudin
(2000)
menjelaskan,
perakaran tanaman kedelai terdiri dari akar
lembaga, akar tunggang dan akar cabang
berupa akar rambut yang dapat membentuk
bintil akar dan merupakan koloni bakteri
Rhizobium japanicum. Akar tunggangnya
dapat menembus tanah yang gembur sedalam
150 cm sedangkan bintil akar nya mulai
terbentuk pada umur 15-20 hari setelah tanam.
Antara bakteri Rhizobium sp. dan tanaman
kedelai terjadi kerja sama yang saling
menguntungkan.
Tanaman
kedelai
memberikan karbohidrat dan perlindungan
pada bakteri, dan sebaliknya bakteri
mengkonversi nitrogen atmosfir menjadi
bentuk yang komplek.
Kedelai memiliki dua tipe pertumbuhan
batang, yaitu determinet dan indeterminet.
Pertumbuhan batang determinet ditunjukkan
dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada
saat tanaman mulai berbunga, sedangkan
pertumbuhan indeterminet dicirikan bila pucuk
batang tanaman masih bisa tumbuh daun,
walaupun tanaman sudah mulai berbunga.
Pada batang terdapat buku tempat tumbuhnya
bung, terdiri 15-30 buah dan biasanya jumlah
buku batang indeterminet lebih banyak
dibandingkan detrminet (Adisarwanto, 2008)
Tanaman kedelai harus dipanen pada
tingkat kematangan biji yang tepat. Panen
yang terlalu awal menyebabjkan banyak butir
kedelai menjadi keriput sedangkan jadwal
panen yang terlambat akan mengakibatkan
meningkatnya butir yang rusak dan kehilangan
biji yang tinggi yang disebabkan oleh biji yang
mudah rontok. Ciri-ciri kedelai siap untuk
dipanen adalah daunnya telah menguning, dan
mudah rontok, polong biji mongering dan
berwarna kecoklatan. Hasil produksi kedelai
local optimal mencapai 2 ton per hektar
dengan masa tanam sekitar 75 hari atau
maksimal tiga bulan (Purwono, 2007).
Varietas Kedelai Dering dan Gema
Varietas Deringadalah memiliki potensi
hasil tinggi hingga 2,8 t/ha dan toleran
kekeringan hingga kandungan air 30% dari air
tersedia. Potensi hasil tinggi dan toleran
kekeringan berkaitan dengan: (1) postur
tanaman yang tinggi, (2) jumlah daun banyak
dan luas, dan (3) perakaran banyak dan
kemampuan menyerap air tinggi, dering
mampu beradaptasi dan tumbuh baik setinggi
57 cm dalam kondisi tercekam kekeringan
selam fase reproduktif, jumlah polong per
tanaman sekitar 38 polong, dengan kandungan
protein 34,2%, kandungan lemak 17,1%, umur
masaknya 81 hari, dan ukuran bijinya 10,7
g/100 biji. Karakteristik lainnya adalah tahan
rebah, tahan penyakit karat daun Phakopsora
pachyrhizi, tahan hama pengisap polong
Riptortus linearis, dan tahan hama penggerek
polong Etiella zinckenella.
Varietas Gema berumur genjah, dapat
dipanen umur 73 hari, cocok dikembangkan
pada daerah bercurah hujan terbatas atau
musim tanam ketiga, bobot biji 11.9 g/100
biji. Keunggulannya
umur
genjah,
produktivitas 2,47 t/ha; kandungan protein
tinggi 39%,Varietas ini cocok untuk
dikembangkan pada curah hujan terbatas.
Varietas ini prospektif dikembangkan oleh
penangkar benih tanaman pangan.
Kekeringan
Tanaman semakin lama mengalami
cekaman kekeringan dapat menyebabkan
penurunan tinggi tanaman, Cekaman air
mempengaruhi semua aspek pertumbuhan
tanaman, seperti proses fisiologi dan biokimia
tanaman serta
menyebabkan terjadinya
modifikasi anatomi dan morfologi tanaman.
Zainol Arifin Perbedaan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril) Varietas Dering dan Gema 98
Islami dan Utomo (1995) menyatakan bahwa
tanaman yang menderita cekaman air
(kekeringan) secara umum mempunyai ukuran
lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh normal.
Terhambatnya
pertambahan
tinggi
tanaman nilam yang mengalami kekeringan
disebabkan karena terganggunya aktivitas
meristem apikal akibat terbatasnya kandungan
air dalam jaringan yang merupakan faktor
penting
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangan sel. Begitu pula dengan laju
pertambahan daun tanaman nilam yang
mengalami kekeringan disebabkan oleh
terhambatnya perkembangan daun, sehingga
daun cepat menguning
2. METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Cangkul
2. Tali rafia
3. Penggaris ( mistar )
4. Camera
5. Timbangan digital
6. Hand sprayer
7. Kalkulator, dan
8. alat tulis menulis
Bahan yang digunakan adalah:
1. Varietas kedelai Gema Dan Dering
2. Pupuk dasar ( kompos )
3. Label
Tempat
Penelitian ini dilaksanakan Desa
Pegantenan Kecamatan Pegantenan Kabupaten
Pamekasan. Penelitian ini akan dilaksanakan
selama empat bulan, dimulai dari bulan april
sampai juli 2015. Jenis tanah yang digunakan
adalah tanah tegal dengan ketingggian 350 m
diatas permukaan laut dan 6° 51 sampai 7° 31
lintang selatan dan 113° 19 sampai 113° 58
bujur timur.
Metode
Penelitian imenggunakan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2
kelompok 3 perlakuan dan 4 ulangan.
Pembuatan plot percobaan dilakukan
setelah selesai pengolahan tanah dengan
ukuran 200x80 cm sebanyak 24 plot, jarak
antar plot pada petak utama sebesar 50 cm dan
jarak tanam 40x40 cm. Data yang diperoleh
dari hasil pengamatan dianalisis dengan
menggunakan
analisis
ragam
untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan dari galur
dan varietas yang diteliti. Jika hasil analisis
ragam terdapat perbedaan, maka dilanjutkan
dengan beda nyata jujur (BNJ).
Tabel 2. Anova RAK
Db
JK
KT
Fhitung
Kelompok
Perlakuan
Galat
(b-1)
(t-1)
(t-1)
(b-1)
JKK
JKP
JKG
KTK
KTP
KTG
KTK/KTG
KTP/KTG
Total
(tb-1)
JKT
Yij     i   j   ij
Dalam hal ini
Yij

i
j
 ij
i
j
= nilai pengamatan dari galur ke-i dalam
kelompok ke-j
= nilai tengah populasi
= pengaruh aditif dari galur ke-i
= pengaruh aditif dari kelompok ke-j
= pengaruh galat percobaan dari galur
ke-i pada kelompok ke-j
= banyaknya perlakuan (1, 2, 3,...,6)
= banyaknya kelompok (1, 2, 3, ).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman
Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman seperti
dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi
penurunan pertumbuhan seiring meningkatnya
perlakuan cekaman kekeringan. Perlakuan
penyiraman setiap hari lebih tinggi dari
perlakuan 3 penyiraman 3 hari sekali
danpenyiraman 6 hari sekali. Tanaman
semakin lama mengalami cekaman kekeringan
dapat menyebabkan penurunan tinggi tanaman
Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman Beberapa
Varietas Kedelai (cm)
No
Varietas
1
2
3
4
Jumlah
Rata²
1
Dering
9,8
27,75
51,3
56,1
144,95
36,23
2
Gema
9,25
25,6
46,5
51,8
133,15
33,28
278,1
34,75
Jml.
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf
sama menunjukkan berbeda sangat nyata pada uji
BNJ 5%
99 PRIMORDIA VOLUME 12, NOMOR 2, OKTOBER 2016
Hasil uji perbandingan berganda dengan
BNJ taraf kepercayaan 5% terhadap variabel
tinggi tanaman. Hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa baik varietas kedelai,
perlakuan interval penyiraman, maupun
interaksinya menunjukkan berbeda sangat
nyata terhadap tinggi tanaman kedelai. Wu &
Cosgrove (2000) menyatakan bahwa respon
tanaman terhadap kekeringan secara morfologi
dapat berupa penghambatan pertumbuhan
batang dan telah diketahui bahwa air
merupakan komponen utama penyusun sel dan
jaringan bahkan 90% sel termasuk sel
tumbuhan disusun oleh air.
Di
suatu
sisi,
banyak
proses
metabolisme tanaman harus berlangsung, di
sisi lainnya kebutuhan air tanaman tidak
tercukupi sehingga sel tanaman mengalami
kekurangan air. Menurut Lisar et al. (2012)
akibat cekaman kekeringan pada tanaman
yaitu penutupan stomata, penurunan laju
fotosintesis dan laju transpirasi, penurunan
laju penyerapan dan traslokasi nutriel (unsur
hara), penurunan pemanjangan sel, serta
penghambatan pertumbuhan.
Jumlah Polong Per Tanaman
Tabel 4. Rata – rata jumlah polong kedelai per
tanaman
No
Varietas
P1
P2
P3
1
Dering
426
465
501
BNJ 5%
2
Gema
411 464 469
89,67
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf
sama menunjukkan berbeda Tidak nyata pada
uji BNJ 5%
Variable jumlah polong pada penelitian
ini diambil dengan jumlah polong berbentuk.
Hasil anova menunjukkan berbeda tidak nyata
terhadap perlakuan penyiraman setiap hari,
penyiraman 3 hari sekali, dan penyiraman 6
hari sekali terhadap varietas tanaman kedelai.
Berat 100 Biji
Hasil Analisis ragam terhadap variabel
pengamatan berat 1000 butir menunjukkan
bahwa dari beberapa varietas tanaman kedelai
yang diuji menunjukkan perbedaan sangat
nyata.
Tabel 5. Rata-rata Berat 100 biji Beberapa
Varietas Kedelai (g)
No
1
Varietas
Dering
Gema
P1
P2
P3
10,84
10,14
9,99
BNJ 5%
2
13,01 12,46 12,85
62,75
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf
sama menunjukkan berbeda sangat nyata pada uji
BNJ 5%
Hasil uji BNJ 5% terhadap variabel
berat 100 butir menunjukkan bahwa varietas
Gema dengan Interval penyiraman setiap hari
menghasilkan rata-rata berat 100 butir
tertinggi yaitu 13,01g, sedangkan varietas
Dering dengan interval penyiraman 6 hari
sekali
menghasilkan rata-rata 100 butir
terendah yaitu 9,99g dibandingkan beberapa
varietas lainnya.
Pembahasan
Air
berperan
penting
dalam
pertumbuhan suatu tumbuhan, mulai dari
proses awal pekecambahan hingga pemasakan
buah atau produksi. Cekaman air akan dapat
mengganggu aktifitas fisiologi dan morfologi
tanaman. Dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, kebutuhan air untuk
setiap jenis tanaman berbeda – beda pada
setiap fase pertumbuhan. Pada perkecambahan
membutuhkan air yang cukup untuk
mengaktifkan enzim yang ada dalam benih
agar proses metabolisme dapat berlangsung
baik agar menghasilkan energi untuk
pekecambahan (Sugito, 1999).
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa setiap perlakuan air
memilki respon dan kemampuan berbeda –
beda dalam menanggapi morfologi pada
beberapa varietas yang di uji. Ketersediaan air
sangat menentukan keberhasilan tanaman
untuk pertumbuhan dan berproduksi lebih
banyak. Untuk dapat tumbuh dengan normal
setiap jenis tanaman membutuhkan sejumlah
air tertentu untuk perkembangan tanaman.
Dampak cekaman air terhadap aktivitas
kehidupan tanaman yang berpengaruh
terhadap aspek agronomis, antara lain pada
perubahan penampilan ukuran tanaman, daun,
perakaran, pembungaan serta hasil biji (Arifin,
2002).
Hasil Analisis ragam terhadap 2
Varietas kedelai yang diuji menunjukkan
keragaman sifat yang cukup besar terutama
Zainol Arifin Perbedaan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merril) Varietas Dering dan Gema 100
pada variabel pengamatan tinggi tanaman,
jumlah polong per tanaman, dan berat 100
butir, namun pada variabel jumlah polong per
tanaman 2 varietas
kedelai yang diuji
menunjukkan perbedaan tidak nyata.
Hasil pengamatan terhadap jumlah biji
per tanaman menunjukkan bahwa varietas
Dering dengan interval penyiraman setiap hari
menghasilkan rata-rata tertinggi yaitu 57,5 cm,
sedangkan hasil terendah ditunjukkan oleh
varietas Gema 50,25cm dengan interval
penyiraman 6 hari sekali. Hal ini menunjukkan
bahwa walaupun varietas Dering memiliki
ketahanan terhadap kekeringan namun
produksinya lebih besar dibandingkan lainnya
sehingga berpotensi untuk dikembangkan
menjadi varietas atau dijadikan tetuadalam
persilangan dengan varietas yang berumur
genjah untuk mendapatkan turunan yang
berumur genjah dan produksi tinggi.
Hasil pengamatan terhadap rata-rata
berat 100 biji menunjukkan bahwa dari segi
potensi hasil varitas Dering dan Gema
menghasilkan produksi terendah, namun dari
segi kwalitas biji (berat 100 biji) varietas
tersebut menghasilkan biji dengan ukuran
terbesar dibandingkan varietas lainnya yaitu
rata-rata 13,01g/100 biji. Oleh karena varietas
Gema dapat dikembangkan untuk menghasilkan biji dengan ukuran besar.
Pengujian 2 varietas pada musim
kemarau
terpilih
satu
varitas
yang
berpenampilan atau mempunyai ciri-ciri yang
baik yaitu Gema Sesuai dengan yang
diungkapkan Somantri et al. (2001), galur
dinyatakan berpenampilan baik dicirikan
antara lain berumur genjah, tipe tanaman baik,
letak
polong diatas
kanopi
sehinga
memudahkan pemanenan, polong masak
serempak, dan memiliki bobot biji/tanaman
antara 9,99- 13,01g/tanaman.
4. KESIMPULAN
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
(1) 2 varietas kedelai yang diuji menunjukkan
tidak berbeda nyata pada variabel pengamatan
tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah biji
per tanaman, dan berat 100 butir, sedangkan
pada variabel jumlah polong per tanaman
menunjukkan perbedaan tidak nyata, (2)
Varietas
Dering
merupakan
galur
berpenampilan baik dengan sifat-sifat antara
lain jumlah polong per tanaman 501 buah, dan
berat 100 bijinya 13,01g, serta tahan terhadap
cekaman kekeringan, serta (3) perlakuan
penyiraman setiap hari pertumbuhan dan
perkembangannya lebih tinggi dari perlakuan
penyiraman 3 hari sekali dan penyiraman 6
hari sekali. Dengan demikian semakin lama
tanaman mengalami cekaman kekeringan
dapat
menyebabkan
penurunan
tinggi
tanaman.
5. REFERENSI
Adisarwanto.2005. Budidaya Kedelai Dengan
Pemupukan
Yang
Epektif
Dan
Pengoptimalan Peran Bintil Akar.
Penebar Swadaya .Jakarta.
,
2008.
Budidaya Kedelai
Tropika. Penebar Swadaya, Jakarta.
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian, (2007)
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2005.
Evaluasi Kecambah Pengujian Daya
Berkecambah.
Direktorat
Jenderal
Tanaman Pangan Direktorat Perbenihan.
Depok
DPP Serikat Petani Indonesia (SPI). 2012.
Tahun Inkosistensi Kebijakan dan
Kesejahteraan Petani yang Diabaikan
Lisar et. al. 2012. Water strees in plants:
Causes, Effects and Responses. Water
Stress ,Prof. Ismail Md. Mofizur rahman
(Ed) ISBN: 978-953-307-693-9 Intech<
Avaible from: http//www.intechopen.
com/books/water-stress-inplants-causeseffects-and_responses
Islami dan Utomo. 1995. Hubungan Tanah,
Air dan Tanaman, IKIP Semarang.
Najiyati, S., dan Danarti. 1997. Budidaya Kopi
dan Pengolahan Pasca Panen. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Nurhayati, 2009. Seleksi Mekanisme Toleransi
Tanaman
Tembakau
(Nicotiana
tabacum)
Terhadap
Kekeringan
(Disertasi) Universitas Sumatra Utara.
Medan
Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai. Kanasius.
Yogyakarta
Purwono. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman
Pangan Unggul. Penebar Swadya.
Jakarta.
Stell and Torrie 1980. Principles and
Procedures of Statistics: a Biometrical.
Apporach. Second Edition.
101 PRIMORDIA VOLUME 12, NOMOR 2, OKTOBER 2016
Sugito, Y. (2002). Ekologi Tanaman.
Fak.Pertanian UNIBRAW, Malang.
Steenis, C.G.G.J., S. Bloembergen., P.J. Eyma.
2005. Flora. Cetakan kesepuluh. PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Suprapto, H.S. 1999. Bertanam Kedelai.
Penebar Swadaya, Jakarta.
_____,2002. Bertanam Kedelai. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta. 104 hlm.
Download